Pnegaruh kepuasan pernikahan terhadap parenting stress:studi pada Ibu dengan anak usia2-5 tahun

Pengaruh Kepuasan Pernikahan Terhadap Parenting Stress: Studi
Pada Ibu Dengan Anak Usia 2-5 Tahun
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Syarat-Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Disusun oleh:
IMAS INDRIYANI
107070002763

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011
i

PENGARUH KEPUASAN PERNIKAHAN TERHADAP
PARENTING STRESS PADA IBU DENGAN ANAK 2-5 TAHUN
Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Oleh

Imas Indriyani
NIM:107070002763

Dibawah Bimbingan
Pembimbing I

Pembimbing II

Dr. Risatianti Kolopaking, M. Psi., Psi

S. Evangeline I. Suaidy M.Si., Psi
NIP: 150411217

Fakultas Psikologi


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2011 M
ii

LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “PENGARUH KEPUASAN PERNIKAHAN TERHADAP
PARENTING STRESS PADA IBU DENGAN ANAK 2-5 TAHUN” telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 7 Desember 2011. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada
Fakultas Psikologi.
Jakarta, 7 Desember 2011
Sidang Munaqasyah
Dekan/Ketua

Pembantu Dekan/ Sekretaris

Jahja Umar, Ph.D

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si


NIP. 130 885 522

NIP.19561223 198303 2 001
Anggota :

Dra. Zahrotun Nihayah, M.Si

Dr. Risatianti Kolopaking, M. Psi., Psi

NIP. 19620724 198903 2 001

S. Evangeline I. Suaidy M.Si., Psi
NIP: 150411217
iii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama


: Imas Indriyani

NIM

: 107070002763

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh Kepuasan
Pernikahan terhadap Parenting Stress Pada Ibu dengan Anak 2-5 Tahun” adalah
benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam
penyusunan skripsi tersebut. Adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan
skripsi ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam daftar pustaka.
Saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan UndangUndang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari
karya orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebaik-baiknya.
Jakarta, November 2011

Imas Indriyani
NIM : 107070002763
Email: [email protected]

iv

Motto
“Allah tidak memberikan cobaan kepada hambanya, diluar
batas kemampuan hambanya (Al-Baqarah: 286)”

“Ketika kita mensyukuri apa yang terjadi pada diri kita,

maka ketenangan hati itu akan datang”

v

ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Desember 2011
C) Imas Indriyani
D) Pengaruh Kepuasan Pernikahan Terhadap Parenting Stress Pada Ibu dengan
Anak 2-5 Tahun
E) xv + 112 Halaman + 38 Lampiran
F) Parenting merupakan sebuah proses yang merujuk pada serangkaian aksi dan

interaksi yang dilakukan orang tua untuk mendukung perkembangan anak,
kegiatan mengasuh anak memiliki peranan penting dalam perkembangan anak.
Mengasuh anak menimbulkan pengalaman yang menegangkan bagi orang tua,
dan membuat tuntutan emosional, sehingga tanggung jawab mengasuh anak
terkadang membuat stres orang tua. Belakangan ini banyak berita tentang
kekerasan anak yang dilakukan oleh orang-orang terdekat anak, seperti ibu
kandung. Fenomena kekerasan pada anak tersebut merupakan dampak dari
parenting stress.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur seberapa besar pengaruh
kepuasan pernikahan terhadap parenting stress pada ibu yang memiliki anak 2-5
tahun.
Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang menikah dan minimal memiliki
satu anak, serta berdomisili di Depok, adapun jumlah responden dalam penelitian
ini adalah 200 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive
sampling.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala parenting stress
yang di adaptasi dari Parenting Stress Index-Short Form (PSI-SF) dan skala
kepuasan pernikahan yang diadaptasi dari Dyadic Adjustment Scale (DAS).
Metode penelitian ini menggunakan metode analisis regresi.
Hasil yang terdapat dalam penelitian ini adalah bahwa ada hubungan yang

signifikan kepuasan pernikahan yang terdiri dari satisfaction (kepuasan),
consensus (kesepakatan), cohension (kedekatan hubungan) dan expression of
affection (ungkapan kasih sayang) terhadap parenting stress pada ibu yang
memiliki anak 2-5 tahun. Adapun nilai R square kepuasan pernikahan terhadap
parenting stress adalah 0.102, artinya sebesar 10.2% variabel kepuasan
pernikahan mempengaruhi parenting stress.
vi

Pengaruh bersama antara kepuasan pernikahan dengan variabel demografi (usia
ibu, lama pernikahan, jumlah anak, pendidikan, status ekonomi) adalah signifikan
dengan nilai R square menjadi 0.161, artinya sebesar 16.1% variabel dalam
penelitian ini mempengaruhi parenting stress, sementara sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain diluar dari penelitian ini.
Aspek kepuasan pernikahan satisfaction dan pendidikan memiliki pengaruh
negatif terhadap parenting stress, dan signifikan. Sedangkan aspek kepuasan
pernikahan consensus dan cohension serta usia ibu, dan lama pernikahan
memiliki pengaruh secara negatif terhadap parenting stress, tetapi tidak
signifikan. Adapun variabel yang memberikan pengaruh positif dan tidak
signifikan adalah aspek kepuasan pernikahan expression of affection, jumlah anak
dan status ekonomi.

Untuk penelitian selanjutnya, peneliti menyarankan agar meneliti pengaruh
variabel-variabel lain yang yang dapat mempengaruhi parenting stress pada ibu
dengan anak 2-5 tahun, seperti variabel temperament anak, kepribadian orang tua,
dukungan sosial dan sebagainya yang berhubungan dengan teori. Selain itu,
diharapkan melihat pengaruh setiap IV terhadap aspek yang ada dalam parenting
stress.
G) Kata kunci : Parenting stress, Kepuasan pernikahan
H) 20 buku + 21 artikel ilmiah

