Pembingkaian Berita Seratus Hari Kerja Pemerintahan Jokowi-JK (Analisis Framing Program Berita di Metro Hari Ini).

(1)

PEMBINGKAIAN BERITA 100 HARI KERJA PEMERINTAHAN

JOKOWI-JK

(ANALISIS FRAMING PROGRAM BERITA METRO HARI INI)

SKRIPSI

Disusun oleh:

Ni Kadek Novi Febriani

NIM.1121405006

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(2)

i

PEMBINGKAIAN BERITA 100 HARI KERJA PEMERINTAHAN

JOKOWI-JK

(ANALISIS FRAMING PROGRAM BERITA METRO HARI INI

SKRIPSI

Disusun oleh:

Ni Kadek Novi Febriani

NIM.1121405006

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada

Program Studi Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

(4)

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Berkat Nya tugas akhir yang berupa skripsi yang berjudul Pembingkian Pemberitaan 100 Hari Kerja Pemerintahan Jokowi-JK (Analisis Framing Program Berita di Metro Hari Ini)

dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkanterima kasih kepada : 1. Rektor Universitas Udayana Prof.Dr.dr.Ketut Suastika,Sp.PD-KEMD

2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Dr.Drs. I Gusti Putu Bagus Suka Arjawa, M.Si

3. Ketua Program Studi Imu Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Ibu Dr. Ni Made Ras Amanda Gegel, S.Sos.,M.Si.

4. Sekretaris Program Studi Imu Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Ibu I Dewa Ayu Sugiarica Joni, S.Sos.,M.A.

5. Dosen Pembimbing I yakni Ibu Dewi Yuri Cahyani S.Sos., M.Si. yang telah memperkaya pandangan-pandangan penulisan mengenai pembingkaian pemberitaan media massa dan dengan sabar membimbing penulis dalam menyelesaikan tulisan ini terutama dalam mengajarkan kedisiplinan dalam penulisan.

6. Dosen Pembimbing II yakni Ibu Dr. Ni Made Ras Amanda Gegel, S.Sos.,M.Si. yang selalu memberikan masukan-masukan dalam penulisan ini dan yang selalu bersedia meluangkan waktunya kapan pun untuk membimbing penulis dalam menyesaikan tulisan ini.

7. Ibu Ni Luh Ramaswati Purnawan S.S., M. Comn, Ibu I Dewa Ayu Sugiarica

Joni,S.Sos.,MA dan Dr. I Gusti Agung Alit Suryawati, S.Sos, M.Siselaku dosen penguji yang telah memberikan bimbingan dan banyak masukan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

8. Seluruh Ibu dosen Program studi Ilmu Komunikasi yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas pengajaran dan pengetahuan yang diberikan selama perkuliahan.

9. Seluruh pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah banyak membantu penulis dalam urusan administrasi selama penulis mengikuti studi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana.

10. Kepada kedua Orang Tua penulis I Wayan Sukandia dan Ni Wayan Sumadi Keluarga Besar penulis yang telah memberikan dorongan untuk menyelesaikan tulisan ini, dan juga


(6)

v

membantu dalam finasial untuk memenuhi kebutuhan penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

11. Kepada kakak dan adik terkasih Ni Wayan Juni Willyani, S.St.Par. dan I Komang Tri Saputra yang selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan tulisan ini terutama berkenaan meminjamkan laptopnya sampai rusak dan sama sekali kalian tidak marah.

12. Kepada Bapak Suryopratomo selaku Direktur Pemberitaan MetroTV yang telah berbaik hati memberikan informasi dan mempermudah penulis dalam mencari narasumber di

MetroTV yang diperlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

13. Kepada Ibu Eva Julianti selaku Eksekutif Produser yang telah memperbolehkan penulis untuk mencari data di program berita Metro Hari Ini.

14. Kepada rekan-rekan kerja di MetroTV Mbak Rizky Amelia, Mbak Amanda Manuputty, Mbak Irmi, Mbak Farida Hadad, Mbak Restu, Mbak Kinan, Mas Aco, Mas Indra Lesmana, Mas Wahyu Wiwoho, Mbak Selviananaomitumida, dan yang tidak dapat saya sebut satu per satu terimakasih atas masukan dan bimbingannya selama penulis magang di MetroTV. 15. Kepada Bapak Saur Hutabarat selaku Ketua Dewan Redaksi Media Group dan Ketua Media Tim Pemenangan Jokowi-JK dari Partai Nasdem yang telah bersedia meluangkan waktunya dalam memberikan informasi kepada penulis.

16. Kepada Bapak Aria Bima selaku Tim Kampanye Jokowi-JK dari Partai PDI-P yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk penulis di tengah-tengah kesibukan beliau.

17. Kepada Dewan Pimpinan Cabang Gerakan Mahasiwa Nasional Indonesia Bung Gus Dedy Andiwinata, Bung Sindhu Andreditha, Bung Dedy Tri Ari Rahmad, Bung Ruben Sihaan, dan Dayu Novitasari dan yang lainnya yang tidak dapat disebut satu persatu.

18. Kepada Bli Dewa Kade Wiarsa Raka Sandhi dan Bli Alit Kusuma Kelakan selaku senior di Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia yang telah membantu penulis dalam mencari narasumber yang dibutuhkan guna menjawab permasalah ini.

19. Kepada rekan-rekan Sekaa Teruna Manggala Sunu Legian Kaja

20. Kepada sahabat terkasih Ni Luh Devi Pratiwi A.Md.Ds, Ni Luh Putu Desi Ria Devi, S.E, MM, dan Fatimah Rahmad yang selalu memotivasi dan menemani penulis selama proses penyelesaian tulisan ini.

21. Kepada kawan karib Tri Adnyana dan Devinda Artha Pratiwi yang selalu memberikan masukan kepada penulisan dalam menyelesaikan tulisan ini.

22. Kepada kawan perjuangan Dewade Aditya, Pradnya Yoni, Lidya Mulya yang telah membantu dan mendukung dalam menyelesaikan tulisan ini.


(7)

vi

23. Kepada teman-teman seperjuangan Ilmu Komunikasi 2011: Anggun, Fani, Nanda, Mona, Yamada, Tri, Lidya, Intan, Devinda, Yoga, Andre, Yoni, Galuh, Luke, Cokgeg, Vinda, Adit, Mery, Juni, atas seluruh pengalaman berharga yang telah dibagi bersama selama empat tahun dan tidak akan pernah terlupakan.

24. Adik-adik kelas penulis angkatan 2012, 2013, 2014, atas dukungannya selama ini.

25 Seluruh rekan-rekan mahasiswa dan sahabat-sahabat penulis lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan bantuan dan perhatiannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Atas segala bantuan serta doanya ,penulis hanya bisa mengucapkan syukur dan terima kasih. Sebagai penutup dengan penuh kerendahan hati diharapkan bimbingan dan saran yang sifatnya membangun dan lebih memperkaya demi menyempurnakan materi skripsi ini, dan akhirnya skripsi ini dipersembahkan kepada almamater tercinta, semoga bermanfaat bagi semua pihak.

