Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perbedaan Profitabilitas Bank Asing dan Bank Domestik di Indonesia

i

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERBEDAAN
PROFITABILITAS BANK ASING DAN BANK DOMESTIK DI INDONESIA

YENI ASTUTI ANGGRAINI

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Perbedaan Profitabilitas Bank Asing dan Bank Domestik di

Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2013
Yeni Astuti Anggraini
NIM H14090024

i

ABSTRAK
YENI ASTUTI ANGGRAINI. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Perbedaan Profitabilitas Bank Asing dan Bank Domestik di Indonesia. Dibimbing
oleh IMAN SUGEMA.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
memengaruhi perbedaan profitabilitas bank asing dan bank domestik yang
beroperasi di industri perbankan Indonesia antara tahun 2005 dan 2011. Sebanyak

109 bank umum konvensional digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.
Model diestimasi dengan menggunakan analisis panel data statis. Untuk
mengendalikan pengaruh kepemilikan terhadap profitabilitas bank, sampel dibagi
dalam enam kategori: (1) Bank Umum Milik Negara (BUMN), (2) Bank
Pembangunan Daerah (BPD), (3) Bank Umum Swasta Nasional Devisa (BUSN
Devisa), (4) Bank Umum Swasta Nasional Non devisa (BUSN Non devisa), (5)
bank campuran, dan (6) bank asing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan terhadap faktor-faktor yang memengaruhi profitabilitas bank asing dan
bank domestik, faktor penting yang memengaruhi profitabilitas bank domestik
tidak berpengaruh bagi bank asing dan sebaliknya. Penelitian ini juga menemukan
bahwa bank asing kurang dipengaruhi oleh faktor makroekonomi dari negara tuan
rumah.
Kata kunci: bank asing dan bank domestik, struktur kepemilikan, profitablitas
bank

ABSTRACT
YENI ASTUTI ANGGRAINI. Analysis of Factors that Influence Differences in
Profitability of Foreign and Domestic Banks in Indonesia. Supervised by IMAN
SUGEMA.
The purpose of this study to analyze the factors that influence differences

in profitability of foreign and domestic banks operating in the Indonesian banking
market between 2005 and 2011. Total of 109 conventional commercial banks
have represented our sample. The model is estimated using static panel analysis.
To control for the effect of bank ownership on performance, we split the sample
into six categories: (1) state owned banks, (2) regional development banks, (3)
foreign exchange commercial banks, (4) non-foreign exchange commercial banks,
(5) joint venture banks, and (6) foreign owned banks. The result showed that
foreign and domestic banks have different profitability determinants, i.e. factors
that are important in shaping domestic banks’ profitability are not necessary
important for the foreign banks and vice versa. We also found that foreign banks
are less affected by the macroeconomic factors of the host country than domestic
banks.
Keywords: domestic and foreign banks, ownership structure, banks’ profitability

ii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERBEDAAN
PROFITABILITAS BANK ASING DAN BANK DOMESTIK DI INDONESIA

YENI ASTUTI ANGGRAINI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

iii

iv
Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perbedaan Profitabilitas
Bank Asing dan Bank Domestik di Indonesia
Nama
: Yeni Astuti Anggraini

NIM
: H14090024

Disetujui oleh

Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

v

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "Analisis FaktorFaktor yang Memengaruhi Perbedaan Profitabilitas Bank Asing dan Bank

Domestik di Indonesia".
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Iman Sugema, M.Ec
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, kepada Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman
Hakim, M.Ec selaku dosen penguji utama dan Bapak Dr. Muhammad Findi A,
ME selaku komisi pendidikan dalam ujian sidang penulis yang telah memberikan
banyak kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan dalam penulisan
skripsi ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada ka Ade Holis
dan ka Ashfahanirrohimah selaku asisten dosen yang telah banyak membantu
selama proses pengolahan data. Ungkapan terima kasih tak lupa penulis
sampaikan kepada kedua orangtua tercinta bapak Haris dan Ibu Mariyam, kedua
adik penulis Yuni Kartika dan Chaerunnisa, serta seluruh keluarga besar atas
segala doa dan kasih sayangnya. Tidak lupa juga penulis sampaikan terima kasih
kepada teman satu bimbingan Friska, Farhana dan Lintang yang selalu kompak
dan banyak membantu penulis selama proses pembuatan skripsi ini. Terakhir
penulis sampaikan terima kasih kepada Arief Muhammad atas segala waktu, doa
dan semangatnya, sahabat-sahabat terbaik penulis Ika, Indri, Bagas, Adis, Risma,
Yaomi, Tasya, Fara, Reni, dan Esa, serta teman-teman ilmu ekonomi angkatan 46
atas segala dukungan yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, Juni 2013
Yeni Astuti Anggraini

vi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

6

Tujuan Penelitian

6

Manfaat Penelitian

6

Ruang Lingkup Penelitian


7

TINJAUAN PUSTAKA

7

Profitabilitas (Earnings)

7

Return On Asset (ROA)

8

Return On Equity (ROE)

9

Capital Adequacy Ratio (CAR)


9

Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)

10

Net Interest Margin (NIM)

11

Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

11

Loan to Deposit Ratio (LDR)

12

Liquid Asset Ratio (LIQ)


13

Analisis Makro Ekonomi

13

Penelitian Terdahulu

13

Hipotesis

15

Kerangka Pemikiran

16

METODE PENELITIAN

17

Jenis dan Sumber Data

17

Metode Pengolahan Data

17

Metode Analisis Data

17

Metode Estimasi Regresi Data Panel

19

Pooled Least Square model

19

Fixed Effect Model

19

Random Effect Model

20

Pengujian Model Data Panel Statis
Chow Test

20
21

vii
Hausman Test

21

Metode Evaluasi Model

21

Kriteria Ekonometrika

22

Kriteria Statistik

23

Kriteria Ekonomi

24

Perumusan Model
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Estimasi dan Evaluasi Model

24
25
25

Pooled Least Square vs Fixed Effect Model

25

Fixed Effect Model vs Random Effect Model

26

Pengujian Asumsi

27

Pengujian Kriteria Statistik

28

Hasil Estimasi Model terhadap Profitabilitas Bank

29

Analisis Pengaruh Faktor Internal (Rasio Keuangan) terhadap ROE Bank
Asing dan Bank Domestik

30

Analisis Pengaruh Faktor Internal (Rasio Keuangan) terhadap ROA Bank
Asing dan Bank Domestik