vii

KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim
Syukur Alhamdullilah penulis panjatkan untuk kehadirat Allah SWT, karena
berkat segala kekuasaan dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW serta
pengikutnya sampai akhir zaman.
Terselesaikannya skripsi ini sebenarnya juga tidak luput dari bantuan pihak
luar, oleh karena itu, izinkanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesarbesarnya kepada:
1. Bapak Jahja Umar, Ph. D, Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, beserta jajarannya.
2. Ibu Dr. Risatianti Kolopaking, M.Si., Psi dan Ibu S. Evangeline I Suaidy M.Si.,
Psi., terima kasih yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing,
mengarahkan dan memberikan saran dalam penyusunan skripsi ini. Penulis
mendapatkan banyak masukan dari beliau-beliau tersebut, serta terimakasih
banyak atas wawasan yang telah diberikan.
3. Ibu Rena Latifa, M.Si., Psi selaku Pembimbing akademik.
4. Kedua orang tuaku, yang senantiasa membantu dan mendukung penulis dalam
menyusun skripsi ini, baik itu membantu dalam hal fisik maupun psikis serta doa.
Nenekku tercinta serta keluarga besarku terima kasih atas kasih sayang dan
doanya selama ini.
5. Naya, sahabatku terima kasih atas waktu luangnya membantu penulis
menterjemahkan bahasa Inggris, dukungannya yang membuat penulis semangat,
serta celotehnya tentang kehidupan, cinta, karir dan keluarga.
6. Soraya, Nung, Anne dan Kiki terima kasih atas persahabatan yang kalian berikan
kepada penulis, nasehat, celoteh dan candanya serta curhatannya selama kuliah.
viii

Suka duka yang kita lewati akan menjadi kenangan terindah. Maaf bila tuturku
terkadang kurang menyenangkan. Semoga persahabatan ini akan terus ada hingga

kapanpun.
7. Fitri dan Eni, terima kasih kalian selalu bersedia meminjamkan laptop untukku
untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliahku, terutama saat menyususn skripsi ini.
Terima kasih telah menerimaku apa adanya. Semoga kebersamaan itu akan selalu
terjalin.
8. Seseorang spesial, A’Nana terima kasih atas doa, kasih sayang, nasehat dan
dukungannya, serta bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih
telah mengajariku tentang arti sabar dalam menjalani hidup.
9. Eka, teman seperjuangan dalam bimbingan skripsi, Safitri teman diskusi yang
selalu

memberiku

semangat

serta

memberiku

banyak


inspirasi

dalam

menyelesaikan skripsi ini.
10. Responden yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner,
tanpa bantuan kalian skripsi ini tidak akan selesai.
11. Ka diyo, ka via dan teman-teman lainnya khususnya farah yang membantu
penulis dalam mengelola hasil penelitian.
12. Staff bagian Akademik, Umum, dan Keuangan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
13. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, karena dukungan moral
serta pengertian mereka penulis bisa menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
kritik

dan

saran

yang

bersifat

membangun

sangatlah

diharapkan

untuk

menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini
memberika manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi siapa saja yang
membaca.
Jakarta, November 2011
Penulis
ix

DAFTAR ISI
Cover
Lembar Pengesahan Pembimbing ......................................................................... ii
Lembar Pengesahan .............................................................................................. iii
Pernyataan Bukan Plagiat ..................................................................................... iv
Motto ..................................................................................................................... .v
Abstrak .................................................................................................................. vi
Kata Pengantar ................................................................................................... ..viii
Daftar Isi................................................................................................................ x
Daftar Tabel ........................................................................................................ xiii
Daftar Gambar ..................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran .................................................................................................. xv
BAB I

PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1.

Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2. Pembatasan Masalah ............................................................... 9
1.3. Rumusan Permasalahan .......................................................... 10
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 10
1.5. Sistematika Penulisan ............................................................. 12
BAB II

TINJUAN PUSTAKA ..................................................................... 14
2.1. Parenting Stress: Tantangan Bagi Ibu ...................................... 14
2.1.1. Peran Orang Tua Pada Anak 2-5 Tahun ............................ 14
2.1.2. Definisi Stres ....................................................................... 16
2.1.3. Definisi Parenting Stress .................................................... 17
2.1.4. Aspek-Aspek Parenting Stress ........................................... 19
2.1.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Parenting Stress ........ 21
2.1.6. Pengukuran Parenting Stress .............................................. 28
2.2. Tahap Perkembangan Anak 2-5 Tahun ................................... 30
x

2.2.1. Perkembangan Fisik Pada Masa Awal Anak-anak ............. 30
2.2.2. Perkembangan Kognitif Pada Masa Awal Anak-anak ........ 32
2.2.1.1. Tahap Pemikiran Pra Operasional Piaget ...................... 32
2.2.1.2. Perkembangan Bahasa .................................................. 33
2.2.2. Perkembangan Motorik Pada Masa Awal Anak-anak ........ 35
2.2.3. Perkembangan Emosi .......................................................... 36
2.3

Kepuasan Pernikahan .............................................................. 39

2.3.1. Definisi Kepuasan Pernikahan ............................................ 39
2.3.2. Dinamika Kepuasan Pernikahan ......................................... 40
2.3.3. Faktor faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pernikahan . 42
2.3.4. Pengukuran Kepuasan Pernikahan ...................................... 44
2.4. Kerangka Berpikir ................................................................... 45
2.5. Hipotesis.................................................................................. 48
BAB III

METODE PENELITIAN ................................................................. 51
3.1. Jenis Penelitian .......................................................................... 51
3.1.1. Pendekatan dan Metode Penelitian ..................................... 51
3.2. Variabel Penelitian .................................................................... 52
3.2.1. Idetifikasi Variabel ............................................................. 51
3.2.2. Definisi Operasional........................................................... 52
3.3. Pengambilan Sampel ................................................................ 53
3.3.1. Populasi dan Sampel ........................................................... 53
3.3.2. Karakteristik Sampel ........................................................... 53
3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel............................................... 54
3.4. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 54
3.4.1. Kuesioner Demografi .......................................................... 55
3.4.2. Alat Ukur Parenting Stress ................................................. 55
3.4.3. Alat Ukur Kepuasan Pernikahan ......................................... 56
3.5. Uji Alat Ukur .......................................................................... 58
xi

3.5.1. Pengujian Validitas Konstruk ............................................. 58
3.5.2. Uji Validitas Konstruk ........................................................ 60
3.5.2.1. Uji Validitas Konstruk Parenting Stress ....................... 60
3.5.2.2. Uji Validitas Konstruk Kepuasan Pernikahan............... 67
3.6. Prosedur Penelitian.................................................................... 74
3.6.1. Tahap Persiapan Alat Ukur ................................................. 74
3.6.1.1. Alat Ukur Parenting Stress ........................................... 74
3.6.1.2. Alat Ukur Kepuasan Pernikahan ................................... 75
3.6.2. Tahap Penyusunan Alat Ukur ............................................. 76
3.6.3. Tahap Pelaksanaan .............................................................. 77
3.7. Taknik Analisis Data ................................................................. 78
BAB IV

