Pembingkaian Berita 100 Hari Hari Kerja Jokowi Dan Jusuf Kalla (Analisis Framing Robert N Entman Di Harian Surat Kabar Pikiran Rakyat Dan Inilah Koran Edisi Januari-Februari)

(1)

(Analysis Framing Robert N Entman In Daily Newspaper Pikiran Rakyat And Inilah Koran Newspaper Issue January - February 2015)

Written By:

ANSHAR MOHAMAD RAMDHAN NIM. 41811048

This thesis is under the guidance of: Adiyana Slamet, S.IP., M.Si

This study aimed to find out the news Framing 100 Day Work Program Jokowi and Jusuf Kalla in the Daily Newspaper Pikiran Rakyat and This Inilah Koran Newspapers in the January and February 2015.

This study used a qualitative approach to the design of Robert N. Entman Framing Analysis. The object being analyzed is the message "100 Day Work Jokowi And Jusuf Kalla in Pikiran Rakyat with the title" Langkah Kian Berat Pak Presiden" and Inilah Koran entitled" “Hambatan Jokowi Parpol

Pendukung". Data were obtained through documentation, in-depth interviews, library research and online data searches.

Results of research in the Analysis Framing Robert. N Entman which refers to Define the problem (Defining Issues), Diagnose Cause (Estimate Cause Problems), Make Moral Judgement (Decision

Making Moral), Treatment Recommendation (Stresses Troubleshooting), that reporter Pikiran Rakyat looked at the issue of law enforcement KPK VS POLRI be it is important to be used as a frame story. Instead Newspaper Inilah Koran reporter saw frame political issues between Jokowi and PDIP important issues reported to the reader

The conclusion of this study show all news This newspaper Pikiran Rakyat and Inilah Koran related 100 days Jokowi-JK administration, both the newspaper further highlight news about polemics in 100 days Jokowi-JK administration.

Keywords: Framing Analysis, News, Law, Politics I. Latar Belakang Masalah

Pasca terpilihnya pasangan Joko widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019, berbagai lapisan masyarakat Indonesia kini menaruh harapan untuk bisa merasakan janji-janjinya pada masa kampanye Pemilu mereka di bulan Maret hingga April 2014. Setelah dilantik dan diambil sumpah jabatan pada Senin, tanggal 20 Oktober 2014 pagi di gedung DPR/MPR Jakarta, maka beban dan tanggung jawab kemajuan Negara Republik Indonesia ada di pundak mereka.

Harapan dari lapisan masyarakat Indonesia kepada pemerintah baru dibawah Duet Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk segera mewujudkan berbagai pembangunan dan menyejahterakan rakyat.

Rencana utama 100 Hari Program Kerja Jokowi-JK meliputi kesejahtraan rakyat, pembangunan insfraktruktur, kerampingan bisnis kelembagaan dan revolusi mental (Sumber: okezone.com/ Selasa/ 9/ September/ 2014 / Pukul 18.40 WIB). Tentu saja tidak semua program


(2)

kerja sudah dapat dilihat hasilnya dalam waktu 100 hari yang sebenarnya sangat singkat. Lewat pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla, peneliti mencoba meneliti bagaimana kedua media Surat Kabar Pikiran Rakyat dan Inilah Koran menyampaikan informasi lewat isi pemberitaan kepada khalayak dengan menggunakan Analisis Framing.

Tiga tujuan peneliti mengambil sebuah pemeberitaan di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran sebagai Surat Kabar untuk dijadikan objek penelitian, pertama secara historis Surat Kabar khas terbitan di Jawa Barat yang didirikan pada 24 Maret 1967, Pikiran Rakyat merupakan katagori Surat Kabar yang dibilang tertua ataupun semacam menjadi pionir Surat Kabar Nasioanal khususunya di Jawa Barat. Sebaliknya Inilah Koran yang berdiri sejak 1 November 2011 dianggap peneliti sebagai Surat Kabar yang masuk katagori baru di Jawa Barat. Kedua perbedaan gaya bahasa Jurnalistik Pikiran Rakyat dan Inilah Koran dalam membingkai suatu peristiwa berita menjadi semacam pertimbangan penelti untuk memperoleh kesimpulan secara pandangan linguistik Jurnalistik.

Ketiga, yang ditunjukan kedua Surat Kabar tersebut terkait pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla kedua Surat Kabar tersebut merepoduksi beritanya selain mendalam tetapi juga menonjolkan peristiwa program kerja Jokowi dan Jusuf Kalla sesudah dilantik. Selai itu peneliti ingin menilai bahwa ada satu dari surat Kabar yang tendensius (keberpihakan) pada salah satu lawan Jokowi-JK yaitu Prabowo Subianto selama kampanye berlangsung.

 

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian terkait latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan pokok masalah yang akan diteliti sebagai berikut yang terbagi ke dalam rumusan masalah makro (umum) serta rumusan masalah mikro (khusus).

1. Pertanyaan Makro

Adapun rumusan masalah makro terkait masalah yang akan diteliti oleh peneliti yaitu:

“Bagaimana Pembingkaian pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran?”

2. Pertanyaan Mikro


(3)

Rakyat dan Inilah Koran Define problem (Pendefinisian Masalah) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla?

2. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran Diagnose Cause (Memperkirakan Penyebab Masalah) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla?

3. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran Make moral Judgement (Membuat Keputusan Moral) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla ?

4. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran Ttreatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian Masalah) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla ?

III.Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah di atas, maka penelitian mendapatkan maksud dan tujuan penelitian yaitu :

1. Maksud Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Bagaimana pembingkaian dalam sebuah pemberitaan mengenai 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran”.

1. Untuk mengetahui cara Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran mendefinisikan masalah 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla.

2. Untuk mengetahui Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran memperkirakan penyebab masalah 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla.

3. Untuk mengetahui cara Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran membuat keputusan moral 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla.

4. Untuk mengetahui cara Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran menekankan penyelesaian masalah 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla.

5. Untuk mengetahui Bagaimana Pembingkaian pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran. IV. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoritis

Secara teoritis dari penelitian ini peneliti berharap dapat menjadi


(4)

masukan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi melalui kajian ilmu bidang Jurnalistik lewat penonjolon isu yang berkaitan dengan media khususnya surat kabar mengenai penggunaan analisis framing dalam analisis teks. Penelitian ini dapat memberikan pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap penerapan Ilmu Komunikasi dalam Kajian Jurnalistik untuk pemahaman teks berita dalam pengemasan suatu realitas berita oleh media massa.

2. Kegunaan Praktis

Dalam penelitain ini peneliti mencoba membagi kegunaan praktis yang dibangun, yakni :

A. Bagi Peneliti

Kegunaan penelitian ini bagi peneliti merupakan pengembangan akan pengetahuan tentang pembingkaian berita yang dilakukan oleh media, sebagai kemasan dalam setiap pemberitaan di surat kabar, sehingga memberikan wawasan baru bagi peneliti dalam memahami teks berita di surat kabar. B. Bagi Universitas

Kegunaan penelitian ini bagi Program Studi Ilmu Komunikasi Univesitas Komputer Indonesia dalam bidang kajian keilmuan Jurnalistik

yakni, diharapkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan dalam dunia pers, juga sebagai penerapan Ilmu Komunikasi yang patut sebagai bahan ajar dasar dalam menganalisis perbandingan penulisan berita mahasiswa untuk selanjutnya. Peneliti merasa perlunya ilmu tentang analisis framing perlu diketahui oleh semua mahasiswa Ilmu Komunikasi dalam bidang Kajian Jurnalistik.

C. Bagi Masyarakat dan Perusahaan

Kegunaan penelitian ini bagi perusahaan yakni, dapat menjadi sumbangan dan tambahan referensi tentang institusi pers, dan diharapkan pula penelitian ini dapat menjadi masukan bagi Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran dalam menyampaikan informasi kepada khalayak mengenai pemberitaan dalam menyajikannya kepada pembaca.

V. Metode Penelitian

Pada metode penelitian ini, peneliti melakukan suatu penelitian dengan pendekatan secara Kualitatif, dimana untuk mengetahui dan mengamati segala hal yang menjadi ciri sesuatu hal. “Metode adalah proses, prinsip dan


(5)

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Robert N. Entman. Analisis framing Robert Entman adalah analisis yang memusatkan perhatian pada bagaimana media mengemas dan membingkai berita.

Dalam konsep Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi dan rekomendasi dalam suatu wacana unutk menekankan kerangka berfikir tertentu terhadap peristiwa yang diwacanakan. Konsepsi mengenai framing Entman tersebut menggambarkan secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan. Define Problems (pendefinisian masalah) adalah elemen pertama kali dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame/bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa yang dialami oleh wartawan (Eriyanto, 2002: 225)

Diagnose Causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap aktor dari suatu peristiwa. Penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga berarti (who). Bagaimana peristiwa dipahami tentu saja menentukan apa siapa yang yang

dipakai untuk membenarkan/member argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Ketika masalah sudah didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut (Eriyanto, 2002: 226). Elemen framing lain adalah treatment recommendation (menekankan masalah). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan. Jalan apa yang diplih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian tentu tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2002:227)

VI. Hasil Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pemberitaan program 100 hari kerja Jokowi-JK dalam edisi Januari-Febuari di harian umum Pikiran Rakyat dan Harian Inilah Koran. Pemberitaan mengenai program kerja Jokowi-JK yang diamati oleh penulis, sehingga mampu menghasilkan objek berita dari kedua media cetak Jawa barat untuk dibingkai serta dianalisis berdasarkan teori analisis framing Robert N. Entman. Penulis mengambil 1 berita dari Harian umum Pikiran Rakyat dan 1 berita dari Harian Inilah Koran.

