Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN

farmakologi 70,0, diikuti pernyataan nomor 15 yang berkaitan dengan manajemen nyeri farmakologi 37,5.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan terhadap 40 responden, menunjukkan bahwa pengetahuan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi di RSUP. H. Adam malik Medan berada pada kategori baik 82,5. Pengetahuan baik yang dimiliki perawat dalam penelitian ini dapat dikaitkandenganlatar belakang pendidikan responden, lama bekerja, dan informasi yang di dapat di luar pendidikan formal. Menurut Notoatmodjo 2010,pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor meliputi pendidikan, pengalaman, pekerjaan, motivasi, dan informasi yang didapat di luar pendidikan formal. Hasil penelitian ini berbeda dengan Putri 2013, dimana dalam penelitiannya di Rumah Sakit Kanker Darmais, pengetahuan perawat dibagi dalam 2 kategori yaitu pengetahuan baik dan tidak baik. Hasil penelitiannya menunjukkan setengah dari responden memiliki pengetahuan tidak baik terhadap manajemen nyeri 51,32. Hal ini disebabkan masih banyak perawat yang belum mengikuti pelatihan manajemen nyeri. Penelitian yang dilakukan Craig 2014, yang melibatkan 102 perawat didapatkan hasil rata-rata tingkat jawaban yang benar hanya 72,2 di bawah ambang batas 80. Hal ini menunjukkan pengetahuan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi masih kurang. Berdasarkan tingkat pendidikan setengah dari responden berlatar belakang pendidikan S-1 KeperawatanNs. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting Universitas Sumatera Utara yang dapat menambah pengetahuan seseorang dalam hal ini perawat, sehingga tingkat pendidikan mendukung pengetahuan baik yang dimiliki responden pada penelitian ini. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiman 2013 bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin luas pula pengetahuannya. Namun bukan berarti seseorang dengan pendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh pada pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non- formal dan faktor pendukung lainnya. Buckner 2008 dalam Barbara dkk, 2011, menemukan bahwa perawat dengan pendidikan keperawatan yang lebih tinggi dinilai memiliki pengetahuan yang lebih baik dalam manajemen nyeri hal ini dikarenakan perawat menerima dan memperbarui pengetahuan mereka tentang manajemen nyeri lewat pendidikan yang diterimanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengah dari responden pernah mengikuti pelatihanseminar tentang manajemen nyeri. Menurut Potter Perry 2005, bahwa semakin banyak informasi yang diterima oleh seseorang maka semakin meningkat pula pengetahuan yang dimilikinya. Pelatihan merupakan salah satu sumber informasi yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan kemampuan, dan menambah pengetahuan Notoatmodjo, 2010. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang Notoadmodjo, 2003. Pengetahuan juga bisa didapatkan dari pengalaman, khususnya pengalaman kerja perawat. Hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas responden dengan lama bekerja lebih dari 10 tahun. Universitas Sumatera Utara Semakin lama seseorang bekerja maka akan semakin banyak pula pengalaman yang dapat memperluas pengetahuannya Wawan dan Dewi, 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayotitas responden menjawab benar pernyataan yang berkaitan dengan pengkajian nyeri pasien post operasi 97,5. Hal ini menunjukkan pengetahuan perawat yang berkaitan dengan pengkajian nyeri post operasi dalam kategori baik. Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut adalah mengkaji perasaan pasien, menetapkan respon fisiologis pasien terhadap nyeri dan lokasi nyeri, dan mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri prasetyo 2010. Laporan nyeri pasien merupakan indikator tunggal yang paling reliabel dalam mengkaji intensitas nyeri pasien post operasi. Berbeda dengan hasil penelitian Famakinwa 2014, yang melibatkan 95 perawat, menunjukkan bahwa 53,6 responden memiliki pengetahuan yang kurang terkait pengkajian nyeri pasien post operasi. Pernyataan yang berkaitan dengan manajemen nyeri secara non farmakologi terdiri dari 9 item, ada satu pernyataan yang banyak di jawab salah oleh responden yaitu item pernyataan nomor 7. Sebagian besar responden beranggapan bahwa mendengarkan musik, menonton televisi, menceritakan foto atau gambar dengan suara keras, menyanyi bukan merupakan contoh dari tehnik distraksi. Hal ini menunjukkan pengetahuan perawat terkait manajemen nyeri non-farmakologis khususnya distraksi masih kurang. Hal ini dapat berakibat pada berkurangnya pilihan alternatif tindakan dalam mengatasi nyeri yang dialami pasien post operasi apabila tindakan lain tidak berhasil.Menurut prasetyo 2010 distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal lain di luar Universitas Sumatera Utara nyeri, yang dengan demikian diharapkan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri, dan hal-hal di atas termasuk contoh dari tehnik distraksi. Hasil penelitian menunjukkan pernyataan yang berkaitan dengan manajemen nyeri farmakologi yaitu nomor 15 merupakan pernyatan kedua yang banyak dijawab salah oleh responden. Perawat beranggapan bahwa sedasi dan depresi pernafasan merupakan efek samping penggunaan NSAIDs. NSAIDs merupakan jenis analgesik yang digunakan untuk mengurangi nyeri ringan sampai sedang pada pasien post operasi. Efek samping penggunaan NSAIDs adalah nyeri ulu hati, tukak lambung, gangguan perdarahan, reaksi alergi, asma, dan gangguan ginjal Potter dan Perry, 2005. Penelitian ini melibatkan perawat yang bekerja di rawat bedah onkologi dan rawat bedah urologi. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas perawat yang bekerja di ruang rawat bedah onkologi memiliki pengetahuan yang baik dalam manajemen nyeri pasien post operasi 84,2, mayoritas responden yang bekerja di ruang rawat bedah urologi memiliki pengetahuan yang baik 81. Hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan pengetahuan perawat dalam manajemen nyeri pasien post operasi yang bekerja di ruang rawat bedah onkologi dan urologi. Universitas Sumatera Utara 51

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN