Analisis Framing Berita Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Analisis Framing Robert N. Entman di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung 19 November 2012 - 25 November 2012)
dan Harian Pagi Radar Bandung 19 November 2012-25 November 2012) SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana pada Program Studi Ilmu KomunikasiKonsentrasi Jurnalistik
Oleh : Cecep K. Nurizal
NIM 41808046
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI KONSENTRASI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG
(2)
(3)
“Bahwa hasil penelitian ini dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kepentingan riset dan pendidikan”.
Bandung, Maret 2013
Catatan :
Untuk data Perusahaan/ Organisasi di Bab III/ di Bab yang mencantumkan data Perusahaan/ Organisasi (pengecualian khusus data perusahaan/ Organisasi, boleh untuk di-online-kan).
Bab IV dan Bab V tidak perlu dionlinekan dengan alasan menjaga identitas pengkoding penelitian dan menjaga dari plagiat pada hasil penelitian yang dilakukan.
Surat keterangan ini wajib ada (scan bentuk image/gambar/PDF), baik penelitian di perusahaan ataupun bukan di perusahaan dengan mengedit kalimat yang diperlukan, di teks yang berwenang menandatangani oleh perusahaan atau teks catatan.
(4)
xi
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
LEMBAR PERSEMBAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 8
1.2.1 Rumusan Masalah Makro ... 8
1.2.2 Rumusan Masalah Mikro... 8
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 9
1.3.1 Maksud Penelitian ... 9
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10
(5)
xii
2.1 Tinjauan Pustaka ... 12
2.1.1 Tentang Penelitian Terdahulu ... 12
2.1.2 Tentang Komunikasi... 14
2.1.2.1 Jenis-Jenis Komunikasi ... 16
2.1.3 Tentang Komunikasi Massa ... 16
2.1.3.1 Karakteristik Komunikasi Massa ... 18
2.1.3.2 Fungsi Komunikasi Massa ... 20
2.1.3.3 Media Cetak ... 20
2.1.3.4 Media Elektronik ... 21
2.1.4 Tentang Surat Kabar ... 21
2.1.4.1 Fungsi Surat Kabar ... 24
2.1.4.2 Karakteristik Surat Kabar ... 25
2.1.5 Tentang Berita ... 25
2.1.5.1 Jenis-Jenis Berita ... 26
2.1.5.2 Kriteria Berita ... 27
2.1.6 Tentang Analisis Framing ... 27
2.1.7 Tentang Konsep Robert N. Entman ... 31
2.2 Kerangka Pemikiran ... 34
2.2.1 Kerangka Teoritis ... 34
(6)
xiii
3.1 Objek Penelitian ... 39
3.1.1 Sejarah Harian Umum Pikiran Rakyat ... 39
3.1.2 Visi Misi Harian Umum Pikiran Rakyat ... 41
3.1.2.1 Visi Harian Umum Pikiran Rakyat ... 41
3.1.2.2 Misi Harian Umum Pikiran Rakyat ... 43
3.1.3 Logo Harian Umum Pikiran Rakyat ... 44
3.1.4 Sejarah Harian Pagi Radar Bandung... 44
3.1.5 Visi Misi Harian Pagi Radar Bandung... 45
3.1.6 Logo Harian Pagi Radar Bandung ... 46
3.2 Metode Penelitian ... 46
3.2.1 Desain Penelitian ... 46
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.2.2.1 Dokumentasi ... 48
3.2.2.2 Wawancara ... 48
3.2.2.3 Studi Pustaka ... 48
3.2.2.4 Internet Searching ... 48
3.2.2.5 Uji Keabsahan Data ... 49
3.2.3 Teknik Penentuan Informan ... 50
3.2.4 Teknik Analisis Data... 51
(7)
xiv
3.3.2 Waktu Penelitian ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56
4.1 Hasil Penelitian ... 60
4.1.1 Analisis Berita Pertama... 60
4.1.2 Analisis Berita Kedua ... 69
4.1.3 Analisis Berita Ketiga ... 78
4.1.4 Analisis Berita Keempat ... 85
4.1.5 Analisis Berita Kelima ... 92
4.1.6 Analisis Berita Keenam ... 100
4.2 Pembahasan ... 109
4.2.1 Bagaimana define problems (pendefinisian masalah) berita Pilgub Jabar di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung ... 111
4.2.2 Bagaimana diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah) berita Pilgub Jabar di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung ... 113 4.2.3 Bagaimana make moral judgement (membuat
(8)
xv
penyelesaian) berita Pilgub Jabar di Harian Umum
Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung ... 119
BAB V PENUTUP ... 122
5.1 Simpulan ... 122
5.2 Saran ... 123
5.2.1 Saran Bagi Perusahaan ... 123
5.2.2 Saran Bagi Universitas ... 124
5.2.3 Saran Bagi Masyarakat ... 124
DAFTAR PUSTAKA ... 126
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 128 DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(9)
vi Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala rahmat dan ridho-Nya, penulis diberikan kekuatan, nikmat dan karunia yang tak ada hentinya selama menyusun penelitian skripsi ini. Dengan begitu, penulis dapat menyelesaikannya sebagai pertanggungjawaban sebagai akademik yang wajib terus menerus untuk mencari, menggali, mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan bagi masyarakat.
Skripsi ini berjudul Analisis Framing Berita Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013 (Analisis Framing Robert N. Entman Di Harian Umum Pikiran Rakyat Dan Harian Pagi Radar Bandung 19 November 2012 – 25 November 2012). Selesainya usulan penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan serta arahan dari para pembimbing juga bantuan dari berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi penting dalam penyusunannya. Terutama untuk orangtua penulis Ayahanda tercinta H. Olih Solihin dan Ibunda tercinta almarhumah Hj. Sopiah yang telah memberikan doa dan dukungannya selama ini. Kerja keras yang telah kalian lakukan untuk penulis selama ini, tidak sebanding dengan apa yang telah penulis lakukan. Khusus untuk Mamah, Mah, terimakasih atas doa yang engkau berikan selama ini, pengorbanan yang engkau berikan selama ini, penulis mohon
(10)
vii
sisi Allah SWT, cinta dan kasih sayang penulis hanya untuk Mamah, Mamah adalah satu-satunya wanita paling spesial dalam hati penulis. Selain itu, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kepada penulis terhadap penyusunan usulan penelitian ini, penulis ucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs. M.A selaku Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Bandung, telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini, dan juga telah mengeluarkan surat kepada perusahaan supaya dapat melaksanakan penelitian. Penulis ucapkan terima kasih.
2. Bapak Drs. Manap Solihat, M. Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan Public Relations Unikom Bandung, yang selalu memberikan semangat dan mengajari kami baik di kelas atau pun di luar. 3. Ibu Rismawaty., S.Sos., M. Si., sebagai Dosen Pembimbing penulis dalam
penyusunan skripsi, yang penuh kesabaran di tengah kesibukannya untuk membimbing dan berdiskusi mengenai skripsi ini. Suatu kebanggaan menjadi bagian dari mahasiswa bimbingannya.
4. Bapak Sangra Juliano P,. S.Ikom selaku Dosen Wali, penulis ucapkan terimakasih karena telah membimbing penulis untuk bisa menyelesaikan perkuliahan dengan baik dan lancar.
(11)
viii
untuk ikut serta mengembangkan ilmu komunikasi.
6. Sekertariat Program Studi Ilmu Komunikasi yang telah mengurus data-data, informasi dan memberikan kemudahan dalam menjalankan perkuliahan, penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang telah dilakukan.
7. Bapak H. Budhiana Kartawijaya selaku Pimpinan Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat, penulis ucapkan terima kasih karena telah menginzinkan penulis untuk melakukan penelitian ditempatnya.
8. Bapak Syarif selaku kepala HRD Harian Pagi Radar Bandung dan juga Bapak Hadi Wibowo selaku Pimpinan Redaksi Harian Pagi Radar Bandung, penulis ucapkan terima kasih karena telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini ditempatnya.
9. Ibu Pipih Nurhayati, Ibu Ari Maulia dan Bapak Rahmat Ginanjar selaku Sekertaris Redaksi Harian Umum Pikiran Rakyat, penulis ucapkan terima kasih karena telah membantu penulis dalam melakukan penelitian ini, terutama mengenai pemilihan waktu dan narasumber untuk diwawancarai dan juga dalam mengurus surat balasan.
10.Bapak Rahim Asyik Fajar selaku Redaktur di Harian Umum Pikiran Rakyat, penulis ucapkan terimakasih karena telah menyempatkan waktu untuk diwawancarai oleh penulis.
(12)
ix
waktu dan narasumber untuk diwawancarai dan juga dalam mengurus surat balasan.
12.Bapak Cecep Ali Yusuf selaku Redaktur dan juga pembuat berita politik di Harian Pagi Radar Bandung, penulis ucapkan terimakasih karena telah menyempatkan waktu untuk penulis wawancarai.
13.Bagi staf dan jajaran redaksional Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis ucapkan terimakasih karena telah diberi kesempatan untuk melakukan penelitian ini.
14.Untuk Kakak penulis Euis Komariah serta seluruh keluarga yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala doa, dukungan dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.
15.Teman-teman di IK dan IK Jurnal 08, Afandi, Reza Anindita, Rio Okke, Imam Fiqriyansyah, Rezza Meidika, Citra Mustikawati, Waritsa Asri, Sandi, Nurazizah dan teman lainnya, terima kasih telah banyak memberikan pelajaran berharga bagi penulis.
16.Teman-teman sesama pejuang skripsi ganjil, Indra Saputra (Bontot), Indra Purnama (Aceng), Muhammad Fahrul R R, Ariyanto, dan juga rekan-rekan lainnya yang tidak bisa penulis ucapkan satu per satu, terimakasih
(13)
x
kebersamaan kita selama ini, dari kecil hingga dewasa kita hidup bersama, mempunyai mimpi yang sama. Sekarang kita telah hidup dalam alam yang berbeda, selamat jalan kawan, semoga tenang disana.
