Pola Pertumbuhan Remaja Usia 15 Sampai 20 Tahun Di Wilayah Bogor

POLA PERTUMBUHAN REMAJA USIA 15 SAMPAI 20 TAHUN
DI WILAYAH BOGOR

Oleh :

Hijrah Satria Eka Putra
G34101022

PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

ABSTRAK
HIJRAH SATRIA EKA PUTRA. Pola Pertumbuhan Remaja Usia 15 sampai 20 Tahun di Wilayah
Bogor. Dibimbing oleh BAMBANG SURYOBROTO dan R.R. DYAH PERWITASARI.
Pertumbuhan berlangsung secara terus menerus dari konsepsi, dalam kandungan, bayi, anakanak, remaja sampai dewasa. Deskripsi pola pertumbuhan remaja dapat digunakan sebagai
referensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola pertumbuhan berat badan, tinggi
badan, dan indeks masa tubuh remaja usia 15 sampai 20 tahun di Wilayah Bogor. Prosedur
antropometri dilakukan secara horizontal pada probandus dari SMPN 2, SMUN3, SMUN 4,
SMUN 8 Kotamadya Bogor, dan IPB dengan maksud memperoleh probandus dengan latar

belakang sosial ekonomi di atas rata-rata.
Pola pertumbuhan diperoleh berdasarkan persentil 50. Tinggi badan remaja laki-laki
mengalami pertumbuhan hingga usia 18 dan tidak mengalami pertumbuhan setelahnya. Tinggi
badan remaja perempuan sudah tidak mengalami pertumbuhan pada usia 18 tahun. Tinggi badan
maksimum remaja laki-laki sebesar 169.27 cm sedangkan tinggi badan maksimum remaja
perempuan pada sebesar 156.74 cm. Berat badan remaja laki-laki mengalami pertumbuhan hingga
usia 20 tahun sedangkan berat badan remaja perempuan sudah tidak mengalami pertumbuhan pada
usia 19 tahun. Berat badan maksimum remaja laki-laki sebesar 57.08 kg sedangkan berat badan
maksimum remaja perempuan sebesar 50.96 kg. Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja
perempuan mengalami sedikit peningkatan. Indeks massa tubuh maksimum remaja laki-laki dan
perempuan terjadi pada usia 20 tahun yaitu sebesar 20.25 kg/m2 untuk remaja laki-laki dan 20.47
kg/m2 untuk remaja perempuan.

ABSTRACT
HIJRAH SATRIA EKA PUTRA. Growth Pattern of Bogor Adolescence Aged 15 to 20.
Supervised by BAMBANG SURYOBROTO and R.R. DYAH PERWITASARI.
Growth continues from conception, pregnancy, baby, children, adolescence until adulthood.
Adolescence growth pattern description can be used as a reference. This research aims to
determine normal growth pattern of height, weight, and body mass index of Bogor adolescence
aged 15 to 20. Cross-sectional sampling were conducted to get probands from SMPN 2, SMUN 3,

SMUN 4, SMUN 8 Bogor City, and IPB in order to obtain probands with socioeconomic
background above average.
Growth pattern derives from 50th percentile. Male adolescence height grows until the age of
18 and ceases to grow afterwards. Female adolescence height ceases to grow at the age of 18 years
old. Maximum male adolescence height is 169.27 cm while maximum female height is 156.74 cm.
Male adolescence weight increases until the age of 20 while female adolescence ceases to grow at
the age of 19. Maximum male adolescence weight is 57.08 kg while maximum female weight is
50.96 kg. Body mass index of male and female adolescence increases slightly in rate. Body mass
index in male and female reaches maximum in the age of 20. That is equal to 20.25 kg/m2 for male
adolescence and 20.47 kg/m2 for female adolescence.

POLA PERTUMBUHAN REMAJA USIA 15 SAMPAI 20 TAHUN
DI WILAYAH BOGOR

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains
pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Pertanian Bogor


Oleh :
Hijrah Satria Eka Putra
G34101022

PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005

Judul

: POLA PERTUMBUHAN REMAJA USIA 15 SAMPAI 20 TAHUN DI
WILAYAH BOGOR
: Hijrah Satria Eka Putra
: G34101022

Nama
NRP

Menyetujui,


Pembimbing I

Dr. Bambang Suryobroto
NIP. 131 779 503

Pembimbing II

Dr. Ir. R.R. Dyah Perwitasari, M.Sc.
NIP. 131 916 787

Mengetahui,

Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S.
NIP. 131 473 999

Tanggal Lulus :


RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada 30 Mei 1984 sebagai anak pertama dari enam bersaudara
dari pasangan Amiruddin dan Arna Arga.
Lulus dari SMUN 112 Jakarta pada tahun 2001 dan diterima di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI IPB) di Fakultas MIPA, Departemen Biologi
pada tahun yang sama.
Penulis melakukan praktik lapang pada tahun 2004 mengenai Pemeliharaan Anoa Dataran
Rendah (Anoa depressicornis), Anoa Dataran Tinggi (Anoa quarlesi) serta Keturunannya di
Taman Margasatwa Ragunan Jakarta. Pengalaman sebagai asisten praktikum pernah dijalani
penulis untuk mata kuliah Biologi Dasar, Genetika Dasar, dan Ilmu Lingkungan pada tahun ajaran
2003/2004, Avertebrata pada tahun ajaran 2004/2005 serta Biologi Manusia pada tahun ajaran
2005/2006.

