Pengembangan Agroforestry Berbasis Biofarmaka dan Kemitraan Pemasaran untuk Pemberdayaan Masyarakat di Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat
jrj#
ffiffiffi*
Pernhaharuan Agroforts$tri I ndonesia
:
Benteng Terakhir Kelestarian, Ketahanan Pang,sn,
]te$shatan dan Kernakmuran
Tim Editor:
Wldiyatno
Eho Prasetyo
Tri S. Widyaningsih
trevy H Kuswantoro
..,ffi
#$-sffi F'&E
'-ffiffi$
rffiwe
&
,
i.
,,,,fi,a,.|,,a,i,,',Fenelitif,:n
Teknologi Agroforestry
ga.dir' lp**etitian. U'.an,,Peng"*uungan Kehuianan
,Kementsrian Hehutan
an
Fakultas Kehutanan dan
Kebun Pendidikan Penelitian
dan Fengembangan Pertanian (KP4)
Universitas Gadjah ltJlad a
lndonesia Natworks
for
Ag
rofore*try Education
(lNArE)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGROFORESTRI
III
PEMBAHARUAN AGROFORESTRI INDONESIA: BENTENG TERAKIIIR
KELESTARIAN, KETAHANAN PAIIGAN, KESEHATAN DAN KEMAKMURAN
Hotel University Club Universitas Gadjah Mada
Yogyakartarzg Mei 2012
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
KEMENTERIAII KEHUTANAN RI
Fakultas Kehutanan (IMHERE)
dan Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4)
Universitas Gadjah Mada
lm
Indonesia Networks for Agroforestry Education (INAFE)
tl*
Editor:
Widiyatno
Eko Prasetyo
Tri Sulistyati Widyaningsih
Devy Priambodo Kuswantoro
Reviewer
Budiadi
Ambar Kusumandari
Ganis Lukmandaru
Liliana Baskorowati
Triyono Puspitodjati
Encep Rachman
Dian Diniyati
Layout:
Dipta Sumeru Rinandio
ISBN
: 978-g7g-t6340-3-8
DAFTARISI
A. KATA PENGAI\TAR
1. Dekan Fakultas Kehutanan UGM........
................iii
2. Kepala Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
...................iv
3. Koordinator Nasional Indonesia Networks for Agroforestry Education ..................v
KEIIUTANAI{
DAFTARISI.............
B. ARAHAN MENTERI
C.
....................vr
D. RUMUS$I SEMINAR AGROFORESTRT trI
.............
............ix
............1
E. PLENO
1. Strategi p€nelitian wanatani (Agroforestry) di Indonesia
Kepala Badan Litbang Kementerian
Kehutanan..
2. Bisnis Agroforestri:
.......................2
Peluang dan tantangan
Agus Punranto (Asisten direktur EJULA
PerumPerhutani)
......10
3. Pembaharu&n paradigma agroforestri Indonesia seiring meningkatnya isu
kerusakan lingkungan dltn sustainable livelihood
Budiadi, Priyono Suryanto dan Sannbas
Sabanlrdin
4. Pendidikan agroforestri
di
.........,........15
Indonesia: peluang, tantangan dan stralegi
pengembangsnnya
5. Bisnis agroforestry: Peluang dan tantangan dalam pengelolaan hutan di
Indonesia
Asosiasi Pengusaha Hutan
Indonesia...
....................27
F. LINGKTINGAI\
1. Agroforest karefi konsenasi keanekaragaman hayati yang berakar dari
kearifan tradisional
Subekti Rahaya Harti Ningsib Asep Ayatdan Pandam N. Prasetyo
.....,.......31
2. Agroforest nunar dan konservasi keragaman hayati tumbuhan di Nusa
Tenggara Timur
GersonND.
Njurumana...............
