TAHAP ORIENTASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST KATETERISASI JANTUNG DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

sampai alat berhenti 6 Melihat angka yang menunjukkan frekuensi nadi 7 Mengatur kembali baju dan posisi pasien 8 Memberitahukan hasil pengukuran tekanan nadi 9 Mencatat hasil pengukuran 10 Mencuci tangan C TAHAP TERMINASI 1 Melakukan evaluasi tindakan 2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3 Mengakhiri wawancara dengan baik 4 Mendokumentasikan ฀ampiran 9 PROSEDUR PENGUKURAN FREKUENSI PERNAFASAN Brunner Suddarth, 2009

A. TAHAP ORIENTASI

1 Memberikan salam menyapa pasien 2 Memperkenalkan diri 3 Menjelaskan tujuan prosedur 4 Menjelaskan langkah prosedur 5 Menanyakan kesiapan pasien B FASE KERJA 1 Mencuci tangan sebelum tindakan 2 Mengatur posisi pasien 3 Menghitung frekuensi dan irama pernafasan 1 menit 4 Mencatat hasil perhitungan 5 Mencuci tangan C TAHAP TERMINASI 1 Melakukan evaluasi tindakan 2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3 Mengakhiri wawancara dengan baik 4 Mendokumentasikan ฀AMPIRAN 10 FORMU฀IR ISIAN PENE฀ITIAN KOMBINASI TERAPI MUSIK DAN TEKNIK RE฀AKSASI NAFAS DA฀AM PADA PASIEN POST KATETERISASI JANTUNG PTCA DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA No Kode 1. Nomor Responden 2. Tanggal Kateterisasi JantungPTCA 3. Nomer MR 4. Nama pasien : 5. Umur: 1. 20-30 tahun 2. 31- 50 tahun ฀ORM INTERVENSI RUANG : 3. 51- 70 tahun 4. 70 tahun 6. Jenis Kelamin 1. ฀aki-laki 2. Perempuan 7. Pengalaman Kateterisasi Jantung 1. Satu kali 2. Dua 2 kali atau lebih 8. Diagnosa Penyakit. Jantung 9. Tindakan 1. Kateterisasi 2. PTCA 10. Jam selesai kateterisasi jantung , 11. ฀okasi Tindakan 1. Radial 2. Femoral 12. Pengukuran tanda-tanda vital 1 2 jam post kateterisasi jantung di ruang rawat inap T = mmHg Nadi = xmenit R = xmenit 13. Penilaian Skala Nyeri 1 = 2 jam post kateterisasi jantung di ruang rawat inap ①②③④⑤⑥⑦⑧⑨⑩ 14. Jam mulai kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam 2 jam post kateterisasi jantung selama 15 menit , 15. Jam mulai kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam 3 jam post kateterisasi jantung selama 15 menit , 16. Pengukuran tanda-tanda vital 2 =30 menit setelah intervensi kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam yang kedua T = mmHg, Nadi = xmenit R = xmenit 17. ฀Penilaian Skala Nyeri 2 : 30 menit setelah intervensi kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam yang kedua ①②③④⑤⑥⑦⑧⑨⑩ 18. Observasi ekspresi wajah 1. Tampak kesakitan 2. Tidak kesakitan = dipilih dan ditulis pada kolom kode Peneliti Asisten Peneliti ฀AMPIRAN 11 FORMU฀฀IR ISIAN PENE฀ITIAN KOMBINASI TERAPI MUSIK DAN TEKNIK RE฀AKSASI NAFAS DA฀AM PADA PASIEN POST KATETERISASI JANTUNG PTCA DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA No Kode 1 Nomor Responden 2 Tanggal Kateterisasi JantungPTCA 3 Nomer MR ฀ORM KONTROL RUANG : 4 Nama pasien : 5 Umur: 1. 20-30 tahun 2. 31- 50 tahun 3. 51- 70 tahun 4. 70 tahun 6 Jenis Kelamin 1. ฀aki-laki 2. Perempuan 7 Pengalaman Kateterisasi Jantung 1. Satu kali 2. Dua 2 kali atau lebih 8 Diagnosa Penyakit. Jantung 9 Tindakan 1. Kateterisasi 2. PTCA 10 Jam selesai Kateterisasi Jantung , 11 ฀okasi 1. Radial 2. Femoral 12 Pengukuran tanda-tanda vital 1 2 jam post kateterisasi jantung di ruang rawat inap T = mmHg Nadi = xmenit R = xmenit 13 Pengukuran tanda-tanda vital 2 = 3,5 jam post kateterisasi jantung di ruang rawat inap T = mmHg, Nadi = xmenit R = xmenit 14 Penilaian Skala Nyeri 1 = 2 jam post kateterisasi jantung di ruang rawat inap ①②③④⑤⑥⑦⑧⑨⑩ 15 ฀Penilaian Skala Nyeri 2 : 3 ,5 jam post kateterisasi jantung di ruang rawat inap ①②③④⑤⑥⑦⑧⑨⑩ 16 Observasi ekspresi wajah 1. Tampak kesakitan 2. Tidak kesakitan = dipilih dan ditulis pada kolom kode Peneliti Asisten Peneliti Normalitas ฀ests of Normality ฀erapi musikRelaksasi Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Nyeri pre terapi ฀erapi Musik Protap .293 19 .000 .774 19 .000 Sesuai Protap .223 19 .014 .834 19 .004 Systole pre terapi ฀erapi Musik Protap .171 19 .146 .916 19 .096 Sesuai Protap .188 19 .074 .933 19 .197 Diastole pre terapi ฀erapi Musik Protap .143 19 .200 .965 19 .683 Sesuai Protap .186 19 .082 .942 19 .283 Nadi pre terapi ฀erapi Musik Protap .132 19 .200 .945 19 .328 Sesuai Protap .200 19 .043 .893 19 .056 Respirasi pre terapi ฀erapi Musik Protap .280 19 .000 .786 19 .001 Sesuai Protap .248 19 .003 .885 19 .027 a. Lilliefors Significance Correction . ฀his is a lower bound of the true significance. ฀ests of Normality ฀erapi musikRelaksasi Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Nyeri post terapi ฀erapi Musik Protap .213 19 .023 .889 19 .031 Sesuai Protap .218 19 .018 .869 19 .014 Systole post terapi ฀erapi Musik Protap .153 19 .200 .908 19 .067 Sesuai Protap .130 19 .200 .926 19 .146 Diastole post terapi ฀erapi Musik Protap .105 19 .200 .955 19 .471 Sesuai Protap .151 19 .200 .920 19 .113 Nadi post terapi ฀erapi Musik Protap .186 19 .083 .909 19 .071 Sesuai Protap .138 19 .200 .925 19 .141 Respirasi post terapi ฀erapi Musik Protap .323 19 .000 .778 19 .001 Sesuai Protap .294 19 .000 .836 19 .004 a. Lilliefors Significance Correction . ฀his is a lower bound of the true significance. ฀ests of Normality ฀erapi musikRelaksasi Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Nyeri selisih ฀erapi Musik Protap .293 19 .000 .777 19 .001 Sesuai Protap .482 19 .000 .507 19 .000 Systole selisih ฀erapi Musik Protap .185 19 .088 .851 19 .007 Sesuai Protap .206 19 .032 .824 19 .003 Diastole selisih ฀erapi Musik Protap .316 19 .000 .722 19 .000 Sesuai Protap .261 19 .001 .810 19 .002 Nadi selisih ฀erapi Musik Protap .185 19 .085 .887 19 .029 Sesuai Protap .197 19 .050 .775 19 .001 Respirasi selisih ฀erapi Musik Protap .253 19 .002 .860 19 .010 Sesuai Protap .259 19 .002 .798 19 .001 a. Lilliefors Significance Correction Group Statistics ฀erapi musikRelaksasi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Usia1 ฀erapi Musik Protap 19 55.26 11.040 2.533 Sesuai Protap 19 55.37 10.123 2.322 Independent Samples ฀est Levenes ฀est for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95 Confidence Interval of the Difference F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference Lower Upper Usia1 Equal variances assumed .417 .522 -.031 36 .976 -.105 3.436 -7.074 6.864 Equal variances not assumed -.031 35.733 .976 -.105 3.436 -7.076 6.865 Jenis Kelamin ฀erapi musikRelaksasi Crosstabulation ฀erapi musikRelaksasi ฀otal ฀erapi Musik Protap Sesuai Protap Jenis Kelamin Laki-laki Count 12 14 26 within ฀erapi musikRelaksasi 63.2 73.7 68.4 Perempuan Count 7 5 12 within ฀erapi musikRelaksasi 36.8 26.3 31.6 ฀otal Count 19 19 38 within ฀erapi musikRelaksasi 100.0 100.0 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .487 a 1 .485 Continuity Correction b .122 1 .727 Likelihood Ratio .489 1 .484 Fishers Exact ฀est .728 .364 Linear-by-Linear Association .474 1 .491 N of Valid Cases 38 a. 0 cells .0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 6.00. b. Computed only for a 2x2 table ฀erapi musikRelaksasi ฀otal ฀erapi Musik Protap Sesuai Protap Pengalaman Catheter Satu kali Count 16 15 31 within ฀erapi musikRelaksasi 84.2 78.9 81.6 Dua kali atau lebih Count 3 4 7 within ฀erapi musikRelaksasi 15.8 21.1 18.4 ฀otal Count 19 19 38 within ฀erapi musikRelaksasi 100.0 100.0 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .175 a 1 .676 Continuity Correction b .000 1 1.000 Likelihood Ratio .176 1 .675 Fishers Exact ฀est 1.000 .500 Linear-by-Linear Association .171 1 .680 N of Valid Cases 38 a. 2 cells 50.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 3.50. b. Computed only for a 2x2 table Usia50 Nyeriselkat Crosstabulation Nyeriselkat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Usia50 = 50 tahun Count 13 13 26 of ฀otal 34.2 34.2 68.4 50 tahun Count 10 2 12 of ฀otal 26.3 5.3 31.6 ฀otal Count 23 15 38 of ฀otal 60.5 39.5 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square 3.818 a 1 .051 Continuity Correction b 2.551 1 .110 Likelihood Ratio 4.125 1 .042 Fishers Exact ฀est .077 .052 Linear-by-Linear Association 3.718 1 .054 N of Valid Cases 38 a. 1 cells 25.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 4.74. b. Computed only for a 2x2 table Jenis Kelamin Nyeriselkat Crosstabulation Nyeriselkat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Jenis Kelamin Laki-laki Count 15 11 26 of ฀otal 39.5 28.9 68.4 Perempuan Count 8 4 12 of ฀otal 21.1 10.5 31.6 ฀otal Count 23 15 38 of ฀otal 60.5 39.5 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .277 a 1 .599 Continuity Correction b .029 1 .866 Likelihood Ratio .280 1 .597 Fishers Exact ฀est .728 .437 Linear-by-Linear Association .269 1 .604 N of Valid Cases 38 a. 1 cells 25.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 4.74. b. Computed only for a 2x2 table Pengalaman Catheter Nyeriselkat Crosstabulation Nyeriselkat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Pengalaman Catheter Satu kali Count 19 12 31 of ฀otal 50.0 31.6 81.6 Dua kali atau lebih Count 4 3 7 of ฀otal 10.5 7.9 18.4 ฀otal Count 23 15 38 of ฀otal 60.5 39.5 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .041 a 1 .839 Continuity Correction b .000 1 1.000 Likelihood Ratio .041 1 .840 Fishers Exact ฀est 1.000 .581 Linear-by-Linear Association .040 1 .841 N of Valid Cases 38 a. 2 cells 50.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 2.76. b. Computed only for a 2x2 table Usia50 Systoleselkat Crosstabulation Systoleselkat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Usia50 = 50 tahun Count 11 15 26 of ฀otal 28.9 39.5 68.4 50 tahun Count 3 9 12 of ฀otal 7.9 23.7 31.6 ฀otal Count 14 24 38 of ฀otal 36.8 63.2 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square 1.057 a 1 .304 Continuity Correction b .444 1 .505 Likelihood Ratio 1.094 1 .295 Fishers Exact ฀est .472 .256 Linear-by-Linear Association 1.029 1 .310 N of Valid Cases 38 a. 1 cells 25.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 4.42. b. Computed only for a 2x2 table Jenis Kelamin Systoleselkat Crosstabulation Systoleselkat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Jenis Kelamin Laki-laki Count 10 16 26 of ฀otal 26.3 42.1 68.4 Perempuan Count 4 8 12 of ฀otal 10.5 21.1 31.6 ฀otal Count 14 24 38 of ฀otal 36.8 63.2 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .093 a 1 .761 Continuity Correction b .000 1 1.000 Likelihood Ratio .094 1 .760 Fishers Exact ฀est 1.000 .528 Linear-by-Linear Association .090 1 .764 N of Valid Cases 38 a. 1 cells 25.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 4.42. b. Computed only for a 2x2 table Pengalaman Catheter Systoleselkat Crosstabulation Systoleselkat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Pengalaman Catheter Satu kali Count 11 20 31 of ฀otal 28.9 52.6 81.6 Dua kali atau lebih Count 3 4 7 of ฀otal 7.9 10.5 18.4 ฀otal Count 14 24 38 of ฀otal 36.8 63.2 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .133 a 1 .715 Continuity Correction b .000 1 1.000 Likelihood Ratio .131 1 .717 Fishers Exact ฀est 1.000 .517 Linear-by-Linear Association .130 1 .719 N of Valid Cases 38 a. 2 cells 50.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 2.58. b. Computed only for a 2x2 table Usia50 Diastolekat Crosstabulation Diastolekat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Usia50 = 50 tahun Count 9 17 26 of ฀otal 23.7 44.7 68.4 50 tahun Count 3 9 12 of ฀otal 7.9 23.7 31.6 ฀otal Count 12 26 38 of ฀otal 31.6 68.4 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .351 a 1 .553 Continuity Correction b .047 1 .828 Likelihood Ratio .360 1 .549 Fishers Exact ฀est .714 .421 Linear-by-Linear Association .342 1 .559 N of Valid Cases 38 a. 1 cells 25.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 3.79. b. Computed only for a 2x2 table Jenis Kelamin Diastolekat Crosstabulation Diastolekat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Jenis Kelamin Laki-laki Count 8 18 26 of ฀otal 21.1 47.4 68.4 Perempuan Count 4 8 12 of ฀otal 10.5 21.1 31.6 ฀otal Count 12 26 38 of ฀otal 31.6 68.4 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .025 a 1 .874 Continuity Correction b .000 1 1.000 Likelihood Ratio .025 1 .875 Fishers Exact ฀est 1.000 .579 Linear-by-Linear Association .024 1 .876 N of Valid Cases 38 a. 1 cells 25.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 3.79. b. Computed only for a 2x2 table Pengalaman Catheter Diastolekat Crosstabulation Diastolekat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Pengalaman Catheter Satu kali Count 9 22 31 of ฀otal 23.7 57.9 81.6 Dua kali atau lebih Count 3 4 7 of ฀otal 7.9 10.5 18.4 ฀otal Count 12 26 38 of ฀otal 31.6 68.4 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .505 a 1 .477 Continuity Correction b .068 1 .794 Likelihood Ratio .486 1 .486 Fishers Exact ฀est .656 .385 Linear-by-Linear Association .492 1 .483 N of Valid Cases 38 a. 2 cells 50.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 2.21. b. Computed only for a 2x2 table Usia50 Nadiselkat Crosstabulation Nadiselkat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Usia50 = 50 tahun Count 11 15 26 of ฀otal 28.9 39.5 68.4 50 tahun Count 5 7 12 of ฀otal 13.2 18.4 31.6 ฀otal Count 16 22 38 of ฀otal 42.1 57.9 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .001 a 1 .970 Continuity Correction b .000 1 1.000 Likelihood Ratio .001 1 .970 Fishers Exact ฀est 1.000 .626 Linear-by-Linear Association .001 1 .971 N of Valid Cases 38 a. 0 cells .0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 5.05. b. Computed only for a 2x2 table Jenis Kelamin Nadiselkat Crosstabulation Nadiselkat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Jenis Kelamin Laki-laki Count 11 15 26 of ฀otal 28.9 39.5 68.4 Perempuan Count 5 7 12 of ฀otal 13.2 18.4 31.6 ฀otal Count 16 22 38 of ฀otal 42.1 57.9 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .001 a 1 .970 Continuity Correction b .000 1 1.000 Likelihood Ratio .001 1 .970 Fishers Exact ฀est 1.000 .626 Linear-by-Linear Association .001 1 .971 N of Valid Cases 38 a. 0 cells .0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 5.05. b. Computed only for a 2x2 table Pengalaman Catheter Nadiselkat Crosstabulation Nadiselkat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Pengalaman Catheter Satu kali Count 13 18 31 of ฀otal 34.2 47.4 81.6 Dua kali atau lebih Count 3 4 7 of ฀otal 7.9 10.5 18.4 ฀otal Count 16 22 38 of ฀otal 42.1 57.9 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .002 a 1 .964 Continuity Correction b .000 1 1.000 Likelihood Ratio .002 1 .964 Fishers Exact ฀est 1.000 .641 Linear-by-Linear Association .002 1 .965 N of Valid Cases 38 a. 2 cells 50.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 2.95. b. Computed only for a 2x2 table Usia50 Respselkat Crosstabulation Respselkat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Usia50 = 50 tahun Count 16 10 26 of ฀otal 42.1 26.3 68.4 50 tahun Count 8 4 12 of ฀otal 21.1 10.5 31.6 ฀otal Count 24 14 38 of ฀otal 63.2 36.8 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .093 a 1 .761 Continuity Correction b .000 1 1.000 Likelihood Ratio .094 1 .760 Fishers Exact ฀est 1.000 .528 Linear-by-Linear Association .090 1 .764 N of Valid Cases 38 a. 1 cells 25.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 4.42. b. Computed only for a 2x2 table Jenis Kelamin Respselkat Crosstabulation Respselkat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Jenis Kelamin Laki-laki Count 17 9 26 of ฀otal 44.7 23.7 68.4 Perempuan Count 7 5 12 of ฀otal 18.4 13.2 31.6 ฀otal Count 24 14 38 of ฀otal 63.2 36.8 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .175 a 1 .675 Continuity Correction b .003 1 .954 Likelihood Ratio .174 1 .677 Fishers Exact ฀est .728 .472 Linear-by-Linear Association .171 1 .679 N of Valid Cases 38 a. 1 cells 25.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 4.42. b. Computed only for a 2x2 table Pengalaman Catheter Respselkat Crosstabulation Respselkat ฀otal Ada perubahan ฀idak ada perubahan Pengalaman Catheter Satu kali Count 19 12 31 of ฀otal 50.0 31.6 81.6 Dua kali atau lebih Count 5 2 7 of ฀otal 13.2 5.3 18.4 ฀otal Count 24 14 38 of ฀otal 63.2 36.8 100.0 Chi-Square ฀ests Value df Asymp. Sig. 2- sided Exact Sig. 2- sided Exact Sig. 1- sided Pearson Chi-Square .252 a 1 .615 Continuity Correction b .005 1 .945 Likelihood Ratio .260 1 .610 Fishers Exact ฀est 1.000 .483 Linear-by-Linear Association .246 1 .620 N of Valid Cases 38 a. 2 cells 50.0 have expected count less than 5. ฀he minimum expected count is 2.58. b. Computed only for a 2x2 table Descriptive Statistics ฀erapi musikRelaksasi n Mean Std. Deviation Minimum Maximum ฀erapi Musik Protap Nyeri pre terapi 19 5.26 .806 4 6 Respirasi pre terapi 19 22.26 2.400 20 28 Nyeri post terapi 19 2.58 .902 1 4 Respirasi post terapi 19 19.89 1.243 18 22 Sesuai Protap Nyeri pre terapi 19 4.26 1.195 3 6 Respirasi pre terapi 19 21.32 1.565 18 24 Nyeri post terapi 19 4.05 1.268 2 6 Respirasi post terapi 19 21.16 2.035 18 24 ฀est Statistics b ฀erapi musikRelaksasi Nyeri post terapi - Nyeri pre terapi Respirasi post terapi - Respirasi pre terapi ฀erapi Musik Protap Z -3.895 a -3.370 a Asymp. Sig. 2-tailed .001 .001 Sesuai Protap Z -2.000 a -.418 a Asymp. Sig. 2-tailed .065 .676 a. Based on positive ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks ฀est Paired Samples Statistics ฀erapi musikRelaksasi Mean n Std. Deviation Std. Error Mean ฀erapi Musik Protap Pair 1 Systole pre terapi 127.95 19 21.099 4.840 Systole post terapi 121.68 19 12.526 2.874 Pair 2 Diastole pre terapi 79.42 19 10.308 2.365 Diastole post terapi 76.37 19 6.994 1.604 Pair 3 Nadi pre terapi 79.32 19 12.365 2.837 Nadi post terapi 77.32 19 10.231 2.347 Sesuai Protap Pair 1 Systole pre terapi 130.21 19 20.060 4.602 Systole post terapi 129.32 19 19.672 4.513 Pair 2 Diastole pre terapi 75.63 19 9.622 2.207 Diastole post terapi 72.47 19 8.455 1.940 Pair 3 Nadi pre terapi 73.00 19 11.523 2.644 Nadi post terapi 69.37 19 7.960 1.826 Paired Samples ฀est ฀erapi musikRelaksasi Paired Differences t df Sig. 2- tailed 95 Confidence Interval of the Difference Mean Std. Deviation Std. Error Mean Lower Upper ฀erapi Musik Protap Pair 1 Systole pre terapi - Systole post terapi 6.263 10.785 2.474 1.065 11.461 2.531 18 .021 Pair 2 Diastole pre terapi - Diastole post terapi 3.053 4.288 .984 .986 5.119 3.103 18 .006 Pair 3 Nadi pre terapi - Nadi post terapi 2.000 4.137 .949 .006 3.994 2.108 18 .049 Sesuai Protap Pair 1 Systole pre terapi - Systole post terapi .895 8.812 2.022 -3.353 5.142 .443 18 .663 Pair 2 Diastole pre terapi - Diastole post terapi 3.158 6.906 1.584 -.171 6.487 1.993 18 .062 Pair 3 Nadi pre terapi - Nadi post terapi 3.632 7.683 1.763 -.071 7.335 2.060 18 .054 Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Nyeri pre terapi 38 4.76 1.125 3 6 Nyeri post terapi 38 3.32 1.317 1 6 Respirasi pre terapi 38 21.79 2.055 18 28 Respirasi post terapi 38 20.53 1.782 18 24 ฀erapi musikRelaksasi 38 1.50 .507 1 2 Mann-Whitney ฀est ฀est Statistics b Nyeri pre terapi Nyeri post terapi Respirasi pre terapi Respirasi post terapi Mann-Whitney U 94.000 66.500 147.500 119.500 Wilcoxon W 284.000 256.500 337.500 309.500 Z -2.623 -3.450 -1.024 -1.965 Asymp. Sig. 2-tailed .100 .001 .306 .049 Exact Sig. [21-tailed Sig.] .011 a .001 a .339 a .075 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ฀erapi musikRelaksasi Group Statistics ฀erapi musikRelaksasi N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Systole pre terapi ฀erapi Musik Protap 19 127.95 21.099 4.840 Sesuai Protap 19 130.21 20.060 4.602 Diastole pre terapi ฀erapi Musik Protap 19 78.89 10.397 2.385 Sesuai Protap 19 73.37 10.040 2.303 Nadi pre terapi ฀erapi Musik Protap 19 79.32 12.365 2.837 Sesuai Protap 19 73.00 11.523 2.644 Systole post terapi ฀erapi Musik Protap 19 121.68 12.526 2.874 Sesuai Protap 19 129.32 19.672 4.513 Diastole post terapi ฀erapi Musik Protap 19 76.37 6.994 1.604 Sesuai Protap 19 72.47 8.455 1.940 Nadi post terapi ฀erapi Musik Protap 19 77.32 10.231 2.347 Sesuai Protap 19 69.37 7.960 1.826 Independent Samples ฀est Levenes ฀est for Equality of Variances t-test for Equality of Means 95 Confidence Interval of the Difference F Sig. t df Sig. 2- tailed Mean Difference Std. Error Difference Lower Upper Systole pre terapi Equal variances assumed .396 .533 -.339 36 .737 -2.263 6.679 -15.809 11.282 Equal variances not assumed -.339 35.909 .737 -2.263 6.679 -15.810 11.284 Diastole pre terapi Equal variances assumed .461 .501 1.667 36 .249 5.526 3.316 -1.199 12.251 Equal variances not assumed 1.667 35.956 .249 5.526 3.316 -1.199 12.251 Nadi pre terapi Equal variances assumed .014 .906 1.629 36 .112 6.316 3.878 -1.548 14.180 Equal variances not assumed 1.629 35.822 .112 6.316 3.878 -1.550 14.181 Systole post terapi Equal variances assumed 1.761 .193 -1.426 36 .162 -7.632 5.350 -18.483 3.219 Equal variances not assumed -1.426 30.535 .164 -7.632 5.350 -18.550 3.287 Diastole post terapi Equal variances assumed 1.822 .186 1.547 36 .131 3.895 2.517 -1.211 9.000 Equal variances not assumed 1.547 34.778 .131 3.895 2.517 -1.217 9.006 Nadi post terapi Equal variances assumed .222 .641 2.672 36 .011 7.947 2.974 1.916 13.979 Equal variances not assumed 2.672 33.948 .011 7.947 2.974 1.903 13.991 Descriptive Statistics N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Nyeri selisih 38 1.45 1.389 4 Systole selisih 38 7.68 7.367 30 Diastole selisih 38 5.34 5.692 21 Nadi selisih 38 4.76 4.750 26 Respirasi selisih 38 1.84 1.838 8 ฀erapi musikRelaksasi 38 1.50 .507 1 2 Mann-Whitney ฀est ฀est Statistics b Nyeri selisih Systole selisih Diastole selisih Nadi selisih Respirasi selisih Mann-Whitney U .000 126.500 163.500 159.500 128.000 Wilcoxon W 190.000 316.500 353.500 349.500 318.000 Z -5.500 -1.586 -.500 -.619 -1.631 Asymp. Sig. 2-tailed .001 .113 .617 .536 .103 Exact Sig. [21-tailed Sig.] .000 a .116 a .624 a .544 a .130 a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: ฀erapi musikRelaksasi Hubungan karakteristik dengan perubahan intensitas nyeri     Variabel   Ada perubahan Tidak ada perubahan Total OR p-value f f f Usia ≥ 50 tahun 13 34.2 13 34.2 26 68.4 3.818 0.041 50 tahun 10 26.3 2 5.3 12 31.6 Jenis Kelamin ฀aki-laki 15 39.5 11 28.9 26 68.4 0.277 0.599 Perempuan 8 21.1 4 10.5 12 31.6 Pengalaman Catheter Satu kali 19 50.0 12 31.6 31 81.6 0.041 0.839 Dua kali atau lebih 4 10.5 3 7.9 7 18.4 Hubungan karakteristik dengan perubahan Systole   Variabel  Ada perubahan Tidak ada perubahan Total f f f OR p-value Usia = 50 tahun 11 28.9 15 39.5 26 68.4 1.057 0.304 50 tahun 3 7.9 9 23.7 12 31.6 Jenis Kelamin ฀aki-laki 10 26.3 16 42.1 26 68.4 0.093 0.761 Perempuan 4 10.5 8 21.1 12 31.6 Pengalaman Catheter Satu kali 11 28.9 20 52.6 31 81.6 0.133 0.715 Dua kali atau lebih 3 7.9 4 10.5 7 18.4 Hubungan karakteristik dengan perubahan Diastole   Variabel Ada perubahan Tidak ada perubahan Total OR p-value f f   Usia50 = 50 tahun 9 23.7 17 44.7 26 68.4 0.351 0.553 50 tahun 3 7.9 9 23.7 12 31.6 Jenis Kelamin ฀aki-laki 8 21.1 18 47.4 26 68.4 0.025 0.874 Perempuan 4 10.5 8 21.1 12 31.6 Pengalaman Catheter Satu kali 9 23.7 22 22 31 81.6 0.505 0.477 Dua kali atau lebih 3 7.9 4 10.5 7 18.4 Hubungan karakteristik dengan perubahan Nadi   Variabel Ada perubahan Tidak ada perubahan Total OR p-value     f f   Usia50 = 50 tahun 11 28.9 15 39.5 26 68.4 0.001 0.970 50 tahun 5 13.2 7 18.4 12 31.6 Jenis Kelamin ฀aki-laki 11 28.9 15 39.5 26 68.4 0.001 0.970 Perempuan 5 13.2 7 18.4 12 31.6 Pengalaman Catheter Satu kali 13 34.2 18 47.4 31 81.6 0.002 0.964 Dua kali atau lebih 3 7.9 4 10.5 7 18.4 Hubungan karakteristik dengan perubahan respirasi   Variabel Ada perubahan Tidak ada perubahan Total OR p-value f f f Usia50 = 50 tahun 16 42.1 10 26.3 26 68.4 0.093 0.761 50 tahun 8 21.1 4 10.5 12 31.6 Jenis Kelamin ฀aki-laki 17 44.7 9 23.7 26 68.4 0.175 0.675 Perempuan 7 18.4 5 13.2 12 31.6 Pengalaman Catheter Satu kali 19 50.0 12 31.6 31 81.6 0.252 0.615 Dua kali atau lebih 5 13.2 2 5.3 7 18.4 ฀F฀KTIFITAS KOMBINASI T฀RAPI MUSIK DAN T฀KNIK R฀LAKSASI NAFAS DALAM T฀RHADAP P฀NURUNAN INT฀NSITAS NY฀RI PADA PASI฀N POST KAT฀T฀RISASI JANTUNG DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Naskah Publikasi Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta NANIK SRI KHODRIYATI 20141050004 PROGRAM STUDY MAGIST฀R K฀P฀RAWATAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIV฀RSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016 L฀MBAR P฀NG฀SAHAN Naskah Publikasi ฀F฀KTIFITAS KOMBINASI T฀RAPI MUSIK DAN T฀KNIK R฀LAKSASI NAFAS DALAM T฀RHADAP P฀NURUNAN INT฀NSITAS NY฀RI PASI฀N POST KAT฀T฀RISASI JANTUNG DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Mengetahui Ketua Program Studi Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fitri Arofiati, S.Kep.,Ns., MAN.,Ph.D ฀ 3 ฀BSTR฀CT ฀ EFFECTIVENESS฀OF฀COMBINATION฀MUSIC฀THERAPY฀AND฀DEEP฀BREATHING฀ RELAXATION฀TECHNIQUE฀TOWARDS฀DECREASING฀PAIN฀ ฀TO฀PATIENT฀WITH฀POST฀CARDIAC฀CATHETERIZATION Nanik Sri Khodriyati ¹, Arlina Dewi², Azizah Khoiriyati³ ฀Student of Nursing Master, University of Muhammadiyah Yogyakarta. ฀˒³ Lecture of Graduate Program, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Email : naniksri72yahoo.com Background: Coronary heart disease can be identified diagnosed with cardiac catheterization action. This action can cause discomfort pain. Pain management should be given appropriately, because free from pain is part of human rights. Pain can be derived using pharmacological and non-pharmacological techniques. Non-pharmacological techniques include therapy with a combination of music and deep breathing relaxation techniques, which proved to show the effect of releasing pain, decreasing blood pressure and heart rate. Objective: To analyze the effectiveness of combination music therapy and deep breathing relaxation towards decreasing pain intensity to patients with post cardiac catheterization. Methods: Research design was quasi experiment with pre post test with control group using consecutive sampling approach. Total samples were 38 respondents, divided of 19 respondents in intervention groups with a combination of music therapy and deep breathing relaxation and 19 respondents in control group with therapy of standard room with deep breathing relaxation techniques. Pain assessment used Numeric Rating Scale NRS, statistical test of data analysis used paired t test, wilcoxon, independent sample t-test and mann-whitney. ฀ Results: Statistical test results of paired t test, wilcoxon showed value of p value 0.05 so that the combination of music therapy and deep breathing relaxation technique can significantly decrease pain intensity and stabilize the vital signs to patients with post cardiac catheterization, then analyzed the differences of each variable and SOP hospital as a control with independent sample t-test and mann- whitney test. Results value of p value 0.05 for pain, respiration and pulse where as for systole, diastole value of p value 0.05 and continued to mann-whitney test to compare decreasing of two variables with each p value 0.05, except pain value of p value 0.05 was thus statistically there was no difference in stability of vital signs, between intervention group and control group, but decreasing pain was significant . Conclusion: The combination of music therapy and deep-breathing relaxation technique is effective in decreasing pain to patients with post cardiac catheterization. Keywords: Combination music therapy and deep-breathing relaxation technique, pain, post cardiac catheterization. 4 ABSTRAK EFEKTIFITAS฀฀KOMBINASI฀TERAPI฀MUSIK฀DAN฀฀TEKNIK฀RELAKSASI฀฀NAFAS฀DALAM฀ TERHADAP฀PENURUNAN฀INTENSITAS฀NYERI฀ PADA฀PASIEN฀POST฀KATETERISASI฀JANTUNG DI฀RSUP฀DR.฀SARDJITO฀YOGYAKARTA Nanik฀Sri฀Khodriyati฀¹,Arlina฀Dewi²,Azizah฀Khoiriyati³ ¹Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. ฀˒³ Dosen Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Email : naniksri72yahoo.com Latar฀ belakang:฀ Penyakit Jantung Koroner dapat dikenalididiagnosis dengan tindakan kateterisasi jantung. Tindakan ini dapat menimbulkan ketidaknyamanannyeri. Nyeri harus diberikan penatalaksanaan secara tepat, karena bebas dari nyeri adalah bagian dari hak azazi manusia. Nyeri dapat diturunkan menggunakan teknik farmakologi dan non farmakologi. Teknik non farmakologi antara lain dengan terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam ฀ Musik dan relaksasi nafas dalam terbukti menunjukkan efek yaitu menghilangkan nyeri, menurunkan tekanan darah dan denyut jantung. Tujuan :฀Untuk menganalisis efektivitas kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien post kateterisasi jantung. Metode: Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan pre - post test with control group design, dengan pendekatan consecutive sampling . Jumlah sampel 38 responden, terdiri dari 19 kelompok intervensi dengan kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam dan 19 kelompok kontrol dengan terapi standar ruangan berupa teknik relaksasi nafas dalam. Penilaian nyeri menggunakan Numeric Rating Scale NRS, analisa data menggunakan uji paired t- test, wilcoxon, independent sample t- test dan mann-whitney . Hasil:฀ Hasil uji statistik paired t- test, wilcoxon menunjukkan p value 0.05 sehingga kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam secara signifikan dapat menurunkan intensitas nyeri dan menstabilkan vital sign pasien post kateterisasi jantung, kemudian hasil analisis perbedaan masing-masing variabel dengan uji independent sample t- test dan mann-whitney p value 0.05 untuk nyeri, respirasi dan nadi, sedangkan untuk sistole, diastole p value 0.05 dan dilanjutkan uji mann-whitney tes untuk melihat perbandingan penurunan dua variabel dengan masing-masing p value 0.05, kecuali nyeri p value 0.05 dengan demikian secara statistik tidak ada perbedaan kestabilan vital sign, antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol, tetapi untuk nyeri penurunannya signifikan. Kesimpulan:฀ Kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam efektif dalam menurunkan nyeri pada pasien post kateterisasi jantung. Kata฀Kunci: Kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam, nyeri post kateterisasi jantung. 5 P฀NDAHULUAN Penyakit Jantung Koroner PJK menjadi kasus terbanyak pemicu kematian di negara-negara maju, jumlah penderita penyakit ini tiap tahun semakin meningkat. Data WHO menyebutkan bahwa 17,3 juta orang diperkirakan meninggal karena kardiovaskular pada tahun 2010, mewakili 30 dari semua kematian global. Dari data kematian tersebut, diperkirakan 7,3 juta yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner Smeltzer et al, 2012. Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020 angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137 pada laki-laki dan 120 pada perempuan Smeltzer et al, 2012. Penyebab utama PJK adalah aterosklerosis Brunner Suddarth, 2009. PJK dapat dikenali didiagnosis dengan beberapa cara, mulai dari teknik non invasif seperti elektrokardiografi EKG sampai pemeriksaan invasif seperti koronografi kateterisasi jantung Guyton Hall, 2007. Kateterisasi jantung merupakan tindakan prosedur diagnostik invasif dengan cara memasukkan satu atau beberapa kateter ke dalam jantung atau pembuluh darah koroner untuk menentukan saturasi oksigen dalam darah, mengetahui adanya penyumbatan dalam arteri 6 koroner, fungsi katup dan kelainan jantung Brunner Suddarth, 2009. Tindakan kateterisasi jantung mempunyai beberapa risiko, selain mempunyai fungsi yang menunjang diagnostik, yaitu: aritmia, emboli, perubahan saraf, iskemik, alergi dan komplikasi pembuluh darah Aaronson Ward, 2010 . Tindakan kateterisasi jantung merupakan tindakan invasif yang akan menimbulkan berbagai reaksi baik sebelum tindakan maupun setelah dilakukan tindakan antara lain nyeri post tindakan, peningkatan tekanan darah ,frekuensi pernafasan dan frekuensi nadi Brunner Suddarth, 2009. Tindakan keperawatan yang diperlukan post kateterisasi jantung antara lain mengevaluasi keluhan pasien mengenai rasa nyeri ketidaknyamanan, kebas atau kesemutan pada ekstrimitas yang dilakukan intervensi Brunner Suddarth, 2009. Manajemen nyeri merupakan bagian dari perawatan pasien yang sangat penting. The Joint Commission on the Accreditation of Healthcare Organization JCAHO tahun 2000, mengembangkan standar pengelolaan nyeri bagi institusi kesehatan dengan menyatakan bahwa keluhan nyeri harus dinilai pada semua pasien karena mereka mempunyai hak untuk dikaji dan diberikan penatalaksanaan nyeri secara tepat. World Health Organization WHO tahun 2002 menyatakan bahwa bebas dari nyeri adalah bagian dari hak azazi manusia. Nyeri dinyatakan sebagai tanda-tanda vital kelima oleh The American Pain Society tahun 2003, dalam Smeltzer Bare, 2012฀ Standar JCI Assessment of Patient AOP standar 1฀7 menyatakan bahwa semua pasien rawat inap dan rawat jalan diskrining untuk rasa sakit dan dilakukan assessmen nyeri. Standar JCI yang lain yaitu Care of Patient COP 6.4 disebutkan bahwa mewajibkan pasien untuk dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif. Penurunan nyeri pada pasien dapat diupayakan dengan mendekatkan teman atau keluarga, memberikan informasi teoritis, memberikan teknik relaksasi, memberikan terapi musik dan guided imagery agar pasien bisa mengurangi nyeri Buzatto, 2010; Apriani, 2011. Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktifitas simpatis dalam sistem saraf otonom sehingga dapat mengurangi sensasi nyeri dan mengontrol intensitas reaksi terhadap nyeri Tarwoto, 2011; Hastuti,dkk., 2013. Mendengarkan musik yang sesuai dan mengatur pola nafas yang lambat secara teratur memberikan efek ketenangan pada tubuh baik secara fisik dan psikis. Apabila tubuh merasa nyaman sistem kerja tubuh akan sesuai, jantung berdenyut secara normal, transport oksigen pada sel tubuh terpenuhi, metabolisme tubuh sesuai kebutuhan, homeostasis tubuh seimbang dan tidak memicu timbulnya stresor. Kondisi ini akan mengoptimalkan tubuh dalam mengatasi terjadinya komplikasi penyakit jantung Anderson, et al. 2010; Nilsson, 2008. Terapi musik belum diterapkan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan belum ada standar 7 prosedur operasionalnya, demikian juga dengan kombinasi antara terapi musik dan relaksasi nafas dalam. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melihat sejauh mana “kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam efektif menurunkan intensitas nyeri pada pasien post kateterisasi jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”. Tujuan penelitian untuk menganalisis efektivitas kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri dan vital sign pasien post kateterisasi jantung. Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisir yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya Bally et al, 2010. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat memberikan hasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri pascaoperasi klien Potter dan Perry, 2005. Jenis musik pain relief maupun natural healing yang mempunyai karakteristik frekuensi 40-60 hz dan tempo 61-80 beatmenit memenuhi kriteria sebagai terapi musik untuk relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri minimal satu hari satu kali Perdana, A., 2016. Mekanisme musik dalam menurunkan nyeri menurut Tuner 2010, bahwa musik dihasilkan dari stimulus yang dikirim dari akson-akson serabut sensorik asenden ke neuron-neuron Reticular Activating System RAS. Stimulus ini kemudian ditransmisikan oleh nuclei spesifik dari thalamus melewati area-area korteks cerebral, sistem limbik dan korpus collosum serta melewati area-area sistem saraf otonom dan sistem neuroendokrin. Sistem saraf otonom berisi saraf simpatis dan para simpatis. Musik dapat memberikan rangsangan pada saraf simpatis dan saraf parasimpatis untuk menghasilkan respon relaksasi. Karakteristik respon relaksasi yang ditimbulkan berupa penurunan frekuensi nadi, relaksasi otot dan tidur. Musik dan nyeri mempunyai persamaan penting yaitu bahwa keduanya bisa digolongkan sebagai input sensor dan output. Sensori input berarti bahwa ketika musik terdengar, sinyal dikirim keotak ketika rasa sakit dirasakan Journal of the American Association for Musik Therapist, 2011. Mekanisme musik dalam perubahan tanda- tanda vital. Musik merangsang pengeluaran endorphin dan mengurangi pengeluaran katekolamin seperti epineprin dan norepineprin dari medulla adrenal, penurunan hormone ini akan mengurangi vasokontriksi yang diakibatkan oleh nyeri sehingga membantu memperbaiki tanda- tanda vital diantaranya adalah penurunan kekuatan kontraksi ventrikel yang dimanisfestasikan dengan adanya kestabilan tekanan darah dan denyut jantung dengan hasil akhir dapat menurunkan frekuensi nadi, tekanan darah dan konsumsi oksigen Bally et al, 2010. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat relaksasi adalah pasien harus dalam keadaan nyaman, pikiran pasien harus tenang dan lingkungan yang tenang. Suasana yang rileks dapat meningkatkan hormon endorphin yang berfungsi menghambat transmisi impuls nyeri 8 sepanjang saraf sensoris dari nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis kemudian ke thalamus, serebri, dan akhirnya berdampak pada menurunnya persepsi nyeri Brunner Suddart, 2009. ฀ METODE฀PENELITIAN ฀฀฀฀฀฀฀฀ Desain penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan pre - post test with control group design , dimana pada kelompok pertama diberikan perlakuan terapi musik dan relaksasi nafas dalam serta terapi standar ruangan, kelompok kedua tidak diberikan perlakuan memakai protap rumah sakitterapi standar ruangan. Kemudian membandingkan hasil pengukuran kelompok satu dan kelompok dua. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pasien yang telah dilakukan tindakan kateterisasi jantung dengan atau tanpa PTCA di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. ฀Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling dengan pendekatan consecutive sampling, besar sampel untuk kelompok intervensi 19 pasien dan kelompok kontrol 19 pasien. Kriteria inklusi: pasien yang telah dilakukan tindakan kateterisasi jantung dengan atau tanpa intervensi PTCA di RSUP DR. Sardjito. Pasien telah kembali ke ruang rawat inap setelah dari ruang kateterisasi jantung. Skala nyeri dengan Numerik Rating Scale ≥ 2. Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran. Pasien suka mendengarkan musik. Umur 25-75 tahun. Kriteria eksklusi: penderita gangguan jiwa misalnya gangguan mental organik, skizoprenia, retardasi mental, dll. Sebelum 2 jam post kateterisasi jantun, bebat untuk menekan arteri radialis dan bantal pasir untuk penekanan arteri femoralis dilepas. Pasien mengalami komplikasi berat post kateterisasi jantung. Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan Instalasi Rawat Jantung IRJAN RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada bulan Mei 2016. Variabel bebasnya yaitu kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam. Variabel terikat yaitu penurunan intensitas nyeri dan kestabilan vital sign. Instrumen yang digunakan Numeric Rating Scale NRS฀ Teknik analisa data: analisa data univariat untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pengalaman dilakukan kateterisasi jantung pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang berbentuk angka frekuensi atau angka prosentase. Analisa data bivariat untuk melihat adanya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik wilcoxon dengan nilai signifikasi p- value ˂ 0,05 karena distribusi tidak normal dengan melihat pengaruh skala nyeri dan respirasi serta menggunakan uji statistik paired t-test dengan nilai signifikasi p-value ˂ 0,05 karena distribusi normal dengan melihat perubahan sistole, diastole, nadi, sebelum dan sesudah pemberian kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam ฀ Uji mann whitney dengan nilai signifikasi p- value ˂ 0,05 karena distribusi tidak normal untuk melihat analisis perbedaan skala nyeri dan respirasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol serta uji independen t-test dengan 9 nilai signifikasi p- value ˂ 0,05 karena distribusi normal, untuk melihat analisis perbedaan sistole, diastole, nadi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Uji mann whitney dengan nilai signifikasi p- value ˂ 0,05 karena distribusi tidak normal untuk analisis selisih nyeri, systole, diastole, nadi, respirasi pada kelompok intervensi dan kontrol Dahlan, 2011. HASIL฀ PENELITIAN฀ DAN฀ PEMBAHASAN 1. Analisis฀Karakteristik฀Responden฀ Analisis univariat pada penelitian ini menggambarkan karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pengalaman dilakukan kateterisasi jantung di IRJAN RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Tabel 4.1 Distribusi responden berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pengalaman pernah dilakukan kateterisasi jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Mei 2016, N=38 Variabel Intervensi n=19 Kontrol n=19 p-value ฀Usia฀ Mean ±SD 55,26 ±11,04 55,37±10,12 0,98 ฀Jenis฀Kelamin฀ F, Laki-laki Perempuan 12 7 63,2 36,8 14 5 73,7 26,3 0,49 ฀Pengalaman฀ F, Satu kali Dua kali 16 3 84,2 15,8 15 4 78,9 21,1 0,68 Sumber : Data Primer tahun 2016 Berdasarkan Tabel 4.1. menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik usia, jenis kelamin, pengalaman pernah dilakukan kateterisasi jantung antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol.