Denpasar, 20 April 2016 Penulis


(8)

vii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xi

ABTRACT ... xii

BAB I 1.1LATAR BELAKANG ... 1

1.2RUMUSAN MASALAH ... 5

1.3BATASAN MASALAH... 5

1.4TUJUAN PENELITIAN ... 5

1.5MANFAAT PENELITIAN ... 5

1.6SISTEMATIKA PENULISA ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.2 KERANGKA KONSEPTUAL ... 142.2.1 ANALISIS FRAMING ... 14

2.2.2 BERITA SEBAGAI KOMUNIKASI POLITIK ... 172.2.3 TEORI EKONOMI POLITIK MEDIA... 19


(9)

viii

2.3 KERANGKA PEMIKIRAN ... 28

BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN ... 30

3.2 SUMBER DATA ... 32

3.3 UNIT ANALISIS ... 33

3.4 TEKNIK PENENTUAN INFORMAN ... 33

3.5 TEKNIK PENGUMPULAN DATA ... 33

3.6 TEKNIK ANALISIS DATA ... 41

3.7 TEKNIK PENYAJIAN DATA ... 46

3.8 KETERBATASAN PENELITIAN ... 46

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 GAMBARAN UMUMOBYEK PENELITIAN ... 47

4.1.1 GAMBARAN UMUM METRO TV ... 47

4.1.2 GAMBARAN UMUM PROGRAM BERITA METRO HARI INI ... 48

4.2 TEMUAN PENELITIAN ... 49

4.2.1 ANALISIS KUANTITATIF ... 49

4.2.2 PROSES PRODUKSI BERITA DI METRO TV ... 51

4.2.3 KEBIJAKAN REDAKSIONAL ... 58

4.2.4 ANALISIS TEKS ... 63

4.3 ANALISIS TEMUAN ... 98

4.3.1 ANALISIS FRAMING PEMBERITAAN 100 HARI KERJA PEMERINTAHAN JOKOWI-JK.. 98

1. ANALISIS PEMBERITAAN KONFLIK KPK-POLRI ... 99

2. ANALISIS PEMBERITAAN EKSEKUSI TERPIDANA MATI ... 102

4.3.2 ANALISIS PENGARUH FAKTOR INTERNAL DI METRO HARI INI ... 103


(10)

ix

4.3.4 ANALISIS SOSIAL-KULTURAL ... 111

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN ... 113 5.2 SARAN ... 115 LAMPIRAN


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kerangka Pemikiran ... 28

Tabel 3.1 Skema Pengumpulan Gambar ... 38

Tabel 3.2 Framing menurut Robert Entman ... 39

Tabel 3.3 Proses Analisa Data ... 44

Tabel 4.1 Jumlah Berita selama 30 Hari ... 49

Tabel 4. 2 Framing Berita Presiden Memanggil Sejumlah Pejabat... 65

Tabel 4.3 Framing Berita Ketua KPK Tolak Rencana Pengunduran Diri BW 67 Tabel 4.4 Framing Berita Terpidana Mati Kasus Narkoba ... 71

Tabel 4.5 Framing Berita Kontroversi Imunitas KPK ... 74

Tabel 4. 6 Framing Berita Jelang Eksekusi Mati ... 78

Tabel 4.7 Framing Berita Nasib Calon Kapolri ... 81

Tabel 4.8 Framing Berita Kontroversi Hakim Sarpin Rizaldi ... 84

Tabel 4.9 Framing Berita Dua Terpidana Bali Nine Ajukan PK Ke-2 ... 89

Tabel 4.10 Framing Berita Jelang Praperadilan BG ... 92

Tabel 4.11 Framing Berita Sidang Praperadilan BG Ditunda... 95

Tabel 4.12 Framing Berita Bambang Widjojanto Diperiksa ... 97


(12)

xi ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembingkaian berita Jokowi-Jusuf Kalla dalam Program Metro Hari Ini pada 100 hari kerjanya menggunakan analisis teks milik Robert Entman. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif studi kasus dengan paradigma konstruktivis. Data berita Metro Hari Ini periode 13 Januari-12 Februari 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis framing model Robert Entman yang menyatakan bahwa setiap media mengkontruksi berita harus melalui dua tahap yaitu seleksi isu dan penonjolan aspek setelah itu menganalisis berita dengan 4 tahap, (1). Definisi

masalah, (2) diagnose causes, (3) make moral judgement, dan (4) menekankan penyelesaian. Hasil penelitian ini adalah ada dua isu besar menjadi fokus Metro Hari Ini, yaitu berita konflik KPK-Polri dan eksekusi terpidana mati. Hasil framing Metro Hari Ini pada kedua isu tersebut adalah, 1. Mendukung Budi Gunawan sebagai Kapolri, 2. Menggambarkan bahwa adanya indikasi politik di balik penetapan Budi Gunawan sebagai tersangka, 3. Narkoba adalah musuh bersama, Metro Hari Ini mendukung pemerintah Jokowi-JK dalam mengeksekusi terpidana mati kasus narkoba.


(13)

xii ABSTRACT

This study aimed to analyse how does framing theory elaborate the Jokowi-Jusuf Kalla ‘s 100 day of its government in the Metro Hari Ini program ,which use text analysis by Robert Entman. This study is qualitative research which emphasized on constructivist paradigm.

This study based on data in the Metro Hari ini news program in Jan 13-feb.14 2015. This study also involved Robert Entman’s framming analysis method that states : each media contructs their news throught two important step : first , issue selection, and fostering the aspect, hence news analysis , includes : (1), problem definition, (2) diagnose causes, (3) make moral judgement, and (4) resolution. The hypothesis of this study show that, there is critical interelation problem which become concern from Metro TV, here to say KPK-Polri and death sentence issue, Metro TV supports over Budi Gunawan positions as Head Police officer of Indonesia (Kapolri). (1). Metro TV indicates that there is political involvement behind Budi Gunawan judgement as victims, (2). narcotics as common enemy, (3) and scenes behind Metro hari Ini preference in supporting Jokowi-Jusuf kalla over the execution of drug dealers.


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Media massa berkembang pada tahun 1920-an atau 1930-an (McQuail, 2011:310) dengan radio rumah tangga pada tahun 1920-an. Selanjutnya pada tahun 1940-an diciptakan televisi, vidiotek dan televisi kabel. Teknologi pun berkembang pesat dengan lahirnya internet pada tahun 1980-an dan juga diiringi dengan lahirnya web pada pertengahan 1990-an (McQuail, 2011:310).

Media massa digunakan untuk menjangkau khalayak sehingga media massa memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat termasuk proses politik, hal tersebut disampaikan oleh John Locke bahwa media pilar keempat dalam demokrasi (Cangara, 2014:72). Peran media massa dalam dunia politik sangat penting sebagai penyalur pesan antara aktor politik kepada khalayak. Media massa banyak digunakan ketika partai politik maupun kandidat melakukan kampanye. Dalam penelitian Blumer dan McQuanil (1968) (dalam McQuail, 2011:291) ditemukan bahwa kampanye pemilihan umum yang intensif memiliki efek yang lebih besar ketika menjangkau sektor dari khalayak yang tidak terjangkau atau berada dalam pelosok daerah yang sebelumnya tidak memiliki informasi sama sekali. Penggunaan televisi sebagai media iklan politik baru dimulai pada 1952, ketika Jenderal Eisenhower mencalonkan diri menjadi presiden dengan spot Eisenhower Answers America” (Cangara, 2014:280). James Deakin mengatakan (dalam Subiakto, 2012:97) bahwa, di Amerika Serikat sejak 1980 setiap kandidat calon presiden menghabiskan lebih dari satu miliar dollar


(15)

2

untuk dana kampanye. Rata-rata dana tersebut digunakan 60% untuk kampanye di televisi, radio, dan surat kabar

Di Indonesia media massa juga berperan penting dalam proses politik. Sejak tahun 2004, Komisi Pemilihan Umum merubah kebijakan dalam berkampanye. Awalnya menggunakan tipe barisan motor atau arak-arakan, menjadi menggunakan media massa sebagai alat kampanye (Cangara, 2014:313). Semua partai dan politisi menyambut baik, dan mereka mulai menggunakan slogan-slogan yaitu ditampilkan lewat media cetak dan media elektronik (Cangara, 2014:290).

Sepuluh tahun kemudian dari tahun 2004 yaitu tahun 2014, Indonesia kembali melaksanakan perhelatan akbar, yaitu pemilihan presiden dan wakil presiden. Dua pasangan calon presiden dan wakil presiden bertarung dalam merebut kursi Indonesia satu. Calon pertama adalah pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa (Prabowo-Subianto-Hatta) dari Koalisi Merah Putih dan calon kedua adalah pasangan Joko Widodo-Muhammad Jusuf Kalla (Jokowi-JK) dari Koalisi Indonesia Hebat. Perolehan suara kedua kandidat tersebut tidak berbeda jauh. Berdasarkan data KPU kandidat pertama Prabowo Subianto–Hatta Rajasa memperoleh 62.576.444 suara (46,85 persen) dan Jokowi-Jusuf Kalla memperoleh 70.997.85 suara (53,15 persen), dengan selisih suara hanya 8.421.389 (http://kpu.go.id, diakses tanggal 7 Desember 2014, pukul 01.30 WITA).

