Analisis kemandirian pangan asal ternak dalam rangka memantapkan ketahanan pangan Kabupaten Lampung Barat

ANALISIS KEMANDIRIAN PANGAN ASAL TERNAK
DALAM RANGKA MEMANTAPKAN KETAHANAN
PANGAN KABUPATEN LAMPUNG BARAT

HASNUL ABRAR

SEKOLAIi PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009

PERNYATAN MENGENAI TUGAS AKHIR
DAN SUMBER INFORMAS1
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir "Analisis Kemandirian
Pangan Asal Temak dalam rangka memantapkan Ketahanan Pangan Kabupaten
Lampung Barat" adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal danlatau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang
tidak dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.


Bogor, Febmari 2009

Hasnul Abrar
I153070085

ABSTRACT
HASNUL ABRAR. Livestock Source Food Self Sufficiency Analysis To
Strengthen Food Security In Lampung Barat District. Under direction of ALI
KHOMSAN and YAYAT HERYATNO.
Each region has its own capability to support its community's living
sustainability, including in fulfilling livestock source food necessity. The
objectives of this research were to: (1) analyze livestock source food supply in
Lampung Barat District; (2) analyze ideal livestock sowce food proyection; (3)
analyze livestock source food self sufficiency; (4) formulate livestock sowce food
strategy in Lampung Barat District.
This research was conducted by using retrospective and prospective design,
which was collecting data from institutions and organizations related to livestock
source food supplying (secondary data), which then was projected to the ideal in
the future. The primary data was collected by conducting interview and giving
questionnaire to the chosen sample. The secondary data was processed by using

Food Balance Sheet (FBS) software to measure livestock sowce food supply
including the number and the energy and protein content. Ideal food supply target
was measured manually by using existing formulation. Food self sufficiency was
analyzed by production-supply and import-supply ratio. Livestock sowce food
self sufficiency strategy was formulated fiom primary data.
The average livestock sowce food supply in 2005, 2006, and 2007 is 21
g/capita/day or 7.66 kg/capita/year, still lower than ideal supply 60 g/capita/day or
21.90 kg/capita/year. Protein supply of livestock source food is 2.86 g/capita/day,
lower than ideal supply 4.8 g/capita/day. To fulfill livestock source food necessity
of community in Lampung Barat, the supply projection are 25.59 gtcapitalday in
2008, 30.51 g/capita/day in 2009, 35.43 g/capita/day in 2010, and the ideal
supply 60 g/capita/day in 2015. Based on production-supply and import-supply
ratio, milk, broiler meat, buffalo meat, and broiler egg do not reach self
sufficiency yet. On the other hand, foods that reach self sufficiency are: beef,
lamb meat, sheep meat, local chicken meat, duck meat, local chicken egg, duck
egg, and innards of all livestock. The strategies to strengthen livestock source
food self sufficiency are increasing livestock populatien by various propam and
fund sowce, they are: buffalo meatllamb and sheep meat substituting other food
and increasing production of beef 4.Y/o/year, broiler meat 14.21%/year, local
chicken meat 13.92%/year, broiler egg 14.20%/year, local chicken egg

13.92%/year, and milk 14.16%/year; increasing fund in livestock business and
increasing income; livestock business diversification; developing livestock based
on regional potential; developing technology and human resource;
treatrnentlprevention and alleviation of contiguous animal disease.
Keywords:jbod supply, ideal jbod supplying projection, jbod selfsuflciency, jbod
security.

RINGKASAN
HASNUL ABRAR. Analisis Kemandirian Pangan Asal Temak Dalam Rangka
Memantapkan Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung Barat. Dibimbing oleh
ALI KHOMSAN dan YAYAT HERYATNO.
Setiap wilayah memiliki kemampuan masing-masing untuk mendukung
kelangsungan hidup penduduknya, salah satunya dalam hal pemenuhan kebutuhan
pangan asal ternak. Penelitian ini bertujuan untuk : (1). Menganalisis ketersediaan
pangan asal temak Kabupaten Lampung Barat ; (2). Menganalisis proyeksi
ketersediaan pangan asal ternak ideal; (3). Menganalisis Kemandirian Pangan asal
temak, (4). Merumuskan Strategi Kemandirian Pangan Asal temak Kabupaten
Lampung Barat.
Desain penelitian ini adalah Retrospektif dan perspektif yaitu melakukan
pengumpulan data pada lembagafinstansi dan organisasi yang terkait dengan

penyediaan pangan asal temak (data sekunder), diolah dan diproyeksikan ke
keadaan lebih baik dimasa mendatang. Data primer dikumpulkan melalui
wawancara dan kuesiuoner dari narasumber terpilih. Data sekunder yang
terkumpul diolah dengan Sofware NBM untuk menghitung ketersediaan pangan
asal temak, baik jumlah, energi dan protein. Untuk menghitung target
ketersediaan pangan ideal dilaksanakan secara manual dengan rurnus yang sudah
ada. Kemandirian pangan dianaIisis dengan rasio produksi terhadap penyediaan
dan rasio impor terhadap penyediaan. Untuk merumuskan strategi Kemandirian
Pangan asal ternak dlakukan dengan pengumpulan data primer.
Ketersediaan pangan asal ternak tahun 2005, 2006,2007 rata-rata baru
sebanyak 21 grkapitafhari atau 7,66 kgkapital tahun, masih dibawah ketersediaan
ideal 60 gr/kapita/hari atau 21,90 kgkapitaftahun. Ketersediaan protein pangan
asal temak baru sebanyak 2,86 grkapitarhari, masih dibawah ketersediaan ideal
sebanyak 4,s gr/kapita/hari. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Lampung
Barat akan pangan asal temak, maka pada tahun 2008 diproyeksikan penyediaan
pangan sebanyak 25,59 grkapitahari, tahun 2009 sebanyak 30,51 grkaphari,
tahun 2010 sebanyak 35,43 grkapitalhari untuk mencapai ideal tahun 2015
sebanyak 60 gr/kapita/hari. Berdasarkan rasio produksi dan rasio impor terhadap
ketersediaan pangan, maka jenis pangan susu, daging ayam ras, daging kerbau dan
telur ayam ras termasuk pangan asal ternak yang belum mandiri. Jenis Pangan

yang sudah mandiri : daging sapi, daging kambing, daging domba, daging ayam
kampunglburas, daging itik, telur ayam buraskampung, telur itik dan jeroaan
semua jenis temak, termasuk yang sudah mandiri. Strategi untuk memantapkan
kemandirian pangan asal ternak : meningkatkan populasi temak dengan berbagai
program dan sumber dana sbb : peningkatan produksi dan produktifitas ternak
sapi sebesar 4 9 % per tahun, daging kerbaddaging kambing dan domba
memberikan subsitutusi terhadap pangan lain, peningkatan perhmbuhan daging
ayam ras sebesar 14,21%/tahun, daging ayam buras 13,92%/thun, telur ayam ras
14,20O/dtahun, telur ayam buras 13,92% dan susu sebesar 14,16%/tahun.
peningkatan permodalan usaha ternak clan peningkatan pendapatan, diversifikasi
usaha peternakan, pengembangan temak komoditas berdasar keunggulan wilayah,
peningkatan teknologi dan SDM, pengobatanlpencegahan dan pemberantasan
penyakit hewan menular.
Kata kunci
: ketersediaan pangan, proyeksi penyediaan pangan ideal,
kemandirian pangan, ketahanan pangan.