Analisis framing model Robert N.Entman mencoba untuk membingkai serta memaparkan


(6)

penelitian pemberitaan program kerja Jokowi-JK dalam kedua media cetak Jawa barat dengan menganalisisnya melalui pembahasan berdasarkan elemen dari Analisis Framing Robert N. Entman yaitu Define problems (Pendefinisian masalah), Diagnose causes (Memperkirakan masalah atau sumber masalah), Make moral judgment (Membuat keputusan moral), Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian).

VII.Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah berita 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla di Surat Kabar Pikiran Rakyat dan Inilah Koran.

1. Pemberitaaan 100 Hari Program Kerja Jokowi-JK di Surat Kabar Pikiran Rakyat

100 Hari Pemerintahan Jokowi-JK Langkah Kian Berat, Pak Presiden!

Begitulah pakar politik dari Popili Center, Nico Harjanto mengamsalkan kondisi kabinet kerja dalam 100 hari masa tugas. Ia mengatakan, beban pemerintahan saat ini luar biasa berat. Meski kepala Negara dan menteri-menterinya tokoh yang baik bahkan mungkin lantip, itu tidak bisa membuat perjalanan pemerintahan 100 hari membuat prima.

Nico melihat, hanya beberapa menteri yang langkah-langkahnya jelas dan terasa oleh masyarakat. Masih banyak Menteri yang membingungkan dan belum terasa geberakanya. “ Gebarakan Susi (Pudjiastuti, Menteri Kelautan

dan Perikanan) terkait dengan illegal fishing paling terasa. Perbaikan standar keamanan penerbanangan juga (patut) diapresiasi. Gebrakan urusan desa belum terasa, “katanya belum lama ini.

Meskipun demikian, jika dinilai dengan indicator terhadap mahasiswa, Nico memberi nilai B+ (B plus) kepada pemerintahan jokowi pada 100 hari ini. Aspek Ekonomi menurut dia, paling bagus karena ada perbaikan dalam subsisidi sehingga keuangan Negara semakin sehat. Apalagi ada pengalihan anggaran ke sektor produktif. Sementara itu, nilai paling buruk justru berada di sektor penegakan hukum. “Presiden perlu penasihat hukum yang baik,“ tuturnya.

Sektor hukum pada Pemerintaha Jokowi-Jusuf Kalla memang menjadi sektor paling yang banyak menuai kritikan. Belum genap seratus hari memimpin kisruh KPK-Polri terjadi. Berawal dari penetapan calaon tunggal Kapolri Budi Gunawan, Selasa(13/1/2015). Budi diduga menggelembungkan pundi-pundi uangnya dengan korupsi saat menjabat Kepala Biro Pembinaan Karier Deputi Sumber Daya Manusia Mabes Polri 2003-2006.

Status tersangka yang diselamatkan KPK untuk Budi Gunawan rupanya tidak cukup kuat bagi Jokowi untuk menarik pencalanon Budi sebagai Kapolri. Presiden justru membiarkan proses politik di DPR bergulir. Satu suara, para wakil rakyat itu justru bergerak melawan kehendak rakyat, pemilik kuasa yang sesungguhnya.

Walhasil, publik di seantero negeri menumpuhurakan perasaan perasaan kecewa, terutama melalui media sosial. Mereka ramai-ramai mengkritik sikap Presiden dan


(7)

@PartaiSocmed.

Tagar #ShameOnYouJokowi menjadi perbincangan yang popular di Twitter. Belum lagi tagar lain yang dibuat untuk mengkritik sang Presiden, seperti #dukungKPK dan #PolisiBERSIH. Seharusnya, semua kritikan ini menjadi tamparan bagi Jokowi. Sebab, sejak semula , ia berjanji untuk berdiri di sisi hukum. Pasangan Jokowi-JK pun berkomitmen mendukung keberadaan KPK. Dalam Visi misi, Jokowi-JK mengakui bahwa KPK telah menjadi tumpuan harapan masyarakat. Bahkan Jokowi-JK berkomitmen untuk mengambil sikap zero telorence terhadap tindakan kejahatan perbankan dan pencucian uang.

2.Pemberitaaan 100 Hari Program Kerja Jokowi-JK di Inilah Koran

Hambatan Jokowi Parpol Pendukung

Kinerja Jokowi Presiden Joko Widodo (Jokowi) Dinilai belum maksimal. Hambatanya bukan datang dari lawan politiknya, partai pengususng justru dituduh jadi bianganya.

Pengamat politik LIPI Ikrar Nusa Bhakti, menilai hambatan utama kinerja Presiden Joko Widodo adalah PDI Perjuangan selaku partai pengusungnya dalam Pemilu Presiden 2014 silam.

Hubungan Jokowi dan PDIP bukan baru kini terjadi, minimal sejak di menjadi Gubernur DKI Jaya. Saat menjadi Walikota Surakarta untuk

“Hambatan utama kinerja Presiden adalah partai pendukungnya sendiri, terutama PDIP, karena partai ini benar-benar amburadul komentar politiknya,” kata Bhakti, dalam diskusi bertajuk 100 Hari Pemerintahan Jokowi-JK yang diselenggarakan Forum Intelektual Studi Untuk Indonesia, di Jakarta, Kamis (29/1).

Dia mencermati setidaknya ada dua kesalahan kader PDIP dalam berkomentar secara politik yang menimbulkan pertanyaan di publik. Pertama, terkait pernyataan politisi PDIP, Efendi Simbolon, yang menakar usia jabatan Presiden Jokowi tidak akan lama lagi karena akan dimakzulkan.

Dia mempertanyakan apakah Simbolon mengerti Presiden tidak bias dimakzulkan karena kinerja, melainkan karena melanggar UUD 1945.

Kedua, terkait pernyataan Plt Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, yang menyebutkan adanya permainan politik yang dilakukan oleh ketua KPK, Abraham Samad, yang diketahui politisi PDIP. “Jika benar Abrham Samad cawe-cawe, kalau pertemuannya sampai enam kali artinya PDIP memberikan kesempatan buat Abraham Samad. Artinya kalau Abraham Samad nakal, PDIP nakal juga., kata dia.

Lebih jauh dia mengatakan tantangan terberat bagi Jokowi saat ini adalah menentukan apakah Jokowi benar-benar akan membasmi mafia-mafia ekonomi dan korupsi atau justru melanggar dan kehilangan kepercayaan publik. Sementara itu, politisi PDIP Mansinton Pasaribu


(8)

mengatakan Presiden Jokowi masih petugas partainya di pemerintahan. “Prinsipnya kalau dalam kepartaian itu, pak Jokowi sama dengan kader lain yang diberikan mandat oleh partai baik di eksekutif atau legislatif,” kata Masinton di Jakarta.

Meskipun begitu anggota DPR ini tetap menegaskan bahwa sebagai Presiden, Jokowi harus pandai memilah tugas Negara dan tugas yang diberikan partai. “Partai membrikan sepenuhnya wewenang kepada Pak Jokowi sebagai kepala pemerintahan dan Negara. Tak ada penekanan atau intervensi,” ujaranya. Partai (PDIP) memberikan kewenangan kepada kadernya, baik di eksekutif dan legislatif,” tambahnya.

Pernyataan berbeda disampaikan politikus senior PDIP, Pramono Anung, mengatakan para pembantu Presiden itu latah dan ikut-ikutan meniru gaya Presiden yang sering blusukan namun subtansi blusukan para menteri tersebut tidak jelas. “Salah satu kelemahan sekarang, para menteri gayanya seperti Jokowi . Kalau blusukan, lihat persoalan, dijabarkan jangan seakan-akan seperti Presiden. Biar Presiden yang dianggarkan, misi disampaikan, lalu menteri mengeksekusi,”kata Pramono yang juga anggota DPR RI di Gedung DPR RI Jakarta.

Terkait pernyataan kader PDIP, Effendi Simbolon yang begitu keras mengkritik keras pemerintahan, Pramono Anung menyatakan, apa yang disampaikan Effendi harus menjadi perhatian pemerintah. Subtansi yang disampaikan Effendi harus menjadi perhatian Presiden. Memang tak mudah mengubah sikap kritis yang dilakukan PDIP,” Kata mantan wakil

ketua DPR RI itu.

Namun di satu sisi, Pramono sepakat, apa saja yang disampaikan oleh Effendi Simbolon harus menjadi perhaatian Presiden Jokowi.

 

VIII. Pembahasan

Pemberitaan program kerja pasangan Jokowi-JK yang dikemas oleh harian umum Pikiran Rakyat pada Senin 26 Januari 2015, harian umum Pikiran Rakyat mengemasya dalam bentuk berita yang telah terjadi pasca pasangan Jokowi-JK dilantik menjadi Presiden dan wakil Presiden. Seperti yang telah diamati peneliti dalam waktu pasca pelantikan, 1 berita dalam Pikiran Rakyat menjadi yang menjadi objek penelitian untuk dianalisis. Pada edisi Senin, 26 Januari 2015 di kolom “Teropong” pada halaman 19 dengan judul “Langkah Kian Berat Pak Presiden” dalam pemberitaan yang dikemas oleh Pikiran Rakyat menempatkan pada isu pemberitaan mengenai belum maksimalnya kinerja menteri-menteri di pemerintahan Jokowi-JK dan seputar isu paling menonjol soal penegakan hukum yang mengakibatkan terjadinya polemik antara KPK dan POLRI.

Frame terkait pemberitaan Jokowi-JK di kolom “Teropong” , faktanya otoritas redaksi Surat Kabar Pikiran Rakyat menyebutkan bahwa kolom “Teropong” adalah kolom khas yang terbit setiap hari senin di Pikiran Rakyat yang mengangkat tema berita secara khsus dan mendalam.

