Intensitas Nyeri dan Perilaku Nyeri Pasien Post Operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan

(1)

37

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul Penelitian : Intensitas Nyeri dan Perilaku Nyeri Pasien Post Operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan

Peneliti : Vovy Permata Sari

NIM : 141121087

Saya yang bernama Vovy Permata Sari Nim 141121087 adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara jalur B. Saat ini saya sedang melakukan penelitian, penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir Pendidikan Sarjana Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut dan agar tercapainya tujuan dari penelitian ini, yaitu mengetahui gambaran intensitas nyeri dan perilaku nyeri pada pasien post operasi. Saya selaku peneliti mengharapkan partisipasi saudara sebagai responden dalam penelitian ini. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas saudara sebagai responden dalam penelitian ini dan sebagai bukti shahih dalam penelitian.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela. Apabila saudara tidak menginginkan menjadi responden dalam penelitian saya, saudara berhak menolak dan tidak ikut serta dalam penelitian ini. Apabila saudara bersedia menjadi responden dalam penelitian saya, maka saudara dipersilahkan mendatatangani formulir dibawah ini.

Terimakasih atas partisipasi ibu/bapak untuk penelitian ini.

Tanggal :

No Kode Responden : Tanda tangan responden :


(2)

Lampiran 2

PENGUKURAN INTENSITAS NYERI DAN PERILAKU NYERI INSTRUMEN PENELITIAN

PADA PASIEN POST OPERASI I. Data Pasien Post Operasi Petunjuk Pengisian:

Ajukan pertanyaan untuk melengkapi isi dibawah ini beri tanda centang (√) pada tempat yang disediakan. Untuk satu pilihan yang sesuai dengan keadaan responden. Responden dipersilahkan bertanya kepada peneliti jika tidak mengerti atau kurang jelas pertanyaan.

1. Jenis Kelamin: ( ) Laki-laki ( ) Perempuan 2. Umur: ………tahun

3. Status Pernikahan: ( ) Belum Menikah ( ) Menikah 4. Suku: ( ) Jawa ( ) Batak ( ) Minang

( ) Aceh ( ) Lain-lain, sebutkan… 5. Agama: ( ) Islam ( ) Budha

( ) Protestan ( ) Hindu ( ) Katolik

6. Pendidikan terakhir: ( ) Tidak Sekolah ( ) SMA ( ) SD ( ) D3 ( ) SMP ( ) Sarjana 7. Pekerjaan: ( ) Pegawai Negeri ( ) TNI/POLRI

( ) Pegawai Swasta ( ) Tidak Bekerja ( ) Wiraswasta

8. Diagnosa medis : 9. Jenis Operasi : 10. Tanggal Operasi :

II. Pengkajian Intensitas Nyeri

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak

Nyeri Nyeri

Sangat

Berat

1. Berapakah skor intensitas nyeri yang anda rasakan saat ini …..

Tanggal/ Waktu: Responden:


(3)

39

2. Berapakah skor intensitas nyeri yang paling tinggi yang anda alami setelah operasi ….

3. Berapakah skor intensitas nyeri yang paling rendah yang anda alami setelah operasi …..

4. Berapakah skor intensitas nyeri paling sering yang anda rasakan …..

III. Observasi Perilaku Nyeri

Perilaku nyeri akan diobservasi selama lebih kurang 10 menit secara langsung oleh peneliti dengan mengamati perilaku nyeri yang diperlihatkan oleh pasien pada saat merasakan nyeri. Perilaku nyeri yang diamati meliputi, restlessness/ gelisah, tense muscle/ ketegangan otot, flowning atau grimacing/ merengut atau meringis, dan patient sounds/ suara pasien.

SKALA PENILAIAN PERILAKU NYERI


(4)

(5)

41


(6)

(7)

43


(8)

(9)

45


(10)

(11)

47


(12)

(13)

49

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Vovy Permata Sari

Tempat Tanggal Lahir : Medan, 20 Maret 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jln. Matahari Raya Helvetia no, 175 Medan Riwayat Pendidikan

1. 1999-2005 : SD Negeri 6 Padangsidimpuan 2. 2005-2008 : SMP Negeri 1 Padangsidimpuan 3. 2008-2011 : SMA Negeri 2 Padangsidimpuan 4. 2011-2014 : Diploma III Keperawatan USU 5. 2014-sekarang : S1 Keperawatan USU


(14)

(15)

51


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Aguspel, A. (2014). Intensitas nyeri dan Perilaku nyeri pasien yang

Diindikasikan Laparatomi Di Ruang Rawat Inap RSUD dr. Pirngadi Medan. Skripsi. Medan : Fakultas Keperawatan USU.

Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Ani, C. H. (2012). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensitas Nyeri Pasien

Pasca Bedah Abdomen di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Skripsi. Medan : Fakultas Keperawatan USU.

Arikunto, S. ( 2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aritonang, H. H. (2010). Hubungan Keyakinan Diri dengan Perilaku Nyeri

Pada Pasien Kanker. Diakses dari

tanggal 8 April 2015

Brunner & Suddart. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.1. Jakarta: EGC.

Dedi, A. (2014). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Respon Terhadap

Nyeri Pasien Post Operasi Mayor di Irna Bedah RSUP. Dr. Djamil Padang. Diakses dari

pada tanggal 25 januari 2016

Depkes RI. (2009). Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta

Harahap, I. A. (2007). The Relations among Pain Intensity, Pain Acceptance

and Pain Behavior in Patients with Chronic Cancer Pain in Medan, Indonesia. Thailand : Copyright of Prince of Songkla University.

Diakses dari http://kb.psu.ac pada tanggal 6 April 2015.

_____________(2006). Pain Behavior . Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1 tahun 2006. Diakses dari

Jihan. (2009). Terapi Perilaku Kognitif (Cognitive Behaviour Therapy)

Relaksasi dan Distraksi Pada Pasien Kanker dengan Nyeri Kronis di RSUP H. Adam Malik Medan. Skripsi. Medan : Fakultas Keperawatan

USU.

Maryunani, A. (2010). Nyeri Dalam Persalinan: Teknik dan Cara


(17)

35

Nasir et all. (2011). Buku Ajar : Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Niven, N. (1994). Psikologi Kesehatan. Edisi. 3. Jakarta: EGC.

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

_______________(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Pasaribu, I. S. (2009). Intensitas Nyeri dan Perilaku Nyeri pada Pasien Pasca

Bedah ORIF di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

Skripsi. Medan : Fakultas Keperawatan USU.

Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,

dan Praktik (Fundamental of nursing: concept, process, and practice) Edisi 4. Jakarta: EGC.

Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rospond, R. M. (2009). Penilaian Nyeri. Diakses dari https://lyrawati.files. wordpress.com/pdf pada tanggal 22 April 2015.

Sartika, N. (2012). Perilaku Nyeri Pasien Post Operasi dengan Tipe

Kepribadian A dan B di Ruang Rinda B2 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Skripsi. Medan : Fakultas Keperawatan

USU.

Smeltzer, S., C., Bare, B., G. Brunner & Suddarth. (2002). Buku ajar

keperawatan medikal bedah. Volume 1. Edisi 8. Jakarta: EGC.

Suza, D. (2007). Pain Experiences and Pain Management in Postoperative

Patients, Majalah Kedokteran Nusantara Volume 40: Universitas

Sumatera Utara. Diakses dari Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, pada tanggal 5 April 2015.

Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta : EGC.