O Hak cipta milik lnstitut Pertanian Bogor, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi

Dilarang mengut@ dun memperbanyak tanpa izin tertulis dari
Znstitut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam
Benhrk apapun, baik cetak;fotocopi, mikrofilm, dun sebagainya

ANALISIS KEMANDlRIAN PANGAN ASAL TERNAK
DALAM RANGKA MEMANTAPUN KETAHANAN
PANGAN KABUPATEN LAMPUNG BAFWT

HASNUL ABRAR

Tugas Akhir
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional pada
Program Studi Manajemen Ketahanan Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA
MSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009


Judul

: Analisis Kemandirian Pangan Asal Ternak Dalam Rangka

Nama
NIM

: Hasnul Abrar
: 1153070085

Memantapkan Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung Barat

Disetujui,
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan. M.S.
Ketua

Diketahui
Ketua Program Studi


Tanggal Ujian: 18 Februari 2009

Tanggal lulus:

0 6 MAR 2009

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas karunia dan
hidayahNya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah ini
bejudul "Analisis Kemandirian Pangan Asal Ternak dalam Rangka
Memantapkan Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung Barat."
Pangan merupakan kebutuhan pokok dan pemenuhan kebutuhan pangan
mempakan hak azazi manusia. Pangan asal ternak merupakan salah satu
penyumbang pangan masyarakat Kabupaten Lampung Barat. Dengan terus
meningkatnya penduduk, maka kebutuhan pangan asal ternak juga akan
meningkat. Dengan demikian, maka situasi ketersediaan dan kemandirian pangan
asal ternak menarik untuk diteliti. Selanjutnya dengan mengetahui ha1 tersebut,

maka akan ada rumusan strategi memantapkan kemandirian pangan asal ternak

dalam rangka memantapkan Ketahanan Pangan Kabupaten Lampung Barat.
Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dan dukungan, terutama kepada Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan,
M.S selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Yayat Heryatno, SP, MPS selaku
Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan,
serta Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S selaku Ketua Program Studi Magister Profesional
Manajemen Ketahanan Pangan dan seluruh staf pengajar yang telah banyak
memberi saran. Disamping itu, penghargaan dan terimakasih penulis sampaikan
kepada Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc, selaku dosen penguji ujian tesis, yang
telah banyak memberikan wawasan berpikir dalam penyempumaan tesis.
Selanjutnya ucapan terimakasih kepada Pemerintah Kabupaten Lampung Barat
yang telah memberikan kesempatan tugas belajar dan pendanaan, serta istri dan
anak-anakku ( dr. Hj. Herlina. Mkes, wo Riri, dang Nopal, Uni Bela dan Nisa)
atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga Karya Ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Februari 2009

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Krui Kabupaten Lampung Barat, 11 maret 1962,
sebagai putra pertama pasangan Bapak Sanusi Malik (almarhum) d m Ibu Hj. Umi

Salma. Menikah dengan dr. Hj. Herlina Rustarn Mkes d m telah diiiaruniai 4 orang
putra putri.
Pendidikan SD diselesaikan di Krui Lampung Barat tahun 1976,
melanjutkan ke SMP Negeri XIV Bandung dan lulus pada tahun 1979. Sekolah
Menengah Atas juga diselesaikan penulis di Kota Bandung dan lulus Tahun
1981. Tahun 1982 tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Petemakan Universitas
Padjadjaran dan memperoleh gelar sarjana Petemakan (Ir) pada tahun 1987.
Selanjutnya tahun 2007 penulis berkesempatan melanjutkan pendidkan
Pascasarjana di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor Program Studi
Magister Manajemen Ketahanan Pangan.
Selama tahun 1989 sampai dengan 1994, penulis bekeja sebagai
pegawai honorer pada Satgas IFAD Direktorat Jenderal Petemakan Departemen
Pertanian. Sejak tahun 1994- sekarang penulis bekeja di Dinas Petemakan Dan
Kesehatan Hewan Kabupaten Lampung Barat.

DAFTAR IS1

Halaman
DAFTAR TABEL.........................................................................................
xii

DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
PENDAHULUAN.........................................................................................
Latar Belakang .................................................................................
Rumusan Masalah............................................................................
Tujuan ..............................................................................................
..
Manfaat penelltian............................................................................

xiv
1
1
2
3
3

TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................................
Konsep Ketahanan Pangan...............................................................
Ketersediaan Pangan
. Wilavah..........................................................
Penyediaan Pangan dengan Pendekatan Pola Pangan Harapan .......
Peranan dan Wewenang Pemerintah dalarn Pemantapan
Ketahanan Pangan ............................................................................
Pernbangunan Pangan di Era Otonomi Daerah ................................
Kemandirian Pangan ........................................................................
Pentingnya Pangan Asal T e d ......................................................
Sumber Daya Pangan Bidang Peternakan ........................................
KERANGKA PEMIKIRAN .....................................................................

25

METODE PENELITIAN ............................................................................
Ternpat dan Waktu Penelitian ..........................................................
..
Desain Penelltlan ..............................................................................
Jenis.Sumber. dan Cara Pengumpulan Data .....................................
Pengolahan dan Analisis Data ..........................................................
Keterbatasan dan Asumsi Penelitian................................................
..
Keterbatasan Penelit~an....................................................................
.
Asumsi-Asumsi dalm Penelltlan....................................................
..
Definlsl Operasional.........................................................................

.

HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................
Kondisi Umum Wilayah Penelitian .................................................
..
Kondlsl Sosial Budaya .....................................................................
Potensi Sumber Daya Pangan Asal Ternak Kabupaten
Lampung Bamt .............................................................................
Perkembangan Populasi Temak ...........................................
Perkembangan Impor Ekspor Pangan Asal Temak ..............

37
37
40

42
42
44

Halaman
Ketersediaan Pangan Asal Ternak Aktual ........................................
Target Ketersediaan Pangan Asal Temak .......................................
Kemandirian Pangan Asal Ternak ...................................................
Rasio Produksi dan Rasio Impor Terhadap Penyediaan
Dalam Kabupaten Lampung Barat .........................................
Target Produksi Pangan Asal Temak .....................................
Gap Target Produksi Aktual clan Ideal ...................................
Strategi Memantapkan Kemandirian Pangan Asal Ternak
Kabupaten Lampung Barat ..............................................................
Strategi Memantapkan Kemandirian Pangan Daging Ayam
Ras. Daging Ayam Buras dan Daging Itik .............................
Strategi Memantapkan Kemandirian Pangan Telur Ayam
Ras. Telur Ayam Buras dan Telur Itik....................................
Strategi Memantapkan Kemandirian Pangan Susu.................
Strategi Memantapkan Kemandirian Pangan Daging Temak
Rurninansia ............................................................................
SIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................
Simpulan .......................................................................................
Saran..........................................................................................

76
76
77

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

78

Halaman
Susunan pola pangan harapan (PPH) nasional dan FAO-RAO ..............

8

Jenis. sumber dan cara pengolahan data .................................................

28

Penggunaan lahan untuk budidaya dan non budidaya
di Kabupaten Lampung Barat ...........................................................

39

Jumlah dan kepadatan penduduk Kabupaten Lampung Barat ................

40

Prosentase angkatan kej a pada lapangan kej a utama............................

41

Perkembangan populasi ternak di Kabupaten Lampung Barat ...............

42

Produksi pangan asal ternak Kabupaten Lampung Barat 2004-2006 .....

43

Jenis dan jumlah pangan yang di ekspor ................................................

45

Jenis dan jumlah pangan asal ternak yang diimpor
Kabupaten Lampung Barat 2004-2006 ...................................................

46

Ketersediaan energi pangan asal ternak Kabupaten Lampung Barat
2005-2007 ...........................................................................................

47

Ketersediaan protein pangan asaI ternak Kabupaten Lampung Barat ....

49

Ketersediaan pangan asal ternak Kabupaten Lampung Barat
2005-2007 (gr/kapita/hari) ......................................................................

50

Ketersediaan pangan asal ternak Kabupaten Lampung Barat
2005-2007 (kgkapitdhari)..................................................................

51

Ketersediaan pangan asal temak Kabupaten Lampung Barat .................
(tonltahun) ..........................................................................................

52

Ketersediaan ideal pangan asal temak Kabupaten Lampung Barat
2005-2007 ................................................................................................

53

Ketersediaan d-tual dan ideal pangan asal ternak (ton/tahun) ................

54

xii

Halaman
17 Trend gap ketersediaan aktual dan ideal pangan asal ternak Kabupaten
Lampung Barat .......................................................................................

55

18 Proyeksi ketersediaan energi dari pangan asal temak............................

56

19 Proyeksi ketersediaan protein asal ternak untuk konsumsi ...................

57

20 Proyeksi ketersediaan pangan untuk konsumsi (kalkaphari) ................

58

21 Proyeksi ketersediaan pangan asal temak untuk konsumsi (kglkapthr)..

59

22 Proyeksi ketersediaan pangan asal temak untuk konsumsi (tontthn .......

60

23 Rasio produksi dan rasio impor terhadap penyediaan pangan dalam .....
Kabupaten Lampung Barat ................................................................

61

24 Proyeksi produksi ideal pangan asal ternak Kabupaten Lampung Barat

64

25 Proyeksi produksi berdasarkan trend Iaju petumbuhan produksi ............

65

26 Gap proyeksi produksi aktual dan ideal pangan asal ternak Kabupaten .
Lampung Bamt ........................................................................................ 66
27 Presentase peningkatan proyeksi produksi pangan asal ternak (%) ........

68

.........

75

28 Rekapitulasi proyeksi peningkatan populasi temak menuju ideal

...

Xlll

DAFTAR LAMPIRAN

1

Peta Kabupaten Lampung Barat........................................................

2. Ketersediaan pangan asal ternak dari NBM 2005

................................

82
83

6

................................
Ketersediaan pangan asal ternak dari NBM 2007.................................
Populasi ternak di Kabupaten Lampung Barat 2004-2007 ....................
Produksi pangan asal ternak Kabupaten Lampung Barat .......................

7

Banyaknya pangan asal ternak yang di ekspor .......................................

97

8

Banyaknya pangan asal ternak yang di impor ........................................

98

9

Daftar satuan besaran konversi .............................................................

99

3
4
5

Ketersediaan pangan asal ternak dari NBM 2006

10 Ketersediaan pangan asal ternak Kabupaten Lampung Barat
2005-2007 (grkapitahari) ......................................................................

87
91
95
96

100

11 Ketersediaan energi pangan asal ternak Kabupaten Lampung Barat
2005-2007 (kkalkapitalhari) .................................................................. 101
12 Ketersediaan pangan asal ternak Kabupaten Lampung Barat
(kgkapitahari) ........................................................................................
Ketersediaan protein pangan asal ternak (grkapitafhari) ........................
Proyeksi ketersediaan pangan asal ternak (grkapitahari) ......................
Ketersediaan pangan asal ternak (kgkapitalthn) ....................................

............
Proyeksi ketersediaan rata-rata energi ideal pangan asal ternak ............
Trend gap ketersediaan pangan asal ternak aktual dan ideal .................
Ketersediaan protein asal ternak u i i dikonsumsi ...............................
Perbandingan ketersediaan pangan asal ternak aktual dan ideal

Proyeksi ketersediaan pangan asal ternak ideal

.....................................

Proyeksi ketersediaan produksi pangan asal ternak

..............................

102

Halaman

22 Rasio produksi dan impor teshadap penyediaan pangan asal ternak ........

112

23 Proyeksi produksi pangan asal temak aktual............................................ 113

..

..