........36
3. Agroforestri
sebagai upaya konsewasi lingkungan dataran tinggi Dieng (Studi
kasus Ilesa Kuripan, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo)
Prasetyo Nugroho dan
.........42
Widiyatno
4. Agroforestri dalam pembangunan rendah
emisi
5. Agroforestry pattern and fauna change in repong damar krui West Lampung
Indonesia
lX
20. Penentuan Aren (Arenga Pinnata) sebagai hasil hutan bukan kayu unggulan
dan strategi pengembangannya dalam mendukung ketahanan pangan: kasus
di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara
Sanudin......
.....428
21. Pemilihan jenis tanaman demplot agroforeky: pengalaman proyek ITTO
PD 3941M REV. 1 G) di daerah tangkapan air Danau Toba
Sanudin danNurheni Wijayanto..
........433
22. Pengelolaan Tembawang 6ls[ masyarakat di dusun Landau Desa Jangkang
Benua Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau
Augustine Lumangkun, [Ike Natalina, Ratih........
.....................438
23. Pengembangan agroforestry berbasis biofarmaka dan kemitrran pemasaran
untuk pemberdayaan masyarakst di Kabupaten Sukabum[ Propinsi Jawa
Barat
inuk Purnaningsih, Edy Djauhari Purwalersumah ..............43
24. Pengganaan pola agroforestri pada budidaya nanas
Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang
Devy P. Kuswantoro, Idin S. Ruhimat, den Darsono
di Ilesa Tambakmekar,
Priono........
..................448
25. Penting tetapi tidak mendesak rasionalitas penanam Bambang Lanang
(Michelio champaca) di hulu DAS Musi, Sumatera Selatan
Ed$rinMartiq Bambang Tejo Premono, danAriNurlia
............453
26. Peran penyuluh dalam pengembangan agroforesfy di desa penyangga Taman
Nasional Way Kambas Lampung
M.D Wicaksono..............
.....................458
21.Peranan praktek agroforestri terhadap pendapatan dan ketahanan pangan
masyarakat Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo
Warmanti
Mildaryani
......461
28. Perjalanan multiabad repong damar: Kajian aspek tata guna lahan
Tuti Herawati
....................468
29. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan agroforestri: Perladangan berpindah
Emi Roslinda
..................473
30. Perspektif manajemen lestari agroforestri kompleks
Syuku Umar..........
..........478
31.
Praktik agroforestri di kawasan penyangga Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak
Tri Sulistyati Widyaningsih dan Aditya Hani...........
..................481
32.
Praktik agroforestry di KPH Ciamis (Studi kasus llma
Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamig Jawa Barat)
Endah Suhaendahdan Wuri Handayani
Pamarican,
..................487
33. Rekonstruksi pengetahuan agroforestiz human capital ilalam sustainable
livelihood
Arief Khristanto ................
,.......492
PENGEMBAIIGAI\ AGROFORBSTRY BERBASIS BIOFARMAKA
DAN KEMITRAAN PEMASARAN I]NTT]K PEMBERDA.VN"M
UESVI-iAKAT
Dr KABUPATEN suKABUtdr, PRoprNsI JAWA BARAT
, Ninuk Purnaningsih2, Edy Djauhari Punryakusumah3
Hutan,
Falatltas Kehutanan, ipB; rDeparremen Sotns iomunil@si
$emen
de,
?anberdayaan Masyarakat, Fahrltas Ekotogi *tomrifi,
i6"port"*en
Biokimia, Fahthas
Matematika dan llmu Pengetahuan Atam, IpB
*
rE_;':
:1 i
*,qwr-temen
ti*;
ABSTRACT
t$:x;t of community around forest in sukabuni District
is small and landless farmers. They
*tionally cultivat€
any
others
medicinal
plants.
But the pr"ar"iq*it, * under the
lmong
qmmnr"+ard
which caused low pro&rct prices. It is then needed to sfrengthen
and eurpowering the
cupacitv with.ai-1io improve quarrty
qrantilli meoi"Inu pht ;;tucts and to
on'elop an integrated_rnarketing model ror megici*i ptu"'o
*0, high ;-pd;;i*"*, farmer
grup institution whic!_.99uld 'trlild a partnership with industy.