“Kami punya kolom Teropong dan telesik setiap hari senin, yang mengupas suatu tema atau suatu kejadian secra mendalam, ketika momentum 3 bulan setelah ini kami mengangkat


(9)

sosok perjalalan seorang Presiden berlari untuk memperbaiki masalah Negaranya kearah yang lebih baik, hal ini juga menonjolkan Pikiran Rakyat yang ingin menekankan pada pembaca/masyarakat terhadap kerja pemerintah Jokowi-JK selama 100 hari pertamnya sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Hasil wawancara wartawan yang menulis berita 100 hari program kerja Jokowi-JK di surat kabar Pikiran Rakyat Catur Ratna Wulandari, mengatakan bahwa dalam mengemas dan fakta-fakta yang didaptkan untuk berita kinerja Jokowi-JK, dalam perjalanan kinerja Jokowi-JK fakta yang didapat paling buruk di bidang hukum. Selain penempatan Budi Gunawan sebagai calan kapolri yang menimbulkan kisruh, salah satun lainya soal pengisian pejabat Menteri Hukum dan HAM dan Menkopolhukam yang diserahkan pada politisi. Seringkali pernyataan dan sikap kedua menteri justru mencerminkan sikap politik ketimbang pertimbangan rasional keilmuwan.

Proses pemberitaan yang dibingkai Pikiran Rakyat pada edisi Senin, 26 Januari 2015 dapat memberikan efek kognitif dalam apa yang menjadi harus keputusan moral, yaitu dengan menyisipkan berita sikap pasangan Jokowi-JK yang berkomitmen untuk mengambil sikap zero tolerance terhadap tindakan kejahatan perbankan dan pencucian uang di lead berita.

Pemberitaan itu menjadi berkelanjutan karena dengan penekanan

kamapanye.

“Tagar #ShameOnYouJokowi menjadi perbincangan yang popular di Twitter. Belum lagi tagar lain yang dibuat untuk mengkritik sang Presiden, seperti #dukungKPK dan #PolisiBERSIH. Seharusnya, semua kritikan ini menjadi tamparan bagi Jokowi. Sebab, sejak semula , ia berjanji untuk berdiri di sisi hukum.,” (Paragraf 7).

Pernyataan di atas mempertegas bahwa Pikiran Rakyat masih akan terus menjadi watchdog (memantau) masalah polemik hingga usai, cenderung menjadikan sebuah kritikan terhadap Pemerintahan Jokowi-JK, meskipun dalam isi selanjutnya Pikiran Rakyat juga memberikan penekanan penyelasaian kepada pembaca.

Pembingkaian Pikiran Rakyat dalam mengemas berita 100 hari pemerintahan Jokwi-JK membuktikan bahwa Pikiran Rakyat melihat pemberitaan terhadap 100 Hari Program kerja Jokowi-JK isu penegakan hukum seperti KPK VS POLRI salah satu isu yang menarik untuk dijadikan sebuah pemberitaan pasca pelantikan pada 20 Oktober 2014.

Pembingkaian pada Inilah Koran dalam menyajikan sebuah pemberitaan 100 program kerja Jokowi-JK terlihat lebih menyajikan peristiwa yang terjadi seputar Presiden dan Partainya. Pembingkaian berita yang disajikan berbeda dengan bingkai Pikiran rakyat Senin 26 Januari 2015 di halaman 19 dengan judul


(10)

“Langkah Kian Berat Pak Presiden” yang lebih menonjolkan berita seputar Jokowi, penegakan hukum dan Pemerintahnya.

Pemimpin redaksi Inilah Koran Zulfirman Tanjung, memaparkan bahwa Inilah Koran lebih menonjolkan persoalan Jokowi dan partai PDIP karena memandang di 100 pemerintahannya ada persoalan penting secara politik antara Jokowi dan PDIP yang harus diselsaikan. Janji- janjinya selama masa kampanye yang disampaikan bahwa kabinet jokowi tidak akan ada campur tangan politik partainya ini yang membuat inilah Koran harus menonjolkan isu Jokowi dan PDIP di 100 hari masa kerjanya.

Judul berita provokatif juga menjadi penekanan terhadap pembaca bagimana melihat hubungan Jokowi dan Partainya, hingga memberikan kesan terhadap pembaca bahwa polemik Jokowi di 100 hari programnya pemerintahanya datang dari orang-orang lingkungan Jokowi. Selain itu juga pernyataan dari pengamat politik Ikrar Nusa Bhakti yang dimuat dalam tulisan berita di Inilah Koran pada paragraf ketiga,

“Hambatan utama kinerja Presiden adalah partai pendukungnya sendiri, terutama PDIP, karena partai ini benar-benar amburadul komentar politiknya,” kata Bhakti, dalam diskusi bertajuk 100 Hari Pemerintahan Jokowi-JK yang diselenggarakan Forum Intelektual Studi Untuk Indonesia, di Jakarta, Kamis (29/1),”

memperlihatkan bahwa kinerja Presiden Jokowi memang benar-benar terhamabat oleh kepentingan partai.

Meskipun Inilah Koran mengemas seputar pemberitaan 100 hari program Jokowi-JK condong pada Jokowi dan Partai bukan kinerja pada pemerintahan seperti yang dikemas Pikiran Rakyat, namum Inilah Koran ingin melihatkan dan mengingatkan pada pembaca bahwa berita polemik antara Jokowi dan PDIP sangat penting untuk diangkat karena menggangu kinerja di pemerintahan 100 hari Jokowi-JK.

Jadi masih terlihat bahwa Inilah Koran menilai masalah polemik Jokowi dan Partainya penting untuk dijadikan suatu berita, karena inilah Koran menilai pasca kampanyenya janji secara politik Jokowi-JK, bahwa kabinet Jokowi tidak ada kepentingan dari partai politik, hal ini dijadikan Inilah Koran dalam membingkai berita dengan judul berita “Hambatan Jokowi Parpol Pendukung”.

Hasil dari pengamatan dan analisis yang dilakukan penulis pada kedua media surat kabar tersebut, memperoleh hasil perbedaan dari keduanya. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pristiwa yang sama bisa dimaknai dan didefiniskan secara berbeda seperti Pikiran Rakyat dalam pemberitaan seputar 100 Hari Program Jokowi-JK, setelah penulis analisis, Pikiran Rakyat membingkai pemberitaan dengan mengarah pada polemik isu KPK VS POLRI dan Inilah Koran lebih menyoroti Presiden dan Partai PDIP. 

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU

Ardianto, Elvinaro, Komala Lukiati dan Karlina Siti. 2007. Komunikasi Massa Suatu


(11)

Remaja Rosdakarya

Bungin, Burhan. 2007. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada

Media Group.

Berger, Peter L. and Thomas Luckman. The Social Contruction of Reality,A Treatise in the Sociological of Knowledge,

Penerj. Hasan Basari. Jakarta: LP3ES, 1990.

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT Radja Grafindo Persada.

Effendy, Onong Uchyana, 2001. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja

Rosdakarya. Effendy, Onong Uchjana. 2005. Ilmu

Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Eriyanto. 2002. Analisis Framing Konstruksi Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: Lkis.

Hikmat, M. Mahi.2001. Etika dan Hukum Pers . Bandung : Datic Press.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2003. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya.

Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy., dan Solatun. 2008. Metode Penelitian Komunikasi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Haris Sumadiria, 2005 Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Bandung

Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Rakhmat, Jalaluddin. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : CV. Alfabeta Sobur, Alex. 2002. Analisis Teks Media.

Bandung: Rosda.

Yarifudin Yunus 2011. Terapan Jurnalistik. Bandung: Ghalia Indonesia

SKRIPSI

Agnes Amalia 2013 Analisis Framing Robert N. Entman pada Pemberitaan Program Kerja Aher-Demiz dalam Satu Bulan Pertama di Harian umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar.

Cecep K. Nurizal 2012. Analisis Framing Berita Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Analisis Framing Robert N. Entman di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung 19 November 2012 - 25 November 2012)

Doni Kadewandana 2008. Kontruksi Realitas di Media Massa (Analisis Framing Terhadap Pemberitaan Baitul Muslimin Indonesia PDI-P Di Harian Kompas dan Republika)

Fazar Nur Setiawan 2013. Pembingkaian Berita Gratifikasi Seks (Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosick di Media Online Kompas.com dan Republika.co.id Periode Januari 2013)

Shirley Suandrea Chandra 2013. Pembingkaian berita keterlibatan artis Raffi Ahmad dalam kasus narkoba : (analisis Framing


(12)

Robert N.Entman di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar edisi Januari-Februari 2013)

Internet Searching:

http://news.okezone.com/read/2014/09/09/339/1 036615/ini-program-prioritas-100-hari-jokowi-jk di akses tanggal 20-02-15 Pukul 20.40 WIB

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/12 3456789/163/BAB%20II%20TINJAUA N%20PUSTAKA.pdf?sequence=3 di akses tanggal 31-03-15 Pukul 15.30 WIB http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/12

3456789/1705/1/MUHAMMAD%20RIF AT%20SYAUQI-FDK.PDF di akses tanggal 25-07-15 Pukul 12.30 WIB

Sumber Lain:

1. Sudrajat, Aris. 2011. Laporan Praktek Kerja Lapangan di Harian Umum

Pikiran Rakyat. UNIKOM.

2. Faisal Rahmat, 2014, Laporan Praktek Kerja Lapangan di Harian Umum Inilah Koran. UNIKOM.


(13)

1 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pasca terpilihnya pasangan Joko widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan

wakil Presiden Republik Indonesia periode 2014-2019, berbagai lapisan masyarakat

Indonesia kini menaruh harapan untuk bisa merasakan janji-janjinya pada masa

kampanye Pemilu mereka di bulan Maret hingga April 2014. Setelah dilantik dan

diambil sumpah jabatan pada Senin, tanggal 20 Oktober 2014 pagi di gedung

DPR/MPR Jakarta, maka beban dan tanggung jawab kemajuan Negara Republik

Indonesia ada di pundak mereka.

Harapan dari lapisan masyarakat Indonesia kepada pemerintah baru dibawah

Duet Joko Widodo dan Jusuf Kalla untuk segera mewujudkan berbagai pembangunan

dan menyejahterakan rakyat.

