Penentuan Kriteria Kecambah Normal Yang Berkorelasi dengan Vigor Bibit Jarak Pagar (Jatropha Curcas Linn.)

PENENTUAN KRITERIA KECAMBAH NORMAL YANG
BERKORELASI DENGAN VIGOR BIBIT JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.)

Oleh
Arifani Wulandari
A34403040

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN
ARIFANI WULANDARI. Penentuan Kriteria Kecambah Normal
yang Berkorelasi dengan Vigor Bibit Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.).
Dibimbing oleh ENDANG MURNIATI.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kriteria kecambah normal
yang dapat digunakan untuk menentukan daya berkecambah (DB) dan berkorelasi
dengan beberapa tolok ukur vigor bibit. Penelitian dilaksanakan di laboratorium

dan rumah kaca Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor.
Pelaksanaan penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2007 sampai Desember
2007.
Terdapat tiga percobaan dalam penelitian ini. Percobaan pertama bertujuan
untuk memperoleh beberapa macam kriteria kecambah normal yang akan
digunakan pada percobaan tahap selanjutnya, dengan menggunakan 6 aksesi
benih, yaitu aksesi Karanganyar, Lampung, Bengkulu, Indramayu grade A,
Indramayu grade B, dan Indramayu grade C. Kriteria kecambah normal diperoleh
berdasarkan kriteria kualitatifnya. Penilaian dilakukan terhadap panjang hipokotil,
endosperma yang menutupi kotiledon, struktur perakaran, dan munculnya
plumula. Berdasarkan pengamatan terhadap penilaian tersebut, diperoleh 4
kriteria, yaitu kriteria A, B, C, dan D.
Percobaan kedua bertujuan untuk memilih salah satu kriteria yang telah
diperoleh pada percobaan pertama. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal yaitu lot benih dengan 4 ulangan. Percobaan
ini menggunakan 5 lot benih, yaitu IP-1P (Improved Population-1 dari Pakuwon),
IP-1A (Improved Population-1 dari Asembagus), IP-1M (Improved Population-1
dari Muktiharjo), aksesi dari Karanganyar dan Probolinggo. Pemilihan dilakukan
berdasarkan uji F dan uji lanjut Duncan dengan melihat nyata atau tidaknya serta
jumlah nilai tengah yang menunjukkan beda nyata antar perlakuan. Berdasarkan

hasil percobaan kedua diperoleh hasil bahwa DB yang ditentukan oleh kriteria
kecambah normal A, B, C, dan D menunjukkan beda yang nyata antar beberapa
lot benih yang digunakan. Selanjutnya dari tabulasi tingkat kepekaan DB antar lot
benih yang diperoleh dari jumlah notasi yang menunjukkan beda nyata, kriteria

kecambah normal B, C, dan D memiliki tingkat kepekaan yang lebih besar
dibandingkan kriteria A.
Percobaan ketiga bertujuan untuk menentukan salah satu kriteria B, C, dan
D yang dapat digunakan untuk menentukan DB dan berkorelasi dengan tolok ukur
vigor bibit. Penentuan ini dilakukan dengan melihat koefisien korelasi dan
koefisien determinasi antara DB berdasarkan kriteria kecambah normal B, C, dan
D dengan beberapa tolok ukur vigor bibit. Hasil percobaan ketiga menunjukkan
bahwa DB berdasarkan kriteria kecambah normal D memiliki hubungan linier
nyata dan positif dengan tolok ukur vigor bibit terbanyak dibandingkan kriteria B
dan C, yaitu jumlah daun, jumlah tunas, dan tinggi tanaman.

PENENTUAN KRITERIA KECAMBAH NORMAL YANG
BERKORELASI DENGAN VIGOR BIBIT JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.)


Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
Arifani Wulandari
A34403040

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

Judul

: PENENTUAN KRITERIA KECAMBAH NORMAL YANG
BERKORELASI DENGAN VIGOR BIBIT JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.)


Nama

: Arifani Wulandari

NRP

: A34403040

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr Ir Endang Murniati, MS
NIP. 130 813 796

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr Ir Didy Sopandie, MAgr.
NIP. 131 124 019


Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Probolinggo, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 29
September 1985. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak
Slamet Riyadi dan Ibu Ain Nur Rochmiati.
Penulis lulus SDN Sukodadi 1, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur pada
tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 2
Probolinggo, kemudian penulis lulus dari SMUN 1 Probolinggo pada tahun 2003.
Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI pada Program
Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tahun 2003/2004 – 2004/2005 penulis aktif di organisasi UKM Pramuka
Institut Pertanian Bogor. Tahun 2004/2005 penulis aktif di organisasi Himpunan
Profesi Agronomi (HIMAGRON). Kemudian tahun 2005 penulis mengikuti
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian. Pada tahun 2005
penulis mendapatkan pengalaman magang dari Balai Penelitian Tanaman
Tembakau dan Serat (Balittas) Malang, Jawa Timur selama satu bulan.

KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penentuan
Kriteria Kecambah Normal yang Berkorelasi dengan Vigor Bibit Jarak
Pagar (Jatropha curcas Linn.). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
kelulusan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan, motivasi, inspirasi, dan bantuan selama kegiatan
penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini diucapkan kepada:
1. Dr Ir Endang Murniati, MS sebagai pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian dan proses pembuatan
skripsi ini.
2. Ir. Abdul Qadir, MSt dan Dr Dra Tatiek Kartika S, MS yang bersedia untuk
menguji dan memberikan masukan pada skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu tercinta, Irma, Tomi, serta saudara-saudaraku di Probolinggo
yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materiil, terima kasih
untuk semuanya.
4. Ajax, Dia Yoga, dan semua sahabat-sahabat di Probolinggo yang selalu
memberikan semangat untuk menyelesaikan semuanya dengan baik.
5. Hidayati, Rischa, Ninik, Vindha, Cita, Purwanti, Fauzi, dan Firin, terima kasih

atas bantuan dan dukungannya.
6. Dona, Silvia, Dara, Ayu, Resti, dan semua teman-teman di wisma Edelweiss
atas kebersamaan dan kekeluargaannya.
7. Ginting, Adit, Andari, Roni, Sita, Habib, Toni, Saipulloh, dan teman-teman
PMTTB 40 atas bantuan dan dukungan selama penelitian dan proses
pembuatan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2008
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan........................................................................................................ 3
Hipotesis .................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Jarak Pagar ( Jatropha curcas Linn.) Secara Umum ............................... 4
Pengujian Mutu Fisiologis Benih ............................................................ 6