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga
karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Bambang Suryobroto dan Dr. Ir. R.R. Dyah
Perwitasari, M.Sc. atas bimbingan dan saran selama penelitian. Terima Kasih untuk Prof. Dr. Ir.
Alex Hartana, M.Sc. sebagai Wakil Komisi Pendidikan atas masukan dan kritiknya terhadap karya
ilmiah ini. Terima kasih pula penulis sampaikan pada Tities Puspita yang bersedia meluangkan

waktunya untuk berdiskusi dengan penulis pada awal penelitian.
Ucapan terima kasih ditujukan pada Kepala Sekolah, guru, dan siswa SMPN 2, SMUN 3,
SMUN 4, dan SMUN 8, Bogor serta mahasiswa IPB dan Kepala Laboratorium Biologi Dasar atas
izin dan bantuannya dalam penelitian ini. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada
Bapak Septian (SMPN 2), Ibu Ervita (SMUN 3), Bapak Karep (SMUN 4), Ibu Rani (SMUN 8),
Bapak Naryo dan Bapak Pepen atas fasilitas dan kemudahan yang diberikan selama penelitian.
Penulis berterima kasih pula pada Yuli, Anne S, Afif, Dolly, HIMABIO dan seluruh asisten
Biologi Dasar yang membantu saat pelaksanaan prosedur antropometri; teman-teman di
laboratorium Zoologi: Evi, Sulastri, Angga, Duti, Rusdi, Fitri, Anne N, Aries, Deris, Ae, Khrisna,
Ruly P, Cynthia, Yudit, Lucky, Ratna dan Suryo; Irwandi, Nana, Dewi, Vina, Pi’i, Lulu, Cynthia
M, warga DC-7, Bumi Panyileukan, Pondok Bima, dan Villa Merah atas persahabatannya selama
ini. Terima kasih kepada seluruh dosen dan laboran Laboratorium Zoologi untuk suasana
kekeluargaan yang penulis rasakan. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih pada Ayah,
Mama, seluruh keluarga, serta Rini Suhartini atas segala dukungan, perhatian, doa dan kasih
sayangnya.

Bogor, Oktober 2005

Hijrah Satria Eka Putra


DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................

vi

PENDAHULUAN.........................................................................................................

1

METODE
Probandus ...........................................................................................................

Prosedur Antropometri .......................................................................................
Analisis Data ......................................................................................................

1
2
2

HASIL
Tinggi Badan ......................................................................................................
Berat Badan ........................................................................................................
Indeks Massa Tubuh...........................................................................................

3
4
5

PEMBAHASAN
Pola pertumbuhan...............................................................................................
Tinggi badan.......................................................................................................
Berat badan.........................................................................................................

Indeks massa tubuh.............................................................................................
Perubahan bentuk dan komposisi tubuh remaja .................................................
Perbandingan antropometri remaja Bogor dan remaja Amerika Serikat ............

6
6
6
6
7
7

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan.............................................................................................................
Saran...................................................................................................................

7
7

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................


8

LAMPIRAN..................................................................................................................

9

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Asal wilayah probandus ...............................................................................................
2 Jumlah probandus berdasarkan pengeluaran keluarga per bulan untuk konsumsi
makanan ........................................................................................................................
3 Jumlah probandus per kelompok dan per jenis kelamin ...............................................

1
2
2

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1

2
3
4
5
6

Pola pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan .....................
Pola perbandingan pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan
Pola pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan ......................
Pola perbandingan pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan
Pola pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan .........
Pola perbandingan pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja
perempuan ...................................................................................................................

3
3
4
4
5
5

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1 Kuisioner penelitian (halaman depan) ...........................................................................
2 Kuisioner penelitian (halaman belakang) ......................................................................
3 Jumlah probandus yang dianalisis berdasarkan lokasi pengambilan data .....................
4 Contoh formulir data pribadi dan hasil pengukuran pada data-base Lotus Approach ...
5 Data persentil tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan .............................
6 Data persentil berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan ..............................
7 Data persentil indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan .................