HASIL PENELITIAN...................................................................... 80
4.1. Analisis Deskriptif .................................................................. 80
4.1.1. Gambaran Umum Responden ............................................. 80
4.1.2. Deskriptif Data Penelitian .................................................. 84
4.2. Uji Hipotesis ........................................................................... 86
4.2.1. Analisis Regresi Variabel Penelitian................................... 86
4.2.2. Uji Variabel Pekerjaan ........................................................ 93
4.2.3. Pengujian Kontribusi Varian IV terhadap DV .................... 93

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ...................................... 97
5.1. Kesimpulan ............................................................................. 97
5.2. Diskusi .................................................................................... 99
5.3. Saran...................................................................................... 106
5.3.1. Saran Metodelogis ..................................................... 107
5.3.2. Saran Praktis ............................................................. 108

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 109
LAMPIRA

xii

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Delapan Siklus Kehidupan Keluarga ................................................... 40
Tabel 3.1 Penjelasan Aspek dan Indikator skala Parenting Stress ....................... 56
Tabel 3.2 Penjelasan Aspek dan item skala kepuasan pernikahan (DAS) ............ 57
Tabel 3.3. Muatan Faktor Item Parenting Stress (The Parent Distress) .............. 61
Tabel 3.4. Matriks Korelasi antar Kesalahan Pengukuran dari item Parenting Stress
(The Parent Distress) ................................................................................ 62
Tabel 3.5. Muatan Faktor Item Parenting Stress (The Parent-Child Dysfunctional
Interaction)................................................................................................ 63
Tabel 3.6. Muatan Faktor Item Parenting Stress (The Difficult Child) ................ 65
Tabel 3.7. Muatan Faktor Item Kepuasan Pernikahan (Consensus) ..................... 67
Tabel 3.8. Muatan Faktor Item Kepuasan Pernikahan (Cohension) ..................... 68
Tabel 3.9. Muatan Faktor Item Kepuasan Pernikahan (Expresion of Affection) .. 70
Tabel 3.10. Muatan Faktor Item Kepuasan Pernikahan (Satisfaction) ................. 72
Tabel 4.1. Karakteristik Subjek berdasarkan Demografi ...................................... 80
Tabel 4.2. Kategorisasi Skor Parenting Stress dan Kepuasan Pernikahan ........... 84
Tabel 4.3. Tabel Koefisien Regresi ....................................................................... 87
Tabel 4.4. Kontribusi Varian IV terhadap DV ...................................................... 93

xiii

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Theorized path of influence regarding the determinants of parenting
behavior................................................................................................................. 22
Gambar 2.2 Kurva Kepuasan Pernikahan ............................................................. 41
Gambar 2.3. Kerangka Berpikir ........................................................................... 48

xiv

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A1: Kuesioner try out ............................................................................ 1
Lampiran A1: Hasil Try out .................................................................................. 11
Lampiran A2: Kuesioner ....................................................................................... 17
Lampiran B1: Hasil Analisis Faktor Konfirmatorik (Parenting Stress ................ 27
Lampiran B2: Analisis Faktor Konfirmatorik (Kepuasan pernikahan)................. 30
Lampiran C: Deskripsi Hasil Penelitian Statistik Skor Sampel Penelitian Parenting
Stress dan Kepuasan Pernikahan........................................................................... 34
Lampiran D: Hasil Statistik Uji Hipotesis………………………………………35

xv

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistematika penelitian.

1.1 Latar Belakang
Permasalahan para orang tua sangat beraneka ragam bentuknya, misalnya orang
tua yang memiliki anak kecil terkadang merasa kesulitan dalam mengatur jadwal
makan atau tidur, dan merasa khawatir dengan perkembangan anak-anaknya baik
secara fisik, intelektual maupun psikis. Santrock (1995), mengungkapkan kegiatan
mengasuh anak memiliki peranan penting dalam perkembangan anak. Mengamati
media massa yang marak dewasa ini, terlihat banyak orang tua yang mengeluhkan
kesulitan mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Hal ini dibuktikan dengan
banyaknya artikel-artikel mengenai parenting, rubrik konseling parenting dan
konseling terbuka mengenai parenting dan permasalahannya melalui media
massa, seperti; majalah, koran, televisi, radio, dan internet. Hal ini menunjukkan
bahwa menjadi orang tua bukanlah pekerjaan yang mudah.
Menjadi orang tua merupakan masa transisi yang paling signifikan bagi
suami maupun istri (Walker, 2000), karena peran pasangan akan bertambah
setelah memiliki anak. Selain menjalankan peran individu sebagai suami atau istri,
mereka juga menjalankan peran sebagai ayah atau ibu terhadap anak-anaknya.
Mereka harus mengasuh, mendidik dan menjaga anak mereka, serta memikirkan
1

bagaimana perkembangan fisik dan mentalnya dari waktu ke waktu. Cameron,
Dobson & Day (1991, dalam Walker, 2000) mengungkapkan bahwa mengasuh
anak menimbulkan pengalaman yang menegangkan bagi orang tua, dan membuat
tuntutan emosional (Brooks, 2003; Santrock, 1995), sehingga tanggung jawab
mengasuh anak terkadang membuat stres orang tua atau parenting stress. Menurut
Abidin (1995, dalam Ahern, 2004) parenting stress merupakan kecemasan atau
ketegangan berlebihan yang secara khusus terkait dengan peran orang tua dan
interaksi orang tua dengan anak.
Parenting stress dalam mengasuh anak menimbulkan kesulitan tersendiri
bagi para orang tua khususnya ibu (Gunarsa, 2006). Beberapa penelitian
membuktikan bahwa parenting stress lebih sering dialami oleh ibu dibandingkan
oleh ayah. Misalnya, Kumi dkk (2003), dalam penelitian di Jepang dengan sampel
316 pasang yang memiliki anak berusia 18 bulan, menemukan parenting stress
lebih tinggi terjadi pada ibu dibandingkan ayah. Hal ini juga sejalan dengan hasil
penelitian Shin dkk (2006), yang menyatakan bahwa ibu yang memiliki anak kecil
dengan keterlambatan kognitif mengalami lebih stres daripada ayah. Ibu dianggap
lebih rentan terhadap parenting stress, karena secara tradisional pengasuhan dan
membesarkan anak lebih banyak dilakukan oleh ibu dibandingkan oleh ayah.
Parenting stress dapat mempengaruhi perilaku ibu dalam pengasuhan
(Gunarsa, 2006). Kondisi ibu yang mengalami parenting stress akan mengalami
gangguan dalam proses pengasuhan karena pengalaman menjadi seorang ibu
dalam mengasuh anaknya memunculkan reaksi-reaksi psikologis yang positif
maupun negatif yang mendalam. Misalnya, orang tua yang merasa letih karena
2

