1
BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL
NUSA TENGGARA BARAT
1.1. KONDISI UMUM
Pada triwulan III-2010 perekonomian Nusa Tenggara Barat NTB tumbuh dalam level yang tinggi mencapai 11,30 yoy, lebih
tinggi dibanding triwulan III-2009 yang tercatat sebesar 7,79yoy, namun sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 11,93
yoy. Dari sisi permintaan, tingginya pertumbuhan ekonomi Nusa
Tenggara Barat didorong oleh akselerasi kinerja ekspor yang tumbuh signifikan. Kegiatan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan
lembaga swasta nirlaba menunjukkan pertumbuhan yang positif. Sedangkan kinerja investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto
mengalami penurunan. Dari sisi penawaran, dari 3 sektor dominan di NTB hanya
sektor pertambangan yang meningkat signifikan sedangkan sektor Pertanian dan sektor PHR relatif melambat. Tren peningkatan harga
komoditas tembaga mendorong kinerja sektor pertambangan tumbuh signifikan dan menjadi sektor utama penggerak perekonomian NTB.
Di sisi ketenagakerjaan, kegiatan pengiriman TKI asal NTB ke luar negeri mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Kondisi
tersebut, diikuti oleh penurunan jumlah pengiriman dana remitansi yang masuk ke NTB. Dari sisi kesejahteraan, kemampuan daya beli petani NTB
masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan, nilai tukar petani mengalami penurunan dan masih berada dibawah level normal.
Di sisi keuangan daerah, hingga akhir triwulan III-2010 perkembangan realisasi anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat menunjukkan kinerja yang relatif rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Realisasi
penerimaan Pendapatan Asli Daerah PAD NTB mencapai 67,12, sedangkan realisasi penyerapan anggaran belanja pemerintah daerah Nusa
Tenggara Barat baru mencapai 50,37 dari target APBD-P tahun 2010.
2
1.2. SISI PERMINTAAN
Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi NTB sepanjang triwulan III-2010 didorong oleh kinerja ekspor yang tumbuh signifikan disamping juga
peningkatan di konsumsi. Sementara investasi yang tercermin dari pembentukan modal tetap bruto melambat.
a. Konsumsi