Teori Kutub Pertumbuhan Growth Pole Theory

2.2.4 Teori Kutub Pertumbuhan Growth Pole Theory

Teori kutub pertumbuhan atau sering disebut teori pusat pertumbuhan pertama kali diperkenalkan oleh Perroux 1995. Teori ini menyatakan bahwa pembangunan sebuah kota atau wilayah merupakan hasil proses dan tidak terjadi secara serentak, melainkan muncul di tempat-tempat tertentu dengan kecepatan dan intensitas yang berbeda. Tempat atau lokasi yang menjadi pusat pembangunan atau pengembangan dinamakan kutub pertumbuhan. Dari tempat inilah selanjutnya proses pembangunan berlanjut ke wilayah-wilayah di sekitarnya. Teori ini menjelaskan perkembangan ekonomi kota dalam suatu wilayah yang luas dengan adanya sumber daya yang timpang. Teori ini juga ditopang oleh alat-alat ukur ekonomi sehingga dapat menjelaskan implikasinya pada perencanaan dan bersifat dinamis. Teori ini berkembang sejak tahun 1950-an dan cukup mampu menjelaskan perkembangan di negara maju maupun berkembang. Konsep-konsep yang ada dalam teori ini meliputi : a. Prospulsive Industry, industri sebagai pemicu perkembangan. b. Circular and Cumulative Causation, proses yang memungkinkan akumulasi perkembangan. c. Multiplier Effect, menurut teori ini ketimpangan dapat diatasi oleh tricling down process dan spread effect. Secara konseptual, pusat pertumbuhan growth pole dapat diartikan dengan dua cara, yaitu secara fungsional dan geografis. Secara fungsional, pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang dikarenakan sifat hubungannya memiliki unsur-unsur yang bersifat dinamis sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar wilayah belakangnya. Secara geografis pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi yang memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik pole of attraction, yang menyebabkan berbagai macam usaha tertarik untuk berlokasi di daerah tersebut dan penduduk datang memanfaatkan fasilitas yang ada di kota tersebut, walaupun kemungkinannya tidak ada interaksi antara usaha-usaha tersebut. Menurut Tarigan 2005 tidak semua kota dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan, karena pusat pertumbuhan memiliki empat ciri, yaitu adanya hubungan internal antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, adanya multiplier effect unsur pengganda, adanya konsentrasi geografis, dan bersifat mendorong pertumbuhan wilayah belakangnya.

2.2.5 Teori Infrastruktur