Respon Pertumbuhan Beberapa Aksesi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) yang Berpotensi sebagai Batang Bawah

2

ABSTRAK
NIKEN ANUGRAHA NINGTYAS. Respon Pertumbuhan Beberapa Aksesi Jarak Pagar (Jatropha
curcas L.) yang Berpotensi sebagai Batang Bawah. Dibimbing oleh Hadisunarso dan Hamim.
Karakter batang bawah yang baik berperan penting untuk menghasilkan bibit jarak pagar
berkualitas dan mendukung batang atas yang berproduksi tinggi. Penelitian ini bertujuan
mendapatkan aksesi jarak pagar yang berpotensi sebagai batang bawah serta memperoleh jenis
media yang baik bagi pertumbuhan bibit asal biji. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak
Lengkap dengan 2 faktor dan 5 ulangan. Faktor pertama ialah jenis aksesi (S1, S2, S3, J1, J2, J3,
B1, B2, B3, JB, dan IP3P). Faktor kedua ialah jenis media, yaitu kompos 100% (K) dan campuran
tanah dan kompos 1:2 (TK). Tanaman jarak pagar pada media TK menghasilkan tinggi tanaman,
panjang akar primer tunggang, panjang akar primer samping, diameter akar primer tunggang, dan
jumlah akar sekunder pada akar tunggang, lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pada media
K. Aksesi jarak pagar berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati, kecuali panjang
akar sekunder pada akar tunggang, diameter akar sekunder pada akar tunggang, dan jumlah akar
sekunder pada akar samping. Berdasarkan pada pertumbuhan tajuk serta pertumbuhan akar primer
dan sekunder yang baik, diperoleh aksesi-aksesi yang berpotensi sebagai batang bawah. Aksesi S1,
S2, S3, B2, dan IP3P merupakan aksesi yang berpotensi sebagai batang bawah pada media K,
sedangkan aksesi S2, J2, dan J3 berpotensi sebagai batang bawah pada media TK.
Kata kunci: batang bawah, jarak pagar (Jatropha curcas L.), aksesi


ABSTRACT
NIKEN ANUGRAHA NINGTYAS. Growth Response of Some Physic Nuts (Jatropha curcas L.)
Accession that Potensial as Rootstock. Under direction of HADISUNARSO and HAMIM.
Rootstock characters are important in producing high quality of seedling to support high
production of scion. The aims of this study were to obtain the high quality of Jatropha rootstocks
and to determine effect of media on seedling growth. The experiment was designed as a
Completely Randomized Design with two factors and five replications. The first factor was
accessions (S1, S2, S3, J1, J2, J3, B1, B2, B3, JB, and IP3P). The second factor was the type of
media i.e. 100% compost (K) and soil plus compost media (1:2 v/v) (TK). The result showed that
type of media had significant effect on plant height, taproot length, lateral root length, taproot
diameter, and number of secondary taproot. Growth of physic nut seedlings in TK media was
better than in K media. Type of accession had significant effect on shoot and root growth;
however, the secondary taproot length and diameter, and number of secondary lateral root were
not significantly affected by the type of accessions. The accession have higher shoot and root
growth were recommended for rootstock candidate. The accessions of S1, S2, S3, B2, and IP3P
were the most potential candidate for planted in K media, while the S2, J2, and J3 accessions were
the most potential accessions for rootstock planted in TK media.
Keywords: rootstock, physic nut (Jatropha curcas L.), accessions.


1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dewasa ini, produksi bahan bakar minyak
(BBM) semakin menurun. Pada tahun 2009,
produksi minyak mentah Indonesia hanya
sebesar 301663.4 barel (BPS 2011).
Rendahnya produksi ini tentu tidak mampu
mencukupi kebutuhan BBM yang setiap tahun
semakin
meningkat.
Kesulitan
dalam
penyediaan BBM mendorong berbagai negara
untuk mencari bahan bakar alternatif. Salah
satu bahan bakar alternatif yang dapat
digunakan untuk mengatasi permasalahan
tersebut ialah biodiesel. Biodiesel merupakan
bahan bakar alternatif berbahan baku minyak

nabati (Priyanto 2007).
Salah satu sumber minyak nabati yang
besar potensinya sebagai penghasil biodiesel
ialah jarak pagar (Berchmans & Hirata 2008).
Potensi ini dapat dilihat dari produksi jarak
pagar yang menempati nomor dua setelah
kelapa sawit untuk biodiesel, yaitu sebesar
lebih dari 3250 liter/hektar (Priyanto 2007).
Jarak pagar menjadi prioritas utama penghasil
biodiesel karena minyak jarak pagar tidak
termasuk dalam kategori minyak makan
sehingga pasokan bahan baku untuk masa
mendatang terjamin ketersediaannya. Selain
itu, jarak pagar mudah dibudidayakan.
Tanaman ini dapat tumbuh pada tanah subur,
lahan kering, lahan marjinal, bahkan juga
pada lahan yang tererosi.
Jarak pagar (Jatropha curcas L.)
merupakan tanaman tahunan yang termasuk
famili Euphorbiaceae. Tanaman ini berupa

perdu, tingginya dapat mencapai 5-10m,
dengan percabangan tidak teratur. Batangnya
berbentuk silindris, berkayu, dan mengandung
lateks. Jarak pagar memiliki daun tunggal
berlekuk 5-7. Biji berbentuk bulat lonjong dan
berwarna coklat kehitaman. Biji ini
mengandung minyak dengan rendemen
berkisar antara 30-50% (Priyanto 2007).
Secara umum, tanaman ini memiliki lima akar
primer jika ditumbuhkan langsung dari biji,
yaitu satu akar tunggang dan empat akar
lateral (Kumar & Sharma 2008).
Upaya penyediaan biji jarak pagar
sebagai bahan baku biodiesel hingga saat ini
masih terkendala oleh beberapa permasalahan.
Pertama, produksi buah yang dihasilkan relatif
rendah karena jumlah bunga betina jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan bunga jantan,
yaitu dengan perbandingan 1:29 (Raju &
Ezradanam 2002). Kedua, varietas atau klon

jarak pagar yang unggul secara genetik belum
tersedia sehingga sumber benih masih

mengandalkan pengumpulan dari berbagai
daerah. Ketiga, penelitian tentang kultur
jaringan ataupun genetika jarak pagar masih
belum banyak dilakukan. Dari beberapa
permasalahan tersebut, diperlukan lebih
banyak penelitian untuk mendapatkan bibit
berkualitas tinggi.
Ketersediaan bibit jarak pagar berkualitas
tinggi bergantung pada jenis media
pembibitan yang tepat. Media yang baik untuk
pertumbuhan bibit ialah media yang memiliki
porositas dan daya pegang air yang cukup
serta mampu mempertahankan kelembapan
dalam periode yang cukup lama. Media
campuran tanah dan pupuk kandang
dilaporkan baik untuk pembibitan jarak pagar
(Santoso et al. 2009).