2. Analisis฀Skala฀Nyeri฀dan฀ Vital Sign฀Sebelum฀

dan฀ Sesudah฀ Pemberian฀ Kombinasi฀ Terapi฀ Musik฀ dan฀ Relaksasi฀ Nafas฀ Dalam฀ pada฀ Kelompok฀Intervensi฀dan฀Kelompok฀Kontrol. Analisis bivariat penelitian ini menggambarkan pengaruh pemberian kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam pada kelompok Intervensi dan kelompok kontrol Tabel 4.2 Rata rata Skala Nyeri dan Vital Sign Sebelum dan Sesudah Pemberian Kombinasi Terapi Musik dan Relaksasi Nafas Dalam pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pada Pasien Post Kateterisasi Jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Mei 2016, N=38    Variabel n Mean SD Min Mak p-value I n t e r v e Nyeri pre terapi 19 5.26 ±0.806 4 6 0.001 10 n s i Nyeri post terapi 19 2.58 ±0.902 1 4 Sistole pre terapi 19 127.95 ±21.099 101 170 0.021 Sistole post terapi 19 121.68 ±12.526 106 145 Diastole pre terapi 19 79.42 ±10.308 60 105 0.006 Diastole post terapi 19 76.37 ±6.994 65 90 Nadi pre terapi 19 79.32 ±12.365 60 105 0.049 Nadi post terapi 19 77.32 ±10.231 65 100 Respirasi pre terapi 19 22.26 ±2.400 20 28 0.001 Respirasi post terapi 19 19.89 ±1.243 18 22 K o n t r o l Nyeri pre 19 4.26 ±1.195 3 6 0.065 Nyeri post 19 4.05 ±1.268 2 6 Sistole pre 19 130.21 ±20.060 102 180 0.663 Sistole post 19 129.32 ±19.672 103 181 Diastole pre 19 75.63 ±9.622 60 90 0.062 Diastole post 19 72.47 ±8.455 60 87 Nadi pre 19 73.00 ±11.523 60 98 0.054 Nadi post 19 69.37 ±7.960 59 83 Respirasi pre 19 21.32 ±1.565 18 24 0.676 Respirasi post 19 21.16 ±2.035 18 24 p ˂ 0,05 based on Paired t-test p ˂ 0,05 based on Wilcoxon Tabel 4.2 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang bermakna untuk skala nyeri, tekanan darah sistole, tekanan darah diastole, frekuensi nadi dan frekuensi respirasi pada kelompok intervensi. Sedangkan rata-rata skala nyeri ,tekanan darh, nadi dan respirasi pada kelompok control sebelum dan sesudah mendapatkan terapi standar ruangan hasil uji statistik nilai p value ˃ 0,05 berarti tidak ada 11 pengaruh yang bermakna untuk skala nyeri, tekanan darah sistole, tekanan darah diastole, frekuensi nadi dan frekuensi respirasi pada kelompok kontrol sebelum dan sesudah pelaksanaan protap Rumah Sakit. 3. Analisis perbedaan Skala Nyeri dan Vital Sign Sebelum dan Sesudah Pemberian Kombinasi Terapi Musik dan Relaksasi Nafas Dalam pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol. Analisis bivariat penelitian ini menggambarkan perbedaan skala nyeri dan vital sign sebelum dan sesudah pemberian kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam pada kelompok Intervensi dan kelompok kontrol Tabel.4.3 Rata-rata Perbedaan Skala Nyeri dan Vital Sign Sebelum dan Sesudah Pemberian Kombinasi Terapi Musik dan Relaksasi Nafas Mei 2016, N=38   n Mean SD Min Mak p-value Pre Nyeri           Intervensi 19 5.26 ±0.806 4 6 0.100 Kontrol 19 4.26 ±1.195 3 6 Sistole           Intervensi 19 127.95 ±21.099 101 170 0.737 Kontrol 19 130.21 ±20.060 102 180 Diastole           Intervensi 19 79.42 ±10.308 60 105 0.249 Kontrol 19 75.63 ±9.622 60 90 Nadi฀           Intervensi 19 79.32 ±12.365 60 105 0.112 Kontrol 19 73.00 ±11.523 60 98 Respirasi฀           Intervensi 19 22.26 ±2.400 20 28 0.306 Kontrol 19 21.32 ±1.565 18 24 Post Nyeri           Intervensi 19 2.58 ±0.902 1 4 0.001 Kontrol 19 4.05 ±1.268 2 6 Sistole           Intervensi 19 121.68 ±12.526 106 145 0.162 Kontrol 19 129.32 ±19.672 103 181 Diastole           Intervensi 19 76.37 ±6.994 65 90 0.131 Kontrol 19 72.47 ±8.455 60 87 Nadi฀           Intervensi 19 77.32 ±10.231 65 100 0.011 Kontrol 19 69.37 ±7.960 59 83 Respirasi฀           Intervensi 19 19.89 1.243 18 22 0.049 Kontrol 19 21.16 2.035 18 24 Tabel 4.3 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara nyeri, tekanan darah systole, diastole, nadi, respirasi pre perlakuan pada kelompok intervensi dan kontrol p value ˃ 0,05. Sedangkan rata-rata skala nyeri, nadi dan respirasi sesudah diberikan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam pada kelompok intervensi menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara skala nyeri post pada kelompok intervensi dan kontrol p value ˂ 0,05. Sedangkan untuk sistole dan diastole tidak terdapat perbedaan yang p ˂ 0,05 based on Independent sample t- test p ˂ 0,05 based on Mann whitney 1฀ bermakna post perlakuan pada kelompok intervensi dan kontrol p value ˃ 0,05. 4. Analisis Selisih Skala Nyeri dan Vital Sign Sesudah Pemberian Kombinasi Terapi Musik dan Relaksasi Nafas Dalam pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol. Analisis bivariat penelitian ini menggambarkan selisih rata-rata skala nyeri dan vital sign sesudah pemberian kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam pada kelompok Intervensi dan kelompok kontrol. Tabel 4.4 Selisih Rata-rata Skala Nyeri dan Vital Sign Sebelum dan Sesudah Pemberian Kombinasi Terapi Musik dan Relaksasi Nafas Dalam pada kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol Pada Pasien Post Kateterisasi Jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Mei 2016, N=38 Variabel Kelompok n Mean SD p- value Nyeri Intervensi 19 2.68 ±0.749 0.001 Kontrol 19 0.21 ±0.419 Sistole Intervensi 19 9.32 ±8.131 0.113 Kontrol 19 6.05 ±6.311 Diastole Intervensi 19 4.21 ±3.172 0.617 Kontrol 19 6.47 ±7.336 Nadi Intervensi 19 3.79 ±2.485 0.536 Kontrol 19 5.74 ±6.181 Respirasi Intervensi 19 2.37 ±2.140 0.103 Kontrol 19 1.32 ±1.336 p ˂ 0,05 based on Mann whitney Tabel 4.4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan selisih rata-rata skala nyeri pada kelompok intervensi 2.68±0.749, sedangkan kelompok kontrol 0.21±0.419. Hal ini menunjukkan terdapat selisih perubahan skala nyeri antara kelompok intervensi setelah diberikan kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam, dan secara statistik bermakna dengan p value ˂ 0,05. Sedangkan untuk selisih rata-rata tekanan darah sistole, diastole, nadi, respirasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol menunjukkan tidak terdapat perubahan selisih tekanan darah p value ˃ 0,05. PEMBAHASAN 1. Karakteristik฀Responden ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini homogen rata- rata usia responden 55,26,±11,04 untuk kelompok intervensi dan 55,37±10,12 untuk kelompok kontrol, penelitian ini menunjukkan bahwa pada usia rentang antara 45 sampai dengan 65 tahun mempunyai gangguan penyakit jantung koroner, hal ini sesuai pendapat Kern, 2003 mengatakan bahwa PJK lebih sering menyerang usia dewasa tua karena pada usia dewasa tua memiliki faktor risiko yang lebih besar seperti adanya riwayat merokok, kadar kolesterol total dan LDL yang meningkat, hipertensi, DM dan faktor usia sendiri. Kejadian penyakit jantung koroner akan semakin bertambah dengan bertambahnya usia kondisi ini diakibatkan karena pada tahap proses penuaan akan 13 mengubah fungsi vaskuler termasuk perubahan endotel pembuluh darah. Endotel pembuluh darah atau lapisan sel terdalam dari struktur pembuluh darah ini akan meningkatkan produksi endothelin ET yang merupakan vasokostriktor kuat pada saat proses penuaan, kondisi ini berperan terhadap proses terjadinya arterosklerosis Lewis, 2000. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan intensitas nyeri, demikian juga hasil penelitian usia dengan vital sign tidak ada signifikasinya walaupun menurut teori usia juga mempengaruhi tekanan darah, nadi dan kecepatan pernafasan pasien Ganong, 2001. Hal ini dimungkinkan karena usia dalam penelitian ini homogen atau setara , sehingga tidak berbeda dalam klasifikasinya. Data yang diperoleh dari responden pada kedua kelompok menunjukkan 68,4 responden berjenis kelamin laki-laki dan 31,6 berjenis kelamin perempuan, hal ini berarti sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik jenis kelamin antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kondisi ini sesuai dengan teori bahwa laki-laki lebih banyak menderita penyakit jantung dibandingkan dengan perempuan menurut Menyar, 2009 ฀ Estrogen endogen bersifat protektif pada perempuan, namun setelah menopause insidensi PJK meningkat dengan cepat dan sebanding insidensi pada laki-laki. Dari hasil penelitian tidak ada hubungan antara nyeri dengan jenis kelamin, sehingga ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda secara bermakna dalam merespon nyeri Smeltzer and Bare, 2012 dan menurut Potter Perry 2005, juga mengatakan bahwa antara laki- laki dan perempuan secara umum tidak mempunyai perbedaan yang bermakna terhadap nyeri. Karakteristik responden berdasarkan pengalaman pernah dilakukan tindakan kateterisasi jantung sebelumnya, dalam penelitian ini sebagian besar responden belum memiliki pengalaman dilakukan tindakan kateterisasi jantung sebesar 81,6. Penelitian lain menunjukkan mayoritas responden belum memiliki pengalaman operasi sebelumnya sebesar 60 Ayudianingsih, 2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengalaman pernah dilakukan tindakan kateterisasi jantung sebelumnya atau tidak, dengan intensitas nyeri antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang mengatakan bahwa setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, akan tetapi pengalaman yang telah dirasakan individu tersebut tidak berarti bahwa individu tersebut akan mudah menghadapi nyeri pada masa yang akan datang Prasetyo, 2010, dan apabila pernah mengalami nyeri dan tidak mampu mengatasi nyeri, maka akan mempunyai persepsi 14 atau sensasi terhadap nyeri sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan Potter Perry, 2005.