18.Teman-teman penulis Awing, Komeng, Ato, Husen, Gingin dan yang lainnya, terimakasih atas dukungan moril yang kalian berikan kepada penulis.
Hanya ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas, yang dapat penulis sampaikan. Untuk membalas jasa yang telah diberikan, semoga Allah SWT
memberikan balasan setimpal nantinya. Aamiin yaa rabbal’alamin.
Akhir kata, tiada gading yang tak retak, kekurangan dan kekhilafan adalah sifat dasar manusia dan kesempurnaan hanya milik Allah SWT. Penulis menyadari, tentunya usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritikan dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Bandung, Februari 2013
(14)
DAFTAR PUSTAKA
Alfian, M. Alfan. 2009. Menjadi Pemimpin Politik. Bandung : PT Gramedia Pustaka Utama
Ardianto, Elvinaro dkk. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar Edisi Revisi. Bandung: Simbiosis Rekatama Media
Budyatna, Muhammad. 2009. Jurnalistik Teori Dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Eriyanto. 2002. Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta: LKiS
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Sumadiria, AS Haris. 2008. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Lain-Lain
Adiguna, Wandrik Panca. Analisis Framing Pemberitaan Geng Motor (Analisis Framing Robert N. Entman Harian Pagi Radar Bandung dan Harian Umum
(15)
Galamedia September 2010-Januari 2011). Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia. 2011
Wicaksono, Ikhsan Pratama. Analisis Framing (Pembingkaian) Dalam Gerakan Lingkungan Hidup (Studi Kasus Gerakan Anti Batubara oleh LSM Greenpeace Asia Tenggara, Jakarta. Fakultas Ekologi Manusia. Institut Pertanian Bogor, 2010
Yoanita, Desi. Analisis Framing Pemberitaan Tsunami Di Harian Kompas dan Jawa Pos. Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra Surabaya. 2006 Internet Searching
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_umum_di_Indonesia#Pemilihan_umum_k epala_daerah_dan_wakil_kepala_daerah diakses pada tanggal 12-11-12 pukul 21.28 WIB.
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemilihan_Umum_Kepala_Daerah_dan_Wakil_Kepa la_Daerah diakses pada tanggal 13-11-12 pukul 20.14 WIB.
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2060387-pengertian-media-cetak/ diakses pada tanggal 13-11-12 pukul 23.37 WIB
http://juprimalino.blogspot.com/2012/02/paradigma-penelitian-kuantitatif-dan.html diakses pada tanggal 01-12-12 pukul 22.38 WIB
(16)
12 2.1Tinjauan Pustaka
2.1.1 Tentang Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan peneliti merupakan penelitian mengenai analisis framing yang dilakukan oleh media massa khususnya surat kabar. Untuk pengembangan pengetahuan peneliti melakukan tinjauan terhadap peneliti terhahulu mengenai analisis framing.
Hal tersebut penting dilakuakn untuk mengetahui model dan teori yang peneliti terdahulu lakukan sehingga menjadi rujukan bagi peneliti dalam melakukan penelitian.
Setelah peneliti melakukan tinjauan terhadap peneliti terdahulu, peneliti mendapatkan beberapa tulisan mengenai analisis framing, berikut ini penulisan mengenai analisi framing yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Judul Peneliti Metode
Penelitian
Hasil Penelitian 1 Analisis Framing
(Pembingkaian) Dalam Gerakan Lingkungan Hidup
Ikhsan Pratama Wicaksono (skripsi)
Pada
penelitian ini, peneliti Ikhsan
Peneliti Ikhsan Pratama
Wicaksonno menggunakan
(17)
(Studi Kasus Gerakan Anti
Batubara oleh LSM Greenpeace
Asia Tenggara, Jakarta)
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor, 2010 menggunakan metode penelitian kualitatif dengan strategi penelitian menggunakan studi kasus
teori William A. Gamson dalam meneliti tentang gerakan
lingkungan hidup LSM Greenpeace Asia Tenggara 2 Analisis Framing
Pemberitaan Tsunami Di Harian Kompas dan Jawa Pos
Desi Yoanita (Skripsi) Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Petra, 2006
Pada
penelitian ini, peneliti Desi menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Pan dan Kosicki Peneliti Desi Yoanita menggunakan teori dari Zhongdang Pan Dan Gerarld M. Kosicki dalam meneliti pemberitaan tsunami di Harian
Kompas dan Jawa
Pos 3 Analisis Framing
Pemberitaan Geng Motor (Analisis Framing Robert N. Entman Harian Pagi Radar Bandung dan
Harian Umum
Galamedia September 2010-Januari 2011)
Wandrik Panca Adiguna (Skripsi) Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Komputer Indonesia, 2011 Pada
penelitian ini, peneliti Wandrik menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Robert Etnman Peneliti Wandrik Panca Adiguna Menggunakan teori dari Robert N. Entman dalam meneliti
pemberitaan geng motor di Harian Pagi Radar Bandung dan Harian Umum
Galamedia Sumber : Penulis, November 2012
(18)
2.1.2 Tentang Komunikasi
Komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication yang berasal dari bahasa latin yaitu komunis yang berarti sama, istilah komunis sering disebut sebagai asal mula kata komunikasi. Selain komunis ada pula kata yang disebut sebagai asala mula komunikasi yaitu komunitas. Komunitas adalah sekelompok orang yang berkumpul atau hidup bersama untuk mencapai tujuan tertentu dan mereka berbagi makna dan sikap (Mulyana, 2007:46).
Menurut Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mendefinisikan komunikasi dalam arti sempit sebagai penyampaian pesan melalui media elektronik, sementara dalam arti luas komunikasi adalah interaksi antara dua makhluk hidup atau lebih.
Tubbs dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang. Sedangkan Gudykunst dan Kim mendefinisikan komunikasi sebagai proses transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orang-orang (Mulyana, 2007:65). Makna disini maksudnya pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dapat diterima oleh komunikan dengan menggunakan asas perbedaan bukan asas persamaan dalam pengambilan sebuah keputusan.
Sementara itu, Frank Dance dan Carl Larson mengatakan terdapat tiga dimensi yang mendasari definisi tentang komunikasi. Pertama tingkat observasi (level of observation) pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan dilihat keabstrakannya. Kedua kesengajaan (intentionality) pesan
(19)
yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan merupakan pesan yang disengaja. Ketiga penilaian normatif, dimana komunikan diukur keberhasilan dan kecermatannya dalam menerima pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Penyampaian pesan atau informasi tersebut ditentukan oleh perilaku dari pengirim pesan dan juga penerima pesan. Berikut perilaku-perilaku tersebut yang digambarkan kedalam sebuah tabel berikut ini:
Tabel 2.2
Perilaku Pengirim dan Penerima Pesan
Perilaku Penerima Perilaku Sumber
Perilaku Tidak Disengaja Perilaku Disengaja
Simtom Nonverbal Verbal
Tidak Diterima 1A Perilaku
simtomatik tidak dipersepsi
2A
Pesan nonverbal tidak dipersepsi
3A
Pesan verbal tidak dipersepsi
Diterima Secara Insidental
1B
Simtom dipersepsi secara insidental
2B
Pesan nonverbal dipersepsi secara insidental
3B
Pesan verbal dipersepsi secara insidental
Diperhatikan 1C Simtom diperhatikan
2C
Pesan nonverbal diperhatikan
3C
Pesan verbal diperhatikan Sumber: Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya.Bandung. 2007
(20)
2.1.2.1Jenis-Jenis Komunikasi
Dalam ilmu komunikasi terdapat beberapa jenis-jenis komunikasi seperti :
1. Komunikasi Massa, adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.
2. Komunikasi Organisasi, adalah upaya pengiriman dan penerimaan pesanbaim dalam organisasi didalam kelompok formal maupun kelompok informal organisasi.
3. Komunikasi Antar Pribadi, adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih dengan cara tatap muka (face to face).
4. Komunikasi Kelompok, adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok kecil atau kelompok besar.
5. Komunikasi Politik, adalah proses penyebaran arti, makna atau pesan yang bersangkutan dengan fungsi suatu sistem politik. (Mulyana, 2007: 81-83) 2.1.3 Tentang Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto, 2007:3). Media massa merupakan elemen penting dalam pengiriman atau penyampaian pesan komunikasi. Media massa yang digunakan antara lain: media elektronik yang mencakup televisi dan radio, media cetak yang mencakup surat kabar, majalah dan tabloid, serta media film yang menggunakan film bioskop sebagai media penyampaian komunikasi.
Di zaman modern seperti saat ini, keberadaan media massa sangat bermanfaat dalam memberikan informasi kepada khalayak, dimana media massa berperan sebagai komunikator dan pemirsa atau pendengar berperan sebagai komunikan.
Sementara itu, Gernbner menjelaskan definisi komunikasi massa secara terperinci. Menurutnya komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang
(21)
berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan kontinyu serta paling luas dimiliki orang dalam memasyarakatkan industri (Ardianto, 2007:3).
Dari definisi tersebut media massa berperan sebagai produsen dalam menghasilkan sebuah produk yang berupa pesan-pesan komunikasi, yang kemudian dikemas semenarik mungkin lalu didistribusikan atau disebarkan kepada khalayak luas.
Definisi komunikasi massa dijelaskan secara komplek oleh Severin dan Tankard Jr dalam bukunya Communication Theorities: Origins, Methonds, And Uses In The Mass Media yang telah diterjemahkan oleh Effendy. Ia mengemukakan bahwa komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dam sebagian ilmu (Ardianto, 2007:5). Keterampilan disini maksudnya bagaimana media memfokuskan sebuah kamera televisi atau penggunaan tape recorder dalam mewawancarai narasumber. Seni dimaksudkan bagaimana media mampu melawan tantangan dalam setiap penulisan naskah dalam membuat skrip untuk televisi ataupun tata letak dalam surat kabar. Ilmu maksudnya informasi yang diberikan dapat menjadi pengembangan wawasan kepada khalayak yang membaca atau menontonnya.