Sudah menjadi kewajiban bagi setiap kepala pemerintahan baru Republik

Indonesia untuk menetapkan program kerja 100 pertamanya sejak resmi dilantik. 100

hari program kerja yang dilakukan pasangan Jokowi-JK memang menjadi sorotan

semua pihak tak terkecuali media massa. Di surat kabar pemberitaan seputar program

kerja dilakukan oleh pasangan Jokowi-JK terus menjadi sorotan, bahkan tak


(14)

2

Kalla untuk dijadikan headline Nasional.

Rencana utama 100 Hari Program Kerja Jokowi-JK meliputi kesejahtraan

rakyat, pembangunan insfraktruktur, kerampingan bisnis kelembagaan dan revolusi

mental (Sumber: okezone.com/ Selasa/ 9/ September/ 2014 / Pukul 18.40 WIB). Tentu

saja tidak semua program kerja sudah dapat dilihat hasilnya dalam waktu 100 hari

yang sebenarnya sangat singkat.

Lewat pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla, peneliti

mencoba meneliti bagaimana kedua media Surat Kabar Pikiran Rakyat dan Inilah

Koran menyampaikan informasi lewat isi pemberitaan kepada khalayak dengan

menggunakan Analisis Framing.

Tiga tujuan peneliti mengambil sebuah pemeberitaan di Harian Umum Pikiran

Rakyat dan Inilah Koran sebagai Surat Kabar untuk dijadikan objek penelitian,

pertama secara historis Surat Kabar khas terbitan di Jawa Barat yang didirikan pada 24 Maret 1967, Pikiran Rakyat merupakan katagori Surat Kabar yang dibilang tertua

ataupun semacam menjadi pionir Surat Kabar Nasioanal khususunya di Jawa Barat.

Sebaliknya Inilah Koran yang berdiri sejak 1 November 2011 dianggap peneliti

sebagai Surat Kabar yang masuk katagori baru di Jawa Barat. Kedua perbedaan gaya

bahasa Jurnalistik Pikiran Rakyat dan Inilah Koran dalam membingkai suatu

peristiwa berita menjadi semacam pertimbangan penelti untuk memperoleh


(15)

Ketiga, yang ditunjukan kedua Surat Kabar tersebut terkait pemberitaan 100

Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla kedua Surat Kabar tersebut merepoduksi

beritanya selain mendalam tetapi juga menonjolkan peristiwa program kerja Jokowi

dan Jusuf Kalla sesudah dilantik. Selai itu peneliti ingin menilai bahwa ada satu dari

surat Kabar yang tendensius (keberpihakan) pada salah satu lawan Jokowi-JK yaitu

Prabowo Subianto selama kampanye berlangsung.

Berita memiliki banyak fungsi, tidak hanya untuk menarik perhatian sejumlah

pembaca akan informasi penting, namun juga berfungsi sebagai sarana untuk

menghibur para pembaca. Berita juga dapat dijadikan pedoman oleh pembaca dalam

melakukan sosialisasi, karena selain berisi tentang berita-berita yang dianggap

penting misalnya politik, ekonomi, budaya, dan agama. Selain itu berita dapat berisi

hal bersifat humor, aneh bahkan mengandung unsur seks.

Menurut Assegaf, dalam Sumadiria Berita adalah laporan tentang fakta atau ide yang termassa, yang dapat menarik perhatian pembaca, karena sesuatu yang luar biasa, penting, mencakup sisi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan. (Sumadiria, 2005: 64-65).

Berita dalam surat kabar atau koran merupakan barang cetakan yang berisi pesan, informasi dan pendidikan yang terbit secara kontiniu yang biasanya harian. Surat kabar merupakan salah satu bentuk media cetak yang tidak dijilid, dalam ukuran normal dan tiap halaman terdiri 9 kolom. Ada yang terbit 8 halaman, 12 halaman, 16 halaman dan ada yang lebih dari jumlah itu.


(16)

4

Komunikasi dalam surat kabar bersifat irreversible. Sekali pesan, termasuk penjulukan, disampaikan kepada khalayak pemirsa, maka amat sulit bagi siapa pun untuk meniadakan sama sekali efeknya. Maka, jika seseorang diberitakan secara negatif, difitnah misalnya, pemberitaan itu sulit untuk mengembalikan citra si korban ke citra semula, meskipun pihak wartawan atau TV memohon maaf atas kekhilafan mereka (Mulyana, 2000: 125).

Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstruksional. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, melainkan hasil dari konstruksi. (Eriyanto ,2002:44).

Analisis framing secara sederhana digambarkan sebagai analisis untuk

mengetahui realitas (peristiwa,aktor, kelompok) yang dibingkai oleh media,

pembingkaian tersebut menggunakan proses konstruksionis.

Pendekatan konstruksionis menilai bagaimana media atau wartawan melihat

berita berdasarkan fakta atau peristiwa. Bagi kaum konstruksionis realitas bersifat

subjektif, realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan.

Realitas tercipta lewat konstruksi cara pandang wartawan dalam pemberitaan 100

Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla dalam sudut pandang yang berbeda.

Dalam pendekatan konstruksionis terdapat dua karakteristik yang dimiliki oleh

wartawan. Yang pertama, bagaimana wartawan menggambarkan sebuah realitas, dan

yang kedua wartawan memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis.

Lawrence Newman dalam buku Analisis Framing karya Eriyanto mengatakan bahwa :

“Tujuan utama dari paradigma konstruksionis adalah untuk melihat dan mengetahui bagaimana media mengkonstruksikan realitas. Selain itu, konstruksionis melihat realitas sebagai suatu yang bersifat relatif, eksis


(17)

dalam bentuk konstruksi, tersebar, dan juga spesifik. Dan realitas tergantung dari bagaimana wartawan memahami dan memaknai fakta yang terkandung sebelum disajikan menjadi sebuah berita,(Eriyanto,2002:53)”

Selain wartawan kebijakan penerbitan berita juga ditentukan oleh media yang

bersangkutan, sebab media massa memiliki empat fungsi yaitu informasi, edukasi,

hiburan dan persuasif. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan khalayak akan

pemenuhan kepuasan informasi.

Dalam analisis framing sebuah realitas dan penyajian berita adalah sebuah

perekayasaan sebuah peristiwa. Dalam konsep Robert N. Entman framing dilihat

dalam dua dimensi besar, yaitu: seleksi isu dan penekanan atau penonjolan isu

(Eriyanto, 2002:221). Entman mengatakan bahwa:

“framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang itu pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan dihilangkan, dan hendak dibawa kemana berita tersebut.”(Eriyanto, 2002:221).

Dari konsepsi Entman tersebut dapat diketahui bagaimana media mengemas

sebuah berita dengan cara menyeleksi isu yang diangkat dan menonjolkan sebuah

informasi agar menjadi lebih bermakna, menarik, dan lebih di ingat oleh khalayak.

Dalam konsepsi Entman framing pada dasarnya merujuk pada pemberian definisi,

penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan


(18)

6

Dalam konsep Robert Entman, framing pada dasarnya merujuk pada pemberitaan pendefinisian masalah (Define Problems) yang menjelaskan

bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Memperkirakan masalah

(Diagnose Causes) dimana peristiwa dipahami, dengan menentukan apa atau

siapa yang dianggap sebagai sumber masalah. Membuat pilihan moral ( Make

Moral Jugement) yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang dibuat. Konsep yang terakhir adalah

menekankan penyelesaian (Treatment Recomendation) yang dipakai untuk

menyelesaikan masalah. Dari konsep tersebut penyelesaian masalah ini tergantung

pada bagaimana peristiwa itu dilihat atau dipandang sebagai penyebab masalah

(Eriyanto, 2002 :188-189).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian terkait latar belakang masalah di atas, maka peneliti

merumuskan pokok masalah yang akan diteliti sebagai berikut yang terbagi ke


(19)

1.2.1 Rumusan Masalah Makro

Adapun rumusan masalah makro terkait masalah yang akan

diteliti oleh peneliti yaitu:

“Bagaimana Pembingkaian pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla di Harian Umum Pikiran Rakyat dan

Inilah Koran?”

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Adapun rumusan masalah mikro terkait masalah yang akan

diteliti oleh peneliti yaitu:

1. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran

Define problem (Pendefinisian Masalah) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla?

2. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran

Diagnose Cause (Memperkirakan Penyebab Masalah) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla?

3. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran

Make moral Judgement (Membuat Keputusan Moral) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla ?


(20)

8

4. Bagaimana Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran

Ttreatment Recommendation (Menekankan Penyelesaian

Masalah) 100 Hari Program Jokowi dan Jusuf Kalla ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Rumusan yang melatar belakangi masalah yang telah dijelaskan,

maka maksud dan tujuan peneliti melakukan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Bagaimana

pembingkaian dalam sebuah pemberitaan mengenai 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran”.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan utama peneliti dalam penelitian ini adalah untuk bisa menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang sudah ditentukan dalam rumusan masalah.

Pertanyaan tersebut untuk mengetahui hal di bawah ini :

1. Untuk mengetahui cara Harian Umum Pikiran Rakyat dan

Inilah Koran mendefinisikan masalah 100 Hari Program Kerja


(21)

2. Untuk mengetahui Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah

Koran memperkirakan penyebab masalah 100 Hari Program

Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla.

3. Untuk mengetahui cara Harian Umum Pikiran Rakyat dan

Inilah Koran membuat keputusan moral 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla.

4. Untuk mengetahui cara Harian Umum Pikiran Rakyat dan

Inilah Koran menekankan penyelesaian masalah 100 Hari

Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla.