Upaya mendapatkan bibit berkualitas
tinggi juga dapat dilakukan melalui
karakterisasi tanaman yang berpotensi sebagai
batang atas dan batang bawah (Sutrisna 2010).
Kombinasi antara batang bawah yang
perakarannya bagus dan batang atas yang
produksinya tinggi akan mampu menjawab
masalah rendahnya produktivitas.
Beberapa aksesi jarak pagar diketahui
berpotensi sebagai batang atas atau batang
bawah. Tanaman yang berpotensi sebagai
batang atas harus memiliki sifat unggul dalam
produksi serta mampu beradaptasi dan tumbuh
kompak dengan batang bawah. Tanaman jarak
yang berpotensi sebagai batang bawah
merupakan
tanaman
yang
memiliki
karakteristik perakaran kuat dan dalam, tahan

terhadap keadaan tanah yang kurang
menguntungkan, mampu beradaptasi atau
tumbuh kompak dengan batang atas, serta
tanaman dalam keadaan bebas hama dan
penyakit (Prastowo & Roshetko 2006).
Upaya mendapatkan aksesi jarak pagar
yang berpotensi sebagai batang bawah dapat
difokuskan
pada
pengamatan
sistem
perakaran. Menurut Reubens et al. (2010)
sistem perakaran jarak pagar berperan penting
dalam konservasi lahan. Penelitian yang
mengarah pada karakterisasi calon batang
bawah melalui pengamatan sistem perakaran
masih jarang dilakukan. Oleh karena itu,
melalui penelitian ini diharapkan dapat
diperoleh tanaman jarak pagar dengan potensi
genetik perakaran sangat baik sehingga

memiliki kemampuan tumbuh yang tinggi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mendapatkan
aksesi jarak pagar yang berpotensi sebagai
batang bawah serta memperoleh jenis media
yang baik bagi pertumbuhan bibit asal biji.

2

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan
November 2010 hingga Mei 2011 di
Laboratorium Rumah Kaca dan Laboratorium
Fisiologi Tumbuhan, Departemen Biologi,
FMIPA, Institut Pertanian Bogor.
Bahan
Bahan yang digunakan ialah benih
sebelas aksesi jarak pagar yang diperoleh dari
Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon (Tabel 1).

Media yang digunakan ialah kompos dan
tanah andosol yang didapatkan dari daerah
Sawah Baru, Desa Babakan, Dramaga, Bogor.

Pengamatan. Pengamatan dilakukan saat
bibit berumur 45 hari setelah kotiledon
muncul dari permukaan tanah. Peubah yang
diamati ialah tinggi tanaman, jumlah daun,
diameter batang, dan bobot kering tajuk, serta
panjang, diameter, jumlah, dan bobot kering
akar. Tinggi tanaman diukur dari permukaan
tanah sampai dasar tunas apikal. Diameter
batang diukur dengan menggunakan jangka
sorong pada ketinggian 2 cm dari permukaan
tanah. Jumlah daun dihitung pada setiap
batang dan percabangan. Bobot kering tajuk
didapatkan dari tajuk yang dikeringkan dalam
oven pada suhu 80°C sampai mencapai bobot
konstan.


Tabel 1 Tanaman jarak pagar berdasarkan pada kode dan asal aksesi
Kode
S1
S2
S3
J1
J2
J3
B1
B2
B3
JB
IP3P

Asal aksesi
Surantih, X Koto Tarusan, Pesisir Selatan
Marunggi, Nan Sabaris, Padang Pariaman
Balingbing, Rambatan, Tanah Datar
Rawalu, Banyumas
Sidourip, Binangun, Cilacap

Tegal Kamulyan, Cilacap
Sukawaris, Cikeusik, Pandeglang
Tanjungan, Cikeusik, Pandeglang
Cikeruh Wetan, Cikeusik, Pandeglang
Ciwareng, Babakan Cikao, Purwakarta
Hasil seleksi Kebun Induk Jarak Pagar Pakuwon, Sukabumi

Metode
Rancangan Percobaan. Penelitian ini
disusun dalam Rancangan Acak Lengkap
(RAL) Faktorial. Perlakuan yang diujicobakan
meliputi dua faktor, yaitu: jenis aksesi dan
media. Taraf perlakuan faktor jenis aksesi
meliputi aksesi S1, S2, S3, J1, J2, J3, B1, B2,
B3, JB, dan IP3P, sedangkan taraf jenis media
mencakup kompos 100% (K) serta campuran
tanah dan kompos dengan perbandingan 1:2
(TK). Semua faktor dikombinasikan secara
lengkap sehingga terdapat 22 kombinasi
perlakuan. Setiap kombinasi aksesi dan media
diulang sebanyak 5 kali, sehingga total unit
percobaan ada 110. Bagan penataan
rancangan acak lengkap percobaan disajikan
pada Lampiran 1. Sifat kimia media pada awal
percobaan disajikan pada Lampiran 2.
Penanaman Benih dan Pemeliharaan.
Benih aksesi jarak pagar direndam dalam
limbah cair peternakan sapi selama 24 jam
untuk mematahkan dormansi biji. Masingmasing benih kemudian ditanam dalam
25 cm yang
kantong plastik berukuran 15
telah berisi media sesuai perlakuan.
Selanjutnya kantong plastik berisi benih
tersebut ditempatkan dalam rumah kaca untuk
dipelihara selama ± 45 hari. Pemeliharaan
meliputi penyiraman dan penyiangan gulma.

Provinsi
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Sumatera Barat
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Jawa Tengah
Banten
Banten
Banten
Jawa Barat
Jawa Barat

Panjang
akar
diukur
dengan
menggunakan penggaris dari pangkal hingga
ujung akar. Diameter akar diukur pada
pangkal akar dengan menggunakan jangka
sorong. Pengukuran panjang, diameter, dan
jumlah akar dilakukan terhadap akar primer
serta akar sekunder. Akar primer merupakan
akar yang pertama kali terbentuk dari biji,
sedangkan akar sekunder ialah akar yang
muncul dari akar primer. Akar primer jarak
pagar terdiri atas 1 akar tunggang yang
tumbuh secara vertikal dan 4 akar samping
yang tumbuh secara horizontal berpangkal
pada leher akar (Lampiran 3). Bobot kering
akar diperoleh dari bobot akar yang sudah
dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C
hingga mencapai bobot konstan.
Analisis Data. Data hasil pengamatan
dianalisis dengan menggunakan analisis sidik
ragam (analisis varian) pada taraf kepercayaan
95%
dengan
menggunakan
program
Statistical Package for the Social Sciences
(SPSS) 16.0. Apabila hasil analisis varian
untuk suatu peubah menunjukkan perbedaan
yang nyata maka pengujian dilanjutkan
dengan menggunakan Uji Duncan Multiple
Range Test (DMRT).

3

HASIL
Respon
pertumbuhan
tanaman
terhadap media. Media berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman, bobot kering akar,
panjang akar primer tunggang, panjang akar
primer samping, diameter akar primer
tunggang, dan jumlah akar sekunder pada akar
primer tunggang (Tabel 2). Tanaman jarak
pagar yang ditanam pada media tanah kompos
(1:2) menghasilkan nilai lebih tinggi pada
lima komponen pertumbuhan yang berbeda
nyata tersebut, kecuali bobot kering akar
dibandingkan dengan tanaman yang ditanam
pada media kompos 100%.
Karakteristik pertumbuhan jarak
pagar. Aksesi jarak pagar berpengaruh nyata
terhadap semua komponen pertumbuhan tajuk
(Tabel 3, Lampiran 4). Aksesi tertinggi ialah
IP3P (37.56 cm), diikuti oleh J3 (34.00 cm),

JB (33.80 cm), dan J2 (33.10 cm). Aksesi S2
berdiameter batang terbesar (1.71 cm),
kemudian diikuti oleh aksesi S3 (1.48 cm).
Aksesi yang memiliki jumlah daun terbanyak
ialah aksesi S1 (18.20 helai), sedangkan
aksesi dengan bobot kering tajuk terbesar
ialah aksesi S2 (13.49 g).
Faktor aksesi jarak pagar berpengaruh
nyata terhadap semua komponen pertumbuhan
akar primer (Lampiran 5). Tabel 4
memperlihatkan aksesi IP3P dan JB
mempunyai panjang akar primer tunggang
terpanjang, yaitu 21.19 cm dan 20.43 cm.
Panjang akar primer samping terbesar dimiliki
oleh aksesi J1 (19.86 cm) dan diikuti oleh
aksesi J3 (19.75 cm). Aksesi S2 memiliki
diameter akar primer (tunggang dan samping)
terbesar di antara 10 aksesi lainnya, yaitu
sebesar 1.19 cm dan 0.41 cm.