2. Pengaruh฀Skala฀Nyeri฀dan฀ Vital Sign฀Sebelum฀

dan฀ Sesudah฀ Kombinasi฀ Terapi฀ Musik฀ dan฀ Relaksasi฀ Nafas฀ Dalam฀ pada฀ Kelompok฀ Intervensi฀dan฀Kelompok฀Kontrol. Hasil penelitian menunjukkan terjadi penurunan intensitas nyeri dan kestabilan vital sign tekanan darah sistole, diastole, frekuensi nadi dan frekuensi respirasi pada pasien penyakit jantung koroner pada pre intervensi dan post intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol tidak terdapat penurunan yang bermakna untuk skala nyeri dan vital sign, tetapi terdapat perubahan penurunan antara pre post pada kelompok intervensi yang secara statistik bermakna maupun pre post pada kelompok kontrol yang secara statistik tidak bermakna. Perubahan penurunan yang lebih kecil pada kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok intervensi membuktikan bahwa perlakuan dengan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam membuat pasien lebih relaks dan intensitas nyeri serta vital sign lebih stabil dibandingkan hanya menggunakan protap rumah sakit yang berupa teknik relaksasi nafas dalam saja. Penelitian ini didukung oleh Turana, 2008 mengatakan bahwa musik membuat rasa tenang dan nyaman, juga dapat mengurangi kecemasan, nyeri dan membuat lebih relaks dengan memberikan efek akhir positif terhadap kestabilan tekanan darah, detak jantung, nadi dan laju nafas. Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak dan berpengaruh terhadap kestabilan irama pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah manusia Bally et al, 2010. Kelompok kontrol yang mendapatkan terapi standar ruangan menunjukkan hasil yang tidak bermakna, sedangkan berdasarkan beberapa penelitian terdapat perbedaan antara kelompok sebelum dan sesudah diberikan prosedur standar. Berdasarkan penelitian Novita 2012 menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara tingkat nyeri sebelum dan sesudah diberikan prosedur standar. Menurut analisa peneliti bahwa pada kelompok kontrol hanya dianjurkan tarik nafas dalam oleh perawat ruangan tanpa instruksi yang rinci seperti yang tercantum dalam standar prosedur operasional Rumah Sakit yang ada. ฀. Perbedaan฀฀ Skala฀ Nyeri฀ Tekanan฀ Darah,฀ Nadi,฀ Pernafasan฀ Sebelum฀ dan฀ Sesudah฀ Kombinasi฀Terapi฀Musik฀dan฀Relaksasi฀Nafas฀ Dalam฀ pada฀ Kelompok฀ Intervensi฀ dan฀ Kelompok฀Kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok yang mendapatkan perlakuan terjadi penurunan nyeri lebih besar dibandingkan yang hanya menggunakan protap Rumah Sakit. Sebelum perlakuan kelompok intervensi skala nyerinya lebih tinggi dibanding kelompok kontrol dan tidak bermakna. Sesudah perlakuan, kelompok intervensi skala nyerinya lebih rendah secara bermakna dibandingkan kelompok kontrol, sedangkan perbedaan tekanan darah sistole dan diastole, nadi, pernafasan antara kelompok intervensi lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Penelitian ini menunjukkan bahwa pada kelompok 15 post skala nyeri, frekuensi nadi dan frekuensi respirasi menurun karena kelompok tersebut mendapatkan teknik relaksasi nafas dalam, tetapi yang menjadi perbedaan menurunnya masing- masing variabel berbeda, karena pada kelompok intervensi mendapat perlakuan yang lebih yaitu dengan terapi musik, tetapi pada kelompok kontrol hanya mendapatkan teknik relaksasi nafas dalam saja. Penelitian yang mendukung dari penelitian ini adalah tentang pengaruh comfort technical intervention dengan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi fraktur femur Susanti, 2014, dimana diperoleh perbedaan yang bermakna intensitas nyeri kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Pada dasarnya beatketukan yg mempunyai frekuensi tertentu atau hertz akan meningkatkan kerja saraf parasimpatik dan menekan saraf simpatik sehingga dengan tertutupnya saraf simpatik respon jantung akan menurunkan denyutnya. Untuk respon emosinya berada di system limbic. Irama dengan hertz tertentu akan merangsang sistem emosi di sistem limbic lebih tenang dan lebih stabil sehingga akan meningkatkan kerja saraf parasimpatik sehingga denyutan jantung menjadi normalstabil Santoso, 2015. Musik dan relaksasi membuat rasa tenang dan nyaman serta membuat pasien lebih relaks dengan hasil akhir memberikan efek positif terhadap detak jantung Suselo, 2010. 4. Selisih฀ Skala฀ Nyeri฀ dan฀ Vital sign฀ Sebelum฀ dan฀ Sesudah฀ Kombinasi฀ Terapi฀ Musik฀ dan฀ Relaksasi฀ Nafas฀ Dalam฀ pada฀ Kelompok฀ Intervensi฀dan฀Kelompok฀Kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat selisih yang bermakna pada nyeri, sedangkan untuk vital sign tidak terdapat selisih yang bermakna pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Perbedaan selisih dari masing-masing variabel berbeda, karena pada kelompok intervensi mendapatkan perlakuan yang lebih yaitu dengan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam, tetapi pada kelompok kontrol hanya sesuai dengan protap Rumah sakit yang ada. Dalam penelitian ini yang dilakukan 1 hari didapatkan hasil terjadi penurunan rata-rata intensitas nyeri pada kelompok intervensi sebesar 2,68 poin dan dibandingkan dengan kelompok kontrol secara statistik bermakna, hal ini didukung beberapa penelitian antara lain musik efektif untuk manajemen nyeri pasca operasi jantung karena terjadi penurunan intensitas nyeri pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tanpa terapi musik Jafari, et al. , 2012฀ Penelitian tentang kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi fraktur femur yang dilakukan selama 3 hari masing-masing 20 menit didapatkan hasil terjadi penurunan intensitas nyeri sesudah dilakukan intervensi sebesar 5 poin oleh Susanti 2014. Hasil dalam penelitian ini didapatkan pada kelompok intervensi selisih sistole 9,32 poin, secara statistik tidak bermakna, untuk selisih diastole pada penelitian ini didapatkan pada kelompok intervensi 4,21 poin, secara statistik 16 tidak bermakna, selisih frekuensi nadi 3,79 poin, secara statistik tidak bermakna, untuk selisih frekuensi respirasi pada penelitian ini didapatkan hasil pada kelompok intervensi 2,37 poin, secara statistik tidak bermakna, menurut peneliti hal ini disebabkan karena penelitian ini hanya dilakukan dalam 1 hari dengan rentang 1,5 jam, sehingga lama waktu intervensi juga berpengaruh sesuai penelitian yang dilakukan Tori 2008 bahwa relaksasi yang dilakukan secara teratur dan jangka waktu yang lama akan membantu mengendalikan emosi sehingga berdampak pada sistem syaraf otonom yang mengendalikan tekanan darah, nadi dan pernafasan. Synder, 2002 dalam Tori 2008 menyebutkan bahwa salah satu langkah dalam terapi musik maupun relaksasi adalah memilih tempat yang tenang dan bebas dari gangguan orang lain. Ruangan yang tenang akan memungkinkan seseorang untuk berkonsentrasi menikmati terapi yang diberikan. Responden dalam penelitian ini tidak berada di ruang khusus tetapi di ruang rawat inap, dimana ada yang satu kamar untuk 1 orang ada yang untuk 2 dan ada yang 3 orang serta ada dibatasi korden antar pasien, sehingga masih memungkinkan ada stimulus yang menyebabkan responden kurang berkosentrasi saat intervensi. Penggunaan headset juga belum 100 menjamin responden tidak mendengar suara dari luar, hal ini berdampak tidak ada perbedaan tekanan darah, nadi, respirasi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Musik merangsang pengeluaran endorphin dan mengurangi pengeluaran katekolamin seperti epineprin dan norepineprin dari medulla adrenal, penurunan hormone ini akan mengurangi vasokontriksi yang diakibatkan oleh nyeri sehingga membantu memperbaiki tanda-tanda vital diantaranya adalah penurunan kekuatan kontraksi ventrikel yang dimanisfestasikan dengan adanya kestabilan tekanan darah dan denyut jantung dengan hasil akhir dapat menurunkan frekuensi nadi, tekanan darah dan konsumsi oksigen Bally et al, 2010. Perbedaan nadi dan pernafasan sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok perlakuan tidak mengalami penurunan yang signifikan฀ Penelitian relaksasi nafas dalam yang di lakukan oleh Anderson et al. 2010, selama 4 minggu hasil pengukuran tekanan darah setiap hari menunjukkan hasil penurunan tekanan darah sistolik rata-rata 11 poin dan diastolik 6 poin. Hasil penelitian lain menurut Sebastian, 2014 ditemukan dengan slow breathing dapat menurunkan tekanan darah sistolik 6,7 mmHg dan tekanan darah diastolik 4,9 mmHg dimana nilai p=0,001 α 0,05. Kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam berpengaruh menurunkan tekanan darah secara bertahap sampai ke batas normal sesuai dengan sistem adaptasi tubuh Muttaqin, 2009. Hal ini didukung hasil penelitian tentang kombinasi terapi musik dan slow deep breathing selama 14 hari menunjukkan pada kelompok intervensi penurunan tekanan darah sistolik sebesar 41,46 poin dan distolik sebesar 37,52 yang berarti penurunan tekanan darah secara signifikan. Kombinasi dari kedua terapi non farmakologis ini memberikan hasil lebih baik 17 dibandingkan dengan menggunakan salah satu terapi non farmakologis. Berdasarkan hasil penelitian Suselo 2010, pemberian terapi musik selama 3 hari berturut- turut menunjukkan penurunan rata-rata tekanan darah sitolik sebesar 39,34 poin dan penurunan rata-rata tekanan darah distolik sebesar 7 poin. Hasil dalam penelitian ini didapatkan pada kelompok intervensi selisih sistole 9,32 poin, secara statistik tidak bermakna, untuk selisih diastole pada penelitian ini didapatkan pada kelompok intervensi 4,21 poin, secara statistik tidak bermakna, selisih frekuensi nadi 3,79 poin, secara statistik tidak bermakna, untuk selisih frekuensi respirasi pada penelitian ini didapatkan hasil pada kelompok intervensi 2,37 poin, secara statistik tidak bermakna, menurut peneliti hal ini disebabkan karena penelitian ini hanya dilakukan dalam 1 hari dengan rentang 1,5 jam, sehingga lama waktu intervensi juga berpengaruh sesuai penelitian yang dilakukan Tori 2008 bahwa relaksasi yang dilakukan secara teratur dan jangka waktu yang lama akan membantu mengendalikan emosi sehingga berdampak pada sistem syaraf otonom yang mengendalikan tekanan darah, nadi dan pernafasan. Berdasarkan hasil tersebut peneliti berasumsi bahwa kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam yang dilakukan mengambil waktu minimal 15 menit karena masa rawat inap pasien pendek yaitu 2 hari dan keluhan yang dirasakan pasien rentang 2 sampai 6 jam setelah dilakukan kateterisasi jantung, kemudian intervensi kadang jam berkunjung sehingga kurang konsentrasi. Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat relaksasi adalah pasien harus dalam keadaan nyaman, pikiran pasien harus tenang dan lingkungan yang tenang. Suasana yang rileks dapat meningkatkan hormon endorphin yang berfungsi menghambat transmisi impuls nyeri sepanjang saraf sensoris dari nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis kemudian ke thalamus, serebri, dan akhirnya berdampak pada menurunnya persepsi nyeri Brunner Suddart, 2009. Hasil observasi pada responden terjadi peningkatan kenyamanan, dimana saat penelitian sebelum dilakukan kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam respon responden memperlihatkan expresi wajah tampak menahan sakit dan setelah intervensi ± 80 tampak relaks. Pemberian intervensi pada kelompok kontrol skala nyerinya tetap, kemungkinan karena standar prosedur operasional yang sudah ada diruangan kurang optimal pelaksanaannya. KESIMPULAN฀DAN฀SARAN Kesimpulan 1. Tidak ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pengalaman pernah dilakukan kateterisasi atau tidak dengan intensitas nyeri dan vital sign฀ 2. Ada pengaruh pemberian kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri dan kestabilan vital sign kelompok intervensi pada 18 pasien post kateterisasi jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 3. Tidak ada pengaruh pemberian kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri dan kestabilan vital sign kelompok kontrol pada pasien post kateterisasi jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 4. Ada perbedaan perubahan intensitas nyeri, respirasi dan nadi sesudah diberikan kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien post kateterisasi jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. 5. Tidak ada perbedaan perubahan sistole dan diastole sesudah diberikan kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam pada pasien post kateterisasi jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Saran 1. Bagi RSUP Dr. Sardjito Terapi komplementer berupa kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam untuk menurunkan intensitas nyeri dan menstabilkan vital sign pada pasien post kateterisasi jantung bisa diterapkan sebagai intervensi keperawatan mandiri. Hal ini diharapkan menjadi pertimbangan oleh pihak manajemen Rumah sakit untuk menyediakan fasilitasruangan khusus yang diperlukan khususnya untuk intervensi terapi musik serta peraturan untuk menjaga ketenangan selama pasien dilakukan kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam . 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam yang dikembangkan lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar dan dalam jangka waktu yang lebih lama pada pasien post operasi atau tindakan invasif yang lain yang mempunyai masa rawat inap yang lebih panjang minimal satu minggu. DAFTAR฀PUSTAKA Aaronson Ward 2010. At a glance: Sistem kardiovaskular฀ Jakarta: Penerbit Erlangga. American Music Therapy Association.2011. Music Therapy The New York Times Company.Diakses 12 Desember 2015 dari http:www.Musictherapy.orgaboutqu ates . Anderson DE, McNeely JD and Windham. 2010. Regular slow-breathing axercise effects on blood pressure and breathing patterns at rest. Journal of Human Hypertension 24, 807- 813 , diakses 09 Desember 2015 dari http:Journal+of Human+Hypertension . Brunner and Suddarths ฀ 2009, Textbook of Medical-Surgical Nursing, USA Buzzato. 2010. Anxiety Before Cardiac Catheterization, Brazil. Dahlan. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan, Jakarta, Salemba Medika. 19 Deivi,SK. Sefti,SJ. Hendro,B. 2015. Pengaruh Pemberian Musik Terhadap Skala Nyeri Akibat Perawatan Luka Bedah Pada Pasien Pasca Operasi Di Ruang Perawatan Bedah Flamboyan Rumah Sakit TK. III 07.06.01 R.W Monginsidi Manado. ejournal Keperawatan e-Kp Volume 3 Nomor 2. Dezta, 2011 Hubungan gaya hidup dengan kejadian penyakit jantung koroner, Bandung. Dody S. 2012. Intervention of Relaxation Music Therapy and Nature Sound to Pain and Anxiety Level of Patient: Literature Review฀ Gonzales , et al 2010. Effec of Guided Imagery on Postoperative Outcome in Patiens Undergoing same-Day Surgical Procedures : A Randomized, Single blind study. AAN Journal . vol .78, No. 3 181. Hamel, W.J. 2009. Femoral artery closure after cardiac catheterization. Critical Care Nurse. 29:39-46 dari http:ccn.aacnjournals.org Hariadi, 2010. faktor faktor resiko tindakan kateterisasi jantung diRS jantung dan pembuluh darah harapan kita Jakarta. Hastuti. Umi I, Abdul M 2013. Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Sensasi Nyeri pada Perawatan Luka Pasien dengan Ulkus Diabetik di RSUP Dr. Sardjito. Posted on October 25, 2013 . Jafari H, Amir E and Aria S ฀ 2012฀ The effects of listening to preferred music on pain intensity after open heart surgery ฀ Iranian journal of nursing and midwifery research฀ Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations.2000. Pain: current understanding of assessment, management, and treatments. National Pharmaceutical Council, Inc ฀ Juli, J. 2012 faktor – faktor yang menyebabkan Penyakit jantung koroner di RS jantung dan pembuluh darah harapan kita Jakarta. Dari http:lib.ui.ac.id Kemenkes. 2013. Riset kesehatan dasar 2013฀ Diakses pada tanggal 4 Agustus 2014 dari www.litbang.depkes.go.id . Kern, M.J. 2003. The cardiac catheterization handbook5 th Ed. St. LouisMisouri. Mosby. Margareta,E.,Gill,SD.2009. Music as a Nursing Intervention For Post Operative Pains : A Systematic Review . Journal of Perianesthesia Nursing, 24.9:370-383 diakses 20 Desember 2014 dari http: www.ncbi.nlm.nih.govpubmed1996210 4. Menyar. 2009. Comparison of Men and Women With Acute Coronary Syndrome in Six Middle Eastern Countries, AM J Carddio฀ Motahedian,E.,Saeid,M.,Ebrahim,H.,Marzieh,L.,2 012. The effect of Music Therapy on Postoperative Pain Intensity in Patients Under spinal Anesthesia. Iran J Crit Care Nurs 5.3: 139-144 diakses 13 November 2014 dari http:www.inhc.irbrowse.phpa_id . Nilsson ,฀ U. 2008.฀฀ The Anxiety and Pain- Reducing Effects of Music Interventions : A Systematic Review, 780, 782, 785-794, 797- 807. Novita, D. 2012. Pengaruh terapi Musik Terhadap Nyeri Post Operasi ORIF di RSUDAM Propinsi Lampung. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta. Perdana, A. 2016. Pain relief dan natural healing untuk relaksasi, Pusat Riset Terapi Musik dan Gelombang Otak, Jepara Jawa tengah. Potter Perry . 2005. Fundamental Keperawatan Volume 2.Jakarta : Buku Kedokteran EGC. Purwanto, Edi. 2011. Jurnal Efek Musik Terhadap Perubahan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi di Ruang Bedah RSUP Dr฀ Sardjito Yogyakarta. Yogyakarta. Prasetyo,N.S.2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu : Yogyakarta. Santoso. 2015.Fisiologi Manusia: dari sel ke system. Edisi2. EGC. Jakarta. Sebastian, 2014. Efektifitas Kombinasi terapi Musik dan Slow Deep Breathing Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Pasien ฀0 Hipertensi. Tesis. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Smeltzer, S.C dan Bare, B.G. 2012. Buku ajar keperawatan medical-bedah. Edisi 8. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta Susanti. 