University Health System. (1992). University Health System Pain Management

Pocket Reference. Diakses dari University Health System Web site:

http://www.university healthsystem.com/pdf pada tanggal 10 November 2015


(18)

Wardani, D. S. (2011). Perilaku Nyeri Pasien Post Operasi di RSUP Haji Adam


(19)

18

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel dengan variabel lainnya dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini disusun untuk mengidentifikasi bagaimana Gambaran intensitas nyeri dan perilaku nyeri pada pasien nyeri post operasi di RSUP H. Adam Malik Medan. Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi intensitas nyeri dan perilaku nyeri pada pasien post operasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Kerangka konseptual peneliti dapat digambarkan pada skema 3.1 dibawah ini:

Independen Dependen

Skema 3.1 Kerangka penelitian Intensitas Nyeri dan Perilaku Nyeri pada Pasien Post Operasi

Nyeri Post Operasi

Intensitas Nyeri Perilaku Nyeri Pasien Post

Operasi


(20)

3.2 Defenisi Operasional

Variabel Defensi Alat Ukur Hasil Skala Skala

Ukur

Intensitas Nyeri

Seberapa parah nyeri yang di rasakan pasien post operasi di RSUP H, Adam Malik Medan The Pain Numerical Rating Scale (PNRS)

1. Tidak ada Nyeri (0).

2. Nyeri Ringan (1-4).

3. Nyeri Sedang (5-6).

4. Nyeri Berat (7-9).

5. Nyeri Sangat Berat (10).

Rasio

Perilaku Nyeri

Respon perilaku yang dapat diamati pada pasien post operasi di RSUP H, Adam Malik Medan

.

Behavior Pain Scale

(BPS)

1. Tidak ada nyeri (0) 2. Nyeri

ringan (1-4) 3. Nyeri

sedang ( 5-8) 4. Nyeri berat

(9-12)


(21)

20

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, yaitu dengan suatu metode yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif terhadap pasien dengan nyeri post operasi di ruang RB2 di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dan totalitas objek yang diteliti (Nasir et al., 2011). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien post operasi yang dirawat di ruang RB2 RSUP Haji Adam Malik Medan. Berdasarkan data awal yang dilakukan peneliti sebelumnya pada tanggal 19 Maret 2012, diperoleh data jumlah pasien post operasi yang dirawat di ruang RB2 RSUP Haji Adam Medan rata-rata sebanyak 47 orang per bulan selama satu tahun terakhir.

4.2.2 Sampel

Penentuan dalam besar kecilnya sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan subjek dari peneliti tersebut. semakin banyak sampel yang digunakan makan semakin baik dan representative hasil yang diperoleh. Apabila besar populasi kurang dari 1000, maka dapt menggunakan rumus berikut ini (Nursalam, 2009).

=

N

N (d2)+1

Keterangan :


(22)

n = Perkiraan jumlah sampel

N = perkiraan besar populasi (47 pasien) d = tingkat kesalahan (10 %)

Jadi,

=

47

47 (0,1)2+1

= 32 orang

Pada data tersebut diperoleh jumlah populasi pasien diindikasi post operasi di ruangan RB2 RSUP Haji Adam Malik Medan pada sebulan terakhir adalah 47 pasien, sehingga dengan menggunakan rumus diatas dengan tingkat signifikansi adalah 10% maka diperlukan jumlah sampel sebanyak 32 sampel.

4.2.3 Tehnik sampling

Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan tehnik purposive

sampling yaitu menetapkan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi. Dengan

kriteria inklusi yang merupakan dimana subjek peneliti dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2012). Adapun yang menjadi kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah pasien nyeri post operasi 24-72 jam pertama, pria atau wanita berusia diatas 13 tahun, pasien mampu berkomunikasi secara verbal dan bersedia menjadi responden.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUP. H. Adam Malik Medan. Alasan peneliti memilih rumah sakit ini sebagai tempat penelitian karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit pendidikan dan lokasi rumah sakit mudah dijangkau. Penelitian ini dilakukan selama satu bulan yaitu Desember 2015.


(23)

22

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini menggunakan subjek manusia sebagai objek penelitian, untuk itu hakikatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip-prinsip dan pertimbangan etik yaitu responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia menjadi subjek atau tidak, tanpa ada sangsi ataupun, tidak menimbulkan penderitaan bagi responden. Calon responden pada penelitian ini diidentifikasi sesuai dengan kriteria inklusi penelitian. Sebelum menyerahkan lembar persetujuan, peneliti terlebih dahulu menjelaskan maksud, tujuan dan pelaksanaan penelitian kepada calon responden. Peneliti juga memberi penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta tanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada responden. Responden juga harus diperlakukan secara baik sebelum, selama, dan sesudah penelitian. Responden tidak boleh didiskriminasi jika menolak untuk menjadi responden, selain itu ada prinsip-prinsip etik yang meliputi: informed consent, yaitu lembar persetujuan yang diberikan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat penelitian, bila subjek menolak maka peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.

Confidentiality, yaitu kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti,

hanya akan diberi kode tertentu dan peneliti tidak mencantumkan nama (anonimyty) (Nursalam, 2009).

4.5 Instrument Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data suatu penelitian (Notoatmodjo, 2010). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian (1) data pasien post operasi yang terdiri dari


(24)

inisial nama, jenis kelamin, usia, status pernikahan, suku, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, diagnosa medis, jenis operasi dan tanggal operasi.

Bagian (2) merupakan lembar pengkajian intensitas nyeri dengan menggunakan skala nyeri The Pain Numerical Rating Scale (PNRS) terdiri dari 0 menunjukkan tidak ada nyeri, 1-4 nyeri ringan, 5-6 untuk nyeri sedang, 7-9 untuk nyeri berat, dan 10 nyeri sangat berat. Dalam hal ini skor intensitas nyeri yang ditanyakan pada saat ini, intensitas nyeri yang paling tinggi setelah operasi, intensitas nyeri paling rendah setelah operasi, dan intensitas nyeri yang paling sering dirasakan pasien.

Bagian (3) merupakan lembar observasi perilaku nyeri dengan menggunakan

Behavior Pain Scale, perilaku nyeri akan diobservasi selama lebih kurang 10

menit secara langsung oleh peneliti dengan mengamati perilaku nyeri yang diperlihatkan oleh pasien pada saat merasakan nyeri. Perilaku nyeri yang diamati meliputi, restlessness/ gelisah, tense muscle/ ketegangan otot, flowning atau

grimacing/ merengut atau meringis, dan patient sounds/ suara pasien. Tingkatan

perilaku nyeri yang diadopsi dari University Health System Pain Management

Pocket Reference (University Health System, 2013).

Pembagian skor perilaku nyeri dibagi 4 katagori, yaitu tidak nyeri (0), nyeri ringan (1-4), nyeri sedang (5-8), dan nyeri berat (9-12).

4.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di ruang RB2 setelah mendapat izin dari direktur RSUP Haji Adam Malik Medan, kemudian peneliti ke ruangan rawat inap dan meminta izin kepada kepala ruangan untuk melakukan penelitian dengan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, setelah diberi izin peneliti meminjam


(25)

24

buku laporan pasien untuk melihat jumlah pasien yang berada dalam ruangan. Peneliti melihat kondisi pasien yang memungkinkan untuk menjadi responden dan bisa menjawab setiap pertanyaan yang pasien, peneliti menjelaskan apabila pasien tidak mengerti atau tidak jelas pada kuisioner. ada pada kuesioner. Peneliti membina trust kepada pasien sebelumnya responden menandatangani inform

concernt. Peneliti mengkaji nyeri secara subjektif yaitu wawancara dan secara

observasi pada pasien post operasi.