Media televisi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 menjadi media yang paling banyak digunakan kedua kandidat. Data Nielsen (2014) menyebutkan,


(16)

3

tahun Pemilu sebelumnya pada kuartal pertama 2009, lebih dominan di surat kabar sebesar 65% (Nielsen.com diakses pada tanggal 17 Februari 2015, Pukul 10:53 WITA). Pada pemilihan presiden 2014, belanja iklan televisi untuk kampanye tercatat mencapai Rp 186,63 miliar rupiah (kompas.com – diakses tanggal 8 Desember 2014, 2:30 WITA).

Nielsen menyatakan bahwa tahun 2014, televisi dipandang sebagai media paling efektif untuk menyampaikan pesan politik. Sayangnya, saat kampanye pemilihan presiden berlangsung, banyak media televisi yang melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012. Salah satunya, terbitnya surat dari KPI yaitu surat dengan nomor bertanda 1328/K/KPI/06/14 pemberitaan pada tanggal 4 Juni 2014, yang berbunyi teguran terhadap stasiun televisi tvOne dan MetroTV. Pelanggaran atas perlindungan kepentingan publik dan netralitas isi program siaran jurnalistik atas penayangan pemberitaan tentang pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden, yaitu: Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK. Penilaian KPI atas kedua jenis pelanggaran tersebut berdasarkan pada jumlah durasi, jumlah frekuensi, dan tone. KPI Pusat memutuskan bahwa kedua stasiun televisi tersebut telah melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 11 dan Pasal 22 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) serta Standar Program Siaran Komisi Penyiaran Indonesia Tahun 2012 Pasal 11 ayat (1) dan ayat (2), Pasal 40 huruf a dan Pasal 71 ayat (1),(2) dan (3). Berdasarkan pelanggaran di atas, KPI Pusat menjatuhkan sanksi administratif teguran tertulis. Pelanggarannya pun sama yakni jumlah durasi, jumlah frekuensi, dan tone (kecenderungan) pemberitaan yang tidak adil


(17)

4

dan berimbang pada obyek pemberitaan. (http://www.dewanpers.or.id diakses pada 24 Februari 2015, Pukul 14;02 WITA).

Hasil observasi awal yang dilakukan oleh penulis pada 1 Oktober 2014—6 Februari 2015, menemukan bahwa adanya keberpihakan MetroTV dengan pemerintahan Jokowi-JK. Hal ini dapat dilihat dari tayangan yang lebih banyak memberitakan Jokowi-JK di MetroTV. Ada yang menarik dalam sistem redaksional MetroTV kala itu, yaitu meskipun pemilik media tidak ikut dalam rapat redaksi (rapat proyeksi) namun, pemilik media mempengaruhi kebijakan dalam keputusan redaksional. Selain itu, MetroTV menjadi stasiun televisi yang berkomitmen untuk mengawal Jokowi-JK dalam kepemerintahannya karena dalam web MetroTV terdapat kolom yang bernama Kawal Jokowi yang khusus memberitakan kegiatan Jokowi-JK. Kebijakan ini dipengaruhi pemilik MetroTV

sebagai salah satu ketua partai penyokong Pemerintahan Jokowi-JK. Pemilik media terlihat mempengaruhi produksi berita dalam newsroom, padahal televisi penyiaran seperti MetroTV menggunakan frekuensi publik.

Pengaruh pemilik media yang turut menentukan arah kebijakan pemberitaan serta keberpihakannya pada salah satu kandidat merupakan sebuah pelanggaran dalam dunia jurnalistik. Terlebih MetroTV menggunakan frekuensi publik yang ditonton orang banyak. Pelanggaran etika tersebut antara lain melanggar etika dalam penyiaran yang menggunakan frekuensi publik untuk kepentingan pihak tertentu. Oleh karena itu, MetroTV menjadi objek penelitian karena memiliki potensi berafiliasi dengan pemerintahan Jokowi-JK. MetroTV


(18)

5

Metro Hari Ini disiarkan pada waktu prime time dan juga memiliki rating yang tinggi dibandingkan program berita yang lainnya. Sehingga penulis memilih program Metro Hari Ini sebagai unit analisis dalam penelitian ini.

Menjelang 100 hari kerja suatu pemerintahan yang berkuasa media sering kali melakukan evaluasi. MetroTV menjadi salah satu media yang juga melakukan evaluasi pada pemerintahan dalam program berita Metro Hari Ini. Namun, menjelang 100 hari kerja pemerintahan Jokowi-JK terjadi beberapa peristiwa seperti, pro-kontra hukuman mati, eksekusi kepada pengedar narkoba, dan kisruh KPK-Polri sehingga menggeser wacana mengenai 100 hari kerjanya. Maka dari itu, penulis akan mengobservasi, mengkaji, dan menganalisis proses pembingkaian yang dilakukan oleh MetroTV pada 100 hari kerja Jokowi-JK.

1.2 Rumusan Masalah

Media massa sebagai pilar keempat demokrasi harus mampu menjadi kontrol sosial dan memiliki loyalitas yang tinggi kepada masyarakat. MetroTV

dimiliki oleh ketua umum partai Nasdem, Surya Paloh dan juga tergabung dalam Koalisi Indonesia Hebat (KIH). Pemilik media tersebut cenderung mempengaruhi proses produksi sehingga MetroTV memiliki potensi melakukan keberpihakan terhadap Pemerintahan Jokowi-JK dan melanggar etika karena menggunakan frekuensi publik. Pelanggaran yang dilakukan seperti yang jelaskan diatas sehingga beberapa kali KPI melayangkan surat teguran antaran lain peringatan no 1223/K/KPI/05/14 dan 1328/K/KPI/06/14, surat tersebut menjelaskan bahwa KPI menemukan indikasi pelanggaran prinsi-prinsip indepedensi dan kecenderungan memanfaatkan berita untuk kepentingan kelompok tertentu di MetroTV. Selain itu,


(19)

6

pada Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3 dan SPS) Pasal 11 Ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa program siaran wajib dimanfaatkan untuk kepentingan publik dan program siaran dilarang dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi pemilik lembaga penyiaran bersangkutan/atau kelompok. Maka dari itu penelitian ini ingin mengkaji atau melihat: Bagaimana pembingkaian berita Jokowi-JK pada 100 hari kerjanya dalam program Metro Hari Ini ?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini memfokuskan pada pembingkaian berita mengenai Jokowi-JK pada 100 hari kerja di program Metro Hari Ini , proses produksi pemberitaan , dan faktor luar yang yang mempengaruhi perusahaan. 100 Hari kerja Jokowi-JK jatuh pada 28 Januari 2015, sehingga berita yang dianalis ialah berita mengenai Pemerintahan Jokowi-JK dari 15 hari sebelum 100 hari (13 Januari 2015- 28 Januari 2015) dan setelah 100 hari kerja (29 Januari-12 Februari 2015) karena wacana mengenai kinerja pemerintah dibangun dan lebih intens diberitakan. Selain itu banyak kepentingan yang mendukung atau yang melemahkan Pemerintahan Jokowi-JK yang mendekati 100 hari kerja maupun sesudah 100 hari kerja. Penelitian ini dilakukan di PT. Media Televisi Indonesia stasiun MetroTV. Batasan yang dipilih karena sesuai dengan tema penelitian dan menjawab rumusan masalah.

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Untuk mengetahui bagaimana pembingkaian berita Jokowi-Jusuf Kalla dalam Program Metro Hari Ini pada 100 hari kerjanya.


(20)

7

1.5 Manfaat Penelitian

1.4.1 Penelitian dapat digunakan untuk menambah khasanah keilmuan di bidang Komunikasi dalam komunikasi massa dengan menggunakan metode analisis

framing.

1.4.2 Penelitian ini dapat dijadikan tolak ukur dalam pengambilan kebijakan di Indonesia di bidang penyiaran dan undang-undang pemilu.

1.4.3 Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi MetroTV dalam produksi pemberitaan yang sesuai dengan Peraturan Pers, yaitu UU No. 40 Tahun 1999 dan Peraturan Penyiaran UU No. 32 Tahun 2002

1.6 Sistematika Penulisan

BAB I : Dalam pendahuluan ini menjelaskan permasalahan yang menjadi landasan mengapa penelitian ini penting dilakukan. Dalam latar belakang ini diuraikan fakta, maupun data yang mendukung penelitian ini.