10
11
12
13
14
15
16

PENDAHULUAN
Pertumbuhan berlangsung secara terus
menerus dari konsepsi, dalam kandungan,
bayi, anak-anak, remaja sampai dewasa.
Remaja merupakan periode pemantapan polapola dewasa. Remaja dimulai dengan
pubertas, yaitu kematangan gonad, dan terus
berlanjut sampai terjadi perubahan-perubahan
morfologi dan fisiologi pada masa dewasa.
Faktor yang berperan dalam pertumbuhan adalah faktor genetik dan lingkungan.
Ada banyak aspek yang tergolong dalam
faktor lingkungan antara lain konsumsi zat
gizi, pendidikan orang tua, iklim, penyakit
infeksi, sosial budaya, dan ekonomi. Selain itu
pertumbuhan juga dipengaruhi oleh kondisi
dan kesehatan ibu selama mengandung
(Riyadi 2001).
Antropometri dapat digunakan dalam
penilaian status gizi (Gibson 1993).
Antropometri yang dapat digunakan adalah
berat badan untuk memberi gambaran tentang
massa tubuh (otot dan lemak), tinggi badan
untuk menggambarkan keadaan pertumbuhan
skeletal dan indeks massa tubuh (Riyadi
2001).
Penelitian ini merupakan lanjutan
penelitian Puspita (2004) yang telah
melakukan pengukuran pertumbuhan berat
dan tinggi badan anak Bogor usia 5 sampai 15
tahun. Selain itu penelitian ini dilakukan
karena masih kurangnya penelitian serupa
yang berkaitan dengan remaja. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan berat dan tinggi badan remaja usia
15 sampai 20 tahun di wilayah Bogor.

METODE
Probandus
Probandus (orang yang diperiksa) pada
penelitian ini adalah remaja SMPN 2, SMUN
3, SMUN 4, SMUN 8 Kotamadya Bogor, dan
IPB yang dibesarkan dan bertempat tinggal di
wilayah Bogor. Probandus pada penelitian ini
diukur dengan prosedur antropometri yang
sama dengan penelitian Puspita (2004).
Probandus pada penelitian ini adalah remaja
yang berusia antara 15 sampai 20 tahun.
Seluruh probandus yang diperoleh berjumlah 609 orang, namun 13 orang tidak
disertakan dalam analisis selanjutnya karena
merupakan pencilan. Pencilan diketahui
berdasarkan posisi hasil pengukuran probandus yang berada jauh dari sebaran normal
atau di luar kelompok usia. Probandus yang

dianalisis sebanyak 596 orang yang terdiri
dari 320 orang remaja laki-laki dan 276 orang
remaja perempuan.
Probandus berasal dari 6 kecamatan di
Kotamadya Bogor dan 19 kecamatan di
Kabupaten Bogor. Jumlah probandus yang
dianalisis beserta asal wilayahnya terangkum
dalam Tabel 1.
Tabel 1 Asal wilayah probandus
Jumlah
Wilayah
Probandus
Kotamadya
Bogor
Bogor Utara
117
Bogor Selatan
61
Bogor Timur
43
Bogor Tengah
41
Bogor Barat
45
Tanah Sareal
62
Kabupaten
Bogor
Ciomas
47
Taman Sari
10
Sukaraja
31
Citeureup
10
Cileungsi Kidul
3
Cibinong
17
Gunung Putri
6
Ciawi
12
Cijeruk
14
Caringin
5
Dramaga
10
Babakan Madang
2
Kemang
1
Jonggol
1
Mega Mendung
2
Cibungbulang
1
Ciampea
5
Bojong Gede
7
Parung
3
Lainnya*
40
Jumlah
596
*Kecamatan tidak diketahui

Persentase
(%)

19.63
10.23
7.21
6.88
7.55
10.40

7.89
1.68
5.20
1.68
0.50
2.85
1.01
2.01
2.35
0.84
1.68
0.34
0.17
0.17
0.34
0.17
0.84
1.17
0.50
6.71
100

Agar diperoleh pola pertumbuhan normal
sebagai acuan maka data harus berasal dari
probandus yang sehat serta memperoleh
kondisi lingkungan yang sesuai agar dapat
tumbuh secara optimal. Probandus yang
dianalisis mempunyai latar belakang sosial
ekonomi di atas rata-rata. Hal ini diketahui
dari pengeluaran orang tua per bulan untuk

2

konsumsi makanan yang dapat diketahui
melalui formulir data pribadi pada kuisioner
penelitian (Lampiran 1). Pada penelitian ini,
pengeluaran rata-rata orang tua probandus per
bulan untuk konsumsi makanan terangkum
pada Tabel 2.
Tabel

2

Jumlah probandus berdasarkan
pengeluaran keluarga per bulan
untuk konsumsi makanan
Jumlah
Jumlah Pengeluaran
Probandus
n < Rp. 500.000
72
Rp. 500.000 < n < Rp. 750.000
143
170
Rp. 750.000 < n < Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000 < n < Rp.1.500.000
134
77
n > Rp. 1.500.000
Total
596

Indeks Massa Tubuh dihitung dari rasio
berat badan (kg) terhadap kuadrat tinggi
badan (m2). Indeks ini dapat digunakan untuk
menilai status gizi yang terlalu rendah atau
terlalu tinggi.
Hasil pengukuran antropometri dicatat
pada data hasil pengukuran yang terdapat
pada kuisioner penelitian (Lampiran 2).
Usia probandus dicatat sebagai usia
ketika pengukuran dan dimasukkan ke dalam
satu kelompok usia berdasarkan ulang tahun
terdekatnya. Dalam penelitian ini, kisaran
kelompok usia probandus adalah 15 sampai
20 tahun. Jumlah probandus per kelompok
usia dan per jenis kelamin terangkum pada
Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah probandus per kelompok dan
per jenis kelamin

Keterangan : n = jumlah pengeluaran keluarga per
bulan untuk konsumsi makanan.