2014. Pengaruh Kombinasi Terapi Musik dan Relaksasi Nafas Dalam dengan Penurunan Intensitas Nyeri Pasien Fraktur Femur. Tesis. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Yogyakarta. Sussanne M Cutshall; et.al. 2011. Effect of the Combination of Music and nature Sounds on Pain and Anxiety in Cardiac surgical Patients: A Randomized Study. Alternative Therapies JulAug 2011, vol. 17. No. 4: 16-21. Suselo. 2010. Efektifitan Terapi Musik Terhadap Penurunan Tanda-tanda Vital pada Pasien Hipertensi Primer di Rumah Sakit Umum Jayapura Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta. Tarwoto. 2011. Pengaruh Latihan slow Deep Breathing Terhadap Intensitas Nyeri Kepala Akut Pada Pasien Cedera Kepala Ringan. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta. Tim Terapi Musik. 2016.TerapiMusikUntuk mengurangi nyeri dan Relaksasi diakses 04 Desember 2015 dari http:www.terapimusik.com. Tori. 2008. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Status Hemodinamik pada Pasien Koma. Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 12, No฀ 2, Hal 115-120฀ Tubagus,EN. 2015. Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri Pada pasien Dengan Post Operasi Di RSUD A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan Volume VI, Nomor 1, hal 14-22฀ Turana.2008. Stres, Hipertensi dan Terapi Musik. diakses 23 Desember 2015 dari http:www.tanya dokter.com . Van Kouten, M.E 1999.Nonpharmacologis pain management for postoperative coronary artery by pass surgery patients฀ The Journal of nursing scholarship 152 31:127 ฀ World Health Organization. 2002. World Health Organization Report฀ Genewa. 69 ฀A฀ I PENDAHULUAN ฀. Latar Belakang Penyakit kardiovaskuler telah menjadi salah satu masalah penting kesehatan masyarakat dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit Jantung Koroner PJK menjadi kasus terbanyak pemicu kematian di negara-negara maju, jumlah penderita penyakit ini tiap tahun semakin meningkat. Data WHO menyebutkan bahwa 17,3 juta orang diperkirakan meninggal karena kardiovaskular pada tahun 2010, mewakili 30 dari semua kematian global. Dari data kematian tersebut, diperkirakan 7,3 juta yang disebabkan oleh penyakit jantung koroner Smeltzer ฀t al, 2012. Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020 angka kematian akibat penyakit jantung koroner akan meningkat 137 pada laki-laki dan 120 pada perempuan Smeltzer ฀t al, 2012. P enyebab utama PJK adalah aterosklerosis. Kelainan penyakit ini sudah mulai terjadi pada usia muda, diawali terbentuknya sel busa, kemudian pada usia antara 10 sampai 20 tahun berubah menjadi bercak perlemakan dan pada usia 40 sampai 50 tahun bercak perlemakan ini selanjutnya dapat berkembang menjadi plak aterosklerotik yang dapat berkomplikasi mempercepat pembentukan trombus yang bermanifestasi klinis berupa infark miokardium maupun nyeri dada Brunner Suddarth, 2009. ฀ 2 PJK dapat dikenali didiagnosis dengan beberapa cara, mulai dari teknik non invasif seperti elektrokardiografi EKG sampai pemeriksaan invasif seperti koronografi kateterisasi jantung Guyton Hall, 2007. Kateterisasi jantung merupakan tindakan prosedur diagnostik invasif dengan cara memasukkan satu atau beberapa kateter ke dalam jantung atau pembuluh darah koroner untuk menentukan saturasi oksigen dalam darah, mengetahui adanya penyumbatan dalam arteri koroner, fungsi katup dan kelainan jantung Brunner Suddarth, 2009. Tindakan kateterisasi jantung mempunyai beberapa risiko, selain mempunyai fungsi yang menunjang diagnostik, yaitu: aritmia, emboli, perubahan saraf, iskemik, alergi dan komplikasi pembuluh darah ฀aronson Ward, 2010 . Tindakan kateterisasi jantung merupakan tindakan invasif yang akan menimbulkan berbagai reaksi baik sebelum tindakan maupun setelah dilakukan tindakan antara lain nyeri post tindakan, peningkatan tekanan darah ,frekuensi pernafasan dan frekuensi nadi Brunner Suddarth, 2009. Tindakan keperawatan yang diperlukan post kateterisasi jantung antara lain mengevaluasi keluhan pasien mengenai rasa nyeri ketidaknyamanan, kebas atau kesemutan pada ekstrimitas yang dilakukan intervensi Brunner Suddarth, 2009. Manajemen nyeri merupakan bagian dari perawatan pasien yang sangat penting. Th฀ Joint Commission on th฀ Accr฀ditation of H฀althcar฀ Organization JCAHO tahun 2000, mengembangkan standar pengelolaan nyeri bagi institusi kesehatan dengan menyatakan bahwa keluhan nyeri harus dinilai pada semua 3 pasien karena mereka mempunyai hak untuk dikaji dan diberikan penatalaksanaan nyeri secara tepat. World H฀alth Organization WHO tahun 2002 menyatakan bahwa bebas dari nyeri adalah bagian dari hak azazi manusia. Nyeri dinyatakan sebagai tanda-tanda vital kelima oleh Th฀ Am฀rican Pain Soci฀ty tahun 2003, dalam Smeltzer Bare, 2012. Standar JCI Ass฀ssm฀nt of Pati฀nt AOP standar 1.7 disebutkan semua pasien rawat inap dan rawat jalan diskrining untuk rasa sakit dan dilakukan assessmen nyeri. Standar JCI yang lain yaitu Car฀ of Pati฀nt COP 6.4 disebutkan bahwa mewajibkan pasien untuk dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif. Berdasarkan data yang didapat dari ruang tindakan kateterisasi jantung di RSUP DR. Sardjito bulan Januari sampai dengan ฀gustus 2015 terdapat 1.181 pasien, dimana 778 pasien 66 menjalani kateterisasi jantung saja dan 403 pasien 34 dilakukan koronografi langsung PTCA+St฀nt, sedangkan data pasien yang masuk di ruang ICCU dari bulan Januari sampai dengan ฀gustus 2015 setelah menjalani kateterisasi jantung PTCA sebanyak 240 pasien. Berdasar hasil wawancara mendalam dengan 10 orang pasien di ruang perawatan ICCU RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta setelah dilakukan tindakan kateterisasi jantung ada yang mengeluh nyeri 5 orang, pegel dan kebas 3 orang , tidak nyaman 2 orang. Menurut NANDA 2015 bahwa yang dimaksud nyeri adalah perasaan yang tidak menyenangkan yang dirasakan oleh pasien sehingga dapat disimpulkan bahwa ketidaknyamanan yang dirasakan pasien merupakan suatu keadaan nyeri. 4 Keluhan nyeri yang dirasakan pasien setelah dikaji dari 10 pasien ada 8 orang 80 mengatakan nyeri sedang dengan skala nyeri antara 5 sampai 6, sedangkan yang 2 orang 20 hanya merasakan nyeri ringan dengan skala 2-3. Pasien kateterisasi jantung saat akan dilakukan tindakan mendapatkan lidokain 20 mg atau 2 . Hasil wawancara dengan penanggung jawab ruang kateterisasi jantung RSUP Dr. Sardjito dikatakan bahwa sebagian besar respon pasien setelah dilakukan tindakan kateterisasi jantung ekspresi wajah menahan sakit karena nyeri dan kebas yang dialami pasien di daerah yang dilakukan tindakan. Penyebab timbulnya nyeri ketidaknyamanan pada pasien post kateterisasi jantung antara lain: adanya luka bekas tindakan invasif, letak area yang dilakukan tindakan dan respon pasien yang berbeda dalam merasakan nyeri Jong,M.฀t al,2004. Setelah kateterisasi jantung pasien dilakukan immobilisasi dengan pembebatan pada daerah tindakan untuk mencegah perdarahan yang dilakukan selama 6 jam post tindakan Hamel, 2009. Nyeri pada pasien kateterisasi jantung menjadi signifikan apabila tidak mendapatkan penanganan yang memadai, dapat menyebabkan ketegangan, gelisah dan kecemasan. Penurunan nyeri pada pasien dapat diupayakan dengan mendekatkan teman atau keluarga, memberikan informasi teoritis, memberikan teknik relaksasi, memberikan terapi musik dan guid฀d imag฀ry agar pasien bisa mengurangi nyeri Buzatto, 2010; ฀priani, 2011. Manajemen nyeri pasca bedah meliputi pemberian terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi berupa intervensi perilaku kognitif seperti teknik relaksasi, terapi musik, imag฀ry dan 5 biof฀฀dback Potter Perry, 2005. Beberapa terapi non farmakologi yang bisa digunakan dalam menurunkan intensitas nyeri pasien post tindakan invasif diatas, peneliti memilih terapi musik dan relaksasi nafas dalam, hal ini didukung beberapa penelitian tentang efektifitas dari kedua teknik tersebut antara lain terapi musik efektif sebagai metode non farmakologi, murah, non invasif dan memiliki efek untuk mengurangi intensitas nyeri pasca operasi Margareta ฀t al, 2009; Jafari ฀t al, 2012; Motahedian ฀t al, 2012; Deivi, dkk. 2015. Teknik relaksasi nafas dalam dapat mengendalikan nyeri dengan meminimalkan aktifitas simpatis dalam system saraf otonom sehingga dapat mengurangi sensasi nyeri dan mengontrol intensitas reaksi terhadap nyeri Tarwoto, 2011; Hastuti,dkk., 2013. Mendengarkan musik yang sesuai dan mengatur pola nafas yang lambat secara teratur memberikan efek ketenangan pada tubuh baik secara fisik dan psikis. ฀pabila tubuh merasa nyaman sistem kerja tubuh akan sesuai, jantung berdenyut secara normal, transport oksigen pada sel tubuh terpenuhi, metabolisme tubuh sesuai kebutuhan, homeostasis tubuh seimbang dan tidak memicu timbulnya stresor. Kondisi ini akan mengoptimalkan tubuh dalam mengatasi terjadinya komplikasi penyakit jantung ฀nderson, ฀t al. 2010; Nilsson, 2008. Teori Kolcaba mengatakan bahwa kenyamanan adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat diaplikasikan oleh perawat kepada pasien dengan masalah nyeri yang meliputi tiga bentuk kenyamanan akan keringanan r฀li฀f, ketenangan ฀as฀, dan keadaan yang lebih baik 6 transc฀d฀nc฀ yang dapat terpenuhi dalam empat kontex pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan dan banyak menggunakan comfort t฀chnical int฀rv฀ntion, coaching maupun comfort food yang didalamnya termasuk terapi musik dan relaksasi nafas dalam Tomey ฀M, ฀lligood M, 2006. Pelaksanaan teknik relaksasi nafas dalam belum diterapkan secara optimal untuk menurunkan nyeri, walaupun di standar prosedur operasional sudah tercantum di manajemen pengelolaan nyeri, karena dalam pelaksanaannya baru terbatas pada menganjurkan tarik nafas dalam dan belum di follow up sudah sesuai atau belum dengan SPO. Terapi musik belum diterapkan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan belum ada standar prosedur operasionalnya, demikian juga dengan kombinasi antara terapi musik dan relaksasi nafas dalam. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melihat sejauh mana “kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam efektif menurunkan intensitas nyeri dan menstabilkan vital sign pada pasien post kateterisasi jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”. B. Rumusan Masalah ฀ngka kejadian penyakit jantung semakin meningkat, salah satu pemeriksaan diagnostik dan terapi yang dilakukan adalah kateterisasi jantungPTCA, terdapat 66 pasien kateterisasi jantung dan yang langsung PTCA dan st฀nt 34 di RSUP Dr. Sardjito. Beberapa penelitian menyatakan bahwa 7 tindakan kateterisasi jantung dapat menimbulkan ketidaknyamanan nyeri, upaya penurunan nyeri bisa diberikan dengan terapi non farmakologi. Penggunaan terapi musik maupun teknik relaksasi nafas dalam merupakan terapi non farmakologi yang telah terbukti secara signifikan dapat menurunkan nyeri pasien dengan berbagai kasus penyakit dan apalagi bila dikombinasi antara terapi musik dengan relaksasi nafas dalam. Oleh sebab itu maka perlu di lakukan penelitian untuk membuktikan, apakah pemberian kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam efektif dapat menurunkan nyeri dan menstabilkan vital sign pasien post kateterisasi jantung ? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri dan vital sign pada pasien post kateterisasi jantung. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik responden dengan intensitas nyeri dan vital sign. b. Untuk mengetahui intensitas nyeri dan vital sign pasien post kateterisasi jantung pada kelompok intervensi sebelum dan sesudah dilakukan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta . 8 c. Untuk mengetahui intensitas nyeri dan vital sign pasien post kateterisasi jantung pada kelompok kontrol tanpa dilakukan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta . d. Untuk menganalisis perbedaan kedua kelompok yaitu antara kelompok yang dilakukan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam dan pada kelompok kontrol. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Keilmuan Penelitian ini sebagai ฀vid฀nc฀ bas฀d dalam mengembangkan intervensi dengan terapi non farmakologi kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam. 2. Manfaat Praktis Guna Laksana a. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam menerapkan intervensi kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam . b. Mengurangi tingkat ketidaknyamanannyeri pasien post kateterisasi jantung. c. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan khususnya pasien post kateterisasi jantung. 9 E. Penelitian Terkait Penelitian yang terkait dengan yang akan penulis lakukan ada beberapa yang hampir sama tetapi ada perbedaan baik kasus maupun tempat penelitian dan belum ada judul yang sama dengan yang akan penulis lakukan : 1. Th฀ ฀ff฀cts of list฀ning to pr฀f฀rr฀d music on pain int฀nsity aft฀r op฀n h฀art surg฀ry oleh Jafari, ฀t al. 2012 Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek mendengarkan musik terhadap intensitas nyeri pasca operasi jantung, sampel sebanyak 60 orang terbagi dalam kelompok kontrol dan 30 kelompok intervensi yang diberikan terapi musik dengan headpone selama 30 menit dan kemudian diukur dengan numerik rating skala. Hasil menunjukkan bahwa terapi musik efektif untuk manajemen nyeri pasca operasi jantung karena terjadi penurunan intensitas nyeri pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol yang tanpa terapi musik. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan terapi musik dan instrumen yang dipakai yaitu numerik rating skala, perbedaannya peneliti menggunakan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam dan sampelnya pasien post kateterisasi jantung PTCA 2. Eff฀ct of th฀ combination of music and natur฀ sounds on pain and anxi฀ty in cardiac surgical pati฀nts: a randomiz฀d study oleh Susanne, M. ฀t al 2011. Desain penelitian ini randomiz฀d control trial. Sampelnya pasien bedah jantung dengan jumlah sampel sesuai kriteria inklusi 173 pasien, ฀0 hasilnya menunjukkan adanya penurunan nilai nyeri untuk kelompok musik kombinasi kombinasi musik dan suara alam dibandingan dengan kelompok kontrol perawatan standar dengan p=0,0010,05. Rata-rata relaksasi pasien untuk kelompok musik kombinasi meningkat dibandingkan kelompok kontrol p=0,030,05. Persamaan dengan penelitian ini adalah sama sama menggunakan terapi musik pada pasien jantung untuk menurunkan nyeri, perbedaannya pada penelitian ini dengan desain quasi ฀ksp฀rim฀n dan kombinasinya dengan relaksasi nafas dalam pada pasien post kateterisasi jantung PTCA. 3. Pengaruh comfort t฀chnical int฀rv฀ntion dengan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien pasca operasi fraktur femur oleh Susanti 2014. Desain penelitiaannya quasi ฀ksp฀rim฀n pr฀ post t฀st dengan kelompok kontrol 21 responden selama 20 menit dalam 3 hari. Hasil penelitian diperoleh perbedaan yang bermakna intensitas nyeri kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Persamaan dengan penelitian ini adalah desain penelitiaanya, penggunaan terapi musik dan relaksasi nafas dalam. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah sampel penelitian pada pasien post tindakan kateterisasi jantung PTCA. 4. Intervensi terapi musik relaksasi dan suara alam natur฀ sound terhadap tingkat nyeri dan kecemasan: literatur review oleh Dody Setiawan 2012. Metode yang digunakan adalah literature review dengan studi kepustakaan ฀฀ dan pencarian elektronik yang menggunakan search engine EBSCO host MEDLINE, GALE infotract.gal฀group dan google dengan kata kunci yang digunakan yaitu pati฀nts, anci฀ty, pain, r฀laxation, music dan natur฀. Hasil review dari beberapa artikel penelitian tersebut menunjukkan bahwa 76 perawatan standar ruangan yang dikombinasikan dengan terapi musik lebih efektif menurunkan tingkat kecemasan dan 76,2 efektif menurunkan tingkat nyeri pada pasien dibandingkan tanpa terapi musik. 75 perawatan standar yang dikombinasikan dengan terapi suara alam lebih efektif menurunkan kecemasan dan 100 efektif menurunkan tingkat nyeri pasien dibandingkan tanpa terapi suara alam. Perawatan standar yang dikombinasikan dengan gabungan antara terapi musik relaksasi dan suara alam menunjukkan bahwa 100 efektif menurunkan nyeri dan kecemasan pasien. Persamaan dengan penelitian ini adalah penggunaan terapi musik dan relaksasi nafas dalam dalam menurunkan tingkat nyeri. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah sampel penelitian ini khusus pada pasien post tindakan kateterisasi jantung PTCA, sedangkan penelitian terdahulu secara umum pada pasien yang dilakukan tindakan invasiv฀ 5. Efektifitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Tanda-tanda Vital pada Pasien Hipertensi Primer di Rumah Sakit Umum Jayapura oleh Suselo 2010. Desain penelitiaannya quasi ฀ksp฀rim฀n d฀ngan p฀nd฀katan pr฀ post t฀st dengan kelompok kontrol 30 responden selama 30 menit dalam 2 ฀2 kali sehari selama 3 hari. Pengukuran tanda-tanda vital dilakukan 15 menit sebelum dan 15 menit sesudah intervensi, sedangkan untuk kelompok kontrol dilakukan pengukuran pada pemeriksaan awal dan dilanjutkan 1 jam dari pemeriksaan awal. Hasil penelitian diperoleh rata-rata penurunan tanda-tanda vital setelah intervensi terapi musik pada kelompok intervensi lebih besar dibanding kelompok kontrol p valu฀ 0,05. Persamaan dengan penelitian ini adalah desain penelitiaanya, penggunaan terapi musik pengaruhnya terhadap penurunankestabilan tanda-tanda vital. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah sampel penelitian pada pasien post tindakan kateterisasi jantung PTCA.

