Performa Sifat-sifat Reproduksi Mencit (Mus musculus) Betina yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Segar

PERFORMA SIFAT-SIFAT REPRODUKSI MENCIT
(Mus musculus) BETINA YANG MENDAPAT
PAKAN TAMBAHAN KEMANGI
(Ocimum basilicum) SEGAR

SKRIPSI
FATHONAH KUZAIMI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PERFORMA SIFAT-SIFAT REPRODUKSI MENCIT
(Mus musculus) BETINA YANG MENDAPAT
PAKAN TAMBAHAN KEMANGI
(Ocimum basilicum) SEGAR

Fathonah Kuzaimi
D14101003


Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PERFORMA SIFAT-SIFAT REPRODUKSI MENCIT
(Mus musculus) BETINA YANG MENDAPAT
PAKAN TAMBAHAN KEMANGI
(Ocimum basilicum) SEGAR

Oleh :
FATHONAH KUZAIMI
D14101003

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan

Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 2 Maret 2006

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc
NIP. 131 624 187

Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer
NIP. 130 354 159

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc
NIP. 131 624 188

RINGKASAN
FATHONAH KUZAIMI. D14101003. 2006. Performa Sifat-sifat Reproduksi

Mencit (Mus Musculus) Betina yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi
(Ocimum Basilicum) Segar. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota

: Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc
: Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer

Kemangi (Ocimum basilicum) merupakan salah satu tanaman yang mudah
didapat dan murah harganya. Kemangi memiliki aroma harum dan rasa yang khas.
Kemangi memiliki kandungan aktif yang khasiatnya berkaitan erat dengan aktifitas
seksual atau reproduksi dan kesuburan karena merangsang sekresi hormon
reproduksi terutama estrogen serta dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk
mengobati berbagai macam penyakit.
Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan percobaan konvensional
yang paling sering digunakan dalam penelitian. Mencit dijadikan hewan model
karena murah harganya, cepat berbiak, mempunyai interval generasi yang pendek,
jumlah anak sepelahiran yang tinggi, mudah dipelihara serta memiliki sifat anatomi
dan fisiologi yang dapat mewakili mammalia besar lainnya. Hal-hal tersebut

menjadikan mencit sebagai hewan percobaan yang praktis untuk penelitian sifat
reproduksi ternak.
Kemangi diberikan kepada induk mencit untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap performa reproduksi induk. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi
gambaran penggunaan kemangi sebagai sumber fitoestrogen untuk memperbaiki
sifat-sifat reproduksi mencit sebagai hewan model dan dapat dimanfaatkan sebagai
patokan dalam penelitian lanjutan. Tujuan penelitian untuk mempelajari pengaruh
penambahan kemangi segar dalam pakan terhadap sifat-sifat reproduksi mencit
betina.
Penelitian ini menggunakan 60 ekor mencit betina dewasa dan 30 ekor mencit
jantan yang hanya digunakan sebagai pejantan. Mencit-mencit tersebut ditempatkan
dalam 30 kandang dengan ratio jantan betina 1:2. Pakan yang digunakan berupa
pakan ayam peranggang (CP-511) dengan kandungan protein 21-23%. Rancangan
percobaan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga taraf perlakuan,
yaitu kontrol, penambahan kemangi sebesar 2,5% dan 5,0% dalam pakan induk
dengan sepuluh ulangan. Peubah yang diamati adalah jumlah anak sepelahiran, bobot
lahir, bobot sapih, pertumbuhan dan pertambahan bobot badan, jumlah anak sapih
serta mortalitas anak mencit sampai umur sapih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kemangi segar dalam
pakan induk tidak berpengaruh terhadap jumlah anak sepelahiran, bobot lahir, jumlah

anak sapih dan mortalitas anak selama menyusu, tetapi berpengaruh terhadap
pertumbuhan anak umur 9-21 hari, pertambahan bobot badan anak umur 6-15 hari,
dan bobot sapih anak mencit. Kemangi disarankan diberikan dengan dosis yang
optimal sehingga memberikan pengaruh positif terhadap sifat-sifat reproduksi.
Kata-kata kunci: mencit, Mus musculus, kemangi, Ocimum basilicum, sifat-sifat
reproduksi

ABSTRACT
Performance Reproduction Traits of Female Mice which Get Additional Fresh
Ocimum basilicum
Kuzaimi, F., C. Sumantri, dan S.S. Mansjoer
[