Tabel 2 Pengaruh media terhadap pertumbuhan tajuk dan sistem perakaran pada sebelas aksesi
jarak pagar
Komponen pertumbuhan

Media tumbuh
K
TK
Bobot kering tajuk (g)
9.05 a
8.82 a
Diameter batang (cm)
1.39 a
1.43 a
Jumlah daun (helai)
13.20 a
12.90 a
Tinggi tanaman
31.56 a
33.90 b
Bobot kering akar (g)
1.87 b
1.76 a
Panjang akar primer tunggang (cm)
16.47 a
18.61 b
Panjang akar primer samping (cm)
16.26 a
19.11 b
Diameter akar primer tunggang (cm)
0.94 a
1.07 b
Diameter akar primer samping (cm)
0.35 a
0.34 a
Jumlah akar sekunder-tunggang
57.29 a
75.05 b
Jumlah akar sekunder-samping
47.22 a
48.71 a
Panjang akar sekunder-tunggang (cm)
8.11 a
8.74 a
Panjang akar sekunder-samping (cm)
7.48 a
8.60 a
Diameter akar sekunder-tunggang (cm)
0.08 a
0.08 a
Diameter akar sekunder-samping (cm)
0.06 a
0.06 a

Angka pada baris yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(DMRT).

Tabel 3 Tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, dan bobot kering tajuk pada sebelas
aksesi jarak pagar
Aksesi

Tinggi tanaman
Diameter batang
Jumlah daun
Bobot kering tajuk
(cm)
(cm)
(helai)
(g)
S1
31.04 ab
1.41 bcd
18.20 e
9.95 b
S2
32.15 ab
1.71 e
13.40 bcd
13.49 c
S3
32.90 ab
1.48 d
15.00 d
9.92 b
J1
29.53 a
1.45 bcd
10.60 a
8.32 a
J2
33.10 b
1.44 bcd
11.40 ab
8.46 ab
J3
34.00 b
1.32 ab
13.80 cd
7.25 a
B1
32.43 ab
1.33 abc
11.70 abc
9.84 b
B2
31.66 ab
1.21 a
11.80 abc
7.10 a
B3
31.65 ab
1.31 ab
13.00 bcd
7.97 a
JB
33.80 b
1.46 cd
10.50 a
8.22 a
IP3P
37.56 c
1.36 bcd
14.20 d
7.72 a

Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(DMRT).

4

Aksesi jarak pagar berpengaruh nyata
terhadap panjang dan diameter akar sekunder
pada akar primer samping, jumlah akar
sekunder pada akar primer tunggang, dan
bobot kering akar (Tabel 5, Lampiran 5).
Aksesi B2 memiliki panjang akar sekundersamping terbesar, yaitu 10.77 cm. Diameter
akar terbesar dimiliki oleh aksesi S2. Jumlah
akar sekunder pada akar primer tunggang
terbanyak terdapat pada aksesi JB, sedangkan
bobot kering akar terbesar dimiliki oleh aksesi
S2 dan S1, berturut-turut 3.24 g dan 3.00 g.
Interaksi antara aksesi dan media
terhadap pertumbuhan jarak pagar. Hasil
analisis sidik ragam menunjukkan interaksi

antara aksesi jarak pagar dan media
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman,
diameter batang, jumlah daun, dan bobot
kering tajuk (Gambar 1, 2, 3, 4, Lampiran 4).
Sebanyak 8 dari 11 jenis aksesi yang ditanam
pada media TK memiliki tinggi tanaman dan
diameter batang lebih tinggi dibandingkan
dengan aksesi yang ditanam pada media K.
Lebih dari lima jenis aksesi yang digunakan
juga memiliki bobot kering tajuk lebih besar
pada media TK. Sebaliknya, beberapa aksesi
jarak pagar memiliki jumlah daun lebih
banyak pada media K dibandingkan dengan
media TK.

Tabel 4 Panjang akar primer tunggang, panjang akar primer samping, diameter akar primer
tunggang, dan diameter akar primer samping pada sebelas aksesi jarak pagar
Aksesi

Panjang akar primer
Panjang akar primer Diameter akar primer Diameter akar primer
tunggang (cm)
samping (cm)
tunggang (cm)
samping (cm)
S1
15.14 a
15.81 ab
.87 a
.29 a
S2
14.90 a
16.55 bcd
1.19 d
.41 c
S3
16.00 ab
15.76 ab
.90 ab
.33 ab
J1
18.50 bcd
19.86 e
1.02 abc
.32 ab
J2
19.01 cd
16.87 bcd
1.07 cd
.35 abc
J3
20.88 d
19.75 e
1.00 abc
.29 a
B1
14.24 a
15.93 abc
.93 abc
.39 bc
B2
15.43 a
17.12 bcd
.99 abc
.33 ab
B3
17.24 abc
18.16 cde
.98 abc
.34 abc
JB
20.43 e
13.83 a
1.01 abc
.33 ab
IP3P
21.19 e
18.79 de
1.03 bc
.38 bc

Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(DMRT).

Tabel 5 Panjang akar sekunder-samping, diameter akar sekunder-samping, jumlah akar sekundertunggang, dan bobot kering akar pada sebelas aksesi jarak pagar
Aksesi

Panjang akar
Diameter akar
Jumlah akar
Bobot kering akar
sekunder- samping (cm) sekunder-samping (cm) sekunder-tunggang
(g)
S1
8.53 cde
.06 ab
65.70 ab
3.00 e
S2
9.47 ef
.08 d
65.20 ab
3.24 e
S3
8.26 cde
.05 ab
61.50 ab
1.93 d
J1
6.09 ab
.06 abc
71.80 bc
1.42 b
J2
7.88 cde
.06 bc
65.90 ab
1.60 bc
J3
7.26 bcd
.06 ab
72.60 bc
.93 a
B1
9.13 e
.07 cd
49.10 a
1.87 cd
B2
10.77 f
.07 cd
58.90 ab
1.58 bc
B3
6.92 abc
.06 ab
73.60 bc
1.52 b
JB
8.62 de
.05 a
84.90 c
1.61 bc
IP3P
5.50 a
.05 a
58.70 ab
1.29 b

Angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5%
(DMRT).