6. Nonpharmacologis pain manag฀m฀nt for postop฀rativ฀ coronary art฀ry

by pass surg฀ry pati฀nts oleh Van Kouten, 1999. Tujuan penelitian ini untuk mendokumentasikan seberapa sering metode non-farmakologis dilaksanakan selain farmakologis dan apa efeknya terhadap penurunan nyeri post operasi coronary art฀ry by pass surg฀ry. Sampel 20 pasien pasca operasi bypass arteri koroner graft CABG pasien. Hasilnya ditemukan bahwa pada kelompok yang mendapatkan terapi farmakologis yang dikombinasikan dengan terapi non farmakologis teknik relaksasi menunjukan penurunan nyeri yang lebih banyak dibandingkan kelompok yang hanya mendapatkan terapi farmakologis. Persamaan dengan penelitian ini adalah menggunakan teknik relaksasi untuk menurunkan nyeri dan sama-sama pada pasien jantung, sedangkan ฀3 perbedaannya penelitian ini variabel bebasnya selain teknik relaksasi tetapi juga dikombinasi dengan terapi musik dan ada yang dilakukan pada pasien yang menjalani prosedur diagnostik yaitu kateterisasi jantung selain juga tindakan PTCA. 7. Eff฀ct of music th฀rapy on pain discomfort, and d฀pr฀ssion for pati฀nts with l฀g fractur฀s oleh Kwon 2006 Tujuan penelitian ini untuk menentukan efek terapi musik terhadap ketidaknyamanan nyeri dan depresi pada pasien dengan fraktur kaki. Hasil penelitian menunjukkan terapi musik merupakan metode yang efektif untuk mengurangi nyeriketidaknyamanan dan depresi. Persamaan dengan yang akan dilakukan peneliti adalah penggunaan terapi musik untuk mengurangi nyeriketidaknyamanan pada pasien setelah tindakan invasif, sedangkan perbedaannya dengan yang akan dilakukan peneliti selain terapi musik juga dikombinasi dengan relaksasi nafas dalam . 8. Pengaruh latihan slow d฀฀p br฀athing terhadap intensitas nyeri kepala akut pada pasien cedera kepala ringan oleh Tarwoto 2011. Desain penelitiaannya quasi ฀ksp฀rim฀n pr฀ post t฀st dengan kelompok kontrol 21 responden selama 15 menit. Hasil penelitian diperoleh perbedaan yang bermakna intensitas nyeri kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Persamaan dengan penelitian ini adalah desain penelitiaanya, penggunaan teknik relaksasi nafas dalam. Perbedaannya dengan penelitian ini adalah variabel bebasnya yaitu penggunaan ฀4 kombinasi terapi musik dengan teknik relaksasi nafas dalam, sampel penelitian pada pasien post tindakan kateterisasi jantung PTCA. ฀5 ฀5 ฀A฀ II TINJAUAN PUSTAKA ฀. Landasan Teori 1. Penyakit Jantung Koroner a. Pengertian Penyakit jantung koroner PJK merupakan penyakit jantung dan pembuluh darah yang disebabkan karena penyempitan arteri koroner. Penyempitan pembuluh darah terjadi karena proses aterosklerosis akibat timbunan kolesterol dan jaringan ikat pada dinding pembuluh darah secara perlahan-lahan Judith, 2005. b. Penyebab Penyebab penyakit jantung koroner secara pasti belum diketahui, tetapi secara umum dikenal berbagai faktor yang berperan penting terhadap timbulnya PJK. Berdasarkan penelitian-penelitian epidemiologis prospektif menurut Framingham 2009, diketahui bahwa faktor risiko seseorang untuk menderita PJK ditentukan melalui interaksi dua atau lebih faktor risiko antara lain: faktor biologis yang tidak dapat diubah yang meliputi: hereditas, umur lebih dari 40 tahun makin tua risiko makin besar, jenis kelamin, insiden pada pria lebih tinggi dari pada wanita wanita risikonya meningkat sesudah menopouse. Sedangkan faktor biologis yang dapat diubah meliputi: dislipidemia, tekanan darah ฀6 tinggi hipertensi, merokok, obesitas, diabates mellitus, diet tinggi lemak jenuh dan kalori serta stres psikologis berlebihan, inaktifitas fisik Dezta,H., 2011. ฀฀฀฀฀฀Normal฀artery฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀Atherosclerotic฀artery Gambar฀2.1 Potongan arteri koroner diambil dari ฀Medical-surgical฀Nursing,฀ 2009 c. Kejadian PJK Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian pada pria maupun wanita baik di negara maju maupun berkembang, untuk pria dan wanita risiko penyakit kardiovaskuler meningkat seiring dengan peningkatan usia, riwayat merokok, hipertensi, lipid darah, level glukosa serta obesitas sentral Bernis, 2007; Devon, 2002. PJK tidak hanya menyerang laki-laki saja, wanita juga berisiko terkena PJK meskipun kasusnya tidak sebesar pada laki-laki. Pada orang yang berumur 65 tahun ke atas, ditemukan 20 PJK pada laki-laki dan 12 pada wanita Menyar, 2009. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan bahwa sekitar 17 juta orang ฀7 meninggal dunia akibat penyakit kardiovaskuler terutama PJK 7,2 juta dan stroke฀5,5 juta. 2. Kateterisasi Jantung Coronary฀Angiografy. Kateterisasi jantung merupakan prosedur invasif dengan memasukkan satu atau lebih kateter ke jantung dan pembuluh darah tertentu untuk memvisualisasikan ruang jantung, katup, pembuluh darah besar, dan arteri koroner. Prosedur ini untuk membantu dalam diagnosis, pencegahan perkembangan kondisi jantung dan evaluasi yang akurat serta pengobatan yang kritis pada pasien Brunner Suddart, 2009. ฀8 Gambar 2.2 ฀kses masuk kateter jantung diambil dari http:www.massgeneral.orgheartcenterservicesprocedure a. Indikasi. Pemeriksaan kateterisasi jantung menurut Brunner Suddart 2009 dapat dilakukan pada penyakit koroner yang sudah diketahui atau diduga berupa: angina tidak stabil, serangan angina baru, evaluasi sebelum tindakan operasi, iskemia, hasil treadmil positif, nyeri dada atipikal atau spasme koroner, angina pektoris, gagal trombolitik, shock, komplikasi mekanik ventrikel septal defek, ruptur dindingotot polos. b. Kontra Indikasi. Kontra indikasi relatif antara lain :penyakit gagal jantung kongestif yang tidak terkontrol, tekanan darah tinggi, aritmia, penyakit pembuluh darah serebral yang kurang dari satu bulan, infeksidemam, elektrolit tidak seimbang, perdarahan gastrointestinal, kehamilan, antikoagulasi perdarahan akut tidak terkontrol, pasien tidak kooperatif, keracunan obat seperti digitalis, phennothiazid, gagal ginjal. Sedangkan kontra indikasi mutlak tidak boleh dilakukan apabila tidak cukup perlengkapan atau fasilitas Muttaqin, 2009. ฀9 c. Intervensi Keperawatan Menurut Brunner Suddart 2009, intervensi perawat yang dilakukan setelah pasien dilakukan kateterisasi jantung adalah: 1 ฀mati posisi akses kateter adanya perdarahan atau hematoma dan menilai denyut nadi perifer pada bagian ekstremitas yang dilakukan kateterisasi dorsalis pedis dan tibialis posterior pulsa di ekstremitas bawah pulse, radial dalam ekstremitas atas setiap 15 menit selama 1 jam, dan kemudian setiap 1 sampai 2 jam sampai pulse stabil. 2 Evaluasi suhu dan warna ekstremitas yang terkena dan setiap pasien keluhan nyeri, mati rasa kesemutan, atau sensasi untuk menentukan tanda-tanda insufisiensi arteri, laporkan perubahannya segera. 3 Memantau adanya disritmia dengan mengamati monitor jantung atau dengan menilai pulsa apikal dan perifer untuk perubahan dalam tingkat dan irama. 4 Menginformasikan pasien bahwa jika prosedur ini dilakukan percutaneously฀ melalui arteri femoral, pasien akan tetap pada istirahat di tempat tidur dengan kaki yang lurus dan kepala diangkat ke 30 derajat selama 2 sampai 6 jam dengan penekanan untuk mencegah perdarahan Hamel, 2009. 20 5 Untuk kenyamanan, pasien bisa berbalik dari sisi ke sisi tetap dengan kaki yang lurus. 6 Menginformasikan pasien jika prosedur ini dilakukan melalui arteri radialis, pasien akan tetap pada istirahat di tempat tidur tangan lurus selama 2 sampai 6 jam dengan bebat fiksasi Hamel, 2009. 7 ฀njurkan pasien untuk melaporkan nyeri dada dan perdarahan atau tiba-tiba ketidaknyamanan dari akses tusukan kateter segera Juli, 2012. 8 Mendorong cairan untuk meningkatkan output urin dan mengeluarkan obat kontras. 9 Pasien post kateterisasi jantung PCI diobservasi selama 24 jam dan apabila tak ada komplikasi diperbolehkan rawat jalan pulang Tim RSJPD, 2014. d. Komplikasi. Hal-hal yang kemungkinan bisa terjadi akibat tindakan kateterisasi jantung menurut Farouque,฀et฀al 2005: 1 Komplikasi mayor antara lain: tromboemboli, infark miokard, alergi kontras seperti: spasme laring, spasme bronkus, hipotensi berat atau henti jantung, aritmia berat seperti: ventrikel fibrilasi, kematian. 2฀ 2 Komplikasi minor: aritmia sinus bradikardi, ventrikel premature beat dan ventrikel takikardi, alergi ringan, seperti erupsi kulit,perdarahan pada tempat tusukan atau hematom, infeksi, edema paru, komplikasi jarang seperti: ruptur pembuluh darah, kateter melilit, kateter putus, perforasi arteria koroner, nyeri daerah tusukan. 3. Percutaneous฀Transluminal฀Coronary฀Angioplasty PTCA. ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀PTCA adalah prosedur terapi untuk memperbaiki aliran darah ke miokard dengan balon kateter pada daerah penyempitan koroner dan mengembangkannya. Sehingga lumen tersebut akan lebih lebar dari semula sehingga terjadi perbaikan aliran darah. Stent adalah alat yang ditanamkan pada pembuluh darah koroner yang mengalami stenosis untuk mempertahankan pembukaan koroner secara mekanis Brunner Suddart, 2009 Gambar฀2.3 Percutaneous฀Transluminal฀Coronary฀Angioplasty Diambil dari฀Medical-surgical฀Nursing, 2009 22 ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀Gambar฀2.4 ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀Insertion฀of฀a฀coronary฀artery฀stent ฀฀฀฀฀฀฀฀Diambil dari ฀Medical-surgical฀Nursing, 2009 a. Indikasinya antara lain pada penyakit jantung koroner dengan bukti iskemik, angina tidak stabil, infark miokard dengan haemodinamik memburuk, kelainan katup,฀ primary฀ PTCA pada akut miokard infark sedangkan indikasi pemasangan stent meliputi: restenosis pada grafts, penutupan mendadak dari diseksi sesudah PTCA dan risiko tinggi untuk kolaps, restenosis setelah tindakan PTCA,฀ robekan intima pada post PTCA฀Brunner Suddart, 2009 . b. Kontra Indikasi. Kontra indikasi pada PTCA atau pemasangan stent฀adalah pada disfungsi ventrikel yang berat Wajan, 2010 . 23 c. Komplikasi Komplikasi yang bisa terjadi antara lain: angina, aritmia, perdarahan, spasme tiba-tiba dari pembuluh darah koroner, hipotensi, reoklusi, iskemik tungkai, infark miokard, kematian Bally et฀ al, 2010. ฀ Komplikasi pada tempat akses: perdarahan, hematom, ekimosis, pseudoaneurisma, nyeri lokal dan memar Hamel, 2009. Menurut penelitian prospektif oleh Higgins, Odom 2008, komplikasi vaskuler pascaintervensi koroner perkutan dari 1089 pasien sebanyak 35.7 meliputi perdarahan 22,4, hematom 7,1, perdarahan dan hematom 6, pseudoaneurisma dengan diagnosis ultrasound 0,37.

4. Konsep Intensitas Nyeri a. Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang terjadi akibat dari kerusakan jaringan yang aktual dan potensial. Berkaitan dengan hal tersebut, nyeri yang dirasakan oleh individu yang mengalami post-operasi, bisa dari skala yang paling ringan hingga terberat Brunner Suddart, 2009 b. Patofisiologi Nyeri ฀danya rangsangan pembedahan menimbulkan kerusakan pada jaringan yang kemudian akan melepaskan zat antara lain: histamine, 24 serotonin, plasmakini, bradikinin, prostaglandin yang disebut mediator nyeri. Mediator ini merangsang reseptor nyeri yang terletak di ujung saraf bebas dari kulit, selaput lendir dan jaringan lain sehingga rangsangan dirasakan sebagai nyeri. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia akan merangsang saraf simpatis sehingga menyebabkan vasokontriksi yang akan meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek seperti spasme otot yang pada akhirnya akan menekan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan meningkatkan kecepatan metabolisme otot yang menimbulkan pengiriman impuls nyeri ke medula spinalis ke otak terus berjalan sehingga terjadi persepsi nyeri Smeltzer Bare, 2012. Rangkaian proses perjalanan yang menyertai antara kerusakan jaringan sampai dirasakan nyeri adalah suatu proses elektrofisiologis. ฀da 4 proses yang mengikuti suatu proses nosisepsis yaitu: 1 Transduksi adalah adalah proses dari stimulasi nyeri dikonfersi kebentuk yang dapat diakses oleh otak. Proses transduksi dimulai ketika nociceptor yaitu reseptor yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri teraktivasi. ฀ktivasi reseptor ini nociceptors merupakan sebagai bentuk respon terhadap stimulus yang datang seperti kerusakan jaringan. 2 TransmisiTransmission฀ Transmisi adalah serangkaian kejadian-kejadian neural yang membawa impuls listrik melalui sistem saraf ke area otak. Proses transmisi melibatkan saraf aferen yang terbentuk dari serat saraf berdiameter kecil 25 ke sedang serta yang berdiameter besar. Saraf aferen akan berakson pada dorsal horn di spinalis. Selanjutnya transmisi ini dilanjutkan melalui sistem contralateral spinalthalamic฀ melalui ventral lateral dari thalamus menuju cortex serebral. 3 ModulasiModulation฀ Proses modulasi mengacu kepada aktivitas neural dalam upaya mengontrol jalur transmisi nociceptor tersebut. Proses modulasi melibatkan system neural yang komplek. Ketika impuls nyeri sampai di pusat saraf, transmisi impuls nyeri ini akan dikontrol oleh system saraf pusat dan mentransmisikan impuls nyeri ini kebagian lain dari sistem saraf seperti bagian cortex. Selanjutnya impuls nyeri ini akan ditransmisikan melalui saraf-saraf descenden ke tulang belakang untuk memodulasi efektor. 4 PersepsiPerception฀ Persepsi adalah proses yang subjektif. Proses persepsi ini tidak hanya berkaitan dengan proses fisiologis atau proses anatomis saja, akan tetapi juga meliputi cognition฀pengenalan dan memory฀mengingat. Oleh karena itu, faktor psikologis, emosional dan behavioral฀perilaku juga muncul sebagai respon dalam mempersepsikan pengalaman nyeri tersebut. Proses persepsi ini jugalah yang menjadikan nyeri tersebut suatu fenomena yang melibatkan multidimensional. c. Faktor- faktor yang mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah : 26

1. Usia

Usia mempunyai peranan yang penting dalam mempersepsikan dan mengekspresikan rasa nyeri. Pasien dewasa memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri dibandingkan pada lansia. Nyeri dianggap sebagai kondisi yang alami dari proses penuaan. Cara menafsirkan nyeri ada dua: pertama, rasa sakit adalah normal dari proses penuaan, kedua sebagai tanda penuaan menurut Smeltzer dan Bare 2012.

2. Jenis kelamin

Respon nyeri di pengaruhi oleh jenis kelamin. Telah dilakukan penelitian terhadap sampel 100 pasien untuk mengetahui perbedaan respon nyeri antara laki-laki dan perempuan. Hasilnya menunjukan bahwa ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam merespon nyeri yaitu perempuan mempunyai respon nyeri lebih baik dari pada laki-laki. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Laura yang menunjukkan bahwa wanita lebih sensitif terhadap rangsangan nyeri Smeltzer dan Bare, 2012. 3. ฀udaya Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus diterima karena mereka melakukan kesalahan jadi mereka tidak mengeluh jika ada nyeri. Orang Jawa dan Batak mempunyai respon yang berbeda terhadap nyeri, 27 bahwa pasien Jawa mencoba untuk mengabaikan rasa sakit dan hanya diam, menunjukkan sikap tabah, dan mencoba mengalihkan rasa sakit melalui kegiatan keagamaan. Ini berarti bahwa pasien Jawa memiliki kemampuan untuk mengelola nya atau rasa sakitnya. Di sisi lain, pasien Batak merespon nyeri dengan berteriak, menangis, atau marah dalam rangka untuk mendapatkan perhatian dari orang lain, sehingga menunjukkan ekspresif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pasien dengan budaya yang berbeda dinyatakan dalam cara yang berbeda yang mempengaruhi persepsi nyeri Smeltzer dan Bare, 2012. 4.Pengalaman Masa Lalu dengan Nyeri Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat saja menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan persisten Smeltzer dan Bare, 2012. Pasien yang pernah mengalami nyeri dan tidak mampu mengatasi nyeri ,maka akan mempunyai persepsi terhadap nyeri sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan Potter Perry, 2005; Bradt Dileo, 2009. 5.Perhatian Tingkat perhatian seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat akan meningkatkan respon nyeri, sedangkan upaya distraksi dihubungkan 28 dengan respon nyeri yang menurun. Tehnik relaksasi, guided฀ imagery merupakan tehnik untuk mengatasi nyeri Prasetyo, 2010. 6.Kecemasan Ansietas Hubungan antara nyeri dan cemas bersifat kompleks, cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas Prasetyo, 2010. Pernyataan yang sama juga dikemukakan oleh Gill 1990 yang dikutip dalam Buzzato 2010, yang melaporkan adanya suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbik yang diyakini mengendalikan emosi. d. Penatalaksanaan Nyeri 1.Farmakologi Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan opiat narkotik, nonopiat O฀INS obat anti inflamasi nonsteroid, obat-obat adjuvans atau koanalgesik. ฀nalgesik opiat mencakup derivat opium, seperti morfin dan kodein. Narkotik meredakan nyeri dan memberikan perasaan euphoria Berman, et฀ al. 2009. Nonopiat analgesik non-narkotik termasuk obat O฀INS seperti aspirin dan ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerja di ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan 29 tingkat mediator inflamasi yang dihasilkan di daerah luka Berman, et฀ al. 2009. ฀nalgesik adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk tujuan selain penghilang nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri kronis tipe tertentu selain melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau obat penenang, dapat membantu mengurangi spasme otot yang menyakitkan, kecemasan, stres, dan menguatkan strategi nyeri lainnya sehingga klien dapat tidur nyenyak Berman, et฀al. 2009. 2.Non Farmakologi Manajemen nyeri non farmakologik yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri adalah terapi musik, relaksasi, terapi bermain, terapi aktivitas, kompres dan pijat Van Kouten,฀ 1999. Beberapa peneliti percaya bahwa intervensi keperawatan non-farmakologis, digunakan dalam kombinasi dengan analgesik, dapat membantu mengurangi rasa sakit. Teknik ini dapat membantu pasien mencapai rasa kontrol atas rasa sakit Van Kouten, ฀1999. a.Relaksasi Relaksasi merupakan managemen nyeri non farmakologi฀ yang mempunyai efek sangat baik untuk mengatasi nyeri.฀ Relaksasi akan menyebabkan penurunan hormon adrenalin dengan penurunan hormon adrenalin akan menyebabkan rasa tenang, rasa tenang akan menyebabkan aktifitas saraf simpatik menurun sehingga akan 30 menyebabkan penurunan nyeri. Menurut penelitian Houston dan Jesurum dalam Purwanto, 2011 penggunaan tehnik relaksasi฀The฀ quick฀relaxation฀technique฀ QRT dan kombinasi farmakologis฀yang dilakukan pada 24 pasien yang berumur 70 tahun dimana obyek penelitian sedang menjalani bedah jantung bypass฀di ruang ICU, hasil penelitian ini menunjukan setengah dari sampel yang diteliti merasakan nyeri hilang dengan cepat dari pada kelompok yang tidak diberi relaksasi. b.Terapi Musik Terapi musik merupakan bagian dari tehnik relaksasi yang dapat digunakan di ruang ICU yang mempunyai efek menenangkan. Efek terapi musik pada nyeri pada pasien kanker dengan berbagai diagnosa telah mengungkapkan banyak manfaat diantaranya meningkatkan kenyamanan dan relaksasi dengan pengurangan nyeri, stress yang dikarenakan pengobatan, cemas, mual dan muntah Li Mei. et฀ al , 2011. Metode pereda nyeri non-farmakologis biasanya mempunyai resiko yang sangat rendah, termasuk pemberian terapi musik bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri Purwanto, 2008.

e. Instrument Pengukuran Nyeri

฀ 1.Numerical฀Rating฀Scale฀NRS 3฀ Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik dari 0 hingga10, di bawah ini, nol 0 merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh 10, suatu nyeri yang sangat hebat. Keterangan : Tidak Nyeri = Bila skala intensitas nyeri numerik 0, Nyeri ringan = bila skala intensitas nyeri numerik 1 -3, Nyeri sedang = bila skala intensitas nyeri numerik 4-7, Nyeri hebat = bila skala intensitas nyeri numerik 8-10, menurut Smeltzer dan Bare, 2012. 2 Visual฀Analogue฀Scale฀V฀S Cara lain untuk menilai intensitas nyeri yaitu dengan menggunakan Visual ฀nalog Scale Potter dan Perry, 2005. Skala berupa suatu garis lurus yang panjangnya biasaya 10 cm atau 100 mm, dengan penggambaran verbal pada masing-masing ujungnya, seperti angka 0 tanpa nyeri sampai angka10 nyeri terberat. 3 SF-MPQ The฀Short-Form฀McGill฀Pain฀Questionnaire Instrumen ini berbentuk kuesner yang komponennya terdiri dari 15 deskriptor 11 sensorik; 4 afektif yang dinilai pada skala intensitas sebagai 0 = tidak ada , 1 = ringan, 2 = sedang atau 3 = berat. 32 15 deskriptor itu meliputi denyutan, pengambilan gambar ekspresi, penusukan, kaku, kram, perih sekali, panas terbakar, sakit, berat, lembut, membelah, melelahkan, menjijikkan, menakutkan,menyiksa Li Mei et฀ al, 2011.

f. ฀Vital฀sign pada nyeri

Pengukuran vital฀ sign memberikan informasi yang sangat penting terutama mengenai status kesehatan secara umum. Vital฀ sign meliputi: tekanan darah, frekuensi nadi, suhu tubuh, dan frekuensi pernafasan. Pengukuran ini harus dibandingkan dengan rentang normal dan pengukuran sebelumnnya. 1 Tekanan darah Tekanan darah adalah kekuatan darah ketika mendorong dinding arteri. Tekanan darah mempunyai dua komponen yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik menggambarkan tekanan darah maksimum pada arteri ketika kontraksi ventrikel kiri. Sedangkan tekanan darah diastolik adalah tekanan saat istirahat yaitu tekanan dari darah antar ventrikel PotterPerry, 2005. Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada saat darah dipompa oleh jantung keseluruh anggota tubuh manusia Guyton Hall, 2007. Tabel 2.5 33 Klasifikasi pengukuran tekanan darah฀ Kategori Tekanan Sistolik mmHg Tekanan Diastolik mmHg Hipotensi 119 79 Normal 120 80 Pre hipertensi 120-139 80-89 Hipertensi Stage 1 Ringan 140-159 90-99 Hipertensi Stage 2 Sedang 160-179 100-109 Hipertensi Stage 3 Berat 180 110 Joint฀National฀Committee-VII, 2003 2 Nadi Jantung akan memompa melalui aorta dan pembuluh darah perifer. Pemompaan ini darah akan menekan dinding arteri, menciptakan gelombang tekanan seiring dengan denyut jantung yang pada perifer akan terasa detak nadi. Nadi pada radial tangan adalah metode yang paling banyak digunakan untuk mengukur kecepatan jantung Guyton Hall, 2007. Kekuatan denyut nadi ditentukan tekanan denyut. ฀pabila tekanan denyut tinggi, gelombang denyut mungkin cukup besar untuk dapat diraba atau bahkan didengar oleh individu yang bersangkutan Guyton Hall, 2007. Menurut Ganong 2003 frekuensi nadi dewasa dan usia lanjut: normal 60-100 x menit. 3 Suhu tubuh Produksi panas yang terjadi sebagian rentang dari metabolism dan ketika berolahraga. Suhu tubuh secara umum diatur oleh hipotalamus. Suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan titik patokan suhu di 34 hipotalamus. Rentang suhu normal untuk dewasa 36,4 -37,2 °C Ganong, 2003 4 Frekuensi pernafasan Untuk mengetahui irama pernafasan dilakukan inspeksi. Frekuensi pernafasan dilakukan satu kali nafas dan sekali hembusan nafas ekspirasi. Rentang normal frekuensi pernafasan pada orang dewasa yaitu 12-20 kalimenit Ganong, 2003. ฀dapun yang mempengaruhi kecepatan pernafasan diantaranya usia, suhu, aktifitas, jenis kelamin, dan status kesehatan.