Kriteria Bibit Tanaman Tahunan.............................................................. 8
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu................................................................................... 11
Bahan dan Alat ........................................................................................ 11
Metode Penelitian .................................................................................... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum ........................................................................................ 16
Percobaan 1: Penentuan Berbagai Macam Kriteria Kecambah Normal... 17
Percobaan 2: Pengujian Perkecambahan pada Beberapa Lot Benih ........ 18
Percobaan 3: Uji Korelasi antara DB Kriteria Kecambah Normal
Terpilih dengan Beberapa Tolok Ukur Vigor Bibit............ 20
Evaluasi Lot Benih yang Digunakan ........................................................ 28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................. 35
Saran ....................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36
LAMPIRAN..................................................................................................... 40

DAFTAR TABEL
Nomor


Halaman

Teks
1. Ciri-Ciri Morfologi Kriteria Kecambah Normal ........................................ 18
2. Rekapitulasi Nilai F Pengaruh Lot Benih terhadap DB
Berdasarkan Beberapa Kriteria Kecambah Normal.................................... 19
3. Nilai Rata-Rata Daya Berkecambah Menggunakan Beberapa
Kriteria Kecambah Normal pada Beberapa Lot Benih ............................... 20
4. Jumlah Nilai Tengah Perlakuan Berdasarkan Beberapa Kriteria
Kecambah Normal antar Lot Benih ............................................................ 20
5. Nilai Koefisien Korelasi (r) antara DB Kriteria Kecambah Normal
B, C, dan D dengan Beberapa Tolok Ukur Vigor Bibit.............................. 21
6. Nilai Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan Analisis Regresi
antara DB Kriteria Kecambah Normal B dengan Beberapa Tolok
Ukur Vigor Bibit......................................................................................... 23
7. Nilai Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan Analisis Regresi
antara DB Kriteria Kecambah Normal C dengan Beberapa Tolok
Ukur Vigor Bibit......................................................................................... 25
8. Nilai Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan Analisis Regresi

antara DB Kriteria Kecambah Normal D dengan Beberapa Tolok
Ukur Vigor Bibit......................................................................................... 26
9. Rekapitulasi Nilai F Pengaruh Lot Benih terhadap Beberapa
Tolok Ukur Vigor Bibit yang Digunakan ................................................... 29
10. Nilai Rata-Rata Jumlah Daun Bibit Jarak Pagar pada Beberapa
Lot Benih .................................................................................................... 30
11. Nilai Rata-Rata Jumlah Tunas Bibit Jarak Pagar pada Beberapa
Lot Benih .................................................................................................... 31
12. Nilai Rata-Rata Tinggi Bibit Jarak Pagar pada Beberapa Lot Benih.......... 32
13. Nilai Rata-Rata Diameter Batang Bibit Jarak Pagar pada Beberapa
Lot Benih .................................................................................................... 32
14. Nilai Rata-Rata Rasio Tunas/Akar Bibit Jarak Pagar pada
Beberapa Lot Benih .................................................................................... 33

Lampiran
1. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap DB
Berdasarkan Beberapa Kriteria Kecambah Normal A................................41
2. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap DB
Berdasarkan Beberapa Kriteria Kecambah Normal B ................................41
3. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap DB

Berdasarkan Beberapa Kriteria Kecambah Normal C ................................41
4. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap DB
Berdasarkan Beberapa Kriteria Kecambah Normal D................................41
5. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Daun pada
6 MST (JD1) .............................................................................................. 41
6. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Daun pada
8 MST (JD2) .............................................................................................. 41
7. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Daun pada
10 MST (JD3) .............................................................................................42
8. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Tunas pada
6 MST (JT1)............................................................................................... 42
9. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Tunas pada
8 MST (JT2)............................................................................................... 42
10. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Tunas pada
10 MST (JT3)..............................................................................................42
11. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Tunas pada
12 MST (JT4)..............................................................................................42
12. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Tinggi Tanaman
pada 8 MST (TT2) ......................................................................................42
13. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Diameter Batang
pada 8 MST (D2) ........................................................................................43
14. Analisis Ragam Model Regresi Y=28.10+7.67 JD2...................................43
15. Analisis Ragam Model Regresi Y=16.10+2.23 TT2 ..................................43
16. Analisis Ragam Model Regresi Y=35.31 + 7.33 JD2.................................43
17. Analisis Ragam Model Regresi Y=1.93 + 3.32 TT1 ..................................43
18. Analisis Ragam Model Regresi Y= 18.81 + 2.29 TT2 ...............................43

PENENTUAN KRITERIA KECAMBAH NORMAL YANG
BERKORELASI DENGAN VIGOR BIBIT JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.)