The
@Ers at Melcaqaya village, Ciemas -sub-district who are memus object of this activity is
of srijaya Far:ner Gro,ps
rtts-ociation (FGA). Survey,
indepth interview and
air"*sion
*ere condrctea b get
!,cu1gf*p
oo existing condition Farmer institution stengtheniig
was conducted through kainings for
P
rEl€rs on agroforestry based medicinal qfant inctuding agroforo.y
a"rrio tation plot
:m$lishmen! post harvest processing ana r'acititation of farier grotrp
institution. Agribusiness
ruuorking and parfirership is uuru tnrough the memorandum
of understanding on marketing
trrEr"s,:sso FGA and two industry companies.
ry
*o
Lc1-words: medicinal plant, empowerment, marketing,
farnrer institution, parhership
l", Pendahuluam
jmilonesia menrpakan
negara kedua terkaya di
0' nia dalam hal keanekaragaman rtayati.
lmdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang
re.,ah diidentifikasi dan 950 spesies diantar
anya
uiEtahui memiliki fungsi biofarmaka yaitu
u:mbuhan, hewan, maupun mikroba yang
r:fmiliki potensi sebagai obat, makanan
s.frsehatano nutraceuticals, baik unfuk manusia,
rEu'an maupun tanaman
lTnekarugamarl hayatiny&,
Dengan
seharusnya
-tdonesia rnarrpu mer{adi pusat pengernbangan
rynb i snis b erbasiskan biofar maka.
straJegi pengembangan agribisnis biofarmaka
s&pat mengarnbil bentuli pada pola-pola
:Enumbuhan dan penguatan kelembagaan
pada komuniLs lokavpetani, utamanya
TPsis
)es
produk
biofarmaka yang telah lazim
lbudidayakan oleh masyarakat setempat,
Fperti temulawak, jahe dan sebagainya.
Eerbagai pola pengembangan agribisnis
!:ofarmaka dapat dilakukan, umpamanya
relalui pola kemitraan Qtartnership) yang
rengintegrasikannya dengan perusahaan jamu
iaik skala regional maupun nasional atau
dengan kexembagaan sosial dan ekonomi
lainnya. Kecendenrn gan pembesaran peluang
-produk
demand pasar terhadap bahan-bahan
biofarmaka, dapat dipandang seb agaisalah satu
jalan alternatif bug, peningkatan pendapatan
nrmahtangga petani di tingkat petani lokal.
Terdapat sejumlah masalah yang dihadapi
oleh rumahtangga petani dalam upaya
pengernbangan tanaman (agribisnis) biofarmaka.
Pertams, petani menghadapi kendala strulcfiral
berupa keterbatasan penguasaan keterampilan
dan pengetahuar; ketiadaan sumber *3ut*o
dan informasi produlci, budidaya
dan
pengolahan yang akan mencirikan kualitas
tanarnan biofarrraka serta kurangnya &rlnrngan
ke I embagaan produ h*i (s upp o r t i n g i ns t i tu t i in
s)
yang mencuJnrpi untuk pengerrbangan tanarnan
biofannaka . Ke&tq p€tani menghadapi sejumlah
kendala berdimensi htlturar sepertl moralitas
ekonomi, cara-pandang etika subsistensi, serta
sistern nilai terhadap produk yang dipilih.
Dirnensi kultural itu telah *royruabtcan
rendahnya preferensi pstani pada pilihan
tanaman obat sebagai komoditas pokok yang
diusahakannya.
seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mrei
zan
Gapoktan Srijaya yang meranskap sebagai
tengkulak besar atau kepada tengkulak besar
lainnya di hrar kecamatan. Gapoktan menjual
hasil pertanian ke Pasar Induk Kramat Jati di
lakaxta atau ke pasar kabupaten di Pelabuhan
Ratu (Garnbar 2).