Dari tabel tersebut dapat diketahui
banyak pengeluaran orang tua probandus per
bulan untuk konsumsi makanan melebihi
Rp. 750.000,00. Pengeluaran ini lebih besar
daripada upah minimum bagi Kota dan
Kabupaten Bogor yang digunakan sebagai
rata-rata. Merujuk pada Keputusan Gubernur
Jawa Barat Nomor 561/kep.1132/Bangsos/
2004 tentang penetapan Upah Minimum
Kabupaten/Kota di Jawa Barat Tahun 2005,
besar upah minimum Kota Bogor dan
Kabupaten Bogor sebesar Rp. 659.500,00 dan
Rp. 656.500,00.
Prosedur Antropometri
Prosedur antropometri dilakukan dengan
metode horizontal yang berarti pengukuran
hanya dilakukan satu saat pada sejumlah besar
probandus (Bogin 1999). Berat badan diukur
dengan menggunakan timbangan badan
berskala 0.5 kg. Probandus berdiri tanpa
bantuan di tengah timbangan, santai tetapi
tidak bergerak, dan pandangan lurus ke depan
(Gibson 1993). Pengukuran tinggi badan
menggunakan tongkat pengukur dan bidang
vertikal sebagai bidang proyeksi. Probandus
berdiri tegak, kaki rapat, lutut diluruskan,
tumit, bokong, dan bahu menyentuh bidang
vertikal, dan bidang Frankfurt berada dalam
posisi horizontal. Bidang Frankfurt adalah
garis khayal yang melintasi meatus auditory
dan puncak tulang pembentuk rongga mata
bagian bawah. Kemudian proyeksi puncak
kepala ke bidang vertikal ditandai. Tanda
tersebut diukur dengan tongkat pengukur
sebagai tinggi badan.

Jenis Kelamin
Kelompok
usia

Laki-laki

Perempuan

(tahun)

(orang)

(orang)

15

60

44

16

52

65

17

59

46

18

66

41

19

53

53

20

30

27

320

276

Jumlah

Rincian jumlah probandus berdasarkan
lokasi pengambilan data disajikan pada
Lampiran 3.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan
Februari 2005 hingga Juni 2005.
Analisis Data
Data dikumpulkan dalam sebuah database Lotus Approach (Lampiran 4). Data hasil
pengukuran, usia saat pengukuran, dan jenis
kelamin dipindahkan ke ASCII file untuk memudahkan analisis. Usia probandus dalam
satuan hari kemudian diubah menjadi usia
dalam satuan tahun.
Additivity and Variance Stabilitation for
Regression (AVAS) (Tibshirani 1988 &
Tango 1998) digunakan untuk menentukan
nilai-nilai persentil tinggi badan, berat badan,
dan indeks massa tubuh untuk setiap
kelompok usia. Persentil merupakan tingkatan
posisi seseorang pada distribusi referensi yang
diberikan, yang dijelaskan dengan nilai
seseorang sama atau lebih besar dari nilai

3

persentase kelompok populasi (Riyadi 2001).
Pola pertumbuhan diperoleh dengan cara
menghubungkan nilai setiap persentil dari
tahun ke tahun. Analisis data dilakukan di
Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi,
FMIPA, IPB dengan menggunakan program
R.

perempuan Bogor mengalami sedikit kenaikan
dari usia 15 hingga 16 tahun. Setelah itu tinggi
badan remaja perempuan Bogor mengalami
sedikit penurunan dan kenaikan.
Tinggi badan maksimum remaja laki-laki
dan remaja perempuan Bogor terjadi pada usia
18 tahun yaitu sebesar 169.27 cm pada remaja
laki-laki Bogor dan 156.74 cm pada remaja
perempuan Bogor.
Laju pertumbuhan tinggi badan remaja
laki-laki Bogor pada usia 16 dan 17 tahun
adalah sebesar 6.2 mm/tahun dan 4.2
mm/tahun. Pertumbuhan melambat sejak usia
16 tahun dan lajunya mendekati nol pada usia
18 tahun. Laju pertumbuhan tinggi badan
remaja perempuan Bogor sudah mencapai nol
pada usia 19 tahun sehingga pertumbuhan
tinggi badan pada remaja perempuan pada
usia ini telah berhenti.
Data keseluruhan nilai persentil tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan
Bogor terangkum pada Lampiran 5.