menghadapi kebutuhan keluarga yang tidak ada habisnya, terutama yang berkaitan
dengan anak dapat kehilangan antusiasme mereka dalam mengasuh (Brooks,
1991). Sehingga, terkadang ibu menggunakan ancaman, memperlakukan anak
dengan kata-kata kasar, menanamkan disiplin pada diri anak dengan melakukan
tindak kekerasan pada anak.
Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengungkapkan
sebanyak 70 persen kekerasan terhadap anak dilakukan oleh perempuan, seperti
ibu kandung, ibu angkat, ibu guru, nenek, dan tante (Kompas, 2010). Data KPAI
menunjukkan hingga September 2010 angka kekerasan terhadap anak di wilayah
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi mencapai 2.044 bila dibanding
tahun 2009 yang mencapai 1.998 (Kompas, 2010). Selain itu ada juga berita
mengenai seorang ibu bunuh diri yang menyertakan

anak-anaknya (Media

Indonesia, 2010).
Fenomena kekerasan pada anak tersebut merupakan dampak dari
parenting stress, yang mana sejalan dengan penelitian Crouch & Behl (2001);
Holden & Banez (1996); Rodriguez & Green (1997), yang menunjukkan bahwa
ada hubungan antara parenting stress dengan penganiayaan anak, dan variasi yang
ekstrem dalam tingkah laku pengasuhan yang dapat merugikan dirinya sendiri dan
merugikan orang lain (dalam Ahern, 2004). Sehingga hal ini perlu untuk dicermati
dengan lebih seksama, karena jika sikap dan perilaku ibu menjadi negatif terhadap
anak, maka besar kemungkinan akan timbul berbagai permasalahan yang cukup
serius pada diri anak (Gunarsa, 2006).
3

Selain itu, menurut Abidin (1992), pekerjaan dapat mempengaruhi
parenting stress. Yoon, Hwang, & Cho (2009); Chung & Choi (2008),
menemukan dalam penelitiannya bahwa level parenting stress lebih tinggi pada
ibu yang tidak bekerja dibandingkan pada ibu yang bekerja, dan ibu yang bekerja
tidak berhubungan dengan parenting stress. Namun, Rini (2002), mengungkapkan
para ibu yang bekerja mengalami masalah pengasuhan terhadap anak mereka,
terutama bagi ibu yang memiliki anak kecil atau balita. Dengan adanya dua
pernyataan yang berbeda diatas, maka peneliti merasa penting untuk
membuktikan jenis pekerjaan yang sebenarnya mempengaruhi parenting stress.
Usia anak merupakan faktor penting dalam proses parenting karena
mempengaruhi pengasuhan anak dan harapan orang tua (Martin & Colbert, 1997).
Scharlach (2001) menemukan orang tua dengan anak-anak dibawah usia enam
tahun lebih cenderung memiliki tingkat stres yang lebih tinggi sehubungan dengan
peran mereka sebagai orang tua (Hess, 2008). Williford, Calkins, & Kean (2006)
juga mengungkapkan bahwa tuntutan mengasuh anak kecil secara signifikan
membuat stres hampir pada semua orang tua. Bahkan, Brooks (2003)
mengungkapkan perkembangan anak pada tahun kedua sampai lima tahun dapat
membawa frustasi bagi orang tua. Hal ini disebabkan sebagian besar orang tua
menganggap usia dua hingga lima tahun sebagai usia yang mengundang masalah
atau usia sulit (Hurlock, 1996).
Karakteristik anak usia dua sampai lima tahun memiliki kekhasan
tersendiri seperti temperamen dan regulasi emosi dimana dapat menimbulkan
parenting stress ((Moffitt & Caspi, dalam Williford, Calkins, & Kean, 2006).
4

Selain itu, para ahli nutrisi dan ahli perkembangan anak menyebut rentang usia 2
– 5 tahun adalah masa kritis (masa penting). Pada rentang tahun inilah pondasi
kehidupan anak diletakan. Jika asupan gizinya buruk, bisa dipastikan sang anak
anak mengalami perkembangan yang tidak maksimal atau bahkan mengalami
kelainan dalam perkembangannya. Kelainan dalam perkembangan ini bisa
meliputi rendahnya kecerdasan, daya tahan tubuh, dan lain-lain (YSKI, 2008). Hal
ini menyebabkan para orang tua merasa cemas dengan perkembangan anaknya di
masa awal anak-anak.
Hurlock (1996) menjelaskan anak-anak pada usia dua sampai lima tahun
sering terjadi masalah perilaku yang lebih menyulitkan daripada masalah
perawatan fisik masa bayi. Karena anak-anak sedang dalam proses pengembangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan yang pada umumnya kurang
berhasil. Sehingga, anak-anak seringkali terlihat bandel, keras kepala, tidak
menurut, melawan dan seringkali marah tanpa alasan.
Selain itu, masa ini keterampilan-keterampilan motorik kasar dan halus
pada anak yang berusia dua sampai lima tahun sedang berkembang pesat
(Santrock, 1995), sehingga anak-anak menjadi lebih berani, sangat aktif daripada
usia mana pun pada siklus kehidupan (Santrock, 1995). Misalnya, anak suka
berlari-lari, berjingkrak-jingkrak, mengacak-acak apa saja yang ada dirumah,
menanyakan banyak hal apa yang mereka lihat dan dengar. Karena berbagai
masalah tersebut, maka bagi orang tua pada umumnya usia dua sampai lima tahun
tampaknya merupakan usia yang kurang menarik dibandingkan masa bayi
5

(Hurlock, 1996). Sehingga ibu perlu diberi pengetahuan tentang perkembangan
anak, karena setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Selain karekteristik anak yang harus dipahami orang tua, ternyata orang
tua dengan usia anak dua sampai lima tahun menghadapi tugas baru, seperti;
responsive memberikan perasaan aman bagi anak, menyimbangkan penerimaan
individualitas anak dengan mengontrol perilakunya, memberikan stimulasi
pengalaman dengan mainan dan orang-orang, membantu anak-anak menghadapi
perubahan sehingga mereka merasa sukses, menjabat sebagai pelatih untuk
mendorong kompetensi anak dalam meningkatkan kontrol diri dan hubungan
sosial, membantu anak untuk mematuhi aturan-aturan diluar rumah, menyediakan
persahabatan dan bermain (Brooks, 2003). Banyaknya beban yang dirasakan ibu
sebagai figure terdekat anak dalam pengasuhan dapat menyebabkan parenting
stress, sehingga ibu membutuhkan dukungan emosional dari pasangannya.
Bronfenbrenner (1986, dalam Luster & Okagaki, 2005) menjelaskan
bahwa ibu yang merasa mendapat dukungan dari pasangan mereka cenderung
memiliki kepuasan pernikahan yang tinggi dan memiliki sikap positif dalam
parenting. Hal ini sejalan dengan pendapat Brooks (2003) bahwa ketika ibu dan
ayah saling mendukung satu sama lain, maka kompetensi mereka sebagai orang
tua meningkat dan interaksi dengan anak menjadi efektif. Bahkan, orang tua yang
merasa bahagia dengan pasangan mereka satu sama lain, menjadi lebih banyak
tersenyum dan bermain dengan anak-anak mereka. Sebaliknya, konflik dalam
hubungan pernikahan dapat menyebabkan stres pada orang tua, yang akan
berpengaruh terhadap anak (Brooks, 2003). Bahkan, kepuasan pernikahan yang
6

rendah dapat menjadi stressor bagi orang tua yang bisa berdampak terhadap
perkembangan anak. Sebagai contoh, jika timbul pertengkaran di antara kedua
orang tua anak, pertengkaran tersebut dapat menimbulkan stres bagi anak. Apabila
anak mengalami stres, ia mungkin menunjukkan gangguan perilaku. Akibatnya,
ibu mengalami tantangan yang lebih besar dalam mengasuh anak.
Kepuasan pernikahan dapat dianggap sebagai faktor protektif untuk
meringankan parenting stress (Yi Pik, 2007). Penelitian di Hongkong menemukan
bahwa semakin tinggi kepuasan pernikahan maka semakin rendah parenting stress
(Yi Pik, 2007). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Hess (2008) bahwa
kepuasan pernikahan memiliki hubungan yang signifikan dengan parenting stress.
Bahkan Luster & Okagaki, (2005) menyatakan bahwa pernikahan yang harmonis
cenderung berhubungan dengan pengasuhan yang efektif, sedangkan pernikahan
yang bermasalah terkait dengan pengasuhan maladaptif. Crnic & Acevedo
mengungkapkan bahwa kepuasan perkawinan yang rendah telah dikaitkan dengan
parenting stress yang tinggi pada laki-laki dan perempuan (dalam Yi pik, 2007).
Ada beberapa karakteristik keluarga lainnya yang dianggap memiliki
pengaruh terhadap parenting stress seperti usia orang tua, jumlah anak dirumah
dan lama pernikahan (Walker, 2000). Holdsworth, dkk (dalam Larson, 2004)
mengungkapkan bahwa ibu remaja secara proposi mengalami parenting stress
lebih tinggi dibanding ibu dewasa. Kemudian Kelly (dalam Larson, 2004)
menemukan tambahan anak dalam keluarga telah berhubungan dengan parenting
stress yang lebih besar. Hal ini sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Lavee,
Sharlin, & Katz, (1996) yang menemukan parenting stress yang dialami oleh ayah
7

dan ibu dipengaruhi oleh jumlah anak. Terkait dengan lama pernikahan Baker
(1994) menemukan bahwa orang tua dengan hubungan pernikahan yang lebih
lama mengalami penurunan parenting stress secara signifikan. Artinya semakin
lama pernikahan yang dijalani ibu, maka semakin rendah parenting stress yng
dialami ibu. Hal ini mungkin diduga ibu telah melakukan penyesuaian diri
terhadap perannya sebagai orang tua.
Selain itu, ada variabel lain yang mempengaruhi parenting stress seperti
status ekonomi dan pendidikan. Chung & Choi (2008) dalam penelitiannya
menemukan bahwa semakin tinggi pendidikan ibu maka parenting stress semakin
berkurang. Shin, dkk (2006) dalam penelitiannya di Vietnam menemukan bahwa
orang tua dengan status ekonomi yang rendah mengalami parenting stress yang
tinggi. Hal ini juga sejalan dengan studi yang dilakukan oleh Lavee, Sharlin, &
Katz, (1996) yang menemukan parenting stress yang dialami oleh ayah dan ibu
dipengaruhi oleh kesulitan ekonomi.
Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan dalam mengasuh anak,
tidak jarang para ibu menjadi tertekan dan stres karena perilaku anak yang sulit
diatur dan ketidaktahuan orang tua terhadap perkembangan anak-anaknya. Stres
dalam rumah tangga terutama akibat mengasuh anak dapat dipengaruhi oleh
kepuasan pernikahan, jumlah anak, lama pernikahan, usia ibu, pendidikan dan
status ekonomi. Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui “Pengaruh Kepuasan
Pernikahan Terhadap Parenting Stress Pada Ibu Yang Memiliki Anak Usia 2
– 5 Tahun”.
8

1.2 Pembatasan masalah
a.

Abidin (1995, Ahern, 2004) mendefinisikan Parenting stress sebagai
kecemasan dan ketegangan yang melampaui batas dan secara khusus
berhubungan dengan peran orangtua dan interaksi antara orangtua dengan
anak.

b.

