100
penilaian proses dan hasil belajar. Kompetensi tersebut sejalan pula dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornya adalah melakukan evaluasi
pembelajaran dengan cara memberikan tes kepada siswa.
Menurut Sudijono 2008: 66, menyatakan bahwa : Secara harfiah, kat
a “tes” berasal dari bahasa Prancis kuno: testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-
logam mulia” maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi
dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”. Dalam bahasa Arab: Imtihan.
Menurut Zainal Arifin 2011: 118, menyatakan bahwa : Tes merupakan suatu teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan
kegiatan pengukuran, yang didalamnya terdapat berbagai pertanyaan, peryataan atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab oleh peserta didik untuk
mengukur aspek perilaku peserta didik.
Definisi lain diungkapkan oleh Suharsimi Arikunto 2013: 46 yang menyebutkan bahwa :
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok. Tes merupakan daftar pertanyaan yang digunakan untuk mengukur pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan seseorang.
Jadi, berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa tes adalah merupakan cara yang digunakan dalam rangka untuk menilai dan mengukur
keterampilan, pengetahuan, kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh peserta didik individu atau kelompok yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik
berupa pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab maupun perintah-perintah yang harus dikerjakan oleh peserta didik.
Apabila dikaitkan dengan evaluasi yang dilakukan di sekolah, khususnya di suatu kelas, maka tes mempunyai berfungsi untuk mengukur siswa dan untuk mengukur
keberhasilan program pengajaran.
2.1.2 Fungsi Tes
Menurut Anas Sudijono 2012: 67 secara umum ada dua fungsi yang dimiliki oleh tes adalah:
a Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hal ini tes berfungsi mengukur
tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut
akan dapat diketahui seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat tercapai.
Pada umumnya tes banyak digunakan oleh guru untuk melakukan evaluasi belajar. Dengan demikian fungsi tes sebagai instrumen evaluasi adalah untuk mengukur
prestasi atau hasil belajar yang telah dicapai siswa dalam belajar. Selain itu tes juga mempunyai fungsi untuk mengukur keberhasilan suatu program pengajaran.
2.1.3 Penggolongan Tes
Tes hasil belajar merupakan salah satu evaluasi yang digunakan untuk mengetahui perkembangan belajar peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran
serta untuk mengukur keberhasilan atau kecapaian tujuan pembelajaran oleh guru. Bentuk tes hasil belajar akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
hasil tes oleh peserta didik terbagi menjadi dua, yaitu:
101
2.1.3.1 Ditinjau Dari Segi Kegunaan Untuk Mengukur Kemampuan Siswa
2.1.3.1.1 Tes Diagnostik
Menurut Suharsimi 2013: 48, menyatakan bahwa “Tes diagnostik adalah tes yang dapat digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga
berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan yang tepat”.
Sedang kan Anas Sudijono 2011: 70, menyatakan bahwa “Tes diagnostik
adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat, jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu”.
Pengertian lain yang dikeluarkan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Tahun 2007, menyatakan bahwa “Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindakan lanjut.”
Jadi, berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan atau
kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu sehingga dapat diberikan tindakan lanjut.
2.1.3.1.2 Tes Formatif
Anas Sudijono 2011: 71, menyatakan bahwa : Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui sejauh
manakah peserta didik ‘telah terbentuk’ sesuai denga tujuan pengajaran yang telah ditentukan setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu.
Sementara itu Ngalim Purwanto 2009: 26, menyatakan bahwa : Penilaian formatif adalah kegiatan penilaian yang bertujuan untuk mencari umpan
balik feedback, yang selanjutnya hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar-mengajar yang sedang atau yang sudah dilakukan.
Suharsimi Arikunto 2005: 36, menyatakan bahwa “Tes formatif adalah tes yang dilakukan pada akhir setiap program untuk mengetahui sejauh mana siswa
telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.” Jadi, berdasarkan definisi-definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tes
formatif adalah tes yang digunakan untuk mengatahui sejauh mana siswa telah terbentuk sesuai dengan tujuan pengajaran yang biasanya dilakukan ditengah
pembelajaran yaitu dilaksanakan setiap kali materi atau sub pokok bahasan berakhir.