33

Analisis Pengaruh Faktor Eksternal (Variabel Makroekonomi) terhadap
ROE dan ROA Bank Asing dan Bank Domestik

36

SIMPULAN DAN SARAN

37

Simpulan

37

Saran

38

DAFTAR PUSTAKA

39

LAMPIRAN

41

RIWAYAT HIDUP

62

viii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7

Perkembangan Laba/Rugi Industri Perbankan
Peringkat Bank Umum Berdasarkan 10 Aset Terbesar di Indonesia
Uji-F (Chow Test) terhadap ROE
Uji-F (Chow Test) terhadap ROA
Hausman Test terhadap ROE
Hausman Test terhadap ROA
Peringkat Bank Umum Berdasarkan Profitabilitas Tertinggi dan
Terendah (Model ROE)
8 Peringkat Bank Umum Berdasarkan Profitabilitas Tertinggi dan
Terendah (Model ROA)
9 Peringkat Kelompok Bank Berdasarkan Profitabilitas (ROE) Tertinggi
10 Peringkat Kelompok Bank Berdasarkan Profitabilitas (ROA) Tertinggi
11 Hasil Estimasi Pengaruh Rasio Keuangan terhadap ROE
12 Hasil Estimasi Pengaruh Rasio Keuangan terhadap ROA

3
4
26
26
26
27
29
29
30
30
31
34

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Grafik Komposisi Aset Lembaga Keuangan
Grafik Laba Bersih Kelompok Bank Periode Juni 2012
Aset Perbankan Indonesia Tahun 1998 dan 2011
Kerangka Pemikiran

1
3
4
16

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Estimasi Panel Data dengan Menggunakan Pooled Least Square
terhadap Model ROA
2 Hasil Estimasi Panel Data dengan Menggunakan Fixed Effect Model
dengan Pembobotan (Cross-Section Weights) dan White Cross-Section
Covariance terhadap Model ROA
3 Hasil Cross Section Effects Pada Data Panel (Model ROA)
4 Hasil Uji-F (Chow Test) terhadap Model ROA
5 Hasil Estimasi Panel Data dengan Menggunakan Random Effect Model
terhadap Model ROA
6 Hasil Uji Hausman (Hausman Test) terhadap Model ROA
7 Hasil Olah Data Deskriptif (Model ROA)
8 Hasil Uji Multikolinearitas dalam Model ROA
9 Hasil Uji Normalitas dalam Model ROA
10 Hasil Estimasi Panel Data dengan Menggunakan Dummy Kelompok
Bank terhadap Model ROA
11 Hasil Estimasi Panel Data dengan Menggunakan Pooled Least Square
terhadap Model ROE

42

42
44
47
48
49
49
49
50
51
52

ix
12 Hasil Estimasi Panel Data dengan Menggunakan Fixed Effect Model
dengan Pembobotan (Cross-Section Weights) dan White Cross-Section
Covariance terhadap Model ROE
13 Hasil Cross Section Effects Pada Data Panel (Model ROE)
14 Hasil Uji-F (Chow Test) terhadap Model ROE
15 Hasil Estimasi Panel Data dengan Menggunakan Random Effect Model
terhadap Model ROE
16 Hasil Uji Hausman (Hausman Test) terhadap Model ROE
17 Hasil Olah Data Deskriptif (Model ROE)
18 Hasil Uji Multikolinearitas dalam Model ROE
19 Hasil Uji Normalitas dalam Model ROE
20 Hasil Estimasi Panel Data dengan Menggunakan Dummy Kelompok
Bank terhadap Model ROE

53
54
57
58
59
59
59
60
61

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perbankan merupakan salah satu sektor yang sangat penting di dalam
struktur sistem keuangan Indonesia. Menurut data Kajian Stabilitas Keuangan
Nomor 19, September 2012, dominasi nilai aset industri perbankan dalam
semester I 2012 mencapai 75,2 persen dari total aset sektor keuangan (Gambar 1).
Hal ini menunjukkan besarnya peran sektor perbankan sebagai penyokong utama
sektor keuangan di Indonesia.

Sumber: Bank Indonesia dan Bappepam LK (diolah)

Gambar 1 Grafik komposisi aset lembaga keuangan
Sebagian besar kehidupan masyarakat modern seperti saat ini, kegiatannya
melibatkan jasa-jasa dari sektor perbankan. Perbankan sendiri memiliki fungsi
utama sebagai financial intermediary atau perantara keuangan yang menyalurkan
dana dari pihak yang kelebihan dana kepada pihak yang kekurangan dana
sehingga sektor perbankan merupakan salah satu penggerak sektor riil dalam
siklus perekonomian di Indonesia. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan dana dari masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Semakin
berkembang kehidupan masyarakat dan transaksi-transaksi perekonomian suatu
negara, maka akan membutuhkan pula peningkatan peran sektor perbankan
melalui pengembangan produk-produk jasanya.
Jasa sektor perbankan sangat penting dalam pembangunan perekonomian
suatu negara. Jasa perbankan ini umumnya terdiri dari dua tujuan. Pertama,
sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efisien bagi nasabah
seperti menyediakan uang tunai, tabungan, dan kartu kredit. Kedua, dengan
menerima tabungan dari nasabah (funding) dan menyalurkan dana kepada pihak