24 Kuisloner penelit~an
.................................................................................. 114

24 Rekapitulasi data primer ..........................................................................

119

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan essensil dan komoditas paling strategis dalam
kehidupan manusia, pemenuhan kebutuhan pangan merupakan hak azazi manusia.
Ketahanan pangan berdasarkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang
Pangan adalah kondisi terpenuhiiya pangan bagi rumah tangga yang tercermin
dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata
dan tejangkau. Untuk mencapai ha1 tersebut perlu diselenggarakan suatu sistem
pangan yang memberikan perlindungan, baik pihak yang memproduksi maupun
yang mengkonsumsi.
Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan
menegaskan bahwa untuk memenuhi konsumsi yang terns berkembang dari waktu
ke waktu, upaya penyediaan pangan dilakukan dengan mengembangkan sistem
produksi pangan yang berbasis pada sumber day% kelembagaan,dan budaya lokal,
mengembangkan efisiensi sistem usaha pangan,mengembangkan teknologi
produksi pangan, mengembangkan sarana dan prasarana produksi pangan dan
mempertahankan serta mengembangkan lahan produktif. Di Kabupaten Lampung
Barat terdapat beberapa jenis ternak yang dipelihara dan diusahakan oleh petani
untuk dikembangkan dengan berbagai tujuan dan ini merupakan sumberdaya
pangan bidang peternakan. Sumber daya pangan ini menjadi salah satu pangan
yang dibutuhkan dan dikonsumsi masyarakat. Masalahnya adalah apakah
ketersediaan pangan yang ada dapat mencukupi kebutuhan gizi masyarakat, maka
diperlukan suatu usaha untuk memahami situasi pangan disuatu daerah, dalam ha1
ini Kabupaten Lampung Barat.
Untuk memantapkan pembangunan Ketahanan Pangan di daerah diperlukan
pengembangan potensi pangan lokal yang sesuai dengan spesifikasi dan budaya
setempat, sehingga ketersediaan pangan untuk konsumsi masyarakat akan lebih
beragam, bergizi dan berimbang . Pembangunan Ketahanan Pangan dilaksanakan
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat khususnya menjamin ketersediaan
pangan bagi seluruh penduduk dalam jumlah mutu,keragaman,kandungan gizi dan
keamanannya serta terjangkau oleh daya beli masyarakat. Ketahanan Pangan yang

mantap ditandai dengan terpenuhinya pangan yang cukup dan tersebar merata
diseluruh daerah sampai nunah tangga, tersedia sepanjang w a .aman dari
pencemaran bahan berbahaya dan aman menurut kaidah agama.
Sejdan diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 kemudian
direvisi dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah,

yang

diwujudkannya dengan

desentralisasi kewenangan

dari

Pemerintahan pusat ke Pemerintah Daerah, terjadi pembahan yang mendasar pada
berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bemegara. Pembangunan pertanian,
termasuk sektor peternakan memiliki peran yang sangat penting dalam
meningkatkan ketahanan pangan, peningkatan pendapatan petani, kesempatan
keja, sumber pendapatan dan pengembangan perekonomian di daerdregional
dan nasional. Ketahanan pangan merupakan prasyarat dasar yang hams dimiliki
oleh suatu daerah otonom, oleh karena itu kebijakan yang mengarah pada
terciptanya ketahanan pangan hams mendapat prioritas utarna.
Salah satu arah kebijakan ketahanan pangan pada sisi ketersediaan adalah
menjamin pengadaan pangan utama dari produksi dalam negeri, yang berarti
sangat ditentukan ketersediaan pangan wilayahldaerah. Dewan Ketahanan Pangan
melalui Kebijakan Umum Ketahanan Pangan tahun 2006 - 2009 menyatakan
bahwa tujuan pembangunan ketahanan pangan adalah mempertahankan
ketersediaan energi minimal 2200 kkallkaphari dan penyediaan protein minimal

57 grrkaphari. Salah satu pangan penyumbang gizi terbaik berasal dari protein
hewani.

Rumusan Masalah
Pernasalahan dan tantangan dalam Pembangunan Ketahanan Pangan secara
umum menyangkut pertambahan penduduk, semakin terbatasnya sumberdaya
alam, masih terbatasnya sarana dan prasarana usaha di bidang pangan, semakin
ketatnya persaingan pasar dengan produk impor, serta besarnya proporsi
penduduk miskin. Teori Malthus menyatakan bahwa peltumbuhan penduduk
mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan pangan mengikuti deret hitung.
Konsekuensi logis dari pemyataan tersebut adalah apakah sumber daya
pangan asal temak dan peningkatan ketersediaannya mampu mengimbangi

pertumbuhan penduduk Kabupaten Lampung Barat yang pada tahun 2007 ini
sudah berjumlah 410.723 jiwa. Permasalahan khusus yang diperoleh dalam
penelitian dapat d i i u s k a n sebagai berikut :

1. Bagaimana situasi ketersediaan pangan asal temak Kabupaten Lampung
Barat?
2. Bagaimana kemandirian pangan Kabupaten Lampung Barat ?
3.

Strategi apa yang diperlukan dalam upaya memantapkan Kemandirian
Pangan Kabupaten Lampung Barat ?
Tujuan

Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis situasi ketersediaan pangan,
target penyediaan dan kemandirian pangan asal temak dalam rangka
memantapkan ketahanan pangan Kabupaten Lampung Barat.
Tujuan Khusus
1. Menganalisis ketersediaan pangan asal temak Kabupaten Lampung Barat

2. Menganalisis proyeksi ketersediaan pangan ideal asal temak Kabupaten
Lampung Barat
3.

Menganalisis kemandirian pangan asal temak Kabupaten Lampung Barat.

4.

Merurnuskan strategi kemandirian pangan asal temak Kabupaten Lampung
Barat.
Manfaat Penelitian

1. Kepentingan akademis, sebagai bahan informasi untuk menambah referensi

tetang ketewediaan pangan dalam sistem ketahanan pangan.

2. Kepentingan praktisi, sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten Lampung
Barat dalam perencanaan penyediaan pangan asal temak untuk memantapkan
ketahanan pangannya.

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Ruang Lingkup Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan mempakan kondisi terpenuhinya pangan bagi mmah
tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik dalam jumlah
maupun mutunya, aman, merata clan terjangkau. Menurut Suryana (2001a) dengan
pengetian tersebut mewujudkan ketahanan pangan dapat diartikan lebih lanjut
sebagai berikut :
a. Terpenuhinya pangan yang cukup diartikan ketersediaan pangan d a l m arti
luas bukan hanya beras tetapi mencakup pangan yang berasal dari tanaman,
temak dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak,
vitamin dan mineral yang bermanfaat bagi petumbuhal kesehatan manusia.
b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang m a n , diartikan bebas dari cemaran
bioligis, kimia dan benda zat lain yang dapat mengganggu, memgikan dan
membahayakan kesehatan manusia serta m a n dari kaidah agama.