Pengawa$an dan pembinaan pemasaran
telah dilalnftan oleh Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Balai Penyuluhan Pertanian
Perikanan Peternakan dan Kehutanan (BP4K)
Kabupat€n Sukabumi" Namun pengawasan dan
pernbinaan pemasaran tersebut masih terbatas
pada penyuhftan dan pengikutsertaan Gapohan
dalam pameran pembangunan baik di dalam
maupun di hrar kabupaten Dengan nrcngevaluasi
kondisi saat ini tentang kelenrbagaan pefilasman
dan tingkat kemitraan antar stakehoder, maka
raneaqgan pngembangan model kemitraan dan
pemasaran yang dibangun adalah seperti tertera
pada Gambar 3.
Desain kelembagaan petani dalam model
penulsaran ini, berkaitan dengan konsep
"hubungan kelennbagaan", yakri menggambarlffin
pola-pola hubungan antara kelenrbagaan petani
dengan institusi lainnya (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan, PT,Biofarindo, PT" SOHO).
Upaya psngembangan jejaring tersebut dapat
dianalisis dengan p€maharnan dan penjelasan
yang holistik antara modal sosial, modal
ekonomi dan modal fisik (Dhannawan dan
Tony, 2005). Jejaring dalam 'kelemb agaan
petani yang utuh' tersebut secara konseptual
hanrs dibangun dan dikenrbangkan rnelalui
suatu aktivitas kolaborasi antar-s tskeholder
serta sifat petani yang hanya mengusai
lahan sempit dan mdal yang terbatas.
2) Model pemasaran dengan pola kemitraart
antara petani dengan industri yang disertai
dularngan lembaga pemerintah dan
stakeholder lainnya, rnemperkuat daya
saing petani dengan terjaminnya pemasaran
produk biofarmaka.
5. Daftar pustaka
A.H dan F. Tony,2W5. Intualsi
dan Relasi antara Kelembagmn Petani
Dharma\Aran,
Tingkat Internasional dan Nasional.
Ftranafi,
A.
1987. Memasyarakatkan Ide-ide
Baru: disarikan dari karya Everett M.
Rogms dan F. Floyd Shoemaker. Usaha
Offset Printing Sumbaya.
Mardikanto, T.
L993, Penyrluhan
Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
University Press, Surakarta.
Puki, E. I. K., L. Sundawati, hT. Purnaningsih,
E. D. Purwakusumah, M. Gulamahdi .
20A6. Model Keminaan and Pemasaran
Terpadu Biofarmaka di Kota Semarang
Provinsi Jawa Tengah (Laporan
Penelitian). Pusat Studi Biofbrmaka,
LPPM.IPB.
Scoff, 'W. R. 1995. fnsfitutions and
Organizations. Foundations for
Organizational Science. Sage. Thousand
Oaks and London.
atau antar-kelembagaan berdamrkan kepercayaan
Secara konseptual disain kelembagaan dan
hubungan kelenrb agaafi tersebut dirancang
dengan membangun kolaborasi
antar-
stakeholder, yang meliputi suatu pola relasi
antar sektor swasta (perusahaan swasta), sektor
publik (kelembagaan pemerintah di berbagai
hierarkfii), Mn sektor kelembagaan-kelemb agan
petani. Dalam tatarun atau aras operasional
memungkinkan bentuk kolaborasi tersebut
dibangun tidak hanya dalam kerangka ikatan
antar*stakeholder, tdapi dapat pula dalam ilmtan
shoreholder, seperti pengembangan paymers hip .
4. Kesimpulan
1) Pengembangan agroforestri berbasis
biofarmaka memiliki potensi yang tinggi
nnfuk pemberdayaan masyarat*at namun
adopsi inovasi pola agrofrestri ini
terkendala sifat jangka tanam yang agak
lama dan biaya produksi yang cutr
ffiffiffi*
Pernhaharuan Agroforts$tri I ndonesia
:
Benteng Terakhir Kelestarian, Ketahanan Pang,sn,
]te$shatan dan Kernakmuran
Tim Editor:
Wldiyatno
Eho Prasetyo
Tri S. Widyaningsih
trevy H Kuswantoro
..,ffi
#$-sffi F'&E
'-ffiffi$
rffiwe
&
,
i.
