19 3. Sumber bahan hukum tertier
Bahan hukum tertier adalah bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus besar bahasa
Indonesia dan kamus hukum.
d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan bahan hukum dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka yang mencakup bahan hukum primer berupa
peraturan-peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rumusan permasalahan dan bahan hukum sekunder berupa buku-buku hukum, jurnal-jurnal hukum serta
karya ilmiah atau pandangan ahli hukum.
e. Teknik Analisis Bahan Hukum
Untuk menganalisis bahan-bahan hukum yang telah terkumpul dapat digunakan berbagai teknik analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik evaluasi, teknik argumentasi, teknik sistematisasi, dan teknik deskripsi.
Teknik evaluasi adalah penilaian berupa tepat atau tidak tepat, setuju atau tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak sah oleh peneliti terhadap suatu
pandangan, proposisi, pernyataan rumusan norma, keputusan, baik yang tertera dalam bahan primer maupun dalam bahan hukum sekunder. Teknik argumentasi tidak bisa
dilepaskan dari teknik evaluasi karena penilaian harus didasarkan pada alasan-alasan yang bersifat penalaran hukum. Dalam pembahasan permasalahan hukum makin
20 banyak argumen makin menunjukkan kedalaman penalaran hukum. Menurut Philipus
M. Hadjon penalaran hukum dibagi menjadi tiga bentuk, yaitu analogi, rechtsverfijning, dan argumentum a contrario.
13
Teknik sistematisasi adalah berupa upaya mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum atau proposisi hukum antara
peraturan perundang-undangan yang sederajat maupun antara yang tidak sederajat. Teknik deskripsi adalah teknik dasar analisis yang tidak dapat dihindari
penggunaannya. Deskripsi berarti uraian tentang apa adanya kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum atau non hukum.
13
Philipus M. Hadjon dan Tatiek Sri Djatmiati, 2011, Argumentasi Hukum Legal Argumentation Legal Reasoning, Cet V, Gajah Mada University Press, Yogyakarta, h. 27.
20
BAB II TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN HAK CIPTA
DAN OGOH-OGOH
2.1 Hak Cipta 2.1.1 Pengertian Hak Cipta
Istilah hak cipta diusulkan pertama kali oleh St. Moh. Syah pada Kongres Kebudayaan di Bandung tahun 1951 yang kemudian diterima oleh Kongres tersebut,
sebagai pengganti istilah hak cipta pengarang yang dianggap kurang luas cakupan pengertiannya. Istilah hak pengarang itu sendiri merupakan terjemahan dari istilah
bahasa Belanda Auteurs rechts. Secara yuridis istilah hak cipta telah dipergunakan dalam UUHC No. 6 Tahun
1982, UUHC No.7 Tahun 1987, UUHC No.12 Tahun 1997, UUHC No. 19 Tahun dan UUHC No.28 Tahun 2014. Sebagai istilah hak cipta pengarang yang
dipergunakan dalam Auteurswet 1912. Pengertian Hak Cipta yang lebih luas, diatur dalam pasal 1 butir 1 UUHC No.
28 Tahun 2014, yang menyatakan, hak cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta maupun penerima hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya
atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.