45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

K
TK

S1

S2

S3

J1

J2

J3

B1 B2 B3 JB IP3P

Aksesi jarak pagar

Diameter batang (cm)

Gambar 1

Tinggi tanaman sebelas aksesi
jarak pagar pada perlakuan
kombinasi aksesi dan media.

diameter akar sekunder-samping, jumlah akar
sekunder-tunggang, dan bobot kering akar
(Gambar 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, Lampiran 5).
Lebih dari lima jenis aksesi yang ditanam
pada media TK menghasilkan nilai lebih
tinggi pada hampir semua komponen
pertumbuhan akar, kecuali diameter akar
primer samping dan bobot kering akar. Aksesi
S1, S2, S3, J3, JB, dan IP3P pada media K
cenderung memiliki diameter akar primer
samping lebih tinggi dibandingkan dengan
lima aksesi lainnya yang ditanam pada media
TK (Gambar 8). Media K juga berpengaruh
terhadap bobot kering akar yang lebih tinggi

pada aksesi S1, S2, S3, B1, B3, dan JB
(Gambar 11).

2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

K
TK

S1

S2

S3

J1

J2

J3

B1 B2 B3 JB IP3P

Aksesi jarak pagar

Gambar 2

Diameter batang sebelas aksesi
jarak pagar pada perlakuan
kombinasi aksesi dan media.

Panjang akar primer tunggang (cm)

Tinggi tanaman (cm)

5

30
25

20
15

K
10

TK

5
0
S1

S2

Gambar 5

15

K
TK

0
S1

S2

S3

J1

J2

J3

B1 B2 B3 JB IP3P

Aksesi jarak pagar

Gambar 3 Jumlah daun sebelas aksesi jarak
pagar pada perlakuan kombinasi
aksesi dan media.

Panjang akar primer samping (cm)

Jumlah daun (helai)

20

5

J1

J2

J3

B1 B2 B3 JB IP3P

Aksesi jarak pagar

25

10

S3

Panjang akar primer tunggang
sebelas aksesi jarak pagar pada
perlakuan kombinasi aksesi dan
media.

30
25

20
15

K
10

TK

5
0
S1

S2

S3

J1

J2

J3

B1 B2 B3 JB IP3P

18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

Gambar 6

Panjang akar primer samping
sebelas aksesi jarak pagar pada
perlakuan kombinasi aksesi dan
media.

K
TK

S1

S2

S3

J1

J2

J3

B1 B2 B3 JB IP3P

Aksesi jarak pagar

Gambar 4 Bobot kering tajuk sebelas aksesi
jarak pagar pada perlakuan
kombinasi aksesi dan media.
Interaksi antara aksesi jarak pagar dan
media juga berpengaruh nyata terhadap
panjang akar primer tunggang, panjang akar
primer samping, panjang akar sekundersamping, diameter akar primer samping,

Panjang akar sekunder-samping (cm)

Bobot kering tajuk (g)

Aksesi jarak pagar

14

12
10
8

6

K

4

TK

2
0
S1

S2

S3

J1

J2

J3

B1 B2 B3 JB IP3P

Aksesi jarak pagar

Gambar 7

Panjang akar sekunder-samping
sebelas aksesi jarak pagar pada
perlakuan kombinasi aksesi dan
media.

Diameter akar primer samping (cm)

6

0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0

K
TK

S1 S2 S3

J1

J2

J3 B1 B2 B3 JB IP3P

Aksesi jarak pagar

Diameter akar sekunder-samping
(cm)

Gambar 8

Diameter akar primer samping
sebelas aksesi jarak pagar pada
perlakuan kombinasi aksesi dan
media.

0.1
0.09
0.08
0.07
0.06
0.05
0.04
0.03
0.02
0.01
0

K
TK

S1 S2 S3 J1

J2

J3 B1 B2 B3 JB IP3P

Aksesi jarak pagar

Jumlah akar sekunder-tunggang

Gambar 9 Diameter akar sekunder-samping
sebelas aksesi jarak pagar pada
perlakuan kombinasi aksesi dan
media.

120
100

80
60

K
40

TK

20
0
S1

S2

S3

J1

J2

J3

B1 B2 B3 JB IP3P

Aksesi jarak pagar

Gambar 10 Jumlah akar sekunder-tunggang
sebelas aksesi jarak pagar pada
perlakuan kombinasi aksesi dan
media.

4

Bobot kering akar (g)

3.5

3
2.5
2

K

1.5

TK

1
0.5
0
S1

S2

S3

J1

J2

J3

B1 B2 B3 JB IP3P

Aksesi jarak pagar

Gambar 11 Bobot kering akar sebelas aksesi
jarak pagar pada perlakuan
kombinasi aksesi dan media.

Aksesi jarak pagar berpotensi sebagai
batang bawah. Aksesi yang berpotensi
sebagai batang bawah dapat ditentukan
berdasarkan pada nilai pertumbuhan akar dan
tajuk (Gambar 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan
11). Aksesi yang terpilih sebagai kandidat
batang bawah dapat digolongkan ke dalam
dua kelompok media, yaitu: (1) pada media K,
aksesi yang terpilih ialah aksesi S1, S2, S3,
B2, dan IP3P; (2) pada media TK, aksesi yang
terpilih ialah aksesi S2, J2, dan J3.
Potensi sebagai batang bawah pada aksesi
yang ditanam pada media K ditunjukkan oleh
pertumbuhan tajuk dan sistem perakaran yang
baik. Selain jumlah daun, aksesi S1 memiliki
panjang akar sekunder-samping, diameter akar
sekunder-samping, jumlah akar sekundertunggang, dan bobot kering akar relatif tinggi.
Kelebihan karakter aksesi S3 terletak pada
tinggi tanaman, diameter batang, panjang akar
sekunder-samping, diameter akar sekundersamping, jumlah akar sekunder tunggang, dan
bobot kering akar. Selain bobot kering tajuk
dan diameter akar primer samping, aksesi S2
memiliki pertumbuhan tajuk dan akar yang
baik sama seperti aksesi S3. Aksesi B2
memiliki karakter yang baik sebagai batang
bawah pada tinggi tanaman, panjang akar
primer samping, panjang akar sekundersamping, diameter akar sekunder-samping,
dan jumlah akar sekunder-tunggang. Aksesi
IP3P memiliki tinggi tanaman, panjang akar
primer tunggang, panjang akar primer
samping, diameter akar primer samping, dan
jumlah akar sekunder tunggang relatif baik
sebagai syarat kandidat batang bawah.
Pada media TK, aksesi S2 mempunyai
diameter batang, jumlah daun, bobot kering
tajuk, panjang akar sekunder-samping,
diameter akar primer samping, diameter akar
sekunder-samping, dan bobot kering akar
lebih besar dibandingkan dengan aksesi
lainnya. Potensi sebagai batang bawah juga
terdapat pada aksesi J2 yang memiliki tinggi
tanaman, diameter batang, bobot kering tajuk,
panjang akar primer tunggang, diameter akar
primer samping, dan diameter akar sekundersamping, relatif tinggi dibandingkan dengan
delapan aksesi lainnya. Aksesi J3 memiliki
karakter yang baik sebagai batang bawah pada
tinggi tanaman, jumlah daun, panjang akar
primer tunggang, panjang akar primer
samping, panjang akar sekunder-samping,
serta jumlah akar sekunder-tunggang.