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan dalam suatu instrument. Sebuah instrument dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat (Arikunti, 2013). Uji validitas dalam penelitian ini telah divalidkan oleh peneliti sebelumnya oleh Aguspel (2014).

Uji reliabilitas merupakan alat indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini tidak dilakukan dikarenakan instrument yang digunakan telah mendapatkan uji realibitas oleh peneliti sebelumnya.

Instrument ini bisa digunakan oleh peneliti dengan bimbingan oleh orang ahli dalam managemen nyeri, salah satu nya adalah dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan proses pengolahan data melalui beberapa tahap. Menurut Notoatmodjo (2010) tahap perata yang dilakukan dalam proses pengolahan data adalah editing, yaitu peneliti


(26)

melakukan pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner serta memastikan bahwa semua jawaban telah di isi sesuai petunjuk. Kedua coding, mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan tertentu dengan memberi kode pada kuesioner. Ketiga entry data, yaitu jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode dimasukkan ke dalam program software komputer. Keempat cleaning, yaitu pengecekan ulang dan pembersihan data dari kesalahan. Dan kelima saving, yaitu proses penyimpanan data. Langkah selanjutnya yaitu pengolahan data dengan menggunakan program statistika. Metode statistik untuk analisa data dalam penelitian ini adalah analisis univariat. Analisis univariat ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dari intensitas dan perilaku nyeri pada post operasi.


(27)

26

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini diuraikan hasil dan pembahasan penelitian mengenai intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien post operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2015 sampai dengan 15 Januari 2016 dengan jumlah responden sebanyak 32 orang.

5.1 Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini dibagikan dalam 3 bagian yaitu menguraikan karakteristik demografi, intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien post operasi.

5.1.1 Karakteristik Demografi

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Responden (N=32)

Karakteristik Demografi (n) (%) 1. Umur

17-25 3 9,4

26-35 12 37,5

36-45 7 21,9

46-55 8 25,0

≥56 2 6,2

2. Jenis Kelamin

Laki-laki 22 68,8

Perempuan 10 31,2

3. Status Pernikahan

Menikah 22 68,8

Belum Menikah 10 31,2

4. Suku

Batak 22 68,8

Aceh 5 15,6

Jawa 3 9,4


(28)

Minang 2 6,2

5. Agama

Islam 16 50,0

Prostestan 11 34,4

Katolik 5 15,6

6. Pendidikan Terakhir

SMP 5 15,6

SMA 22 68,8

D3 1 3,1

Sarjana 4 12,5

7. Pekerjaan

Wiraswasta 18 56,2 Tidak Bekerja 10 31,2

Pegawai Swasta 3 9,4

Pegawai Negeri 1 3,1

8. Diagnosa

Tumor Buli-buli 11 34,4

Batu Ginjal 6 18,8

Tumor Abdomen 6 18,8

Ca Recti 5 15,6

Ca Colon 2 6,2

Trauma Abdomen 1 3,1

Apendisitis 1 3,1

9. Jenis Operasi

Laparatomy 14 43,8

Vesikolitotomi 11 34,4

Nefrolitotomy 6 18,8 Appendiktomi 6 3,1

Hasil penelitian tentang karakteristik responden didapatkan bahwa dua pertiga responden berusia 26-35 tahun. Lebih dari setengah responden adalah laki-laki. Sebagian besar responden berstatus sudah menikah. Lebih dari setengah responden beragama islam. Dua pertiga responden tingkat pendidikan SMA. Lebih dari setengah responden merupakan wiraswasta. Diagnosa penyakit


(29)

28

tertinggi adalah tumor buli-buli. Lebih dari setengah responden dengan jenis operasi laparatomy.

5.1.2 Karakteristik Intensitas Nyeri

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi dan persentase intensitas nyeri pada pasien post operasi

Intensitas Nyeri (n) (%)

1. Intensitas Nyeri Saat Ini

Nyeri Ringan (1-4) 7 21,9

Nyeri Sedang (5-6) 20 62,5

Nyeri Berat (7-9) 5 15,6

2. Intensitas Nyeri Paling Tinggi

Nyeri Sedang (5-6) 5 15,6

Nyeri Berat (7-9) 27 84,4

3. Intensitas Nyeri Paling Rendah

Tidak Ada Nyeri (0) 4 15,6 Nyeri Ringan (1-4) 28 84,5

4. Intensitas Nyeri Paling Sering Dirasakan

Nyeri Ringan (1-4) 20 87,5 Nyeri Sedang (5-6) 12 37,5

Intensitas nyeri responden diukur dengan menggunakan skala numerik PNRS, yang skalanya ditunjuk sendiri oleh responden pada saat peneliti menampilkan skala PNRS. Intensitas nyeri pasien post operasi dikelompokkan menjadi beberapa kategori berdasarkan klasifikasi nilai skala yang ditunjuk pasien, tidak ada nyeri berarti nilai skala yang didapat adalah 0, penilaian skala 1-4 termasuk katagori ringan, skala 5-6 menunjukkan intensitas nyeri sedang, 7-9 menunjukkan intensitas nyeri berat dan skala 10 menunjukkan intensitas nyeri sangat berat. Hasil pengukuran intensitas nyeri langsung dilingkari pada skala


(30)

PNRS yang ditunjukkan pasien. Dari hasil didapatkan intensitas nyeri saat ini berada pada nyeri sedang, intensitas nyeri paling tinggi berada pada nyeri berat, intensitas nyeri paling rendah dan intensitas nyeri paling sering dirasakan berada pada nyeri ringan.

5.1.3 Perilaku Nyeri

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase perilaku nyeri pada pasien post operasi (N=32)

Perilaku Nyeri (n) (%)

Perilaku Nyeri Ringan (1-4) 12 37,5 Perilaku Nyeri Sedang (5-8) 18 56,2 Perilaku Nyeri Berat (9-12) 2 6,2

Perilaku nyeri responden diukur dengan mennggunakan Behavior Pain

Scale, merupakan salah satu instrument yang dapat mengobservasi perilaku nyeri

pasien. Perilaku nyeri dilakukan dengan mengobservasi kegelisahan, mimik wajah dan suara yang dikeluarkan pasien. Perilaku nyeri akan diberi penilaian dengan ketentuan: nilai 0 menunjukkan tidak ada nyeri, nilai 1-4 menunjukkan nyeri ringan, nilai 5-8 menunjukkan nyeri sedang, dan nilai 9-12 menunjukkan nyeri berat. dari hasil menunjukkaan bahwa lebih dari setengah responden memperlihatkan perilaku nyeri pada tingkat sedang.

5.2 Pembahasan

Penelitian ini menggambarkan intensitas dan perilaku nyeri pasien post operasi di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan.


(31)

30

5.2.1 Intensitas Nyeri Pasien Post Operasi

Untuk mengukur skala nyeri peneliti menggunakan skala Pain Numerical

Rating Scale (PNRS) yang merupakan pengukuran nyeri dimana responden

diminta untuk memberikan angka 1 sampai 10. Nol diartikan tidak ada nyeri sedangkan 10 diartikan nyeri sangat berat. Dari hasil penelitian didapat bahwa, sebagian besar responden menunjukkan intensitas nyeri saat ini berada pada nyeri sedang, intensitas nyeri paling tinggi berada pada nyeri berat, intensitas nyeri paling rendah dan intensitas nyeri paling sering dirasakan berada pada nyeri ringan.