HASIL
Tinggi Badan Remaja Bogor
Pola pertumbuhan tinggi badan remaja
laki-laki dan remaja perempuan Bogor terdapat pada Gambar 1. Pola perbandingan
pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki
dan perempuan Bogor disajikan pada Gambar
2.
Tinggi badan remaja laki-laki Bogor pada
setiap usia lebih besar dibandingkan remaja
perempuan Bogor. Tinggi badan remaja lakilaki Bogor mengalami sedikit peningkatan
dari usia 15 hingga 18 tahun namun
mengalami sedikit penurunan pada usia 19
hingga 20 tahun. Tinggi badan remaja

200

.50
.25
.10
.05
.03
.023

.50
.25
.10
.05
.03
.023

170
150

160

Tinggi Badan (cm)

180
170
160
130

130

140

140

150

Tinggi Badan (cm)

.977
.97
.95
.90
.85
.75

180

190

.977
.97
.95
.90
.85
.75

Remaja Perempuan Bogor

190

200

Remaja Laki-laki Bogor

15

16

17

18

19

20

15

16

17

18

19

20

Umur (tahun)

Umur (tahun)

Gambar 1 Pola pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor.
200

Remaja Bogor

170
160
130

140

150

Tinggi Badan (cm)

180

190

.50 Laki-laki
.50 Perempuan

15

16

17

18

19

20

Umur (tahun)

Gambar 2 Pola perbandingan pertumbuhan tinggi badan remaja laki-laki dan remaja perempuan
Bogor.

4

remaja perempuan Bogor terjadi pada usia 19
kg yaitu sebesar 50.96 kg.
Laju pertumbuhan berat badan remaja
laki-laki Bogor sedikit meningkat hingga usia
17 tahun yaitu sebesar 1.2 kg/tahun dan
mengalami perlambatan mendekati nol setelahnya.
Laju pertumbuhan berat badan remaja
perempuan Bogor mencapai nol pada usia 16
tahun tetapi kembali terjadi sedikit peningkatan hingga usia 19 tahun sehingga
setelah usia ini sudah tidak terjadi pertumbuhan berat badan pada remaja perempuan Bogor.
Data keseluruhan nilai persentil berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan
Bogor terangkum pada Lampiran 6.

Berat Badan Remaja Bogor
Pola pertumbuhan berat badan remaja
laki-laki dan berat badan remaja perempuan
Bogor terdapat pada Gambar 3. Pola perbandingan pertumbuhan berat badan remaja
laki-laki dan perempuan Bogor disajikan pada
Gambar 4.
Berat badan remaja laki-laki Bogor pada
setiap usia lebih besar dibandingkan remaja
perempuan. Berat badan remaja laki-laki
Bogor mengalami sedikit peningkatan dari
usia 15 hingga 20 tahun. Berat badan remaja
perempuan Bogor mengalami sedikit penurunan pada usia 15 menuju 16 tahun lalu
terjadi sedikit peningkatan hingga usia 19
tahun dan setelah itu kembali mengalami
penurunan.
Berat badan maksimum remaja laki-laki
Bogor terjadi pada usia 20 tahun yaitu sebesar
57.08 kg sedangkan berat badan maksimum

100

.50
.25
.10
.05
.03
.023

.977
.97
.95
.90
.85
.75

70

80

.50
.25
.10
.05
.03
.023

30

40

50

60

Berat Badan (kg)

70
60
30

40

50

Berat Badan (kg)

80

90

.977
.97
.95
.90
.85
.75

Remaja Perempuan Bogor

90

100

Remaja Laki-laki Bogor

15

16

17

18

19

20

15

16

17

Umur (tahun)

18

19

20

Umur (tahun)

Gambar 3 Pola pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor.
100

Remaja Bogor

70
60
30

40

50

Berat Badan (kg)

80

90

.50 Laki-laki
.50 Perempuan

15

16

17

18

19

20

Umur (tahun)

Gambar 4 Pola perbandingan pertumbuhan berat badan remaja laki-laki dan remaja perempuan
Bogor.

5

remaja perempuan Bogor mengalami sedikit
peningkatan dari usia 16 hingga 20 tahun.
Indeks massa tubuh maksimum remaja
laki-laki dan perempuan Bogor terjadi pada
usia 20 tahun yaitu sebesar 20.25 kg/m2 untuk
remaja laki-laki Bogor dan 20.47 kg/m2 untuk
remaja perempuan Bogor.
Data keseluruhan nilai persentil indeks
massa tubuh remaja laki-laki dan remaja
perempuan Bogor terangkum pada Lampiran
7.