Sedangkan Rakhmat mendefinisikan komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima secara serentak dan sesaat (Ardianto, 2007:6).
(22)
2.1.3.1Karakteristik Komunikasi Massa
Dari definisi mengenai komunikasi massa diatas, komunikasi massa memiliki karakteristik dalam setiap penyampaian pesannya, karakteristik tersebut antara lain :
1. Komunikator Terlembaga
Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikator, karena komunikasi massa melibatkan lembaga dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks.
2. Pesan Bersifat Umum
Komunikasi massa bersifat terbuka, artinya pesan yang disampaikan ditujukan untuk semua orang bukan ditujukan untuk sekelompok orang tertentu. Pesan komunikasi massa dapat berupa fakta, peristiwa ataupun opini.
3. Komunikan Anonim dan Heterogen
Komunikan pada komunikasi massa bersifat anonim dan heterogen, hal ini dapat dikategorikan berdasarkan, pendidikan, pekerjaan, usia, jenis kelamin, latar belakang budaya, agama, dan tingkat ekonomi.
4. Media Massa Menimbulkan Keserempakan
Menurut Effendy dalam buku komunikasi massa karya Ardianto mengatakan bahwa keserempakan media massa sebagai keserempakan kontak dengan jumlah penduduk dengan jarak yang jauh dengan komunikatornya. Pesan yang disampaikan diterima secara serempak dalam waktu yang bersamaan.
(23)
5. Komunikasi Mengutamakan Isi Ketimbang Hubungan
Mulyana dalam buku komunikasi massa karya Ardianto mengemukakan bahwa salah satu prinsip komunikasi adalah bahwa komunikasi mempunyai dimensi isi dan dimensi hubungan. Sedangkan Rakhmat menyebutnya sebagai proporsi unsur isi dan proporsi unsur hubungan. Sehingga komunikator dalam komunikasi massa tidak perlu mengenal komunikannya dan yang diutamakan adalah bagaimana pesan yang disampaikan disusun secara sistematis, baik, sehingga pesan yang disamapaikan dipahami oleh khalayak.
6. Komunikasi Massa Bersifat Satu Arah
Karena pesan yang disampaikan melalui media massa maka komunikator dan komunikan tidak dapat melakukan kontak langsung, komunikator aktif menyampaikan pesan dan komunikan aktif menerima pesan namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog.
7. Stimulasi Alat Indra Terbatas
Dalam komunikasi massa, stimulasi alat indra tergantung pada jenis media yang digunakan, misalnya surat kabar atau majalah, khalayak hanya menggunakan indra penglihatan. Sedangkan radio, khalayak menggunakan indra pendengaran dan televisi menggunakan alat indra penglihatan dan pendengaran.
8. Umpan Balik Tertunda (Delay) dan Tidak Langsung (Indirect)
Pesan yang disampaikan komunikator melalui media massa bagi komunikan tidak dapat langsung diketahui umpan balik (feedbacknya)
(24)
karena membutuhkan proses yang lama sehingga terjadi keterlambatan (delay) dalam penyampaian feedback. (Ardianto, 2007: 7-12)
2.1.3.2Fungsi Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki fungsi dalam setiap penyampaian pesan melalui media massa, menurut Dominick fungsi komunikasi massa antara lain : sebagai pengawas, penafsiran, pertalian, penyebaran nilai-nilai, dan hiburan (Ardianto, 2007:14). Sementara itu, Effendy mengemukakan fungsi komunikasi massa secara umum, menurutnya komunikasi massa sebagai fungsi informasi, fungsi pendidikan, fungsi dan mempengaruhi (Ardianto, 2007:18).
Dalam setiap memberikan informasi, pendidikan maupun hiburan. Komunikasi massa menggunakan media massa sebagai alat penyampai pesan, media massa tersebut seperti :
2.1.3.3Media Cetak
Hamundu (1999), media cetak merupakan bagian dari media massa yang digunakan dalam penyuluhan. Media cetak mempunyai karakteristik yang penting. Literatur dalam pertanian dapat di temui dalam artikel, buku, jurnal, dan majalah secara berulang-ulang terutama untuk petani yang buta huruf dapat mempelajarinya melalui gambar atau diagram yang diperlihatkan poster.
Media cetak membantu penerimaan informasi untuk mengatur masukan informasi tersebut. Lebih jauh lagi media cetak dapat di seleksi oleh pembacanya secara mudah dibandingkan dengan berita melalui radio dan televisi.
(25)
Media cetak mencakup surat kabar, majalah dan tabloid yang memiliki keragaman dalam setiap terbitnya. Surat kabar misalnya ada beberapa jenis yaitu surat kabar harian, surat kabar mingguan dan surat kabar bulanan. Begitu pun dengan majalah dan tabloid, hal ini dilakukan berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan oleh pimpinan media cetak itu sendiri.
2.1.3.4Media Elektronik
Media elektronik adalah media yang menggunakan teknologi elektronik dan bersifat audio visual, dalam penyampaian informasi terhadap khalayak, media elektronik menggunakan audio visual supaya khalayak atau pemirsa lebih mudah menyerap informasi yang disampaikan. Pemirsa tidak hanya menggunakan alat indra penglihatan dalam mendapatkan informasi seperti yang terjadi pada media cetak, tetapi pendengar juga menggunakan alat indra pendengar.
Dalam media elektronik terdapat beberapa media yang digunakan seperti televisi, film, radio dan yang terbaru adalah media internet.
2.1.4 Tentang Surat Kabar
Surat kabar merupakan media massa tertua dibandingkan dengan media lainnya (Ardianto, 2007:105). Surat kabar di beberapa negara Barat sudah ada sejak abad ke 16 sementara di Indonesia surat kabar mulai berdiri pada saat masa penjajahan Belanda. Berikut sejarah surat kabar di Indonesia :
(26)
Surat kabar pertama kali ada di Jakarta pada tahun 1828, pada saat itu Javasche Courant terbit untuk memberikan informasi atau berita mengenai pemerintahan Belanda, berita lelang maupun berita dari negara-neraga Eropa. Kemudian disusul dengan terbitnya Soerabajasch Advertentiebland yang berganti nama menjadi Soerabajasch Niews en Advertentiebland di Surabaya. Lalu di Semarang terbit Semarangsche Afveritentiebland dan De Semarangsche Courant. Namun tidak hanya di pulau Jawa, beberapa provinsi lain di Indonesia turut menerbitkan surat kabar seperti di Sumatra dan Sulawesi. Pada saat itu surat kabar tidak mempunyai fungsi politik namun lebih kepada periklanan, surat kabar yang ada pada saat ini berjumlah 28 surat kabar. Yang diantaranya 16 surat kabar yang menggunakan bahasa Belanda dan 12 surat kabar menggunakan bahasa melayu.
2. Zaman Jepang
Semenjak kedatangan tentara Jepang ke Indonesia, perlahan-lahan surat kabar yang sudah ada diambil alih oleh pemerintahan Jepang, tujuan dari pengambil alihan surat kabar ini untuk memperketat isi pemberitaan dari surat kabar. Pada saat ini surat kabar hanya bersifat propaganda dan meuji-muji pemerintah dan tentara Jepang yang ada di Indonesia.
3. Zaman kemerdekaan
Pada awal masa kemerdekaan Indonesia, bangsa Indonesia mencoba membuat surat kabar tandingan untuk melawan pemerintahan Jepang, surat kabar pertama yang diterbitkan adalah Berita Indonesia yang diperkasai oleh Eddie Soeraedi, kemudian di susul oleh surat kabar Merdeka yang didirikan
(27)
oleh B.M. Diah dan Harian Rakyat yang menunjuk Samsudin Sutan makmur dan Rinto Alwi sebagai pimpinan redaksi. Sejak saat itu kemudian muncul surat kabar lainnya seperti Soeara Indonesia pimpinan Manai Sophian di Makasar, Pedoman Harian di Bandung yang berubah nama menjadi Soeara Merdeka, Kedaulatan Rakyat di Bukittinggi, Demokrasi di Padang dan Oetoesan Soematra di Padang.
4. Zaman Orde Lama
Pada tanggal 5 Juli 1959 Presiden Soekarno mengumumkan dektrit UUD 1954 tentang larangan kegiatan politik termasuk surat kabar. Persyaratan mendapatkan Surat Izin Terbit (SIT) dan Surat Izin Cetak diperketat, hal ini dimanfaatkan oleh PKI yang menaruh perhatian pada pers untuk melakukan aksi mogok yang dikenal dengan nama slowdown strike (melambatkan kerja). Hal tersebut menimbulkan polemik anatara surat kabar yang pro PKI dan kontra PKI.
5. Zaman Orde Baru
Pers atau surat kabar mulai menampakkan jati dirinya kembali, hal ini ditandai dengan semakin maraknya pertumbuhan surat kabar yang cukup menggembirakan. Namun banyak surat kabar yang terdorong untuk tujuan komersial sehingga penyajian berita tidak lagi menindahkan norma-norma kesusilaan, sopan santun, kerahasiaan negara, dan kurang memperhatikan akibat dari tulisan yang dibuat, hal tersebut dapat merusak terjaganya stabilitas nasional. Oleh sebab itu pemerintahan Soeharto mencabut Surat Izin Terbit dan Surat izin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP).
(28)
6. Zaman Reformasi
Berakhirnya masa Orde Baru mengalirkan kebebasan berekspresi melalui media atau biasa disebut kebebasan pers, pada saat itu media massa terutama surat kabar tumbuh pesat beramai-ramai menarik minat pembaca dengan tampilan layout yang beragam. Pada masa itu pemerintahan Habibie memberikan kemudahan kepada siapapun untuk memperoleh SIUPP dan diperkirakan jumlah surat kabar mencapai 1800 sampai 2000 penerbit. Namun menurut Serikat Penerbitan Surat Kabar (SPS) hanya 30% dari jumlah keseluruhan yang mampu bertahan dan sisanya mengalami gulung tikar, hal ini dikarenakan minat membaca dan daya beli berkurang. Kendati kebebasan pers pada masa reformasi mengalami eksistensi namun tekanan-tekanan tidak pernah luntur kepada surat kabar. Hal tersebut ditandai dengan perusakan kantor redaksi Tempo dan Indopos, dan juga kasus kekerasan terhadap wartawan dan juga hukuman kurungan penjara tidak dapat dihindarkan. Oleh sebab itu, pemerintah memberlakukan Undang-Undang No. 40 Tahun 1999 tentang pers. Hal ini menjadi tonggak bagi kebebasan pers pada era reformasi.