Bab II :Pada bagian bab II adalah tinjauan pustaka. Dalam kajian pustaka menyampaikan karya-karya tulis ilmiah yang berkaitan dengan tema penelitian beserta dengan hasil penelitian tersebut.

Bab III : Pada Bab III adalah metodelogi penelitian. Dalam metodelogi penelitian menjelaskan metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini.

BAB IV : Dalam Bab IV adalah pembahasan. Pembahasan menjelaskan gambaran

umum subjek dan objek penelitian. Pada pembahasan juga menjelaskan hasil temuan dan analisa.

BAB V : Kesimpulan dan saran. Menyimpulkan hasil penelitian beserta memberikan saran dalam permasalahan tersebut.


(21)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

Terdapat beberapa penelitian atau pustaka terdahulu yang berkaitan dengan pembingkaian berita media massa, di antaranya penelitian dari Adi Nugroho tahun 2012 dengan judul “Analisis Framing Pemberitaan Berita Pilgub Jateng pada Suara Merdeka”. Penelitian ini mengangkat unit analisis berita Suara

Merdeka edisi 21 Mei--21 Juni 2008 karena berita mengenai Pilgub Jateng pada tanggal tersebut sangat gencar diberitakan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana frame kebijakan redaksional serta mengetahui sikap media cetak dalam membingkai pemberitaan tentang pemilihan umum Gubernur (Pilgub) Jawa Tengah 2008. Penelitian ini menggunakan paradigma

konstrutivisme dengan metode penelitian analisis framing model Pan dan Kosicki. Penelitian ini menggunakan teori konstruksi sosial milik Peter L Berger dan teori agenda setting untuk membedah permasalahan dalam penelitian ini. Temuan dalam penelitian ini, yakni berita harian Suara Merdeka memberikan ruang untuk masyarakat memilih calon gubernur secara objektif dan menjelaskan latar belakang visi misi calon gubernur, ini bertujuan agar masyarakat tidak salah memilih pemimpin mereka. Selain itu, pemberitaan ini lebih menekankan untuk menagih janji-janji yang belum terealisasikan oleh gubernur sebelumnya.

Penelitian lain diungkapkan oleh Leonardo Johanes tahun 2013 mengenai analisis framing yang berjudul “Analisis Framing Pemberitaan Konflik Partai


(22)

9

Nasional Demokrat (Nasdem) di harian MEDIA INDONESIA dan KoranSINDO”.

Leonarda Johanes dalam penelitiannya memaparkan bahwa harian MEDIA INDONESIA dan KoranSINDO membingkai berita konflik Partai Nasdem dengan mengedepankan unsur ketokohan (who) dalam berita bingkai konflik Partai Nasional Demokrat. Hasil temuan dalam penelitian ini adalah bahwa pemilik media memengaruhi dalam penulisan berita. Pembingkaian berita yang dilakukan dua media tersebut tidak lepas dari kepentingan politik pemilik media. Dalam melakukan penelitian tersebut, peneliti menggunakan metode analisis framing

model Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki dengan pandangan konstruksionis. Unit analisis dalam penelitian Johanes adalah berita di harian Media Indonesia tanggal 22 Januari 2013 yang berjudul “Nasdem Hormati Keputusan Mundur Hary Tanoe” dan Koran SINDO tanggal 22 Januari 2013 dengan judul “Partai Lain Siap Tampung HT-Rofiq”. Selain itu, Johanes tidak hanya menganalisis berita pada tanggal 22 Januari 2013, tetapi juga menganalisis berita pada tanggal 26 Januari 2013 di harian Media Indonesia dan KoranSINDO yang berjudul “Surya Paloh Ketua Umum Nasdem” di harian Media Indonesia dan “Ribuan Kader Mundur Nasdem Gembos” di Koran SINDO.

Mengenai analisis framing juga pernah dilakukan oleh Faiz Fauzan pada tahun 2014 dengan judul ‘Analisis Framing Pemberitaan Kasus Dugaan Korupsi dan Gaya Hidup Mewah Gubernur Ratu Atut Chosiyah pada Koran TEMPO”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembingkaian berita mengenai dugaan kasus korupsi yang dilakukan oleh gubernur Banten dan gaya hidup mewah Ratu Atut Chosiyah. Metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis


(23)

10

pemberitaan ini adalah analisis framing model Pan dan Kosicki. Obyek penelitian adalah pemberitaan kasus dugaan korupsi dan gaya hidup mewah Gubernur Ratu Atut Chosiyah yang muncul pada Koran TEMPO dari tanggal 5 Okober 2013 sampai dengan 13 November 2013. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Koran TEMPO memberikan gambaran pemberitaan dengan menunjukan struktur, sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Temuan pada penelitian ini, yaitu penulisan berita yang dibuat oleh Koran TEMPO sangat lengkap. Struktur retoris dalam

Koran TEMPO tampak menonjol karena wartawan Koran TEMPO banyak menggunakan istilah, leksikon, idiom, bahkan gambar karikatur yang dapat menarik perhatian khalayak. Gaya pemberitaan Koran TEMPO terkenal kritis dan tajam dalam investigasi. Koran TEMPO memiliki volume dan frekuensi berita yang lebih dibandingkan media yang lain karena mampu memuat lebih dari satu pemberitaan dengan kasus yang sama dalam satu edisi. Dalam pemberitaan Ratu Atut ini, Koran TEMPO tetap objektif dan independen karena wartawan TEMPO

lebih mementingkan berita yang bermutu dan selalu berpegang teguh pada kode etik.

Pembingkaian berita media online pernah diteliti Tri Dewi Putri Lestari tahun 2012 pada tesisnya yang berjudul: “Pemberitaan Rencana Kenaikan Harga BBM Bersubsidi oleh PemerintahanSusilo Bambang Yudhoyono (Analisa

Framing pada Media KOMPAS dan tvOne (Maret-April 2012)”. Penelitian yang dilakukan oleh Tri Dewi Lestari ini bertujuan untuk mengetahui konstruksi dalam pemberitaan rencana kenaikkan harga BBM dalam PemerintahanSusilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada surat kabar KOMPAS dan tvOne. Penelitian ini dibatasi


(24)

11

pada dua media yang dianggap representatif untuk dikaji mengenai bagaimana media nasional, baik surat kabar maupun televisi membingkai berita mengenai rencana kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh PemerintahanSBY. Dua media tersebut adalah KOMPAS dan tvOne. Satuan unit analisis dalam penelitian ini dibatasi pada tanggal 31 Maret 2012 sampai dengan 2 April 2012.

Penelitian ini menggunakan model analisis Robert Entman serta menggunakan paradigma konstruktivisme. Pada penelitian ini peneliti memilih dua frame yang dominan, yaitu frame kenaikan harga BBM dan hal yang melatarbelakanginya serta frame isu PemerintahanSBY yang mengambil keuntungan dari naiknya harga BBM. Selain menggunakan analisis framing

Entman, Tri Dewi Putri Lestari juga melakukan wawancara dengan pihak di dalam kedua media tersebut. Temuan dalam penelitian Tri Dewi Putri Lestari adalah bahwa dalam pemberitaan tidak ada kebenaran yang mutlak dan objektif, peneliti mengatakan pemberitaan yang telah ditayangkan oleh kedua media tersebut adalah hasil dari konstruksi dari berbagai kepentingan dan latar belakang. Dari analisis teks pada pemberitaan di harian KOMPAS lebih banyak memberitakan masalah rencana kenaikan harga BBM, yaitu sebesar 85,54% atau sebanyak 296 berita, sedangkan tvOne menempatkan 14,45% atau 48 berita”.

tvOne lebih memberitakan sisi pembangunan dan mengapa SBY menaikkan harga BBM bersubsidi, sedangkan KOMPAS lebih memberitakan secara side story


(25)

12

beberapa partai yang tidak setuju akan keputusan ini, serta aksi demonstrasi, dan anarkis di beberapa daerah di Indonesia.

Dalam penelitian ini KOMPAS meletakkan pemberitaan rencana kenaikan harga BBM bersubsidi dalam bidang kontroversi, sedangkan tvOne dalam bidang penyimpangan. Namun, peneliti menemukan bahwa pemberitaan kedua media tersebut dalam mendefinisikan masalah pemberitaan rencana kenaikan harga BBM dalam PemerintahanSBY sebagai masalah politik dan ekonomi kelas atas. Analisis framing dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui dan memperjelas tentang keberpihakan media pada isi berita secara kualitatif.