7

PEMBAHASAN
Respon
pertumbuhan
tanaman
terhadap media. Media sebagai tempat
perkembangan akar berperan penting dalam
pertumbuhan tanaman. Media TK merupakan
media yang cocok untuk pembibitan jarak
pagar dibandingkan dengan media K. Hal ini
tampak dari nilai rata-rata tinggi tanaman dan
pertumbuhan akar primer yang lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai pertumbuhan
aksesi yang ditanam pada media K. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Santoso et al.
(2009) yang menunjukkan bibit jarak pagar
umur 2 bulan yang ditanam dari biji
menghasilkan tinggi tanaman dan panjang
akar yang baik pada media campuran tanah
dan pupuk kandang dengan perbandingan 2:1.
Nilai tinggi tanaman dan panjang akar
tersebut berturut-turut sebesar 74.6 cm dan
17.2 cm.
Tingginya pertumbuhan jarak pagar pada
media TK didukung oleh kapasitas tukar
kation (KTK) yang lebih tinggi dibandingkan
dengan media K (Lampiran 2). KTK ialah
jumlah total kation yang dapat dipertukarkan
pada permukaan koloid bermuatan negatif
(Hanafiah 2007). KTK menentukan jumlah
unsur hara (ion-ion) yang dapat dijerap oleh
muatan pada media. Oleh karena itu, media
dengan KTK tinggi mampu menjerat dan
menyediakan unsur hara lebih baik daripada
media dengan KTK rendah.
Pertumbuhan bibit yang baik juga
disebabkan oleh daya tahan air media TK
yang lebih besar dibandingkan dengan media
K. Ketersediaan air yang besar akan
menghasilkan pertumbuhan tanaman yang
optimal. Hal ini disebabkan oleh pentingnya
fungsi air selain sebagai komponen sel-sel
tanaman, juga sebagai media reaksi pada
hampir seluruh proses metabolismenya.
Beberapa peranan air yang penting bagi
tanaman menurut Hanafiah (2007), antara
lain: sebagai pelarut dan pembawa ion-ion
hara dari rhizosfer ke dalam akar kemudian ke
daun, sebagai sarana transportasi dan
pendistribusi nutrisi dari daun ke seluruh
bagian tanaman, serta sebagai komponen
kunci dalam proses fotosintesis, asimilasi,
sintesis maupun respirasi tanaman.
Aksesi jarak pagar yang ditanam pada
media
TK
menghasilkan
komponen
pertumbuhan akar
yang
lebih baik
dibandingkan dengan aksesi pada media K.
Hal ini tampak pada panjang akar primer
tunggang, panjang akar primer samping,
diameter akar primer tunggang, dan jumlah

akar sekunder pada akar primer tunggang,
yang lebih banyak. Akar yang tumbuh baik
sangat berpengaruh terhadap besarnya
absorbsi hara. Aksesi yang ditanam pada
media TK menghasilkan jumlah akar sekunder
yang lebih banyak untuk dapat mengabsorbsi
lebih banyak air dan unsur hara. Diameter
akar sekunder yang kecil juga memungkinkan
penetrasi akar yang lebih luas ke dalam poripori tanah. Menurut Waisel et al. (1991), akar
halus (akar berdiameter < 1 mm) berperan
penting dalam absorbsi hara dari tanah.
Karakteristik pertumbuhan jarak
pagar. Pertumbuhan tajuk dan akar setiap
aksesi bervariasi. Beberapa aksesi memiliki
satu atau dua komponen pertumbuhan tajuk
lebih tinggi, namun tidak demikian dengan
komponen yang lainnya. Sebagai contoh ialah
aksesi IP3P yang merupakan tanaman paling
tinggi, namun tidak memiliki diameter batang
dan bobot kering tajuk yang besar pula. Hal
yang sama juga terjadi pada komponen
pertumbuhan akar. Namun demikian, terdapat
perkecualian bagi aksesi S2 yang memiliki
pertumbuhan akar dan tajuk paling baik
diantara kesepuluh aksesi lainnya. Aksesi S2
mempunyai diameter batang, bobot kering
tajuk, diameter akar primer tunggang,
diameter akar primer samping, panjang dan
diameter akar sekunder pada akar primer
samping, serta bobot kering akar relatif paling
tinggi. Keragaman yang tinggi pada karakter
tinggi tanaman dan lingkar batang juga
ditemukan pada 20 genotipe terpilih yang
berasal dari Lampung, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Nusa Tenggara, dan Sulawesi (Hartati
et al. 2009). Hal yang sama juga didapatkan
dari beberapa hasil penelitian di India. Pandey
et al. (2010) melaporkan variasi tinggi
tanaman dan diameter batang pada 20
genotipe jarak pagar yang diperoleh dari
beberapa lokasi di Madhya Pradesh. Tinggi
tanaman, diameter batang, dan jumlah daun
yang bervariasi juga ditunjukkan oleh 32
aksesi yang berasal dari enam daerah
agroklimatik yang berbeda di India (Ghosh &
Singh 2011).
Kualitas pertumbuhan yang berbeda antar
aksesi mungkin disebabkan oleh variasi
genetik mengingat aksesi-aksesi yang
digunakan berasal dari berbagai daerah.
Perbedaan asal daerah menunjukkan faktor
lingkungan berperan penting terhadap
karakter pertumbuhan tanaman.
Masingmasing aksesi memiliki karakter genotipe
menurut asal daerahnya, tetapi saat
ditumbuhkan pada daerah dengan kondisi
lingkungan dan iklim yang berbeda, aksesi ini

8

akan beradaptasi dengan kondisi iklim lokal.
Penyesuaian ini berpengaruh terhadap
keragaman pertumbuhan. Hal yang sama
dikemukakan oleh Hartmann dan Kester
(1978) bahwa variasi genetik dapat
menyebabkan
variabilitas
pertumbuhan
tanaman batang bawah yang dibudidayakan
dari biji. Perbedaan varietas memungkinkan
kemampuan
suatu
tanaman
untuk
menghasilkan batang bawah menjadi sangat
bervariasi.
Aksesi jarak pagar berpotensi sebagai
batang bawah. Tanaman jarak pagar yang
berpotensi sebagai batang bawah harus
memiliki kriteria perakaran kuat dan dalam.
Perakaran yang kuat akan memperkokoh
berdirinya tanaman, sehingga tidak mudah
rebah. Sistem perakaran yang baik juga
sangat dibutuhkan bagi tanaman yang hidup
pada kondisi tanah kurang subur, lahan
kering, atau lahan marjinal.
Tanaman sebagai batang bawah juga
diharuskan memiliki pertumbuhan tajuk yang
baik. Pertumbuhan tajuk menjadi kriteria yang
penting bagi batang bawah karena laju
pertumbuhan tajuk berkaitan erat dengan laju
penyerapan unsur hara, seperti nitrogen,
fosfor, dan kalium (Salisbury & Ross 1995).
Tanaman dengan pertumbuhan tajuk yang
bagus akan menguntungkan pada saat
perbanyakan. Sebagai contoh, tanaman
dengan diameter batang yang besar akan
memaksimalkan luas penempelan dari cabang
entres (batang atas).
Beberapa aksesi yang mempunyai
karakteristik pertumbuhan tajuk dan akar yang
lebih baik memenuhi kriteria sebagai batang
bawah. Aksesi-aksesi tersebut ialah aksesi S1,
S2, S3, B2, dan IP3P pada media K,
sementara aksesi dengan potensi yang sama
terdapat pada aksesi S2, J2, dan J3 pada media
TK. Penelitian ini mendukung simpulan
Sutrisna (2010) yang menyatakan aksesi S1,
S2, J2, J3 berpotensi sebagai kandidat batang
bawah, meskipun menggunakan media yang
berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada
jenis tanah, dimana media yang digunakan
Sutisna ialah tanah entisol Cikampak (tanah
berbatu) dan grumusol Cihea (tanah dengan
logam berat).