Spanier dan Cole (dalam Schumm, dkk, 1986) mendefinisikan kepuasan
pernikahan sebagai evaluasi subjektif mengenai perasaan seseorang atas
pasangannya,

atas

perkawinannya

dan

atas

hubungannya

dengan

pasangannya.
1.3 Rumusan Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah;
1. Bagaimana pengaruh kepuasan pernikahan yang terdiri dari satisfaction
(kepuasan), consensus (kesepakatan), cohension (kedekatan hubungan),
expression of affection (ungkapan kasih sayang) terhadap parenting stress
pada ibu dengan anak usia 2-5 tahun?
2. Bagaimana pengaruh kepuasan pernikahan yang terdiri dari satisfaction
(kepuasan), consensus (kesepakatan), cohension (kedekatan hubungan),
expression of affection (ungkapan kasih sayang), dan faktor lainnya seperti;
usia ibu, lama pernikahan, jumlah anak, pendidikan, status ekonomi terhadap
parenting stress pada ibu dengan anak usia 2-5 tahun?

9

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah dibagi dua yaitu umum dan khusus.
a. Tujuan Umum
Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur seberapa besar
pengaruh kepuasan pernikahan terhadap parenting stress pada ibu yang
memiliki anak usia 2-5 tahun.
b. Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan
yang ada dalam penelitian, yaitu;
1.

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh aspek kepuasan pernikahan
satisfaction terhadap parenting stress pada ibu dengan anak usia 2-5
tahun.

2.

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh aspek kepuasan pernikahan
consensus terhadap parenting stress pada ibu dengan anak usia 2-5 tahun.

3.

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh aspek kepuasan pernikahan
cohension terhadap parenting stress pada ibu dengan anak usia 2-5 tahun.

4.

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh aspek kepuasan pernikahan
expression of affectional terhadap parenting stress pada ibu dengan anak
usia 2-5 tahun.

5.

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh usia ibu terhadap parenting
stress pada ibu dengan anak usia 2-5 tahun.

10

6.

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh lama pernikahan terhadap
parenting stress pada ibu dengan anak usia 2-5 tahun.

7.

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh jumlah anak terhadap
parenting stress pada ibu dengan anak usia 2-5 tahun.

8.

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh pendidikan ibu terhadap
parenting stress pada ibu dengan anak usia 2-5 tahun.

9.

Untuk mengukur seberapa besar pengaruh status ekonomi terhadap
parenting stress pada ibu dengan anak usia 2-5 tahun.

10. Untuk mengukur seberapa besar pengaruh pekerjaan ibu terhadap
parenting stress pada ibu dengan anak usia 2-5 tahun.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun praktis, seperti:
1. Secara teoritis
Penelitian tentang pengaruh kepuasan pernikahan terhadap parenting stress ini
akan memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu psikologi,
khususnya psikologi perkembangan, psikologi klinis dan psikologi sosial serta
cabang ilmu psikologi lainnya yaitu psikologi keluarga.
2. Secara Praktis
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan akan membantu dan memberikan
informasi kepada orang tua khususnya ibu agar dapat memperhatikan
stressor yang mengakibatkan parenting stress dalam mengasuh anak.
11

Selain itu, di harapkan para orang tua khususnya ibu dapat meningkatkan
kualitas pernikahan mereka, sehingga ibu memiliki sikap positif dalam
mengasuh anak.
b. Dengan adanya penelitian ini, bisa menjadi dasar bagi para praktisipraktisi terkait untuk memberikan penyuluhan ataupun seminar kecil
mengenai parenting, khususnya parenting pada balita.
1.5 Sistematika Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa bahasan seperti yang akan digambarkan
berikut ini :
BAB I

: Pendahuluan
Berisi latar belakang mengapa perlu dilakukan penelitian parenting
stress, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian dan sistematika penelitian.

BAB II : Kajian pustaka
Di dalam bab ini akan dibahas mengenai teori parenting stress, tahapan
perkembangan anak 2-5 tahun, kepuasan pernikahan, kerangka berpikir,
dan hipotesis.
BAB III : Metode penelitian
Bab ini meliputi; jenis penelitian, variabel Penelitian, Partisipan
Penelitian, metode Pengumpulan data, Alat Ukur Penelitian, Uji alat
ukur Penelitian, Prosedur Penelitian, dan Teknik Analisis data.
BAB IV

: Hasil Analisis
12

Dalam bab ini peneliti akan membahas mengenai hasil penelitian yang
meliputi; analisis deskriptif yang terdiri dari gambaran umum
responden dan deskripsi data penelitian, uji hopotesis.
BAB V

: Kesimpulan, Diskusi dan Saran
Pada bab ini, peneliti akan merangkum keseluruhan isi penelitian dan
meyimpulkan hasil penelitian. Dalam bab ini juga akan dimuat diskusi
dan saran.

13

BAB II
TINJUAN PUSTAKA
Pada bab dua ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian. Seperti teori tentang parenting stress, tahapan perkembangan anak 2-5
tahun, kepuasan pernikahan dan kerangka pikir penelitian serta hipotesis
penelitian.
2.1. Parenting Stress: Tantangan Bagi Ibu
2.1.1 Peran Orang tua pada Anak Usia 2-5 Tahun
Kewajiban sebagai orang tua secara umum diungkapkan Brooks (1991),
dimana dalam mengasuh anak orang tua berkewajiban untuk memelihara,
melindungi,

dan

mengarahkan

anak

dalam

berkembang.

Mereka

juga

berkewajiban memberikan kehangatan, membangun hubungan emosional dengan
anak dan menyediakan kesempatan untuk perkembangan kompetensi dan jati diri
anak. Selain itu, orang tua harus mampu mengkombinasikan kehangatan dan
dorongan yang kuat tanpa menampilkan kontrol dan disiplin yang keras. Mereka
harus memberikan penjelasan mengenai berbagai peraturan dalam keluarga dan
konkuensi jika peraturan dilanggar (Bird & Melville, 1994).
Orang tua dengan anak usia dua sampai lima tahun memiliki tugas
pengasuhan sebagai berikut (Brooks, 2003);
1. Responsive memberikan perasaan aman bagi anak.

14

2.

Menyimbangkan penerimaan individualitas anak dengan mengontrol
perilakunya.

3.

Memberikan stimulasi pengalaman dengan mainan dan orang-orang.

