Tinjauan Teoritik TINJAUAN PUSTAKA

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik

1. Sistem a. Pengertian Sistem Mulyadi 1989: 3 mengemukakan pengertian sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan yang lainnya yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Wilkinson 1997: 32 mengemukakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan dan mempunyai satu atau beberapa tujuan yang sama. Pengertian sistem yang dikemukakan oleh Wahana 2003: 28 adalah suatu kesatuan yang utuh yang terdiri dari beberapa bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Pada dasarnya sesuatu dapat disebut sistem bila memenuhi dua syarat. Pertama adalah memiliki bagian-bagian yang saling berinteraksi dengan maksud untuk mencapai tujuan tertentu, yang disebut sebagai subsistem. Agar sistem dapat berfungsi secara efektif dan efisien, subsistem-subsistem itu harus saling berinteraksi antara satu dengan lainnya. Interaksi ini bisa tercapai terutama melalui komunikasi informasi yang relevan antar subsistem. Namun, biasanya antara satu subsistem dengan subsistem lainnya tidak dapat dilihat garis pemisahnya secara tegas, karena interaksi yang terjalin antar subsistem itu demikian kuatnya dan sering kali saling tumpang tindih. Syarat yang kedua adalah bahwa suatu sistem harus memiliki 3 unsur, yaitu input, proses dan output. Input merupakan penggerak atau pemberi tenaga dimana sistem itu dioperasikan. Sedangkan output adalah hasil operasi. Dalam pengertian sederhana, output berarti yang menjadi tujuan, sasaran, atau target pengoperasian suatu sistem. Sedangkan proses adalah aktivitas yang mengubah input menjadi output. b. Karakteristik Sistem Karakteristik yang terkandung dalam sistem yang dikemukakan oleh Jogiyanto 1999: 3 adalah memiliki komponen-komponen, batas sistem boundary, lingkungan luar sistem, penghubung interface, input, output, proses dan sasaran atau tujuan. Suatu sistem terdiri dan sejumlah komponen yang saling berinteraksi, yang saling bekerjasama membentuk suatu kesatuan. Komponen-komponen sistem dapat berupa suatu subsistem atau bagian-bagian dari sistem. Setiap subsistem mempunyai sifat-sifat dan sistem untuk menjalankan fungsi tertentu dan mempengaruhi proses secara keseluruhan. Misal, bila perusahaan dipandang sebagai suatu sistem, maka sistem akuntansi adalah subsistemnya. Suatu sistem mempunyai batas sistem yang merupakan daerah yang membatasi antara suatu sistem dengan sistem lainnya atau dengan lingkungan luarnya. Batas suatu sistem menunjukkan ruang lingkup dari suatu sistem. Lingkungan luar sistem adalah apapun diluar batas dari sistem yang mempengaruhi operasi sistem. Lingkungan luar sistem dapat bersifat menguntungkan tetapi dapat juga bersifat merugikan sistem. Bila bersifat menguntungkan, maka lingkungan tersebut harus tetap dijaga dan dipelihara. Namun bila bersifat merugikan maka harus ditahan dan dikendalikan karena dapat mengganggu kelangsungan hidup dari sistem. Penghubung sistem merupakan media yang menghubungkan antar subsistem, yang memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Input adalah energi yang dimasukkan ke dalam sistem. Input terdiri dari dua macam, yaitu maintenance input dan signal input. Maintenance input adalah energi yang dimasukkan supaya sistem tersebut dapat beroperasi. Contohnya adalah program komputer dalam sistem komputer. Sedangkan signal input adalah energi yang diproses untuk didapatkan output, contohnya data yang diolah menjadi informasi. Sedangkan keluaran atau output adalah hasil dan energi yang diolah, contohnya informasi keuangan. Pengolah sistem merupakan bagian dari sistem yang akan merubah input menjadi output. Misalnya, sistem akuntansi akan mengolah data-data transaksi menjadi laporan keuangan dan laporan lain yang dibutuhkan manajemen. Suatu sistem pasti mempunyai tujuan atau sasaran, karena sasaran dan sistem akan sangat menentukan input yang dibutuhkan sistem dan output yang akan dihasilkan sistem. 2. Sistem Informasi Akuntansi Nugroho 2001: 4 mengemukakan bahwa sistem informasi akuntansi adalah susunan berbagai formulir, catatan, peralatan, termasuk komputer dan perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga pelaksananya, dan laporan yang terkoordinasikan secara erat dan didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi yang dibutuhkan manajemen. Sistem informasi akuntansi juga berperan sebagai pengaman harta kekayaan perusahaan. Apabila melihat pengertian sistem di atas, bahwa suatu sistem terdiri dari rangkaian input, proses dan output. Sistem informasi akuntansi memegang peran penting dalam perusahaan, karena sistem informasi akuntansi memberi informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan dan laporan-laporan kegiatan ekonomi lain yang digunakan manajer dalam pengambilan keputusan. Keluaran dari sistem informasi akuntansi adalah laporan keuangan. Pengguna informasi akuntansi dapat dibagi ke dalam dua kelompok yaitu internal dan eksternal. Kelompok internal adalah pihak menejemen dan pihak eksternal adalah publik. 3. Sistem Akuntansi a. Pengertian Sistem Akuntansi Mulyadi 1989: 4 mengemukakan bahwa sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan, dan laporan yang dikoordinasi sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan perusahaan. Dari definisi sistem akuntansi tersebut, unsur suatu sistem akuntansi pokok adalah formulir, catatan yang terdiri dan jurnal, buku besar dan buku pembantu, serta laporan. Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Formulir sering disebut pula sebagai media, karena formulir merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam catatan. Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Buku besar terdiri dan rekening-rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. Buku pembantu terdiri dan rekening-rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. Laporan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang dapat berupa neraca, laporan rugi laba, laporan perubahan modal, laporan harga pokok penjualan, daftar umur piutang, dan lainnya. Laporan berisi informasi yang merupakan keluaran dan sistem akuntansi. b. Pengembangan Sistem Akuntansi Jogiyanto 1999: 35 mengemukakan bahwa pengembangan sistem dapat berarti menyusun suatu sistem yang baru untuk mengganti sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada. Beberapa hal yang menyebabkan sistem lama perlu diperbaiki, antara lain: 1. Adanya permasalahan dari sistem lama Permasalahan dari sistem lama yang dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Ketidakberesan Ketidakberesan dapat berupa kecurangan-kecurangan disengaja yang menyebabkan tidak amannya harta kekayaan perusahaan dan kebenaran data kurang terjamin, kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja yang juga dapat menyebabkan kebenaran dan data kurang terjamin, tidak efisietmya operasi, tidak ditaatinya kebijaksanaan manajemen y ang telah diterapkan. b. Pertumbuhan organisasi Pertumbuhan organisasi yang berupa kebutuhan akan informasi semakin luas, volume pengolahan data semakin meningkat. 2. Untuk meraih kesempatan-kesempatan. Teknologi informasi telah berkembang dengan cepatnya dan organisasi mulai merasakan bahwa telcnologi ini perlu digunakan untuk meningkatkan penyediaan informasi sehingga dapat mendukung dalam proses pengambilan keputusan yang akan dilakukan oleh manajemen. 3. Adanya instruksi-instruksi. Penyusunan sistem baru dapat juga terjadi karena adanya instruksi-instruksi dari pimpinan ataupun dan luar organisasi. 4. Sistem Penjualan Tunai a. Pengertian Penjualan Tunai Penjualan adalah suatu proses penyerahan hak seseorang atas sesuatu benda kepada orang lain yang biasanya diteruskan dengan pembayaran sejumlah uang dan orang yang menerima hak atas barang tersebut Mulyadi, 2001: 202. Penjualan tunai adalah penjualan yang dilakukan perusahaan dengan menyerahkan atau mengirimkan barangjasa kepada pembeli setelah fungsi penerimaan kas perusahaan menerima uang dari pembeli Mulyadi, 2001: 202. b. Fungsi yang Terkait Dengan Penjualan Tunai Dalam sistem informasi akuntansi penjualan, pada umumnya terdapat empat fungsi dasar yang membentuk sistem penjualan tunai antara lain Mulyadi, 1989: 202: 1. Fungsi penjualan Fungsi ini bertugas untuk menerima order atau melayani kebutuhan barang dari pelanggan, mengisi faktur penjualan tunai dan menyerahkan kepada pelanggan untuk kepentingan pembayaran harga barang ke bagian kassa. 2. Fungsi kassa Fungsi ini bertanggung jawab untuk pengumpulan kas dari pelanggan. 3. Fungsi gudang Fungsi ini bertanggungjawab untuk menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman. 4. Fungsi pengiriman Fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang yang kemudian diserahkan ke pembeli. 