Ocimum basilicum is one of plant which use for traditional medicine. It is believed to
increase fertility and avoid sterility. Ocimum basilicum contains of chemical which
can stimulate reproduction hormone especially estrogen. The aim of this research is
studying the influence of fresh Ocimum basilicum on reproduction traits of female
mice. This research use 60 heads female mice at weaning age (21 days old). The
experimental design was Completely Randomized Design with three level
treatments, there were control, 2,5 and 5,0% fresh Ocimum basilicum level. The

variables to be observed are litter size, birth weight, daily weight gain and growth,
weaning weight, weaning number and mortality. The result showed that litter size,
birth weight, weaning numbers and mortality of the pups were not significantly
influenced by addition of fresh Ocimum basilicum, but significant differenced on
weaning weight, growth rate of 9-21 days age and weight gain of age 6-15 days of
the pups.
Keywords: mice, Ocimum basilicum, reproduction traits

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 29 Oktober 1982.
Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Sadimo
dan Ibu Hj. Suwarti.
Tahun 1995, penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri 1 Peleman dan pada
tahun 1998 lulus dari SLTP Negeri 2 Gemolong. Tahun 2001, penulis lulus dari
SMU Negeri 1 Gemolong.
Tahun 2001, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi
Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk
Institut Pertanian Bogor).


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya yang tidak terhingga dan hanya dengan
pertolongan-Nya, skripsi dengan judul ”Performa Sifat-sifat Reproduksi Mencit
(Mus musculus) yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum
basilicum) Segar” dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan ummatnya.
Penulis pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc dan Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini
Mansjoer selaku pembimbing skripsi yang telah berkenan membimbing dan
memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, sehingga saran dan masukan menjadi salah satu harapan
penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan dunia peternakan.

Bogor, Maret 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

RINGKASAN ...................................................................................................

i

ABSTRACT......................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................

iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................

iv

DAFTAR ISI.....................................................................................................

v


DAFTAR TABEL............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................

ix

PENDAHULUAN ............................................................................................

1

Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan ...................................................................................................
Manfaat .................................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................


3

Mencit (Mus musculus) .........................................................................
Pakan dan Minum Mencit .....................................................................
Konsumsi ..................................................................................
Konversi ....................................................................................
Sifat-Sifat Reproduksi Mencit ..............................................................
Jumlah Anak Sepelahiran .........................................................
Bobot Lahir ...............................................................................
Pertumbuhan Prasapih Anak Mencit ........................................
Bobot Sapih...............................................................................
Jumlah Anak Sapih ...................................................................
Mortalitas ..................................................................................
Kemangi (Ocimum basilicum) ..............................................................
Taksonomi dan Botani ..............................................................
Asal dan Persebaran ..................................................................
Khasiat Kemangi.......................................................................
Kandungan Kimia Kemangi .....................................................
Kandungan Zat Gizi Kemangi ..................................................


3
5
5
6
6
6
7
8
9
9
10
10
10
11
12
13
15

METODE ..........................................................................................................

17

Tempat dan Waktu ................................................................................
Materi Penelitian ...................................................................................
Mencit Percobaan .....................................................................
Kandang dan Peralatan .............................................................
Pakan .........................................................................................
Metode Penelitian .................................................................................
Identifikasi Mencit ....................................................................

17
17
17
18
19
20
20

Pelaksanaan Penelitian ..............................................................
Peubah yang Diamati ................................................................
Rancangan Percobaan ...............................................................

21
22
23

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................

25

Keadaan Lingkungan Selama Penelitian ..............................................
Pakan Penelitian ........................................................................
Suhu dan Kelembaban ..............................................................
Sifat-sifat Reproduksi Mencit ...............................................................
Jumlah Anak Sepelahiran .........................................................
Bobot Lahir Anak Mencit .........................................................
Pertumbuhan Anak Mencit dari Lahir sampai Disapih ...........
Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit sampai Disapih .......
Bobot Sapih Anak Mencit.........................................................
Jumlah Anak Sapih ...................................................................
Mortalitas Anak Mencit sampai Umur Sapih .......................................

25
25
26
26
26
28
30
32
36
38
49

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................

42

Kesimpulan ...........................................................................................
Saran .....................................................................................................

42
42

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................