2.1.4.1Fungsi Surat Kabar
Surat kabar sebagai salah satu bagian dari media cetak adalah sebagai informasi, edukasi, hiburan, dan persuasif, namun fungsi surat kabar yang paling menonjol adalah informasi (Ardianto, 2007:111). Hal ini sesuaikan dengan kebutuhan khalayak yang membutuhkan informasi yang terjadi disekitarnya.
(29)
2.1.4.2Karakteristik Surat Kabar
Untuk lebih memaksimalkan pesan yang disampaikan, surat kabar memiliki karakteristik seperti :
1. Publisitas, adalah sebagai penyebar pada publik atau khalayak.
2. Periodesitas, adalah menunjukan pada keteraturan terbitnya suatu surat kabar. Surat kabar terbit bisa harian, mingguan bahkan bulanan.
3. Universalitas, adalah kesemestaan isi surat kabar. Isi surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia, seperti masalah sosial, ekonomi, budaya, politik, agama, dan lain sebagainya.
4. Aktualitas, adalah berita atau informasi yang disampaikan merupakan informasi yang baru terjadi atau sedang terjadi.
5. Terdokumentasi, adalah informasi yang disampaikan dalam surat kabar didokumentasikan kedalam bentuk tulisan baik berupa bentuk berita maupun artikel (Ardianto, 2007:112-113).
2.1.5 Tentang Berita
Berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang (Budyatna, 2009:40). Dari definisi tersebut dapat dibedakan antara berita yang berdasarkan objektif (fakta) dan berita berdasarkan subjektif (opini).
Paul De Massenner mengatakan bahwa berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik perhatian serta minat khalayak. Sedangkan Dean M. Lyle Spencer mendefinisikan berita sebagai suatu kenyataan atau ide yang benar yang dapat menarik sebagian besar pembaca (Sumadiria, 2008:64).
Selain definisi-definisi berita diatas, Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita dan Feature mengatakan bahwa:
“Berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media
(30)
berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet,”(Sumadiria, 2008:65).
Berita dapat diklasifikasikan kedalam kategori berita berat (straight news) dan berita ringan (soft news). Sedangkan berdasarkan sifatnya berita terbagi menjadi dua bagian yaitu: berita terduga dan berita tak terduga.
Berita terduga adalah peristiwa yang direncanakan atau sudah diketahui sebelumnya. Berita tak terduga adalah peristiwa yang sifatnya tiba-tiba, ditdak direncanakan, dan tidak diketahui sebelumnya (Sumadiria, 2008:66).
2.1.5.1Jenis-Jenis Berita
Jenis-jenis berita yang umum dikenal dalam dunia jurnalistik, diantaranya :
1. Straigt news adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa.
2. Depth news adalah berita mendalam, laporan yang menghimpun informasi dengan fakta-fakta mengenai peristiwa sebagai data tambahan untuk peristiwa itu sendiri.
3. Comprehensive news adalah laporan tentang fakta yang bersifay menyeluruh ditinjau dari berbagai aspek.
4. Interpretatif report adalah memfokuskan sebuah isu, masalah, atau peristiwa-peristiwa kontroversial.
5. Feature adalah menyajikan fakta untuk menarik minat pembaca, dalam feature lebih diutamakan gaya (style) daripada informasi yang disajikan. 6. Depth reporting adalah pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam,
(31)
7. Investigative news adalah berita yang memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi, dalam penulisan berita ini watrawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi.
8. Editorial writing adalah penyajian fakta atau opini yang menafsirkan berita-berita penting dan mempengaruhi pendapat umum. (Sumadiria, 2008:69-71).
2.1.5.2Kriteria Berita
Kriteria berita adalah acuan yang dapat digunakan oleh jurnalis dalam memutuskan fakta yang pantas disajikan menjadi sebuah berita (Sumadiria, 2008:80). Berikut adalah kriteria umum sebuah berita :
1. Keluarbiasaan (unusualness) 2. Kebaruan (newsness)
3. Akibat (impact) 4. Aktual (timeliness) 5. Kedekatan (proximity) 6. Informasi (information) 7. Konflik (conflict)
8. Orang penting (prominence)
9. Ketertarika manusiawi (human interest) 10.Kejutan (surprising)
11.Seks (sex). (Sumadiria, 2008:80)
2.1.6 Tentang Analisis Framing
Framing adalah metode untuk melihat cara media bercerita atas sebuah peristiwa, cara bercerita tersebut melihat terhadap realitas yang dijadikan berita (Eriyanto, 2002:10). Oleh sebab itu, analisis framing digunakan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksikan sebuah realitas, melihat bagaimana
(32)
peristiwa itu terjadi dan bagaimana cara pembingkaian yang dilakukan oleh media.
Menurut Berger realitas tidak dibentuk secara ilmiah ataupun sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan melainkan realita dibentuk dan dikonstruksikan (Eriyanto, 2002:18). Hal itu didasari oleh persepsi setiap manusia dalam menilai suatu realitas yang ada berdasarkan pengalaman, pendidikan dan lingkungan sekitarnya.
Realitas yang dihasilkan dari sebuah konstruksi merupakan realitas objektif dan realitas subjektif. Realitas objektif dapat dilihat berdasarkan kejadian yang terjadi berdasarkan fakta yang ada, sementara realitas subjektif lebih menekankan kepada nilai makna,interpretasi dan hasil relasi setiap individu. Semua itu didasarai berdasarkan bagaimana cara individu menilai atau melihat suatu peristiwa.
Gagasan dari Berger tersebut dapat diimplementasikan kedalam sebuah beirta dimana wartawan melihat sebuah peristiwa yang terjadi namun setiap wartawan memiliki pandangan yang berbeda dalam melihat peristiwa tersebut. Hal ini didasari dari berita yang dibuat oleh wartawan, walaupun kasus yang dihadapi sama tapi cara penyampaian isi berita berbeda. Berita dalam pandangan konstruksi sosial bukan merupakan sebuah peristiwa atau fakta yang riil, berita adalah produk interaksi antara wartawan dan fakta. Dalam prosesnya wartawan dilandasi oleh realitas, dimana realitas dimaknai oleh wartawan untuk menghasilkan sebuah realitas yangdituangkan kedalam teks berita.
(33)
Pendekatan konstruksionis mempunyai penilaian sendiri bagaimana media, wartawan dan berita dilihat. Berikut adalah uraian mengenai penilaian tersebut :
1. Fakta atau Peristiwa adalah hasil konstruksi. Realitas bersifat subjektif karena realitas tercipta lewat konstruksi atau sudut pandang wartawan, realitas bisa berbeda-beda tergantung dari bagaimana wartawan menilai sebuah realitas. Menurut Carey realitas bukan sesuatu yangdiberi melainkan realitas sebaigai sesuatu yang diproduksi. Menurutnya pandangan konstruksionis adalah fakta berupa kenyataan itu sendiri bukan sesuatu yang terberi, melainkan apa yang ada dibenak wartawan yang melihat fakta tersebut (Eriyanto, 2002:23).
2. Media adalah agen konstruksi. Dalam pandangan konstruksionis media bukan sekedar saluran yang bebas, melainkan subjek yang mengkonstruksikan realitas. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak, media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan sumber berita, tetapi media juga berperan dalam mendefinisikan aktor dan peristiwa yang nantinya akan dilihat dan dipahami oleh khalayak.
3. Berita bersifat subjektif atau konstruksi realitas. Pandangan konstruksionis mempunyai penilaian yang berbeda dalam menilai objektivitas jurnalistik, karena berita adalah produk dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan suatu peristiwa yang dilakukan oleh wartawan tentu berbeda dengan wartawan lainnya.
(34)
4. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas. Kaum konstruksionis melihat wartawan sseperi aktor atau agen pembentuk realitas, realitas dibentuk dan diproduksi tergantung bagaimana proses konstruksi berlangsung.
Dari pernyataan diatas dapat disebutkan bahwa framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita, cara pandang ini yang pada akhirnya menentukan perbedaan ketika penyampaian isi berita oleh masing-masing wartawan atau media.
Berikut adalah beberapa definisi mengenai framing dari beberapa ahli :
Tabel 2.3
Definisi Framing Menurut Ahli
Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol ketimbang aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lainnya.
William A Gamson Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaiatan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam kemasan (package). Kemasan itu semakam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksika makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima.
Tood Gitlin Strategi bagaimana realitas/dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada pembaca. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam
(35)
pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas.
David E. Snow And Robert Sanford
Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.
Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.
Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki
Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konversi pembentukan berita.
Sumber: Eriyanto. Analisis Framming Konstruksi Ideologi dan Politik Media.Yogyakarta. LKiS. 2002
2.1.7 Tentang Analisis Framing Konsep Robert N. Entman
Robert N. Entman adalah salah satu ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis framing untuk studi isi media, framing digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media.
Menurut Entman dalam buku Eriyanto, framing dilihat dalam dua dimensi besar, yaitu:
“Seleksi isu dan penonjolan aspek. Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna, lebih menarik, berarti atau lebih diingat khalayak. Realitas yang disajikan secara menonjol mempunyai
(36)
kemungkinan lebih besar untuk diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam memahami suatu realitas. (Eriyanto, 2002:221)”.
Entman mengatakan bahwa framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana perspektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika menyeleksi isu dan menulis berita. (Eriyanto, 2002:221).