5. Teori Kenyamanan Khaterine Kolcaba

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀Kenyamanan adalah suatu konsep yang mempunyai hubungan yang kuat dengan ilmu perawatan. Perawat menyediakan kenyamanan ke pasien dan keluarga-keluarga mereka melalui intervensi dengan orientasi pengukuran kenyamanan. Kondisi keluarga dan pasien diperkuat dengan tindakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh perawat dengan melibatkan perilaku Tomey, ฀lligood, 2006. Peningkatan kenyamanan adalah sesuatu hasil ilmu perawatan yang merupakan bagian penting dari teori comfort, mereka secara teoritis dihubungkan dengan suatu kecenderungan ke arah kenyamanan yang ditingkatkan setiap saat, dan dengan sendirinya klien akan mencapai kesehatan yang diinginkan dalam mencari kesembuhan . 35 ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀Health฀Care฀Needs฀adalah฀kebutuhan pelayanan kesehatan untuk pemenuhan kenyamanan bagi pasien Kolcaba, 2010. Kebutuhan ini meliputi kebutuhan fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan yang kesemuanya membutuhkan monitoring, laporan verbal maupun non verbal . Comfort฀ diartikan sebagai suatu pengalaman yang immediate yang menjadi sebuah kekuatan melalui kebutuhan akan keringanan relief, ketenangan ease dan transcedence keadaan yang lebih baik, yang dapat terpenuhi dalam empat kontex pengalaman yang meliputi aspek fisik, psikospiritual, sosial dan lingkungan Kolcaba, 2010; Tomey ฀lligood, 2006 . Comfort฀measures฀diartikan sebagai suatu intervensi keperawatan yang didesain untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang spesifik dibutuhkan oleh pasien. Enhanced฀ comfort฀ merupakan฀ sebuah outcome yang langsung diharapkan pada pelayanan keperawatan, mengacu pada teori comfort ini. Intervening฀ variables฀ didefinisikan sebagai kekuatan yang berinteraksi sehingga mempengaruhi persepsi penerima kenyamanan secara keseluruhan. Variabel ini meliputi pengalaman masa lalu, usia, sikap, status emosional, support฀ system,฀ prognosis,฀ financial dan keseluruhan elemen dalam pengalaman si penerima.฀ Health฀ Seeking฀ Behavior HSBs ฀ merupakan sebuah kategori yang luas dari outcome berikutnya yang berhubungan dengan pencarian kesehatan yang didefinisikan oleh penerima saat konsultasi dengan perawat Kolcaba, 36 2010. Teori kenyamanan kolcaba ini bisa diterapkan dalam praktek antara lain seperti di dalam keperawatan kebidanan, katheterisasi jantung, perawatan kritis, pekerja rumah sakit, keperawatan bedah tulang, keperawatan perioperatif. ฀฀฀฀฀฀฀฀฀ Kolcaba menyatakan bahwa perawatan untuk kenyamanan memerlukan sekurangnya tiga tipe intervensi comfort yaitu teknis pengukuran kenyamanan, merupakan intervensi yang dibuat untuk mempertahankan homeostasis dan mengontrol nyeri yang ada, seperti memantau tanda-tanda vital, hasil kimia darah, juga termasuk pengobatan nyeri. Tehnis tindakan ini didesain untuk membantu mempertahankan atau mengembalikan fungsi fisik dan kenyamanan, serta mencegah komplikasi. Coaching฀ mengajarkan meliputi intervensi yang didesain untuk menurunkan kecemasan, memberikan informasi, harapan, mendengarkan dan membantu perencanaan pemulihan recovery dan integrasi secara realistis atau dalam menghadapi kematian dengan cara yang sesuai dengan budayanya. Comfort฀food untuk jiwa, meliputi intervensi yang menjadikan penguatan dalam sesuatu hal yang tidak dapat dirasakan. Terapi untuk kenyamanan psikologis meliputi pemijatan, adaptasi lingkungan yang meningkatkan kedamaian dan ketenangan, guided฀ imagery, terapi musik, mengenang, dan lain lain. 6. Konsep Terapi Musik 37 Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisir yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya Bally et฀ al, 2010. Musik mempunyai kemampuan untuk mengetahui ketidakmampuan yang dialami oleh setiap orang, ketika musik diaplikasikan menjadi sebuah terapi, musik dapat meningkatkan, memulihkan dan memerihara kesehatan fisik, mental, emosianal, sosial dan spiritual dari setiap individu. Hal ini dikarenakan, musik memiliki beberapa kelebihan, seperti musik bersifat universal, nyaman dan menyenangkan, berstruktur. Perlu diingat bahwa banyak proses dalam hidup kita berakar dari irama sebagai contoh, napas kita detak jantung, dan pulsasi berulang dan berirama. Hal inilah yang mendasari kita dalam merawat pasien dengan terapi musik Sebastian, 2014. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat฀ memberikan hasil yang sangat efektif dalam upaya mengurangi nyeri pasca operasi klien Potter dan Perry, 2005. a. Pengertian Musik pada dasarnya merupakan bagian dari seni yang menggunakan bunyi sebagai media penciptaannya. Karya musik harus memenuhi syarat tertentu yang merupakan system yang ditopang oleh berbagai komponen seperti melodi, harmoni, ritme, warna suara, tempo, dinamika, dan bentuk Bradt Dileo, 2009. Menurut Potter dan Perry 38 2005, terapi musik digunakan sebagai teknik untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama tertentu. Terapi musik bekerja langsung pada organ dan sistem saraf pendengaran kemudian dikirim pada sistem limbik di otak atau daerah yang mengatur emosi Tim terapi musik, 2016. Terapi musik merupakan proses antara terapis musik dengan klien menggunakan musik untuk membantu dan mempertahankan kesehatan dari aspek fisik, emosional, mental, sosial, estetika dan spiritual. Dengan terapi musik yang sesuai dengan kebutuhan klien baik secara elemen musik pitch, tempo, trimbe dan dinamika akan memberikan respon pada individu untuk menenangkan emosi, meningkatkan kesehatan, mengembangkan kemampuan kognitif dan komunikasi American฀ Music฀ Therapy฀ Association, 2011. b. Jenis Terapi Musik Manfaat terbesar pada sistem kardiovaskular terdapat pada musik klasik dan musik meditasi, sedangkan music฀ heavy mental dan techno tidak efektif dan dapat berbahaya karena dapat menyebabkan stress dan aritmia yang mengancam jiwa Jafari et฀ al., 2012. Musik vocal dan orchestra menghasilkan korelasi signifikan lebih baik terhadap sinyal kardiovaskular dan pernafasan dibandingkan dengan jenis musik dengan penekanan Jafari et฀al., 2012. Jenis musik pain relief maupun natural 39 healing yang mempunyai karakteristik frekuensi 40-60 hz dan tempo 61- 80 beatmenit memenuhi kriteria sebagai terapi musik untuk relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri minimal satu hari satu kali Perdana, ฀., 2016. c. Elemen terapi musik Empat elemen musik yang menjadi dasar perlakuan pada terapi musik karena setiap gangguan yang dialami klien membutukan penekanan pada elemen yang berbeda dan terdapat dalam berbagai jenis musik yaitu: 1 Pitch฀ Nada dihasilkan melalui vibrasi pada kecepatan tertentu yang dikenal dengan sebutan pitch, yang diukur dalam hertz, hal ini dapat didengar karena membuat molekul-molekul udara bergetar dalam kecepatan yang sama. Bila vibrasi ini bertemu dengan telinga pendengaran maka akan terjadi proses persepsi dan kognitif dalam otak yang dapat menyimpulkan jenis nada tertentu. 2 Tempo Rata-rata satuan waktu pada sebuah musik dimainkan yang mengambarkan kecepatan musik tersebut. 3 Trimbe Disebut juga warna suara atau kualitas suara. Jika dua alat musik, misalnya gitar dan trombone dimainkan bersama-sama pada nada dasar 40 pitch yang sama maka dapat dibedakan antara suara gitar dan suara trombone, karena keduanya memiliki warna suara yang berbeda. 4 Dinamika ฀spek musik yang terkait dengan tingkat kekerasan musik, atau gradasi kekerasan dan kelembutan suara musik. Pemilihan parameter musik yang digunakan untuk relaksasi menurut Wigram et฀ al, 2011 dalam Sebastian 2014 adalah frekuensi 60-90 Hz, dinamika sedikit perubahan, melodi dinamik dengan tempo 60-80 beatsmenit. Karakteristik musik yang bersifat terapi yaitu musik yang nondramatis, dinamikanya bisa diprediksi,memiliki nada yang lembut, harmonis dan tidak berlirik, temponya 60-80 xmenit Bally, 2010. Satuan volume untuk mendengarkan musik getaran suara adalah decibel dB. Untuk mendengarkan musik menggunakan headset dengan volume 60-90 dB. Volume musik yang dinyatakan comfortable adalah memiliki volume 60 dB. Volume yang dapat menimbulkan efek terapi adalah 40-60 dB bisa dilakukan saat menjelang tidur selama 30 menit untuk mendapatkan efek relaksasi maksimum sedangkan terapi minimal dilakukan dua kali sehari selama minimal 15 menit Nilsson, 2008; ฀hmad, 2012 . Terapi musik diberikan dalam waktu yang berbeda-beda akan memberikan efek yang berbeda-beda. Lama waktu memperdengarkan 4฀ terapi musik sangat tergantung keadaan pasien yang akan dilakukan terapi musik. Pada beberapa pasien, terapi musik yang hanya sebentar sudah dapat memberikan efek yang positif, tetapi ada yang dalam waktu lama, baru memberikan efek positif yang sedikit kepada pasiennya, dengan demikian, antara satu orang dengan yang lain bisa berbeda . Prinsip dasar yang harus dipegang dalam memberikan terapi musik adalah bahwa terapi musik yang tepat sesuai parameter dan jenis musik tidak akan memberikan dampak yang membahayakan pasien walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama Mucci Mucci, 2002. d. Mekanisme Musik Dalam Menurunkan Nyeri Menurut Tuner 2010 musik dihasilkan dari stimulus yang dikirim dari akson-akson serabut sensorik asenden ke neuron-neuron Reticular฀ Activating฀ System฀ RAS. Stimulus ini kemudian ditransmisikan oleh nuclei spesifik dari thalamus melewati area-area korteks cerebral, sistem limbik dan korpus collosum serta melewati area-area sistem saraf otonom dan sistem neuroendokrin. Sistem saraf otonom berisi saraf simpatis dan para simpatis. Musik dapat memberikan rangsangan pada saraf simpatis dan saraf parasimpatis untuk menghasilkan respon relaksasi. Karakteristik respon relaksasi 42 yang ditimbulkan berupa penurunan frekuensi nadi, relaksasi otot dan tidur. Musik mampu menghasilkan stimulus yang dapat merangsang pengeluaran endorphine฀ yang menghasilkan golongan opiate dan gland-pituitary yang dapat mempengaruhi mood dan memori seseorang sehingga akan lebih rileks Denisie and Downey, 2009. Mendengarkan musik dapat memproduksi zat endorphins฀ substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa sakitnyeri yang dapat menghambat transmisi impuls nyeri di sistem saraf pusat, sehingga sensasi nyeri dapat berkurang, musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot Potter Perry, 2005. Musik dan nyeri mempunyai persamaan penting yaitu bahwa keduanya bisa digolongkan sebagai input฀sensor dan output. Sensori input฀ berarti bahwa ketika musik terdengar, sinyal dikirim keotak ketika rasa sakit dirasakan. Jika getaran musik dapat dibawa kedalam resonansi dekat dengan getaran rasa sakit, maka persepsi psikologis rasa sakit akan diubah dan dihilangkan Journal฀ of฀ the฀ American฀ Association฀for฀Musik฀Therapist, 2011. e. Mekanisme Musik Dalam Perubahan Vital฀Sign 43 Musik merangsang pengeluaran endorphin dan mengurangi pengeluaran katekolamin seperti epineprin dan norepineprin dari medulla adrenal, penurunan hormone ini akan mengurangi vasokontriksi yang diakibatkan oleh nyeri sehingga membantu memperbaiki tanda-tanda vital diantaranya adalah penurunan kekuatan kontraksi ventrikel yang dimanisfestasikan dengan adanya kestabilan tekanan darah dan denyut jantung dengan hasil akhir dapat menurunkan frekuensi nadi, tekanan darah dan konsumsi oksigen Bally et฀al, 2010. Musik dapat memperlambat dan menyeimbangkan gelombang otak dan berpengaruh terhadap kestabilan irama pernafasan, denyut jantung dan tekanan darah manusia Bally et฀ al, 2010. Musik dan relaksasi membuat rasa tenang dan nyaman serta membuat pasien lebih relaks dengan hasil akhir memberikan efek positif terhadap tekanan darah, detak jantung dan laju pernafasan Suselo, 2010. Musik terbukti menunjukkan efek yaitu menurunkan frekuensi denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri dan menurunkan tekanan darah Bally et฀ al, 2010.