c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, dapat diartikan pangan
hams tersedia setiap saat dan merata diseluruh tanah air.
d. Terpenuhinya pangan dengan kondisi tejangkau, diartikan pangan mudah
diperoleh oleh setiap mmah tangga dengan harga terjangkau.
Ketahanan pangan dapat digambarkan sebagai suatu sistem yang terdiri dari
tiga subsistem yang saling berinteraksi, yaitu sub sistem ketersediaan, sub sistem
distribusi dan sub sistem konsumsi. Ketersediaan dan distribusi memfasilitasi
pasokan pangan yang stabil dan merata ke seluruh wilayah, sedangkan sub sistem
konsumsi memungkinkan setiap rumah tangga memperoleh pangan yang cukup
dan memanfaatkannya secara bertanggungjawab untuk memenuhi kebutuhan gizi
seluruh anggotanya. Dengan demikian, ketahanan pangan adalah isu ditingkat
wilayah hingga keluarga, dengan dua elemen penting yaitu ketersediaan pangan
dan akses-akses setiap individu terhadap pangan yang cukup (Suryana, 2004a).
Selanjutnya dikatakan, bahwa keberhasilan pembangunan ketiga sub sistem
ketahanan pangan tersebut perlu didukung oleh faktor-faktor input bempa sarana,
prasarana dan kelembagaan produksi, distribusi, pemasaran, pengolahan dan
sebagainya. Disamping itu perlu didukung oleh faktor-i8ktor penunjang seperti

kebijakan, peraturan, pembiiaan dan pengawasan pangan. Ketahanan pangan
dilaksanakan oleh banyak pelaku (stakeholder) seperti produsen, pengolah,
pemasar dan konsumen yang dibina oleh berbagai institusi sektoral, sub sektoral
serta dipengaruhi interaksi antar wilayah. Output yang diharapkan dari
pembangunan ketahanan pangan adalah terpenuhinya hak azazi manusia akan
pangan, meningkatnya kualitas sumberdaya manusia, meningkatnya ketahanan
ekonomi dan ketahanan nasional.
Akses penduduk terhadap pangan terkait dengan kemampuan produksi
pangan tingkat rumah tangga, kesempatan kerja dan pendapatan keluarga. Dalam
kaitan ini, pangan bukan hanya beras dan komoditas tanaman pangan, tetapi
mencakup makanan dan minuman yang berasal dari tumbuhan dan hewan
termasuk ikan, baik produk primer maupun turunannya. Dengan demikian pangan
tidak hanya dihasilkan oleh pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan dan
kehutanan, tetapi juga industri pengolahan pangan. Selanjutnya pangan yang
cukup tidak hanya daIam jumlah tetapi juga keragamannya, sebagai sumber
asupan zat gizi makro (karbohidrat, protein, lemak) dan zat gizi mikro (vitamin
dan mineral),untuk pertumbuhan, kesehatan, daya tahan fisik, kecerdasan dan
produktifitas manusia (Suryana, 2004a).
Konsep Ketahanan Pangan

Istilah ketahanan pangan ljbod security) mulai populer sejak krisis pangan
dan kelapamn pada awal dekade 70-an (Maxwell ad Frankerberger, 1997). Dalam
kebijakan pangan dunia, istilah ketahanan pangan pertama kali digunakan oleh

PBB pada tahun 1971 untuk membangun komitmen internasional dalam
mengatasi masalah pangan dan kelaparan terutama di kawasan Afrika dan Asia.
Menurut Setiawan (2004) definisi ketahanan pangan yang telah diterima
secara luas oleh praktisi maupun akademisi adalah setiap orang pada setiap saat
memiliki akseptabilitas secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup
untuk memenuhi pangan agar hidup produktif dan sehat. Ketahanan pangan
diindikasikan oleh terpenuhinya pangan bagi rumah tangga secara kualitas
maupun kuantitas, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan rumah tangga
(household food s e c u r i ~ )adalah kemampuan m a h tangga untuk memenuhi

kecukupan pangan anggotanya dari waktu ke waktu agar dapat hidup sehat dan
mampu melakukan kegiatan sehari-hari (Rumusan Intemasional Congress of
Nutrition di Roma 1992). Kecukupan pangan mencakup segi kuantitas dan
W t a s , agar rumah tangga dapat memenuhi kecukupan pangan tersebut berarti
rumah tangga harus memiliki akses mempemleh pangan baik dari pmduksi sendiri
maupun membeli dari pasar. Ini berarti bahwa tiap m a h tangga harus
ditingkatkan daya belinya.
Pada mulanya pengertian ketahanan pangan terfokus pada kondisi
pemenuhan kebutuhan pokok. Konsep swasembada berbeda dengan konsep
ketahanan pangan, meskipun dalam beberapa ha1 mungkin berkaitan. United
Nation (1975) mendefinisikan ketahanan pangan adalah ketersediaan cukup
makanan utama pada setiap saat dan mengembangkan konsumsi pangan secara
konsisten dan dapat mengimbangi fluktuasi produksi dan harga. Word Bank
(1994) menyatakan bahwa ketahanan pangan dapat dicapai hanya jika semua
m a h tangga mempunyai kemampuan untuk membeli pangan. Makna yang
terkandung dalam pengertian ketahanan pangan tersebut mencakup dimensi fisik
pangan (ketersediaan), dimensi ekonomi (daya beli), dimensi pemenuhan
kebutuhan gizi individu (dimensi gizi) dan dimensi nilai-nilai budaya dan religi
@la pangan yang sesuai untuk hidup sehat, aktif dan produktif serta halal),
dimensi keamanan pangan(kesehatan), dan dimensi waktu (tersedia secara

berkesinambungan)(Hardinsyah dan Martianto, 2001).
Ketersediaan Pangan Wilayah
Ketersediaan pangan disuatu wilayah mempakan salah satu faktor yang
mempengaruhi jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi penduduk. Ketersediaan
pangan hams dipertahankan sama atau lebih besar daripada kebutuhan penduduk.
Jika keadaan ini tercapai, maka ketahanan pangan flood security) akan berada
pada tingkat yang aman. Ketersediaan pangan Vood availability) di suatu daerah
atau wilayah ditentukan oleh berbagai faktor seperti keragaan produksi pangan,
tingkat kemsakan dan kehilangan pangan karena penanganan yang kurang tepat,
clan tingkat impor/ekspor pangan.