,,,,fi,a,.|,,a,i,,',Fenelitif,:n
Teknologi Agroforestry
ga.dir' lp**etitian. U'.an,,Peng"*uungan Kehuianan
,Kementsrian Hehutan
an
Fakultas Kehutanan dan
Kebun Pendidikan Penelitian
dan Fengembangan Pertanian (KP4)
Universitas Gadjah ltJlad a
lndonesia Natworks
for
Ag
rofore*try Education
(lNArE)
PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGROFORESTRI
III
PEMBAHARUAN AGROFORESTRI INDONESIA: BENTENG TERAKIIIR
KELESTARIAN, KETAHANAN PAIIGAN, KESEHATAN DAN KEMAKMURAN
Hotel University Club Universitas Gadjah Mada
Yogyakartarzg Mei 2012
Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan
KEMENTERIAII KEHUTANAN RI
Fakultas Kehutanan (IMHERE)
dan Kebun Pendidikan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (KP4)
Universitas Gadjah Mada
lm
Indonesia Networks for Agroforestry Education (INAFE)
tl*
Editor:
Widiyatno
Eko Prasetyo
Tri Sulistyati Widyaningsih
Devy Priambodo Kuswantoro
Reviewer
Budiadi
Ambar Kusumandari
Ganis Lukmandaru
Liliana Baskorowati
Triyono Puspitodjati
Encep Rachman
Dian Diniyati
Layout:
Dipta Sumeru Rinandio
ISBN
: 978-g7g-t6340-3-8
DAFTARISI
A. KATA PENGAI\TAR
1. Dekan Fakultas Kehutanan UGM........
................iii
2. Kepala Balai Penelitian Teknologi Agroforestry
...................iv
3. Koordinator Nasional Indonesia Networks for Agroforestry Education ..................v
KEIIUTANAI{
DAFTARISI.............
B. ARAHAN MENTERI
C.
....................vr
D. RUMUS$I SEMINAR AGROFORESTRT trI
.............
............ix
............1
E. PLENO
1. Strategi p€nelitian wanatani (Agroforestry) di Indonesia
Kepala Badan Litbang Kementerian
Kehutanan..
2. Bisnis Agroforestri:
.......................2
Peluang dan tantangan
Agus Punranto (Asisten direktur EJULA
PerumPerhutani)
......10
3. Pembaharu&n paradigma agroforestri Indonesia seiring meningkatnya isu
kerusakan lingkungan dltn sustainable livelihood
Budiadi, Priyono Suryanto dan Sannbas
Sabanlrdin
4. Pendidikan agroforestri
di
.........,........15
Indonesia: peluang, tantangan dan stralegi
pengembangsnnya
5. Bisnis agroforestry: Peluang dan tantangan dalam pengelolaan hutan di
Indonesia
Asosiasi Pengusaha Hutan
Indonesia...
....................27
F. LINGKTINGAI\
1. Agroforest karefi konsenasi keanekaragaman hayati yang berakar dari
kearifan tradisional
Subekti Rahaya Harti Ningsib Asep Ayatdan Pandam N. Prasetyo
.....,.......31
2. Agroforest nunar dan konservasi keragaman hayati tumbuhan di Nusa
Tenggara Timur
GersonND.
Njurumana...............
........36
3. Agroforestri
sebagai upaya konsewasi lingkungan dataran tinggi Dieng (Studi
kasus Ilesa Kuripan, Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo)
Prasetyo Nugroho dan
.........42
Widiyatno
4. Agroforestri dalam pembangunan rendah
emisi
5. Agroforestry pattern and fauna change in repong damar krui West Lampung
Indonesia
lX
20. Penentuan Aren (Arenga Pinnata) sebagai hasil hutan bukan kayu unggulan
dan strategi pengembangannya dalam mendukung ketahanan pangan: kasus
di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara
Sanudin......