7. Teknik Relaksasi Nafas Dalam a. Pengertian

44 Teknik relaksasi merupakan metode yang dapat di lakukan terutama pada pasien yang mengalami nyeri, merupakan latihan pernafasan yang menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan,frekuensi jantung dan ketegangan otot Kristianto, 2013. Teknik relaksasi merupakan alternatif non obat-obatan dalam strategi penanggulangan nyeri, disamping plasebo dan distraksi. Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress, karena dapat mengubah persepsi kognitif dan motivasi afektif pasien. Teknik relaksasi membuat pasien dapat mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri, stress fisik dan emosi pada nyeri Potter Perry, 2005. b.Tujuan relaksasi nafas dalam Teknik relaksasi nafas dalam bertujuan membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi atas fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional, membantu mengatasi stres, mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit nyeri Djohan, 2006. Latihan pernafasan terdiri atas latihan dan praktik pernafasan yang dirancang dan dijalankan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien, dan untuk mengurangi 45 kerja bernafas. Latihan pernafasan diajarkan untuk penderita yang sudah mengerti perintah dan kooperatif dengan tujuan memperbaiki ventilasi, meningkatkan inflasi alveolar maksimal, meningkatkan relaksasi otot, menurunkan nyeri Brunner Suddart, 2009. Tehnik nafas dalam yang dilakukan pada penderita ini adalah dengan cara sebagai berikut: 1 ฀tur posisi penderita dengan posisi duduk di tempat tidur atau dikursi. 2 Letakkan satu tangan penderita di atas abdomen tepat di bawah iga dan tangan lainnya pada tengah-tengah dada untuk merasakan gerakan dada dan abdomen saat bernafas. 3 Tarik nafas dalam melalui hidung selama 4 detik sampai dada dan abdomen terasa terangkat maksimal, jaga mulut tetap tertutup selama inspirasi, tahan nafas selama 2 detik. 4 Hembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan dan sedikit terbuka sambil mengencangkan mengkontraksi otot- otot abdomen dalam 4 detik. 5 Lakukan pengulangan selama 1 menit dengan jeda 2 detik setiap pengulangan, ikuti dengan periode istirahat 2 menit. 6 Lakukan dalam lima siklus selama 15 menit disarikan dari Suddart Brunner, 2009. Teknik relaksasi nafas dalam adalah teknik yang dilakukan untuk menekan nyeri pada thalamus yang dihantarkan ke korteks cerebri dimana korteks cerebri sebagai pusat nyeri, yang bertujuan 46 agar pasien dapat mengurangi nyeri selama nyeri timbul. ฀dapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat relaksasi adalah pasien harus dalam keadaan nyaman, pikiran pasien harus tenang dan lingkungan yang tenang. Suasana yang rileks dapat meningkatkan hormon endorphin yang berfungsi menghambat transmisi impuls nyeri sepanjang saraf sensoris dari nosiseptor saraf perifer ke kornu dorsalis kemudian ke thalamus, serebri, dan akhirnya berdampak pada menurunnya persepsi nyeri Brunner Suddart, 2009. Teknik relaksasi juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah serta menurunkan konsumsi oksigen, frekuensi pernafasan, frekuensi kerja jantung,dan menghentikan siklus nyeri. Tarwoto, 2011. Menurut Van Kouten, 1999 bahwa ada pengaruh yang signifikan strategi manajemen nyeri non farmakologis dengan teknik relaksasi pada klien post operasi coronary฀artery฀by฀pass฀ graft. ฀5 B. Kerangka Teori - Indikasi : Unstabil angina, gagal trombolitik, hasil tredmill +,IM฀ - Kontraindikasi: Disfungsi ventrikel yang berat - Komplikasi: Hematom,perdarahan, aritmia, nyeri lokalketidaknyamanan Penyakit Jantung Koroner : ฀ Prosedur Diagnostik ฀ Prosedur terapi Tindakan invasive Kateterisasi jantung dan PTCA Intervensi Keperawatan dg pendekatan kolcaba ฀ Teknical ฀ Choacing ฀ Comfort฀food Terapi Musik, Relaksasi, massase Faktor yg mempengaruhi nyeri : ฀ Umur ฀ Sex ฀ Pendidikan ฀ Pengalaman ฀ Budaya ฀ Perhatian ฀ Kecemasan Evaluasi : ฀ Intensitas nyeri berkurang ฀ TD, Nadi, Respirasi stabilnormal Cidera jaringan Pelepasan mediator prostaglandin,histamine, bradikinin, serotonin P฀IN P฀THW฀Y ฀ Tranduksi ฀ktifitas listrik pada ujung saraf sensoris ฀ Transmisi perambatan impuls diteruskan ke sentral yaitu medulla spinalis,sel neuron di kornu dorsalis,peningkatan tonus system saraf otonom simpatis ฀ Modulasi Interaksi system analgesic endogen endorphin, bila impuls masuk lebih dominan akan terjadi sensible nyeri ฀ Persepsi impuls akan diteruskan ke kortek sensorik sehingga terjadi intepretasi Nyeri 0-10 Managemen farmakologi: ฀ ฀nalgetik non opiate ฀ ฀nalgetik opiate ฀ ฀djuvan Gambar 2.6 Sumber : Tommey ฀M, ฀lligood M 2006; Brunner Suddart ,2009 ; Price Wilson 2005. 46 C. KER฀NGK฀ KONSEP Gambar 2.7 Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti Post Tindakan Kateterisasi Jantung PTCA ฀ Hematom ฀ ฀ritmia ฀ Nyeri ketidaknyamanan Faktor yang mempengaruhi : Counfounding฀factor ฀ Umur ฀ Jenis kelamin ฀ Pengalaman Nursing Intervensi Perubahan Intensitas Nyeri Kestabilan TD, Nadi, Respirasi Kombinasi terapi musik dan Relaksasi Nafas Dalam Non Farmakologi ฀ Budaya ฀ Perhatian ฀ Kecemasan Farmakologi 47 D. Hipotesis Berdasarkan kerangka teori tersebut diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah: Ha = ฀da perbedaan intensitas nyeri dan vital฀ sign pada pasien post kateterisasi jantungPTCA sebelum dan sesudah dilakukan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam pada kelompok intervensi. Ho = Tidak ada perbedaan intensitas nyeri dan vital฀sign pada pasien post kateterisasi jantungPTCA sebelum dan sesudah diberikan terapi standar ruangan pada kelompok kontrol. 48 ฀A฀ III METODE PENELITIAN ฀. Desain penelitian Desain penelitian ini adalah ฀uasi eksperiment dengan ฀฀ pre - post test with control group design , dimana pada kelompok pertama diberikan perlakuan terapi musik dan relaksasi nafas dalam serta terapi standar ruangan, kelompok kedua tidak diberikan perlakuan memakai protap rumah sakitterapi standar ruangan. Kemudian membandingkan hasil pengukuran kelompok satu dan kelompok dua. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri dan kestabilan vital sign pada pasien post kateterisasi jantung di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Rancangan ini dapat diilustrasikan sebagai berikut : Gb 3.1 Desain Penelitian Sampel Penelitian Consecutive Sampling Kombinasi terapi Musik dan Relaksasi Nafas Dalam serta Terapi Standar Ruangan Kelompok Intervensi ฀ Kelompok Kontrol B Terapi Standar Ruangan D C 49 Keterangan : ฀ Intensitas nyeri dan vital sign sebelum dilakukan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam pada kelompok intervensi B Intensitas nyeri dan vital sign sebelum dilakukan terapi standar ruangan pada kelompok kontrol C Intensitas nyeri dan vital sign setelah dilakukan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam pada kelompok intervensi D Intensitas nyeri dan vital sign setelah dilakukan terapi standar ruangan pada kelompok kontrol B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pasien yang telah dilakukan tindakan kateterisasi jantung dengan atau tanpa PTCA di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 2. Sampel Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling dengan pendekatan consecutive sampling. Besarsampel pada usulan penelitian ini menggunakan uji dua kelompok atau lebih berpasangan menurut Kusuma,K.D., 2011 , dengan perhitungan : 2Õ² Z1-α 2+ Z1-β ² n₁ = n₂ = µ1- µ2 ² 50 Keterangan : n₁= n₂ : Jumlah sampel α : Tingkat kemaknaan β : Kekuatan penelitian µ1 : Nilai mean kelompok kontrol µ2 : Nilai mean kelompok intervensi . µ1- µ2 : Beda mean antara kedua kelompok Õ : Estimasi standar deviasi dari beda mean kedua kelompok Õ² : Estimasi varian kedua kelompok dengan rumus : ½ µ1²+ µ2² Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yaitu oleh Susanti tentang pengaruh kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam dengan penurunan intensitas nyeri diketahui standar deviasi sebesar 1.105, nilai perbedaan rata-rata kedua kelompok sebesar 1.0 untuk menguji hipotesis menggunakan derajat kemaknaan sebesar 5 dan kekuatan uji sebesar 80 sehingga besar sampel minimal dalam penelitian ini : Dengan demikian besar sampel untuk kelompok intervensi 19 pasien dan kelompok kontrol 19 pasien. 2Õ² Z1-α 2+ Z1-β ² n₁ = n₂ = [ -------------] µ1- µ2 ² 2.1.105²x 1.96+0.84 ² = [ --------------------] 1.0 ² ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀=฀฀฀฀ 19 subyek penelitian 51 Kriteria Inklusi: a. Pasien yang telah dilakukan tindakan kateterisasi jantung dengan atau tanpa intervensi PTCA di RSUP DR. Sardjito. b. Pasien telah kembali ke ruang rawat inap setelah dari ruang kateterisasi jantung c. Skala nyeri dengan Numerik Rating Scale ≥ 2 d. Pasien tidak mengalami gangguan pendengaran e. Pasien suka mendengarkan musik f. Umur 25-75 tahun Kriteria Eksklusi: a. Penderita Gangguan Jiwa misalnya gangguan mental organik, skizoprenia, retardasi mental, dll b. Sebelum 2 jam post kateterisasi jantung bebat untuk menekan arteri radialis dan bantal pasir untuk penekanan arteri femoralis dilepas c. Pasien mengalami komplikasi berat post kateterisasi jantung C. Lokasi dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di ruang perawatan Instalasi Rawat Jantung IRJ฀N RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian ini dilakukan tanggal 9 Mei sd 6 Juni 2016. D. Variabel Penelitian a.Variabel bebasnya yaitu kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam b.Variabel terikat yaitu penurunan intensitas nyeri dan kestabilan vital sign. 52 E. Definisi Operasional Definisi operasional dari masing-masing variabel penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional Cara ukur Hasil ukur Skala ukur Intensitas nyeri Tekanan Darah Sistole Tekanan Darah Diastol Frekuensi Pernafasan Merupakan derajat ketidaknyamanan akibat adanya tindakan invasif yang dialami oleh pasien post kateterisasi jantung PTCA sebelum dan setelah mendapatkan pemenuhan kebutuhan rasa nyaman nyeri dengan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam atau terapi standar ruangan yang digambarkan dengan skala NRS 0-10 Tekanan Darah Sistole adalah tekanan darah maksimum pada arteri ketika kontraksi ventrikel kiri Tekanan Darah Diastol adalah pengukuran tekanan arteri pada saat jantung beristirahat diantara pompaan Frekuensi pernafasan adalah banyaknya proses keluar masuk udara ke dalam dan keluar paru pada responden Melakukan wawancara dan observasi Menggunakan Numeric Rating Scale NRS Mengisi lembar observasi sesuai dg hasil yg tertera pada Sphygnomanometer digital Mengisi lembar observasi sesuai dg hasil yg tertera pada Sphygnomanometer digital Jam tangan yang ada detiknya 0-10 - mmHg mmHg xmenit Rasio Rasio Rasio Rasio 53 Frekuensi Nadi Terapi Musik Teknik Relaksasi nafas dalam Pasien post Kateterisasi jantung PTCA Frekuensi nadi adalah banyaknya gerakan pada pembuluh darah arteri pada responden yang dihasilkan oleh kontraksi dari ventrikel kiri jantung Pemberian tindakan mandiri keperawatan dengan terapi musik menggunakan headphone pada pasien post kateterisasi jantung yang telah kembali ke ruang rawat inap dengan mendengarkan musik yang telah dipilih oleh responden sesuai standar terapi musik selama 15 menit,minimal satu kali Pemberian metode bernafas secara menda lam dengan frekuensi kurang dari 10xmenit yang dilakukan sambil mendengarkan terapi musik selama 15 menit dengan mengacu panduan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam yang dibimbing oleh penelitiasisten peneliti Pasien jantung koroner yang dilakukan tindakan Kateterisasi jantung PTCA oleh dokter selama 1 sampai 2 jam di radiologi ruang kateterisasi jantung Mengisi lembar observasi sesuai dg hasil yg tertera pada Sphygnomanometer digital Observasi menggunakan MP3 dengan headphone, Indikator : F: 40-60 Hz T:60-80 Beatsmenit Waktu 15 menit Non lirik Observasi menggunakan panduan kombinasi terapi musik dan teknik relaksasi nafas dalam Melakukan wawancara dan observasi pada perawat,dokter yang menyiapkan dan melakukan tindakan xmenit Rasio F. Instrumen Penelitian 55 Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur nyeri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam dan protap ruangan menggunakan Numeric Rating Scale NRS , karena lebih mudah digunakan pasien maupun peneliti dan validitas reabilitasnya baik menunjukkan konsistensi dan hubungan kekuatan yang baik Tubagus, 2015. G. Uji Validitas dan Reliabilitas Pada penelitian ini, peneliti tidak melakukan uji validitas dan reliabilitas karena peneliti menggunakan alat ukur NRS yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Liu Herr 2007 dalam Tubagus, 2015, penelitian ini membandingkan empat skala nyeri yaitu NRS, Face Pain Scale Revised FPS-R, VRS, dan VAS pada klien pasca bedah menunjukkan bahwa keempat skala nyeri menunjukkan validitas dan reliabilitas yang baik. Menurut Tubagus, 2015, uji reliabilitas menggunakan intraclass correlation coefficients ICCs dan keempat skala nyeri ini menunjukkan konsistensi penilaian pasca bedah setiap harinya 0,673 - 0,825 dan mempunyai hubungan kekuatan r = 0,71-0,99. H. Cara Pengumpulan Data 1. Sumber data 56 a. Data primer Data yang diperoleh secara langsung menggunakan instrumen dengan mengukur intensitas nyeri dan vital sign dengan metode wawancara dan pengukuran pada pasien post kateterisasi jantung PTCA di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. b. Data sekunder Pengumpulan data sebagai penunjang atau pelengkap data yang didapatkan dari rekam medik dan keperawatan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. 2. Tahapan penelitian a. Tahap persiapan 1. Melakukan rekruitmen asisten penelitian dan melakukan informed consent yaitu satu orang perawat yang bertugas memberikan informasi tentang penelitian dan permohonan kesediaan untuk menjadi responden informed consent dan melakukan wawancara untuk penilaian nyeri menggunakan instrumen NRS, dan memberikan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam serta mengukur vital sign. 2. Menyamakan persepsi tehnik penilaian NRS dan cara pemberian kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam serta pengukuran vital sign. 3. Memberikan informasi terhadap pasien atau keluarga tentang maksud dan tujuan penelitian. 57 4. Menawarkan kesukarelaan pasien untuk menjadi responden penelitian. 5. Meminta informed consent apabila pasien bersedia menjadi responden penelitian. 6. Memberikan kesempatan pasien untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas. 7. Memberikan dukungan psikologis selama penelitian a. Memperbolehkan keluarga untuk mendampingi apabila pasien menginginkan. b. Memberi kesempatan untuk berhentiistirahat apabila pasien kelelahan. c. Memperbolehkan responden untuk berhenti dan tidak melanjutkan penelitian apa bila tidak berkenan di hati. b. Tahap pelaksanaan 1 Menanyakan kesiapan pasien dalam pelaksanaan penelitian 2 Melakukan pemilihan kelompok intervensi atau kontrol tidak secara random, untuk pasien yang datang lebih dahulu di kelompokkan sebagai kelompok intervensi jika memenuhi kriteria inklusi dan setelah cukup 19 responden, pasien selanjutnya sebagai kelompok kontrol. 3 Menyiapkan pasien dan peralatan sesuai dengan pemilihan terapi 4 Mengamati keadaan umum, ekspresi wajah pasien dan mengukur vital sign 2 jam dan 3,5 jam post kateterisasi jantung pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. 5 Pengukuran vital sign meliputi tekanan darah, frekuensi nadi dan frekuensi pernafasan. 6 Melakukan pengukuran intensitas nyeri 2 jam dan 3,5 jam post kateterisasi jantung pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan melakukan wawancara dan observasi pasien sesuai instrumen NRS. 7 Melakukan pencatatan intensitas nyeri dari hasil pengukuran. 8 Pada kelompok intervensi diberikan terapi musik dan pada saat bersamaan pasien dianjurkan relaksasi nafas dalam dengan tarik nafas melalui hidung dan mengeluarkan lewat mulut secara perlahan-lahan dengan waktu kombinasi terapi selama 15 menit sebanyak dua kali yaitu pada 2 jam setelah tindakan dan 3 jam setelah tindakan kateterisasi jantungPTCA. 9 Melakukan pencatatan intensitas nyeri pasien berdasarkan pengukuran NRS setelah diberikan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam untuk kelompok intervensi dan terapi standar ruangan untuk kelompok kontrol. 58 c. ฀lur Penelitian Gambar 3.2 Pasien Post Kateterisasi JantungPTCA Pasien diruang perawatan 2 jam dan 3,5 jam setelah dilakukan tindakan kateterisasi jantung PTCA dilakukan pengukuran vital sign dan diukur tingkat nyeri dengan NRS untuk kelompok kontrol dan kelompok intervensi. Kelompok Intervensi diberikan kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam selama 15 menit pada 2 jam ,3 jam post tindakan kateterisasi jantungPTCA Pemilihan Sampel Kelompok kontrol dengan Terapi standar ruanganProtap ruangan Pasien diruang perawatan, 1 hari sebelumnya diambil data ,diberikan informasi penelitian,pengisian surat persetujuan,wawancara berkaitan tujuan penelitian 59 I. Teknik analisa data a. ฀nalisa data univariat ฀nalisa data univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi karakteristik responden meliputi umur, jenis kelamin, pengalaman dilakukan kateterisasi jantung pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol yang berbentuk angka frekuensi atau angka prosentase. b. ฀nalisa data bivariat ฀nalisa bivariat dilakukan untuk melihat adanya pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik wilcoxon dengan nilai signifikasi p-value ˂ 0,05 karena distribusi tidak normal dengan melihat pengaruh skala nyeri dan respirasi, sebelum dan sesudah pemberian kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam serta menggunakan uji statistik paired t-test dengan nilai signifikasi p-value ˂ 0,05 karena distribusi normal dengan melihat perubahan sistole, diastole, nadi, sebelum dan sesudah pemberian kombinasi terapi musik dan relaksasi nafas dalam. Uji mann whitney dengan nilai signifikasi p-value ˂ 0,05 karena distribusi tidak normal untuk melihat analisis perbedaan skala nyeri, respirasi dan nadi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol serta uji independen t-test dengan nilai signifikasi p-value ˃ 0,05 karena distribusi normal, untuk melihat analisis perbedaan systole dan diastole pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. 60 Uji mann whitney dengan nilai signifikasi p-value ˂ 0,05 karena distribusi tidak normal untuk analisis selisih nyeri, sistole, diastole, nadi, respirasi pada kelompok intervensi dan kontrol Dahlan, 2011; Nursalam, 2013; Sugiyono, 2009. J. Etika penelitian Menurut Hidayat 2008 masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Penelitian ini mengajukan persyaratan dari komite etik penelitian kedokteran dan kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada dengan terbitnya surat keterangan kelaikan etik nomor: KEFK741EC2016 dan ijin penelitian dari RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta nomor: LB.02.01II.2112782016. Setiap orang yang terlibat dengan penelitian ini diberi penjelasan dan diminta untuk menandatangani informed consent yang tersedia. Pelaksanaan penelitian ini mempertimbangkan 5 petunjuk yang ditetapkan oleh American Nursing Assosiation ฀N฀ yang meliputi: 1. Self determination Semua responden dalam penelitian ini diberikan hak otonomi untuk menentukan keputusan berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam penelitian tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan setelah diberi penjelasan apabila menyetujui menandatangani lembar persetujuan atau informed consent. 61 2. Privacy and Dignity. Selama penelitian peneliti menjaga privacy responden dengan melakukan intervensi pada tempat yang nyaman dan setiap data dalam konteks penelitian yang diberikan oleh responden tidak dalam bentuk paksaan. 3. Anominity and Confidentialy. Selama proses penelitian responden yang di bagi dalam dua kelompok di berikan kode kode 1 untuk kelompok intervensi dan kode 2 untuk kelompok kontrol dan nama responden di isi dalam bentuk inisial oleh responden. 4. Fair Treatment Responden mempunyai hak untuk dilakukan intervensi yang sama oleh peneliti tanpa diskriminasi. 5. Protection from Discomfort and Harm. Peneliti mempertahankan aspek kenyamanan responden baik fisik, psikologis maupun social selama proses penelitian. Berdasarkan literatur yang diperoleh efek negatif dari terapi musik dan slow deep breathing belum ada, namun demikian peneliti tetap memberikan antisipasi yang mungkin dialami responden. 62 ฀3 ฀A฀ IV HASIL PENELITIAN DAN PEM฀AHASAN

A. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Pelaksanaan Penelitian

฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀Penelitian฀ tentang฀ efektifitas฀ kombinasi฀ terapi฀ musik฀ dan฀ relaksasi฀ nafas฀ dalam฀ pada฀ pasien฀ post฀ kateterisasi฀ jantung฀ ini฀ dilaksanakan฀ di฀ RSUP฀ Dr.฀ Sardjito฀ Yogyakarta฀ Instalasi฀ Rawat฀ Jantung฀ pada฀ bulan฀ Mei฀฀ 2016.฀ Instalasi฀ Rawat฀ Jantung฀ IRJAN฀ merupakan฀ pelayanan฀ di฀ bidang฀ kardiovaskuler฀฀ dan฀ menjadi฀ pusat฀ jantung฀ terpadu฀ di฀ Daerah฀ Istimewa฀ Yogyakarta฀ dan฀ Jawa฀ Tengah฀ bagian฀ selatan,฀ yang฀ memiliki฀ jenis฀ pelayanan฀ ฀ntensive Cardiac Care Unit฀ ฀ ICCU฀ dengan฀ kapasitas฀ 15฀ tempat฀ tidur,฀ ฀ntermediate Cardiac Care฀ IMCC฀ dengan฀ kapasitas฀ 5฀ tempat฀ tidur,฀ ruang฀ rawat฀ inap฀ Anggrek฀ 1฀ dengan฀ 27฀ tempat฀ tidur฀ yang฀ terdiri฀dari฀kelas฀1฀ada฀3฀bed,฀kelas฀2฀ada฀12฀bed฀dan฀kelas฀3฀ada฀12฀bed฀฀ serta฀ mempunyai฀ pelayanan฀ diagnostic non invasive, diagnostic invasive ,intervensi invasive฀dan฀rehabilitasi฀jantung฀fase฀I฀dan฀II. ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀Pada฀ saat฀ penelitian฀ di฀ IRJAN฀ sudah฀ mempunyai฀ standar฀ prosedur฀ operasional฀SPO฀tentang฀melatih฀pasien฀untuk฀bernafas฀dalam฀dan฀sudah฀ tertulis฀dalam฀lembar฀฀pendidikan฀kesehatan฀฀yang฀harus฀diberikan฀kepada฀ pasien . Jumlah฀ pasien฀ yang฀ masuk฀ di฀ ruang฀ ฀CCU฀ dari฀ bulan฀ Januari฀ sampai฀ dengan฀ Agustus฀ 2015฀ setelah฀ menjalani฀ kateterisasi฀ jantung฀ ฀ PTCA฀sebanyak฀240฀pasien. ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀Jumlah฀ responden฀ dalam฀ penelitian฀ ini฀ 38฀ pasien฀ yang฀ terbagi฀ dalam฀ dua฀ kelompok,฀ yaitu฀ kelompok฀ intervensi฀ dan฀ kelompok฀ kontrol฀ dengan฀ jumlah฀ masing-masing฀ 19฀ pasien.฀ Selama฀ proses฀ penelitian฀ ini฀ tidak฀ ada฀ pasien฀ yang฀ mengundurkan฀ diri฀ atau฀ drop out.฀ Pelaksanaan฀ penelitian฀ dilakukan฀ selama฀ 1฀ bulan฀ dari฀ tanggal฀ 9฀ Mei฀ sd฀ 6฀ Juni฀ 2016,฀ dimulai฀ dari฀ pengumpulan฀ data฀ karakteristik฀ responden฀ dan฀ pengukuran฀ vital sign฀ dan฀ skala฀ nyeri฀ yang฀ dilakukan฀ masing฀ masing฀ responden฀ dua฀ kali฀sebelum฀dan฀sesudah฀intervensi.฀ ฀฀฀฀฀฀฀฀฀฀Hasil฀ pengumpulan฀ data฀ ini฀ disajikan฀ dalam฀ bentuk฀ tabel฀ analisis฀ univariat฀ untuk฀ mendeskripsikan฀ karakteristik฀ responden฀ dengan฀ menggunakan฀ distribusi฀ frekuensi฀ dengan฀ ukuran฀ prosentase฀ sedangkan฀ bivariat฀ dilakukan฀ untuk฀ melihat฀ adanya฀ pengaruh฀ antara฀ variabel฀ bebas฀ dengan฀variabel฀terikat฀dengan฀menggunakan฀uji฀statistik฀wilcoxon karena฀ distribusi฀tidak฀normal฀dengan฀melihat฀pengaruh฀skala฀nyeri฀dan฀respirasi฀ sebelum฀ dan฀ sesudah฀ pemberian฀ kombinasi฀ terapi฀ musik฀ dan฀ relaksasi฀ nafas฀dalam dengan฀nilai฀signifikasi฀p-value฀˂฀0,05฀serta menggunakan฀uji฀ statistik฀ paired t-test untuk฀ distribusi฀ normal฀ dengan฀ melihat฀ pengaruh฀ sistole,฀ diastole,฀ nadi฀ sebelum฀ dan฀ sesudah฀ pemberian฀ kombinasi฀ terapi฀ musik฀dan฀relaksasi฀nafas฀dalam฀dengan฀nilai฀signifikasi฀p-value฀˂฀0,05. ฀Uji฀ mann whitney dengan฀ nilai฀ signifikasi฀ p-value฀ ˂฀ 0,05฀ karena฀ distribusi฀ tidak฀ normal฀ untuk฀ melihat฀ analisis฀ perbedaan฀ skala฀ nyeri,฀ respirasi฀ dan฀ nadi฀ pada฀ kelompok฀ intervensi฀ dan฀ kelompok฀ kontrol฀ serta฀ uji฀ independen t-test dengan฀ nilai฀ signifikasi฀ p-value฀ ˃฀ 0,05฀ karena฀