2
yang membutuhkan dana (lending), sehingga bank dapat meningkatkan arus dana
untuk kegiatan investasi. Bila peran ini berjalan dengan baik maka perekonomian
suatu negara akan meningkat (Ervani 2007).
Keberadaan sektor perbankan di Indonesia baik bank domestik (milik
negara, pemerintah daerah maupun swasta nasional), bank campuran, serta bank
asing memang cukup menarik untuk diamati. Hal ini disebabkan oleh
keberadaannya yang banyak berhubungan dengan kegiatan pada sektor-sektor riil,
sehingga kondisi yang dirasakan oleh sektor perbankan akan sangat memengaruhi
sektor-sektor perekonomian lainnya. Berdasarkan data Bank Indonesia pada akhir
Desember 2012, jumlah bank umum mencapai 120 bank yang terdiri dari 109
bank umum konvensional dan 11 bank umum syariah. Namun, persaingan antar
bank dalam menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali
dalam bentuk kredit dalam prakteknya banyak yang menyimpang dari aturanaturan yang berlaku dalam dunia bisnis perbankan seperti mengabaikan prinsip
kehati-hatian bank (prudential banking). Contohnya melalui pemberian kredit tak
terbatas pada nasabah yang masih berada pada grup yang sama dengan perbankan
tersebut, sehingga seringkali merugikan para deposan dan investor serta
berdampak pada perekonomian negara yang diakibatkan kecenderungan
meningkatnya kredit bermasalah. Akibatnya pada pertengahan 1997 industri
perbankan mengalami keterpurukan sebagai imbas dari terjadinya krisis
multidimensi yang melanda Indonesia (Faisol 2007).
Krisis moneter tahun 1997-1998 yang melanda Indonesia telah membuat
sektor perbankan mengalami keadaan yang buruk. Penurunan kinerja bank-bank
tersebut harus segera diperbaiki karena jika hal tersebut terus berlanjut tentunya
akan membuat kredibilitas perbankan semakin menurun. Bagi bank-bank yang
mengalami penurunan kinerja secara signifikan dan berkelanjutan akan menunggu
waktu untuk dilikuidasi jika tidak ada upaya untuk memperbaiki kinerjanya.
Industri perbankan Indonesia mulai mengalami perkembangan yang
signifikan sejak dikeluarkannya berbagai paket deregulasi kebijakan oleh
pemerintah. Paket Kebijakan 1 Juni 1983 (Pakjun 83), yang dinamakan oleh Cole
dan Slade (1996) sebagai Fase Reformasi 1983 merupakan proses awal dari
liberalisasi perbankan. Inti dari Pakjun tersebut adalah pembebasan bagi bankbank untuk menetapkan suku bunga, sumber dana, dan kredit. Paket kebijakan
perbankan tersebut sangat memengaruhi pola dan strategi perbankan baik dari sisi
aktiva maupun pasiva perbankan itu sendiri. Situasi tersebut memaksa industri
perbankan harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan dan
memperoleh sumber-sumber dana baru. Oleh karena itu tak heran jika persaingan
antar bank untuk menarik dana dari masyarakat semakin meningkat.
Fase selanjutnya yaitu fase pembebasan hambatan masuk pada tahun 1988
dengan paket kebijakan yang terkenal dengan istilah Pakto 88 (Paket Kebijakan
27 Oktober 1988). Dampak dari berbagai deregulasi tersebut adalah meningkatnya
fungsi mediasi perbankan yang tercermin dari peningkatan nilai dana pihak ketiga
yang dihimpun dan peningkatan nilai kredit yang disalurkan. Deregulasi tersebut
juga diyakini berhasil meningkatkan efisiensi industri perbankan yang ditandai
dengan menurunnya tingkat konsentrasi di industri perbankan (Lubis 2009).

3
Seiring dengan kondisi perekonomian Indonesia yang relatif terjaga, industri
perbankan mampu mencatatkan profit yang cukup besar. Selama semester I 2012
perbankan membukukan laba bersih sebesar Rp 45,7 triliun (Tabel 1). Laba
tersebut lebih tinggi dibandingkan pencapaian laba pada semester yang sama pada
tahun 2011 yang hanya mencapai Rp 37,1 triliun. Tingginya laba tersebut juga
tercermin dari ROA perbankan yang mencapai 3,2% per Juni 2012 meningkat
dibandingkan per Desember 2011 sebesar 3,0%.
Tabel 1 Perkembangan laba/rugi industri perbankan (triliun rupiah)
Laba/Rugi

Juni 2011

Desember 2011

Juni 2012

L/R Operasional

40,0

89,30

55,80

L/R Non Operasional

6,70

7,80

2,30

L/R Sebelum Pajak

46,70

97,10

58,20

L/R Setelah Pajak

37,10

75,10

45,70

Sumber: Statistik Bank Indonesia, LBU

Laba bersih

Perolehan laba perbankan sampai dengan akhir semester I 2012 masih
didominasi oleh laba operasional seperti periode-periode sebelumnya. Laba
operasional perbankan tercatat sebesar Rp 55,80 triliun pada bulan Juni 2012,
meningkat dibanding laba operasional semester yang sama pada tahun
sebelumnya sebesar Rp 40,00 triliun. Dilihat dari data per kelompok bank, porsi
terbesar penyumbang laba bersih perbankan terdapat pada kelompok bank persero
yang mencapai 41,60%, disusul Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) 37,80%,
Bank Pembangunan Daerah (BPD) 9,97%, bank asing 6,76% dan yang terakhir
bank campuran sebesar 3,87% (Gambar 2).
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

41.6%
37.8%

9.97%
6.76%

BUMN

BUSN

BPD

Asing

3.87%

Campuran

Kelompok bank
Sumber: Bank Indonesia, 2012

Gambar 2 Grafik laba bersih kelompok bank periode Juni 2012
Pro dan kontra keberadaan modal asing kembali mengemuka dalam industri
perbankan nasional. Namun, permasalahannya bukan lagi mengenai perizinan
bagi investor asing untuk berinvestasi pada bank nasional, tetapi seberapa besar
modal asing boleh menguasai struktur permodalan di suatu bank nasional. Seperti
diketahui terdapat 5 dari 10 bank terbesar di Indonesia saat ini telah dikuasai oleh
modal asing (Tabel 2). Namun, peran investor asing tersebut dalam perekonomian

4
nasional masih belum optimal dan tidak sebanding dengan keuntungan yang
mereka dapatkan atas investasinya di Indonesia.
Tabel 2 Peringkat bank umum berdasarkan 10 aset terbesar di Indonesia
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Nama bank
Bank Mandiri (Persero) Tbk
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk
Bank Central Asia Tbk
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
Bank CIMB Niaga TBK
Bank Danamon Indonesia Tbk
Pan Indonesia Bank Tbk
Bank Permata Tbk
Bank Internasional Indonesia Tbk
Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk

Total aset
(IDR Miliar)
480.558
417.634
393.374
273.284
169.572
125.012
121.445
106.905
93.054
83.829

Kepemilikan
Pemerintah
Pemerintah
Swasta
Pemerintah
Asing 97.9%
Asing 67.4%
Asing 99%
Asing 44.5%
Asing 97.5%
Pemerintah

Sumber: Bank Indonesia, BISPI Februari 2012

Peta industri perbankan nasional dalam satu dasawarsa terakhir telah
mengalami pergeseran signifikan. Pascakrisis finansial 1998, tercatat lebih dari 20
bank swasta nasional yang berpindah tangan ke bank asing atau pemodal asing.
Sebagai konsekuensi atas berbagai akuisisi bank asing atas bank nasional tersebut,
maka penguasaan aset perbankan nasional oleh pemerintah dan swasta nasional
semakin tahun semakin menurun (Gambar 3).

