Karakterisasi Morfologi dan Agronomi Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Beberapa Aksesi Indonesia Bagian Barat

1

KA
ARAKTE
ERISASI MORFOL
M
LOGI DA
AN AGRO
ONOMI
JARA
RAK PAG
GAR (Jatroopha curcas L.) BE
EBERAPA
A AKSESI
INDONE
ESIA BAG
GIAN BA
ARAT

Lely Maartina
A24061133


EPARTEM
MEN AGR
RONOMII DAN HO
ORTIKU
ULTURA
DE
FAKU
ULTAS PE
ERTANIA
AN
IN
NSTITUT
T PERTA
ANIAN BO
OGOR
2010
0

2


RINGKASAN

LELY MARTINA. Karakterisasi Morfologi dan Agronomi Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.) Beberapa Aksesi Indonesia Bagian Barat. (Dibimbing
oleh MEMEN SURAHMAN dan ENDANG MURNIATI).
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari karakter tanaman jarak pagar
aksesi Indonesia bagian Barat berdasarkan karakter morfologi dan agronomi serta
mengidentifikasi aksesi potensial untuk dikembangkan sebagai kultivar unggul
baru. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Leuwikopo dan Kebun
Jarak Pagar Indocement, Citeureup, Bogor pada Oktober 2009 – April 2010.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor.
Tanaman yang digunakan berasal dari 15 aksesi dari lima wilayah Indonesia
bagian Barat yaitu Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi. Setiap aksesi
terdiri atas lima ulangan masing-masing satu tanaman sehingga terdapat 75 unit
percobaan. Bahan tanaman yang digunakan berasal dari setek. Selama di
pembibitan bahan tanam berada dalam polibag ukuran 25 cm x 25 cm dan berada
di bawah naungan. Setelah bahan tanam berumur dua bulan, bahan tanam
dipindahkan ke lapangan yaitu Kebun Jarak Pagar Indocement, Citeureup, Bogor.
Pengamatan terhadap peubah yang diamati dibagi menjadi dua tahap, yaitu

selama fase vegetatif dan fase generatif. Karakter tanaman jarak pagar yang
diamati meliputi karakter kuantitatif dan kualitatif. Data hasil penelitian yang
bersifat kuantitatif diolah menggunakan analisis ragam (Anova) sedangkan data
yang berupa karakter kualitatif dilakukan identifikasi terhadap peubahnya.
Kemiripan antar aksesi jarak pagar diketahui dengan melakukan analisis
gerombol. Pengamatan fase vegetatif diamati pada saat tanaman berumur 0 MSP
(pembibitan), 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP sedangkan selama fase generatif,
pengamatan dilakukan dua kali dalam seminggu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar aksesi jarak
pagar pada beberapa peubah selama fase vegetatif. Perbedaan antar aksesi jarak
pagar hanya terlihat pada saat tanaman jarak pagar berumur 0 MSP dan 2 MSP
untuk beberapa peubah. Peubah tersebut adalah tinggi cabang, jumlah daun, dan
lebar daun. Tanaman jarak pagar berumur 6 MSP dan 10 MSP tidak menunjukkan

3
perbedaan antar aksesi pada peubah tersebut. Seluruh peubah yang diamati selama
fase generatif menunjukkan perbedaan antar aksesi jarak pagar. Peubah tersebut
adalah jumlah buah per tanaman, jumlah buah per malai, keserempakan masak
buah, jumlah cabang produktif, persentase cabang produktif, jumlah biji per
tanaman, bobot biji kering, dan waktu mekar bunga pertama sedangkan untuk

peubah jumlah sepal dan petal tidak berbeda antar aksesi jarak pagar yang
diamati.
Seleksi terhadap 15 aksesi jarak pagar dilakukan berdasarkan lima peubah
terpilih yaitu jumlah cabang, jumlah cabang produktif, jumlah buah per malai,
waktu mekar bunga pertama, dan keserempakan masak buah. Pemilihan peubah
ini dilihat dari adanya perbedaan antar aksesi terhadap beberapa peubah
pertumbuhan pada 10 MSP dan peubah produksi. Aksesi jarak pagar yang
potensial untuk pengembangan kultivar unggul baru berdasarkan karakter
morfologi dan agronomi adalah aksesi Banten I, Bengkulu I, dan Sukabumi II.
Hasil analisis gerombol pada tingkat kemiripan 80 % terhadap karakter kuantitatif
jarak pagar yang diamati dapat dikelompokkan menjadi tiga gerombol. Gerombol
I terdiri atas aksesi Medan I, Bengkulu I, Bengkulu III, Bengkulu IV, Bogor I,
Bogor II, Bogor III, Sukabumi I, Sukabumi II, Sukabumi III, dan Sukabumi IV.
Gerombol II terdiri atas satu aksesi jarak pagar yaitu aksesi Banten I. sedangkan
aksesi Medan II, Bengkulu II, dan Banten II dapat dikelompokkan ke dalam
gerombol III.
Hasil identifikasi karakter kualitatif terhadap 15 aksesi jarak pagar
menunjukkan bahwa karakter kualitatif tidak dipengaruhi oleh perbedaan aksesi.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya kemiripan karakter pada sebagian besar
peubah kualitatif untuk seluruh aksesi jarak pagar yang diamati. Peubah tersebut

adalah bentuk daun, jumlah lekuk daun, warna daun tua, warna batang tua, warna
buah muda, jenis bunga yang mekar pertama, warna petal, warna sepal, warna biji,
dan bentuk biji.

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) BEBERAPA AKSESI INDONESIA
BAGIAN BARAT
Morphological and Agronomical Characterization Some Accessions of
Jatropha curcas L. from Western Indonesia
Lely Martina 1), Memen Surahman 2), dan Endang Murniati 2)
1)
Mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura
2)
Dosen Departemen Agronomi dan Hortikultura

Abstract
Morfological and agronomical characterization are important in developing
superior varieties of jatropha. In this study, characterization was aimed for
analyzing qualitative and quantitative character of 15 accessions from 5 regions
in western Indonesia, i.e. Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, and Sukabumi. Based

on 5 variables, i.e. number of branches, number of productive branches, number
of fruits per plant,uniformity of fruits ripening, and time of flowering, there were
3 accessions that have best character. They were Banten I, Bengkulu I, and
Sukabumi II. The qualitative characteristic identification showed that qualitative
characterization was not influenced by accessions. Based on cluster analysis
showed that at 80 % similarity level the 15 accessions could be classified into
three main groups. Group I consist of Medan I, Bengkulu I, Bengkulu III,
Bengkulu IV, Bogor I, Bogor II, Bogor III, Sukabumi I, Sukabumi II, Sukabumi III,
and Sukabumi IV. Group II contain Banten I whereas Medan II, Bengkulu II, and
Banten II could be grouped into Group III.
Key words: Jatropha curcas L., characterization, accessions, cluster analysis,
dendrogram.

i

KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) BEBERAPA AKSESI
INDONESIA BAGIAN BARAT

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

LELY MARTINA
A24061133

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010

ii
Judul

: KARAKTERISASI MORFOLOGI DAN AGRONOMI
JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) BEBERAPA AKSESI
INDONESIA BAGIAN BARAT

Nama


: LELY MARTINA

NIM

: A24061133

Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr.
NIP 19630628 199002 1 002

Dr. Ir. Endang Murniati, MS.
NIP 19471006 198003 2 001

Mengetahui,
Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura

Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr
NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah pada 22 Maret
1988. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak Amin Kajora dan Ibu Suparti.
Tahun 2000 penulis lulus dari SDN Kalipelus 03 Purwonegoro, kemudian
pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SMPN Purwonegoro 01,
Banjarnegara. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN Bawang 01, Banjarnegara
pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui USMI. Selanjutnya
tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian.


iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kekuatan dan hidayah kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penelitian karakterisasi morfologi dan agronomi jarak pagar beberapa aksesi
Indonesia bagian Barat dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mempelajari
karakter jarak pagar aksesi Indonesia bagian Barat dan mengidentifikasi aksesi
potensial untuk mengembangkan kultivar unggul baru. Penelitian ini dilaksanakan
di Kebun Percobaan Leuwikopo dan Kebun Jarak Pagar Indocement, Citeureup,
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.

Dr. Ir. Memen Surahman, MSc.Agr. selaku pembimbing pertama yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan
penulisan skripsi

2.


Dr. Ir. Endang Murniati, MS. selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan
penulisan skripsi

3.

Dr. Ir. Yudiwanti WE Kusumo, MS. selaku dosen penguji yang telah
memberikan saran kepada penulis

4.

Misnen, SP.MSi. dan Mas Ali atas bantuan dan arahan selama penelitian di
lapangan

5.

Ibu, Bapak, Mas Wawan, Opik, dan Pepeng yang telah memberikan dukungan
yang tulus baik moriil maupun materiil

6.

Imel dan Leni atas bantuan yang diberikan selama penelitian. Aisyah Family
(Sutardi, Risma, Awal, Achie, Cita, Nanda, Mba Aw, dan Ipit) dan An Nissa
House (Caturi, Dhani, dan Ande) atas semangat dan dukungannya serta pihakpihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Desember 2010

Penulis

v

DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL .............................................................................................. vi 
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ vii 
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................viii 
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 
Latar Belakang ................................................................................................ 1 
Tujuan ............................................................................................................. 3 
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 4 
Tanaman Jarak Pagar ...................................................................................... 4 
Ekologi Tanaman Jarak Pagar......................................................................... 6 
Kandungan dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar .............................................. 8 
Keragaman Tanaman Jarak Pagar ................................................................... 9 
Komponen Pertumbuhan dan Produksi......................................................... 11 
BAHAN DAN METODE ................................................................................. 14 
Tempat dan Waktu ........................................................................................ 14 
Bahan dan Alat .............................................................................................. 14 
Metode .......................................................................................................... 14 
Rancangan Percobaan ............................................................................... 15 
Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 16 
Pengamatan ............................................................................................... 16 
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 20 
Hasil .............................................................................................................. 20 
Kondisi Umum .......................................................................................... 20 
Karakter Kualitatif 15 Aksesi Jarak Pagar ................................................ 21 
Karakter Kuantitatif 15 Aksesi Jarak Pagar .............................................. 28 
Analisis Kemiripan 15 Aksesi Jarak Pagar ............................................... 45 
Seleksi 15 Aksesi Jarak Pagar ................................................................... 46 
Pembahasan ................................................................................................... 49 
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 67 
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 68 
LAMPIRAN ...................................................................................................... 71 

vi

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1. Kondisi iklim selama Oktober 2009 sampai April 2010............................ 20 
2. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar pada
pembibitan (0 MSP) .................................................................................. 25 
3. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar pada 2 MSP ............ 26 
4. Rekapitulasi peubah kualitatif 15 aksesi jarak pagar
pada fase generatif ..................................................................................... 27 
5. Rekapitulasi pengaruh 15 aksesi jarak pagar terhadap
karakter morfologi dan agronomi yang diamati ........................................ 28 
6. Diameter batang setek dan jumlah buku setek 15 aksesi
jarak pagar di pembibitan (0 MSP)............................................................ 30 
7. Tinggi cabang 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP.............................. 32 
8. Jumlah cabang 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP............................. 33 
9. Diameter cabang 15 aksesi jarak pagar pada 2 – 10 MSP ......................... 34 
10. Jumlah daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 MSP – 10 MSP ..................... 35 
11. Panjang daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP ............................. 36 
12. Lebar daun 15 aksesi jarak pagar pada 0 – 10 MSP ................................ 37 
13. Panjang tangkai daun 15 aksesi jarak pagar pada 2 – 10 MSP ................ 38 
14. Peubah produksi 15 aksesi jarak pagar .................................................... 41 
15. Jumlah buah yang dipanen, jumlah buah per malai, jumlah
biji per tanaman, dan bobot biji kering 15 aksesi jarak pagar .................. 44 
16. Lima peubah terpilih untuk seleksi 15 aksesi jarak pagar
berdasarkan peubah pada fase vegetatif dan fase generatif ..................... 47 
17. Seleksi 15 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah terpilih ...................... 48 

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1. Filotaksis daun tanaman jarak pagar tampak dari atas ............................... 5 
2. Tanaman jarak pagar yang terserang busuk Fusarium dan
daun jarak pagar yang terserang tungau .................................................. 21 
3. Warna daun muda jarak pagar.................................................................. 22 
4. Warna daun jarak pagar ........................................................................... 23 
5. Jenis bunga jarak pagar berdasarkan bunga yang
mekar dalam satu malai ........................................................................... 24 
6. Dendrogram 15 aksesi jarak pagar berdasarkan peubah
pertumbuhan dan produksi ...................................................................... 46 

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Halaman

1. Sidik ragam pengaruh aksesi jarak pagar terhadap peubah
kuantitatif fase vegetatif ............................................................................72 
2. Sidik ragam pengaruh aksesi jarak pagar terhadap peubah
kuantitatif fase generatif ............................................................................75 