4. Membantu anak-anak menghadapi perubahan sehingga mereka merasa
sukses.
5. Menjabat sebagai pelatih untuk mendorong kompetensi anak dalam
meningkatkan kontrol diri dan hubungan sosial.
6. Membantu anak untuk menyesuaikan diri dengan aturan di luar rumah.
7. Menyediakan persahabatan dan bermain.
Brooks (2003) mengungkapkan bahwa tahun dua sampai lima dapat
membawa frustrasi bagi orangtua, karena anak berada dalam rutinitas seharihari seperti tidur, makan, dan sebagainya. Masalah dirumah dapat menyebabkan
masalah bagi anak di sekolah atau ditempat penitipan. Bagian ini menekankan
cara-cara untuk membantu anak-anak dalam mempertahankan self-regulation
melalui jumlah tidur yang optimal, mengelola emosi dan aktivitas tinggi serta
mengurangi persaingan saudara, agresivitas, inhibisi sosial.
Menurut UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak pasal
26 menyebutkan bahwa kewajiban dan tanggung jawab keluarga dan orang tua
adalah Orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk : a). Mengasuh,
memelihara, mendidik, dan melindungi anak; b). Menumbuhkembangkan anak
sesuai dengan kemampuan, bakat, dan minatnya; dan c). Mencegah terjadinya
perkawinan pada usia anak-anak.

15

Penyelenggaraan

perlindungan

anak

berasaskan

Pancasila

dan

berlandaskan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
serta prinsip-prinsip dasar Konvensi Hak-Hak Anak meliputi :
a. Non diskriminasi;
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak;
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan
d. Penghargaan terhadap pendapat anak.

2.1.2. Definisi Stres
Lazarus dan Folkman (1984) mendefinisikan stres sebagai hubungan
antara seseorang dengan lingkungannya yang dinilainya membebani atau
melampaui sumber yang ia miliki dan membahayakan kesejahteraannya. Baum
(1990, dalam Taylor, 2009) menjelaskan bahwa stres adalah pengalaman emosi
negatif yang disertai oleh perubahan biokimia, psikologis, kognitif dan tingkah
laku yang diarahkan untuk mengubah peristiwa yang menimbulkan stres atau
menyesuaikan diri terhadap efek yang ditimbulkannya.
Sementara Santrock (1995) mendefinisikan stres adalah respon individu
terhadap keadaan-keadaan dan peristiwa-peristiwa (disebut “stressor”) yang
mengancam individu dan mengurangi kemampuan individu dalam mengatasi
segala bentuk stressor.
Menurut Bird & Melville (1994), stres muncul karena adanya peristiwa
hidup tertentu dan penderitaan yang menetap. Beberapa peristiwa hidup dianggap

16

menimbulkan stres karena membutuhkan perubahan rutinitas dari kehidupan
sehari-hari, seperti pernikahan, kelahiran anak, pensiun kerja dan perceraian.
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa stres
adalah hubungan seseorang dengan lingkungannya yang dinilai membebani atau
beberapa peristiwa hidup yang dianggap menimbulkan stres karena membutuhkan
perubahan rutinitas dari kehidupan sehari-hari, disertai oleh perubahan biokimia,
psikologis, kognitif dan tingkah laku untuk menyesuaikan diri terhadap efek yang
ditimbulkannya.
2.1.3. Definisi Parenting Stress
Parenting adalah sebuah proses yang merujuk pada serangkaian aksi dan
interaksi yang dilakukan orang tua untuk mendukung perkembangan anak
(Brooks, 2003). Crnic & Greenberg (dalam Mahoney, 2009) menggambarkan
kerumitan dalam pengasuhan sehari-hari sebagai salah satu yang berfokus pada
pengalaman aktivitas-aktivitas orang tua yang biasanya dalam sehari-hari dengan
anak mereka. Kerumitan sehari-hari inilah yang mungkin mendukung perenting
stress selama ini seperti perilaku-perilaku anak yang membuat kejengkelan terus
menerus dan ketidakpuasan bagi orang tua.
Abidin

mendefinisikan

parenting

stress

sebagai

kecemasan

dan

ketegangan yang melampaui batas dan secara khusus berhubungan dengan peran
orang tua dan interaksi antara orang tua dengan anak (dalam Ahern, 2004). Model
parenting stress Abidin (1995, dalam Ahern, 2004) memberikan perumpamaan
bahwa stres mendorong kearah tidak berfungsinya pengasuhan orang tua sehingga

17

menimbulkan ketidaksesuaian respon orang tua dalam menanggapi konflik
dengan anak-anak mereka.
Brannan & Heflinger (2001) menyebutkan parenting stress memiliki
kekhasan sendiri yaitu meliputi; (1) kondisi anak (termasuk perilaku anak yang
menyimpang), (2) kondisi kehidupan menyeluruh yang menimbulkan stres, (3)
dukungan sosial, (4) fungsi keluarga, dan (5) sumber material. Oleh sebab itu,
seorang ibu harus siap menghadapi kelima kekhasan parenting stress tersebut
dalam memberikan pengasuhan kepada anak (Gunarsa, 2006).
Deater (2004) melaporkan bahwa parenting stress ringkasnya dapat
didefinisikan sebagai seperangkat proses yang menyebabkan reaksi permusuhan
psikologis dan fisiologis yang timbul dari upaya untuk beradaptasi dengan
tuntutan orang tua. Hal ini sering dialami sebagai perasaan negatif dan keyakinan
terhadap diri dan anak. Menurut definisi, ini perasaan negatif, yang timbul secara
langsung dari peran orang tua.
Sementara itu, Cooper, dkk (2009) mengatakan bahwa parenting stress
umumnya mengacu pada suatu kondisi atau perasaan yang dialami orang tua
ketika mereka merasakan tuntutan pengasuhan yang berhubungan dengan pribadi
dan sumber daya sosial yang ada untuk memenuhi permintaan tersebut.
Berdasarkan beberapa definisi parenting stress di atas dapat disimpulkan
bahwa parenting stress adalah kecemasan dan ketegangan yang melampaui batas
dan secara khusus berhubungan dengan peran orang tua dan interaksi antara orang
tua dengan anak, yang menyebabkan reaksi permusuhan psikologis dan fisiologis
yang timbul dari upaya untuk beradaptasi dengan tuntutan orang tua.
18

2.1.4. Aspek-Aspek Parenting Stress
Abidin (1976) melakukan upaya pertama untuk mengembangkan sebuah
model yang menggabungkan berbagai variabel yang diyakini menjadi dasar untuk
peran pengasuhan (Abidin, 1992). Komponen tersebut adalah sebagai berikut:
A.