Indeks Massa Tubuh Remaja Bogor
Pola pertumbuhan indeks massa tubuh
remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor
terdapat pada Gambar 5. Pola perbandingan
pertumbuhan indeks massa tubuh remaja lakilaki dan perempuan Bogor disajikan pada
Gambar 6.
Indeks massa tubuh remaja perempuan
Bogor pada setiap usia sedikit lebih besar dibandingkan indeks massa tubuh remaja lakilaki.
Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan

35

Remaja Perempuan Bogor

35

Remaja Laki-laki Bogor

.977
.97
.95
.90
.85
.75

20

25

.50
.25
.10
.05
.03
.023

10

10

15

20

25

Indeks Massa Tubuh (kg/m^2)

30

.50
.25
.10
.05
.03
.023

15

Indeks Massa Tubuh (kg/m^2)

30

.977
.97
.95
.90
.85
.75

15

16

17

18

19

20

15

16

17

Umur (tahun)

18

19

20

Umur (tahun)

Gambar 5 Pola pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja perempuan Bogor.

35

Remaja Bogor

25
20
10

15

Indeks Massa Tubuh (kg/m^2)

30

.50 Laki-laki
.50 Perempuan

15

16

17

18

19

20

Umur (tahun)

Gambar 6 Pola perbandingan pertumbuhan indeks massa tubuh remaja laki-laki dan remaja
perempuan Bogor.

6

PEMBAHASAN
Pola pertumbuhan
Pola pertumbuhan dapat ditampilkan
melalui kurva dengan menggunakan indeks
antropometri menurut umur. Pola pertumbuhan berat badan, tinggi badan, dan
indeks massa tubuh remaja berbeda
dibandingkan dengan anak-anak.
Pola pertumbuhan dapat digunakan untuk
menilai status gizi dan kesehatan, memonitor
pertumbuhan individu, membandingkan antar
populasi dan antar jenis kelamin, evaluasi
terhadap intervensi dan menentukan akibat
dari nutrisi (Kuczmarski et al. 2002).
Tinggi badan remaja Bogor
Tinggi badan remaja laki-laki dan remaja
perempuan Bogor mengalami pertumbuhan
hingga usia 18 dan tidak setelahnya. Hasil ini
berbeda dengan pertumbuhan tinggi badan
anak-anak Bogor. Pada anak Bogor yang
berusia 5 sampai 15, tinggi badan anak lakilaki dan perempuan Bogor mengalami lonjakan (Puspita 2004).
Hasil penelitian ini dan penelitian
Puspita (2004) menunjukkan laju pertumbuhan tinggi badan anak laki-laki Bogor
terus melonjak tinggi hingga usia 15 tahun
kemudian melambat sejak usia 16 tahun dan
lajunya mendekati nol pada usia 18 tahun.
Laju pertumbuhan tinggi badan anak perempuan Bogor relatif naik hingga usia 7
tahun lalu tumbuh dengan laju yang sama
hingga mengalami perlambatan sejak usia 11
dan mendekati nol pada usia 18 tahun dan
mencapai nol setelahnya.
Pertumbuhan tinggi badan remaja akan
terhenti karena tulang panjang dari skeleton
kehilangan kemampuannya untuk bertambah
panjang. Hal ini biasanya terjadi pada bagian
epifisis, yaitu bagian akhir tulang yang
berkembang dan menyatu dengan diafisis.
Penyatuan ini dirangsang oleh hormon gonad
yaitu androgen, dan estrogen (Bogin 1999).
Tinggi badan yang pendek dan massa
tubuh kecil menurut usianya merupakan
akibat gangguan fungsional yang bersamaan.
Tinggi badan yang pendek pada remaja dapat
disebabkan oleh gizi kurang yang berhubungan dengan penurunan massa tubuh
tanpa lemak, dan berkurangnya massa otot.
Tinggi badan berlebih dapat disebabkan
gangguan endokrin berupa sekresi hormon
pertumbuhan yang berlebihan (Riyadi 2001).