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kebutuhan energi dunia yang semakin meningkat serta semakin terbatasnya
cadangan energi fosil mengakibatkan kekhawatiran tentang krisis energi. Tandatanda akan terjadinya krisis energi telah dirasakan saat ini, antara lain produksi
dari sumber bahan bakar minyak (BBM) dan gas yang telah ada semakin
menurun, eksplorasi ladang minyak dan gas baru semakin sering mangalami
kegagalan. Hal ini menyebabkan perhatian terhadap energi terbarukan semakin
bertambah, terutama terhadap sumber-sumber energi terbarukan dari sektor
pertanian. Komoditas pertanian yang dibudidayakan masyarakat dan potensial
untuk sumber bahan bakar nabati (BBN) atau sering disebut biofuel cukup
banyak, antara lain kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, tebu, dan ubi kayu. Menurut
Priyanto (2007) biofuel terdiri atas tiga produk, yaitu biodiesel yang berbahan
baku minyak nabati atau minyak jarak pagar dan minyak kelapa sawit, pure plant
oil atau minyak nabati asli yang juga berbahan baku minyak nabati, dan bioetanol
yang berbahan baku singkong dan tebu.
Menurut Karmawati (2008a) Presiden RI telah menetapkan program untuk
biodiesel dari kelapa sawit dan jarak pagar melalui Inpres No. 2/2006 yang
menargetkan tertanamnya 1.5 juta hektar jarak pagar pada tahun 2010. Hal ini
didukung dengan diluncurkannya tiga varietas jarak pagar unggul oleh Menteri
Pertanian RI pada tanggal 16 Juli 2006, yaitu Improved Population-1 Asembagus
(IP-1A), Improved Population-1 Muktiharjo (IP-1M), dan Improved Population-1
Pakuwon (IP-1P). Prastowo (2007) menyatakan bahwa masyarakat belum
membudidayakan tanaman jarak pagar secara besar-besaran. Peta pewilayahan
lahan yang diterbitkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan
(Puslitbangbun) tahun 2006 menunjukkan bahwa lahan yang sangat sesuai untuk
pengembangan jarak pagar di Indonesia sekitar 14.2 juta hektar tetapi luas
pertanaman jarak pagar diperkirakan baru sekitar 30 000 hektar, yang terpencarpencar di seluruh Indonesia. Hambali (2006) menambahkan bahwa budidaya
tanaman jarak pagar sudah dicanangkan sebagai gerakan nasional. Daerah yang

2
diikutkan dalam program ini adalah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Gorontalo, Nangroe Aceh Darussalam, Jakarta dan Banten, Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur. Selain daerah-daerah tersebut, wilayah yang sesuai
untuk pengembangan jarak pagar adalah Sumatera Utara, Bengkulu, Sumatera
Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Papua.
Hartati (2008a) menyatakan bahwa tanaman jarak pagar adalah tanaman
menyerbuk silang meskipun persentase menyerbuk sendirinya juga cukup tinggi.
Akibat menyerbuk silang, maka keturunan yang dihasilkan bersifat heterozigot
dan populasinya tidak homogen (heterogen). Setiap benih yang dihasilkan
merupakan genotipe yang berbeda dengan benih lainnya (one seed one genotype).
Penelitian dasar diperlukan untuk mengetahui karakteristik jarak pagar dengan
mempelajari karakter kualitatif dan kuantitatif berbagai aksesi jarak pagar di
Indonesia. Aksesi jarak pagar yang mempunyai keunggulan karakter kualitatif dan
kuantitatif dapat dikembangkan menjadi kultivar unggul baru. Menurut
Langenheim dan Thimann dalam Sunda (2007), karakterisasi merupakan kegiatan
untuk mengidentifikasi tanaman berdasarkan karakter-karakter yang dimiliki
tanaman tersebut. Karakterisasi ini bertujuan mengembangkan varietas jarak pagar
berdasarkan spesifik lokasi yaitu Indonesia bagian Barat. Daerah-daerah yang
diikutkan dalam program penanaman jarak pagar oleh pemerintah terdiri atas
berbagai daerah di Indonesia dengan kondisi lingkungan yang bervariasi.
Jarak pagar merupakan tanaman yang berpotensi sebagai penghasil BBN
tetapi tanaman ini masih belum dibudidayakan secara intensif. Budidaya tanaman
jarak pagar selama ini relatif sangat terbatas atau bahkan sama sekali belum
tersentuh teknik budidaya. Pengembangan dan penanaman jarak pagar selama ini
dilakukan dengan menggunakan bahan tanaman yang dikumpulkan dari berbagai
daerah di Indonesia. Bahan tanam yang digunakan belum pernah diuji
karakteristik maupun daya hasilnya karena belum tersedianya informasi tentang
plasma nutfah tanaman jarak pagar yang telah dikarakterisasi sifat-sifatnya dan
diuji

daya

hasilnya.

Oleh

karena

itu,

pemerintah

belum

mampu

merekomendasikan secara resmi kultivar jarak pagar yang harus dikembangkan
karena jarak pagar digolongkan sebagai tanaman pada tahapan domestifikasi.
Hal ini mengakibatkan meskipun berpotensi menjadi penghasil BBN, informasi

3
tentang tanaman dan teknik budidaya jarak pagar yang didasarkan pada data
kuantitatif hasil penelitian relatif sangat terbatas. Penelitian tentang tanaman jarak
pagar sangat perlu dibakukan untuk menunjang pengembangan tanaman jarak
pagar sebagai penghasil BBN.

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mempelajari karakter tanaman jarak pagar aksesi Indonesia bagian Barat
berdasarkan karakter morfologi dan agronomi.
2. Mengidentifikasi aksesi potensial untuk dikembangkan menjadi kultivar
unggul baru.
3. Mempelajari tingkat kemiripan antar aksesi jarak pagar Indonesia bagian
Barat.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Jarak Pagar
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) berasal dari Amerika Tengah.
Menurut Priyanto (2007) tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae dan
masih satu keluarga dengan pohon karet dan ubi kayu sehingga karakter
biologinya tidak terlalu jauh berbeda. Nurcholis dan Sumarsih (2007) menyatakan
bahwa tanaman jarak memiliki percabangan yang tidak teratur dengan ranting
bulat dan tebal, kulit batang berwarna keabu-abuan atau kemerah-merahan.
Apabila batang ditoreh maka batang mengeluarkan getah seperti lateks, berwarna
putih atau kekuning-kuningan. Selain itu, Mahmud et al. (2008) mengemukakan
bahwa pertumbuhan batang tanaman jarak pagar tidak berlangsung secara terus
menerus tetapi memiliki masa dormansi yang dipengaruhi oleh curah hujan, suhu,
dan cahaya. Batang bersifat sukulen (berair) sehingga tanaman jarak pagar toleran
terhadap kekeringan.
Menurut Priyanto (2007) jarak pagar memiliki nama yang berbeda di setiap
daerah. Nama daerah yang menunjukkan tanaman jarak pagar di antaranya: jarak
kosat dan jarak budeg (Sunda); jarak gundul dan jarak pager (Jawa dan Bali);
kalekhe paghar (Madura); lulu mau, paku kase, dan jarak pageh (Nusa Tenggara);
kuman name (Alor); jarak kosta, jarak wolanda, bindalo, bintalo, dan tondo
utomene (Sulawesi); serta ai huwa kamala, balacai, dan kadoto (Maluku).
Daun jarak pagar bertipe tunggal dan terletak pada buku batang yang
dihubungkan oleh tangkai daun, sehingga susunan atau tata letak daun (filotaksis)
jarak pagar disebut tersebar (folia sparsa). Bentuk daun jarak pagar pada dasarnya
bulat (Tjitrosoepomo, 1985). Menurut Santoso (2009), pada tepi daun terdapat
lekuk yang tidak terlalu dalam seolah membentuk jari sehingga daun jarak pagar
berbentuk menjari dan agak membulat. Jumlah lekukan tersebut berkisar 5 – 7.
Warna daun jarak pagar umumnya hijau muda bahkan ungu pada saat berumur
muda, kemudian menjadi hijau saat dewasa dan kembali menjadi hijau muda agak
kekuningan setelah tua. Raden et al. (2008) menyatakan bahwa tanaman jarak
pagar memiliki rumus filotaksi 5/13 artinya terdapat 5 garis spiral yang melingkar