SIMPULAN
Tanaman jarak pagar yang ditanam pada
media campuran tanah dan kompos (1:2)
menghasilkan
tinggi
tanaman
dan
pertumbuhan akar lebih tinggi dibandingkan
dengan aksesi pada media kompos 100%.

Aksesi jarak pagar berpengaruh nyata
terhadap semua parameter pertumbuhan,
kecuali panjang akar sekunder pada akar
tunggang, diameter akar sekunder pada akar
tunggang, dan jumlah akar sekunder pada akar
samping. Berdasarkan pada pertumbuhan
tajuk serta pertumbuhan akar primer dan
sekunder yang baik, diperoleh aksesi-aksesi
yang berpotensi sebagai batang bawah. Aksesi
S1, S2, S3, B2, dan IP3P merupakan aksesi
yang berpotensi sebagai batang bawah pada
media kompos 100%, sedangkan aksesi S2,
J2, dan J3 berpotensi sebagai batang bawah
pada media campuran tanah dan kompos
(1:2).

SARAN
Penelitian ini perlu dilanjutkan sampai ke
tahap penyambungan agar potensi jarak pagar
yang diperoleh pada tahap seleksi dapat
digunakan sebagai batang bawah.

DAFTAR PUSTAKA
Berchmans HJ, Hirata S. 2008. Biodiesel
production from crude Jatropha curcas L.
seed oil with a high content of free fatty
acids. Bioresource Technol 99:17161721.
[BPS] Biro Pusat Statistik. 2011. Produksi
Minyak Bumi dan Gas Alam 1996-2009.
http:// [2 Juni 2011].
Ghosh L, Singh L. 2011. Variation seed and
seedling characters of Jatropha curcas L.
with varying zones and provenances. J
Trop Ecol 52:113-122.
Hanafiah KA. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hartati RRS, Setiawan A, Heliyanto B,
Pranowo D, Sudarsono. 2009. Keragaan
morfologi dan hasil 60 individu jarak
pagar (Jatropha curcas L.) terpilih di
kebun percobaan Pakuwon Sukabumi. J
Littri 15:152-161.
Hartmann HT, Kester DE. 1978. Plant
Propagation, Principles, and Practices.
New Delhi: Prentice-Hall India.
Kumar A, Sharma S. 2008. An evaluation of
multipurpose oil seed crop for industrial
uses (Jatropha curcas L.): A review.
Industrial Crops and Products 28:1-10.
Pandey AK, Bhargava P, Gupta N, Sharma D.
2010. Performance of Jatropha curcas: a

8

akan beradaptasi dengan kondisi iklim lokal.
Penyesuaian ini berpengaruh terhadap
keragaman pertumbuhan. Hal yang sama
dikemukakan oleh Hartmann dan Kester
(1978) bahwa variasi genetik dapat
menyebabkan
variabilitas
pertumbuhan
tanaman batang bawah yang dibudidayakan
dari biji. Perbedaan varietas memungkinkan
kemampuan
suatu
tanaman
untuk
menghasilkan batang bawah menjadi sangat
bervariasi.
Aksesi jarak pagar berpotensi sebagai
batang bawah. Tanaman jarak pagar yang
berpotensi sebagai batang bawah harus
memiliki kriteria perakaran kuat dan dalam.
Perakaran yang kuat akan memperkokoh
berdirinya tanaman, sehingga tidak mudah
rebah. Sistem perakaran yang baik juga
sangat dibutuhkan bagi tanaman yang hidup
pada kondisi tanah kurang subur, lahan
kering, atau lahan marjinal.
Tanaman sebagai batang bawah juga
diharuskan memiliki pertumbuhan tajuk yang
baik. Pertumbuhan tajuk menjadi kriteria yang
penting bagi batang bawah karena laju
pertumbuhan tajuk berkaitan erat dengan laju
penyerapan unsur hara, seperti nitrogen,
fosfor, dan kalium (Salisbury & Ross 1995).
Tanaman dengan pertumbuhan tajuk yang
bagus akan menguntungkan pada saat
perbanyakan. Sebagai contoh, tanaman
dengan diameter batang yang besar akan
memaksimalkan luas penempelan dari cabang
entres (batang atas).
Beberapa aksesi yang mempunyai
karakteristik pertumbuhan tajuk dan akar yang
lebih baik memenuhi kriteria sebagai batang
bawah. Aksesi-aksesi tersebut ialah aksesi S1,
S2, S3, B2, dan IP3P pada media K,
sementara aksesi dengan potensi yang sama
terdapat pada aksesi S2, J2, dan J3 pada media
TK. Penelitian ini mendukung simpulan
Sutrisna (2010) yang menyatakan aksesi S1,
S2, J2, J3 berpotensi sebagai kandidat batang
bawah, meskipun menggunakan media yang
berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada
jenis tanah, dimana media yang digunakan
Sutisna ialah tanah entisol Cikampak (tanah
berbatu) dan grumusol Cihea (tanah dengan
logam berat).

SIMPULAN
Tanaman jarak pagar yang ditanam pada
media campuran tanah dan kompos (1:2)
menghasilkan
tinggi
tanaman
dan
pertumbuhan akar lebih tinggi dibandingkan
dengan aksesi pada media kompos 100%.

Aksesi jarak pagar berpengaruh nyata
terhadap semua parameter pertumbuhan,
kecuali panjang akar sekunder pada akar
tunggang, diameter akar sekunder pada akar
tunggang, dan jumlah akar sekunder pada akar
samping. Berdasarkan pada pertumbuhan
tajuk serta pertumbuhan akar primer dan
sekunder yang baik, diperoleh aksesi-aksesi
yang berpotensi sebagai batang bawah. Aksesi
S1, S2, S3, B2, dan IP3P merupakan aksesi
yang berpotensi sebagai batang bawah pada
media kompos 100%, sedangkan aksesi S2,
J2, dan J3 berpotensi sebagai batang bawah
pada media campuran tanah dan kompos
(1:2).

SARAN
Penelitian ini perlu dilanjutkan sampai ke
tahap penyambungan agar potensi jarak pagar
yang diperoleh pada tahap seleksi dapat
digunakan sebagai batang bawah.

DAFTAR PUSTAKA
Berchmans HJ, Hirata S. 2008. Biodiesel
production from crude Jatropha curcas L.
seed oil with a high content of free fatty
acids. Bioresource Technol 99:17161721.
[BPS] Biro Pusat Statistik. 2011. Produksi
Minyak Bumi dan Gas Alam 1996-2009.
http:// [2 Juni 2011].
Ghosh L, Singh L. 2011. Variation seed and
seedling characters of Jatropha curcas L.
with varying zones and provenances. J
Trop Ecol 52:113-122.
Hanafiah KA. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hartati RRS, Setiawan A, Heliyanto B,
Pranowo D, Sudarsono. 2009. Keragaan
morfologi dan hasil 60 individu jarak
pagar (Jatropha curcas L.) terpilih di
kebun percobaan Pakuwon Sukabumi. J
Littri 15:152-161.
Hartmann HT, Kester DE. 1978. Plant
Propagation, Principles, and Practices.
New Delhi: Prentice-Hall India.
Kumar A, Sharma S. 2008. An evaluation of
multipurpose oil seed crop for industrial
uses (Jatropha curcas L.): A review.
Industrial Crops and Products 28:1-10.
Pandey AK, Bhargava P, Gupta N, Sharma D.
2010. Performance of Jatropha curcas: a