.....428
21. Pemilihan jenis tanaman demplot agroforeky: pengalaman proyek ITTO
PD 3941M REV. 1 G) di daerah tangkapan air Danau Toba
Sanudin danNurheni Wijayanto..
........433
22. Pengelolaan Tembawang 6ls[ masyarakat di dusun Landau Desa Jangkang
Benua Kecamatan Jangkang Kabupaten Sanggau
Augustine Lumangkun, [Ike Natalina, Ratih........
.....................438
23. Pengembangan agroforestry berbasis biofarmaka dan kemitrran pemasaran
untuk pemberdayaan masyarakst di Kabupaten Sukabum[ Propinsi Jawa
Barat
inuk Purnaningsih, Edy Djauhari Purwalersumah ..............43
24. Pengganaan pola agroforestri pada budidaya nanas
Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang
Devy P. Kuswantoro, Idin S. Ruhimat, den Darsono
di Ilesa Tambakmekar,
Priono........
..................448
25. Penting tetapi tidak mendesak rasionalitas penanam Bambang Lanang
(Michelio champaca) di hulu DAS Musi, Sumatera Selatan
Ed$rinMartiq Bambang Tejo Premono, danAriNurlia
............453
26. Peran penyuluh dalam pengembangan agroforesfy di desa penyangga Taman
Nasional Way Kambas Lampung
M.D Wicaksono..............
.....................458
21.Peranan praktek agroforestri terhadap pendapatan dan ketahanan pangan
masyarakat Kecamatan Samigaluh Kabupaten Kulonprogo
Warmanti
Mildaryani
......461
28. Perjalanan multiabad repong damar: Kajian aspek tata guna lahan
Tuti Herawati
....................468
29. Persepsi masyarakat terhadap kegiatan agroforestri: Perladangan berpindah
Emi Roslinda
..................473
30. Perspektif manajemen lestari agroforestri kompleks
Syuku Umar..........
..........478
31.
Praktik agroforestri di kawasan penyangga Taman Nasional Gunung
Halimun-Salak
Tri Sulistyati Widyaningsih dan Aditya Hani...........
..................481
32.
Praktik agroforestry di KPH Ciamis (Studi kasus llma
Kecamatan Pamarican, Kabupaten Ciamig Jawa Barat)
Endah Suhaendahdan Wuri Handayani
Pamarican,
..................487
33. Rekonstruksi pengetahuan agroforestiz human capital ilalam sustainable
livelihood
Arief Khristanto ................
,.......492
PENGEMBAIIGAI\ AGROFORBSTRY BERBASIS BIOFARMAKA
DAN KEMITRAAN PEMASARAN I]NTT]K PEMBERDA.VN"M
UESVI-iAKAT
Dr KABUPATEN suKABUtdr, PRoprNsI JAWA BARAT
, Ninuk Purnaningsih2, Edy Djauhari Punryakusumah3
Hutan,
Falatltas Kehutanan, ipB; rDeparremen Sotns iomunil@si
$emen
de,
?anberdayaan Masyarakat, Fahrltas Ekotogi *tomrifi,
i6"port"*en
Biokimia, Fahthas
Matematika dan llmu Pengetahuan Atam, IpB
*
rE_;':
:1 i
*,qwr-temen
ti*;
ABSTRACT
t$:x;t of community around forest in sukabuni District
is small and landless farmers. They
*tionally cultivat€
any
others
medicinal
plants.
But the pr"ar"iq*it, * under the
lmong
qmmnr"+ard
which caused low pro&rct prices. It is then needed to sfrengthen
and eurpowering the
cupacitv with.ai-1io improve quarrty
qrantilli meoi"Inu pht ;;tucts and to
on'elop an integrated_rnarketing model ror megici*i ptu"'o
*0, high ;-pd;;i*"*, farmer
grup institution whic!_.99uld 'trlild a partnership with industy.
