Tata Cara Perceraian Tinjauan Mengenai Putusnya Perkawinan

25 tergugat meninggalkan rumah, gugatan dapat diterima apabila tergugat mengatakan, atau menunjukkan sikap tidak mau lagi kembali kerumah kediaman bersama. b Antara suami - isteri terus - menerus terjadi perselisihan, dan pertengkaran, serta tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Gugatan baru dapat diterima apabila telah cukup jelas bagi Pengadilan Agama mengenai sebab - sebab peselisihan, dan pertengkaran itu, serta telah mendengar pihak keluarga juga terhadap orang- orang yang dekat dengan suami-isteri tersebut. c Suami mendapat hukuman penjara 5 lima tahun, atau hukuman yang berat setelah perkawinan berlangsung, maka untuk mendapatkan putusan sebagai bukti penggugat, cukup menyampaikan salinan putusan Pengadilan yang memutuskan perkara, disertai keterangan yang menyatakan bahwa putusan itu telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 3 Selama berlangsungnya gugatan perceraian atas permohonan penggugat atau tergugat berdasarkan pertimbangan bahaya yang mungkin di timbulkannya, Pengadilan Agama dapat mengizinkan suami - isteri tersebut untuk tidak tinggal dalam satu rumah. 26 4 Selama berlangsungnya gugatan perceraian, atas permohonan tergugat atau penggugat, Pengadilan Agama dapat: a Menentukan nafkah yang harus di tanggung oleh suami. b Menentukan hal - hal yang perlu untuk menjamin terpeliharanya barang barang yang menjadi hak bersama suami-isteri, atau barang - barang yang menjadi hak suami, atau barang - barang yang menjadi hak isteri. Gugatan perceraian gugur apabila suami, atau isteri meninggal sebelum adanya putusan Pengadilan Agama mengenai gugatan perceraian tersebut . 25

4. Akibat Perceraian

Menurut Pasal 41 Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1974, akibat putusnya perkawinan karena perceraian antara lain: a. Bapak ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak - anaknya, semata - mata berdasarkan kepentingan anak, bila mana ada perselisihan mengenai penguasaan anak - anak, pengadilan memberi keputusannya. b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam 25 Ibid., hlm : 26 27 kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut. c. Pengadilan dapat mewajibkan bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan danatau sesuatu kewajiban bagi bekas istri. 26

C. Tinjauan Mengenai Anak

1. Tinjauan Mengenai Anak Sah

Dalam kamus umum bahasa indonesia dikemukakan bahwa anak adalah keturunana kedua sebagai hasil dari hubungan antara pria dan wanita. Dalam Undang- Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan Pasal 42 disebutkan bahwa anak yang sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau sebagai akibat dari perkawinan yang sah. Dalam pandangan hukum islam, ada empat syarat nasab anak itu dianggap sah, yaitu : a. Kehamilan bagi seorang istri bukan hal yang mustahil, artinya normal dan wajar untuk hamil. Imam Hanafi tidak mensyaratkan seperti ini, menurut beliau meskipun suami istri tidak melakukan hubungan seksual, apabila anak lahir dari seorang istri yang dikawini secara sah, maka anak tersebut adalah anak sah. b. Tenggang waktu kelahiran dengan pelaksanaan perkawinan sedikit - dikitnya enam bulan sejak perkawinan dilaksanakan. 26 Lihat Undang – Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 28 Tentang yang terjadi ijma’ para pakar hukum islam sebagai masa terpendek dari suatu kehamilan. c. Anak yang lahir itu terjadi dalam waktu kurang dari masa sepanjang kehamilan. Tentang hal ini masih diperselisihankan oleh para pakar hukum islam. d. Suami tidak mengingkar anak tersebut melalui lembaga li’an. Jika seorang laki - laki ragu tentang batas minimal tidak terpenuhi dalam masalah kehamilan atau batas maksimal kehamilan terlampaui, maka ada alasan bagi suami untuk mengingkari anak yang dikan dung oleh istrinya dengan cara li’an. 27 Anak sah mempunyai kedudukan tertentu terhadap keluarganya, orang tua berkewajiban untuk memberikan nafkah hidup, pendidikan yang cukup, memelihara kehidupan anak tersebut sampai dewasa atau sampai ia dapat berdiri sendiri mencari nafkah. Anak sah merupakan tumpuan harapan orang tuanya dan sekaligus menjadi penerus keturunannya. 28 Didalam hukum islam menentukan bahwa pada dasarnya keturunan anak adalah sah apabila pada permulaan terjadi kehamilan antara ibu anak dan laki – laki yang menyebabkan terjadinya kehamilan terjalin dalam hubungan 27 Abdul Manan., 2012, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta, Prenada media Grup, hlm : 78 28 Ibid., 29 perkawinan yang sah. Sedangkan menurut Pasal 99 Kompilasi Hukum Islam anak sah adalah : a. anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah. b. hasil pembuahan suami istri yang sah diluar ramih dan dilahirkan oleh istri tersebut. 29

2. Tinjauan Mengenai Batasan Anak Dibawah Umur

a. Menurut Undang - Undang Perlindungan Anak Dalam Undang - Undang RI Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak Jo. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak ditegaskan bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun delapan belas tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Ketentuan dalam undang - undang di atas menerangkan bahwa anak yang masih dalam kandungan pun di kategorikan anak sampai dengan berusia 18 tahun. 30 b. Menurut Undang - Undang Perkawinan 29 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan.., Op.cit., hlm : 275. 30 Achmad Asfi Burhanudin, Menulis Referensi dari Internet, 1 April 2015 http:ejournal.kopertais4.or.idindex.phpelfaqiharticledownload648434