5
cabang atau batang dan melewati 13 daun untuk mencapai daun yang tegak lurus
dengan daun permulaan dan membentuk angular divergence (sudut antar daun)
1380 . Arah spiral ada dua, yaitu searah dan berlawanan arah dengan jarum jam.
Gambar 1 menunjukkan filotaksis daun tanaman jarak pagar.

Gambar 1. Filotaksis daun tanaman jarak pagar tampak dari atas
Bunga jarak pagar merupakan bunga berumah satu (monoecious) dan
uniseksual tetapi kadang-kadang ditemukan bunga hermaprodit. Bunga terdiri atas
bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan memiliki 8 – 10 tangkai sari, kepala
sari berwarna krem-kuning. Bunga betina memiliki 3 tangkai putik yang berwarna
hijau (Mahmud et al., 2008). Setiap malai terdapat bunga jantan dan bunga betina.
Ukuran bunga betina lebih besar daripada bunga jantan (Nurcholis dan Sumarsih,
2007).
Prihandana dan Hendroko (2006) menyatakan bahwa buah jarak pagar
berbentuk oval, berupa buah kotak, dan berdiameter 2 – 4 cm. Berwarna hijau
ketika masih muda dan kuning jika sudah matang. Pembentukan buah
membutuhkan waktu selama 90 hari dari pembungaan sampai matang. Buah jarak
pagar matang tidak serentak. Satu tandan buah jarak pagar biasanya terdapat
bunga, buah muda, serta buah yang sudah kering.
Perbanyakan tanaman jarak pagar dapat dilakukan secara generatif
menggunakan benih maupun secara vegetatif dengan setek batang. Benih yang
berkecambah normal mempunyai 5 akar tunggang, dari masing-masing akar
tunggang akan muncul akar lateral. Tanaman jarak pagar yang diperbanyak

6
menggunakan setek batang hanya mempunyai akar lateral (Nurcholis dan
Sumarsih, 2007).

Ekologi Tanaman Jarak Pagar
Jarak pagar membutuhkan curah hujan paling sedikit 600 mm per tahun
untuk tumbuh baik dan jika curah hujan kurang dari 600 mm per tahun maka
tanaman jarak pagar tidak dapat tumbuh, kecuali dalam kondisi tertentu seperti di
Kepulauan Cape Verde, meskipun curah hujan hanya 250 mm per tahun tetapi
kelembaban udaranya sangat tinggi (rain harvesting). Daerah-daerah dengan
kelengasan tanah (jumlah air dalam tanah) yang rendah tidak menjadi faktor
pembatas, jarak pagar dapat berproduksi sepanjang tahun tetapi tidak dapat
bertahan dalam kondisi tanah jenuh air. Tanaman ini tumbuh pada ketinggian
0 – 1 700 m di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu 11 – 38 oC. Jarak pagar
tidak tahan cuaca yang sangat dingin dan tidak sensitif terhadap panjang hari.
Tanaman jarak pagar tidak dijumpai di daerah-daerah Amazon yang basah.
Sebagai tanaman yang dapat beradaptasi dengan baik pada kondisi-kondisi arid
dan semi-arid (xerophytic), jarak pagar dapat bertahan dari kekeringan selama tiga
tahun berturut-turut dengan menggugurkan daunnya untuk mengurangi transpirasi
(Mahmud et al.,2008).
Produksi biji akan lebih banyak pada musim kemarau. Suhu rendah dan
kelembaban tinggi atau hujan pada saat pembungaan dan pembuahan dapat
menurunkan produksi. Tanaman ini memerlukan penyinaran matahari secara
langsung sehingga tidak boleh ternaungi (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).
Meskipun iklim kering meningkatkan kadar minyak biji, masa kekeringan yang
berkepanjangan akan menyebabkan pertumbuhannya terhambat dan di daerah
yang sangat kering umumnya tidak lebih dari 2 – 3 m tingginya. Sebaliknya pada
daerah-daerah basah dengan curah hujan yang terlalu tinggi, pertumbuhan
vegetatifnya lebat tetapi pembentukan bunga dan buah kurang. Sementara itu, di
daerah Banten khususnya di Desa Cikeusik, Malingping dengan curah hujan
2 500 – 3 000 mm/tahun, umumnya ditemukan tanaman jarak pagar yang