Berdasarkan konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk kepada pemberian definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir terhadap peristiwa yang diwacanakan. Entman menggambarkan proses seleksi isu dan penonjolan aspke-aspek dari realitas kedalam sebuah tabel, berikut adalah tabel yang menjelaskan mengenai penyeleksian isu dan penonjolan aspek realitas :
Tabel 2.4
Konsep Robert N. Entman Define Problems (Pendefinisan
masalah)
Bagaimana suatu peristiwa/ isu dilihat? Sebagai apa? Atau sebagai masalah apa? Diagnose causes
(Memperkirakan masalah atau sumber masalah)
Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa yang dianggap sebagai penyebab dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai penyebab masalah?
Make moral judgement (Membuat keputusan moral)
Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk melegatimasi atau mendelegimitasi suatu tindakan?
(37)
Treatment Recommendation (Menekankan penyelesaian)
Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?
Sumber: Eriyanto. Analisis Framming Konstruksi Ideologi dan Politik Media.Yogyakarta. LKiS. 2002
Define Problems (Pendefinisan maslaah) adalah elemen pertama yang dapat dilihat mengenai framing, elemen ini merupakan master frame atau bingkai yang paling utama dan menekankan bagaimana peristiwa dipahami oleh wartawan. Diagnose causes (memperkirakan penyebab masalah) merupakan elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari suatu peristiwa, penyebab disini bisa berarti apa (what), tetapi bisa juga siapa (who).
Make moral judgment (membuat keputusan moral) adalah elemen framing yang dipakai untuk membenarkan atau memberi argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat. Treatment recommendation (menekankan penyelesaian), elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan, jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah, dan penyelesaian itu tergantung kepada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dipandang sebagai penyebab masalah (Eriyanto, 2002:225-227).
(38)
2.2Kerangka Pemikiran 2.2.1 Kerangka Teoritis
Surat kabar merupakan bagian dari media massa khususnya media cetak, dalam penyampaian sebuah berita surat kabar menggunakan teknik pembingkaian berita. Hal ini dilakukan untuk menarik minat khalayak untuk membaca berita yang disampaikan.
Analisis framing adalah metode untuk melihat cara media bercerita atas sebuah peristiwa, cara bercerita tersebut melihat terhadap realitas yang dijadikan berita. Dalam analisis framing dijelaskan bagaimana cara media mengkonstruksikan sebuah realitas. Menurut Berger realitas tidak dibentuk secara ilmiah ataupun diturunkan oleh Tuhan. Tapi bagaimana realitas dibentuk dan dikonstruksikan oleh media.
Dalam pembingkaian isi berita dilakukan proses penyeleksian isu dan penonjolan aspek-aspek terhadap suatu realitas yang diangkat, framing dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lainnya.
Proses penyeleksian dan penonjolan isu tersebut bisa dilakukan dengan menempatkan sebuah berita dibagian depan ataupun bagian belakang media tersebut, hal tersebut dilakukan untuk memiliki kesan berita menjadi bermakna dan berkesan bagi khalayak.
Sementara itu, Entman menggambarkan proses seleksi isu dan penonjolan aspek dari realitas dengan beberapa aspek, yaitu: define problems atau
(39)
pendefinisan masalah, diagnose causes atau memperkirakan sumber masalah, make moral judgement atau membuat keputusan moral, dan yang terakhir treatment recommendation atau menekankan penyelesaian.
2.2.2 Kerangka Konseptual
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui bagaimana realitas dibingkai oleh media. Realitas dimaknai melalui proses konstruksi. Seperti halnya pemberitaan mengenai pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung.
Kedua media tersebut sama-sama memberitakan tentang pemilihan Gubernur Jabar 2013 namun isi berita yang disampaikan berbeda. Hal ini tergantung dari bagaimana media mengkonstruksikan peristiwa menjadi sebuah realitas, dan bagaimana media menyeleksi isu dan juga menonjolkan aspek-aspek dari sebuah realitas untuk dimaknai dan dimengerti oleh khalayak.
Proses seleksi isu dan penonjolan aspek-aspek dari realitas yang dilakukan oleh media dapat dilihat dengan cara:
1. Define problems atau pendefinisian masalah, merupakan elemen utama dalam proses pembingkaian yang dilakukan oleh media, yaitu Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung. Dalam pendefinisian masalah bagaimana suatu peristiwa atau isu dipahami, namun peristiwa yang sama dipahami oleh media dengan cara yang berbeda-beda.
(40)
2. Diagnose causes atau memperkirakan penyebab masalah, elemen ini merupakan elemen yang menganggap siapa yang menjadi aktor dari suatu peristiwa, penyebabnya bisa apa (what) atau siapa (who) untuk memahami suatu peristiwa.
3. Make moral judgement atau membuat pilihan moral, merupakan elemen untuk membernarkan atau memberi argumentasi terhadap suatu peristiwa yang telah didefinisikan.
4. Treatment judgment atau menekankan penyelesaian, merupakan elemen yang dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh wartawan, dan jalan apa yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Menyelesaikan masalah tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa yang dianggap sebagai penyebab masalah.
Berdasarkan konsep dari Robert N. Entman peristiwa atau realitas diseleksi oleh media dan juga menonjolkan aspek-aspek tertentu untuk dapat dimaknai dan dimengerti oleh khalayak. Walaupun peristiwa atau isu tersebut sama, tetapi dalam setiap penyampaiannya setiap media memiliki cara yang berbeda-beda dalam menonjolkan berita yang dibuat, sehingga walaupun beritanya sama tapi dari isi beritanya tentu berbeda-beda antara media yang satu dengan media yang lainnya.
Seperti pada berita mengenai pemilihan gubernur/wakil gubernur Jawa Barat 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung, kedua media tersebut sama-sama memberitakan tentang penyelenggaraan pilgub Jabar 2013 namun dalam isi berita yang disampaikan, kedua media tersebut
(41)
memiliki perbedaan dalam setiap menampilkan isi berita. Perbedaan itu bisa dilihat dari kata yang digunakan, penyusunan kalimat, serta penggunaan grafik atau gambar untuk mendukung isi berita yang disampaikan.
2.3Model Penelitian
Pada penelitian ini peneliti mencoba menyajikan bagaimana cara media cetak atau surat kabar membingkai sebuah berita. Dalam hal ini peneliti mencoba meneliti isi berita dari Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung dengan menggunakan analisis framing dengan pendekatan dari Robert N. Entman.
Menurut Entman media melakukan pembingkaian berita dengan menggunakan dua cara yaitu dengan menyeleksi isu dan menonjolkan aspek-aspek dari peristiwa tersebut. Proses tersebut dilakukan dengan cara define problems (pendefinisan masalah), diagnose causes (memperkirakan sumber masalah), make moral judgement (membuat keputusan moral), dan treatment recommendation (menekankan penyelesaian).
Berdasarkan paparan diatas dapat digambarkan sebuah bagan guna mempermudah peneliti dalam meneliti berita tentang pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung. Bagan yang peneliti paparkan adalah sebagai berikut :
(42)
Gambar 2.1 Model Penelitian
Sumber : Penulis, November 2012
berita pilgub jabar seleksi isu dan penonjolan aspek realitas
Harian Umum Pikiran Rakyat
Harian Pagi Radar Bandung
define problems
(pendefinisian masalah)
diagnose causes
(memperkirakan sumber masalah)
make moral judgement
(membuat keputusan moral)
treatment recommendation
(menekankan penyelesaian)
(43)
39 3.1Objek Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti mencoba meneliti cara pembingkaian berita yang dilakukan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar. Berita yang peneliti pilih adalah berita mengenai pemilihan gubernur jawa barat 2013, berikut adalah profil perusahaan dari Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar :
3.1.1 Sejarah Harian Umum Pikiran Rakyat
Harian Umum Pikiran Rakyat berdiri pada tanggal 24 Maret 1966 atas dorongan Panglima Kodam (Pangdam) Siliwangi Ibrahim Adjie yang bertepatan dengan peringatan Bandung Lautan Api yang ke-20.
Namun belum genap satu tahun, Menteri Penerangan mencabut kembali peraturannya tentang keharusan berafiliasi. Pangdam Siliwangi pun serta merta melepas sepenuhnya ketergantungan koran ini dengan kodam. Seiring dengan keputusan ini pula, terhitung 24 Maret 1967, Harian Angkatan Bersenjata edisi Jawa Barat berganti nama menjadi Harian Umum (HU) Pikiran Rakyat k emudian dikenal dengan singkatan “PR” hingga saat ini. Enam tahun pertama sejak masa kelahirannya, bisa dikatakan merupakan masa-masa penuh
(44)
keprihatinan. Kantor maupun peralatan cetak dan tulis bukanlah milik Pikiran Rakyat.
Pada 9 April 1973, bentuk badan hukum Pikiran Rakyat diubah dari yayasan menjadi Perseroan Terbatas (PT), dengan nama menjadi PT Pikiran Rakyat Bandung. Menyusul perubahan status perusahaan, Pikiran Rakyat mulai berbenah diri, nilai-nilai jurnalistik dipadukan dengan manajemen bisnis layaknya perusahaan modern.
Awal tahun 1974, Pikiran Rakyat mencatat sejarah dengan mencetak koran sebanyak 25.000 eksemplar per jam berkat mesin percetakan yang dibeli berkat bantuan BRI. Sejak tahun itu pula distribusi Pikiran Rakyat merambah kesetiap pelosok daerah di Jawa Barat, padahal ketika kurun waktu 1967 sampai 1973 daerah-daerah di Jawa Barat di dominasi koran-koran dari Jakarta.
Pikiran Rakyat sempat beredar ke daerah-daerah nusantara dan menjadikan Pikiran Rakyat koran nasional dalam kurun waktu 1975 sampai 1986, bahkan ketika itu Pikiran Rakyat mampu merambah negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darusalam. Pada tahun 1986 Pikiran Rakyat kembali menjadi koran regional Jawa Barat walaupun tirasnya beredar diluar Jawa Barat seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah dan beberapa provinsi lainnya.