Berdasarkan paparan di atas, dapat dilihat adanya perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, yakni penelitian ini tidak hanya analisis teks, tetapi juga menganalisis level produksi dan sosial-kultural yang melingkupi institusi media antara lain sosial, politik, budaya, dan ekonomi. Analisis produksi didapat dari hasil-hasil wawancara dan observasi di lapangan. Analisis sosial-kultural didapat dengan hasil wawancara dan dokumentasi sekunder.

Ada pembaruan tema yang diangkat, yaitu 100 hari pemberitaan Pemerintahanyang berkuasa. Penelitian ini menggunakan analisis framing model Robert Entman. Model ini digunakan karena penelitian ini mengangkat mengenai komunikasi politik dan model ini lebih dinamis dalam mengungkapkan realitas politik.


(26)

13

2.2 Kerangka Konseptual 2.2.1 Analisis Framing

Analisis framing adalah metode analisis teks atau analisis isi media. Analisis framing termasuk dalam paradigma kontruksionis untuk melihat bagaimana media membentuk pesan atau mengkontruksi peristiwa dan bagaimana media menyajikan pesan kepada khalayak (Eriyanto, 2002:12). Dalam teori

framing terdapat banyak macam model, antara lain (1) model Murray Edelman,

(2) model Robert Entman, (3) model William A. Gamson, dan (4) model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Empat model tersebut menganalisis bagaimana berita dikontruksi yang tidak hanya berdasarkan fakta di lapangan, namun juga untuk menonjolkan pesan yang ingin disampaikan oleh wartawan atau pihak lain termasuk dari pemilik media (Eriyanto, 2002:13).

Menurut Robert Entman dalam (Eriyanto, 2002: 220), framing dilihat dalam dua dimensi besar, yakni seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu dari realitas oleh media. Penonjolan memiliki arti bahwa dalam proses pembuatan berita, media menonjolkan aspek tertentu dan mengabaikan aspek yang lain. Hal ini dilakukan dengan strategi wacana, yaitu dengan pembuatan judul yang menarik, pengulangan, menyisipkan grafis untuk mendukung aspek yang ditonjolkan dan cara-cara yang lainnya untuk memperkuat penonjolan tersebut. Hal ini bertujuan agar bersifat menarik dan mudah diingat khalayak. Dalam model Entman, framing merujuk pada definisi masalah, diagnose causes (penjelasan masalah), make moral judgement (adanya keputusan moral), dan menekankan penyelesaian.


(27)

14

Model Murray Edelman menjelaskan bahwa analisis framing melihat perspektif tertentu dengan pemakaian kata-kata tertentu yang menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami. Menurut Edelman (Eriyanto, 200:185)

framing adalah sesuatu yang telah dikategorisasikan. Kategorisasi yang dimaksud adalah pemakaian perspektif tertentu dengan pemakaian kata-kata yang tertentu pula yang menandakan bagaimana fakta atau realitas dipahami. Kategorisasi merupakan abstraksi dan fungsi dari pikiran, karena kategorisasi adalah kekuatan yang besar dalam memengaruhi pikiran dan kesadaran publik.

Dalam model William Gamson, analisis framing adalah cara mengetahui bagaimana berita itu dikonstruksi oleh media dengan menghubungkan wacana media di satu sisi dengan pendapat umum di sisi yang lain. Framing adalah sebuah pendekatan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. Gamson mengatakan cara pandang tersebut itu sebagai kemasan (package) (Eriyanto, 2002:260--261). Kemasan (package) adalahrangkaian ide-ide yang menunjukkan isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan. Kemasan diibaratkan sebuah wadah atau struktur data yang mengumpulkan sejumlah informasi yang menunjukkan posisi atau adanya kecenderungan politik dan membantu komunikator untuk menjelaskan muatan-muatan dibalik isu atau peristiwa.

Framing dipahami sebagai seperangkat gagasan atau ide sentral ketika seseorang atau media memahami dan memaknai sebuah isu (Eriyanto, 2002:263--265). Ide sentral tersebut didukung oleh perangkat wacana lain sehingga antara satu wacana dengan bagian wacana lain saling mendukung (Eriyanto, 2002:263). Perangkat


(28)

15

wacana itu seperti kata, kalimat, pemakaian gambar, atau grafik tertentu, proporsisi, dan lain-lainnya (Eriyanto, 2002:262). Semua elemen tersebut akan mengarah pada ide tertentu dan mendukung ide sentral dari suatu berita. Dalam model William Gamson terdapat dua perangkat bagaimana gagasan atau ide sentral diterjemahkan pada teks berita, yaitu:

“Framing device (perangkat framing). Perangkat ini berhubungan dan berkaitan dengan ide sentral atau bingkai yang ditekankan dalam teks berita. Perangkat framing itu ditandai dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, serta metafora tertentu, sedangkan reasoning device (perangkat penalaran). Perangkat ini berhubungan dengan kohesi dan koherensi dari teks tersebut yang merujuk pada gagasan tertentu. Sebuah gagasan tidak hanya berisi kata atau kalimat, gagasan itu juga selalu ditandai oleh dasar pembenar, alasan tertentu, dan sebagainya.” (Eriyanto, 2002:265-266). Berbeda dengan model sebelumnya, Model Zhondang Pan dan Gerald M. Kosicki (Pan dan Kosicki) (Eriyanto, 2002:290) menyatakan bahwa analisis

framing merupakan sebuah proses membuat pesan yang lebih menonjol, menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut. Framing adalah metode untuk melihat perbedaan media dalam mengungkapkan suatu peristiwa (realitas).

Pan dan Kosicki mengatakan (Eriyanto, 2002:291) bahwa analisis framing

digunakan untuk mengetahui berita yang dikontruksi media dengan cara mengaitkan dua konsep. Konsep pertama adalah konsep psikologi yang lebih menekankan pada bagaimana wartawan memproses informasi pada dirinya. Konsep kedua adalah konsep sosiologis, konsep ini menjelaskan bagaimana wartawan melakukan pembingkaian dengan melihat dari segi latar belakang lingkungan sosial yang dikonstruksi seseorang.


(29)

16

2.2.2 Berita Sebagai Komunikasi Politik

Berita harus berupa fakta dari segala peristiwa yang aktual dan menarik perhatian orang banyak. Berita adalah sebuah peristiwa yang baru saja terjadi dan masih hangat-hangatnya, berita yang aktual dan faktual. Berdasarkan sifatnya berita memiliki dua jenis, yakni straight news dan feature news. Straight news

adalah berita yang disampaikan langsung pada pokok persoalan atau yang biasa disebut berita secara langsung yang bersifat informative tanpa melupakan unsur 5W+1H. 5W+IH adalah what, when, where,who, why, and how, itu merupakan unsur wajib yang harus ada dalam sebuah berita. Feature news adalah berita yang tidak langsung. Feature news biasanya dibumbui dengan kata yang mendayu-dayu, membuat peristiwa yang biasa saja bisa lebih menarik untuk dibaca (Tamburaka, 2013:138).

Berdasarkan medianya, berita dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu berita media cetak dan online, berita media radio, serta berita televisi. Berita televisi berbeda dengan berita media cetak maupun berita di radio, sebab berita televisi menyajikan gambar dan suara sehingga khalayak akan lebih tertarik dalam menikmati berita tersebut. Berita televisi adalah berita yang memadukan kekuatan suara dan gambar. Ted White (dalam Halim, 2013:76) menyatakan bahwa gambar adalah bagian yang paling penting dalam narasi. Selain itu, laporan yang disampaikan menggunakan media televisi disajikan secara menarik dan langsung oleh presenter (news anchor).

Komunikasi politik adalah studi interdispliner yang dibangun atas berbagai macam disiplin ilmu, terutama dalam ilmu komunikasi dan ilmu politik.


(30)

17

Komunikasi politik berkembang mulai tahun 1922 dikembangkan pertama kali oleh Ferdinand Tonnies dan Walter Lippmann yang mengkaji tentang opini publik pada masyarakat, kemudian ditambah oleh Bagehot, Maine, Byrce dan Graha Walla di Inggris yang menelaah peranan pers dan pembentukan opini publik (Cangara, 2014:27).