1

RESPON PERTUMBUHAN BEBERAPA AKSESI JARAK PAGAR
(Jatropha curcas L.) YANG BERPOTENSI
SEBAGAI BATANG BAWAH

NIKEN ANUGRAHA NINGTYAS

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

8

akan beradaptasi dengan kondisi iklim lokal.
Penyesuaian ini berpengaruh terhadap
keragaman pertumbuhan. Hal yang sama
dikemukakan oleh Hartmann dan Kester
(1978) bahwa variasi genetik dapat
menyebabkan
variabilitas
pertumbuhan
tanaman batang bawah yang dibudidayakan
dari biji. Perbedaan varietas memungkinkan
kemampuan
suatu
tanaman
untuk
menghasilkan batang bawah menjadi sangat
bervariasi.
Aksesi jarak pagar berpotensi sebagai
batang bawah. Tanaman jarak pagar yang
berpotensi sebagai batang bawah harus
memiliki kriteria perakaran kuat dan dalam.
Perakaran yang kuat akan memperkokoh
berdirinya tanaman, sehingga tidak mudah
rebah. Sistem perakaran yang baik juga
sangat dibutuhkan bagi tanaman yang hidup
pada kondisi tanah kurang subur, lahan
kering, atau lahan marjinal.
Tanaman sebagai batang bawah juga
diharuskan memiliki pertumbuhan tajuk yang
baik. Pertumbuhan tajuk menjadi kriteria yang
penting bagi batang bawah karena laju
pertumbuhan tajuk berkaitan erat dengan laju
penyerapan unsur hara, seperti nitrogen,
fosfor, dan kalium (Salisbury & Ross 1995).
Tanaman dengan pertumbuhan tajuk yang
bagus akan menguntungkan pada saat
perbanyakan. Sebagai contoh, tanaman
dengan diameter batang yang besar akan
memaksimalkan luas penempelan dari cabang
entres (batang atas).
Beberapa aksesi yang mempunyai
karakteristik pertumbuhan tajuk dan akar yang
lebih baik memenuhi kriteria sebagai batang
bawah. Aksesi-aksesi tersebut ialah aksesi S1,
S2, S3, B2, dan IP3P pada media K,
sementara aksesi dengan potensi yang sama
terdapat pada aksesi S2, J2, dan J3 pada media
TK. Penelitian ini mendukung simpulan
Sutrisna (2010) yang menyatakan aksesi S1,
S2, J2, J3 berpotensi sebagai kandidat batang
bawah, meskipun menggunakan media yang
berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada
jenis tanah, dimana media yang digunakan
Sutisna ialah tanah entisol Cikampak (tanah
berbatu) dan grumusol Cihea (tanah dengan
logam berat).

SIMPULAN
Tanaman jarak pagar yang ditanam pada
media campuran tanah dan kompos (1:2)
menghasilkan
tinggi
tanaman
dan
pertumbuhan akar lebih tinggi dibandingkan
dengan aksesi pada media kompos 100%.

Aksesi jarak pagar berpengaruh nyata
terhadap semua parameter pertumbuhan,
kecuali panjang akar sekunder pada akar
tunggang, diameter akar sekunder pada akar
tunggang, dan jumlah akar sekunder pada akar
samping. Berdasarkan pada pertumbuhan
tajuk serta pertumbuhan akar primer dan
sekunder yang baik, diperoleh aksesi-aksesi
yang berpotensi sebagai batang bawah. Aksesi
S1, S2, S3, B2, dan IP3P merupakan aksesi
yang berpotensi sebagai batang bawah pada
media kompos 100%, sedangkan aksesi S2,
J2, dan J3 berpotensi sebagai batang bawah
pada media campuran tanah dan kompos
(1:2).

SARAN
Penelitian ini perlu dilanjutkan sampai ke
tahap penyambungan agar potensi jarak pagar
yang diperoleh pada tahap seleksi dapat
digunakan sebagai batang bawah.

DAFTAR PUSTAKA
Berchmans HJ, Hirata S. 2008. Biodiesel
production from crude Jatropha curcas L.
seed oil with a high content of free fatty
acids. Bioresource Technol 99:17161721.
[BPS] Biro Pusat Statistik. 2011. Produksi
Minyak Bumi dan Gas Alam 1996-2009.
http:// [2 Juni 2011].
Ghosh L, Singh L. 2011. Variation seed and
seedling characters of Jatropha curcas L.
with varying zones and provenances. J
Trop Ecol 52:113-122.
Hanafiah KA. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Hartati RRS, Setiawan A, Heliyanto B,
Pranowo D, Sudarsono. 2009. Keragaan
morfologi dan hasil 60 individu jarak
pagar (Jatropha curcas L.) terpilih di
kebun percobaan Pakuwon Sukabumi. J
Littri 15:152-161.
Hartmann HT, Kester DE. 1978. Plant
Propagation, Principles, and Practices.
New Delhi: Prentice-Hall India.
Kumar A, Sharma S. 2008. An evaluation of
multipurpose oil seed crop for industrial
uses (Jatropha curcas L.): A review.
Industrial Crops and Products 28:1-10.
Pandey AK, Bhargava P, Gupta N, Sharma D.
2010. Performance of Jatropha curcas: a

9

biofuel crop in wasteland of Madhya
Pradesh, India. J Energy Environ 1:10171026.
Prastowo N, Roshetko JM. 2006. Teknik
Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif
Tanaman
Buah.
Bogor:
World
Agroforestry Center (ICRAF) dan
Winrock Internasional.
Priyanto Unggul. 2007. Menghasilkan
Biodiesel Jarak Pagar Berkualitas.
Jakarta: Agromedia Pustaka.
Reubens et al. 2010. More than biofuel?
Jatropha curcas root system symmetry
and potential for soil erotion control. J
Arid Environ 30:1-5.
Raju AJS, Ezradanam V. 2002. Pollination
ecology and fruiting behaviour in a

monoecious species, Jatropha curcas L.
(Euphorbiaceae). Curr Sci 83:1395-1398.
Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi
Tumbuhan. Ed ke-1. Lukman DR,
Sumaryono, penerjemah. Bandung: ITB
Press. Terjemahan dari: Plant Physiology.
Santoso BB, Haryadi, Purwoko BS. 2009.
Pertumbuhan bibit jarak pagar asal biji
dan stek pada berbagai macam media
pembibitan. Crop Agro 2:79-89.
Sutrisna A. 2010. Studi karakter jarak pagar
(Jatropha curcas L.) yang berpotensi
sebagai batang bawah pada lahan
marjinal
[tesis].
Bogor:
Program
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Waisel Y, Eshel A, Kafkafi U. 1991. Plant
Roots The Hidden Half. New York:
Marcel Dekker Inc.