The
@Ers at Melcaqaya village, Ciemas -sub-district who are memus object of this activity is
of srijaya Far:ner Gro,ps
rtts-ociation (FGA). Survey,
indepth interview and
air"*sion
*ere condrctea b get
!,cu1gf*p
oo existing condition Farmer institution stengtheniig
was conducted through kainings for
P
rEl€rs on agroforestry based medicinal qfant inctuding agroforo.y
a"rrio tation plot
:m$lishmen! post harvest processing ana r'acititation of farier grotrp
institution. Agribusiness
ruuorking and parfirership is uuru tnrough the memorandum
of understanding on marketing
trrEr"s,:sso FGA and two industry companies.
ry
*o
Lc1-words: medicinal plant, empowerment, marketing,
farnrer institution, parhership
l", Pendahuluam
jmilonesia menrpakan
negara kedua terkaya di
0' nia dalam hal keanekaragaman rtayati.
lmdapat sekitar 30.000 jenis (spesies) yang
re.,ah diidentifikasi dan 950 spesies diantar
anya
uiEtahui memiliki fungsi biofarmaka yaitu
u:mbuhan, hewan, maupun mikroba yang
r:fmiliki potensi sebagai obat, makanan
s.frsehatano nutraceuticals, baik unfuk manusia,
rEu'an maupun tanaman
lTnekarugamarl hayatiny&,
Dengan
seharusnya
-tdonesia rnarrpu mer{adi pusat pengernbangan
rynb i snis b erbasiskan biofar maka.
straJegi pengembangan agribisnis biofarmaka
s&pat mengarnbil bentuli pada pola-pola
:Enumbuhan dan penguatan kelembagaan
pada komuniLs lokavpetani, utamanya
TPsis
)es
produk
biofarmaka yang telah lazim
lbudidayakan oleh masyarakat setempat,
Fperti temulawak, jahe dan sebagainya.
Eerbagai pola pengembangan agribisnis
!:ofarmaka dapat dilakukan, umpamanya
relalui pola kemitraan Qtartnership) yang
rengintegrasikannya dengan perusahaan jamu
iaik skala regional maupun nasional atau
dengan kexembagaan sosial dan ekonomi
lainnya. Kecendenrn gan pembesaran peluang
-produk
demand pasar terhadap bahan-bahan
biofarmaka, dapat dipandang seb agaisalah satu
jalan alternatif bug, peningkatan pendapatan
nrmahtangga petani di tingkat petani lokal.
Terdapat sejumlah masalah yang dihadapi
oleh rumahtangga petani dalam upaya
pengernbangan tanaman (agribisnis) biofarmaka.
Pertams, petani menghadapi kendala strulcfiral
berupa keterbatasan penguasaan keterampilan
dan pengetahuar; ketiadaan sumber *3ut*o
dan informasi produlci, budidaya
dan
pengolahan yang akan mencirikan kualitas
tanarnan biofarrraka serta kurangnya &rlnrngan
ke I embagaan produ h*i (s upp o r t i n g i ns t i tu t i in
s)
yang mencuJnrpi untuk pengerrbangan tanarnan
biofannaka . Ke&tq p€tani menghadapi sejumlah
kendala berdimensi htlturar sepertl moralitas
ekonomi, cara-pandang etika subsistensi, serta
sistern nilai terhadap produk yang dipilih.
Dirnensi kultural itu telah *royruabtcan
rendahnya preferensi pstani pada pilihan
tanaman obat sebagai komoditas pokok yang
diusahakannya.
seminar Nasional Agroforestri III, 29 Mrei
zan
Gapoktan Srijaya yang meranskap sebagai
tengkulak besar atau kepada tengkulak besar
lainnya di hrar kecamatan. Gapoktan menjual
hasil pertanian ke Pasar Induk Kramat Jati di
lakaxta atau ke pasar kabupaten di Pelabuhan
Ratu (Garnbar 2).