Sumber: Bank Indonesia, 2011

Gambar 3 Aset Perbankan Indonesia Tahun 1998 dan 2011
Pangsa aset bank nasional yang dimiliki pemodal swasta lokal terus
menurun dari 42 persen pada tahun 1998 menjadi 19 persen pada tahun 2011.
Pangsa aset BUMN juga mengalami penurunan yang signifikan dari 44 persen

5
pada tahun 1998 menjadi 39 persen pada tahun 2011. Sebaliknya, pangsa aset
bank swasta milik asing meningkat secara signifikan dari hampir nol persen
menjadi 21 persen, bahkan apabila ditotal dengan kantor cabang bank asing dan
bank campuran, maka total pangsa aset bank milik asing di Indonesia sudah
mencapai 34 persen di tahun 2011 (Fikri 2012).
Masuknya bank-bank asing yang sudah sangat dikenal memiliki competitive
advantage berupa source of fund dalam valas yang kuat, implementasi teknologi
yang canggih, serta manajemen risiko yang baik secara langsung memberikan
tekanan kepada bank pemerintah dan bank swasta nasional. Berbagai competitive
advantage tersebut memaksa perbankan nasional untuk terus memperbaiki
kualitas pelayanan, pengembangan sumberdaya manusia (SDM), pengembangan
pengawasan bank dan kerangka hukum serta memperbaharui teknologi yang
selama ini diterapkan agar dapat bersaing dengan bank asing. Kondisi tersebut
pada akhirnya meningkatkan daya saing bank-bank lokal untuk memberikan nilai
tambah dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat Indonesia (Astohar 2009).
Namun, masuknya bank serta pemodal asing tersebut tidak sepenuhnya membawa
keuntungan bagi perekonomian Indonesia. Dominasi modal asing dalam industri
perbankan nasional berpotensi kontra produktif bagi perekonomian nasional,
terlebih banyak dari modal asing tersebut yang menjadi pemegang saham
pengendali. Kepemilikan saham di Indonesia yang umumnya bersifat
terkonsentrasi dapat mendorong pemegang saham pengendali untuk melakukan
ekspropriasi, yakni penggunaan hak kontrol untuk memaksimalkan kesejahteraan
pribadi dengan mendistribusikan kekayaan dari pihak lain. Konsentrasi dapat
terjadi melalui pembagian deviden pemegang saham, hak pemegang saham untuk
memilih dewan direktur, dan berbagai kebijakan perusahaan lainnya. Tanpa
adanya penegakan corporate governance dan law enforcement yang kuat, hak-hak
pemegang saham minoritas bisa terabaikan. Hal ini dapat pula bertentangan
dengan kepentingan ekonomi nasional (Fikri 2012).
Penilaian terhadap kinerja suatu bank pada dasarnya dapat dilakukan dengan
menganalisis laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan
keuangan tersebut dapat diperoleh adanya suatu informasi tentang posisi
keuangan, aliran kas, dan informasi lain yang berkaitan dengan kinerja bank yang
bersangkutan. Berdasarkan laporan tersebut akan dapat dihitung sejumlah rasio
keuangan yang lazim dijadikan sebagai dasar penilaian tingkat kinerja bank.
Informasi mengenai kondisi suatu bank dapat digunakan oleh pihak-pihak yang
terkait, baik dari pihak bank sendiri, pihak luar bank (seperti kreditur, investor,
dan nasabah), dan Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank, untuk
mengevaluasi kinerja bank dalam penerapan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan
terhadap ketentuan-ketentuan yang berlaku saat itu (Puspitasari 2009).
Menurut Sofyan (2003), profitabilitas merupakan indikator yang paling
tepat untuk mengukur kinerja suatu bank. Ukuran profitabilitas yang digunakan
adalah Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE). ROA memfokuskan
kemampuan perusahaan untuk memeroleh earning dalam operasi perusahaan,
sedangkan ROE hanya mengukur return yang diperoleh dari investasi pemilik
perusahaan dalam bisnis tersebut. Beberapa faktor lain yang bepengaruh terhadap
kinerja bank dapat dianalisis menggunakan analisis rasio likuiditas (seperti
misalnya dengan cash ratio, reserve requirement, loan to deposit ratio, loan to
asset ratio, dan rasio kewajiban bersih call money), analisis rasio rentabilitas

6
(seperti misalnya ROA, ROE, BOPO, dan NPM atau Net Profit Margin), dan
analisis rasio solvabilitas (CAR, Debt to Equity Ratio, dan Long Term Debt to
Asset Ratio) (Dendawijaya 2005). Selain itu, faktor-faktor makro ekonomi seperti
inflasi, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar, dan suku bunga di suatu negara juga
mempunyai kontribusi terhadap profitabilitas bank.
Struktur dan karakteristik yang berbeda dari bank asing dan bank domestik,
serta pengaruh yang berbeda dari faktor-faktor eksternal pada kedua bank ini
merupakan hal yang menarik untuk diamati. Analisis empiris dari kinerja bankbank ini akan menggambarkan bagaimana dan mengapa kinerja bank bervariasi
berdasarkan status kepemilikannya. Beberapa hasil penelitian terdahulu
menunjukkan hasil yang belum optimal dan kurang konsisten. Penelitian ini
dilakukan untuk menguji kembali faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan
profitabilitas pada bank asing dan bank domestik yang beroperasi pada industri
perbankan Indonesia dengan menggunakan analisis data panel statis selama
periode 2005-2011.

Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam
penelitian ini adalah:
1 Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi profitabilitas bank asing dan bank
domestik di Indonesia?
2 Apakah terdapat perbedaan terhadap faktor-faktor yang memengaruhi
profitabilitas bank asing dan bank domestik di Indonesia?

Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan perumusan masalah penelitian di atas,
maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai
berikut:
1 Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi profitabilitas bank asing dan
bank domestik di Indonesia.
2 Menganalisis perbedaan faktor-faktor yang memengaruhi profitabilitas bank
asing dan bank domestik di Indonesia.

Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan akan mampu memberikan manfaat
antara lain yaitu:
1 Bagi analis internal bank, untuk membantu manajemen membuat evaluasi
tentang kinerja keuangan bank.
2 Bagi investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat
bantu dalam mempertimbangkan keputusan investasinya.