5. Untuk mengetahui Bagaimana Pembingkaian pemberitaan 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla di Harian Umum

Pikiran Rakyat dan Inilah Koran.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan atau manfaat dalam penelitian ini peneliti dan pembaca dapat

mengetahui bagaimana pembingkaian dalam sebuah pemberitaan mengenai 100

Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla di Harian Umum Pikiran Rakyat

dan Inilah Koran. Adapun kegunaan lain yang diharapkan oleh peneliti dari


(22)

10

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Secara teoritis dari penelitian ini peneliti berharap dapat menjadi

masukan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu komunikasi

melalui kajian ilmu bidang Jurnalistik lewat penonjolon isu yang berkaitan

dengan media khususnya surat kabar mengenai penggunaan analisis

framing dalam analisis teks. Penelitian ini dapat memberikan

pengembangan ilmu pengetahuan dan wawasan peneliti terhadap

penerapan Ilmu Komunikasi dalam Kajian Jurnalistik untuk pemahaman

teks berita dalam pengemasan suatu realitas berita oleh media massa.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Dalam penelitain ini peneliti mencoba membagi kegunaan praktis yang

dibangun, yakni :

1. Kegunaan penelitian ini bagi peneliti merupakan

pengembangan akan pengetahuan tentang pembingkaian berita

yang dilakukan oleh media, sebagai kemasan dalam setiap

pemberitaan di surat kabar, sehingga memberikan wawasan baru


(23)

2. Kegunaan penelitian ini bagi Program Studi Ilmu Komunikasi

Univesitas Komputer Indonesia dalam bidang kajian keilmuan

Jurnalistik yakni, diharapkan untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan wawasan dalam dunia pers, juga sebagai

penerapan Ilmu Komunikasi yang patut sebagai bahan ajar

dasar dalam menganalisis perbandingan penulisan berita

mahasiswa untuk selanjutnya. Peneliti merasa perlunya ilmu

tentang analisis framing perlu diketahui oleh semua mahasiswa

Ilmu Komunikasi dalam bidang Kajian Jurnalistik.

3. Kegunaan penelitian ini bagi perusahaan yakni, dapat

menjadi sumbangan dan tambahan referensi tentang institusi pers,

dan diharapkan pula penelitian ini dapat menjadi masukan

bagi Harian Umum Pikiran Rakyat dan Inilah Koran dalam

menyampaikan informasi kepada khalayak mengenai pemberitaan


(24)

 

12  BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Peneletian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian mengenai analisis framing yang dilakukan oleh media massa khususnya surat kabar. Untuk pengembangan pengetahuan peneliti melakukan tinjauan terhadap peneliti terhahulu mengenai analisis framing.

Hal tersebut penting dilakukan untuk mengetahui model dan teori yang peneliti terdahulu lakukan sehingga menjadi rujukan bagi peneliti dalam melakukan penelitian.

Setelah peneliti melakukan tinjauan terhadap peneliti terdahulu, peneliti mendapatkan beberapa tulisan mengenai analisis framing, berikut ini penulisan mengenai analisi framing yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu :


(25)

Tabel 2.1 Penelitian Sejenis

No. Judul Peneliti Persamaan Perbedaan

1. Pembingkaian Berita Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan

dan Harian Pagi Radar Bandung.

Cecep K.Nurizal (Skripsi)

Program Studi Ilmu Komunikasi 2006.

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Robert Etnman.

Berita tentang pemilihan

Gubrenur Jawa barat 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan

dan Harian Pagi Radar Bandung.


(26)

14  

 

2. Pembingkaian Berita Gratifikasi Seks (Analisis Framing

Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosick di Media Online

Kompas.com dan Republika.co.id Periode Januari 2013.

Fazar Nur Setiawan

(Skripsi) Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia, 2013.

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis framing.

- Berita tentang Berita

Gratifikasi Seks di Media Online Kompas.com dan

Republika.co.id Periode Januari 2013.

- Objek yang dipakai Fazar adalah media online. 3. Pembingkaian

Berita

keterlibatan artis Raffi Ahmad dalam kasus narkoba di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar.

Shirley Suandrea Chandra (Skripsi) Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas

Komputer Indonesia, 2013.

- Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Robert Etnman. - Objek yang diteliti adalah pemberitaan di media cetak.

Berita tentang

Berita keterlibatan artis Raffi Ahmad kasus narkob di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar.


(27)

4. Pembingkaian Pemberitaan Program Kerja Aher-Demiz dalam Satu Bulan Pertama di Harian umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar.

Agnes Amalia (Skripsi)

Program Studi Ilmu Komunikasi STIKOM

Bandung, 2013.

Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Robert Etnman. framing dari Robert Etnman. - Objek yang diteliti adalah pemberitaan di media cetak. Berita tentang Pemberitaan Program Kerja Aher-Demiz dalam Satu Bulan Pertama di Harian umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar.

Sumber: Peneliti 2015

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

2.1.2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa latin communication, dan perkataan ini bersumber pada kata communis, yang artinya adalah sama, yaitu sama makna menganai satu hal. Jadi komunikasi akan berlangsung apabila orang-orang yang terlibat di dalamnya mempunyai kesamaan makna mengenai apa yang dikomunikasikan, maka dengan demikian pernyataan yang dilontarkan akan mudah dimengerti dan bersifat komunikatif.


(28)

16  

 

Adapun pendapat para ahli mengenai definisi komunikasi, yaitu:

a. Bernard Berelson dan Gary A. Steiner

Komunikasi merupakan transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol–kata-kata, gambar, figur, grafik dan sebagainya.

b. Carl I. Hovland

Komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunikate).

c. Gerald R. Miller

Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.

d. Everett M. Rogers

Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka.

e. Harold Lasswell

Menjelaskan bahwa “(Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut) Who Says What In Which Channel To Whom With What


(29)

Effect?” Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? (Mulyana, 2007:67).

Dari beberapa pengertian di atas, peneliti mengambil kesimpulan bahwa komunikasi merupakan suatu kegiatan interaksi antara dua orang atau lebih, antara komunikator dengan komunikan atau audiennya dimana ada proses pertukaran makna/pesan media dengan tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dengan kata lain komunikasi mengandung arti usaha menyamapikan gagasan, yang mana gagasan tersebut diusahakan untuk memiliki arti yang sama atau kesamaan makna. Apabila dalam suatu percakapan terjadi perbedaan pengertian atau perbedaan makna antara yang berbicara dengan yang diajak bicara, maka dalam hal ini komunikasi tidak akan berjalan lancar. Komunikasi baru dapat berlangsung efektif, apabila antara yang berbicara dengan yang diajak berbicara memiliki makna yang sama tentang sesuatu objek tertentu.

2.1.2.2 Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana sang komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya).

Dengan demikian komunikasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyatakan gagasan atau tidak kepada orang lain dengan menggunakan lambang-lambang berupa bahasa, gambar-gambar atau tanda-tanda


(30)

18  

 

yang berarti bersikap umum. Sedangkan menurut Bernard Berelsan dan Barry A Strainer dalam karyanya “Human Behavior” mendefinisikan komunikasi sebagai berikut :

“Komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan gambar-gambar, bilangan, grafik, dan lain-lain, kegiatan atau proses penyampaianlah yang biasanya dinamakan komunikasi”. (Effendy, 1992 : 48)

Dari definisi diatas, mengandung kesamaan yaitu adanya proses atau usaha individu untuk merubah individu lain, yang dimengerti oleh kedua belah pihak yang melakukan komunikasi. Sehingga dari proses komunikasi tersebut terciptalah sebuah pesan yang dimaknai serupa, sebuah pesan yang penyampaiannya melalui media.

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Massa

2.1.3.1 Definisi Komunikasi Massa

Untuk memberikan batasan tentang komunikasi massa dan setiap bentuk komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Begitu mendengar istilah komunikasi massa, biasanya yang muncul dibenak seseorang adalah bayangan tentang surat kabar, radio, televisi atau film. Banyak pakar komunikasi yang mengartikan komunikasi massa dari berbagai sudut pandang, seperti halnya Jalaludin Rakhmat dalam bukunya Psikologi Komunikasi, menjabarkan bahwa komunikasi massa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim, melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara dan sesaat. (Rahkmat, 1993:77)


(31)

Menurut Werner I. Severin dan James W. Tankard, Jr. dalam bukunya,

Communication Theories, Origins, Methods, Uses, mengatakan sebagai berikut:

Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni dan sebagian ilmu. Ia adalah keterampilan dalam pengertian bahwa ia meliputi teknik-teknik fundamental tertentu yang dipelajari seperti memfokuskan kamera televisi, mengoperasikan tape recorder, atau mencatat ketika berwawancara. Ia adalah seni dalam pengertian bahwa ia meliputi tantangan-tantangan kreatif seperti menulis skrip untuk program televisi, mengembangkan tata letak yang estetis untuk iklan majalah, atau menampilkan teras berita yang memikat bagi sebuah kisah berita. Ia adalah ilmu dalam pengertian bahwa ia meliputi prinsip-prinsip tertentu tentang bagaimana berlangsungnya komunikasi yang dapat dikukuhkan dan dipergunakan untuk membuat berbagai hal menjadi lebih baik. (Effendy, 2001:21)

Dikarenakan komunikasi massa itu ditujukan kepada massa dan dengan menggunakan media massa, maka komunikasi massa ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi.

2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antar pengirim dan penerima. Kalau toh terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda. 3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, karena ia memiliki kecepatan. Bergerak secara luas dan simultan, dimana


(32)

20  

 

informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang pada saat yang sama.

Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal usia, jenis kelamin dan suku bangsa (Cangara, 2000:131-135).

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa komunikasi massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar di lapangan yang luas yang dihadiri oleh ribuan orang, jika tidak menggunakan media massa, maka itu bukan komunikasi massa. Media yang termasuk media massa adalah radio, televisi, surat kabar, majalah, dan film.

2.1.3.2 Media Cetak

Hamundu (1999), media cetak merupakan bagian dari media massa yang digunakan dalam penyuluhan. Media cetak mempunyai karakteristik yang penting. Literatur dalam pertanian dapat di temui dalam artikel, buku, jurnal, dan majalah secara berulang-ulang terutama untuk petani yang buta huruf dapat mempelajarinya melalui gambar atau diagram yang diperlihatkan poster.

Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut. Lebih jauh lagi media cetak dapat di seleksi oleh pembacanya secara mudah dibandingkan dengan berita melalui radio dan televisi.


(33)

Secara umum media cetak di Indonesia di kalsifikasikan menjadi 8 bagian, yakni :

- Surat Kabar Harian

- Surat Kabar Mingguan

- Majalah Mingguan

- Majalah Tengah Bulanan

- Majalah Bulanan

- Majalah Dwibulanan

- Majalah Tribulanan

- Buletin

2.1.3.3 Media Elektronik

Dengan kemunculan media cetak, langkah aktivitas komunikasi mulai menanjak cepat. Apalagi dengan adanya penemuan telegraf, semua menjadi lebih nyata. Walaupun bukan sebagai media massa komunikasi, alat ini menjadi elemen penting bagi akumulasi teknologi yang pada akhirnya akan mengarahkan masyarakat memasuki era media massa elektronik. Beberapa dekade terakhir, percobaan-percobaan yang dilakukan telah membawa kesusksesan untuk memasuki era dunia motion picture mejadi bentuk hiburan. Pada permulaan abad ke-20, masyarakat barat melakukan percobaan mengembangkan teknik komunikasi yang luas pada tahun 1920-an dengan


(34)

22  

 

pengembangan radio dan tahun 1940-an dengan dimulainya televisi (Nurdin, 2003 :57).

Sketsa singkat peralihan utama dalam kemampuan berkomunikasi menunjukan dua faktor. Pertama, revolusi komunikasi sedang terjadi sepanjang keberadaan manuasia. Masing-masing menyediakan alat perubahan penting yang dapat membawa untuk memikirkan diri manusia. Kedua, pertumbuhan media massa terlah terjadi dengan sangat luar biasa akhir-akhir ini. Apalagi setelah muncul komunikasi dengan menggunakan satelit.

Secara umum media elektronik adalah media audio visual, dimana media tersebut pengembangan dari dampak teknologi yang dikembangkan oleh manusia. Sehingga informasi pun akan kebutuhan pesan dapat diterima dengan jelas, cepat dan akurat. Acara yang disiarkan oleh media elektronik tidak lagi direkam, melainkan banyak yang disiarkan secara langsung.

Munculnya internet sebagai media bentuk komunikasi massa baru untuk saat ini yang membawa pengaruh yang tidak sedikit pula pada kebutuhan akan informasi. Internet telah mengambil peran revolusi komunikasi yang kian kompleks.

Sehingga semua dapat dilakukan dengan cepat, mudah dan disederhanakan, walaupun selalu terdapat konsekuensi dampak yang ditimbulkan dari peran media komunikasi elektronik ini. Untuk saat ini media elektronik yang berkembang saat ini adalah Radio, Televisi, dan Internet.


(35)

2.1.4 Tinjauan Surat Kabar dan Pers

Secara harfiah, pers berarti cetak dan secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak. Pemahaman ini diambil dari bahasa pers itu sendiri, yaitu pers yang berasal dari bahasa Belanda yang artinya adalah cetak. Sementara dalam bahasa Inggris pers berasal dari kata press yang artinya tekan. Namun pada perkembangan selanjutnya istilah pers meluas menjadi segala macam bentuk penerbitan, baik itu media massa elektronik maupun cetak, yang dalam kegiatannya melakukan segala bentuk kegiatan jurnalistik.

Jurnalistik itu sendiri secara bahasa mempunyai pengertian lain. Secara etimologis, kata jurnalistik yang dalam bahasa Inggrisnya ditulis journalism

sebagaimana kutipan Alex Sobur dalam diktat kuliah Dasar Jurnalistik, diambil dari bahasa Perancis yang berarti Surat Kabar (Sobur,2000 : 1).

Sejalan dengan hal ini, Adinegoro mengatakan dalam buku

Pengantar Ilmu Publisistik, karya M.O Palapah & Atang Syamsudin, seperti dikutip oleh Alex Sobur dalam diktat Dasar Jurnalistik-nya, bahwa pengertian jurnalistik itu adalah “Kepandaian karang-mengarang yang pokoknya untuk memberi pekabaran pada masyarakat dengan selekas- lekasnya agar tersiar seluasluasnya” (dalam Sobur, 2000 : 1).

Sementara itu, Roland E. Wolseley dan Laurence R. Campbell dalam bukunya Exploring Journalism, seperti dikutip pula dalam Dasar Jurnalistik-nya Alex Sobur, mengartikan jurnalistik sebagai “Penyebaran informasi untuk public


(36)

24  

 

yang sifatnya sistematis dan dapat dipercaya melalui media komunikasi massa modern” (dalam Sobur, 2000:1).

Dari berbagai literatur mengenai pengertian-pengertian jurnalistik ini tadi, maka kemudian praktisi maupun akademisi komunikasi menggeneralisasikan pengertian jurnalistik secara umum, yaitu kegiatan mengumpulkan, mengolah, serta menyebarkan pemberitaan kepada publiknya dalam waktu yang cepat kepada jumlah audiens yang sebanyak- banyaknya.

Apapun definisinya, secara kasar orang mengartikan kegiatan jurnalistik sebagai sebuah proses penyebaran informasi kepada masyarakat melalui media massa, baik cetak maupun elektronik. Media inilah yang kemudian disebut orang sebagai pers.

Bicara mengenai pers, orang akan selalu mengaitkannya dengan istilah yang selalu mengiringinya, yaitu obyektif. Pers obyektif, akan kerap kita dengar manakala kita tengah mengangkat dan membicarakan tentang dunia pers itu sendiri. Namun sebelum kita melangkah jauh kepada wacana pers obyektif ini, ada baiknya menengahkan kembali pengertian pers itu secara mendasar.

Istilah pers berasal dari bahasa Belanda, yang dalam bahasa Inggrisnya berarti press. Secara harfiah pers berarti cetak, secara maknawiah berarti penyiaran secara tercetak atau publikasi secara dicetak (printed publications). Kemudian dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yaitu pers dalam arti luas dan pers dalam arti sempit. Pers dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk juga diantaranya media massa elektronik,


(37)

radio siaran dan televisi siaran. Sedangkan pers dalam arti sempit, terbatas pada media cetak, yaitu surat kabar, majalah, dan buletin kantor berita (Effendy,2002:145).

Media pers, dewasa ini mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan bergulirnya proses reformasi pada tahun 1998 lalu. Bahkan ada juga yang beranggapan bahwa dewasa ini pers tumbuh dan berkembang secara sporadis. Dengan nada yang cenderung mengarah kepada hal-hal yang negatif, pendapat ini juga mengungkapkan bahwa pertumbuhan dan perkembangan pers tersebut bergerak secara tidak terkontrol, yang pada gilirannya nanti akan banyak menimbulkan kekhawatiran. Kekhawatiran semacam ini yang dapat kita pahami, mengingat salah satu dari beberapa fungsi pers adalah kekuatan untuk mempengaruhi.

Sesungguhnya fungsi inilah yang kemudian menyebabkan pers memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, bahwa Napoleon pada masa jayanya pernah berkata bahwa ia lebih takut kepada empat surat kabar daripada seratus serdadu dengan senapan bersangkur terhunus. Sudah tentu surat kabar yang ditakuti ini adalah surat kabar yang independent, yang bebas menyampaikan pendapat, bebas melakukan social control. Fungsi mempengaruhi dalam surat kabar ini, secara implisit terdapat pada tajuk rencana dan artikel (Effendy, 2002 : 150).

Wacana pers obyektif ini atau pers yang independent dalam bahasanya Onong Uchjana Effendy tersebut, mengemuka disebabkan oleh sebagian pengelola pers itu sendiri yang keluar dari jalur tujuan pendirian lembaga penerbitan. Banyak dari sebagian para pengelola lembaga pers kita, yang memantapkan tujuan pendirian penerbitannya hanya sekedar untuk kepentingan komersial semata, tanpa menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas yang


(38)

26  

 

ada dalam ruang lingkup kegiatan-kegiatan pers. Maka diusunglah wacana pers obyektif sebagai sebuah bentuk perlawanan dari gerakan pers komersial dan lagi memihak, dengan harapan terwujudnya pers ideal yang menjadi harapan masyarakat. Meskipun, masih banyak pertentangan mengenai pers yang obyektif tersebut.

Surat kabar sebagai pemberi informasi karena dengan pemberitaan- pemberitaan yang menggambarkan segala sesuatu yang sedang berlangsung disekitarnya ini akan memberikan titik terang kepada para pembaca tentang apa yang terjadi atau peristiwa yang sedang berlangsung disekitarnya. Hal ini sejalan dengan surat kabar yaitu memberi kabar kepada masyarakat.

Adapun ciri-ciri pers atau surat kabar menurut Effendy dalam ilmu teori dan filsafat komunikasi, yaitu :

1. Publisitas atau penyebaran kepada publik atau khalayak, sehingga surat kabar bersifat umum sesuai dengan kepentingan umum dan memenuhi kepentingan khalayak.

2. Periodisitas periodik, pers selalu terbit secara periodik dalam kurun waktu tertentu.

3. Universalitas (universality), surat kabar adalah kesemestaan isinya.Isi surat kabar terdiri dari berbagai macam informasi yang bisa memenuhi kebutuhan khalayaknya yang mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda.


(39)

4. Aktualitas (actuality) merupakan ciri dari surat kabar yang keempat mengenai berita yang akan diberikan kepada khalayak. Aktualitas menurut kata asalnya berarti kini dan keadaan sebenarnya. Berita yang disiarkan oleh surat kabar adalah berita yang baru tanpa mengesampingkan kebenaran beritanya.

2.1.4.1 Fungsi Pers

Sebagai lembaga kemasyarakatan (social institution) tentu memduduki tempat tertentu dalama masyarakat. Empat fungsi pers adalah sebagai berikut :

1. To inform (Informatif)

Fungsi pers yang pertama ini merupakan fungsi utama dalam pers yakni, memberikan informasi, atau berita kepada khalayak dengan cara yang teratur. Setiap informasi yang disampaikan tentu harus memenuhi kriteria dasar suatu berita yakni aktual, akurat, faktual, menarik atau penting, benar, lengkap, utuh, jelas, jernih, jujur, adil, berimbang, relevan, bermanfaat, etis dan syarat berita lainnya.

2. To educate (Mendidik)

Dalam konsep yang ideal, penyampaian informasi yang disebarluaskan pers dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat, khususnya pembaca, pendengar atau penonton. Dalam konteks ini fungsi pers mendidik bermakna bahwa pers harus menyampaikan


(40)

28  

 

informasi yang berperan positif dalam menyampaikan mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan. Ilmu yang disebarluaskan memberikan dampak positif, baik pada ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik publik, sehingga dengan fungsi ini pers dapat berperan sebagai guru yang memberikan pencarahan kepada muridnya.

3. To entertaint (Hiburan)

Pers juga dapat di jadikan sebagai saran hiburan atau rekreasi. Fungsi ini lebih melekat pada media media elektronik sebagai fungsi pers yang utama. Namuan dalam fungsi ini mengamanatkan pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana rekreasi yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

4. To influence (Kontrol sosial)

Sebagai media pelayanan publik pers menjadi bagian penting dalam posisi strategis dalam ikut mendorong berjalanya roda pemerintahan. Sebagai kontribusi penyeimbang dalam penyelenggaraan kehidupan sosial kemasyarakatan. Pers menjadi bagian yang memberikan visi membenarkan yang benar dan meluruskan yang salah.

Selain keempat fungsi utama pers tersebut, di jelaskan dalam buku Etika Hukum dan Pers oleh Mahi M. Hikmat (2011 :57-59), masih terdapat fungsi-fungsi lain yang menjadi tambahan dalam konteks realitas yang dijalankan dengan baik oleh pers baik media cetak maupun elektronik. Fungsi-fungsi pers tambahan tersebut diantaranya :


(41)

a. Fungsi Ekonomi

Kehadiran pers di banyak Negara ikut mendukung berjalannya roda perekonomian. Pers ikut mengambil bagian dari upaya ikut membangun ekonomi Negara dengan tampil sebagai perusahaan perusahaan yang memberikan kontribusi besar bagi perkembangan ekonomi suatu Negara. Misalnya dengan ikut menciptakan lapangan pekerjaan, pembayaran pajak dan kegiatan ekonomi lainya.

b. Fungsi Sosial

Undang-undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers, menyuratkan fungsi pers yang ada di Indonesia sebagai lembaga social. Hal itu dimainkan dengan melihat realitas yang selalu hadir di Indonesia akan bencana yang selalu hadir dan mengakibatkan rasa empati untuk kepada masyarakat lain. Sehingga banyak media cetak dan elektronik berlomba-lomba menyediakan, menampung dan menyalurkan setiap korban bencana dan kemiskinan yang didera masayarakat yang terjadi, ternyata disikapi oleh insan pers Indonesia dengan kematangan fungsi sosial yang mereka perankan.

c. Fungsi Mediator

Pers adalah lembaga media sehingga fungsi utama pers adalah sebagai mediator, dimana berfungsi sebagai penghubung atau fasilitator, dengan memediasi berbagai kepentingan dan berbagai elemen dalam masyarakat.


(42)

30  

 

d. Fungsi Mempengaruhi

Pers memiliki fungsi dapat mempengaruhi. Hal itu disadari lama dengan dibuktikannya banyak teori yang mengungkapkan kehebatan pers dalam mempengaruhi individu maupun kelompok. Pers memiliki mata pisau yang tajam untuk mengubah kognisi, afeksi dan psikomotorik individu atau kelompok, apalagi dengan era teknologi informasi yang makin canggih. Daya rangsang televisi dan internet dapat memberikan pengaruh besar terutama kepada anak-anak dan remaja yang belum memiliki daya filter yang kuat.

e. Fungsi Sejarah

Dengan kekuatan tulisan atau siarannya. Pers berfungsi juga sebagai juru tulis terhadap fakta-fakta yang terjadi di masyarakat. Fakta adalah sebuah sejarah bagi kehidupan massa depan, sehingga catatan pers-pers masa lalu bermakna historis bagi masa kini dan catatan masa kini historis bagi masa depan. Bahkan, salah satu sumber otentik bagi catatan sejarah bagi para sejarawan adalah pers.

2.1.4.2 Tentang Berita

Berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang (Budyatna, 2009:40). Dari definisi tersebut dapat dibedakan antara berita yang berdasarkan objektif (fakta) dan berita berdasarkan subjektif (opini).


(43)

Paul De Massenner mengatakan bahwa berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak. Sedangkan Dean M. Lyle Spencer mendefinisikan berita sebagai suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik sebagian besar pembaca (Sumadiria, 2008:64).

Selain definisi-definisi berita diatas, Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature mengatakan bahwa:

“Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar,menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar,radio, televisi, atau mediaonline internet,”(Sumadiria, 2008:65).

Berita dapat diklasifikasikan kedalam kategori berita berat (straight news) dan berita ringan (soft news). Sedangkan berdasarkan sifatnya berita terbagi menjadi dua bagian yaitu: berita terduga dan berita tak terduga.

Berita terduga adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui sebelumnya. Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, ditdak direncanakan, dan tidak diketahui sebelumnya (Sumadiria, 2008:66).

2.1.4.3 Jenis-Jenis Berita

Jenis-jenis berita yang umum dikenal dalam dunia jurnalistik, diantaranya :

1. Straigt news adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa.

2. Depth news adalah berita mendalam, laporan yang menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa sebagai data tambahan untuk peristiwa itu sendiri.


(44)

32  

 

3. Comprehensive news adalah laporan tentang fakta yang bersifay menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.

4. Interpretatif report adalah memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial.

5. Feature adalah menyajikan fakta untuk menarik minat pembaca, dalam feature lebih diutamakan gaya (style) daripada informasi yang disajikan.

6. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap, dan utuh tentang suatu peristiwa fenomenal atau aktual.

7. Investigative news adalah berita yang memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi, dalam penulisan berita ini watrawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi.

8. Editorial writing adalah penyajian fakta atau opini yang menafsirkan berita-berita penting dan mempengaruhi pendapat umum. (Sumadiria,

2008:69-71).

2.1.4.4 Kriteria Berita

Kriteria berita adalah acuan yang dapat digunakan oleh jurnalis dalam memutuskan fakta yang pantas disajikan menjadi sebuah berita (Sumadiria,

2008:80). Berikut adalah kriteria umum sebuah berita :

1. Keluarbiasaan (unusualness) 2. Kebaruan (newsness)


(45)

3. Akibat (impact) 4. Aktual (timeliness) 5. Kedekatan (proximity)

6. Informasi (information) 7. Konflik (conflict)

8. Orang penting (prominence)

9. Ketertarika manusiawi (human interest) 10. Kejutan (surprising)

11. Seks (sex). (Sumadiria, 2008:80)

2.1.5 Konsep Framing

Analisi framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas (pristiwa, aktor, kerlompok, atau apa saja ) dibingkai oleh oleh media. (Eriyanto, 2002 : 3).

Menurut Sudibyo dalam Sobur. Pada awalnya framing dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh lagi oleh Ervin Goffman pada tahun 1974. Goffman mengandaikan framing sebagai kepentingan- kepentingan perilaku (strips of behaviour) yang membimbing individu dalam membaca realitas.

Konsep framing kini telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk mengambarkan proses penyeleksian dan penyorotan


(46)

aspek-34  

 

aspek khusus sebuah realitas oleh media massa. Namun konsep framing atau

frame sendiri sebenarnya bukan murni konsep ilmu komunikasi, tapi dipinjam dari ilmu kognitif (psikologis). Oleh karena itu menurut Sudibyo konsep

framing dalam studi media massa banyak mendapat pengaruh dari lapangan psikologi dan sosiologi.

Dalam ilmu komunikasi, konsep framing sering digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan penonjolan aspek tertentu dari realitas oleh media massa. Framing dapat dipandangan sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu-isu tertentu mendapat alokasi lebih besar dari isu yang lain. Dengan kata lain analisis framing dapat dipakai untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandangan yang digunakan oleh wartawan atau media massa saat mengkonstruksi fakta, yaitu dengan mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta kedalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti agar lebih diingat, untuk mengiringi interpretasi khalayak sesuai pespektifnya (Sobur, 2004 : 162).

Gamson dan Modigiani menyebut cara pandang media massa atau wartawan itu sebagai kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang diberitakan. Menurut mereka frame adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Berdasarkan konsep psikologi, framing dilihat sebagai penempatan informasi dalam konteks yang unik sehingga elemen- elemen tertentu suatu isu


(47)

memperoleh kognitif individu lebih besar. Konsekuensinya, elemen-elemen yang terseleksi menjadi penting dalam mempengaruhi penilaian individu dalam penarikan kesimpulan.

Menurut Ervin Goffman, secara sosiologis konsep frame analisis memelihara kebiasaan kita mengklasifikasi, mengorganisasi dan interpretasi secara aktif pengalaman pengalaman hidup kita agar dapat dipahami. Skema interpretasi itu disebut frames, yang memungkinkan individu dapat melokalisasi, merasakan, mengidentifikasi dan memberi label terhadap peristiwa-peristiwa serta informasi (Sobur, 2004 : 163).