7
memiliki bunga, buah muda, buah tua, dan buah kering dalam satu cabang
(Mahmud et al., 2008).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbang Perkebunan)
telah memilih wilayah pengembangan jarak pagar sesuai dengan kondisi iklim
yang ada di Indonesia menjadi tiga, yaitu daerah basah atau sangat basah, daerah
sedang, dan daerah kering sampai sangat kering. Daerah basah atau sangat basah
adalah daerah yang memiliki bulan basah (curah hujan ≥ 100 mm/bulan) terjadi
selama ≥ 10 bulan berturut-turut, daerah sedang dengan bulan basah 6 – 9 bulan
berturut-turut, dan daerah kering sampai sangat kering dengan bulan basah
≤ 5 bulan (Mahmud et al., 2008).
Tanaman jarak pagar dapat tumbuh pada semua jenis tanah, tetapi
pertumbuhan yang lebih baik pada tanah-tanah ringan atau lahan-lahan dengan
drainase dan aerasi yang baik. Tanaman ini dapat tumbuh pada daerah-daerah
berbatu, berlereng pada perbukitan, sepanjang saluran air, dan batas-batas kebun
(Mahmud et al., 2008). Menurut Okabe dan Somabhi dalam Mahmud et al.
(2008), tanaman jarak pagar yang ditanam pada tanah bertekstur lempung berpasir
memberikan hasil biji tertinggi daripada tanah bertekstur lainnya. Selanjutnya
Jones dan Miller dalam Mahmud et al. (2008) mengemukakan meskipun jarak
pagar terkenal dapat tumbuh dengan baik di tanah yang dangkal, berkerikil,
berpasir, dan berliat, tetapi di tanah yang tererosi berat pertumbuhannya kerdil.
Menurut Mahmud et al. (2008) tanaman jarak pagar yang perakarannya
sudah berkembang dapat toleran terhadap kondisi tanah-tanah masam atau alkalin,
terbaik pada pH tanah 5.5 – 6.5. Pitono et al. (2008) menyatakan bahwa
peningkatan kemasaman tanah nyata menghambat pertumbuhan jarak pagar.
Pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, luas daun, dan diameter batang) pada
pH 4.4 hanya mencapai 30 – 50 % dari nilai pertumbuhan pada pH 6.0. Nilai pH
tanah < 5.0 berpotensi menurunkan pertumbuhan jarak pagar.
Hasil penelitian Pitono et al. (2008) kesuburan tanah yang kurang, nyata
menurunkan pertumbuhan dan produksi jarak pagar. Penanaman tanpa
pemupukan menurunkan pembentukan jaringan daun hampir 85 % dari nilai bila
jarak pagar dipupuk 400 kg urea/ha, 250 kg SP-36/ha, dan 250 kg KCl/ha.
Demikian pula penampilan hasil yang memperlihatkan pengaruh yang sama

8
apabila mengalami kekurangan asupan hara. Hasil panen aktual jarak pagar
tergantung pada tingkat kesuburan tanah, sehingga penting dipertimbangkan
dalam pengembangan budidaya jarak pagar.

Kandungan dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar
Biji jarak pagar mengandung minyak lebih dari 40 %. Minyak jarak pagar
dapat diolah menjadi biodiesel. Selain itu, biji jarak pagar juga dapat digunakan
untuk membuat sabun dan pestisida. Bungkil biji jarak (setelah diambil
minyaknya) dapat digunakan sebagai pupuk organik yang kaya unsur hara
nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).
Menurut Hambali (2006), minyak dari biji jarak pagar dapat diekstrak
dengan cara mekanik maupun ekstraksi dengan pelarut seperti heksan. Minyak
jarak pagar memiliki komposisi trigliserida yang mengandung asam lemak oleat
dan linoleat. Selain untuk biodiesel, minyak jarak pagar juga dapat dimanfaatkan
untuk bahan baku produk sabun. Produk samping hasil produksi biodiesel yaitu
gliserol dapat pula dimanfaatkan sebagai bahan baku pada proses pembuatan
sabun.
Bagian lain dari tanaman jarak pagar juga mempunyai banyak manfaat.
Daunnya dapat digunakan sebagai makanan ulat sutra dan untuk fumigasi kutu.
Ekstrak daun juga bersifat antiseptik. Getahnya mengandung jatrophine yang
berkhasiat antikanker, selain digunakan untuk mengobati penyakit kulit dan
reumatik. Kulit batang dapat digunakan sabagai pewarna kain alami, namun harus
hati-hati karena cairan kulit batang ini dapat meracuni ikan. Akar digunakan
sebagai penawar gigitan ular. Sementara polen dan nektar bunga bermanfaat
sebagai makanan bagi lebah madu (Nurcholis dan Sumarsih, 2007).
Priyanto (2007) menyatakan bahwa biji jarak pagar memiliki kandungan
minyak yang tinggi. Beberapa penelitian menyebutkan dalam satu daging biji
terkandung sekitar 30 % minyak straight jatropha oil (SJO) dan 70 % sisanya
berupa ampas. Kandungan minyak yang tinggi pada biji jarak pagar menyebabkan
biji jarak mudah diekstraksi. Selanjutnya Mahmud et al. (2008) menambahkan
bahwa kandungan minyak jarak pagar pada buah yang berwarna kuning

9
sebesar 30.32 %, buah berwarna hitam sebesar 31.47 %, dan tiga tingkat buah tua
dengan kulit berwarna hijau tua dan biji berwarna hitam memiliki kandungan
minyak sebesar 20.70 %.

Keragaman Tanaman Jarak Pagar
Keragaman fenotipik yang terlihat dan terdapat dalam satu jenis spesies
disebabkan oleh faktor lingkungan dan genotipe. Keragaman sebagai akibat faktor
lingkungan dan genetik umumnya berinteraksi satu sama lain dalam
mempengaruhi penampilan fenotipik tanaman. Tanaman jarak pagar merupakan
tanaman menyerbuk silang sehingga sering terjadi persilangan bebas antara
tanaman dalam suatu populasi atau antara populasi sehingga turunannya akan
sangat bervariasi (Santoso, 2009).
Susantidiana et al. (2009) menyatakan bahwa aksesi jarak pagar tersebar di
berbagai wilayah Indonesia dan diperkirakan memiliki keragaman genetik yang
tinggi. Menurut Hartati (2008b) berdasarkan hasil pengamatan pada tanaman jarak
pagar di lokasi uji multilokasi di Kebun Pakuwon, Sukabumi, menunjukkan
adanya perbedaan penampilan di lapangan meliputi umur mulai berbunga, jumlah
infloresen, jumlah tandan per tanaman, jumlah buah per tandan, dan jumlah buah
per tanaman. Populasi IP-1M, menunjukkan umur berbunga yang bervariasi mulai
180 hari hingga lebih dari 240 hari dengan jumlah kapsul bervariasi dari
0 – 45 kapsul per tanaman. Populasi IP-1A, umur berbunga bervariasi mulai
99 hari hingga 133 hari dengan jumlah kapsul bervariasi dari 0 – 172 kapsul per
tanaman, sedangkan pada IP-1P umur berbunga bervariasi mulai dari 80 hari
hingga 177 hari dengan jumlah kapsul bervariasi mulai dari 4 – 79 kapsul per
tanaman.
Keragaman yang tinggi telah diamati diantara populasi tanaman jarak pagar
yang berasal dari Afrika Barat dan Timur, Amerika Utara dan Tengah serta Asia,
yang meliputi karakter bobot biji bervariasi (0.49 – 0.86 gram/biji), persentase
berat kernel (54 – 64 %), kandungan protein kasar (19 – 31%), dan kandungan
minyak (43 – 59 %). Selain itu dilaporkan adanya interaksi antara faktor genotipe
dan lingkungan (genotipe by environment interaction) yang mempengaruhi