Dari hasil penelitian didapat bahwa, nyeri post operasi 24 sampai 72 jam pertama sebagian besar responden menunjukkan intensitas nyeri saat ini berada pada nyeri sedang. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dedi (2014) tentang intensitas nyeri pasien post operasi di RSUP Dr. Djamin Padang, dimana ditemukan lebih dari setengah responden mengalami intensitas nyeri sedang. Nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman baik ringan maupun berat bagi individu yang mengalaminya. Nyeri post operasi merupakan tindakan bedah yang mengakibatkan terjadinya luka insisi pada prosedur pembedahan. Kejadian, intensitas dan durasi nyeri post operasi berbebeda- beda dari pasien ke pasien, dari operasi ke operasi. Lokasi pembedahan mempunyai efek yang sangat penting yang dapat dirasakan oleh pasien mengalami nyeri post operasi (Suza, 2007).

Menurut analisa peneliti, sebagian besar responden menunjukkan intensitas nyeri sedang, hal ini terlihat dari respon yang dialami pasien seperti ada keluhan nyeri saat pasien merubah posisi pergerakan, mulai merintih, ada keluhan susah tidur dan aktivitasnya terbatas.


(32)

Berdasarkan hasil penelitian lebih dari setengah responden berusia 26-35 tahun. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Aguspel (2014) dengan hasil penelitiannya didapatkan sebagian besar responden berusia 17-25 tahun dan 26-35 tahun merupakan nyeri sedang. Menurut Potter & Perry (2006) usia merupakan variabel penting yang mempengaruh nyeri khususnya pada anak dan orang dewasa, dan Brunner & Suddart (2002) mengatakan bahwa semakin tinggi usia maka respon terhadap nyeri semakin menurun.

Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Ani (2014) yang menunjukkan bahwa laki-laki mengalami nyeri sedang. Gill (1990 dalam Potter & Perry, 2006) yang mengungkapkan bahwa laki-laki dan perempuan tidak memiliki perbedaan secara signifikan dalam merespon nyeri.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas responden bersuku batak. Hal ini sama dengan penelitian Pasaribu (2009) setengah dari responden bersuku batak. Menurut Jihan (2009) bahwa suku Batak merupakan suku yang apresiatif dalam mengungkapkan nyeri yang dirasakannya. Gureje & Gater (1996 dalam Potter & Perry, 2006) mengatakan bahwa keyakinan dan nilai suku/budaya mempengaruhi cara individu menyatakan atau mengekspresikan nyeri.

5.2.2 Perilaku Nyeri Pasien Post Operasi

Perilaku nyeri merupakan perilaku fisik dan dapat diobservasi. Untuk mengukur perilaku nyeri peneliti menggunakan skala Behavior Pain Scale (BPS) yang merupakan pengukuran perilaku nyeri dimana peneliti melakukan observasi


(33)

32

respon perilaku responden seperti kegelisahan, ketegangan otot. Mimik wajah dan suara yang dikeluarkan pasien.

Hasil penelitian perilaku nyeri pada pasien post operasi lebih dari setengah responden menunjukkan perilaku nyeri sedang. Dengan hasil skala perilaku nyeri, cukup gelisah, sedikit tegang di sekitar area luka, sedikit mengerutkan dahi/ meringis, mendesah, mengerang dan merintih dengan lembut. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian sebelumnya sama oleh Wardani (2011), dalam penelitian tersebut didapatkan lebih dari setengah responden perilaku nyeri berada pada tingkat nyeri sedang. Menurut Foedyce (1976) mengatakan perilaku nyeri merupakan perilaku yang tampak dan jelas kelihatan. Nyeri juga sering ditandai dengan beberapa jenis perilaku yang kelihatan maupun yang terdengar (Harahap, 2007).

Hasil penelitian didapatkan bahwa setengah dari responden bersuku batak. Penelitian ini sama dengan penelitian sebelumnya oleh Sartika (2012). Suku batak merupakan suku yang apresiatif dalam mengungkapkan nyeri yang dirasakannya (Jihan, 2009). Hal ini didukung oleh pernyataan Gill (1990 dalam Potter & Perry, 2006) yang mengatakan bahwa orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon terhadap nyeri.

Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden sudah menikah. Dukungan yang diberikan pasangan hidup dapat mempengaruhi perilaku nyeri pasien. Hal ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh (Block dan Kolega, 1982; Keefe dan Smith, 2002 dalam Harahap 2007) bahwa dukungan pasangan hidup mampu menurunkan perilaku nyeri tersebut.


(34)

6.2 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh pada pasien post operasi 24-72 jam pertama. Hasil penelitian intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien post operasi adalah nyeri sedang. Hal ini berdasarkan sebagian besar responden mengeluh nyeri saat pasien merubah posisi pergerakan, mulai merintih, ada keluhan susah tidur dan aktivitasnya terbatas. Dengan hasil skala perilaku nyeri didapatkan pasien cukup gelisah, sedikit tegang di sekitar area luka, sedikit mengerutkan dahi/ meringis, mendesah, mengerang dan merintih dengan lembut.

6.3Saran

6.2.1 Bagi praktek keperawatan

Instrument intensitas nyeri dan perilaku nyeri dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan intervensi terhadap pasien post operasi.

6.2.2 Bagi keperawatan

Diharapkan hasil ini dapat menambah wawasan dan informasi dalam pengkajian intensitas nyeri dan perilaku nyeri pada pasien post operasi. 6.2.3 Penelitian selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya agar melanjutkan penelitian dengan metode


(35)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyeri Post Operasi

2.1.1 Defenisi

Secara umum nyeri merupakan suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri didefenisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

Nyeri post operasi adalah nyeri yang dirasakan akibat dari hasil pembedahan. Kejadian, intensitas, dan durasi nyeri post operasi berbeda-beda dari pasien ke pasien, dari operasi ke operasi, dan dari rumah sakit ke rumah sakit yang lain. Lokasi pembedahan mempunyai efek yang sangat penting yang hanya dapat dirasakan oleh pasien yang mengalami nyeri post operasi (Suza, 2007).

Nyeri post operasi merupakan nyeri akut yang dapat diakibatkan oleh trauma, bedah atau inflamasi, seperti saat sakit kepala, sakit gigi, tertusuk jarum, terbakar, nyeri otot, nyeri saat melahirkan, nyeri sesudah tindakan pembedahan, dan yang lainnya. Nyeri akut terkadang disertai oleh aktivitas system saraf simpatis yang akan memperlihatkan gejala-gejala seperti peningkatan tekanan darah, peningkatan respirasi, peningkatan denyut jantung, diaphoresis dan dilatasi pupil. Klien yang mengalami nyeri akut akan memperlihatkan respon emosi dan perilaku seperti menangis, mengerang, kesakitan, mengerutkan wajah atau menyeringai (Prasetyo, 2010).


(36)

2.1.2 Fisiologi Nyeri

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku. Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri rmemasuki medulla spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak menginterpretasi kualitas nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta assosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (McNair, 1990 dikutip dari Potter & Perry 2006).

Nyeri diawali sebagai pesan yang diterima oleh saraf-saraf perifer. Zat kimia (substansi P, bradikinin, prostaglandin) dilepaskan, kemudian menstimulasi saraf perifer, membantu mengantarkan pesan nyeri dari daerah yang terluka ke otak. Sinyal nyeri dari daerah yang terluka berjalan sebagai impuls elektrokimia di sepanjang nervus ke bagian dorsal spinal cord (daerah pada spinal yang menerima sinyal dari seluruh tubuh). Pesan kemudian dihantarkan ke thalamus, pusat sensoris di otak di mana sensasi seperti panas, dingin, nyeri, dan sentuhan pertama kali dipersepsikan. Pesan lalu dihantarkan ke cortex, di mana intensitas dan lokasi nyeri dipersepsikan. Penyembuhan nyeri dimulai sebagai tanda dari otak kemudian turun ke spinal cord. Di bagian dorsal, zat kimia seperti endorphin dilepaskan untuk mengurangi nyeri di daerah yang terluka (Potter & Perry, 2006).


(37)

7

Menurut Andormoyo (2013), dalam proses nyeri akan melewati beberapa tahapan yang diawali dengan stimulasi, transduksi, transmisi, persepsi, dan modulasi. Stimulasi, dimana pesepsi nyeri diantarkan oleh neuron yang bertindak sebagai reseptor, pendeteksi stimulus, penguat, dan penghantar menuju sistem saraf pusat. Reseptor khusus tersebut dinamakan nociceptor. Nociceptor ini terdapat pada kulit, organ visceral dan permukaan sendi.

Transduksi, merupakan proses ketika suatu stimuli nyeri diubah menjadi

suatu aktivitas listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf. Stimuli ini dapat berupa stimuli fisik (tekanan), suhu (panas) atau kimia (subtansi nyeri). Transmisi merupakan dimana terjadinya proses penerusan implus nyeri dari nociceptor saraf perifer melewati cornu dorsalis dan corda spinalis menuju korteks serebri. Cornu dorsalis dari medulla spinalis dapat dianggap sebagai tempat memproses sensori.

Modulasi adalah proses pengendalian internal oleh sistem saraf, dan dapat

meningkatkan atau mengurangi penerusan dari implus nyeri. Persepsi merupakan hasil rekontruksi susunan saraf pusat tentang implus nyeri yang diterima. Rekonsrtuksi merupakan hasil interaksi sistem saraf sensoris, informasi kognitif dan pengalaman emosional. Persepsi menentukan berat ringannya nyeri yang dirasakan. Setelah sampai ke otak, nyeri yang dirasakan secara sadar dan menimbulkan respon berupa perilaku dan ucapan yang merepons adanya nyeri. Perilaku yang ditunjukkan seperti menghindari stimulus nyeri, atau ucapan akibat respon seperti” aduh”, “auw”, dan “ah”.

2.1.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi nyeri

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri menurut Potter dan Perry (2006) dibedakan sebagai berikut.


(38)

a. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak dan orang dewasa. Perbedaan perkembangan, yang ditemukan di antara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan orang dewasa bereaksi terhadap nyeri. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan (Potter & Perry, 2006).

b. Jenis kelamin

Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya dan faktor biokimia. Dari data diatas penulis menyimpulkan tidak pantas jika laki-laki mengeluh nyeri sedangkan wanita boleh mengeluh nyeri (Potter & Perry, 2006).

c. Budaya

Gureje & Gater (1996), menyatakan bahwa, keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu menyatakan atau mengekspresikan nyeri. Selain itu, latar belakang budaya dan sosial mempengaruhi pengalaman dan penanganan nyeri (Brannon & Feist, 2007 dikutip dalam Brunner & Suddart, 2002). Budaya dan etnisitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang berespons terhadap nyeri, bagaimana nyeri diuraikan atau seseorang


(39)

9

berperilaku dalam berespons terhadap nyeri. Namun budaya dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri (Zatzick & Dimsdale, 1990 dalam Brunner & Sudart, 2002).

d. Perhatian

Gill (1990) mengungkapkan bahwa tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun (Potter & Perry, 2006).

e. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi juga seringkali menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas (Gil, 1990 dalam Potter & Perry, 2006). Sama hubungan cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa menyebabkan seseorang cemas. Sulit untuk memisahkan dua sensasi, stimulus nyeri mengaktifkan bagian sistem limbik yang diyakinkan.

f. Dukungan keluarga dan support sosial

Faktor lain yang juga mempengaruhi respon terhadap nyeri adalah kehadiran dari orang terdekat. Orang-orang yang sedang dalam keadaan nyeri sering bergantung pada keluarga untuk mensupport, membantu atau melindungi. Ketidakhadiran keluarga atau teman terdekat mungkin akan membuat nyeri semakin bertambah. Kehadiran orang yang dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan ( Potter & Perry, 2006).


(40)

2.2 Teori Nyeri 2.2.1 Teori pemisahan

Teori ini digambarkan oleh “Descartes’’ pada abad ke-17. teori ini didasarkan pada kepercayaan bahwa terdapat organ tubuh yang secara khusus mentransmisi rasa nyeri. Saraf ini diyakini dapat menerima rangsangan nyeri dan mentransmisikanya melalui ujung dorsal dan substansia gelatinosa ke thalamus, yang akhirnya akan dihantarkan pada daerah yang lebih tinggi sehingga timbul respons nyeri (Tamsuri, 2006).

2.2.2 Teori pola

Teori ini menerangkan bahwa ada dua serabut nyeri, yaitu serabut yang mampu menghantarkan rangsangan dengan cepat dan mampu menghantarkan rangsangan dengan lambat. Kedua serabut saraf tersebut bersinapsis pada medulla spinalis dan meneruskan informasi ke otak mengenai jumlah, intensitas, dan tipe input sensori nyeri yang menafsirkan karakter dan kuantitas input sensori nyeri (Tamsuri, 2006).

2.2.3 Teori pengendalian gerbang

Melzack & Wall (1965) pertama kali mengusulknan teori mekanisme nyeri yakni teori “Gate Control” mereka menjelaskan teori gerbang kendali nyeri, yang menyatakan terdapat semacam “pintu gerbang” yang dapat memfasilitasi atau memperlambat transmisi sinyal nyeri (Tamsuri, 2006).

2.3 Intensitas Nyeri

2.3.1 Defenisi intensitas nyeri

Intensitas nyeri merupakan gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan


(41)

11

individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).

2.4 Pengukuran Intensitas Nyeri

Penilaian intensitas nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan skala sebagai berikut:

a. Skala Deskriftif

Skala deskriftif merupakan alat pengukuran ringkat keparahan nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi Verbal Descriptor Scale (VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak sama di sepanjang garis. Pendeskripsi ini dirangking dari “tidak nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan klien skala tersebut dan meminta klien memilih intensitas nyeri yang ia rasakan. VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah katagorik untuk mendeskripsikan nyeri (Potter & Perry, 2006).


(42)

b. Skala Numerik

Skala penilaian Numerical Rating Scales (NRS) lebih digunakan sebagai alat pendeskripsi kata. Dimana menilai nyeri klien dengan menggunakan skala 0-10.

Apabila digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan patokan 10 cm (AHCPR, 1992 dalan Potter & Perry, 2006).

c. Skala Analog Visual

Skala Visual Analog Scale (VAS) merupakan suatu garis llurus/horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya. Pasien diminta untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukkan letak nyeri terjadi sepanjang garis tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan “tidak ada nyeri” atau “tidak nyeri”, sedangkan ujung kanan biasanya menandakan “berat” atau “nyeri tidak tertahankan”. Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakkan sepanjang garis dan jarak yang dibuat pasien pada garis dari “tidak ada nyeri” diukur dan ditulis dalam centimeter (Smelzer & Bare, 2002).


(43)

13

d. The Pain Numerical Rating Scale (PNRS)/ Skala Numerik

PNRS digunakan untuk ukuran intensitas nyeri (segera atau sekarang). Skala terdiri dari 11 poin yang mana 0 menunjukkan “tidak ada nyeri” dan 10 menunjukkan “nyeri sangat berat”, penilaian dari 1-4 disamakan dengan nyeri ringan, 5-6 untuk nyeri sedang, dan 7-9 untuk nyeri berat (Serlin dkk, 1995 dalam Harahap, 2007).

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri

Nyeri Berat

2.4 Perilaku Nyeri 2.4.1 Defenisi

Perilaku nyeri merupakan salah satu aspek dari pengalaman nyeri. Perilaku ini terlihat dan dapat diobservasi, seperti ekspresi wajah (Fordyce, 1976 dalam Harahap, 2006). Adanya suatu nyeri yang dirasakan biasanya ditandai dengan semacam perilaku yang terlihat atau terdengar yang dapat diinterpretasikan sebagai suatu perilaku nyeri (Pilowski, 1994 dalam Harahap, 2006). Perilaku nyeri dapat didefenisikan sebagai sebahagian atau seluruh output individu yang terobservasi yang menunjukkan adanya nyeri seperti postur tubuh, ekspresi wajah, perkataan, berbaring, mengkonsumsi obat, mencari pengobatan, dan pencarian kompensasi (Harahap, 2006).


(44)

Perilaku nyeri adalah suatu aktivitas individu untuk mengkomunikasikan ketidakberdayaan, ketidaknyamanan, dan berperan signifikan dalam penurunan tingkat fungsional individu (Fordyce, 1976 dalam Harahap, 2006).

2.4.2 Respon Perilaku Nyeri

Respon perilaku nyeri yang ditunjukkan oleh pasien sangat beragam, respon perilaku pasien dapat menjadi indikasi pertama bahwa ada sesuatu yang tidak beres (Andarmoyo, 2013). Respon perilaku nyeri pada klien dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 2.1: Indikator Perilaku Nyeri Perilaku Nyeri pada Klien

Vokalisasi 1. Mengaduh

2. Menagis 3. Sesak napas 4. Mendengkur Ekspresi wajah 1. Meringis

2. Menggetukkan gigi 3. Mengernyitkan dahi

4. Menutup mata atau mulut dengan rapat atau membuka mata atau mulut dengan lebar

5. Mengigit bibir

Gerakan tubuh 1. Gelisah

2. Imobilisasi 3. Ketengangan otot

4. Peningkatan gerakan jari dan tangan

5. Aktivitas melangkah yang tunggal ketika berlari atau berjalan

6. Gerakan ritmik atau gerakan menggosok

7. Gerakan melindungi


(45)

15

Sumber: Potter & Perry, 2006

Menurut Brunner dan Suddart (2002) bahwa individu mengalami nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu letih untuk merintih atau menangis. Pasien dapat tidur, bahkan dengan nyeri hebat. Pasien dapat tampak rileks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.

2.5.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Nyeri

2.5.2.1 Jenis Kelamin

Gill (1990) mengemukakan bahwa secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespons terhadap nyeri, yang lebih mempengaruhi adalah budaya. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin, misalnya menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak boleh menangis sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama (Potter & Perry, 2006).

2.5.2.2 Usia

Usia merupakan variabel yang penting dalam merespon nyeri. Seperti cara lansia merespon nyeri dapat berbeda dengan orang yang Interaksi sosial 1. Menghindari percakapan

2. Fokus hanya paa aktivitas untuk menghilangkan nyeri

3. Menghindari kontak sosial

4. Penurunan rentang

perhatian


(46)

berusia lebih muda. Lansia cenderung mengabaikan nyeri dan menahan nyeri yang berat dalam waktu yang lama sebelum melaporkan atau mencari perawatan kesehatan (Smeltzer & Bare, 2001).

2.5.2.3 Suku/budaya

Budaya mempunyai pengaruh bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Zborowski (1969, dalam Niven, 1994), ekspresi perilaku berbeda antara satu kelompok dengan kelompok yang lain di satu lingkungan rumah sakit. Perbedaan tersebut dianggap terjadi akibat sikap dan nilai yang dianut oleh kelompok etnik tersebut.

2.5.2.4 Ansietas

Menurut Racham dan Philips (1975) ansietas mempunyai efek yang besar terhadap kualitas maupun terhadap intensitas pengalaman nyeri. Ambang batas nyeri berkurang karena adanya peningkatan rasa cemas dan ansietas menyebabkan terjadinya lingkaran yang terus berputar, karena peningkatan ansietas akan mengakibatkan peningkatan sensivitas nyeri (Aritonang, 2010).

2.5.2.5 Pasangan/anggota keluarga

Pasangan merupakan sumber yang sangat penting bagi kebutuhan kehidupan sosial pasien dan boleh juga disyaratkan sebagai syarat yang berbeda dan pilihan yang tepat untuk mengekspresikan sebuah perilaku nyeri (Fordyce, 1976 dalam Harahap 2007). Pasangan dan anggota keluarga lain sering termasuk dalam pengobatan dan


(47)

17

mengajarkan kepada pasien untuk berespon positif pada setiap aktivitas yang dilakukan pasien dan indikasi yang lainya bagi perilaku yang baik. Pasangan mempunyai peran yang kuat bagi peningkatan nyeri pasien (Harahap, 2007).

2.5.3 Instrumen Perilaku Nyeri

Secara luas bahwa pasien yang berada dalam tingkat nyeri tertentu akan menunjukkan perilaku seperti istirahat di tempat tidur, mencari pengobatan, menjaga area tubuh yang sakit atau mengekspresikan raut wajah. Perilaku ini merupakan cara pasien berkomunikasi bahwa mereka sedang merasakan nyeri (Harahap, 2006).

Behavioral Pain Scale yang diadopsi dari Dimateo & Dresziechek (1992),

mengukur perilaku nyeri ketika sedang merasakan nyeri. Pengkajian perilaku nyeri meliputi, restlessness (kegelisahan), tense muscle (ketegangan otot),

flowning atau grimacing (mengerut dahi atau meringis), dan patient sounds (suara

pasien). Perilaku nyeri yang diadopsi dari University Health System Pain

Management Pocket Reference, yaitu tidak nyeri (skala 0), nyeri ringan (skala

1-4), nyeri sedang (skala 5-8) dan nyeri berat (skala 9-12) (University Health System, 2013 dalam Aguspel, 2014).


(48)

1.1 Latar Belakang

Setiap individu membutuhkan rasa nyaman. Menurut Kolcaba (1992 dikutip dalam Potter & Perry, 2006) kenyamanan merupakan suatu keadaan terpenuhi dalam kebutuhan dasar manusia yang meliputi kebutuhan akan ketentraman, kelegaan dan transenden (keadaan yang melebihi masalah atau nyeri). Kebutuhan rasa nyaman ini dipersepsikan berbeda pada tiap orang. Kondisi ketidaknyamanan yang paling sering dihadapi individu adalah nyeri. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri pada kejadian nyeri yang sama menghasilkan respon atau perasaan yang identik pada seorang individu (Potter & Perry, 2006).

Nyeri post operasi merupakan adanya trauma fisiologis pada individu yang terjadi akibat adanya sifat prosedur pembedahan, letak insisi dan kedalaman nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan trauma pembedahan (Smeltzer & Bare, 2002). Adapun bentuk nyeri yang dialami individu post operasi adalah nyeri akut yang terjadi adanya luka insisi pada prosedur pembedahan.

Nyeri akut merupakan nyeri untuk post operasi. Kualitas, intensitas dan durasi nyeri berkaitan dengan sifat prosedur bedah. Nyeri akut berdurasi singkat (kurang dari 6 bulan), memiliki waktu yang tiba-tiba dan terlokalisasi (Andarmoyo, 2013).


(49)

2

Jika nyeri akut tidak dapat dikontrol maka menyebabkan proses hospitalisasi pasien menjadi lama, dikarenakan pasien memfokuskan semua perhatian untuk mengatasi nyeri (Potter & Perry, 2006).

Sebagai perawat tenaga profesional yang paling banyak berinteraksi dengan klien harus mampu menangani masalah nyeri yang dialami oleh klien. Setelah pasien selesai dalam pembedahan maka pasien dirawat di ruangan intensif. Perawat memberi asuhan keperawatan kepada klien dan memberi intervensi untuk meningkatkan kenyaman klien. Perawat membantu klien dalam upaya mengontrol nyeri. Nyeri dapat dikaji dengan penilaian subyektif dan penilaian objektif. Penilaian subyektif dengan menggunakan metode wawancara dengan pasien dengan ada tidaknya gangguan pada fisik pasien. Hal ini dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengidentifikasi dan mengkomunikasi nyeri yang dialami. Penilaian objektif seperti pengamat perilaku pada pasien merupakan proses penilaian nyeri. Adapun perilaku dasar ketika pasien mengalami nyeri seperti pasien diam, menarik diri, mengeluh dari biasanya dan wajah terlihat kaku/ menyeringai kesakitan (Rospond, 2009).

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan individu. Pengukuran subjektif nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat pengukur nyeri seperti visual analog, skala nyeri numerik, skala nyeri deskriptif atau skala nyeri Wong Bakers untuk anak-anak (Tamsuri, 2007).

Setiap individu mempelajari nyeri melalui pengalaman yang berhubungan langsung dengan nyeri di kehidupannya. Banyak faktor seperti pengalaman masa lalu dengan nyeri, teknik koping, motivasi untuk menahan rasa sakit dan seluruh


(50)

tingkat energi semua menambah variasi dalam mentoleransi nyeri dan pengalaman nyeri secara subjektif (McCaffery & Pasero,1999 dikutip dari Harahap, 2006). Ketika pasien berada dalam beberapa tingkat nyeri sudah pasti perilaku berhubungan dengan nyeri yang terjadi. Pasien yang mengalami nyeri pasti akan memperlihatkan beberapa perilaku yang dapat dilihat dan diobservasi. Perilaku ini adalah cara pasien berkomunikasi dengan lingkungan bahwa mereka sedang mengalami nyeri (Fordyce,1976 dikutip dari Harahap, 2006).

Respon perilaku terhadap nyeri dapat mencakup pernyataan verbal, perilaku, ekspresi wajah, gerakan tubuh, kontak fisik dengan orang lain, atau perubahan respon terhadap lingkungan. Respon fisik meliputi perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu tubuh, sikap tubuh, dan apabila nafas semakin berat dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan syok (Smeltzer & Bare, 2002). Perawat harus mampu mengobservasi ekspresi nyeri klien pada satu atau lebih kategori respon perilaku.

Perawat memantau dan mengobservasi langsung intensitas dan perilaku nyeri setelah pasien melakukan post operasi dan dirawat diruangan intensif. Peneliti melakukan pengukuran dalam waktu yang bersamaan, karena tindakan pengukuran intensitas nyeri penentuannya secara subjektif dan pengukuran perilaku nyeri bersifat objektif, yang dapat diambil hasilnya hanya dengan observasi secara langsung terhadap pasien.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien post operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan.


(51)

4

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana gambaran intensitas nyeri pada pasien post operasi? 1.2.2 Bagaimana gambaran perilaku nyeri pada pasien post operasi?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Mengambarkan intensitas nyeri pada pasien post operasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.3.2 Menggambarkan perilaku nyeri pada pasien post operasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan

Dalam praktek keperawatan hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan perawat dalam mengidentifikasi nyeri pasien melalui intensitas dan perilaku pasien sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien post operasi rangka mempercepat proses penyembuhan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

1.4.2 Bagi Keperawatan

Hasil penelitian ini merupakan pengkajian awal tentang intensitas dan perilaku nyeri pada pasien post operasi, maka akan dapat digunakan sebagai sumber data awal pelaksanaan peneliti selanjutnya berkaitan dengan intervensi keperawatan yang tepat diberikan kepada pasien post operasi.


(52)

Judul Penelitian : Intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien post operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama : Vovy Permata Sari

Nim : 141121087

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun Akademik : 2015/2016

Abstrak

Nyeri post operasi merupakan gangguan rasa nyaman yang diakibatkan adanya luka insisi pada prosedur pembedahan. Pengkajian intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien post operasi memudahkan perawat dalam merencanakan intervensi tepat terhadap pasien nyeri post operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien post operasi di RB2 RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 pasien post operasi yang diperoleh dengan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur intensitas nyeri bersifat subjektif yaitu pengukuran Skala Numerik Intensitas Nyeri (Pain Numerical Rating Scale) dan perilaku nyeri yang sifatnya objektif dengan menggunakan Skala Perilaku Nyeri (Behavior Pain

Scale). Hasil penelitian menunjukkan intensitas nyeri saat ini berada pada nyeri

sedang (62,5%) dan perilaku nyeri pada katagori nyeri sedang (56,2%). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan intensitas nyeri dan perilaku nyeri yang diukur dengan PNRS dan BPS. Diharapkan hasil penelitian intensitas nyeri dan perilaku nyeri dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam memberikan intervensi terhadap pasien post operasi.


(53)

5


(54)

Intensitas Nyeri dan Perilaku Nyeri Pasien Post Operasi

di RSUP Haji Adam Malik Medan

SKRIPSI

Oleh

Vovy Permata Sari 141121087

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(55)

2


(56)

(57)

4

Judul Penelitian : Intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien post operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama : Vovy Permata Sari

Nim : 141121087

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun Akademik : 2015/2016

Abstrak

Nyeri post operasi merupakan gangguan rasa nyaman yang diakibatkan adanya luka insisi pada prosedur pembedahan. Pengkajian intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien post operasi memudahkan perawat dalam merencanakan intervensi tepat terhadap pasien nyeri post operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien post operasi di RB2 RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 pasien post operasi yang diperoleh dengan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur intensitas nyeri bersifat subjektif yaitu pengukuran Skala Numerik Intensitas Nyeri (Pain Numerical Rating Scale) dan perilaku nyeri yang sifatnya objektif dengan menggunakan Skala Perilaku Nyeri (Behavior Pain

Scale). Hasil penelitian menunjukkan intensitas nyeri saat ini berada pada nyeri

sedang (62,5%) dan perilaku nyeri pada katagori nyeri sedang (56,2%). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan intensitas nyeri dan perilaku nyeri yang diukur dengan PNRS dan BPS. Diharapkan hasil penelitian intensitas nyeri dan perilaku nyeri dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam memberikan intervensi terhadap pasien post operasi.

Kata kunci : Intensitas Nyeri, Perilaku Nyeri, Post Operasi


(58)

(59)

i

PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT , yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “ Intensitas Nyeri dan Perilaku Nyeri Pasien

Post Operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan”. Skripsi ini merupakan salah

satu persyaratan untuk mengikuti sidang skripsi dan memperoleh gelar sarjana keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan skripsi ini, saya banyak mendapatkan bantuan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terimakasi kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai dekan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Ikhsannudin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I 3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, M. Kep selaku Pembantu Dekan II

4. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, dukungan, dan masukan terhadap penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Roymond H. Simamora S.Kep, Ns, M.Kep sebagai dosen penguji I dan Ibu Nur Asiah, S.Kep. Ns, M. Biomed sebagai dosen penguji II, yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Orang tua peneliti dan saudara peneliti yang telah mendoakan dan memberikan semangat sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.


(60)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih adanya kekurangan maupun kesalahan dalam hal teknis penulisan, tata bahasa maupun isi. Oleh karena itu, guna penyempurnaan skripsi ini penulis sangat mengharapkan saran, masukan maupun kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua.

Medan, Januari 2016 Penulis,


(61)

iii

DAFTAR ISI

Halaman Judul Halaman Persetujuan Abstrak

Prakata ... i

Daftar Isi... iii

BAB 1 Pendahuluan ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 4

1.3Tujuan penelitian ... 4

1.4 Manfaat penelitian ... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka ... 5

2.1 Nyeri post operasi ... 5

2.1.1 Defenisi ... 6

2.1.2 Fisiologi nyeri ... 7

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri ... 9

2.1.4 Teori Nyeri ... 10

2.2 Intensitas nyeri ... 10

2.2.1 Defenisi intensitas nyeri ... 10

2.2.2 Pengukuran intensitas nyeri ... 11

2.3 Perilaku nyeri ... 13

2.3.1 Defenisi perilaku nyeri ... 13

2.3.2 Respon perilaku nyeri ... 14

2.3.3 Instrumen perilaku nyeri ... 17

BAB 3 Kerangka Penelitian ... 18

3.1 Kerangka konsep ... 18

3.2 Defenisi operasional... 19

BAB 4 Metodologi Penelitian ... 20

4.1 Desain penelitian ... 20

4.2 Populasi, sampel penelitian dan tehnik sampling ... 20

4.3 Lokasi dan waktu penelitian ... 22

4.4 Pertimbangan etik ... 22

4.5 Instrumen penelitian... 23

4.10 Rencana pengumpulan data ... 24

4.11 Analisa data ... 24

BAB 5 Hasil dan Pembahasan ... 26

5.1 Hasil Penelitian ... 28

5.2 Pembahasan ... 29

BAB 6 Simpulan dan Saran ... 33

6.1 Simpulan ... 33

6.2 Saran ... 33 Daftar Pustaka


(62)

Lampiran 2. Instrumen Penelitian Lampiran 3. Master Data

Lampiran 4. Hasil Data SPSS Lampiran 5. Kode Etik

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Universitas Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Litbang Lampiran 8. Taksasi Dana

Lampiran 9. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 10. Lembar Bukti Bimbingan


(1)

Judul Penelitian : Intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien post operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan

Nama : Vovy Permata Sari

Nim : 141121087

Jurusan : Sarjana Keperawatan

Tahun Akademik : 2015/2016

Abstrak

Nyeri post operasi merupakan gangguan rasa nyaman yang diakibatkan adanya luka insisi pada prosedur pembedahan. Pengkajian intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien post operasi memudahkan perawat dalam merencanakan intervensi tepat terhadap pasien nyeri post operasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi gambaran intensitas nyeri dan perilaku nyeri pasien post operasi di RB2 RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 pasien post operasi yang diperoleh dengan metode purposive sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur intensitas nyeri bersifat subjektif yaitu pengukuran Skala Numerik Intensitas Nyeri (Pain Numerical Rating Scale) dan perilaku nyeri yang sifatnya objektif dengan menggunakan Skala Perilaku Nyeri (Behavior Pain

Scale). Hasil penelitian menunjukkan intensitas nyeri saat ini berada pada nyeri

sedang (62,5%) dan perilaku nyeri pada katagori nyeri sedang (56,2%). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan intensitas nyeri dan perilaku nyeri yang diukur dengan PNRS dan BPS. Diharapkan hasil penelitian intensitas nyeri dan perilaku nyeri dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam memberikan intervensi terhadap pasien post operasi.

Kata kunci : Intensitas Nyeri, Perilaku Nyeri, Post Operasi


(2)

(3)

i

Puji syukur penulis ucapkan kepada kehadirat Allah SWT , yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian dengan judul “ Intensitas Nyeri dan Perilaku Nyeri Pasien Post Operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan”. Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk mengikuti sidang skripsi dan memperoleh gelar sarjana keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan skripsi ini, saya banyak mendapatkan bantuan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terimakasi kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai dekan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Ikhsannudin A. Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I 3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, M. Kep selaku Pembantu Dekan II

4. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, dukungan, dan masukan terhadap penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Roymond H. Simamora S.Kep, Ns, M.Kep sebagai dosen penguji I dan Ibu Nur Asiah, S.Kep. Ns, M. Biomed sebagai dosen penguji II, yang telah memberikan saran dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Orang tua peneliti dan saudara peneliti yang telah mendoakan dan memberikan semangat sehingga skripsi ini terselesaikan dengan baik.


(4)

7. Teman-teman ekstensi stambuk 2014 yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih adanya kekurangan maupun kesalahan dalam hal teknis penulisan, tata bahasa maupun isi. Oleh karena itu, guna penyempurnaan skripsi ini penulis sangat mengharapkan saran, masukan maupun kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi kita semua.

Medan, Januari 2016 Penulis,


(5)

iii Halaman Judul

Halaman Persetujuan Abstrak

Prakata ... i

Daftar Isi... iii

BAB 1 Pendahuluan ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 4

1.3Tujuan penelitian ... 4

1.4 Manfaat penelitian ... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka ... 5

2.1 Nyeri post operasi ... 5

2.1.1 Defenisi ... 6

2.1.2 Fisiologi nyeri ... 7

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri ... 9

2.1.4 Teori Nyeri ... 10

2.2 Intensitas nyeri ... 10

2.2.1 Defenisi intensitas nyeri ... 10

2.2.2 Pengukuran intensitas nyeri ... 11

2.3 Perilaku nyeri ... 13

2.3.1 Defenisi perilaku nyeri ... 13

2.3.2 Respon perilaku nyeri ... 14

2.3.3 Instrumen perilaku nyeri ... 17

BAB 3 Kerangka Penelitian ... 18

3.1 Kerangka konsep ... 18

3.2 Defenisi operasional... 19

BAB 4 Metodologi Penelitian ... 20

4.1 Desain penelitian ... 20

4.2 Populasi, sampel penelitian dan tehnik sampling ... 20

4.3 Lokasi dan waktu penelitian ... 22

4.4 Pertimbangan etik ... 22

4.5 Instrumen penelitian... 23

4.10 Rencana pengumpulan data ... 24

4.11 Analisa data ... 24

BAB 5 Hasil dan Pembahasan ... 26

5.1 Hasil Penelitian ... 28

5.2 Pembahasan ... 29

BAB 6 Simpulan dan Saran ... 33

6.1 Simpulan ... 33

6.2 Saran ... 33 Daftar Pustaka


(6)

LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Persetujuan Responden Lampiran 2. Instrumen Penelitian

Lampiran 3. Master Data Lampiran 4. Hasil Data SPSS Lampiran 5. Kode Etik

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian Universitas Lampiran 7. Surat Izin Penelitian Litbang Lampiran 8. Taksasi Dana

Lampiran 9. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 10. Lembar Bukti Bimbingan