Terminologi komunikasi berasal dari bahasa Latin, yakni communico, memiliki arti membagi dan communis yang berarti membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih (Cangara, 2014:13). Sementara menurut Harold D. Lasswell komunikasi adalah siapa yang mengatakan apa, melalui apa, kepada siapa dan apa akibatnya (Cangara, 1999:14). Politik adalah siapa yang memperoleh apa, kapan, dan bagaimana. Politik adalah pembagian nilai-nilai yang otoritatif. Politik adalah kekuasaan dan pemegang kekuasaan, pengaruh, dan tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan atau memperluaskan tindakan lainnya (Dan Nimmo, 1999:8). Menurut Miriam Budiardjo (2008:19). Politik adalah usaha untuk menentukan peraturan-peraturan yang dapat diterima baik oleh warga negara untuk menentukan arah kehidupan sosial. Peter Merkl mengatakan bahwa politik adalah perebutan kekuasaan, harta, dan takhta (Mariam Budiardjo, 2008:16). Sementara itu, Dan Nimmo (1999) mengatakan komunikasi politik adalah kegiatan berpolitik yang melibatkan pembicaraan. Pembicaraan yang dimaksud adalah pembicaraan yang inklusif, adanya pertukaran simbol (Dan Nimmo, 1999:8). Cangara mengatakan komunikasi politik adalah proses komunikasi yang berkaitan dengan aktivitas politik. Di dalam komunikasi politik terdapat isi pesan yang bermuatan politik (Cangara, 2014:30).


(31)

18

MetroTV sebagai news media merupakan salah satu agen media yang bertugas menjalankan pendidikan politik kepada masyarakat. Media berfungsi menyebarkan norma politik kepada masyarakat agar masyarakat dapat menentukan pilihan setiap pemilihan umum dan dapat mengkritisi apa yang dilakukan pemeritah jika dianggap menyimpang. Selain pendidikan politik, media juga bertugas sebagai penyalur pesan politik antara komunikator politik kepada khalayak untuk kepentingan tertentu.

Metro Hari Ini (MHI) adalah program berita yang ada di media MetroTV.

MHI adalah program berita buletin yang disiarkan setiap harinya pada pukul 17.00 WIB dengan durasi 60 Menit. Isi dalam program berita tersebut adalah peristiwa yang terjadi di nasional maupun internasional. Berita dalam program tersebut lebih banyak menonjolkan berita politik dibandingkan berita yang berbau sosial, kriminal, atau entertainment. MHI adalah salah satu program berita yang mememiliki rating yang paling tinggi daripada berita yang lainnya di MetroTV. (Sumber : Company profile MetroTV)

2.2.3 Teori Ekonomi Politik Media

Kajian ekonomi politik berawal dari teori tentang masyarakat industri dan kapitalisme yang berawal dari pemikiran Adam Smith (1723--1790). Pemikiran Adam Smith dikritisi Karl Marx, Karl Marx mengkaji ekonomi secara mendalam dan teliti sehingga berpandangan kritis terhadap pemikiran Smith. Namun, pemikiran kritis tersebut ditanggapi berbeda oleh sosiolog dan ekonom Inggris. Mereka setuju mengenai pemikiran Smith, yakni kapitalisme dan determinisme ekonomi (Harahap, 2013:41).


(32)

19

“Mereka cenderung menerima pemikiran gagasan Smith yang menyatakan adanya kekuatan tak terlihat, teori tangan tersembunyi yang menentukan pasar barang dan tenaga kerja” (Harahap, 2013:41).

Pasar merupakan realitas independen yang berdiri di atas individu dan mengendalikan prilaku individu. Hal ini memiliki arti bahwa pasar media dikendalikan oleh profesional media dalam menyampaikan isi media (Harahap, 2013:41). Ekonomi politik menurut Vincent Mosco (1996) adalah studi yang mengkaji tentang hubungan sosial, khususnya kekuasaan, yang terkait masalah produksi, distribusi, konsumen, dan regulasi komunikasi (Mosco, 1996:5). Mosco menjelaskan bahwa adanya aspek kekuasaan dibalik kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.

Mosco merumuskan terdapat tiga hal yang mempengaruhi ekonomi politik pada kajian komunikasi, yaitu:

1. Komodifikasi

Komodifikasi adalah cara pandang kapitalisme, yaitu proses transformasi barang dan jasa dari nilai guna menjadi komoditas nilai tukar (Mosco, 1996:140). Transformasi barang dan jasa yang dimaksud, misalnya seperti pemberitaan mengenai kisruh KPK dengan Polri di MetroTV, konflik yang sebenarnya harus diselesaikan, tetapi justru dijadikan tontonan karena media memiliki kepentingan menghasilkan profit.

2. Spasialisasi (spatialization).

Spasialisasi adalah proses mengatasi kendala tempat dan waktu di kehidupan sosial. Selain itu, spasialisasi merupakan perpanjangan institusi kegiatan berorganisasi. Perpanjangan institusi ini adalah sebagai


(33)

20

kekuasaan korporasi dan besarnya badan usaha. Artinya, perpanjangan berorganisasi adalah proses untuk mengatasi hambatan ruang dan waktu yang dilakukan perusahaan media dalam bentuk perluasan badan usaha. Terdapat dua jenis badan usaha, yaitu badan usaha horizontal dan vertikal. Bentuk horizontal adalah badan usaha media yang berbentuk konglomerasi dan monopoli, sedangkan bentuk vertikal adalah proses integrasi antara induk perusahaan dan anak perusahaan (Mosco, 1996:173--176). Perusahaan media memiliki pengaruh yang memengaruhi produksi media atau isi pesan yang disampaikan media kepada khalayak. Pengaruh tersebut, antara lain pemilik media terhadap produksi media dan teks media.

3. Strukturasi (structuration)

Strukturasi menekankan pada aksi dan agensi yang berkaitan dengan proses sosial dan kehidupan sosial. Strukturisasi adalah independensi antara agensi dengan kehidupan sosial dan reproduksi (Mosco, 1996:210--211). Pengaruh media tidak hanya pada pemilik saja, tetapi juga dari luar organisasi, yaitu sosial masyarakat. Pengaruh sosial masyarakat dapat memengaruh produksi media dan teks media yang dihasilkan MetroTV.

Murdock dan Golding yang mengadaptasi pemikiran Marx mengenai ekonomi politik dalam analisa media massa berpendapat bahwa pernyataan Marx dalam The German Ideology membutuhkan tiga proporsi empiris hingga dapat divalidasi secara memuaskan:

“Bahwa produksi dan distribusi gagasan dipusatkan di tangan para sarana-sarana produksi kapitalis; bahwa karena itu


(34)

gagasan-21

gagasan mereka semakin mengemuka dan mendominasi pemikiran kelompok-kelompok subordinat; dan dalam arena itu dominasi ideologis ini berfungsi mempertahankan sistem ketidaksetaraan kelas yang umum terjadi saat member hak istimewa kelas penguasa dan mengeksploitasi kelas-kelas subordinat” ( Halim, 2013:40).

Murdock dan Golding merumuskan tiga konsep kunci sebagai konteks pasar, yakni logika determinisme ekonomi, kepemilikan, dan pengendalian, serta konsukensi produksi. Maksudnya, kepatuhan media massa, pemiliki modal dan kekuasaan politik adalah wujud kompromi kepada pasar dengan produk-produk “budaya komersial”. Dalam artian Murdock dan Golding menjelaskan bahwa adanya hegemoni yang dikembangkan oleh media massa dalam perspektif ekonomi politik media. Namun, dalam ekonomi politik media tidak memperlihatkan media berkompromi dengan kelas penguasa (Halim, 2013:40--41). Dalam penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media massa akan terikat dengan kepentingan sosial, ekonomi, dan kepentingan politik. Tiga hal tersebut yang akan memengaruhi produksi dan distribusi media massa.