Pada perkembangannya, perusahaan ini menjadi identik milik Jawa Barat dan dari rahim Pikiran Rakyat lahir PT Granesia sebagai perusahaan penerbitan dan percetakan yang tidak hanya melayani Pikiran Rakyat. Kemudian secara
(45)
berturut-turut lahir pula Mitra Bisnis yang semula bernama Mitra Desa lalu tabloid berbahasa Sunda Galura dan surat kabar Mitra Dialog yang berkedudukan di Cirebon.
Pada tahun 1999, sejalan dengan asas otonomi daerah tingkat dua. Pikiran Rakyat melahirkan Harian Umum Galamedia sebagai surat kabar regional Bandung dan Kabar Banten di Serang, dan kemudian Pikiran Rakyat merambah ke bidang media elektronik yaitu radio dengan memegang secara penuh radio Parahyangan yang hingga saat ini bernama Pikiran Rakyat Radio atau PRFM.
3.1.2 Visi Misi Harian Umum Pikiran Rakyat 3.1.2.1Visi Harian Umum Pikiran Rakyat
1. Harian Umum (HU) Pikiran Rakyat yang bercikal bakal Harian Angkatan Bersenjata Edisi Jawa Barat yang dilahirkan pada tanggal 24 Maret 1966 untuk dapat hidup dalam masa yang panjang, bahkan kalau mungkin sepanjang masa. Yang diwarisi oleh generasi demi generasi sebagai surat kabar yang terus maju, tumbuh dan berkembang menjadi tambah besar, baik sebagai institusi sosial maupun institusi bisnis.
2. Sebagai institusi sosial, HU Pikiran Rakyat dilahirkan untuk menjadi dan dijadikan wahana ibadah kepada Allah SWT, sekaligus wahana pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara.
3. Sebagai institusi bisnis HU Pikiran Rakyat dilahirkan untuk menjadi dan dijadikan wahana bisnis yang mampu meraih sebesar-besarnya
(46)
pendapatan dan laba. Sebagai institusi bisnis HU Pikiran Rakyat harus dikelola dengan bertaat azas pada kaidah-kaidah manajemen perusahaan yang baku, serta mampu memenuhi keempat unsur marketing mix yang terdiri dari product, price, place, dan promotion. 4. Kinerja HU Pikiran Rakyat sebagai institusi sosial sangat bergantung pada kinerja yang dicapai oleh manajemen dan jajaran terkait dalam mengelola HU Pikiran Rakyat sebagai institusi bisnis. Sebaliknya, kinerja HU Pikiran Rakyat sebagai institusi bisnis sangat bergantung pada kemampuan kinerja manajemen dan jajaran terkait menjadikan HU Pikiran Rakyat sebagai produk idiil yang laku dijual. Karena itu pengelolaan HU Pikiran Rakyat sebagai institusi sosial dan pengelolaannya sebagai institusi bisnis harus dilaksanakan berdasarkan hubungan interpendensi yang saling mengisi da saling menunjang. Pengelolaan kedua aspek idiil dan aspek bisnis komersial harus dilaksanakan satu kesatuan strategi yang komprehensif-integral.
5. HU Pikiran Rakyat dilahirkan untuk diupayakan, agar menjadi Tuan Rumah yang dominan di daerahnya sendiri, di Jawa Barat yang memang memiliki potensi sangat besar untuk menunjang eksistensi dan penumbuh kembangan surat kabar. Karena itu HU Pikiran Rakyat harus diupayakan menjadi surat kabar yang menyebar seluas-luasnya dan paling luas penyebarannya, di Jawa Barat, dibaca oleh sebanyak-banyaknya orang dengan tiras terjual sebesar-besarnya,
(47)
menjadi pilihan sebanyak-banyaknya pengguna jasa iklan denga volume space iklan terjual sebesar-besaarnya dan menghasilkan pendapatan sebesar-besarnya pula.
6. Penyelenggaraan HU Pikiran Rakyat sebagai institusi sosial dan penyelenggaraannya sebagai institusi bisnis harus dilaksanakan berdasarkan hubungan interdependensi yang saling mengisi dan saling menunjang. Karena itu segala sesuatunya harus dilaksanakan secara terpadu dan sinkron dalam kerangka satu kesatuan strategi yang komprehensif-integral.
3.1.2.2Misi Harian Umum Pikiran Rakyat
1. Kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta ketaatannya melaksanakan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
2. Kualitas pemahaman dan penghayatannya atas nilai-nilai luhur Pancasila, serta komitmen untuk mengamalkannya di dalam kehidupan pribadi dan kehidupan bermasyarakat.
3. Kualitas pemahaman dan penghayatan atas kewajiban-kewajibannya dan hak-haknya sebagai warga negara, serta komitmen untuk melaksanakan kewajiban-kawajibannya serta mengupayakan atau memperjuangkan pemenuhan hak-haknya itu.
4. Kualitas kehidupan secara materiil, serta memiliki etos kerja untuk berupaya mewujudkannya.
(48)
5. Kualitas kesehatan, wawasan, pengetahuan dan keterampilan serta moral yang amanah (jujur, adil, percaya diri dan terpercaya), sehingga menjadi manusia yang dalam bahasa Sunda disebut cageur, bener, bageur, pinter jeng singeur.
3.1.3 Logo Harian Umum Pikiran Rakyat
Adapun logo Harian Umum Pikiran Rakyat sebagai berikut: Gambar 3.1
Logo Harian Umum Pikiran Rakyat
Sumber: Harian Umum Pikiran Rakyat, 2012
3.1.4 Sejarah Harian Pagi Radar Bandung
Berbicara tentang Radar Bandung, ada baiknya kita membicarakan terlebih dahulu JAWA POS sebagai perusahaan induk Radar Bandung. Jawa Pos yang sekarang dipimpin oleh Dahlan Iskan, memiliki sejarah yang sangat panjang. Ini bermula ketika JAWA POS lahir dengan mengusung nama Java Pos, kemudian berubah menjadi Djawa Pos, yang akhirnya berubah kembali menjadi Jawa Pos. Didirikan oleh The Chung Sen seorang warga Indonesia kelahiran Bangka. Saat itu Jawa pos dikenal sebagai Harian Melayu Tionghoa.
(49)
Karena pada tahun 1950-an Jawa Pos telah memiliki tiga surat kabar yang berbahasa Indonesia, Tionghoa, dan Belanda. Dan sebutan lainnya hingga saat ini adalah Raja surat kabar di Surabaya. Karena kemerosotan jumlah oplah hingga 7700 eks, pengelolaan Jawa Pos diserahkan kepada Tempo pada tanggal 1 april 1982. Hal tersebut terjadi ketika Dahlan Iskan masih menjadi kepala biro di Tempo Surabaya.
Namun selepas itu, Jawa Pos kembali bersinar. Dari sebuah koran yang hampir mati, Jawa Pos sekarang menjadi grup media terbesar di Indonesia. Memiliki total lebih dari 150 koran, tabloid, majalah, dan televisi. Tersebar di seluruh penjuru Indonesia, dari Aceh hingga Papua. Hingga sekarang, Jawa Pos memiliki banyak penerbitan pers diseluruh Indonesia. Diantaranya adalah koran terbitan lokal, dan salah satunya adalah Radar Bandung.
Radar Bandung lahir pada tanggal 11 April 2003, atas dasar prediksi pengembangan wilayah usaha penerbitan Pers di pusat Jawa Barat. Radar Bandung hadir juga untuk pelebaran sayap Jawa Pos di wilayah Jawa bagian barat.Berdirinya Radar Bandung, diprakarsai juga oleh Radar Bogor. Sebagai koran yang telah lebih dulu berdiri, dan memiliki prestasi membanggakan. Untuk pengelolaan manajemen, dan jumlah oplah.
3.1.5 Visi Misi Harian Pagi Radar Bandung
Adapun visi Radar Bandung adalah menjadi surat kabar yang bisa diterima oleh masyarakat khususnya masyarakat Bandung.
Adapun Misi Radar Bandung sebagai berikut :
(50)
2. Membuat anggel-anggel berita yang kritis dan menarik, 3. Menjadi bacaan Community Newspaper,
4. Membuat lahan bisnis.
3.1.6 Logo Harian Pagi Radar Bandung
Adapun logo dari Harian Pagi Radar Bandung Gambar 3.2
Logo Harian Pagi Radar Bandung
Sumber : Harian Pagi Radar Bandung, 2012
3.2Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian adalah prosedur yang digunakan dalam memperoleh data atau informasi untuk memdapatkan jawaban atas pertanyaan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (Sugiyono, 2010:1).
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tapi dipandu oleh fakta-fakta. Oleh karena itu, analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan fakta yang dapat dikonstruksikan menjadi realitas.
(51)
Selain itu, metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dan data tersebut mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak (Sugiyono, 2010:3).
Bogdan dan Biklen mengatakan bahwa penelitian kualitatif memiliki karakteristik. Seperti yang dijabarkan dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif karya Sugiyono bahwa karakteristik kualitatif antara lain:
1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah, langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif.
3. Penelitian kualitatif lebih menekankan proses daripada produk. 4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. 5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna. (Sugiyono, 2010:9).
Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan analisis framing dari Robert N. Entman. Analisis framing adalah analisis yang memusatkan perhatian pada bagaimana media mengemas dan membingkai berita.
Dalam mengemas dan membingkai sebuah berita, media mengkonstruksikan fakta atau peristiwa berdasarkan realitas. Konsep framing menurut Entman digunakan untuk mengklasifikasikan, mengorganisasikan dan menafsirkan sebuah realitas oleh media agar bisa dipahami, dimengerti dan diidentifikasikan oleh khalayak pembaca.
(52)
3.2.2 Teknik Pengumpulan Data 3.2.2.1 Dokumentasi
Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi penting dilakukan oleh peneliti, karena peneliti mencoba menganalisa sebuah berita mengenai pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung. Dokumentasi yang peneliti lakukan seperti mengumpulkan berita mengenai pilgub jabar di kedua media tersebut.
