Sahnya Perkawinan Tinjauan Mengenai Perkawinan

19 batasnya yaitu tidak boleh memindahkan atau mengggadaikan barang - barang tetap milik anaknya, kecuali apabila kepentingan anak itu menghendakinya, hal ini tercantum pada Pasal 48 Undang - Undang Nomor 1 tahun 1974. 19

B. Tinjauan Mengenai Putusnya Perkawinan

Menurut Pasal 38 sampai dengan 41 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974, perkawinan dapat putus karena 3 hal yaitu kematian, perceraian, dan atas keputusan pengadilan. 20 Dalam hal penetapan hak asuh atau hadhanah kepada salah satu pihak dari perkawinan yang sah, hanya dapat ditetapkan jika dari perkawinan tersebut telah putus akibat perceraian.

1. Pengertian Perceraian

Perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim atas tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu. Maksudnya adalah Undang - Undang tidak memperbolehkan perceraian dengan permufakatan saja antara suami dan isteri. Tuntutan perceraian harus dimajukan kepada Hakim secara gugat biasa dalam perkara perdata, yang harus didahului dengan meminta izin kepada 19 Munir Fuady., 2014, Konsep Hukum Perdata, Jakarta, Raja Grafindo Persada, hlm : 20 20 P.N.H Simanjuntak., Op.cit., hlm : 61 20 Ketua Pengadilan Negeri setempat untuk menggugat. Sebelum izin diberikan, hakim harus berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak. Di dalam Undang - Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan Kompilasi Hukum Islam, di kenal 2 dua macam perceraian, yaitu cerai talaq, dan cerai gugat. Cerai talaq adalah cerai yang dijatuhkan oleh suami terhadap isterinya, sehingga perkawinan mereka menjadi putus. Seorang suami yang bermaksud menceraikan isterinya mereka harus terlebih dahulu mengajukan permohonan kepada Pengadilan Agama, sedangkan cerai gugat adalah cerai yang didasarkan atas adanya gugatan yang diajukan oleh isteri, agar perkawinan dengan suaminya menjadi putus. 21 Seorang isteri yang bermaksud bercerai dari suaminya harus lebih dahulu mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama. Apabila pergaulan kedua suami - isteri tidak dapat mencapai tujuan perkawinan, maka akan mengakibatkan perpisahan, karena tidak adanya kata kesepakatan antara suami - isteri, maka dengan keadilan Allah SWT, dibukanya suatu jalan keluar dari segala kesukaran itu, yaitu pintu perceraian. Mudah - mudahan dengan adanya jalan itu 21 Yani Tri Zakiyah, 2005, Latar Belakang Dan Dampak Perceraian Studi Kasus Di Pengadilan Agama Wonosobo, Skripsi sarjana tidak diterbitkan, Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang, hlm : 24 21 terjadilah ketertiban, dan ketentraman antara kedua belah pihak. Dan masing - masing dapat mencari pasangan yang cocok yang dapat mencapai apa yang dicita - citakan. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Muhmmad SAW, yang artinya sebagai berikut: “ Dari Ibnu Umar ra. Ia berkata bahwa Rasulullah SAW telah bersabda “Sesungguhnya yang halal yang amat dibenci A llah adalah talaq”. Adapun tujuan Perceraian adalah sebagai obat, dan jalan keluar bagi suatu kesulitan yang tidak dapat diatasi lagi selain dengan perceraian. Meskipun demikian talaq masih tetap di benci Allah. 22

2. Alasan Perceraian

Menurut Pasal 19 Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1974 disebutkan bahwa perceraian dapat terjadi karena beberapa alasan: a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disebutkan. b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selam 2 tahun berturut – turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal diluar kemampuannya. c. Salah satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung. 22 Ibid., hlm : 25