Berat badan remaja Bogor
Berat badan remaja laki-laki Bogor
mengalami pertumbuhan hingga usia 20
sedangkan berat badan remaja perempuan
Bogor sudah tidak mengalami pertumbuhan
pada usia 19 tahun. Hasil ini berbeda dengan
pertumbuhan berat badan anak Bogor. Pada
anak Bogor yang berusia 5 sampai 15, berat
badan anak laki-laki dan perempuan Bogor
mengalami lonjakan (Puspita 2004).
Hasil penelitian ini dan penelitian Puspita
(2004) menunjukkan laju pertumbuhan berat
badan anak laki-laki Bogor terus meningkat
hingga usia 10 tahun kemudian melambat dan
akan mengalami peningkatan pada usia 12
tahun dan kemudian akan terus melambat dan
lajunya mendekati nol pada usia 18 tahun.
Laju pertumbuhan berat badan anak perempuan Bogor relatif konstan hingga usia 7
tahun lalu meningkat hingga usia 10 tahun,
kembali meningkat hingga usia 14 tahun dan
mulai melambat hingga mencapai nol setelah
usia 19 tahun.
Umumnya laki-laki memiliki massa otot
dan tubuh yang besar pada keseluruhan umur.
Perempuan mengalami penambahan berat
badan pada usia 9 hingga 18, dan kemungkinan mengalami kehilangan beratnya pada
pertumbuhan berat badan saat remaja. Lakilaki juga mengalami kehilangan berat dan
pada usia 18 tidak memiliki lemak.
Penambahan massa tubuh berhubungan dengan peningkatan densitas tulang, peningkatan
cardio-pulmonari, penambahan volume darah
dan semakin bertambahnya jumlah sel darah
merah. Peningkatan-peningkatan tersebut terjadi pada kedua jenis kelamin tetapi laki-laki
mengalami peningkatan yang lebih besar
dibandingkan perempuan (Bogin 1999).
Berat badan dapat disebabkan oleh
sejumlah faktor yakni genetik, pola makan,
gaya hidup, dan penyakit. Berat badan
berlebihan terjadi karena terdapat penimbunan
lemak yang berlebihan dibandingkan kebutuhan karena adanya ketidakseimbangan
antara pertumbuhan dan pengeluaran kalori.
Indeks massa tubuh remaja Bogor
Indeks massa tubuh remaja laki-laki dan
perempuan Bogor mengalami sedikit peningkatan pertumbuhan semenjak usia 16
hingga usia 20 tahun. Berdasarkan hasil
penelitian Puspita (2004) diketahui indeks
massa tubuh pada anak laki-laki dan
perempuan Bogor yang berusia 5 sampai 15
tahun mengalami pertumbuhan yang terus
meningkat.

7

Indeks massa tubuh remaja perempuan
Bogor lebih sedikit mengalami pertumbuhan
dibandingkan indeks massa tubuh remaja lakilaki Bogor. Perbedaan indeks massa tubuh ini
terjadi karena berat badan dan tinggi badan
remaja perempuan Bogor semenjak usia 15
hingga 20 telah mulai tidak mengalami
pertumbuhan. Sedangkan remaja laki-laki
Bogor tetap mengalami pertumbuhan berat
badan dan tinggi badan.
Tinggi badan dan berat badan remaja
laki-laki yang jauh lebih besar dibandingkan
remaja perempuan menyebabkan nilai indeks
massa tubuh remaja perempuan pada setiap
usia sedikit lebih besar dibandingkan indeks
massa tubuh remaja laki-laki
Indeks massa tubuh digunakan dalam
prosedur antropometri karena mudah, akurat,
dapat digunakan pada anak-anak maupun
remaja (Schroeder & Reynaldo 1999).
Indeks massa tubuh dapat digunakan
untuk penilaian status gizi (Gibson 1993).
Dari hasil penelitian diketahui terdapat
beberapa remaja laki-laki dan perempuan
yang mengalami kekurusan, overweight, dan
obesitas. Kekurusan merupakan keadaan
status gizi yang kurang dari status gizi normal.
Overweight merupakan keadaan status gizi
yang sedikit melebihi keadaan status gizi
normal. Obesitas adalah keadaan status gizi
yang sangat berlebihan dibandingkan keadaan
normal. Obesitas disebabkan akumulasi lemak
tubuh yang berlebihan (Riyadi 2001).
Kekurusan dapat diketahui jika nilai indeks
massa tubuh remaja berada di bawah persentil
5. Overweight diketahui jika nilai indeks
massa tubuh remaja berada di atas persentil 85
hingga persentil 95. Remaja dikatakan
mengalami obesitas jika nilai indeks massa
tubuh remaja berada di atas persentil 95.
Perubahan bentuk dan komposisi tubuh
remaja
Perubahan bentuk dan komposisi tubuh
pada remaja laki-laki dan perempuan sangat
berhubungan erat dengan mulainya pubertas
(Boot et al. 1997). Selama masa pubertas,
aktivitas kelenjar hipofisis mengakibatkan
peningkatan sekresi hormon pertumbuhan dan
hormon gonadotrofik. Sekresi kedua jenis
hormon ini akan menstimulasi kelenjar
lainnya yaitu kelenjar adrenal, seks, dan tiroid.
Kelenjar-kelenjar tersebut akan saling berinteraksi sehingga terjadi percepatan pertumbuhan pada tinggi badan, berat badan, otot
dan perkembangan pada beberapa sistem
organ yang akan membawa tubuh mendekati