10
keragaan dari berbagai karakter yang diamati pada populasi tanaman jarak pagar
yang dievaluasi tersebut (Makkar et al. dalam Setiawan et al., 2008). Hasil
analisis provenan yang dilakukan di Senegal juga menunjukkan bahwa plasma
nutfah jarak pagar mempunyai keragaman untuk karakter jumlah buah
(kapsul), berat kapsul, jumlah biji, dan berat biji per tanaman (Heller dalam
Setiawan et al., 2008).
Hasil penelitian Mulyani (2007) menunjukkan bahwa berdasarkan
pengamatan dan perkembangan tanaman jarak pagar dibeberapa lokasi yaitu
Kebun Induk Jarak Pagar (KIJP) Pakuwon di Kabupaten Sukabumi, Desa Cibogo
di Kabupaten Subang, dan Desa Nagarajati di Kabupaten Ciamis, pertumbuhan
vegetatif tanaman jarak pagar sangat bervariasi meskipun waktu penanaman
bersamaan. Hal ini dapat disebabkan sumber benih yang digunakan memiliki
variasi yang cukup besar. Benih yang berbeda menyebabkan pertumbuhan yang
berbeda. Penanaman di KIJP Pakuwon umumnya menggunakan sumber benih
yang berasal dari KIJP Pakuwon. Meskipun benih seragam, tetapi pertumbuhan di
lapangan sangat bervariasi, kemungkinan karena faktor-faktor lingkungan seperti
ada tidaknya naungan, pemeliharaan, kondisi tanah atau air (dekat dengan sumber
air, cekungan, lahan berlereng), dan tingkat kesuburan tanahnya.
Menurut Allard (1991), keragaman yang terus menerus dan terputus telah
diamati dalam sifat tinggi yang menunjukkan bahwa perbedaan sifat kualitatif dan
kuantitatif tidaklah mutlak. Sifat tinggi sebenarnya adalah sifat kuantitatif tetapi
strain pendek atau raksasa tergantung pada perbedaan gen tunggal yang telah
ditemukan melalui penelitian yang dilakukan dalam semua atau hampir seluruh
spesies tanaman. Dalam kenyataanya, perbedaan antara sifat kualitatif dan
kuantitatif tidak begitu tergantung pada besarnya efek dari individu gen. Gen-gen
tidak dapat menyebabkan berkembangnya suatu karakter kecuali mereka berada
pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruh terhadap
berkembangnya suatu karakter dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan
kecuali gen yang diperlukan ada. Susantidiana et al. (2009) menyatakan bahwa
informasi mengenai keragaman genetik yang dimiliki oleh aksesi jarak pagar
sangat dibutuhkan untuk mengetahui kekerabatan dari aksesi tersebut.

11
Plasma nutfah yang berkerabat jauh dibutuhkan dalam menentukan tetua
persilangan untuk merakit varietas hibrida.
Perbedaan penampilan individu tanaman jarak pagar disamping disebabkan
oleh susunan genetik yang berbeda sebagai akibat penyerbukan silang, juga dapat
disebabkan oleh kondisi lingkungan yang berbeda (Hartati, 2008a). Kaushik et al.
dalam Setiawan et al. (2008) melaporkan bahwa terdapat variasi ukuran benih,
berat 100 benih, dan kandungan minyak pada 24 aksesi yang dikoleksi dari
berbagai agroklimat yang berbeda di propinsi Haryana, India. Tingginya koefisien
fenotipik dibanding koefisien korelasi genotipik menunjukkan besarnya pengaruh
lingkungan. Heritabilitas yang tinggi pada kandungan minyak menunjukkan
bahwa adanya aksi gen aditif. Berat benih berkorelasi positif dengan panjang
benih dan kandungan minyak.

Komponen Pertumbuhan dan Produksi
Usaha budidaya tanaman merupakan suatu kegiatan penting dalam
kelangsungan hidup manusia yang menggunakan hasil tanaman sebagai bahan
makanan utama dan untuk banyak keperluan lainnya. Tujuan akhir dari setiap
kegiatan budidaya tanaman adalah untuk mendapatkan hasil yang setinggi
mungkin baik dari segi kuantitas maupun kualitas berupa organ vegetatif maupun
organ generatif. Akibatnya, banyak orang yang hanya memberikan perhatian pada
organ yang dipanen.
Menurut Sitompul dan Guritno (1995), salah satu aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam sistem tanaman yang berhubungan dengan hasilnya adalah
proses pertumbuhan. Hasil tanaman yang dipanen atau keseluruhan tubuh
tanaman tidak terbentuk secara tiba-tiba. Pertumbuhan adalah proses dalam
kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin
besar dan juga menentukan hasil tanaman. Pertumbuhan berfungsi sebagai proses
yang mengolah masukan substrat dan menghasilkan produk pertumbuhan.
Proses

metabolisme

tanaman

berkaitan

dengan

pembentukan

dan

perkembangan organ tanaman berupa organ generatif dan organ vegetatif
(Lakitan, 1993). Daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada

12
umumnya tiap tumbuhan memiliki sejumlah besar daun. Hal ini karena daun
memiliki fungsi sebagai pengambil zat-zat makanan, pengolah zat makanan,
penguapan air, dan pernafasan. Batang juga merupakan organ tumbuhan yang
sangat penting karena batang berfungsi sebagai pendukung bagian tanaman yang
berada di atas tanah dan sebagai pengangkutan air dan zat makanan dari bawah ke
atas (Tjitrosoepomo, 1985).
Hartati et al. (2009) menyatakan bahwa pada tanaman jarak pagar, dukungan
karakter vegetatif yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil buah
yang banyak. Karakter tinggi tanaman pada jarak pagar diketahui berkorelasi
sangat nyata dengan jumlah tandan buah yang dihasilkan per tanaman dan hasil
biji. Meskipun berkorelasi dengan hasil, tanaman jarak pagar yang terlalu tinggi
tidak menguntungkan karena akan menyulitkan proses pemanenan buah.
Pengaturan tinggi tanaman jarak pagar dapat dilakukan dengan perlakuan
pemangkasan.
Perbanyakan tanaman jarak pagar dengan setek batang akan memperoleh
hasil perbanyakan tanaman yang memiliki karakter identik dengan tanaman
induknya. Faktor fisik seperti panjang setek dan diameter setek merupakan hal
yang harus diperhatikan karena berpengaruh terhadap kemampuan bahan setek
membentuk akar. Panjang dan diameter setek yang baik untuk tanaman berbeda
satu dengan yang lainnya (Santoso et al., 2008).
Menurut penelitian Santoso et al. (2008), pertumbuhan bibit tanaman jarak
pagar yang berasal dari setek batang bervariasi tergantung pada perbedaan ukuran
panjang maupun diameter bahan setek batang yang digunakan. Bibit jarak pagar
dengan daya adaptasi yang baik setelah tanaman jarak pagar dipindahkan ke
lapang diperoleh apabila perbanyakan tanaman jarak pagar secara vegetatif
dilakukan dengan menggunakan setek batang berukuran panajng berkisar
20 – 30 cm dengan diameter 2.5 – 3.0 cm atau dengan setek batang berdiameter
2.0 – 2.4 cm atau 2.5 – 2.9 cm dengan panjang 30 cm.
Jumlah daun tertentu diperlukan suatu tanaman untuk mencapai fase dewasa
dan kemudian memasuki fase generatif. Daun-daun tersebut mendukung
pertumbuhan dan perkembangan organ generatif seperti bunga dan buah.
Pembentukan dan perkembangan bunga dan dilanjutkan perkembangan buah pada