2.1.3.1.3 Tes Sumatif
Menurut Ngalim Purwanto 2009: 26, menyatakan bahwa : Penilaian sumatif adalah penilaian yang dilakukan untuk memperoleh data atau
informasi sampai di mana penguasaan atau pencapaian belajar bagi siswa terhadap bahan pelajara yang telah dipelajarinya selama jangka waktu tertentu.
Anas Sudijono 2011: 72, menyatakan bahwa “Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program pengajaran selesai
diberikan”. Tujuan utama tes sumatif adalah menentukan nilai yang melambangkan
keberhasilan dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat ditentukan kedudukan siswa di dalam kelompok, kemampuan siswa mengikuti dan melanjutkan
pembelajaran, serta kemajuan siswa sebagai laporan terhadap orang tua dan pihak- pihak yang berkepentingan lainnya.
102
2.1.3.2 Bentuk Tes yang Digunakan Lembaga Pendidikan Dari Sistem Penskoran
2.1.3.2.1 Tes Subjektif
Suharsimi Arikunto 2009: 177, menyatakan bahwa “Tes subjektif atau tes bentuk esai adalah sejenis tes kamajuan belajar yang memerlukan jawaban yang
bersifat pembahasan atau uraian kata- kata”.
Tes uraian essay test yang sering dikenal dengan istilah tes subjektif subjective test, adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang memiliki
karakteristik sebagaimana dikemukakan oleh Anas Sudijono 2011: 100 sebagai berikut:
a Tes tersebut berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban
berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umunya cukup panjang. b
Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah itu menuntut kepada testee untuk meberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan
sebagainya. c
Jumlah butir soal umumnya terbatas, yaitu berkisar antara lima sampai sepuluh butir.
d Pada umumnya butir-butir soal tes uraian itu diawali dengan kata-kata
“Jelaskan.....”, “Bagaimana.....”, atau kata-kata lain yang serupa dengan itu. Tes subjektif dapat disimpulkan sebagai tes yang memberikan kebebasan
kepada siswa untuk menjawab pertanyaan dalam bentuk uraian. Siswa dapat merumuskan, mengorganisasikan dan menjawab jawabannya sesuai dengan
perintah pada pertanyaan. Penilaian pada tes subjektif dipengaruhi oleh pemberi skor.
2.1.3.2.2 Tes Objektif
Zainal Arifin 2013: 135, menyatakan bahwa : Tes objektif menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar di
antara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna.
Sedangkan menurut Anas Sudjiono 2011: 106, menhyatakan bahwa : Tes objektif objektive test adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang terdiri
dari butir-butir soal items yang dapat dijawab oleh testee dengan jalan memilih salah satu atau lebih diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah
dipasangkan pada masing-masing items, atau dengan jalan menuliskan mengisikan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada
tempat atau ruang yang telah disediakan untuk masing-masing butir items yang bersangkutan.
Berdasarkan pendapat dari ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tes objektif adalah jenis tes dengan butir soal yang dijawab dengan cara memilih salah satu
pilihan jawaban yang benar. Tes objektif terdiri dari empat macam yaitu tes benar-salah, tes pilihan ganda, menjodohkan dan tes isian. Setiap jenis tes objektif
memiliki karakteristiktik tersendiri. Tes objektif yang sering digunakan terutama untuk ulangan semester adalah tes pilihan ganda multiple choice test.
2.2 Hakikat Pembelajaran
2.2.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang
diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada
peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat
103
seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun. Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun mempunyai konotasi
yang berbeda.
Menurut Dimyati dan Mudjiono Syaiful Sagala, 2011: 62 menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional,
untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar”.
Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahw
a “Pembelajaran adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar”.
Konsep pembelajaran menurut Corey Syaiful Sagala, 2011: 61, dinyatakan
bahwa : Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja
dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi- kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu, pembelajaran
merupakan subset khusus dari pendidikan.
Dari definisi-definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran adalah suatu proses interaksi secara sadar atau disengaja oleh peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar agar memperoleh ilmu dan pengetahuan serta perubahan tingkah laku pada diri peserta didik yang belajar dengan adanya usaha.
2.2.2 Pengertian Tujuan Pembelajaran