5. Fungsi akuntansi Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencatat transaksi penjualan dan penerimaan kas dan menyajikan informasi kepada manajemen. Data sumber yang dipergunakan sebagai input dalam sistem informasi akuntansi penjualan sangat berdasarkan pada pelanggan, dalam hal ini adalah order pelanggan dan pembayaran kas dari pelanggan yang ditangani oleh bagian kassa sehingga dihasilkan suatu bukti otorisasi untuk pelanggan oleh bagian akuntansi. Penjualan dan penerimaan kas tersebut akan dicatat dan dari data tersebut akan dihasilkan informasi bagi pihak manajemen. lnformasi yang umumnya diperlukan oleh pihak manajemen dari kegiatan penjualan tunai adalah ikhtisar data transaksi penjualan seperti total penjualan menurut jenis produk atau kelompok produk, jumlah harga pokok penjualan yang dijual, namun pada dasarnya informasi yang dibutuhkan satu perusahaan dengan perusahaan lain akan sangat berbeda tergantung pada kebutuhan masing-masing perusahaan itu sendiri. Laporan-laporan yang dibutuhkan manajemen penjualan antara lain: 1. Laporan total penjualan, laporan ini memuat tentang jumlah penjualan barang dalam jangka waktu tertentu, laporan ini berguna untuk pihak manajemen tingkat atas untuk mengetahui jumlah penjualan dan pendapatan perusahaan. 2. Laporan penjualan menurut jenis barang, laporan ini berisi data penjualan yang lebih spesifik dimana tercantum spesifikasi barang yang telah dijual dalam jangka waktu tertentu, laporan ini dapat membantu manajemen untuk mengetahui peningkatan dan penurunan penjualan barang dalam perusahaan. 3. Laporan retur barang, laporan ini berisi tentang barang yang dikembalikan oleh konsumen beserta dengan keterangan untuk retur tersebut dalam jangka waktu tertentu, laporan ini dapat membantu manajemen untuk meningkatkan layanan konsumen yang lebih baik. 4. Laporan persediaan berjalan, laporan ini memuat informasi tentang jumlah persediaan barang yang ada di bagian gudang. Laporan ini berguna bagi manajemen untuk mengetahui barang dagangan yang masih tersedia dan menentukan barang yang akan dipesan kembali kepada bagian pembelian. 5. Laporan harga pokok penjualan, laporan ini berisi harga pokok barang dagangan yang telah dijual oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu, laporan ini berguna untuk membantu manajemen dalam mengetahui laba kotor perusahaan untuk per jenis barang. c. Dokumen yang Digunakan Dokumen yang digunakan dalam sistem penjualan tunai adalah Mulyadi,1989: 198: 1. Faktur penjualan tunai Dokumen ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi penjualan tunai. Faktur penjualan tunai dapat digunakan untuk merekam data mengenai nama pembeli dan alamat pembeli, tanggal transaksi, kode dan nama barang, kuantitas, harga satuan, jumlah harga, nama dan kode wiraniaga, otorisasi terjadinya berbagai tahap transaksi. Faktur penjualan tunai diisi oleh fungsi penjualan yang berfungsi sebagai pengantar pembayaran oleh pembeli kepada fungsi kas dan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penjualan ke dalam jurnal penjualan. 2. Pita register kas Dokumen ini dihasilkan oleh fungsi kas dengan cara mengoperasikan mesin register kas. Pita register kas ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang dicatat dalam jurnal penjualan. 3. Bukti setor bank Dokumen ini dibuat oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti setor ini dibuat 3 lembar dan diserahkan oleh fungsi kas ke bank, bersamaan dengan penyetoran kas dari hasil penjualan tunai ke bank. Dua lembar tembusannya diminta kembali dari bank setelah ditandatangani dan dicap oleh bank sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi kas kepada fungsi akuntansi, dan dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai. 4. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selama satu periode. Data yang direkam dalam dokumen ini berasal dari kolom jumlah harga dalam kolom pemakaian pada formulir kartu persediaan. d. Catatan Akuntansi yang Digunakan Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem penjualan tunai adalah: jurnal penjualan, jurnal penerimaan kas, jurnal umum, kartu persediaan, dan kartu gudang Mulyadi, 1989: 201. 1. Jurnal Penjualan Jurnal penjualan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan meringkas data penjualan. Dalam jurnal penjualan disediakan satu kolom untuk setiap jenis produk guna meringkas informasi penjualan menurut jenis produk tersebut. 2. Jurnal Penerimaan Kas Jurnal penerimaan kas digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dan berbagai sumber, diantaranya dari penjualan tunai. 3. Jurnal Umum Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok produk yang dijual. 4. Kartu Persediaan Kartu persediaan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkurangnya harga pokok dari produk yang dijual. Selain itu, kartu ini juga digunakan untuk mengawasi mutasi dan persediaan barang yang ada di gudang. 