Oleh
Arifani Wulandari
A34403040

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

RINGKASAN
ARIFANI WULANDARI. Penentuan Kriteria Kecambah Normal
yang Berkorelasi dengan Vigor Bibit Jarak Pagar (Jatropha curcas Linn.).
Dibimbing oleh ENDANG MURNIATI.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kriteria kecambah normal
yang dapat digunakan untuk menentukan daya berkecambah (DB) dan berkorelasi
dengan beberapa tolok ukur vigor bibit. Penelitian dilaksanakan di laboratorium
dan rumah kaca Ilmu dan Teknologi Benih IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor.
Pelaksanaan penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2007 sampai Desember
2007.
Terdapat tiga percobaan dalam penelitian ini. Percobaan pertama bertujuan
untuk memperoleh beberapa macam kriteria kecambah normal yang akan
digunakan pada percobaan tahap selanjutnya, dengan menggunakan 6 aksesi
benih, yaitu aksesi Karanganyar, Lampung, Bengkulu, Indramayu grade A,
Indramayu grade B, dan Indramayu grade C. Kriteria kecambah normal diperoleh
berdasarkan kriteria kualitatifnya. Penilaian dilakukan terhadap panjang hipokotil,
endosperma yang menutupi kotiledon, struktur perakaran, dan munculnya
plumula. Berdasarkan pengamatan terhadap penilaian tersebut, diperoleh 4
kriteria, yaitu kriteria A, B, C, dan D.
Percobaan kedua bertujuan untuk memilih salah satu kriteria yang telah
diperoleh pada percobaan pertama. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal yaitu lot benih dengan 4 ulangan. Percobaan
ini menggunakan 5 lot benih, yaitu IP-1P (Improved Population-1 dari Pakuwon),
IP-1A (Improved Population-1 dari Asembagus), IP-1M (Improved Population-1
dari Muktiharjo), aksesi dari Karanganyar dan Probolinggo. Pemilihan dilakukan
berdasarkan uji F dan uji lanjut Duncan dengan melihat nyata atau tidaknya serta
jumlah nilai tengah yang menunjukkan beda nyata antar perlakuan. Berdasarkan
hasil percobaan kedua diperoleh hasil bahwa DB yang ditentukan oleh kriteria
kecambah normal A, B, C, dan D menunjukkan beda yang nyata antar beberapa
lot benih yang digunakan. Selanjutnya dari tabulasi tingkat kepekaan DB antar lot
benih yang diperoleh dari jumlah notasi yang menunjukkan beda nyata, kriteria

kecambah normal B, C, dan D memiliki tingkat kepekaan yang lebih besar
dibandingkan kriteria A.
Percobaan ketiga bertujuan untuk menentukan salah satu kriteria B, C, dan
D yang dapat digunakan untuk menentukan DB dan berkorelasi dengan tolok ukur
vigor bibit. Penentuan ini dilakukan dengan melihat koefisien korelasi dan
koefisien determinasi antara DB berdasarkan kriteria kecambah normal B, C, dan
D dengan beberapa tolok ukur vigor bibit. Hasil percobaan ketiga menunjukkan
bahwa DB berdasarkan kriteria kecambah normal D memiliki hubungan linier
nyata dan positif dengan tolok ukur vigor bibit terbanyak dibandingkan kriteria B
dan C, yaitu jumlah daun, jumlah tunas, dan tinggi tanaman.

PENENTUAN KRITERIA KECAMBAH NORMAL YANG
BERKORELASI DENGAN VIGOR BIBIT JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.)

Skripsi sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh
Arifani Wulandari
A34403040

PROGRAM STUDI
PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

Judul

: PENENTUAN KRITERIA KECAMBAH NORMAL YANG
BERKORELASI DENGAN VIGOR BIBIT JARAK PAGAR
(Jatropha curcas Linn.)

Nama

: Arifani Wulandari

NRP

: A34403040

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr Ir Endang Murniati, MS
NIP. 130 813 796

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr Ir Didy Sopandie, MAgr.
NIP. 131 124 019

Tanggal Lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Probolinggo, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 29
September 1985. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak
Slamet Riyadi dan Ibu Ain Nur Rochmiati.
Penulis lulus SDN Sukodadi 1, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur pada
tahun 1997. Pada tahun 2000 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 2
Probolinggo, kemudian penulis lulus dari SMUN 1 Probolinggo pada tahun 2003.
Pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui jalur USMI pada Program
Studi Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Tahun 2003/2004 – 2004/2005 penulis aktif di organisasi UKM Pramuka
Institut Pertanian Bogor. Tahun 2004/2005 penulis aktif di organisasi Himpunan
Profesi Agronomi (HIMAGRON). Kemudian tahun 2005 penulis mengikuti
Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang penelitian. Pada tahun 2005
penulis mendapatkan pengalaman magang dari Balai Penelitian Tanaman
Tembakau dan Serat (Balittas) Malang, Jawa Timur selama satu bulan.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penentuan
Kriteria Kecambah Normal yang Berkorelasi dengan Vigor Bibit Jarak
Pagar (Jatropha curcas Linn.). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
kelulusan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan, motivasi, inspirasi, dan bantuan selama kegiatan
penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini diucapkan kepada:
1. Dr Ir Endang Murniati, MS sebagai pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian dan proses pembuatan
skripsi ini.
2. Ir. Abdul Qadir, MSt dan Dr Dra Tatiek Kartika S, MS yang bersedia untuk
menguji dan memberikan masukan pada skripsi ini.
3. Bapak dan Ibu tercinta, Irma, Tomi, serta saudara-saudaraku di Probolinggo
yang telah memberikan dorongan baik moril maupun materiil, terima kasih
untuk semuanya.
4. Ajax, Dia Yoga, dan semua sahabat-sahabat di Probolinggo yang selalu
memberikan semangat untuk menyelesaikan semuanya dengan baik.
5. Hidayati, Rischa, Ninik, Vindha, Cita, Purwanti, Fauzi, dan Firin, terima kasih
atas bantuan dan dukungannya.
6. Dona, Silvia, Dara, Ayu, Resti, dan semua teman-teman di wisma Edelweiss
atas kebersamaan dan kekeluargaannya.
7. Ginting, Adit, Andari, Roni, Sita, Habib, Toni, Saipulloh, dan teman-teman
PMTTB 40 atas bantuan dan dukungan selama penelitian dan proses
pembuatan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan.
Bogor, Februari 2008
Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1
Tujuan........................................................................................................ 3
Hipotesis .................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Jarak Pagar ( Jatropha curcas Linn.) Secara Umum ............................... 4
Pengujian Mutu Fisiologis Benih ............................................................ 6
Kriteria Bibit Tanaman Tahunan.............................................................. 8
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu................................................................................... 11
Bahan dan Alat ........................................................................................ 11
Metode Penelitian .................................................................................... 11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum ........................................................................................ 16
Percobaan 1: Penentuan Berbagai Macam Kriteria Kecambah Normal... 17
Percobaan 2: Pengujian Perkecambahan pada Beberapa Lot Benih ........ 18
Percobaan 3: Uji Korelasi antara DB Kriteria Kecambah Normal
Terpilih dengan Beberapa Tolok Ukur Vigor Bibit............ 20
Evaluasi Lot Benih yang Digunakan ........................................................ 28
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ............................................................................................. 35
Saran ....................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36
LAMPIRAN..................................................................................................... 40

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

Teks
1. Ciri-Ciri Morfologi Kriteria Kecambah Normal ........................................ 18
2. Rekapitulasi Nilai F Pengaruh Lot Benih terhadap DB
Berdasarkan Beberapa Kriteria Kecambah Normal.................................... 19
3. Nilai Rata-Rata Daya Berkecambah Menggunakan Beberapa
Kriteria Kecambah Normal pada Beberapa Lot Benih ............................... 20
4. Jumlah Nilai Tengah Perlakuan Berdasarkan Beberapa Kriteria
Kecambah Normal antar Lot Benih ............................................................ 20
5. Nilai Koefisien Korelasi (r) antara DB Kriteria Kecambah Normal
B, C, dan D dengan Beberapa Tolok Ukur Vigor Bibit.............................. 21
6. Nilai Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan Analisis Regresi
antara DB Kriteria Kecambah Normal B dengan Beberapa Tolok
Ukur Vigor Bibit......................................................................................... 23
7. Nilai Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan Analisis Regresi
antara DB Kriteria Kecambah Normal C dengan Beberapa Tolok
Ukur Vigor Bibit......................................................................................... 25
8. Nilai Koefisien Determinasi (R2) Berdasarkan Analisis Regresi
antara DB Kriteria Kecambah Normal D dengan Beberapa Tolok
Ukur Vigor Bibit......................................................................................... 26
9. Rekapitulasi Nilai F Pengaruh Lot Benih terhadap Beberapa
Tolok Ukur Vigor Bibit yang Digunakan ................................................... 29
10. Nilai Rata-Rata Jumlah Daun Bibit Jarak Pagar pada Beberapa
Lot Benih .................................................................................................... 30
11. Nilai Rata-Rata Jumlah Tunas Bibit Jarak Pagar pada Beberapa
Lot Benih .................................................................................................... 31
12. Nilai Rata-Rata Tinggi Bibit Jarak Pagar pada Beberapa Lot Benih.......... 32
13. Nilai Rata-Rata Diameter Batang Bibit Jarak Pagar pada Beberapa
Lot Benih .................................................................................................... 32
14. Nilai Rata-Rata Rasio Tunas/Akar Bibit Jarak Pagar pada
Beberapa Lot Benih .................................................................................... 33

Lampiran
1. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap DB
Berdasarkan Beberapa Kriteria Kecambah Normal A................................41
2. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap DB
Berdasarkan Beberapa Kriteria Kecambah Normal B ................................41
3. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap DB
Berdasarkan Beberapa Kriteria Kecambah Normal C ................................41
4. Analisis Sidik Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap DB
Berdasarkan Beberapa Kriteria Kecambah Normal D................................41
5. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Daun pada
6 MST (JD1) .............................................................................................. 41
6. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Daun pada
8 MST (JD2) .............................................................................................. 41
7. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Daun pada
10 MST (JD3) .............................................................................................42
8. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Tunas pada
6 MST (JT1)............................................................................................... 42
9. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Tunas pada
8 MST (JT2)............................................................................................... 42
10. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Tunas pada
10 MST (JT3)..............................................................................................42
11. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Jumlah Tunas pada
12 MST (JT4)..............................................................................................42
12. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Tinggi Tanaman
pada 8 MST (TT2) ......................................................................................42
13. Analisis Ragam Pengaruh Lot Benih terhadap Diameter Batang
pada 8 MST (D2) ........................................................................................43
14. Analisis Ragam Model Regresi Y=28.10+7.67 JD2...................................43
15. Analisis Ragam Model Regresi Y=16.10+2.23 TT2 ..................................43
16. Analisis Ragam Model Regresi Y=35.31 + 7.33 JD2.................................43
17. Analisis Ragam Model Regresi Y=1.93 + 3.32 TT1 ..................................43
18. Analisis Ragam Model Regresi Y= 18.81 + 2.29 TT2 ...............................43

19. Analisis Ragam Model Regresi Y=38.03 + 7.06 JD2.................................43
20. Analisis Ragam Model Regresi Y =65.71 + 20.25 JT2 ..............................44
21. Analisis Ragam Model Regresi Y =76.86 + 9.57 JT3 ................................44
22. Analisis Ragam Model Regresi Y= 6.74 + 3.16 TT1 .................................44
23. Analisis Ragam Model Regresi Y = 22.55 + 2.19 TT2 ..............................44
24. Kolerasi antara Tolok Ukur Vigor Bibit dengan Daya
Berkecambah Berdasarkan Kriteria Kecambah Normal B .........................45
25. Kolerasi antara Tolok Ukur Vigor Bibit dengan Daya
Berkecambah Berdasarkan Kriteria Kecambah Normal C .........................47
26. Kolerasi antara Tolok Ukur Vigor Bibit dengan Daya
Berkecambah Berdasarkan Kriteria Kecambah Normal D.........................49

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman
Teks

1. Kriteria Kecambah Normal A, B, C dan D................................................ 17

Lampiran
1. Perkecambahan Benih pada Umur 14 HST ............................................... 51
2. Perkecambahan Benih pada Umur 21 HST (Terserang Hama Ulat) ........ 51
3. Daun yang Terserang Hama Kutu ............................................................. 52
4. Tanaman Terserang Virus Witche’s Broom............................................... 52

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara tropis yang memiliki sumberdaya
alam yang sangat potensial untuk dikembangkan. Potensi sumberdaya lahan,
agroklimat, dan sumberdaya manusia yang memadai serta iklim yang mendukung
dapat digunakan untuk mengoptimalkan pemanfaatan dan pengembangan usaha
agribisnis.
Krisis energi yang terjadi di negara ini terutama pada bahan bakar minyak
(BBM), menyebabkan perlunya pengembangan sumber-sumber bahan bakar
alternatif. Sumber tanaman penghasil minyak nabati yang dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku biodiesel cukup banyak, yaitu jagung, kedelai, kelapa sawit,
jarak pagar, dan lain sebagainya. Tanaman yang potensial untuk dikembangkan
sebagai bahan baku biodiesel di Indonesia adalah jarak pagar (Jatropha curcas
Linn), karena tanaman ini tidak bersaing dengan kebutuhan pangan dan produkproduk penting lainnya (Hambali, 2006).
Jarak pagar selain sebagai sumber bahan bakar alternatif, juga dikenal
sebagai tanaman yang memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi dan dapat
memperbaiki lingkungan. Menurut Prihandana dan Hendroko (2006), tanaman ini
potensial untuk dikembangkan pada daerah yang marginal atau kering. Tanaman
pada umumnya akan mengalami stress ketika dihadapkan pada lahan yang
ekstrim, dimana sistem perakaran belum berkembang, sehingga air dan hara yang
diserap sangat sedikit. Hal ini menuntut tersedianya benih jarak pagar dengan
mutu yang baik, sehingga dapat dihasilkan bibit yang sehat dan vigor.
Lingkungan memiliki pengaruh yang cukup berarti, oleh karena itu perlu
adanya pengujian benih di lapang dan di laboratorium. Menurut Copeland dan
McDonald (2001), daya adaptasi benih yang baik pada kedua lingkungan tersebut
menunjukkan bahwa benih tersebut vigor. Pengujian perkecambahan di
laboratorium dapat digunakan untuk memperkirakan daya tumbuh tanaman di
lapang. Hal ini sesuai dengan temuan Wang dalam Iriantono et al. (1998) yaitu
persentase daya berkecambah hasil uji laboratorium benih Pinus resinosa

berkorelasi positif dengan persen jadi bibit di lapangan, apabila kecambah
dievaluasi berdasarkan pertumbuhan struktur hipokotil, akar, dan kotiledonnya.
Uji daya berkecambah bertujuan untuk mengetahui mutu fisiologis benih.
Uji ini dapat dipergunakan untuk menilai mutu bibit di lapang. Umumnya
pengujian dilakukan di laboratorium dengan menggunakan media standar, dan
lingkungan yang optimum, sehingga seringkali dihasilkan data yang over estimate
dan tidak sesuai dengan daya tumbuh di lapang. Menurut Kamil (1980) salah satu
kesukaran pokok yang timbul dan sering diabaikan terutama oleh mahasiswa atau
analis benih pada pengujian perkecambahan benih (seed germination test) ialah
menentukan bibit atau kecambah yang termasuk normal (identification of normal
seedling).
Kriteria kecambah normal bervariasi antar jenis tanaman, untuk itu pada
setiap tanaman diperlukan adanya penelitian yang nantinya menghasilkan suatu
kriteria kecambah normal yang berkorelasi dengan vigor bibit di lapang. Kriteria
ini nantinya dapat digunakan sebagai pedoman analis benih, sebagai metode
pengujian rutin di laboratorium benih dalam proses sertifikasi benih, dan untuk
menduga performa pertumbuhan benih di lapang, sehingga perhitungan kebutuhan
benih dapat lebih tepat. Pada penelitian Aisyah (2003) dihasilkan kriteria
kecambah normal pada benih Pinus merkusii yaitu kecambah yang telah memiliki
struktur penting antara lain kulit benih telah terbuka sempurna dan radikula mulai
dewasa yang terlihat berbeda dengan hipokotil dan berwarna merah kecoklatan.
Kriteria pada pinus ini menurut Aisyah (2003) berkorelasi dengan tolok ukur
vigor bibit yaitu tinggi bibit, jumlah daun, panjang akar serta rasio tunas dan akar.
Penentuan standar kriteria kecambah normal pada jarak pagar sangat
penting dilakukan, untuk membantu para konsumen benih dalam mendapatkan
informasi tentang mutu benih yang akan digunakan. Berkembangnya usaha
budidaya jarak pagar di masyarakat, menuntut adanya informasi tentang mutu
benih yang lengkap. Jarak pagar adalah tanaman tahunan, apabila benih yang
digunakan tidak sesuai dengan persyaratan mutu dapat mengakibatkan kegagalan
dan kerugian yang besar dikemudian hari. Untuk itu penelitian tentang penentuan
kriteria kecambah normal yang dapat digunakan untuk menentukan daya
berkecambah (DB) dan berkorelasi dengan vigor bibit jarak pagar perlu dilakukan.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kriteria kecambah normal yang
dapat digunakan untuk menentukan daya berkecambah (DB) dan berkorelasi
dengan beberapa tolok ukur vigor bibit.

Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat suatu kriteria
kecambah normal untuk menentukan daya berkecambah (DB) dan berkorelasi
dengan tolok ukur vigor bibit.

TINJAUAN PUSTAKA

Jarak Pagar (Ja t r opha cu r ca s Lin n .)
Menurut

Se ca r a Um u m

Prihandana dan Hendroko (2006) j arak pagar (Jatropha curcas

Linn.) masih satu keluarga dengan tanaman karet dan kemiri. Adapun klasifikasi
jarak pagar adalah sebagai berikut :
Divisi

: Spermatophyta

Sub Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Euphorbiales

Family

: Euphorbiaceae

Genus

: Jatropha

Spesies

: Jatropha curcas Linn.

Jarak pagar berbentuk pohon perdu dengan tinggi tanaman 1 - 7 m dan
bercabang tidak teratur. Batangnya berkayu, silindris, dan bila terluka akan
mengeluarkan getah. Daunnya berwarna hijau dengan permukaan bagian bawah
lebih pucat dibanding bagian atas. Bunga berwarna kuning kehijauan yang berupa
bunga majemuk berbentuk malai, berumah satu, dan bunga uniseksual. Buah
berbentuk bulat telur dengan diameter 2 - 4 cm, berwarna hijau ketika masih
muda, dan berwarna kuning jika masak. Buah jarak terbagi menjadi tiga ruang,
yang masing-masing ruang berisi satu biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan
berwarna coklat kehitaman (Prihandana dan Hendroko, 2006).
Menurut Bramasto (2006), produktivitas biji jarak berkisar antara 3,5 - 4,5
kg biji/pohon/tahun dan produksinya akan stabil setelah tanaman berumur lebih
dari 1 tahun, sedangkan menurut Hambali (2006) produksinya stabil setelah
berumur lebih dari 5 tahun. Selanjutnya Hambali (2006) menyatakan bahwa
produktivitasnya akan mencapai 5 - 10 ton biji/ha, apabila tingkat populasi
tanaman 2500 pohon/ha.
Biji jarak pagar yang baik untuk dijadikan benih harus memiliki kriteria,
yaitu diambil dari kapsul yang berwarna kuning dan biji yang diambil adalah yang
berwarna hitam dengan fisik utuh, tidak cacat dan tidak tergores, tidak berjamur

ataupun mengandung patogen. Benih harus berasal dari induk yang memiliki
produktivitas tinggi dan telah berumur minimal 4 tahun. Kadar air yang baik
untuk benih yang diedarkan yaitu 5 - 7% dan tidak dikeringkan di bawah sinar
matahari langsung (Prawitasari, 2006a)
Tanaman ini berasal dari Meksiko, Amerika Tengah, dan dibawa ke
Indonesia pada saat pemerintahan Jepang untuk dijadikan bahan bakar minyak
oleh tentara Jepang. Menurut Prawitasari (2006b), jarak pagar di Indonesia sudah
beradaptasi secara alami dengan rentang penyebaran yang luas, mulai kawasan
barat sampai dengan timur (Aceh sampai dengan Papua). Banyak masyarakat
yang belum mengetahui potensi jarak pagar sebagai bahan baku biodiesel. Selama
ini masyarakat hanya mengetahui manfaat jarak pagar sebagai tanaman obat
tradisional dan dapat dimanfaatkan sebagai pagar hidup, sehingga penanamannya
belum dilakukan secara komersial dalam skala besar.
Tanaman jarak pagar mampu tumbuh pada lahan kritis atau marjinal dan
beriklim panas, dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 800 m dpl dan
dengan tingkat keasaman tanah berkisar 5 - 7. Curah hujan optimal untuk daerah
penanaman jarak berkisar antara 700 - 1200 mm/tahun dan kisaran suhu yang
cocok untuk tanaman jarak adalah 20 - 26 oC (Heyne, 1987). Berdasarkan daerah
tempat tumbuhnya, tanaman jarak pagar dapat dijadikan salah satu jenis tanaman
pada kegiatan konservasi dan rehabilitasi lahan kritis (Bramasto, 2006).
Salah sat u aspek yang kurang m endapat kan perhat ian serius pada t anam an j arak pagar
adalah serangan organism e pengganggu t um buhan ( OPT) . Banyak orang m enganggap bahw a t anam an
ini adalah t anam an yang beracun, sehingga t idak perlu dikhawat irkan adanya serangan OPT, nam un
dari hasil laporan dik et ahui adanya beberapa ham a dan penyakit yang m enim bulkan kerusakan, yang
secara ekonom i m erugikan bagi perkebunan j arak pagar ( Anonim ous, 2007) .

Penyakit pada tanaman adalah suatu kondisi dimana tanaman tidak dapat
melakukan fungsinya akibat adanya serangan patogen dan ini berlangsung terus
menerus. Ada beberapa patogen yang sudah diketahui menyerang tanaman jarak
pagar diantaranya menyebabkan penyakit embun tepung, busuk Botrytis, busuk
Rhizoctonia, busuk fusarium, Witche’s Broom, dan bercak daun bakteri
(Suastika, 2006).
Pengujian Mutu Fisiologi Benih

Perkecambahan benih merupakan proses pertumbuhan yang dimulai dari
benih sampai menjadi kecambah. Kamil (1980) menyatakan bahwa secara visual
dan morfologi suatu benih yang berkecambah umumnya ditandai dengan
terlihatnya akar atau daun yang menonjol keluar dari benih. Byrd (1983),
mendefinisikan perkecambahan sebagai mekar dan berkembangnya stukturstruktur penting dari embrio benih yang menunjukkan kemampuannya untuk
menghasilkan tanaman normal pada keadaan yang menguntungkan. Menurut
Schmidt (2000) perkecambahan merupakan mata rantai terakhir dalam proses
penanganan benih. Hal ini didasari dari pengertian bahwa perkecambahan
merupakan batas antara benih yang masih tergantung pada sumber makanan dari
induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam mengambil hara.
Tipe perkecambahan pada jarak pagar merupakan tipe epigeal. Ciri-ciri
perkecambahan epigeal, yaitu hipokotil berkembang dan kemudian mendorong
kotiledon ke atas permukaan tanah, kadang-kadang bersamaan dengan kulit benih
dan sisa endosperma (Schmidt, 2000). Sutopo (2002) mengemukakan bahwa
sebelum daun dapat berfungsi sebagai organ fotosintesis, maka pertumbuhan
kecambah sangat tergantung pada kotiledon (bagian dari benih yang merupakan
jaringan penyimpanan cadangan makanan).
Umumnya perkecambahan tanaman memerlukan beberapa syarat khusus
untuk memulai proses ini. Menurut Schmidt (2000) perkecambahan ditentukan
oleh kualitas benih (vigor dan kemampuan berkecambah), perlakuan awal
(pematahan dormansi), dan kondisi perkecambahan seperti air, suhu, media,
cahaya, dan bebas dari hama penyakit.
Mutu

fisiologis

benih

dapat

diketahui

dengan

melakukan

uji

perkecambahan (Kurniaty et al., 2005). Tujuan utama uji perkecambahan adalah
untuk mendapatkan informasi perkiraan daya tumbuh benih di lapangan dan
menyediakan nilai relatif suatu lot terhadap lot benih lainnya (Anonimous, 2005).
Menurut Copeland dan McDonald (2001) uji ini memiliki keterbatasan dalam
menentukan mutu benih. Iriantono et al. (2000) menambahkan bahwa kemampuan
benih untuk tumbuh di lapangan lebih kecil dibandingkan apabila dikecambahkan
di laboratorium. Hal ini disebabkan karena perkecambahan di laboratorium
berlangsung dalam kondisi terkontrol baik dalam suhu, kelembaban, dan media

tumbuh, sedangkan kondisi di lapangan, banyak dipengaruhi oleh faktor luar yang
sulit dikendalikan. Faktor luar ini merupakan faktor pembatas bagi benih untuk
melakukan aktivitas metabolisme dengan sempurna dan membentuk kecambah
yang normal.
Kurniaty et al. (2005) menyatakan bahwa ciri/kriteria terpenting yang
harus ada dan diketahui dalam pengujian perkecambahan adalah batasan tentang
kecambah normal dan kecambah abnormal. Batasan yang jelas akan
mempermudah penguji untuk menentukan mutu fisiologis benih, karena
kecambah yang memiliki mutu fisiologis yang baik akan berpotensi untuk tumbuh
menjadi tanaman sempurna jika ditanam di lapang.
Struktur penting kecambah seperti struktur perakaran (radikula), daun
(plumula), hipokotil, dan kotiledon merupakan suatu hal yang mutlak digunakan
untuk menilai kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang di lapangan.
Menurut Kamil (1980) pertumbuhan akar adalah sangat penting, semakin cepat
semakin baik untuk pertumbuhan bibit atau tanaman tersebut. Bramasto et al.
(2006) menyatakan bahwa untuk mengetahui sejauh mana pembentukan struktur
penting itu sempurna dan mampu berkembang menjadi semai bibit dan anakan
yang vigor di lapangan, perlu adanya suatu penelitian yang nantinya dapat
menghasilkan suatu kriteria kecambah normal yang juga bisa diuji pada tingkat
semai atau bibit, hingga ditanam di lapangan. Penelitian Bramasto et al. (2006)
memperoleh hasil bahwa penyapihan benih suren dapat dilakukan pada saat
semua struktur penting kecambah telah berkembang dan bentuknya telah
sempurna, yaitu adanya tunas, kotiledon yang telah terbuka, perakaran yang
berkembang sempurna, serta telah munculnya daun primer. Perkembangan
seluruh stuktur kecambah tersebut akan mendukung pertumbuhan bibit
selanjutnya.
Kriteria kecambah/bibit normal adalah kecambah yang memperlihatkan
kemampuan berkembang terus hingga menjadi tanaman normal jika ditumbuhkan
dalam kondisi yang optimum; perakaran berkembang baik dan diikuti
perkembangan hipokotil, plumula (daun), epikotil, dan kotiledon yang tumbuh
sehat; atau ada kerusakan sedikit pada struktur tumbuhnya tetapi secara umum
masih menunjukkan pertumbuhan yang kuat dan seimbang antara pertumbuhan

struktur satu dengan yang lainnya (Sadjad, 1980). Kecambah yang akan
menghasilkan bibit yang vigor adalah kecambah yang memiliki panjang hipokotil
dan akar primer tiga sampai empat kali panjang benih (Anonimous, 1986).
Menurut Iriantono dan Nurhasybi (1996) pengujian mutu fisiologis benih
dilaksanakan untuk menentukan kriteria kuantitatif dan kualitatif kecambah
normal. Kriteria kuantitatif didasarkan pada panjang hipokotil, epikotil, dan
radikula, sedangkan kriteria kualitatif didasarkan pada klasifikasi struktur tumbuh
kecambah. Penelitian Iriantono dan Nurhasybi (1996) pada tanaman tusam
menghasilkan 9 kelas kecambah, yaitu kulit benih telah terbuka sempurna, kulit
benih hampir lepas dari kotiledon, kotiledon telah muncul hingga setengahnya,
batas antara hipokotil dan kotiledon mulai terlihat, kotiledon belum muncul,
radikula mulai tumbuh, benih tidak berkecambah, kulit benih telah retak tetapi
gagal berkecambah, dan kecambah abnormal. Kelas kecambah ini diperoleh
berdasarkan kriteria kualitatif dan diamati pada hari ke-10 sampai hari ke-14.
Chen dan Chen (1989) dalam menguji vigor kecambah Chinese fir pada
wadah vertikal, memperoleh 5 kelas kecambah, yaitu kecambah dengan kulit
benih telah terbuka sempurna, kecambah dengan kulit benih hampir terlepas,
munculnya radikula dan hipokotil dengan kulit benih masih melekat, radikula dan
hipokotil muncul dengan kulit benih yang masih melekat dan kotiledon belum
terlihat, dan radikula muncul lebih panjang dari setengah ukuran benih. Pengujian
klasifikasi tanaman Chinese fir ini berakhir pada hari ke-20, karena lebih dari hari
ke-20, kelima kelas kecambah sudah tidak berkorelasi dengan penampilan
tanaman di persemaian.
Kriteria Bibit Tanaman Tahunan
Menurut Salisbury dan Ross (1995), pertumbuhan adalah pertambahan sel
yang pada tumbuhan berlangsung terbatas pada beberapa bagian tertentu, yang
terdiri dari sejumlah sel yang baru saja dihasilkan melalui proses pembelahan sel
meristem. Pembelahan sel itu sendiri tidak menyebabkan pertambahan ukuran,
namun produk pembelahan sel itulah yang tumbuh dan menyebabkan
pertumbuhan. Ujung akar dan ujung tajuk (apeks) adalah bagian tanaman yang
memiliki meristem. Proses pertumbuhan ini dipengaruhi oleh faktor dalam

(genetik) dan faktor luar (lingkungan) yang mempengaruhi baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Bibit adalah bahan tanaman vegetatif yang bukan benih atau benih yang
sudah tumbuh, namun belum mencapai stadium kemandirian tanaman (Sadjad,
1999). Mutu bibit dapat dievaluasi oleh ciri fisik, fisiologi, dan genetikanya. Ciri
fisik yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi mutu bibit diantaranya tinggi
total, diameter pangkal batang, nisbah tinggi/diameter, nisbah bagian tunas/akar,
kelurusan dan jumlah batang, pangkal batang berkayu, keadaan tajuk dan
kekompakan akar. Ciri fisiologi bibit dapat dievaluasi dengan mengukur
kandungan unsur hara pada tanaman, karbohidrat, ketahanan terhadap stres,
potensi pertumbuhan akar dan kesehatan bibit (Hendromono, 2003). Mutu
genetika bibit dapat dilihat dari keseragaman genotipe dan wujud fenotipenya
(Sadjad, 1993).
Duryea dalam Kartika (1994) berpendapat bahwa karakteristik morfologi
yang merupakan salah satu kriteria kualitas bibit adalah bentuk fisik atau
penampilan bibit yang dapat dilihat. Umumnya di Indonesia untuk pengujian bibit
dilakukan dengan uji morfologi, namun menurut Hawkins dalam Nurhasybi dan
Sudrajat (2006), uji ini tidak selalu berhasil dalam memprediksi penampilan bibit
setelah penanaman, karena morfologi tidak mengindikasikan vitalitas saat itu,
sehingga diperlukan uji fisiologis untuk menilai keseluruhan pengaruh perlakuan
di persemaian terhadap kesehatan dan vigor bibit. Menurut Nurhasybi dan
Sudrajat (2006) beberapa parameter yang menentukan kriteria mutu bibit
sebaiknya distandarisasi dengan metode pengujian mutu bibit yang merupakan
kombinasi dari beberapa uji agar standar mutu bibit yang dihasilkan dapat
diaplikasikan untuk jenis tertentu yang ditanam pada tempat tertentu.
Kartika (1994) menyatakan bahwa bibit yang normal kuat jika dipelihara
selama sebulan di pembibitan akan tumbuh dengan kuat sehingga tetap normal
kuat dan yang berkembangnya agak lambat akan menjadi bibit normal kurang
kuat pula. Pada bibit normal kuat tidak ada yang berubah menjadi abnormal,
karena bibit sudah vigor, sehingga mampu tumbuh dan berkembang dengan baik.
Hawkins dalam Nurhasybi dan Sudrajat (2006) menambahkan bahwa penanaman
dengan bibit yang sehat dan vigor akan menjamin tanaman memiliki kemampuan

terbaik untuk membentuk perakaran baru secara cepat dan membangun akses
yang baik terhadap tanah, air, dan cadangan hara, sehingga mampu bertahan pada
tekanan lingkungan tempat tumbuh.
Mutu bibit tanaman untuk siap ditanam di lapang berbeda-beda, selain itu
kondisi lingkungan juga mempengaruhi. Ukuran bibit dalam wadah yang
umumnya dianggap siap tanam, yaitu bibit dengan tinggi total 25 - 50 cm,
diameter pangkal batang 3 - 5 mm, nisbah bagian tunas/akar 2 - 5, nisbah
tinggi/diameter 6.5 - 10, kecuali jenis tertentu lebih rendah (Hendromono, 2003).
Prawitasari (2006a) menyatakan bahwa bibit jarak pagar yang bermutu baik
memiliki ciri-ciri antara lain pertumbuhan bibit seragam, bibit tidak terserang
hama dan penyakit, dan bibit tumbuh vigor dan baik dengan ukuran daun yang
lebar berwarna hijau dan memiliki tunas yang besar dan kokoh.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Ilmu dan
Teknologi Benih IPB Leuwikopo, Dramaga, Bogor. Penelitian ini berlangsung
dari bulan Juni 2007 sampai Desember 2007.

Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jarak
pagar (Jatropha curcas Linn.), pasir, tanah, pupuk kandang, dan air. Pada
percobaan pertama benih berasal dari enam aksesi, yaitu aksesi Karanganyar,
Lampung, Bengkulu, Indramayu grade A, Indramayu grade B, dan Indramayu
grade C. Pada percobaan kedua dan ketiga menggunakan lima lot benih, yaitu
IP-1P (Improved Population-1 dari Pakuwon), IP-1A (Improved Population-1 dari
Asembagus), IP-1M (Improved Population-1 dari Muktiharjo), aksesi dari
Karanganyar dan Probolinggo.
Alat-alat yang digunakan adalah boks plastik untuk mengecambahkan
benih, polibag, penggaris, meteran, jangka sorong, timbangan, oven, dan alat ukur
yang lain.

Metode Penelitian
Penelitian ini terdiri dari tiga percobaan yang dilaksanakan secara
bertahap.

Percobaan 1: Penentuan Berbagai Macam Kriteria Kecambah Normal
Percobaan pertama bertujuan untuk memperoleh beberapa macam kriteria
kecambah normal yang akan digunakan pada percobaan tahap selanjutnya, dengan
menggunakan benih dari aksesi Karanganyar, Lampung, Bengkulu, Indramayu
grade A, Indramayu grade B, dan Indramayu grade C.

Pada percobaan ini masing-masing aksesi terdiri dari 4 ulangan dan setiap
ulangan menggunakan 25 benih. Total keseluruhan benih yang digunakan adalah
600. Benih direndam selama satu malam sebelum ditanam, selanjutnya benih
dikecambahkan dalam boks plastik dengan media pasir dan diletakkan di rumah
kaca selama 21 hari.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat perkembangan struktur
penting kecambah. Struktur perkecambahan yang dihasilkan hingga hari ke-21
dikelompokkan berdasarkan morfologi kecambah. Hal ini dilakukan berdasarkan
sifat kualitatif yaitu panjang hipokotil, endosperma yang menutupi kotiledon,
struktur perakaran, dan munculnya plumula. Benih yang dikecambahkan
diharapkan mampu memberikan keragaman struktur kecambah normal sehingga
bisa diperoleh beberapa kelompok yang menunjukkan kriteria kualitatif kecambah
normal. Kriteria tersebut nantinya dapat dijadikan panduan sementara untuk
menentukan daya berkecambah pada lot benih yang akan diuji.
Percobaan 2: Pengujian Perkecambahan pada Beberapa Lot Benih
Tujuan dari percobaan kedua adalah untuk memilih salah satu kriteria
yang telah diperoleh pada percobaan pertama. Hal ini dilakukan dengan
mengaplikasikan beberapa kriteria kecambah normal yang telah diperoleh pada
percobaan pertama pada beberapa lot benih.
Percobaan ini menggunakan 5 lot benih, yaitu IP-1P (Improved
Population-1 dari Pakuwon), IP-1A (Improved Population-1 dari Asembagus),
IP-1M (Improved Population-1 dari Muktiharjo), aksesi dari Karanganyar dan
Probolinggo. Kelima lot benih tersebut direndam selama satu malam sebelum
ditanam, seperti pada percobaan pertama.
Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
faktor tunggal yaitu lot benih dengan 4 ulangan. Pemilihan salah satu kriteria yang
telah diperoleh pada percobaan pertama dilakukan berdasarkan uji F dan uji lanjut
Duncan dengan melihat nyata atau tidaknya serta jumlah nilai tengah yang
menunjukkan beda nyata antar perlakuan.

Bentuk umum dari Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu faktor :
Yij = µ +