7
3 Bagi peneliti, hasil penelitian ini menambah bukti empiris mengenai
perbedaan kinerja keuangan bank domestik dan bank asing.
4 Bagi akademis, diharapkan akan menambah wawasan dan sebagai referensi
dalam penelitian-penelitian yang sejenis di masa yang akan datang.

Ruang Lingkup Penelitian
Fokus penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi
perbedaan profitabilitas bank asing dan bank domestik di Indonesia selama
periode 2005-2011. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang
bepengaruh terhadap kinerja bank, diantaranya adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR), Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN), Net Interest Margin
(NIM), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), Loan to Deposit
Ratio (LDR), dan Liquid Asset Ratio (LIQ). Selain itu, variabel-variabel makro
ekonomi seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi (GDP growth), Real Exchange
Rate (RER), dan Discount Rate (DR) juga digunakan untuk melihat faktor
eksternal yang memengaruhi kinerja keuangan perbankan di Indonesia.
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan Eviews 6 dan
Microsoft Excel 2010.
Keterbatasan dalam penelitian ini ialah tidak dimasukkannya bank umum
syariah di dalam objek penelitian. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih
lanjut pada beberapa bagian di dalam penelitian ini.

TINJAUAN PUSTAKA
Profitabilitas (Earnings)
Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan (laba) dalam suatu periode tertentu. Laba yang diraih dari kegiatan
yang dilakukan merupakan cerminan kinerja sebuah perusahaan dalam
menjalankan usahanya. Profitabilitas menjadi salah satu acuan yang penting untuk
mengetahui apakah perusahaan telah menjalankan usahanya secara efisien, karena
efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh
dengan aktiva atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut.
Menjaga tingkat profitabilitas merupakan hal yang penting bagi bank karena
rentabilitas (profitabilitas) yang tinggi merupakan tujuan setiap bank.
Profitabilitas suatu perusahaan akan memengaruhi kebijakan para investor atas
investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan
dapat menarik para investor untuk menanamkan dananya guna memperluas
usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para
investor menarik dananya. Bagi perusahaan itu sendiri, profitabilitas dapat
digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha tersebut.
Alat analisis yang biasa digunakan untuk menilai profitabilitas bank ialah
rasio return on asset (ROA) dan return on equity (ROE). Semakin tinggi

8
profitabilitas semakin baik dan efisien kinerja perbankan tersebut, karena untuk
memperoleh ROA dan ROE yang besar diperlukan adanya aktiva produktif yang
berkualitas dan manajemen yang solid. Penilaian kedua rasio tersebut tentunya
mempunyai sisi kelemahan dan kebaikkan sehingga pada penelitian ini
menggunakan dua pendekatan rasio tersebut untuk meminimalkan berbagai
kelemahan yang ada, diharapkan pengukuran profitabilitas terhadap bank menjadi
lebih valid dan relevan.
Return on Asset (ROA)
Salah satu ukuran untuk melihat kinerja keuangan perbankan adalah melalui
Return On Asset (ROA). ROA digunakan sebagai ukuran kinerja keuangan dan
dijadikan sebagai variabel dependen karena ROA digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan
aktiva yang dimilikinya.
Berdasarkan Surat Edaran BI No. 3/30 DPNP tanggal 14 Desember 2001,
rasio ROA dapat diukur dengan perbandingan antara laba sebelum pajak terhadap
total aset (total aktiva). Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan
operasional bank sebelum pajak. Total aset yang digunakan untuk mengukur ROA
adalah jumlah keseluruhan dari aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan.
Semakin besar ROA menunjukkan kinerja keuangan yang semakin baik, karena
tingkat kembalian (return) semakin besar. Bank Indonesia selaku pembina dan
pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang
diukur dengan aset yang perolehan dananya sebagian besar berasal dari simpanan
masyarakat. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA memiliki
keuntungan yaitu ROA sangat mudah dihitung dan dipahami. ROA juga
merupakan denominator yang dapat diterapkan pada setiap unit organisasi yang
bertanggung jawab terhadap profitabilitas dan unit usaha. Pengukuran kinerja
keuangan perusahaan, setiap unit organisasi yang ada dalam perusahaan dapat
menggunakan ROA untuk mengetahui profitabilitas dari setiap unit usaha.
Namun, pengukuran kinerja perusahaan dengan ROA juga memiliki
kelemahan yaitu dalam mengukur kinerja dengan ROA manajemen cenderung
lebih fokus pada tujuan jangka pendek. Sebuah proyek yang menggunakan ROA
sebagai tolak ukur kinerjanya dapat meningkatkan tujuan jangka pendek, namun
proyek tersebut mempunyai konsekuensi negatif dalam jangka panjang berupa
penentuan jumlah tenaga penjualan, pengurangan budget pemasaran, dan
pengguanaan bahan baku yang relatif murah sehingga menurunkan kualitas
produk dalam jangka panjang. Oleh karena itu, manajer divisi memiliki
kecenderungan untuk melewatkan proyek-proyek jangka panjang, meskipun pada
kenyataannya proyek-proyek tersebut dapat meningkatkan profitabilitas
perusahaan secara keseluruhan. ROA dihitung dengan menggunakan rumus:
δaba sebelum pajak
otal aset