1

RESPON PERTUMBUHAN BEBERAPA AKSESI JARAK PAGAR
(Jatropha curcas L.) YANG BERPOTENSI
SEBAGAI BATANG BAWAH

NIKEN ANUGRAHA NINGTYAS

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

2

ABSTRAK
NIKEN ANUGRAHA NINGTYAS. Respon Pertumbuhan Beberapa Aksesi Jarak Pagar (Jatropha
curcas L.) yang Berpotensi sebagai Batang Bawah. Dibimbing oleh Hadisunarso dan Hamim.
Karakter batang bawah yang baik berperan penting untuk menghasilkan bibit jarak pagar
berkualitas dan mendukung batang atas yang berproduksi tinggi. Penelitian ini bertujuan
mendapatkan aksesi jarak pagar yang berpotensi sebagai batang bawah serta memperoleh jenis
media yang baik bagi pertumbuhan bibit asal biji. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak
Lengkap dengan 2 faktor dan 5 ulangan. Faktor pertama ialah jenis aksesi (S1, S2, S3, J1, J2, J3,
B1, B2, B3, JB, dan IP3P). Faktor kedua ialah jenis media, yaitu kompos 100% (K) dan campuran
tanah dan kompos 1:2 (TK). Tanaman jarak pagar pada media TK menghasilkan tinggi tanaman,
panjang akar primer tunggang, panjang akar primer samping, diameter akar primer tunggang, dan
jumlah akar sekunder pada akar tunggang, lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pada media
K. Aksesi jarak pagar berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati, kecuali panjang
akar sekunder pada akar tunggang, diameter akar sekunder pada akar tunggang, dan jumlah akar
sekunder pada akar samping. Berdasarkan pada pertumbuhan tajuk serta pertumbuhan akar primer
dan sekunder yang baik, diperoleh aksesi-aksesi yang berpotensi sebagai batang bawah. Aksesi S1,
S2, S3, B2, dan IP3P merupakan aksesi yang berpotensi sebagai batang bawah pada media K,
sedangkan aksesi S2, J2, dan J3 berpotensi sebagai batang bawah pada media TK.
Kata kunci: batang bawah, jarak pagar (Jatropha curcas L.), aksesi

ABSTRACT
NIKEN ANUGRAHA NINGTYAS. Growth Response of Some Physic Nuts (Jatropha curcas L.)
Accession that Potensial as Rootstock. Under direction of HADISUNARSO and HAMIM.
Rootstock characters are important in producing high quality of seedling to support high
production of scion. The aims of this study were to obtain the high quality of Jatropha rootstocks
and to determine effect of media on seedling growth. The experiment was designed as a
Completely Randomized Design with two factors and five replications. The first factor was
accessions (S1, S2, S3, J1, J2, J3, B1, B2, B3, JB, and IP3P). The second factor was the type of
media i.e. 100% compost (K) and soil plus compost media (1:2 v/v) (TK). The result showed that
type of media had significant effect on plant height, taproot length, lateral root length, taproot
diameter, and number of secondary taproot. Growth of physic nut seedlings in TK media was
better than in K media. Type of accession had significant effect on shoot and root growth;
however, the secondary taproot length and diameter, and number of secondary lateral root were
not significantly affected by the type of accessions. The accession have higher shoot and root
growth were recommended for rootstock candidate. The accessions of S1, S2, S3, B2, and IP3P
were the most potential candidate for planted in K media, while the S2, J2, and J3 accessions were
the most potential accessions for rootstock planted in TK media.
Keywords: rootstock, physic nut (Jatropha curcas L.), accessions.

3

RESPON PERTUMBUHAN BEBERAPA AKSESI JARAK PAGAR
(Jatropha curcas L.) YANG BERPOTENSI
SEBAGAI BATANG BAWAH

NIKEN ANUGRAHA NINGTYAS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

4

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan Beberapa Aksesi Jarak Pagar (Jatropha
curcas L.) yang Berpotensi sebagai Batang Bawah
Nama
: Niken Anugraha Ningtyas
NRP
: G34070019

Disetujui

Pembimbing I,

Pembimbing II,

Ir. Hadisunarso, M.Si.
NIP 19550219 197903 1 002

Dr. Ir. Hamim, M.Si.
NIP 19650322 199002 1 001

Diketahui
Ketua Departemen Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.S.
NIP 19641002 198903 1 002

Tanggal Lulus :

5

PRAKATA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini ialah
“Respon Pertumbuhan Beberapa Aksesi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) yang Berpotensi
sebagai Batang Bawah’’.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir. Hadisunarso, M.Si selaku dosen pembimbing I.
Terima kasih pula ditujukan kepada Dr. Ir. Hamim, M.Si selaku pembimbing II atas dana yang
diberikan sehingga penelitian ini dapat terlaksana. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan
kepada Dr. Nunik Sri Ariyanti, M.Si. selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran. Di
samping itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada staf Laboratorium Fisiologi Tumbuhan
Departemen Biologi IPB atas bantuan dan fasilitas laboratorium selama melaksanakan penelitian:
Pak Sutisna dan Pak Kusmayadi; serta rekan-rekan atas bantuan, saran, dan masukan dalam
penyusunan karya ilmiah ini: Bapak Ahmad Bashri dan Kak Evi Lestari. Ungkapan terima kasih
juga disampaikan kepada Ayah, Ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2011

Niken Anugraha Ningtyas

6

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 12 November 1988 dari ayah Hadi Supriyanto dan
Ibu Sunaiyah. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.
Pada tahun 2007, penulis lulus dari SMA Negeri 1 Mejayan, Madiun, dan pada tahun yang
sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis
memilih mayor Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi staf di Departemen Paguyuban Mahasiswa
Biologi (PAMABI) Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMABIO) periode 2009/2010. Penulis
pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Biologi Dasar pada tahun ajaran 2009/2010 dan
2010/2011, Fisiologi Tumbuhan pada tahun ajaran 2010/ 2011, dan Ilmu Lingkungan pada tahun
ajaran 2010/2011. Di luar perkuliahan, penulis pernah menjadi pengajar di Lembaga Bimbingan
Belajar Biologi ”B-Expert” pada tahun 2009 dan 2010. Penulis melaksanakan Studi Lapangan di
Cangkuang, Sukabumi pada tahun ajaran 2009/2010 dengan judul laporan ’’Bioprospek Jenis-jenis
Tumbuhan yang ada di Wana Wisata Cangkuang; Analisis Vegetasi Kawasan Wisata
Cangkuang’’. Selain itu, pengalaman dunia kerja diperoleh dalam aktivitas Praktik Lapangan di
PT Bina Usaha Flora, Cianjur, Jawa Barat, dengan judul laporan ’’Perbanyakan Vegetatif
Tanaman Hias Daun Potong di PT Bina Usaha Flora’’.

7

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………………........ viii
DAFTAR ...…………………………………………………………………………………...

ix

DAFTAR LAMPIRAN ...………………………………………………………………….....

x

PENDAHULUAN
Latar Belakang ...........…………………………………………………………………
Tujuan Penelitian ...……………………………………………………………………

1
1

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat Penelitian ...……………………………………………………….
Bahan ...………………………………………………………………………………..
Metode ...………………………………………………………………………………

2
2
2

HASIL
Respon Pertumbuhan Tanaman terhadap Media ……………………………………...
Karakteristik Pertumbuhan Jarak Pagar ........................................................................
Interaksi antara Aksesi dan Media terhadap Pertumbuhan Jarak Pagar ……………....
Aksesi Jarak Pagar Potensial ………………………………………………………….

3
3
4
6

PEMBAHASAN
Respon Pertumbuhan Tanaman terhadap Media ...........................................................
Karakteristik Pertumbuhan Jarak Pagar ........................................................................
Aksesi Jarak Pagar Paling Berpotensi sebagai Batang Bawah ………………………..

7
7
8

SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................................................

8

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………..

8

LAMPIRAN ………………………………………………………………………………….

10

8

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Tanaman jarak pagar berdasarkan pada kode dan asal aksesi .................................

2

2

Pengaruh media terhadap pertumbuhan tajuk dan sistem perakaran pada sebelas
aksesi jarak pagar .................................................................................................