Tood Gitlin mendefinisikan frame dengan konsep yang sama, sebagai seleksi penegasan dan ekslusi yang ketat. Ia menghubungkan konsep itu dengan proses memproduksi wacana berita dengan mengatakan, frame memungkinkan para jurnalis memproses sejumlah besar informasi secara cepat dan rutin, sekaligus mengemas informasi demi penyiaran yang efisien kepada khalayak menurut Gitlin, frame adalah bagian yang pasti hadir dalam praktek jurnalistik. Dengan mengutip Ervin Goffman, ia menegaskan bagaiman frame media/wartawan tersebut terbentuk. Menurutnya frame media/ wartawan tidak beda jauh dengan frame kehidupan sehari-hari yang sering kali kita lakukan. Kita bisa membingkai dan membungkus realitas dalam suatu aturan tertentu, kemasan tertentu dan menyederhanakannya serta memilih apa yang tersedia dalam pikiran dan tindakan (Sobur 2004:163 dan Eriyanto, 2002 68 :69).


(48)

36  

 

Ada beberapa definisi mengenai framing yang disampaikan oleh berbagai ahli. Definisi framing tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2

Definisi-definisi Framing

Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas  

sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapat alokasi lebih besar dari sisi lain. William A. Gamsom Cara bercerita atau gugusan ide ide yang

 

terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan kontruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu

wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package). Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan idndividu untuk mengkontruksi makna pesan-pesan yang ia terima.


(49)

Todd Gitiin Strategi bagaimana realitas/ dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.

David E. Snow and Robert Benford

Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, sumber informasi dan kalimat tertentu.

Amy Binder Skema interpretasi yang digunkan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan membeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami

dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.


(50)

38  

 

Zhongdang Pan and Gerald

M. Kosicki

Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan hubungan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita.

Sumber : Eriyanto. Analisis Framing: Kontruksi, ideologi dan politik media. Yogyakarta. LKIS. 2002

2.1.5.1 Media dan Kontruksi Realitas

Susbtansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas dari Berger dan Luckmann adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi sekunder. Basis sosial teori dan pendekatan ini adalah transisi-modern di Amerika pada sekitar tahun 1960-an, dimana media massa belum menjadi sebuah fenomena yang menarik untuk dibicarakan. Dengan demikian Berger dan Luckmann tidak memasukan media massa sebagai variabel atau fenomena yang berpengaruh dalam konstruksi sosial atas realitas.

Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas Peter L. Berger dan Luckman telah direvisi dengan melihat variabel atau fenomena media massa menjadi sangat substansi dalam proses eksternalisasi, subyektivasi, dan internalisasi inilah yang kemudian dikenal sebagai “konstruksi sosial media massa”. Substansi dari konstruksi sosial media massa ini adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebarannya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga


(51)

membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis.

Proses konstruksi sosial media massa melalui tahapan sebagai berikut :

1. Tahap menyiapkan materi konstruksi

Menyiapkan materi konstruksi sosial media massa adalah tugas redaksi media massa, tugas itu didistribusikan pada desk editor yang ada di setiap media massa. Masing-masing media memiliki desk yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan visi suatu media. Isu-isu penting setiap hari menjadi fokus media massa, terutama yang berhubungan tiga hal yaitu kedudukan, harta, dan perempuan. Ada tiga hal penting dalam penyiapan materi konstruksi sosial yaitu :

a. Keberpihakan media massa kepada kapitalisme. Sebagaimana diketahui, saat ini hampir tidak ada lagi media massa yang tidak dimiliki oleh kapitalis. Dalam arti kekuatan-kekuatan kapital untuk menjadikan media massa sebagai mesin penciptaan uang dan pelipatgandaan modal.

b. Keberpihakan semu kepada masyarakat. Bentuk dari keberpihakan ini adalah dalam bentuk empati, simpati dan berbagai partisipasi kepada masyarakat, namun ujung-ujungnya adalah juga untuk menjual berita demi kepentingan kapitalis.

c. Keberpihakan kepada kepentingan umum. Bentuk keberpihakan kepada kepentingan umum dalam arti sesungguhnya sebenarnya adalah visi setiap


(1)

  vi 

KATA PENGANTAR

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha

Penyayang Assallamua'laikum Warohmatullohhiwabarokatuh

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan berkahNya serta dukungan berbagai pihak, peneliti akhirnya dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan tepat waktu. Penelitian ini berjudul “Pembingkaian Berita 100 Hari Program Kerja Jokowi dan Jusuf Kalla di Harian Surat Kabar Pikiran Rakyat dan Inilah Koran Edisi Januari-Febuari 2015”. Dalam proses penulisan karya ilmiah penelitian ini, peneliti mengalami berbagai kesulitan namun dengan kerja keras, doa, bimbingan dari pembimbing serta semangat dan dorongan dari berbagai pihak akhirnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini bisa dipertanggung jawabkan dengan baik.

Untuk kedua orang tua, Suherman dan Heni Sugiartini, kedua Mertua, Drs. H Asep Sudrajat dan Hj Ella Laelasari yang selalu mendukung penulis, serta Istri tercinta Meta Nurul Adytia,S.I.,Kom yang sedang mengandung calon bayi penulis, terima kasih atas kasih sayang, perhatian, doa, motivasi dan kepercayaannya kepada penulis selama ini.

Dalam proses penulisan skripsi penelitan ini, banyak sekali pihak yang telah berperan dan membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih khususnya kepada:


(2)

  vii 

1. Yth. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian.

2. Ibu Melly Maulin P.S. Sos, M.Si, Selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

3. Yth. Sangra Juliano P.,M.I.Kom selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Komunikasi yang memberikan dukungan-dukungan dalam setiap perkuliahan untuk menjadikan peneliti sukses dalam menjalankan perkuliahan.

4. Yth. Adiyana Slamet, S.IP., M.Si selaku dosen pembimbing peneliti yang selama penyusunan penelitian ini telah memberikan berbagai masukan dan arahan dalam seluruh proses pembuatan penelitian ini. Terima kasih atas kesabaran, keikhlasan, totalitas, serta motivasi yang selalu diberikan selama membimbing peneliti. 5. Yth. Tine Agustin Wulandari.,M.I.Kom Selaku Dosen wali.

Terimakasih karena telah memberikan pencerahan dan penyelesaian masalah bagi peneliti, dan terus memotivasi, membantu, membimbing dan memberikan masukan positif kepada peneliti selama melakukan perkuliahan.


(3)

  viii 

6. Yth. Seluruh Bapak/Ibu Dosen tetap dan Bapak/Ibu Dosen Luar Biasa Prgram Studi Ilmu Komunikasi UNIKOM, yang telah membimbing dan mengarahkan serta memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada peneliti selama menjalani perkuliahan. 7. Yth. Sekertaris Jurusan : Astrie Ikawati A.MD Yang sangat

membantu peneliti dalam segala hal yang berhubungan dengan administrasi perkuliahan.

8. Kakak ipar Herman, M.Si dan Maria Almeida, M. Si serta adik Wilman Saputra dan Nazwa Salsabila, terima kasih atas dukungannya.

9. Teman-teman Ilmu Komunikasi kelas IK-2 „11, IK-Jurnal 1 11. Terima kasih untuk kebersamaan, keceriaan, kekeluargaan dan persahabatannya.

10.Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana dan Wartawan dari Surat Kabar Pikiran Rakyat dan Inilah Koran.

11.Semua pihak yang telah membantu sebelum dan selama pelaksanaan penelitian yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah penelitian ini masih diperlukan penyempurnaan dari berbagai sudut, baik dari segi isi maupun pemakaian kalimat dan kata-kata yang tepat, oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan skripsi penelitian ini.


(4)

  ix 

Oleh karena itu peneliti berharap dan berterima kasih atas segala saran dan kritik dari pembaca. Serta menerima saran dan kritik tersebut dengan hati terbuka. Akhir kata, peneliti berharap semoga karya ilmiah penelitian ini menjadi aplikasi ke ilmuan khususnya jurnalistik.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, Agustus 2015

Anshar Mohamad Ramdhan  


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pembingkaian berita keterlibatan artis Raffi Ahmad dalam kasus narkoba : (analisis Framing Robert N.Entman di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar edisi Januari-Februari 2013)

0 12 1

Analisis Framing Berita Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Analisis Framing Robert N. Entman di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung 19 November 2012 - 25 November 2012)

5 38 73

Pembingkaian Berita Pilkada Serentak Di Jawa Barat 2015 ( Analisis Framing Robert N. Entman Pada Pembingkaian Berita Pilkada Serentak 9 Desember 2015 pada Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 16 September 2015)

3 13 100

Pembingkaian Berita Wakil Ketua Non Aktif Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto (Analisis Framing Robert N. Entman Pada Harian Pagi Tribun Jabar dan Harian Umum Pikiran Rakyat Edisi 4 Februari 2015)

0 2 1

Pembingkaian berita keterlibatan artis Raffi Ahmad dalam kasus narkoba : (analisis Framing Robert N.Entman di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar edisi Januari-Februari 2013)

0 11 1

PENDAHULUAN JUSUF KALLA DI MATA SURAT KABAR HARIAN (Analisis Framing Pencitraan Jusuf Kalla di Masa Pencalonan Presiden Pemilu 2009 dalam Ulasan Editorial Surat Kabar Harian MEDIA INDONESIA Periode April-Juli 2009).

0 3 38

PENUTUP JUSUF KALLA DI MATA SURAT KABAR HARIAN (Analisis Framing Pencitraan Jusuf Kalla di Masa Pencalonan Presiden Pemilu 2009 dalam Ulasan Editorial Surat Kabar Harian MEDIA INDONESIA Periode April-Juli 2009).

0 7 104

PEMBERITAAN 100 HARI PEMERINTAHAN JOKOWI-JK DI HARIAN KOMPAS DAN KORAN TEMPO.

0 0 2

Pembingkaian Berita Seratus Hari Kerja Pemerintahan Jokowi-JK (Analisis Framing Program Berita di Metro Hari Ini).

3 9 42

Pembingkaian Berita Seratus Hari Kerja Pemerintahan Jokowi-JK (Analisis Framing Program Berita di Metro Hari Ini).

0 2 42