2.2.4 Hierarchy Of Influence

Model ini diciptakan oleh dua ahli komunikasi, yaitu Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese (1996) membuat model hierarchy of influence, model yang menjelaskan bahwa dalam produksi informasi sebuah media dipengaruhi oleh lapisan-lapisan yang melingkupi institusi media. Lapisan-lapisan yang melingkupi institusi media, yaitu:


(35)

22

1. Level Individual

Wartawan sebagai individu. Individu seorang wartawan sangat berpengaruh dalam pembuatan berita, Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. (1996) menjelaskan beberapa faktor yang memengaruhi wartawan dalam membuat berita, yaitu karakteristik wartawan, latar belakang, pengalaman, tingkah laku, keyakinan, etnisitas, dan kekuatannya dalam media tersebut (karir). Hal tersebut sangat memengaruhi wartawan dalam membentuk sudut pandang berita dan mengkontruksi fakta yang ada di lapangan, walaupun tugas wartawan membuat berita sesuai fakta, namun wartawan juga memiliki tugas bagaimana pesan tersebut disampaikan kepada publik.

Hasil observasi awal mengenai pola kerja masing-masing individu, koordinator liputan tidak sepenuhnya menentukan sudut pandang suatu berita dan wartawan tidak sepenuhnya bekerja dengan arahan produser maupun koordinator liputan. Namun, wartawan juga menggunakan pikiran kreatif dalam mencari suatu berita. Saat pembuatan berita tersebut wartawan menggabungkan pandangannya. Pandangan tersebut adalah hasil konstruksi bukan realitas yang sesungguhnya. Maka dari itu, hasil dari liputan wartawan dipengaruhi oleh latar belakang wartawan, cara pandang wartawan, dan pengalaman wartawan. Faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi secara langsung isi teks media.


(36)

23

2. Level Rutinitas Media

Rutinitas media adalah siklus yang berulang-ulang yang terjadi dalam redaksi pemberitaan. Siklus tersebut adalah rutinitas media dalam mengemas berita, seperti dikejar deadline, keterbatasan tempat, penulisan berita, mencari gambar yang menarik, riset data untuk ditambahkan dalam package, dan mengejar narasumber. Pada level ini ada tiga hal yang memengaruhi dalam rutinitas media, yaitu (1)

suppliers, (2) organisasi media (processor), dan (3) audience

(consumers).

1. Suppliers adalah sumber-sumber yang diperlukan untuk dijadikan bahan berita. Sebagai contoh media bergantung pada data-data di lapangan, pidato pejabat, wawancara, laporan perusahaan, atau dengar pendapat pemerintah yang dijadikan sumber-sumber yang memiliki pengaruh besar pada konten media.

2. Organisasi media (processor) adalah organisasi media atau processor adalah redaksi sebuah media yang bertugas untuk mengemas pemberitaan dan selanjutnya dikirim kepada khalayak.

3. Audience (consumers). Audience atau consumer adalah konsumen sebuah berita di media. Yang disebut audience adalah pendengar, pembaca dan penonton yang menikmati berita yang diproduksi media massa.


(37)

24

Rutinitas di redaksi MetroTV dalam pembuatan berita adalah sebagai berikut. Pertama, akan dilakukan dengan memilih topik berita yang sedang hangat terjadi di masyarakat dan berita yang menarik. Wartawan akan mengejar narasumber dengan batas waktu yang ditugaskan koordinator liputan dan produser. Produser dan anggota redaksi selalu melakukan rapat proyeksi sebelum tayang untuk melakukan pemilihan berita yang akan ditayangkan. Berita yang telah dibuat wartawan akan diseleksi oleh produser. Produser akan memilih berita yang menarik, berita yang ratingnya tinggi, dan berita yang sesuai dengan perintah direksi. Dalam rapat proyeksi, segenap redaksi akan berdebat untuk memilih berita yang akan diletakkan per segmen. Jika ada materi yang lengkap dan gambar yang baik, berita tersebut akan dibuat menjadi paket berita. Namun, ketika materi kurang lengkap dan gambar juga kurang lengkap, hanya dibuat

voice over.

3. Level Organisasional Media

Level organisasi ini berkaitan dengan struktur manajemen organisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah media. Media memiliki tujuan, yaitu keuntungan materiil. Tujuan-tujuan dari media akan memengaruhi pada produksi media tersebut. Level ini lebih berpengaruh karena kebijakan terbesar dipegang oleh pemilik media atau Direktur Utama sebuah media. Jadi, penentu kebijakan


(38)

25

pada sebuah media dalam menentukan sebuah pemberitaan tetap dipegang oleh pemilik media. Ketika tekanan dari atasan, pekerja secara individu harus tunduk pada organisasi yang lebih besar (Shoemaker, 1996:140).

MetroTV adalah media massa yang memiliki tujuan secara ekonomi, politik, maupun ideologi. MetroTV adalah media massa yang memiliki tujuan profit sehingga memiliki tujuan untuk meraup keuntungan. Setiap pemberitaan yang ditayangkan tetap mendapat pengaruh dari pemilik media massa maupun CEO.

4. Pengaruh dari Luar Organisasi Media

Media dipengaruhi oleh faktor dari luar organisasi, seperti pengaruh sosial masyarakat, pangsa pasar, pengiklan, politik dan lain-lain. Hal tersebut adalah bagian luar dari organisasi media yang memiliki pengaruh besar dalam proses pembuatan teks berita. Dalam penelitian awal, penulis menemukan bahwa keputusan redaksi juga tergantung dari kepentingan ekonomi (pengiklan), politik, sosial, dan lain-lain. Pengaruh yang paling besar adalah kepentingan politik pemilik.

5. Level Ideologi

Ideologi sebagai mekanisme integrasi sosial yang berkaitan dengan fungsi kontrol sosial media, yaitu untuk mempertahankan batas-batas dalam suatu budaya untuk mempersatukan masyarakat (Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. 1996:216). Menurut Samuel Becker (dalam Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. 1996:213) ideologi


(39)

26

berfungsi untuk mengatur cara kita memandang dunia kita dan diri kita sendiri mengendalikan apa yang kita lihat sebagai suatu yang alami.

Level ideologi menjelaskan bahwa ide memiliki hubungan dengan kepentingan dan kekuasaan, serta kekuasaan yang menciptakan simbol adalah kekuasaan yang tidak netral. Tidak hanya berita tentang kelas yang berkuasa, tetapi juga struktur berita agar kejadian-kejadian diinterpretasi dari perspektif kepentingan yang berkuasa (Shoemaker, 1996:224). Ideologi ini adalah sesuatu yang bersifat abstrak.

Pemberitaan di MetroTV tidak boleh melenceng dengan ideologi, yaitu sesuai dengan slogan MetroTV, yaitu “Knowledge to elevate”. MetroTV lahir sebagai media berita pertama yang tayang 24 jam dengan ruang lingkup berita nasional dan internasional dengan proporsi 70% berita dan 30% berita non news. MetroTV memiliki visi sebagai televisi nomor satu dalam program beritanya sehingga MetroTV

selalu ingin cepat dan tanggap ketika terjadi peristiwa. Setiap pengemasan berita yang dibuat oleh produser harus sesuai dengan citra

MetroTV. Hasil penelitian awal, ideologi sering terabaikan oleh kepentingan-kepentingan yang memengaruhi. Contoh, pada Pemilihan Presiden 2014, dimana MetroTV menjadi salah satu televisi pendukung salah satu calon. Padahal motto MetroTVKnowledge to elevate dan misi

MetroTV salah satunya untuk membangkitkan dan mempromosikan kemajuan bangsa dan negara melalui suasana yang demokratis, dan menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Namun, sayanganya karena


(40)

27

adanya keberpihakan MetroTV telah melanggar Pedomanan Prilaku Penyiaran dan Standaran Program Siaran 2012 Pasal 18 Ayat 2 bahwa media tidak boleh menjadi partisipan politik.


(41)

28

2.2.5 Kerangka Pemikiran

Tabel 2. 1 Kerangka Pemikiran

Keterangan

= Adanya hubungan secara tidak langsung =Mempengaruhi secara langsung

TEM UAN Analisis

Produksi

Analisis Teks

FRAM ING

Analisi Social-Kult ural

Cont ent / Isi M edia/ Teks Polit ik

Inst it usi M edia M odal

Pasar


(42)

29

Sesuai dengan kerangka pemikiran di atas bahwa media massa sebagai media pemberitaan memiliki faktor-faktor luar yang memengaruhi produksi media massa, seperti modal, pasar, ideologi, politik, dan lain-lain. Pada teori ekonomi, politik media menjelaskan bahwa hubungan sosial, khususnya kekuasaan yang terkait masalah produksi, distribusi, konsumen, serta regulasi komunikasi akan memengaruhi proses produksi media. Namun, dalam penelitian ini penulis fokus meneliti kepentingan politik yang memengaruhi teks pada media tersebut.