Pengawa$an dan pembinaan pemasaran
telah dilalnftan oleh Dinas Pertanian Tanaman
Pangan dan Balai Penyuluhan Pertanian
Perikanan Peternakan dan Kehutanan (BP4K)
Kabupat€n Sukabumi" Namun pengawasan dan
pernbinaan pemasaran tersebut masih terbatas
pada penyuhftan dan pengikutsertaan Gapohan
dalam pameran pembangunan baik di dalam
maupun di hrar kabupaten Dengan nrcngevaluasi
kondisi saat ini tentang kelenrbagaan pefilasman
dan tingkat kemitraan antar stakehoder, maka
raneaqgan pngembangan model kemitraan dan
pemasaran yang dibangun adalah seperti tertera
pada Gambar 3.
Desain kelembagaan petani dalam model
penulsaran ini, berkaitan dengan konsep
"hubungan kelennbagaan", yakri menggambarlffin
pola-pola hubungan antara kelenrbagaan petani
dengan institusi lainnya (Dinas Pertanian
Tanaman Pangan, PT,Biofarindo, PT" SOHO).
Upaya psngembangan jejaring tersebut dapat
dianalisis dengan p€maharnan dan penjelasan
yang holistik antara modal sosial, modal
ekonomi dan modal fisik (Dhannawan dan
Tony, 2005). Jejaring dalam 'kelemb agaan
petani yang utuh' tersebut secara konseptual
hanrs dibangun dan dikenrbangkan rnelalui
suatu aktivitas kolaborasi antar-s tskeholder
serta sifat petani yang hanya mengusai
lahan sempit dan mdal yang terbatas.
2) Model pemasaran dengan pola kemitraart
antara petani dengan industri yang disertai
dularngan lembaga pemerintah dan
stakeholder lainnya, rnemperkuat daya
saing petani dengan terjaminnya pemasaran
produk biofarmaka.
5. Daftar pustaka
A.H dan F. Tony,2W5. Intualsi
dan Relasi antara Kelembagmn Petani
Dharma\Aran,
Tingkat Internasional dan Nasional.
Ftranafi,
A.
1987. Memasyarakatkan Ide-ide
Baru: disarikan dari karya Everett M.
Rogms dan F. Floyd Shoemaker. Usaha
Offset Printing Sumbaya.
Mardikanto, T.
L993, Penyrluhan
Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret
University Press, Surakarta.
Puki, E. I. K., L. Sundawati, hT. Purnaningsih,
E. D. Purwakusumah, M. Gulamahdi .
20A6. Model Keminaan and Pemasaran
Terpadu Biofarmaka di Kota Semarang
Provinsi Jawa Tengah (Laporan
Penelitian). Pusat Studi Biofbrmaka,
LPPM.IPB.
Scoff, 'W. R. 1995. fnsfitutions and
Organizations. Foundations for
Organizational Science. Sage. Thousand
Oaks and London.
atau antar-kelembagaan berdamrkan kepercayaan
Secara konseptual disain kelembagaan dan
hubungan kelenrb agaafi tersebut dirancang
dengan membangun kolaborasi
antar-
stakeholder, yang meliputi suatu pola relasi
antar sektor swasta (perusahaan swasta), sektor
publik (kelembagaan pemerintah di berbagai
hierarkfii), Mn sektor kelembagaan-kelemb agan
petani. Dalam tatarun atau aras operasional
memungkinkan bentuk kolaborasi tersebut
dibangun tidak hanya dalam kerangka ikatan
antar*stakeholder, tdapi dapat pula dalam ilmtan
shoreholder, seperti pengembangan paymers hip .
4. Kesimpulan
1) Pengembangan agroforestri berbasis
biofarmaka memiliki potensi yang tinggi
nnfuk pemberdayaan masyarat*at namun
adopsi inovasi pola agrofrestri ini
terkendala sifat jangka tanam yang agak
lama dan biaya produksi yang cutr