Ketersediaan pangan mempakan kondisi penyediaan yang mencakup
makanan dan minuman yang berasal dari tanaman, ternak dan ikan serta
turunannya bagi penduduk suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu.
Ketersediaan pangan mempakan suatu sistem yang berjenjang mulai nasional,
propinsi (regional), lokal (kabupatedkota), dan rumah tangga. Ketersedian pangan
dapat diukur baik pada tingkat makro (nasional, propinsi, kabupatenlkota) maupun
mikro (rumah tangga) (Baliwati dan Roosita, 2004).
Dalam mendukung pembangunan pangan, informasi tentang situasi
ketersediaan pangan m e ~ p a k a nsalah satu bahan pertimbangan dalam melakukan
evaluasi dan perencanaan pangan, instrumen utama dalam penilaian terhadap
ketersediaan pangan diantaranya Neraca Bahan Makanan (NBM). Neraca Bahan
Makanan

yang

baik

harus

memberikan

informasi

tentang

situasi

pengadaan/penyediaan pangan, baik yang berasal dari produksi dalam negeri,
impor/ekspor dan stock serta penggunaan pangan untuk kebutuhan pakan, bibit,
penggunaan untuk industri, serta informasi ketersediaan pangan untuk dikonsumsi
penduduk suatu wilaydnegara dalam kurun waktu tertentu (Badan Ketahanan
Pangan, 2006).
Penyediaan Pangan dengan Pendekatsn Pola Pangan Harapan
Ketahanan Pangan dikembangkan antara lain dengan bertumpu pada
keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan dan potensi lokal. Sejak
diperkenalkannya kocsep PPH dan skor PPH pada awal pada awal dekade 90-an
di Indonesia, PPH telah digunakan sebagai basis perencanaan dan penilaian
kecukupan gizi simbang pada tingkat makro. Menurut FAO-RAPA (1989), PPH
sangat berguna untuk menunuskan kebijaksanaan pangan dan perencanaan
pertanian disuatu wilayah. Dengan PPH, perencanaan pertanian dan pangan akan
mengetahui berapa kecukupan gizi penduduk. PPH juga dapat memberikan
patokan bagi perencana di bidang pangan dan pertanian untuk mengetahui
kelompok pangan yang harus ditingkatkan produksinya dan atau keragaman
sumber daya pangan sesuai dengan keadaan ekologi dan ekonomi suatu wilayah.

8
Tabel 1 Susunan pola pangan harapan (PPH) nasional dan PPH FAO-RAO

,' ,,

DDU

No

Kelompok
Pangan

PPH
FA0

Nasional Kisaran
2020
m"%
\

1
1
2
3
4
5
6
7
8
9

2
Padi-padian
Umbi-umbian
PanganHewani
Kacang-kacangan
Sayur dan Buah
Biji Berminyak
Lemak dan Minyak
Gula
Lainnya
Jumlah

3
40.0
5.0
20.0
6.0
5.0
3.0
10.0
8.0
3.0
100.0

(%)

Energi
Kons
m i )

Mali)

,

4
50.0
6.0
12.0
5.0
6.0
3.0
10.0
5.0
3.0
100.0

Konsumsi
Bahan
pangan
( m a p

5
40-60
0-8
5-20
2-10
3-8
0-3
5-15
2-8
0-5
100.0

6
1100
132
264
110
132
66
220
110
66
2200

Skor

7

8

9

300
100
150
35
250
10
25
30

0,5
0,5
2,O
2,o
5,O
0,5
0,5
0.5

25,O
2,s
24,O
10,o
30,O
1 ,o
5,O
2.5

-

-

O;O

O;O
100
- ~

Sumber : Hardinsyah et al, (2004)
Peranan dan Wewenang Pemerintah dalam Pemantapan Ketahanan Pangan
Dalam rangka melaksanakan startegilpendekatan kebijakan dan pencapaian
sarana pembangunan ketahanan pangan, pemerintah berperan dalam memfasilitasi
penciptaan kondisi yang kondusif bagi masyarakat dan swasta untuk berkiprah
dalam pembangunan ketahanan pangan. Menurut Suryana (2001b) upaya
penciptaan tersebut dapat dilaksanakan melalui :
a. Penerapan kebijakan makro ekonomi yang kondusif, menyangkut suku bunga,
nilai tukar, perpajakan, investasi prasarana publik, peraturan perundangan, dan
intervensi kegagalan pasar.
b. Peningkatm kapasitas produksi nasional melalui pengembangan sistem dan
usaha agribisnis yang berbasis kepada komoditas pertanian bahan pangan,
dengan mengoptimalkan sunberdaya alam nasional, efisiensi teknologi spesifik
lokasi, dan mengembangkan manajemen serta prasarana ekonomi untuk
menghasilkan produk-produk pangan yang berdaya saing.
c. Penanganan simpul-simpul kritis dalam pelayanan publik, seperti : sistem
mutu, dan informasi pasar agribisnis, ilmu pengetahuan dan teknologi,
permodalan,transportasi, pendidikan dan pelatihan manajemen, kemitraan

usaha agribisnis, pemupukan cadangan pangan masyarakat d m pemerintah,
pendidikan gizi dn pengelolaan konsumsi, penerapan sistem mutu dan
perlindungan konsumen dari bahaya akibat mengkonsumsi pangan.

.

d. Peningkatan kemandirian dan pemberdayaan masyarakat agar mampu dan
mandiri untuk mengenali potensi dan kemampuan,alternatif peluangnya, dan
mampu mengambil keputusan terbaik untuk mengembangkan usahanya secara
berkelanjutan dalam suatu perekonomian yang mengikuti azas mekanisme
pasar yang berkeadilan.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi dengan Undargundng Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah telah menetapkan
kewenangan daerah yang luas dan bertanggungjawab untvk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat di daerahnya sesuai dengan aspirasi
masyarakat dan mengurus kepentingan masyaakat di daerahnya sesuai dengan
aspirasi masyarakat dan kemampuan wilayah.
Dalam kerangka mematuhi azas-azas desentralisasi, pemerintah pusat dan
propinsi membagi perannya sesuai peraturan yang berlaku, khususnya pada
urusan-urusan yang bersifat lintas daerah, serta rnembantu pemerintah daerah
sesuai permintaan. Pemerintah kabupaten melaksanakan perannya sesuai
kewenangan otonominya, namun tetap dalam kerangka sistem yang lebih luas.
Menurut Suryana (2001b), berdasarkan kewenangan yang diatur dalam
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun
2000, maka pelaksanaan manajemen pembengunan ketahanan pangan di pusat dan
daerah dijabarkan dalam p r o m pembengunan sistem ketahanan pangan,
diletakkan sesuai dengan peta kewenangan pemerintah, yang lebih memberikan
peluang pada partisifasi aktif masyarakat. Adapun kewenangan pemerintah
kabupatedkota dalam rangka operasional bidang ketahanan pangan dilakukan
melalui : 1) Pemantapan produksi dan ketersediaanlcadangan pangan strategis
nabati dan hewani, 2) pemantauan, pengkajian, dan pengembangan cadangan
pangan pemerintah dan masyarakat;3) koordinasi lintas wilayah dalam rangdaka
kecukupan pangan dan cadangan pangan ~emerintahdan masyarakat; 4) fasilitasi
pelaksanaan, norma, dan standar teknis distribusi pangan; 5) pemntauan,
pengkajian, dan pengawasan penerapan standm teknis distribusi pangan; 6 )
pemantauan dan pengawasan distribusi pangan di wilayah kabupatenlkota; 7)
pengaturan, pembinaan, dan pengawasan sistem pangan; 8) kebijakan pelaksanaan
kewaspadaan pangan; 9) pelaksanaan pengawasan mutu dan keamanan pangan;

10) pengawasan sistem jaringan mutupangan; 11) pembinaan perbaikan mutu
pangan masyarakat;

12) koordimasi penangulangan

masyarakat di pedesaan dan perkotaan;

kerawanan parngan

13) perurnusan iangkah-langkah

pencegahan dan penanggulangan gejala kekurangan pangan serta keadaan darurat
pangan; 14) pengembangan peran serta koperasi dan swasta dalam menanggulangi
kerawanan pangan; 15) pengembangan sumber daya manusia di bidang
kewaspadaan dan pengembangan mutu pangan; 16) pengkajian, perekayasaan,
dan pengembangan kelembagaan ketahanan pangan

di pedesaan; 17)

penggalangan partisipasi masyarakat dalam mengelola cadangan pangan; 18)
spelaksanaan promosi bahan pangan lokal; 20) gerakan pengembangan lumbung
pangan masyarakat; 21) pemberdayaan kelembagaan tani dalam rangka ketahanan
pangan masyarakat; 22) penyuluhan dan penerangan kepada masyarakat tentang
ketahanan pangan; 23 ) pengembangan kemitraan dalam rangka meningkatkan
ketahanan pangan masyaraakat.

Pembangunan Pangan di Era Otonomi Daerah
Salah satu ha1 penting dari sasaran pembangunan pangan, adalah bahwa
oreintasi penyediaan pangan tidak lagi semata berorintasi pada penigkatan
kuantitas, tetapi juga berorientasi pada kualitas, khususnya dinilai dari aspek
kompsisikeragaman penyedian pangan serta mutu gizi pangan dengan menitik
beratkan pada ptensi sumberdaya setempat. Pada masa lalu petimbangan
perencanaan pangan lebih mengacu pada upaya produksi dan permintaan pangan.
Pada masa datang, selain memperhatikan kedua ha1 tersebut, pertimbangan yang
juga penting adalah bahwa pangan yang disediakan dan diionsumsi hams
memenuhi kecukupan gizi dan kualitas tertentu, serta sedapat mungkin
penyediaannya dilakukan dengan mengoptimalkan potensi sumberdaya lokal
(Hardinsyah, et al, 2001 ).
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2005-2009
disebutkan bahwa revitalisasi pertanian ditempuh dengan empat langkah pokok
yaitu : 1) peningkatan kemampuan petani dan penguatan lembaga pendukungnya;

2) pengamanan ketahana pangan, peningkatan produktifitas, produksi, daya saing
dan nilai tambah produk pertanian clan perikanan; 3)serta pemanfaatan hutan

untuk diversifikasi usaha dan mendukung produksi pangan dengan

tetap

memperhatikan kesetaraan gender dan kepentingan pembangunan berkelanjutan.
Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMI))
Kabupaten Lampung Barat tahun 2007-20012, agenda pembangunan Ketahanan
Pangan sebagai berikut :
Revitalisasi Pertanian Daerah. Sektor pertanian yang mencakup tanaman

pangan dan hortikutura, petemakan, perkebunan, kehutanan, dan

perikanan

berperan besar dalam rangka penyediaan pangan untuk mendukung ketahanan
pangan daerah. Pembangunan Sektor Pertanian diarahkan untuk tujuan
meningkatkan produksi dan produktifitas, meningkatkan penghasilan dalam upaya
meningkatkan taraf hidup petani. Dalam upaya pembangunan sektor pertanian di
Kabupaten Lampung Barat

, kebijakan yang dilakukan pada dasamya juga

bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas tenaga keja, disertai
dengan penataan dan pengembangan kelembagaan. Melalui upaya tersebut
diharapkan adanya partisipasi aktif dan kesejahteraan secara efisien dan diiamis
serta diikuti dengan pembagian surplus ekonomi antar berbagai pelaku ekonorni
secara lebih adil melalui pengembangan agribisnis yang efisien.
Sektor peternakan di Kabupaten Lampung Barat memiliki potensi untuk
dikembangkan apabila kondisi sekarang dapat diatasi, seperti rendahnya produksi
dan produktifitas, rendahnya efisiensi usaha, keterbatasan sarana dan prasarana
serta terbatasnya kredit dan permodalan. Kondisi ini disebabkan antara lain : 1)
rendahnya pengetahuan dan SDM petani dibidang usaha petemakan ; 2)
keterbatasan akses petani kesumber pembiayaan, keterbatasan modal k-g
mendorong petani untuk menerapkan teknologi baru dalam rangka peningkatan
pmduktifitas, membatasi peningkatan nilai tambah dan pada akhirnya
mengakibatkan ketergantungan pada penyediaan modal informal (pengijon) ; 3)
penguasaan teknologi masih rendah, kondisi ini tidak dapat dihindari karena ratarata tingkat pendidikannya masih rendah bahkan tidak tamat SD sehingga
berakibat rendahnya produktifitas dan nilai tambah produk peternakan.
Pengembangan Sistem Ketahanan Pangan. Program ini berbasis pada

kemampuan produksi, keragaman sumberdaya bahan pangan, kelembagaan
budaya lokal yang bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan

budaya lokal yang bertujuan untuk memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan
ketahanan pangan ke tingkat rumah tangga sebagai bagian dari ketahanan pangan
daemh. Kegiatan yang dilakukan dalam program ini meliputi :

1. Pe~ngkatanproduksi dan produktifitas ternak
2. Pembentukan kawasan sentra pengembangan kom~ditasternak

3. Pembangunan dan pendayagunaan kawasan sentra produksi
4. Melakukan pemberdayaan dan pengembangan sistem pola kejasama

kemitraan.
Pengembangan Agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi
berkembangnya usaha agribisnis yang mencakup usaha dibidang agribisnis huly
on farm, hilir dan usaha jasa pendukungnya. Kegiatan pokok yang akan
dilaksanakan dalam program ini meliputi :

1. Pengembangan diversifikasi usaha tani
2. Peningkatan mutu temak dan penerapan sistem agribisnis

3. Peningkatan akses terhadap sumberdaya produktif, terutama permodalan.
4. Peningkatan sarana prasarana produksi ternak/sapronak dan mesin

5. Penyebaran dan peningkatan mutu bibit sapi dan teknologi Inseminasi Buatan.

Pengembangan Usaha Tani Partisipatif. Program ini bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas dan daya saing masyarakat pertanian, terutama petani
yang tidak mampu menjangkau akses terhadap sumberdaya usaha petemakan.
Kegiatan pokonya antara lain :

1. Revitalisasi sistem penyuluhan pertanian, perkebunan dan kehutanan,
petemakan dan perikanan.

2. Penurnbuhan dan penguatan kelembagaan masyarakat tani guna meningkatkan
posisi tawar petani
3. Pengembangan upaya pengentasan kemiskinan

Kemandirian Pangan
Terpenuhinya pangan yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya,
aman, merata dan terjangkau oleh seluruh rumah tangga mempakan sasaran utarna
dalam pembangunan ekonomi setiap negara di dunia. Bagi negara industri yang
miskin sumberdaya pertanian, sasaran tersebut dapat dipenuhi dengan
meningkatkan daya beli rakyat dan kemampuan ekonomi negaranya.

Bagi

sebagian besar negara berkembang, pemenuhan kebutuhan pangan itu temtama
mengandalkan kemampuan produksi domestik.
Bagi Indonesia rumusam di atas mempakan definisi ketahanan pangan yang
diformulasikan dalam Undang Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang pangan.
Untuk Implementasinya, GBHN 1994 - 2004 mengarahkan agar ketahanan
pangan ini dicapai dengan memanfaatkan sumberdaya, kelembagaan, dan budaya
lokal, serta memperhatikan kesejahteraan para produsemya, yang pada umumnya
adalah petani, petemak dan nelayan kecil.
Dalam wacana pembangunan ketahanan pangan nasional, akhir-akhir ini
muncul konsep kemandirian pangan yang dimasyarakatkan secara intensif oleh
Ir. .Siswono Yudo Husodo. Dimana Kemandirian Pangan
Ketua Umurn HKTI mengandung arti kebutuhan pangan nasional harus dipenuhi secara mandiri
dengan memberdayakan modal manusia, modal sosial dan ekonomi yang dimiliki
petani Indonesia, yang pada gilirannya harus berdampak kepada peningkatan
kehidupan sosial dan ekonomi petani dan masyarakat laimya. Selanjutnya
skenario mandiri, yaitu kondisi dimana kebutuhan pangan nasional minimal 90 %
dipenuhi dari produksi dalam negeri.
,Dr. Pantjar Simatupang, Kepala Pusat Litbang Sosial Ekonomi Pertanian,
menyimpulkan konsep kemandirian pangan mempakan salah satu varian dari
konsep swasembada pangan. Pengertian pertama adalah swasembada absolut,
yaitu kebutuhan pangan dipenuhi seluruhnya (100%) dari produksi domestik.
Varian kedua adalah "swasembada on trend", yaitu dalam beberapa tahun tertentu
ada kalanya mengimpor pangan, tetapi pada tahun laimya mengekspor, sehingga
rata ratanya dalam jangka menengah tetap memenuhi swasembada. Dengan
pengertian ini, konsep kemandirian pangan sebenamya lebih longgar dari

swasembada dengan tingkat 90%. Angka kemandirian 90 persen dapat dipakai

acuan bagi pemenuhan pangan secara agregat atau dalam arti luas. Namun untuk
pangan yang tidak mempunyai keunggulan kompetitif seperti gandum, apel, atau
jeruk sunkist, tidak perlu dipatok seperti di atas, karena apabila dipaksakan akan
muncul inefisiensi dalam alokasi sumberdaya. Sebaliknya untuk komoditas
pangan pokok atau strategis, seperti beras, @la, minyak goreng, angka
kemandirian itu seyogyanya ditetapkan mendekati atau bahkan 100 persen.
Selanjutnya dikatakan bahwa kemandirian pangan merupakan salah satu
dimensi pengukuran ketahanan pangan. Beberapa indikator yang dapat digunakan
untuk mengukur ketahanan pangan dari sisi kemandirian pangan antara lain (1)
ketergantungan ketersediaan pangan nasional pada produksi pangan domestik, (2)
ketergantungan ketersedian pangan nasional pada pangan impor dan atau net
impor, dan (3) ketergantungan ketersediaan pangan terhadap transfer pangan dari
pihak atau negara lain. Kemandirian pangan terhadap produksi domestik
menunjukkan seberapa besar produksi pangan menyumbang atau memenuhi
ketersediaan pangan nasional. Ketersediaan pangan nasional merupakan
penjumlahan antara produksi dornestik (bersih, setelah dikurangi untuk
pengynaan bibit dan tercecer) dengan impor dan stok. Kemandirian pangan juga
dapat diukur dengan menelaah ketergantungannya terhadap impor. Dengan
pengertian di atas, gagasan kemandirian pangan yang digagas ini sejalan arahan
Undang Undang tentang pangan dan GBHN, sehingga gagasan ini sejalan dengan
konsep ketahanan pangan dan dapat diletakkan sebagai definisi operasional
(working definition) dalam kerangka perwujudan ketahanan pangan nasional
jangka menengah dan panjang.
Menurut Suryana (2004), dari aspek produksi domestik, untuk rnewujudkan
kemandirian pangan, ada 3 (tiga) ha1 kebijakan yang hams diimplementasikan
oleh instansi terkait. Pertama, perlu adanya penataan penguasaan atau
pengusahaan lahan yang dilandasi efisiensi skala ekonomi.Langkah operasional
yang diusulkan antara lain (a) reformasi agraria, (b) pengaturan bahkan
pembatasan alih fungsi lahan pertanian produktif, (c) dan pengembangan sistem
usaha model kemitraan. Kedua, peningkatan efisiensi usaha dan produkstifitas
agribisnis pangan untuk meningkatkan daya saing produk di pasar domestik dan

intemasional. Program pembangunan yang diperlukan adalah : (a) peningkatan
kualitas SDM pertanian untuk mengadopsi Iptek, (b) peningkatan akses petani
atas modal, teknologi, informasi dan pasar, (c) pengembangan infrastruktur
ekonomi pedesaan yang dapat meningkatkan efisiensi pergerakan barang dan jasa
dari dan ke desa, serta bagi pengembangan agribisnis di pedesaan, (d) pilihan
pengembangan komoditas berdasarkan keunggulan komfetitif wilayah, dan (e)
percepatan pengembangan industri pengolahan pangan. Ketiga, melalui
keberagaman produk pangan antar daerah yang didukung oleh lancarnya
pergerakan pangan antar daerah, maka ketahanan pangan daerah dapat
diwujudkan bersama-sama atau seiring dengan ketahanan pangan