tinggi badan dan berat badan pada saat dewasa
(O’dea 1996).
Percepatan pertumbuhan terjadi pada
semua anak-anak dan bervariasi pada
intensitas dan durasi antara anak satu dengan
anak lainnya. Pada laki-laki percepatan
pertumbuhan dimulai pada rata-rata usia 12.5
sampai 15.5 dan perempuan dua tahun lebih
awal dibandingkan laki-laki (Jones et al.
1992).
Perbandingan antropometri remaja Bogor
dan remaja Amerika Serikat
Pertumbuhan berat badan, tinggi badan
dan indeks massa tubuh remaja Bogor lebih
rendah dibandingkan hasil penelitian Kuczmarski et al. (2002) yang meneliti pertumbuhan berat badan, tinggi badan remaja
dan indeks massa tubuh remaja Amerika
Serikat. Perbedaan antropometri ini disebabkan interaksi faktor genetik dan faktor
lingkungan remaja Amerika Serikat sangat
berperan sehingga menunjang percepatan
pertumbuhan dibandingkan remaja Bogor.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Remaja laki-laki Bogor memiliki tinggi
badan dan berat badan yang lebih besar
dibandingkan remaja perempuan Bogor.
Tinggi badan remaja laki-laki Bogor dan
remaja perempuan Bogor mengalami pertumbuhan hingga usia 18 dan tidak
mengalami pertumbuhan setelahnya. Berat
badan remaja laki-laki Bogor mengalami
pertumbuhan hingga usia 20 tahun sedangkan
berat badan remaja perempuan Bogor sudah
tidak mengalami pertumbuhan pada usia 19
tahun. Indeks massa tubuh remaja laki-laki
dan remaja perempuan Bogor mengalami
sedikit peningkatan semenjak usia 16 hingga
usia 20 tahun.
Saran
Untuk memperoleh pola pertumbuhan
yang lebih baik, diperlukan penambahan
jumlah probandus pada setiap usia kedua jenis
kelamin khususnya usia 20 tahun. Selain itu
jumlah probandus per kecamatan diperlukan
penambahan agar dapat mewakili wilayah
Bogor secara keseluruhan.

8

DAFTAR PUSTAKA
Bogin B. 1999. Patterns of Human Growth.
Ed ke-2. Cambridge: Cambridge University Press.
Boot AM, Jan B, Maria AJ, Eric PK, Sabine
MPF. 1997. Determinants of body
composition measured by dual-energy Xray absorptiometry in Dutch children and
adolescents. Am J Clin Nutr 66:232-238.
Gibson RS. 1993. Nutritional Assessment: A
Laboratory Manual. New York: Oxford
University Press.
Jones S, Robert M, David P. 1992. The
Cambridge Encyclopedia of Human
Evolution.
New-York:
Cambridge
University Press.
Kuczmarski et al. 2002. Centers for disease
control and prevention 2000 growth
charts for the United States: improvement
to the 1977 national center for health
statistics version. Pediatrics 109:45-60.
O’dea JA. 1996. A healthy weight range chart
for adolescent self-assessment. JNE
28:293A.

Puspita T. 2004. Pola Pertumbuhan tinggi
badan, berat badan dan indeks massa
tubuh anak bogor usia 5 sampai 15 tahun
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Riyadi H. 2001. Metode Penilaian Status Gizi
Secara Antropometri. Bogor: Jurusan
Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Schroeder & Reynaldo. 1999. Fatness and
body mass index from birth to young
adulthood in a rural Guatemalan population. Am J Clin Nutr 1997: 70
(suppl):137-144.
Tango T. 1998. Estimation of age-spesific
reference ranges via smoother AVAS.
Statistics in Medicine 17:1231-1243.
Tibshirani R. 1988. Estimating optimal
transformation for regression via additivity and variance stabilization. J Am
Statist Assoc 83:394-405.

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuisioner penelitian (halaman depan)
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN BIOLOGI
Jalan Raya Pajajaran Bogor 16144, Telp (0251) 345011, 323081 Pes. 212,
Telefax 345011, E-mail:[email protected]
KUISIONER PENELITIAN
POLA PERTUMBUHAN REMAJA USIA 15 SAMPAI 20 TAHUN DI WILAYAH BOGOR

Nama
Jenis Kelamin
Tempat & Tanggal Lahir
Anak keAlamat Lengkap

Telepon
Pemberian asi sampai usia
Penyakit (jika ada)
Frekuensi makan per hari

DATA PRIBADI
:
:
:
:
dari
:
Kelurahan
Kecamatan
:
:
bulan
:
:
kali

Nama ayah
Tempat & Tanggal lahir ayah/umur ayah
Suku ayah
Pekerjaan ayah
Pendidikan tertinggi ayah
Penyakit ayah (jika ada)
Tinggi badan ayah
Berat badan ayah
Suku kakek dari pihak ayah
Tempat lahir/asal kakek dari pihak ayah
Suku nenek dari pihak ayah
Tempat lahir/asal nenek dari pihak ayah

bersaudara
:
:

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Nama ibu
:
Tempat & Tanggal lahir ibu/umur ibu
:
Suku ibu
:
Pekerjaan ibu
:
Pendidikan tertinggi ibu
:
Penyakit ibu (jika ada)
:
Tinggi badan ibu
:
Berat badan ibu
:
Suku kakek dari pihak ibu
:
Tempat lahir/asal kakek dari pihak ibu
:
Suku nenek dari pihak ibu
:
Tempat lahir/asal nenek dari pihak ibu
:
Pengeluaran keluarga per bulan untuk makan (pilih salah satu):
1. n