Parent Domain
Parent domain merupakan subskala yang menilai dimensi fungsi orangtua
yang mungkin merupakan sumber stres untuk orang tua. Parent domain
terdiri dari:
1. Depression, munculnya perasaan depresi.
2. Attachment, orang tua merasa tidak memiliki kedekatan emosional
dengan anaknya.
3. Restrictions of role, pengalaman orang tua dalam peran orang tua
membatasi kebebasan mereka.
4. Sense of competence, kurangnya pengetahuan tentang perkembangan
anak dan terbatasnya kemampuan mengatur anak.
5. Social isolation, merasa terisolasi dari keluarga dan dukungan sosial
lainnya.
6. Relationship with spouse, kurangnya dukungan emosional pasangan
dalam mengatur anak.
7. Parent health, terjadi kemunduran kesehatan pada orang tua.

19

B.

Child Domain
Child domain merupakan subskala yang mengukur perilaku anak yang
mana dianggap sulit bagi orang tua dalam melakukan peran mereka sebagai
orangtua. Child domain terdiri dari;
1. Adaptability, ketidakmampuan anak untuk beradaptasi dengan
perubahan dalam lingkungan fisik atau sosial.
2. Acceptability, hal ini menunjukkan ketidaksesuaian karakteristik anak
baik secara fisik, intelektual, emosional dengan harapan orang tua.
3. Demandingness, pengalaman orang tua menempatkan anak sebagai
banyak tuntutan pada mereka.
4. Mood, kinerja afektif anak menunjukkan bukti disfungsi.
5. Distractibility/hyperactivity, perilaku yang kurang perhatian, seperti
overreaction, gangguan atau perhatian jangka pendek.
6. Reinforces parent, anak tidak dianggap sebagai sumber penguatan
positif.
Model stres digunakan sebagai pusat pembangunan stres yang mengarah

ke disfungsional orangtua (Abidin, 1992). Pada saat itu, Abidin percaya bahwa
tingkat stres yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan disfungsional parenting.
2.1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Parenting Stress
Dalam model Abidin (1992) mengungkapkan banyak variabel yang
memberikan kontribusi terhadap parenting stress, diantara karakteristik orang tua
sendiri, karakteristik anak-anak mereka, karakteristik lingkungan di mana mereka
20

hidup dan bekerja, kerepotan sehari-hari dalam mengasuh anak yang dihadapi
orang tua, hubungan perkawinan mereka dan terjadinya peristiwa besar dalam
hidup.
Variabel-variabel berdasarkan model Abidin (1992) mempengaruhi
kemampuan orangtua terhadap kondisi parenting yang dihadapi. Variabel
parenting role (berkaitan dengan peran orang tua) dalam model ini
menggambarkan keyakinan dan ekspektasi diri untuk menjadi pengarah atau
penahan dari pengaruh stresor terkecil lainnya. Setiap orang tua dianggap
memiliki suatu model kerja internal dari dirinya sendiri sebagai orang tua. Melalui
model kerja self-as-parent (misalnya parenting role). Model kerja tersebut
terbentuk berdasarkan masa lalu masing-masing individu termasuk tujuan dari
dirinya atau harapan dalam dirinya terhadap orang lain. Melalui model tersebut
orang tua menilai kerugian atau keuntungan yang akan menjadi pertentangan
mereka dalam peran menjadi orang tua. Kemampuan orang tua menghargai
dirinya sendiri dalam berperan sebagai orang tua merupakan kunci untuk
mengetahui tingkatan stres pada orang tua berdasarkan pengalaman masingmasing.
Parenting stress merupakan hasil dari berbagai penilaian yang dilakukan
masing-masing orang tua dalam konteks komitmen mereka terhadap peran sebagai
orang tua. Secara konseptual, parenting stress dalam model ini dianggap sebagai
variabel motivasi yang memberikan energi dan mendorong orang tua untuk
memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk mendukung parenting mereka.

21

Adapun bentuk framework dari Abidin (Abidin, 1992) bisa dilihat pada gambar
2.1.
Gambar 2.1 Theorized path of influence regarding the determinants of
parenting behavior (Abidin. 1992)
Parenting
relevant
stressors

Appraisal
moderator

Motivational
arousal

resources

outcomes

Social
support

Parent
characteristic
work

Parenting
alliance

environment
Parenting
role
relevance

Marital
relationship
Daily hassles

Parenting
stress

Parenting
skill
competence

Parenting
behavior

Material
resource
Cognitive
coping

Life events

Child
character

Martin dan Colbert (1997) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

ristics

parenting diantaranya;
1.

Karakteristik Orang tua
a. Kepribadian

22

Ketika orang menjadi orang tua, mereka membawa kombinasi yang unik
dari sifat-sifat pribadi dan pengalaman.
b. Developmental History
Sejarah perkembangan orang tua, termasuk anak sendiri, mempengaruhi
perilaku orang tua. Transmisi antar generasi gaya pengasuhan dapat terjadi
baik sebagai akibat dari belajar langsung, atau karena hubungan awal
orang tua mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional orang tua.
c. Beliefs
Orang tua membawa ide-ide mereka sendiri tentang bagaimana anak-anak
berkembang, belajar, dan merasa dalam proses pengasuhan. Keyakinan ini
merupakan dasar kognitif untuk pengasuhan. Pengembangan ini mungkin
termasuk jadwal, ide tentang kepentingan relatif dari faktor keturunan dan
lingkungan, harapan tentang hubungan orang tua-anak dan pemikiran
tentang apakah mereka merupakan orang tua yang baik atau buruk.
Kepercayaan orang tua penting karena mereka mempengaruhi nilai-nilai
orang tua dan perilaku.
d. Pengetahuan
Orang tua memperoleh pengetahuan perkembangan anak melalui kelas,
buku, orang dewasa lainnya, dan pengalaman dengan anak-anak.
Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dewasa dengan pengalaman
lebih, lebih baik dalam mengenali dan menafsirkan isyarat bayi, dan
bertindak tepat dalam pemecahan masalah.

23

2.

Karakteristik Anak
a. Temperament
Anak-anak lahir ke dunia dengan karakteristik yang berbeda dan gaya
interaksi yang unik. Temperamen, atau gaya perilaku, adalah variabel
penting yang mempengaruhi proses parenting. Seorang anak yang
menawan dan mudah beradaptasi akan mendapat pengasuhan yang
berbeda dari anak rewel dan kaku.
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin seorang anak akan mempengaruhi proses menjadi orang
tua, karena orang tua dan masyarakat memiliki harapan yang berbeda
untuk anak perempuan dan lak