9
Return on Equity (ROE)
Hasil pengembalian ekuitas atau return on equity (ROE) atau rentabilitas
modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan
modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.
Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan
semakin kuat, demikian pula sebaliknya. Rasio ini merupakan indikator yang amat
penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur
kemampuan bank dalam memeroleh laba bersih yang dikaitkan dengan
pembayaran deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih
dari bank yang bersangkutan. Selanjutnya, kenaikan tersebut akan mengakibatkan
kenaikan harga saham (Dendawijaya 2005).
ROE dihitung dengan menggunakan rumus:
δaba setelah pajak
otal ekuitas
Capital Adequacy Ratio (CAR)
CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank
dalam rangka pengembangan usaha dan menampung kemungkinan risiko
kerugian yang diakibatkan kegiatan operasional bank. Penilaian aspek ini lebih
dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana atau berapa modal bank tersebut telah
memadai untuk menunjang kebutuhannya.
Besarnya modal suatu bank akan berpengaruh pada mampu atau tidaknya
suatu bank beroperasi secara efisien. Kepercayaan masyarakat akan terlihat dari
besarnya dana giro, deposito, dan tabungan yang melebihi jumlah setoran modal
dari para pemegang sahamnya. Unsur kepercayaan ini merupakan masalah
penting dan merupakan faktor keberhasilan pengelolaan suatu bank.
Bank selalu dipantau dan didorong untuk memenuhi ketentuan di bidang
permodalan. Perhitungan penyediaan modal minimum (CAR) didasarkan pada
prinsip bahwa setiap penanaman dana bank yang mengandung risiko harus
disediakan jumlah modal sebesar persentase tertentu dari jumlah penanamannya.
Jika nilai CAR tinggi (sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia sebesar 8%)
berarti bank tersebut mampu membiayai operasi bank, dan keadaan yang
menguntungkan tersebut dapat memberikan kontribusi yang cukup besar bagi
profitabilitas bank yang bersangkutan (Dendawijaya 2005).
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, rasio
CAR dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara modal bank terhadap aktiva
tertimbang menurut risiko (ATMR). Modal bank adalah total modal yang berasal
dari modal inti dan modal pelengkap. Modal inti yaitu modal milik sendiri yang
diperoleh dari modal disetor oleh pemegang saham. Modal inti terdiri dari modal
disetor, agio saham, cadangan umum, cadangan tujuan, laba ditahan, laba tahun
lalu, laba tahun berjalan, dan bagian kekayaan anak perusahaan yang laporan
keuangannya dikonsolidasikan. Modal pelengkap terdiri dari cadangan revaluasi
aktiva tetap, cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan, modal kuasa,
dan pinjaman subordinasi. Sedangkan ATMR merupakan penjumlahan ATMR

10
aktiva neraca dengan ATMR administratif. CAR dihitung dengan menggunakan
rumus:
εodal
ε
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN)
Aktiva produktif merupakan sumber pendapatan utama dari kegiatan
perbankan yang terdiri dari kredit yang diberikan, penanaman modal dalam surat
berharga, penanaman modal ke bank lain dan penyertaan. Pendapatan bank
diharapkan semakin besar dari penanaman dalam aktiva produktif, sehingga
kesempatan untuk memperoleh laba semakin meningkat. Perolehan laba akan
memberikan penilaian positif bagi investor yang menanamkan modalnya pada
saham perbankan.
Dana yang berhasil dihimpun oleh bank akan menjadi beban bila dibiarkan
saja. Oleh sebab itu, bank harus mengalokasikan dananya dalam bentuk aktiva
produktif. Penanaman dana bank pada aktiva produktif wajib dilaksanakan
berdasarkan prinsip kehati-hatian. Pengurus bank harus menjaga kualitas aktiva
produktifnya agar selalu dalam keadaan baik. Penilaian kualitas aktiva produktif
dilihat dari rasio Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN).
Dalam CKPN, pembentukan atau penyisihan dana dinilai dari hasil
evaluasi kredit debitur yang dilakukan oleh bank. Jika menurut suatu bank
terdapat bukti objektif bahwa kredit dari debitur itu mengalami impairment
(penurunan), maka bank itu harus membentuk dana atau cadangan atas kredit
tersebut. Evaluasi kredit debitur yang berbeda-beda dari masing-masing bank
menyebabkan tiap-tiap bank memiliki kebijakan tersendiri dalam membentuk
cadangan dana untuk kreditnya. Walaupun begitu, kebijakan bank itupun tidak
boleh menyimpang dari beberapa kriteria yang terdapat dalam PAPI (Pedoman
Akuntansi Perbankan Indonesia). Adapun ketentuan pengukuran cadangan
menurut CKPN berdasarkan PAPI dibagi menjadi:
1 Individual
a Discounted Cash Flow: Estimasi arus kas masa akan datang (pembayaran
pokok + bunga) yang didiskonto dengan suku bunga
b Fair Value of Collateral: Dengan memperhitungkan nilai arus kas atas
jaminan atau agunan di masa akan datang
c Observable Market Price: Ditentukan dari harga pasar dari kredit tersebut
2 Kolektif
a Dilihat dari perhitungan arus kas kontraktual kreditur di masa akan datang
b Dilihat dari perhitungan tingkat kerugian historis dari kredit debitur setelah
dikurangi tingkat pengembalian kreditnya.
Dilihat dari ketentuan pembentukan CKPN dapat dikatakan bahwa
semakin banyak aktiva produktif yang bermasalah akan semakin besar risiko yang
dihadapi bank atau dengan kata lain kualitas aktiva produktif semakin memburuk
sehingga cadangan yang harus dibentuk juga semakin besar. Cadangan yang
semakin besar akan menurunkan profitabilitas bank.

11
Net Interest Margin (NIM)
Rasio NIM mencerminkan risiko pasar yang timbul akibat berubahnya
kondisi pasar, di mana hal tersebut dapat merugikan bank. Rasio NIM juga
digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan
pendapatan dari bunga dengan melihat kinerja bank dalam menyalurkan kredit,
mengingat pendapatan operasional bank sangat tergantung dari selisih bunga
terhadap kredit yang disalurkan. Semakin besar NIM yang dicapai oleh suatu bank
maka akan meningkatkan pendapatan bunga atas aktiva produktif yang dikelola
oleh bank yang bersangkutan, sehingga laba bank akan meningkat.
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, NIM
diukur dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih terhadap aktiva
produktif. Semakin besar rasio NIM maka akan meningkatkan pendapatan bunga
atas aktiva produktif yang dikelola bank, jika hal tersebut terjadi maka dapat
menunjukkan kinerja keuangan bank yang semakin baik. NIM dihitung dengan
menggunakan rumus:
ε

endapatan bunga bersih
ktiva produktif

Pendapatan bunga bersih diperoleh dari pendapatan bunga yang diterima
dari pinjaman yang diberikan dikurangi dengan beban bunga dari sumber dana
yang diberikan. Aktiva produktif yang diperhitungkan adalah aktiva produktif
yang menghasilkan bunga seperti penempatan pada bank lain, surat berharga,
penyertaan, dan kredit yang diberikan. Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan
oleh Bank Indonesia, besarnya NIM yang dicapai oleh suatu bank harus lebih
besar dari 6%.
Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan
bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Mengingat kegiatan utama bank pada
prinsipnya adalah bertindak sebagai perantara, yaitu menghimpun dan
menyalurkan dana masyarakat, maka biaya dan pendapatan operasional bank
didominasi oleh biaya bunga dan hasil bunga.
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, BOPO
diukur dari perbandingan antara biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. Semakin kecil rasio BOPO, semakin efisien biaya operasional yang
dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan, dan setiap peningkatan beban operasi
akan berakibat pada berkurangnya laba sebelum pajak yang pada akhirnya akan
menurunkan laba atau profitabilitas bank yang bersangkutan (Dendawijaya 2005).
BOPO dihitung dengan menggunakan rumus:
otal beban operasional
otal pendapatan operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam
rangka menjalankan aktivitas usaha pokoknya (seperti biaya bunga, biaya tenaga

12
kerja, biaya pemasaran, dan lain-lain). Pendapatan operasional merupakan
pendapatan utama bank yaitu pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan
dana dalam bentuk kredit dan penempatan operasi lainnya. Berdasarkan ketentuan
Bank Indonesia, besarnya BOPO yang normal berkisar antara 94%-96%
(Dendawijaya 2005).
Loan to Deposit Ratio (LDR)
Pengelolaan likuiditas merupakan masalah yang cukup kompleks dalam
kegiatan operasi bank, hal tersebut disebabkan karena dana yang dikelola bank
sebagian besar adalah dana dari masyarakat yang sifatnya jangka pendek dan
dapat ditarik sewaktu-waktu. Salah satu penilaian likuiditas bank adalah dengan
menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR). LDR dijadikan variabel independen
yang memengaruhi ROE dan ROA didasarkan pada hubungannya dengan tingkat
risiko bank yang bermuara pada profitabilitas bank. Rasio LDR digunakan untuk
mengukur kemampuan bank untuk membayar kembali hutang-hutangnya dan
membayar kembali kepada deposan serta dapat memenuhi permintaan kredit yang
diajukan. Hal ini dapat pula diartikan bahwa seberapa jauh pemberian kredit
kepada nasabah dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi
permintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang telah digunakan
oleh bank untuk memberikan kredit (Dendawijaya 2005).
Menurut Surat Edaran BI No. 3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001, LDR
dapat diukur dari perbandingan antara seluruh jumlah kredit yang diberikan
terhadap dana pihak ketiga. LDR dihitung dengan menggunakan rumus:
δ

redit
ana pihak ketiga

Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan keuntungan bank.
Jika bank tidak mampu menyalurkan kredit sementara dana yang terhimpun
banyak, maka akan menyebabkan bank tersebut rugi (Kasmir 2004). Semakin
tinggi LDR maka laba perusahaan semakin meningkat (dengan asumsi bank
tersebut mampu menyalurkan kredit dengan efektif, sehingga jumlah kredit
macetnya akan kecil). Kredit yang diberikan merupakan kredit yang telah
dicairkan bank. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain.
Sedangkan yang termasuk dalam pengertian dana pihak ketiga adalah:
1 Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, surat perintah pembayaran
lainnnya atau dengan cara pemindahbukuan.
2 Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank
yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu
menurut perjanjian antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan.
3 Tabungan masyarakat adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, besarnya standar nilai LDR menurut
Bank Indonesia adalah antara 80%-110% (Dendawijaya 2005).

13
Liquid Asset Ratio (LIQ)
Rasio likuiditas yang digunakan dalam perusahaan secara umum juga
berlaku bagi perbankan. Namun, likuiditas perbankan tidak diukur dari Acid Test
Ratio maupun Current Ratio. Terdapat ukuran khusus yang berlaku untuk
menentukan likuiditas bank sesuai dengan peraturan Bank Indonesia.
Rasio likuiditas lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah Liquid
Asset Ratio atau rasio dari asset yang liquid terhadap total asset. Asset yang liquid
merupakan penjumlahan dari kas yang dimiliki oleh bank tersebut, penempatan
dana di Bank Indonesia dan penempatan dana di bank lain. Total aset yang
digunakan untuk mengukur Liquid Asset Ratio adalah jumlah keseluruhan dari
aset yang dimiliki oleh bank yang bersangkutan. LIQ dihitung dengan
menggunakan rumus:
δ

set yang liquid
otal aset
Analisis Makro Ekonomi

Analisis makro ekonomi merupakan analisis terhadap faktor-faktor eksternal
dan bersifat makro, berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar perusahaan,
sehingga tidak dapat dikendalikan secara langsung oleh perusahaan. Lingkungan
ekonomi makro akan memengaruhi operasional perusahaan dalam hal
pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan.
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi keputusan manajemen perusahaan
perbankan terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal
berkaitan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank. Sementara
faktor eksternal meliputi kebijakan moneter, fluktuasi nilai tukar, tingkat inflasi,
volatilitas tingkat bunga, dan inovasi instrumen keuangan.
Dalam penelitian ini menggunakan faktor internal dan faktor eksternal untuk
melihat kinerja keuangan perbankan. Faktor internal dalam penelitian ini
menggunakan indikator rasio keuangan (financial ratio indicator), sedangkan
faktor eksternalnya adalah tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi (GDP
growth), Real Exchange Rate (RER), dan Discount Rate (DR).

Penelitian Terdahulu
Banyak literatur yang berusaha untuk mengidentifikasi faktor-faktor
penentu kinerja bank. Ali Awdeh (2005) melakukan penelitian yang bertujuan
untuk menganalisis perbedaan profitabilitas (ROA) pada bank domestik dan bank
asing yang beroperasi di pasar Lebanon selama periode 1993-2003. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan analisis regresi data panel. Variabel independen
yang digunakan terdiri dari ukuran bank (SIZE), aktivitas off balance sheet
(OBS), Loan to Deposit Ratio (LDR), pinjaman (LOANS), modal (CAP),
likuiditas (LIQ), risiko kredit (CRDRISK), treasury bills (TBILLS), net interest
margin (NIM), rasio biaya pendapatan (BOPO), rasio biaya manajemen bank
(CA), GDP dan Inflasi. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa SIZE, CRDRISK,