(1)

Rutinitas di redaksi MetroTV dalam pembuatan berita adalah sebagai berikut. Pertama, akan dilakukan dengan memilih topik berita yang sedang hangat terjadi di masyarakat dan berita yang menarik. Wartawan akan mengejar narasumber dengan batas waktu yang ditugaskan koordinator liputan dan produser. Produser dan anggota redaksi selalu melakukan rapat proyeksi sebelum tayang untuk melakukan pemilihan berita yang akan ditayangkan. Berita yang telah dibuat wartawan akan diseleksi oleh produser. Produser akan memilih berita yang menarik, berita yang ratingnya tinggi, dan berita yang sesuai dengan perintah direksi. Dalam rapat proyeksi, segenap redaksi akan berdebat untuk memilih berita yang akan diletakkan per segmen. Jika ada materi yang lengkap dan gambar yang baik, berita tersebut akan dibuat menjadi paket berita. Namun, ketika materi kurang lengkap dan gambar juga kurang lengkap, hanya dibuat voice over.

3. Level Organisasional Media

Level organisasi ini berkaitan dengan struktur manajemen organisasi pada sebuah media, kebijakan sebuah media dan tujuan sebuah media. Media memiliki tujuan, yaitu keuntungan materiil. Tujuan-tujuan dari media akan memengaruhi pada produksi media tersebut. Level ini lebih berpengaruh karena kebijakan terbesar dipegang oleh pemilik media atau Direktur Utama sebuah media. Jadi, penentu kebijakan


(2)

pada sebuah media dalam menentukan sebuah pemberitaan tetap dipegang oleh pemilik media. Ketika tekanan dari atasan, pekerja secara individu harus tunduk pada organisasi yang lebih besar (Shoemaker, 1996:140).

MetroTV adalah media massa yang memiliki tujuan secara ekonomi, politik, maupun ideologi. MetroTV adalah media massa yang memiliki tujuan profit sehingga memiliki tujuan untuk meraup keuntungan. Setiap pemberitaan yang ditayangkan tetap mendapat pengaruh dari pemilik media massa maupun CEO.

4. Pengaruh dari Luar Organisasi Media

Media dipengaruhi oleh faktor dari luar organisasi, seperti pengaruh sosial masyarakat, pangsa pasar, pengiklan, politik dan lain-lain. Hal tersebut adalah bagian luar dari organisasi media yang memiliki pengaruh besar dalam proses pembuatan teks berita. Dalam penelitian awal, penulis menemukan bahwa keputusan redaksi juga tergantung dari kepentingan ekonomi (pengiklan), politik, sosial, dan lain-lain. Pengaruh yang paling besar adalah kepentingan politik pemilik.

5. Level Ideologi

Ideologi sebagai mekanisme integrasi sosial yang berkaitan dengan fungsi kontrol sosial media, yaitu untuk mempertahankan batas-batas dalam suatu budaya untuk mempersatukan masyarakat (Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. 1996:216). Menurut Samuel Becker (dalam Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese. 1996:213) ideologi


(3)

berfungsi untuk mengatur cara kita memandang dunia kita dan diri kita sendiri mengendalikan apa yang kita lihat sebagai suatu yang alami.

Level ideologi menjelaskan bahwa ide memiliki hubungan dengan kepentingan dan kekuasaan, serta kekuasaan yang menciptakan simbol adalah kekuasaan yang tidak netral. Tidak hanya berita tentang kelas yang berkuasa, tetapi juga struktur berita agar kejadian-kejadian diinterpretasi dari perspektif kepentingan yang berkuasa (Shoemaker, 1996:224). Ideologi ini adalah sesuatu yang bersifat abstrak.

Pemberitaan di MetroTV tidak boleh melenceng dengan ideologi, yaitu sesuai dengan slogan MetroTV, yaitu “Knowledge to elevate”. MetroTV lahir sebagai media berita pertama yang tayang 24 jam dengan ruang lingkup berita nasional dan internasional dengan proporsi 70% berita dan 30% berita non news. MetroTV memiliki visi sebagai televisi nomor satu dalam program beritanya sehingga MetroTV selalu ingin cepat dan tanggap ketika terjadi peristiwa. Setiap pengemasan berita yang dibuat oleh produser harus sesuai dengan citra MetroTV. Hasil penelitian awal, ideologi sering terabaikan oleh kepentingan-kepentingan yang memengaruhi. Contoh, pada Pemilihan Presiden 2014, dimana MetroTV menjadi salah satu televisi pendukung salah satu calon. Padahal motto MetroTV Knowledge to elevate dan misi MetroTV salah satunya untuk membangkitkan dan mempromosikan kemajuan bangsa dan negara melalui suasana yang demokratis, dan menjunjung tinggi nilai moral dan etika. Namun, sayanganya karena


(4)

adanya keberpihakan MetroTV telah melanggar Pedomanan Prilaku Penyiaran dan Standaran Program Siaran 2012 Pasal 18 Ayat 2 bahwa media tidak boleh menjadi partisipan politik.


(5)

2.2.5 Kerangka Pemikiran

Tabel 2. 1 Kerangka Pemikiran

Keterangan

= Adanya hubungan secara tidak langsung =Mempengaruhi secara langsung

TEM UAN Analisis

Produksi

Analisis Teks FRAM ING

Analisi Social-Kult ural Cont ent / Isi

M edia/ Teks Polit ik

Inst it usi M edia M odal

Pasar


(6)

Sesuai dengan kerangka pemikiran di atas bahwa media massa sebagai media pemberitaan memiliki faktor-faktor luar yang memengaruhi produksi media massa, seperti modal, pasar, ideologi, politik, dan lain-lain. Pada teori ekonomi, politik media menjelaskan bahwa hubungan sosial, khususnya kekuasaan yang terkait masalah produksi, distribusi, konsumen, serta regulasi komunikasi akan memengaruhi proses produksi media. Namun, dalam penelitian ini penulis fokus meneliti kepentingan politik yang memengaruhi teks pada media tersebut.


Dokumen yang terkait

Pembingkaian Berita 100 Hari Hari Kerja Jokowi Dan Jusuf Kalla (Analisis Framing Robert N Entman Di Harian Surat Kabar Pikiran Rakyat Dan Inilah Koran Edisi Januari-Februari)

2 15 79

BERITA PEROMBAKAN ATAU RESHUFFLE MENTERI KABINET KERJA JOKOWI-JK Berita Perombakan Atau Reshuffle Menteri Kabinet Kerja JOKOWI-JK (Analisis Framing Berita Reshuffle Kabinet Kerja Jokowi-JK di Media Online Tempo.co edisi 06 Mei – 13 Agustus 2015).

0 3 20

BERITA PEROMBAKAN ATAU RESHUFFLE MENTERI KABINET KERJA JOKOWI-JK Berita Perombakan Atau Reshuffle Menteri Kabinet Kerja JOKOWI-JK (Analisis Framing Berita Reshuffle Kabinet Kerja Jokowi-JK di Media Online Tempo.co edisi 06 Mei – 13 Agustus 2015).

0 5 17

MANAJEMEN REDAKSIONAL PROGRAM BERITA ”JATENG HARI INI” Manajemen Redaksional Program Berita ”Jateng Hari Ini” (Studi Deskriptif Kualitatif Program Jhi Oleh Protv).

0 2 13

Pembingkaian Berita Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono (Studi Analisis Framing Berita Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas).

2 5 117

Pembingkaian Berita Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono (Studi Analisis Framing Berita Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas).

0 1 113

Pembingkaian Berita Seratus Hari Kerja Pemerintahan Jokowi-JK (Analisis Framing Program Berita di Metro Hari Ini).

0 2 42

Analisis Program Metro Hari Ini Kabar Pe

0 0 5

Pembingkaian Berita Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono (Studi Analisis Framing Berita Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas).

0 0 22

Pembingkaian Berita Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono (Studi Analisis Framing Berita Seratus Hari Kinerja Presiden SBY-Boediono di Surat Kabar Jawa Pos dan Kompas)

0 0 25