13
percabangan sekunder maupun tersier diperlukan pembentukan daun yang
jumlahnya lebih sedikit dibandingkan jumlah daun yang terbentuk saat pendukung
pembungaan dan pembuahan pada cabang primer maupun cabang utama. Jumlah
daun pada percabangan sekunder yang terbentuk berkisar antara 4 – 14 helai daun,
sedangkan pada percabangan tersier diperlukan daun sekitar 4 – 10 helai daun
untuk dapat mendukung pembentukan bunga dan perkembangan buah selanjutnya
(Santoso, 2009).

14

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan
Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman di Kebun
Jarak Pagar PT Indocement, Citeureup, Bogor. Penelitian dilaksanakan pada
Oktober 2009 – April 2010.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman jarak pagar yang
berasal dari setek batang. Setek diambil dari tanaman yang berumur satu tahun
yang merupakan koleksi dari Kebun Percobaan Leuwikopo yang berasal dari
lima wilayah Indonesia bagian Barat, yaitu Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan
Sukabumi. Alat yang digunakan adalah jangka sorong, timbangan, penggaris,
meteran, kertas label, dan spidol permanen.
Metode
Penelitian ini menggunakan 15 aksesi jarak pagar yang berasal dari berbagai
daerah di wilayah Indonesia bagian Barat. Pengamatan untuk setiap aksesi terdiri
atas lima tanaman dengan satu tanaman sebagai ulangan. Dengan demikian
terdapat 75 unit percobaan. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai
perlakuan adalah 15 aksesi jarak pagar dari lima daerah di Indonesia bagian Barat,
yaitu Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi. Jumlah aksesi yang
digunakan untuk setiap wilayah tidak sama. Aksesi jarak pagar dari daerah
Medan, Bengkulu, Banten, Bogor, dan Sukabumi masing-masing terdiri atas 2, 4,
2, 3, dan 4 aksesi. Kelima belas aksesi tersebut adalah aksesi Medan I, Medan II,
Bengkulu I, Bengkulu II, Bengkulu III, Bengkulu IV, Banten I, Banten II,
Bogor I, Bogor II, Bogor III, Sukabumi I, Sukabumi II, Sukabumi III, dan
Sukabumi IV.

15
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam pengolahan data adalah
Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor dengan model sebagai berikut:
Yij = μ + τi + εij
Dengan: i = 1,2,3, … i
j = 1,2,3, … j
Keterangan:
Yij

= nilai pengamatan aksesi ke-i dan ulangan ke-j

μ

= nilai tengah umum (rata-rata)

τI

= pengaruh aksesi ke-i

εij

= pengaruh acak pada aksesi ke-i dan ulangan ke-j
Data kuantitatif hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam.

Jika hasil analisis ragam menunjukkan nilai yang nyata maka dilakukan uji lanjut
menggunakan Uji Duncan pada taraf 5 %. Data kualitatif dianalisis dengan cara
mengidentifikasi karakter kualitatif yang disajikan dalam bentuk tabel. Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Analisis Ragam
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh perlakuan aksesi terhadap
peubah yang diamati. Analisis ragam digunakan untuk menganalisis data
kuantitatif.
2. Analisis Uji Lanjut DMRT
Analisis ini merupakan uji lanjut dari hasil analisis ragam terhadap perlakuan
aksesi yang berpengaruh nyata terhadap peubah pertumbuhan dan untuk
melihat perbandingan antara masing-masing aksesi.
3. Analisis Gerombol
Analisis ini digunakan untuk mengelompokkan objek berdasarkan kemiripan
karakter diantara objek tersebut yang akan diklasifikasikan ke dalam satu atau
beberapa cluster atau kelompok sehingga objek yang berada pada satu cluster
memiliki kemiripan satu dengan yang lainnya (Dillon dan Goldstein dalam
Akbar, 2008). Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat kemiripan
antara 15 aksesi jarak pagar.

16
Pelaksanaan Penelitian
Perbanyakan tanaman jarak pagar dilakukan melalui setek dengan panjang
30 cm. Pembibitan dilakukan di polibag berukuran 25 cm x 25 cm dengan media
tanah, sekam, dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Selama
pembibitan, bahan tanam berada di bawah naungan. Pembibitan dilakukan selama
dua bulan. Setelah itu, bibit ditanam di Kebun Jarak Pagar PT Indocement,
Citeureup, Bogor. Bibit jarak pagar ditanam dengan jarak tanam 2 meter untuk
jarak tanam dalam aksesi dan 2.5 meter untuk jarak tanam antar aksesi. Lubang
tanam dibuat dengan ukuran 50 cm x 50 cm x 50 cm.
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini mendapat perlakuan yang
sama, seperti pemberian pupuk, penyiraman, dan penerimaan cahaya. Pemupukan
dilakukan pada saat penanaman di lapangan dengan dosis 5 kg pupuk kandang per
tanaman. Penyiraman tanaman di lapangan hanya dilakukan pada musim kemarau.
Tanaman jarak pagar di lapangan berada pada lokasi tanpa naungan.
Pengamatan
Pengamatan dilakukan berdasarkan karakter morfologi dan agronomi, yang
terdiri atas karakter kualitatif dan karakter kuantitatif. Karakter agronomi yang
diamati adalah karakter tanaman jarak pagar yang mempengaruhi daya hasil biji
yang tinggi. Karakter ini meliputi jumlah cabang produktif, waktu mekar bunga
pertama, jumlah buah per malai, jumlah buah per tanaman, total bobot biji jarak
pagar kering, dan jumlah biji jarak pagar per tanaman. Pengamatan dilakukan saat
di pembibitan (tanaman berumur enam minggu) dan setelah tanaman dipindahkan
ke lapangan. Pengamatan pertama di lapangan dilakukan dua minggu setelah
pindah tanam (MSP) dan selanjutnya dilakukan empat minggu sekali.
Pengamatan karakter kualitatif selama fase vegetatif dilakukan saat di
pembibitan (0 MSP) dan 2 MSP. Data yang dikumpulkan berdasarkan
pengamatan kualitatif meliputi:
1. Daun: bentuk daun, tekstur daun, jumlah tepi daun, pertulangan daun, warna daun
muda, warna daun tua, dan warna tangkai daun.
¾ Bentuk daun, daun yang diamati terletak pada cabang terpanjang dengan
pertumbuhan daun maksimum. Pengambilan data dilakukan dengan
membandingkan panjang dan lebar daun. Bentuk daun dapat dibedakan