14
BOPO, CA dan inflasi berpengaruh negatif terhadap ROA. Sedangkan CAP,
NIM, dan GDP memiliki pengaruh sebaliknya. Penelitian ini juga menemukan
bahwa variabel OBS, LDR, LOANS, dan TBILLS tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Wahid dan Rehman (2009) dengan
menganalisis efisiensi bank asing pada industri perbankan Pakistan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengeksplorasi anggapan bahwa bank asing seharusnya lebih
menguntungkan dan efisien daripada bank domestik. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kinerja keseluruhan dari bank komersial asing yang
beroperasi di Pakistan 24,44% lebih baik daripada bank domestik. Pada akhir
tahun 2007, investor asing mengendalikan 58,22% dari saham yang beredar di
bank-bank komersial di Pakistan. Terlepas dari kenyataan bahwa 40% dari bank
komersial yang dikuasai asing menjadi defisit, bank dan efisiensi modal dari
bank-bank asing memiliki keuntungan lebih baik dari bank-bank komersial
domestik. Mereka menyimpulkan bahwa efisiensi bank komersial asing di
Pakistan jauh lebih baik daripada bank komersial domestik.
Penelitian yang dilakukan oleh Janek (2004) mencoba menganalisis efek
jangka pendek dari masuknya bank asing terhadap kinerja bank di negara Eropa
Tengah dan Timur (CEE) dengan menggunakan analisis regresi data panel.
Penelitian ini mengindikasikan bahwa masuknya bank asing berpengaruh negatif
terhadap pendapatan dari bunga produktif, pendapatan non-bunga, dan
profitabilitas bank domestik. Masuknya bank asing juga menyebabkan
peningkatan biaya overhead bank domestik dalam jangka pendek dan peningkatan
persaingan di negara tuan rumah yang dipengaruhi oleh rendahnya tingkat pajak,
pendapatan non-bunga, suku bunga kredit rata-rata, dan ketentuan pinjaman.
Grosse dan Goldberg (1991) telah meneliti faktor-faktor penentu masuknya
bank asing ke Amerika dengan menggunakan analisis regresi data panel.
Penelitian ini menemukan bahwa investasi asing di Amerika Serikat, perdagangan
luar negeri dengan Amerika, dan ukuran sektor perbankan di negara asing
berkorelasi positif dengan kehadiran bank asing di Amerika Serikat. Penelitian ini
juga menemukan bahwa semakin besar risiko negara tuan rumah, semakin banyak
nampaknya perbankan asing yang mengalokasikan assetnya untuk pasar AS
(negara dengan risiko yang relatif rendah).
Penelitian Fisher dan Molyneux (1996) turut mendukung penelitian yang
dilakukan oleh Grosse dan Goldberg (1991). Penelitian ini menganalisis faktorfaktor penentu masuknya bank asing di London. Pertama, ukuran pasar bank
merupakan salah satu faktor yang paling signifikan dari negara asal. Negaranegara dengan pasar perbankan besar memiliki kehadiran bank asing terbesar
(London, Inggris Raya). Kedua, lingkungan negara yang lebih stabil dapat
menarik masuknya bank asing, hal ini mengindikasikan bahwa negara tuan rumah
yang lebih berisiko daripada Inggris akan memiliki kecenderungan yang lebih
besar untuk melakukan bisnis melalui London. Akhirnya penelitian ini
menyimpulkan bahwa adanya hubungan yang kuat antara tingkat perdagangan
dan kehadiran perbankan asing di London.
Azam dan Siddiqui (2010) melakukan analisis tentang faktor-faktor yang
memengaruhi perbedaan profitabilitas bank asing dan bank domestik di Pakistan.
Data yang digunakan merupakan data time series kuartalan dari 2004Q1-2009Q4
pada 36 bank komersial di Pakistan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

15
adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
bank asing lebih menguntungkan daripada bank domestik baik dengan kontrol
pemerintah maupun swasta nasional. Hal ini menunjukkan bahwa bank
multinasional sebaiknya membentuk anak perusahaan atau cabang daripada
menambah jumlah bank di dalam negeri. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa
terdapat perbedaan terhadap faktor-faktor yang menentukan profitabilitas bank
asing dan bank domestik. Faktor penting yang menentukan profitabilitas bank
domestik bukanlah faktor yang penting bagi bank asing dan sebaliknya. Penelitian
ini juga menemukan bahwa bank-bank asing kurang dipengaruhi oleh faktor
makroekonomi dari negara tuan rumah dari bank domestik dan mereka memiliki
marjin profitabilitas yang lebih tinggi di Pakistan.
Penelitian Azam dan Siddiqui (2010) adalah penelitian yang paling
mendekati penelitian yang telah dilakukan penulis, namun terdapat perbedaan
dalam beberapa aspek. Pertama, sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah bank umum konvensional yang beroperasi pada industri perbankan
Indonesia yang berjumlah 109 bank. Kedua, periode penelitian yang digunakan
yakni antara tahun 2005 dan 2011. Ketiga, pada penelitian ini digunakan variabel
makroekonomi lainnya yaitu Real Exchange Rate (RER) dan Discount Rate (DR).
Keempat, metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik panel
data statis. Penggunaan metode panel data dimaksudkan untuk menghasilkan
estimasi yang lebih baik dikarenakan terjadinya peningkatan jumlah observasi
yang berimplikasi pada peningkatan derajat kebebasan (degree of freedom).

Hipotesis
Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua
variabel. Berdasarkan telaah pustaka, maka hipotesis yang dapat dibuat sebagai
jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
H1 :
H2 :
H3 :
H4 :
H5 :
H6 :
H7 :
H8 :
H9 :
H10:

CAR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA dan ROE.
CKPN berpengaruh negatif signifikanterhadap ROA dan ROE.
NIM berpengaruh positif signifikan terhadap ROA dan ROE.
BOPO berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan ROE.
LIQ berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan ROE.
LDR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA dan ROE.
Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA dan ROE.
GDP growth berpengaruh positif signifikan terhadap ROA dan ROE
RER berpengaruh positif signifikan terhadap ROA dan ROE.
DR berpengaruh positif signifikan terhadap ROA dan ROE.

16
Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

17

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa
data deret waktu (time series) dan antar individu (cross section). Data time series
meliputi data tahunan dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2011, sedangkan data
cross section meliputi 109 bank umum konvensional di Indonesia yang
dikelompokkan menjadi 6 kategori berdasarkan kepemilikannya. Data rasio
keuangan yang digunakan diperoleh dari Laporan Keuangan Publikasi yang
diterbitkan oleh Bank Indonesia dalam Direktori Perbankan Indonesia serta data
inflasi dan pertumbuhan ekonomi (GDP growth) yang bersumber dari Badan
Pusat Statistik (BPS). Data Real Exchange Rate (RER) bersumber dari Pasific
Exchange Rate Service yang diterbitkan oleh Sauder School of Business (FX
Sauder) sedangkan