3.2.2.2 Wawancara
Wawancara adalah bentuk interaksi langsung antara dua orang, wawancara dilakukan antara orang yang memberi informasi dan orang yang diberi informasi, pada penelitian ini peneliti mewawancarai wartawan di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung untuk memperoleh informasi mengenai berita pemilihan gubernur Jawa Barat 2013. 3.2.2.3 Studi Pustaka
Studi pustaka digunakan peneliti untuk menghimpun atau mengumpulkan data mengenai pemberitaan pemilihan gubernur Jawa Barat 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Tribun Jabar, serta mencari buku mengenai analisis framing.
3.2.2.4 Internet Searching
Internet searching dilakukan untuk memperoleh data tambahana bagi peneliti selain dari buku, tulisan, artikel, maupun yang lainnya yang berkaitan dengan penelitian mengenai analisis framing.
(53)
3.2.2.5 Uji Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam kualitatif berbeda dengan kuantitatif, dalam penelitian kualitatif ini, peneliti melakukan uji keabsahan data menggunakan uji credibility (validitas internal) yang bisa dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
Triangulasi data, triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. peneliti melakuakn triangulasi data dengan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
Triangulasi sumber adalah untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber (Sugiyono,2010:127). Sedangkan triangulasi teknik adalah untuk menguji kredibiltas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2010:127).
Selain menggunakan triangulasi data dalam melakukan uji keabsahan data, peneliti juga melakukan cara mengecek kredibiltas data dengan menggunakan bahan referensi dan member check. Bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti.
Sedangkan member check adalah proses pengecekan data yang diperoleh peneliti dari pemberi data (Sugiyono, 2010:129). Tujuan dari
(54)
member check supaya informasi yang diberikan oleh sumber data dapat diketahui ke validannya dan dapat dipercaya.
3.2.3 Teknik Penentuan Informan
Dalam setiap penelitian pasti dibutuhkan informan untuk mendapatkan informasi mengenai objek yang diteliti. Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Meleong, 2007:132).
Pada penelitian ini juga peneliti menggunakan informan sebagai orang yang diminta informasi mengenai pemberitaan pilgub Jabar 2013 yang disampaikan oleh Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung.
Untuk mendapatkan informan yang sesuai dengan penelitian yang diteliti, maka peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010: 53) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumbed data dengan pertimbangan tertentu.
Selain itu, pada penelitian ini juga peneliti menggunakan teknik accidental sampling, accidental sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak direncanakan terlebih dahulu atau secara kebetulan.
Informan dalam penelitian ini merupakan wartawan dan juga redaktur di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung, berikut adalah data informan yang peneliti jadikan sebagai pemberi informasi:
(55)
Tabel 3.1 Informan Penelitian
No Nama Surat Kabar Jabatan
1 Rahim Asyik Fajar Harian Umum Pikiran Rakyat Redaktur 2 Cecep Ali Yusuf Harian Pagi Radar Bandung Wartawan dan
Redaktur Sumber: Penulis, November 2012
3.2.4 Teknik Analisa Data
Analisis data dalam metode kualitatif adalah mengumpulkan data yang diperoleh dari berbagai sumber untuk menguji keabsahan data tersebut. Menurut Bogdan analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara sistematis dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga mudah dipahami (Sugiyono, 2010:88).
Dalam penelitian terhadap pemberitaan pemilihan gubernur Jawa Barat 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung. Peneliti mencoba menganalisa data dengan beberapa tahapan, diantaranya:
1. Reduksi data. Peneliti mencoba untuk mengumpulkan informasi-informasi penting terkait masalah penelitian, lalu mengelompokan data tersebut sesuai dengan topik masalah.
2. Menyajikan data. Data yang telah trerkumpul kemudian disajikan secara sistematis sehingga peneliti dapat menelaah dan mengamati komponen-komponen masalah.
(56)
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi. Pada tahap ini peneliti menarik sebuah kesimpulan berdasarkan masalah yang diteliti.
3.2.5 Sumber Data Penelitian
Sumber data merupakan salah satu tahapan dalam proses penelitian, karena dengan memperoleh data yang tepat penelitian akan terjawab dengan benar berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini, peneliti memperoleh data primer dan data sekunder untuk dijadikan data yang dapat menjawab rumusan masalah.
1. Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung (Sugiyono, 2010:62). Data primer dalam penelitian ini adalah berita mengenai pemilihan Gubernur Jawa Barat di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung, berita tersebut dikumpulkan dari tanggal 19 November sampai tanggal 25 November 2012.
2. Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung (Sugiyono, 2010: 62). Data sekunder dalam penelitian ini adalah proses pencarian data dengan cara kepustakaan dan juga internet searching untuk mendukung data primer yang telah dikumpulkan sebelumnya.
3.2.6 Paradigma Penelitian Konsep Robert N. Entman
Berdasarkan konsep Robert N. Entman dalam pembingkaian sebuah berita di media cetak, dalam hal ini surat kabar. Peneliti mencoba memaparkan paradigma penelitian terhadap objek penelitian yang akan peneliti amati. Paradigma kualitatif dalam analisis menggunakan induksi analitis (analytic induction) dan ekstrapolasi (extrapolation), induksi analitis adalah pendekatan
(57)
pengelolaan data kedalam konsep-konsep dan kategori-kategori, sedangkan ekstrapolasi adalah pengambilan kesimpulan pada saat indukti analitis.
Sedangkan Objek yang peneliti ambil yaitu berita mengenai pemilihan gubernur Jawa Barat 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung dari tanggal 19 November 2012 sampai 25 November 2012. Untuk lebih jelasnya mengenai paradigma objek penelitian berdasarkan konsep Robert N. Entman, berikut peneliti jelaskan dalam bentuk tabel :
Tabel 3.2
Paradigma Objek Penelitian Per
tanggal
Berita Pilgub Jabar 2013 Konsep Robert N. Entman Pikiran Rakyat Radar
Bandung
Seleksi Isu Dan Penonjolan Aspek Realitas Pendefinisian Masalah Memperkiran Sumber Masalah Membuat Keputusan Moral Menekankan Penyelesaian 19-11-12 Jokowi Siap Kampanye Menangkan Rieke-Teten Petinggi PDIP “Kepung” Jabar 20-11-12
Visi Misi Harus Jadi Pertimbangan Pemilih Aher-Deddy Bocorkan Visi Misi 21-11-12 Menebar Pesona Kehadapan Korban Bencana Calon Tebar Pesona Tak Kena Sanksi 22-11-12 Tahapan Pilgub Beda, Panitia Pemilu Bingung Panwaslu Kebingungan Jadwal Pilgub Berbeda 24-11-12 Calon Gubernur/Wakil Khawatirkan Kolesterol Tes Kesehatan Cagub 7 Jam
(58)
25-11-12
Para Calon Yakin Lolos Tes Medis
Oneng Keluhkan Pemeriksaan Organ Vital
Sumber: Penulis, November 2012 3.3Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, peneliti melakukan pengumpulan data melalui dokumentasi terhadap berita pilgub Jabar di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung.
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian mengenai analisis framing ini dilakukan selama 5 bulan, terhitung dari bulan Oktober sampai bulan Februari. Untuk lebih jelasnya mengenai waktu penelitian, dapat dijelaskan pada tabel berikut:
(59)
Tabel 3.3 Waktu Penelitian
(60)
1 1.1Latar Belakang Masalah
Berita merupakan suatu bagian yang terdapat dalam media massa, dan media massa adalah bagian dari komunikasi massa. Komunikasi massa adalah pesan yang disampaikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Ardianto, 2007:3).
Dalam setiap penyampaian informasi atau pesan, komunikasi massa menggunakan media massa sebagai alat penyampaian pesan. Media massa yang terdapat dalam komunikasi massa terbagi menjadi dua macam yaitu: media elektronik yang meliputi televisi, film dan radio, dan media cetak yang meliputi surat kabar, majalah, dan tabloid.
Media elektronik yaitu media yang mengunakan energi elektronik dalam penyampaian pesannya, media elektronik mempunyai karakteristik dalam penyampaian pesan, misalnya televisi dan film yang berbentuk audio visual. Sedangkan radio berbentuk audio. Pesan yang disampaikan oleh media elektronik bersifat sekilas dan tidak dapat diulang kembali. Sebagai media elektronik, televisi dan radio harus up to date dalam setiap penyampaian informasi kepada khalayak.
(61)
Sedangkan media cetak kebalikan dari media elektronik, media cetak bersifat terus menerus dan dapat dibaca berulang kali, namun dalam media cetak dalam hal ini surat kabar, majalah dan tabloid, informasi yang diberikan tidak up to date karena media cetak memerlukan proses percetakan dahulu sebelum bisa dinikmati oleh khalayak.
Namun kedua media massa diatas memiliki kesamaan dalam setiap penyampaian informasi, semuanya memiliki kategori tertentu dalam setiap penyampaian informasi. Seperti berita sosial, berita politik, berita ekonomi, berita olahraga dan lain sebagainya, walaupun cara penyajiannya berbeda-beda.
Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada) merupakan hajatan besar bagi setiap lapisan masyarakat di Indonesia, Pemilukada yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali dilakukan untuk memilih kepala daerah di setiap masing-masing provinsi di Indonesia. Dan merupakan agenda wajib bagi setiap daerah dalam memilih kepala daerah secara langsung yang dilakukan oleh warga masyarakat suatu daerah tertentu.
Pemilukada pertama kali diselenggarakan di indonesia pada tahun 2005 berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Pemilukada dilakukan secara langsung oleh masyarakat yang diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan diawasi langsung oleh Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu).
Pemilukada dilakukan untuk memilih kepala daerah seperti Gubernur untuk wilayah provinsi, Walikota untuk wilayah Kota dan Bupati untuk wilayah
(62)
Kabupaten, di Jawa Barat misalnya akan diselenggarakan Pemilukada 2013 untuk memilih Gubernur dan Wakil Gubernur periode 2013 sampai 2018.