17
berdasarkan perbandingan panjang dan lebar daun menjadi:


Bulat atau bundar (orbicularis), jika panjang: lebar = 1: 1



Jorong (ovalis atau ellipticus), jika perbandingan panjang: lebar =
1.5 – 2: 1



Memanjang (oblongus), jika panjang: lebar = 2.5 – 3: 1



Bangun lanset (lanceolatus), jika panjang: lebar = 3 – 5: 1
(Tjitrosoepomo, 1985).

¾ Tekstur daun, daun yang diamati adalah daun yang terletak pada cabang
terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Tekstur daun dibedakan
menjadi dua karakter yaitu licin dan kasar.
¾ Tepi daun, daun yang diamati terletak pada cabang terpanjang dengan
pertumbuhan daun maksimum. Tepi daun dihitung berdasarkan jumlah tepi
daun yang diamati.
¾ Pertulangan daun, tulang daun yang diamati adalah daun dicabang
terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Pertulangan daun
dibedakan menjadi dua karakter yaitu jelas dan kurang jelas.
¾ Warna daun muda dan warna daun tua yang diamati adalah daun muda dan
daun tua pada cabang terpanjang. Daun tua yang diamati adalah daun yang
tumbuh maksimal. Warna daun muda dibedakan menjadi hijau, coklat, dan
hijau kecoklatan sedangkan warna daun tua dibedakan menjadi hijau dan
hijau tua.
¾ Warna tangkai daun, tangkai daun yang diamati terletak pada cabang
terpanjang dengan pertumbuhan daun maksimum. Warna tangkai daun
dapat dibedakan menjadi hijau dan hijau keunguan.
2. Batang: warna batang
¾ Warna batang diamati di pembibitan dan setelah dipindahkan ke lapangan.
Warna batang dapat dibedakan menjadi hijau dan abu-abu.
3. Bunga: jenis bunga berdasarkan bunga yang pertama mekar (betina, jantan, atau
hermaprodit), jenis bunga yang terbentuk dalam satu malai (hermaprodit dan jantan
atau jantan dan betina), warna petal, dan warna sepal.

18
¾ Jenis bunga diamati dua malai per tanaman sedangkan warna petal dan
warna sepal diamati tiga bunga per malai. Pengamatan dilakukan dua kali
dalam seminggu.
4. Buah: bentuk buah muda dan warna buah muda
¾ Bentuk buah muda dan warna buah muda diamati pada dua malai dengan
mengambil sampel sebanyak tiga buah per malai pada cabang terpanjang.
5. Biji: bentuk biji dan warna biji
¾ Bentuk biji dan warna biji diamati dengan mengambil sampel sebanyak
tiga buah jarak pagar yang sudah masak (berwarna kuning).
Pengamatan terhadap karakter kuantitatif selama fase vegetatif dilakukan
sebanyak empat kali pengamatan, yaitu 0 MSP, 2 MSP, 6 MSP, dan 10 MSP.
Pengamatan selama fase vegetatif dilakukan sampai 75 % tanaman jarak pagar di
lapangan berbunga. Karakter kuantitatif selama fase generatif diamati dua kali dalam
seminggu. Karakter kuantitatif yang diamati adalah:
1. Batang: diameter batang dan jumlah buku
¾ Diameter batang dan jumlah buku hanya diamati saat di pembibitan.
Pengamatan diameter batang diukur 5 cm dari permukaan tanah.
2. Cabang: tinggi cabang, jumlah cabang, diameter cabang, jumlah cabang produktif,
dan persentase cabang produktif
¾ Tinggi cabang diamati pada cabang tertinggi. Diameter cabang diamati
pada cabang terpanjang dengan jarak dari titik percabangan adalah 5 cm.
Pengamatan terhadap karakter jumlah cabang produktif dilakukan diakhir
penelitian. Persentase cabang produktif dihitung dengan membandingkan
jumlah cabang produktif dengan jumlah cabang dalam satu tanaman.
3. Daun: jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan panjang tangkai daun
¾ Karakter ini diamati saat di pembibitan dan di lapangan. Daun dan tangkai
daun yang diamati adalah daun dan tangkai daun dengan pertumbuhan
maksimum pada cabang terpanjang. Jumlah daun hanya diamati pada
cabang terpanjang. Panjang tangkai daun diamati setelah tanaman jarak
pagar dipindahkan ke lapangan.
4. Bunga: waktu mekar bunga pertama, jumlah sepal, dan jumlah petal
¾ Pengamatan dilakukan pada waktu bunga jarak pagar pertama mekar.

19
Waktu mekar bunga pertama dihitung setelah tanaman dipindahkan ke
lapangan. Pengamatan jumlah sepal dan petal dilakukan pada tiga bunga
jarak pagar dalam satu malai.
5. Buah: jumlah buah per malai, jumlah buah yang dipanen per tanaman, dan
keserempakan masak buah
¾ Pengamatan terhadap jumlah buah per malai dilakukan pada malai kedua
dan malai ketiga. Pemanenan dilakukan secara bertahap karena buah jarak
pagar tidak masak bersamaan. Jumlah buah yang dipanen dihitung selama
pengamatan yaitu Februari – April 2010.
¾ Keserempakan masak buah jarak pagar diamati dari waktu pertama buah
berwarna kuning sampai semua buah dalam satu malai berwarna kuning.
Keserempakan masak buah jarak pagar diamati pada malai kedua dan malai
ketiga.
6. Biji: jumlah biji yang dipanen per tanaman dan bobot biji kering
¾ Jumlah biji dan bobot biji kering diamati pada buah masak yang dipanen
selama penelitian.

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Kondisi Umum
Kondisi tanaman jarak pagar selama penelitian cukup baik. Lahan yang
digunakan merupakan lahan bekas penambangan semen. Lahan ini berada pada
ketinggian 200 m dpl. Selama penelitian berlangsung, kondisi cuaca berubah-ubah
(Tabel 1). Curah hujan tertinggi terjadi pada Maret dengan total curah hujan
535 mm/bulan sedangkan curah hujan terendah terjadi pada November dengan