5. Kartu Gudang Catatan ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dan persediaan barang yang disimpan di gudang. e. Jaringan Prosedur yang Membentuk Sistem Penjualan Tunai Jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan tunai adalah prosedur order penjualan, prosedur penerimaan kas, prosedur penyerahan barang, prosedur pencatatan penjualan tunai, prosedur penyetoran kas ke bank, prosedur pencatatan penerimaan kas, dan prosedur pencatatan harga pokok penjualan Mulyadi, 1989: 203. 1. Prosedur Order Penjualan. Dalam prosedur ini fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan membuat faktur penjualan tunai untuk memungkinkan pembeli melakukan pembayaran harga barang ke fungsi kas dan untuk memungkinkan fungsi gudang dan fungsi pengiriman menyiapkan barang yang akan diserahkan kepada pembeli. 2. Prosedur Penerimaan Kas. Dalam prosedur ini, fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari pembeli dan memberikan tanda pembayaran berupa pita register kas dan cap lunas pada faktur penjualan tunai kepada pembeli untuk memungkinkan pembeli tersebut melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari fungsi pengiriman. 3. Prosedur Penyerahan Barang. Dalam prosedur ini fungsi pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli. 4. Prosedur Pencatatan Penjualan Tunai. Dalam prosedur ini fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi penjualan tunai dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas, selain itu fungsi akuntansi juga mencatat berkurangnya persediaan barang yang dijual dalam kartu persediaan. 5. Prosedur Penyetoran Kas Ke Bank. Dalam prosedur ini fungsi kas menyetorkan kas yang diterima dari penjualan tunai ke bank dalam jumlah penuh. 6. Prosedur Pencatatan Penerimaan Kas. Dalam prosedur ini fungsi akuntansi mencatat penerimaan kas ke dalam jurnal penerimaan kas berdasar bukti setor bank yang diterima dari bank melalui fungsi kas. 7. Prosedur Pencatatan Harga Pokok Penjualan. Dalam prosedur ini fungsi akuntansi membuat rekapitulasi harga pokok penjualan berdasar data yang dicatat dalam kartu persediaan, yang kemudian dijadikan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan harga pokok penjualan ke dalam jurnal umum. f. Unsur Pengendalian Intern Dalam Sistem Penjualan Tunai Unsur pengendalian intern yang seharusnya ada dalam sistem penjualan tunai dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu Mulyadi, 1989: 204: 1. Dari segi organisasi, ada 3 pengendalian antara lain : a. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas. b. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi. c. Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas, fungsi pengiriman, dan fungsi akuntansi. 2. Sistem otorisasi dan prosedur pencatatan, ada 5 pengendalian yaitu: a. Penerimaan order dari pembeli diotorisasi oleh fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai. b. Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi kas dengan cara membubuhkan cap lunas pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut. c. Penyerahan barang diotorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap sudah diserahkan pada faktur penjualan tunai. d. Pencatatan kedalam buku jurnal diotorisasi oleh fungsi akuntansi dengan cara memberi tanda pada faktur penjualan tunai. 3. Praktik yang sehat, ada tiga pengendalian yaitu : a. F aktur penjualan tunai bernomor urut tercetak dan pemakaiannya dipertanggungjawabkan oleh fungsi penjualan. b. Jumlah kas yang diterima dan penjualan tunai disetor seluruhnya ke bank pada hari yang sama dengan transaksi penjualan tunai atau pada hari kerja berikutnya. c. Penghitungan saldo kas yang ada di tangan fungsi kas secara periodik dan secara mendadak oleh fungsi pemeriksa intern. 5. Sistem Pengendalian Intern 1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Mulyadi, 1993: 165. Menurut Zaki Baridwan 1991: 13, Pengendalian intern meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi dan membantu menjaga dipatuhinya kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu. Pengendalian internal merupakan kerangka yang terdiri dari beragam tindakan pengendalian dan pengamanan yang bersifat internal yang meliputi semua transaksi serta praktek–praktek organisasi, operasi, dan bahkan manajemen perusahaan. 2. Tujuan Sistem Pengendalian Intern Menurut definisi di atas, tujuan dari sistem pengendalian intern adalah: a. Menjaga kekayaan organisasi. b. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. c. Mendorong efisiensi. d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. 3. Unsur Sistem Pengendalian Intern Menurut Jogiyanto 1997: 165, unsur pokok sistem pengendalian intern adalah: a. Struktur organisasi yang mencerminkan tanggungjawab fungsional secara tegas. Struktur organisasi merupakan kerangka framework pembagian tanggungjawab fungsional kepada unit-unit organisasi yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pokok perusahaan. Pembagian tanggungjawab fungsional didasarkan pada prinsip-prinsip berikut ini Mulyadi, 1989: 162: 1. Harus dipisahkan fungsi-fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi. 2. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggungjawab perusahaan untuk melaksanakan semua tahap akuntansi. b. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya. Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memilki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh karena itu, penggunaan formulir harus diawasi karena formulir merupakan dokumen yang dipakai sebagai dasar pencatatan transaksi dalam catatan akuntansi. Prosedur pencatatan yang baik akan menjamin data yang direkam dalam formulir yang kemudian dicatat dalam catatan akuntansi dengan tingkat ketelitian dan keandalannya reliability yang tinggi. c. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap organisasi. A dapun cara-cara yang umu mnya ditempuh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah: 1. Penggunaan formulir bernomor urut tercetak yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang. 2. Pemeriksaan mendadak surprised audit. 3. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi, tanpa ada campur tangan dari orang atau unit organisasi lain. 4. Perputaran jabatan job rotation. 5. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak. 6. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya. 7. Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur sistem pengendalian intern yang baik. d. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggungjawabnya Mutu karyawan merupakan unsur sistem pengendalian intern yang paling penting. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, unsur pengendalian yang lain dapat dikurangi sampai batas yang minimum, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan. 6. Sistem Pengendalian Intern Dalam Sistem Penjualan Tunai 1. Pengertian Pengendalian Intern Penerapan sistem pengendalian intern sangat penting dalam sistem penjualan tunai pada perusahaan. Pengendalian intern merupakan kerangka yang terdiri dari beragam tindakan pengendalian dan pengamanan yang bersifat internal yang meliputi semua transaksi serta praktek-praktek organisasi, operasi, dan bahkan manajemen perusahaan Wilkinson, 1997: 97. Pengendalian intern adalah sistem yang meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen Mulyadi, 1989: 161. 2. Tujuan Pengendalian Intern Tujuan pengendalian internal diterapkan dalam perusahaan menurut Wilkinson 1997: 198 adalah untuk: a. Melindungi aset perusahaan, yaitu sumber daya, termasuk data dan informasi. b. Memastikan ketepatan dan keandalan data dan informasi akuntansi artinya, menjaga agar data dan informasi bebas dari kesalahan dan menyediakan hsil yang konsisten bila memproses data yang serupa. c. Mendorong efisiensi di semua operasi perusahaan. d. Mendorong kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur yang ditetapkan manajemen. Sedangkan Mulyadi 1989: 162 mengemukakan tujuan pengendalian internal adalah untuk : 1. Menjaga kekayaan organisasi 2. Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi 3. Mendorong efisiensi 4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. 3. Jenis-jenis Pengendalian Mulyadi 1989: 163 membagi pengendalian intern menurut tujuannya menjadi dua macam: pengendalian intern akuntansi internal accounting control dan pengendalian intern administratif internal administrative control. 1. Pengendalian interen akuntansi, yang merupakan bagian dari sistem pengendalian intern, meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama menjaga kekayaan organisasi dan mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian intern akuntansi yang baik akan menjamin keamanan kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan dan akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. 2. Pengendalian intern administratif meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutarna untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen.

B. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan