5
20 40
60 80
100 120
0,10 2,10
4,10 6,10
8,10 P
rosentase P
asir L
olos
Ukuran Ayakan mm
I
II III
Tertinggal Lolos
1. 9,5
417 431
14 14
1,07 100
2. 4,75
413 443
30 30
2,30 2,30
97,70 3.
2,36 430
519 89
89 6,82
9,12 90,88
4. 1,18
350 538
188 188
14,41 23,53
76,47 5.
0,6 336
613 277
277 21,23
44,76 55,24
6. 0,3
335 632
297 297
22,76 67,52
32,48 7.
0,15 365
612 247
247 18,93
86,45 13,55
8. Pan
355 518
163 163
12,49 98,94
1,06 ∑  =
1305 1305
100 332,62
467,38 Berat Pasir
Terkoreksi gr
Persentase Pasir
Tertinggal Persentase Komulatif
No Ukuran
Ayakan mm
Berat Ayakan
gr Berat
Ayakan + Pasir gr
Berat Pasir gr
Koreksi
Tabel 1. Hasil Pengujian Gradasi Agregat Halus
Sumber : hasil pengujian
Berdasarkan tabel 1 hasil pengujian gradasi agregat halus dapat digambarkan dengan grafik gradasi sebagai berikut :
Gambar 1. Grafik hubungan antara ukuran ayakan dan persentase lolos komulatif. Berdasarkan gambar 1. grafik hubungan antara ukuran ayakan dan persentase lolos komulatif
pada agregat halus termasuk daerah gradasi II. Menurut Mulyono 2006, Agregat halus pada daerah gradasi II termasuk dalam pasir agak kasar.
3.2 Hasil Pengujian Agregat Kasar
Hasil pemeriksaan agregat kasar yang diambil dari stone crusher PT.Selo Progo Sakti, Klaten dapat disimpulkan bahwa hasil pengujian berat Jenuh Kering Saturated Surface Dry
didapatkan nilai sebesar 2,35. Pada pengujian berat jenis semu pada agregat kasar dihasilkan 2,36, berat jenis bulk didapatkan nilai 2,34. Dari hasil pengujian Penyerapan air pada agregat
kasar yang digunakan sebagai campuran pada adukan beton yaitu 0,3  sedangkan pengujian
6
0,00 20,00
40,00 60,00
80,00 100,00
120,00
5 10
15 20
25 30
35 40
P rosentase
P asir
L olos
Ukuran Ayakan mm modulus halus butir diperoleh 7,756, dapat disimpulkan bahwa agregat kasar dapat digunakan
sebagai  campuran  beton  karena  sudah  memenuhi  persyaratan  berdasarkan  SNI.  Hasil pengujian gradasi agregat kasar dapat digambarkan pada gambar dibawah ini :
Gambar 2. Grafik hubungan antara ukuran ayakan dan persentase lolos komulatif.
Gambar diatas diperoleh dari tabel 2. Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar dibawah ini: Tabel 2. Hasil Pengujian Gradasi Agregat Kasar
No Ukuran
Ayakan mm
Berat Ayakan
gr Berat
Ayakan + kerikil
gr Berat
Kerikil gr
Koreksi Berat
Pasir Terkoreks
i gr Persentas
e Pasir Tertinggal
Persentase Komulatif
Tertinggal Lolos
1 25
405 405
0,00 100
2 19
416 416
0,00 0,00
100,00 3
12,5 413
733 320
320 33,37
33,37 66,63
4 9,5
417 722
305 305
31,80 65,17
34,83 5
4,75 413
688 275
275 28,68
93,85 6,15
6 2,36
430 453
23 23
2,40 96,25
3,75 7
1,18 350
351 1
1 0,10
96,35 3,65
8 0,6
336 337
1 1
0,10 96,45
3,55 9
0,3 335
338 3
3 0,31
96,77 3,23
10 0,15
365 371
6 6
0,63 97,39
2,61 11
pan 355
380 25
25 2,61
100,00 Total
959 959
100,00 775,60
sumber :hasil pengujian
Dari  gambar  2  grafik  hubungan  antara  ukuran  ayakan  dan  persentase  lolos  komulatif  pada agregat  kasar  masuk  pada  batas  gradasi  agregat  untuk  besar  butir  maksimum  20  mm
Mulyono, 2004.
3.3 Pengujian
Fly Ash
Fly ash berasal dari PT. Pioner Beton, Kartasura  yang merupakan sisa hasil pembakaran batu  bara  pada  PLTU  Tanjung  Jati  Jepara.  Pengujian  ini  dilakukan  untuk  mengetahui
7
kandungan unsur kimia  yang terdapat  di  dalam  fly ash. Dalam penelitian ini data pengujian fly  ash  sudah  tersedia  dan  diperoleh  dari  PT.  Pioner  Beton,  Kartasura.  Fly  ash  sudah
dilakukan  pengujian  oleh  PLTU  Tanjung  Jati.  Dari  hasil  pengujian  fly  ash  kadar    SiO
2
+ Al
2
O
3
+ Fe
2
O
3
didapat sebesar 86,67 , sehingga dapat disimpulkan bahwa fly ash tersebut termasuk kelas F karena batas minimum fly ash kelas F minimum 70 . ASTM C618-03
3.4 Proporsi Campuran Beton Normal