Untuk Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Jabar) 2013 banyak partai politik yang mengusung jagoannya untuk dijadikan bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Namun pada pemilu kali ini banyak partai politik yang mengusung artis yang terjun ke dunia politik menjadi bakal calon Gubernur maupun Wakil Gubernur seperti Wakil Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf, Anggota DPR RI Rieke Dyah Pitaloka, dan aktor sekaligus sutradara Deddy Mizwar turut meramaikan Pemilu Jabar 2013.
Alfian (2009:6) mengatakan bahwa seorang pemimpin politik tidak harus ahli ilmu politik tetapi dituntut dapat beragumentasi dengan baik dan tertata. Selain itu, politik juga dapat di istilahkan sebagai seni, seni kekuasaaan yang khas untuk menarik simpati dan dukungan dari masyarakat.
Seorang pemimpin politik harus memiliki gaya kepemimpinan yang khas. Gaya kepemimpinan tersebut dibagi menjadi tiga perspektif. Yaitu, Kepemimpinan sebagai pola perilaku, kepemimpinan sebagai kualitas personal dan kepemimpinan sebagai nilai politik (Alfian, 2009:191). Maksud dari perspektif tersebut adalah seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi khalayak dan juga kharisma serta memiliki kemampuan untuk menggerakan orang lain atau khalayak dalam mendukung kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemimpin tersebut.
(63)
Fenomena tersebut tidak lepas dari kecenderungan masyarakat untuk memilih pemimpinnya berdasarkan nama tenar. Hal ini dimanfaatkan oleh media-media khususnya media cetak untuk memberitakan “Perang Bintang” di Pilgub Jabar, dalam hal ini media berperan serta dalam penyampaian pesan-pesan politik yang disampaikan oleh bakal calon Gubernur/Wakil Gubernur.
Menanggapi Pemilukada Jawa Barat 2013 yang dimeriahkan oleh para artis, Basith Patria selaku penyiar radio berita di Kota Bandung mengatakan bahwa cermin tidak percaya dirinya sebuah partai politik dalam mengusung artis sebagai bakal calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Barat. Selain itu, hal tersebut merupakan suatu strategi politik untuk mengatasi masa kampanye yang singkat.
Disinggung mengenai parpol yang mengusung artis sebagai bakal calon Gubernur/wakil. Basith mengatakan bahwa Jawa Barat merupakan daerah yang strategis bagi parpol-parpol besar di Indonesia. Sebab hampir dipastikan parpol yang memenangi pemilu di Jawa Barat sudah dipastikan akan memenangi pemilu nasional dalam hal ini pemilihan Presiden dan Wakil Presiden.
Dia pun berharap masyarakat lebih kritis dalam memilih bakal calon Gubernur/Wakil, karena masyarakat berperan sebagai pemilik suara bukan sebagai penggemar artis tertentu yang menjadi bakal calon Gubernur/Wakil.
Oleh sebab itu, peneliti mencoba meneliti isi berita yang disampaikan oleh media cetak dalam hal ini Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung dalam penyampaian informasi atau berita kepada masyarakat dengan menggunakan analisis framing atau pembingkaian berita.
(64)
Analisis framing adalah salah satu metode analisis teks yang berada dalam kategori penelitian konstuksional. Paradigma ini memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, melainkan hasil dari konstruksi. (Eriyanto, 2002:44).
Analisis framing secara sederhana digambarkan sebagai analisis untuk mengetahui realitas (peristiwa,aktor, kelompok) yang dibingkai oleh media, pembingkaian tersebut menggunakan proses konstruksionis.
Pendekatan konstruksionis menilai bagaimana media atau wartawan melihat berita berdasarkan fakta atau peristiwa. Bagi kaum konstruksionis realitas bersifat subjektif, realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas tercipta lewat konstruksi cara pandang wartawan dalam pemberitaan Pemilu Jabar dalam sudut pandang yang berbeda.
Dalam pandangan konstruksionis media tidak hanya dilihat sebagai saluran berita namun media dipandang sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.
Pandangan seperti ini menolak argumen yang mengatakan bahwa media sebagai tempat saluran berita, tetapi media digambarkan sebagai agen yang menafsirkan realitas yang disajikan kepada khalayak. Sehingga walaupun isi pemberitaan sama namun cara penyajiannya berbeda. Hal ini dilakukan oleh media untuk membuat media agar lebih menarik sehingga semakin menarik khalayak untuk membacanya.
(65)
Menurut Eriyanto dalam bukunya, wartawan bukan pelapor melainkan sebagai agen konstruksi realitas karena dalam kenyataannya wartawan bukan “pemulung” yang mengambil fakta melainkan wartawan sebagai aktor realitas yang bersifat eksternal dan objektif.
Dalam pendekatan konstruksionis terdapat dua karakteristik yang dimiliki oleh wartawan. Yang pertama, bagaimana wartawan menggambarkan sebuah realitas, dan yang kedua wartawan memandang kegiatan komunikasi sebagai proses yang dinamis.
Lawrence Newman dalam buku Analisis Framing karya Eriyanto mengatakan bahwa :
“Tujuan utama dari paradigma konstruksionis adalah untuk melihat dan mengetahui bagaimana media mengkonstruksikan realitas. Selain itu, konstruksionis melihat realitas sebagai suatu yang bersifat relatif, eksis dalam bentuk konstruksi, tersebar, dan juga spesifik. Dan realitas tergantung dari bagaimana wartawan memahami dan memaknai fakta yang terkandung sebelum disajikan menjadi sebuah berita,(Eriyanto, 2002:53)”
Selain wartawan kebijakan penerbitan berita juga ditentukan oleh media yang bersangkutan, sebab media massa memiliki empat fungsi yaitu informasi, edukasi, hiburan dan persuasif. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan khalayak akan pemenuhan kepuasan informasi.
Untuk memaksimalkan kinerja dari surat kabar sebagai salah satu media massa, Effendy (1981:112-113) mengatakan bahwa surat kabar sebagai media massa memiliki karakteristik yang mencakup publisitas, periodesitas, universalitas, aktualitas, dan terdokumentasikan.
(1)
9
1. Bagaimana Define Problems (Pendefinisian Masalah) Berita Pemilihan Gubernur 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung?
2. Bagaimana Diagnose Causes (Memperkirakan Masalah) Berita Pemilihan Gubernur 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung?
3. Bagaimana Make Moral Judgement (Membuat Keputusan Moral) Berita Pemilihan Gubernur 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung?
4. Bagaimana Treatment Recomendation (Menekankan Penyelesaian) Berita Pemilihan Gubernur 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung?
1.3Maksud Dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Bagaimana Pembingkaian Berita Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013 Di Harian Umum Pikiran Rakyat Dan Harian Pagi Radar Bandung”.
(2)
10
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana Define Problems (Pendefinisian Masalah) Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung menyusun fakta dalam Berita Pemilihan Gubernur Jawa Barat 2013.
2. Untuk mengetahui bagaimana Diagnose Causes (Memperkirakan Masalah) Berita Pemilihan Gubernur 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung.
3. Untuk mengetahui bagaimana Make Moral Judgement (Membuat Keputusan Moral) Berita Pemilihan Gubernur 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung.
4. Untuk mengetahui bagaimana Treatment Recomendation (Menekankan Penyelesaian) Berita Pemilihan Gubernur 2013 di Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung.
1.4Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
Peneliti berharap penelitian ini berguna bagi pengembangan Ilmu Komunikasi umumnya dan Ilmu Jurnalistik Khususnya. Penelitian ini dapat menjadi wawasan bagi peneliti dalam mengembangkan Ilmu Komunikasi terutama Ilmu Jurnalistik dalam setiap penulisan berita berdasarkan realitas.
(3)
11
1.4.2 Kegunaan Praktis
Peneliti melakukan penelitian ini dengan maksud agar penelitian ini dapat dijadikan sebagai :
1. Bagi Peneliti
Penelitian merupakan salah satu bentuk aplikasi dari ilmu komunikasi konsentrasi jurnalistik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bekal pengetahuan dan menambah wawasan bagi peneliti pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
2. Bagi Universitas
Diharapkan penelitian ini berguna bagi penelitian selanjutnya terutama dalam bidang ilmu komunikasi jurnalistik mengenai pembingkaian berita atau analisis framing.
3. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat menjadi sumbangan dan referensi yang dapat menjadi masukan bagi Harian Umum Pikiran Rakyat dan Harian Pagi Radar Bandung dalam menyampaikan informasi kepada khalayak.
(4)
DAFTRA RIWAYAT HIDUP
I.
Data Pribadi
Nama : Cecep Khaerudin Nurizal
Nama Panggilan : Cecep/Pece/Cevi
Tempat Tanggal Lahir : Bandung, 7 Oktober 1990
Status : Belum Menikah
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Kaum Tengah No. 62 Rt 02/01 Desa Pamekaran Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung
Telepon : 085624001535 / (022) 5891358
Email : [email protected] /
(5)
Nama Ayah : H. Olih Solihin
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Hj. Sopiah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat Orangtua : Kaum Tengah No. 62 RT 02/01 Desa Pamekaran Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung
II.
Pendidikan Formal
No Tahun Uraian Keterangan
1 1995-1996 TK Al-Fitri Soreang LULUS
2 1996-2002 SDN 3 Soreang LULUS
3 2002-2005 SMPN 2 Soreang LULUS
4 2005-2008 SMA Mathlaul Anwar LULUS
5 2008-Sekarang Universitas Komputer Indonesia -
III.
Pengalaman Kerja
No Tahun Uraian
(6)
2 2012 Praktek Kerja Lapangan (PKL) Di PRFM 107.5 News Channel
IV.
Pengalaman Organisasi
No Tahun Uraian
1 2002 Anggota PMR SMPN 2 Soreang
2 2003 Anggota OSIS SMPN 2 Soreang
3 2005 Anggota Pramuka SMA Mathlaul Anwar
4 2007 Anggota OSIS SMA Mathlaul Anwar
5 2006 Pengurus Viking Soreang
V.
Keahlian
No. Uraian
1 MS. Office (Word, Excel, Power Point, Publisher, Acces)
2 Fotografi
3 Menulis Berita