43

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

44

LAMPIRAN......................................................................................................

47

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Sifat Biologis Mencit ............................................................................

4

2. Komponen Kimia Kemangi ..................................................................

14

3. Komponen Nilai Gizi Daun Kemangi per 100 g Bahan Segar .............

16

4. Kombinasi Pemberian Pakan ................................................................

22

5. Kandungan Gizi Pakan Ayam Peranggang, Kemangi dan Pakan
Penelitian pada Perlakuan Kontrol, Penambahan 2,5% dan 5,0%
Kemangi Segar ......................................................................................

25

6. Rerata Jumlah Anak Sepelahiran ..........................................................

27

7. Rerata Bobot Lahir Anak Mencit..........................................................

28

8. Bobot Badan Anak Mencit sampai Umur Sapih ...................................

30

9. Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit dari Lahir sampai
Umur Sapih ...........................................................................................

33

10. Rerata Bobot Sapih anak Mencit ..........................................................

36

11. Rerata Jumlah Anak Sapih ....................................................................

39

12. Mortalitas Anak Mencit sampai Umur Sapih .......................................

40

PERFORMA SIFAT-SIFAT REPRODUKSI MENCIT
(Mus musculus) BETINA YANG MENDAPAT
PAKAN TAMBAHAN KEMANGI
(Ocimum basilicum) SEGAR

SKRIPSI
FATHONAH KUZAIMI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PERFORMA SIFAT-SIFAT REPRODUKSI MENCIT
(Mus musculus) BETINA YANG MENDAPAT
PAKAN TAMBAHAN KEMANGI
(Ocimum basilicum) SEGAR

Fathonah Kuzaimi
D14101003

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PERFORMA SIFAT-SIFAT REPRODUKSI MENCIT
(Mus musculus) BETINA YANG MENDAPAT
PAKAN TAMBAHAN KEMANGI
(Ocimum basilicum) SEGAR

Oleh :
FATHONAH KUZAIMI
D14101003

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 2 Maret 2006

Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc
NIP. 131 624 187

Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer
NIP. 130 354 159

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc
NIP. 131 624 188

RINGKASAN
FATHONAH KUZAIMI. D14101003. 2006. Performa Sifat-sifat Reproduksi
Mencit (Mus Musculus) Betina yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi
(Ocimum Basilicum) Segar. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama
Pembimbing Anggota

: Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc
: Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer

Kemangi (Ocimum basilicum) merupakan salah satu tanaman yang mudah
didapat dan murah harganya. Kemangi memiliki aroma harum dan rasa yang khas.
Kemangi memiliki kandungan aktif yang khasiatnya berkaitan erat dengan aktifitas
seksual atau reproduksi dan kesuburan karena merangsang sekresi hormon
reproduksi terutama estrogen serta dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional untuk
mengobati berbagai macam penyakit.
Mencit (Mus musculus) merupakan salah satu hewan percobaan konvensional
yang paling sering digunakan dalam penelitian. Mencit dijadikan hewan model
karena murah harganya, cepat berbiak, mempunyai interval generasi yang pendek,
jumlah anak sepelahiran yang tinggi, mudah dipelihara serta memiliki sifat anatomi
dan fisiologi yang dapat mewakili mammalia besar lainnya. Hal-hal tersebut
menjadikan mencit sebagai hewan percobaan yang praktis untuk penelitian sifat
reproduksi ternak.
Kemangi diberikan kepada induk mencit untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap performa reproduksi induk. Hasil penelitian diharapkan dapat memberi
gambaran penggunaan kemangi sebagai sumber fitoestrogen untuk memperbaiki
sifat-sifat reproduksi mencit sebagai hewan model dan dapat dimanfaatkan sebagai
patokan dalam penelitian lanjutan. Tujuan penelitian untuk mempelajari pengaruh
penambahan kemangi segar dalam pakan terhadap sifat-sifat reproduksi mencit
betina.
Penelitian ini menggunakan 60 ekor mencit betina dewasa dan 30 ekor mencit
jantan yang hanya digunakan sebagai pejantan. Mencit-mencit tersebut ditempatkan
dalam 30 kandang dengan ratio jantan betina 1:2. Pakan yang digunakan berupa
pakan ayam peranggang (CP-511) dengan kandungan protein 21-23%. Rancangan
percobaan yang digunakan Rancangan Acak Lengkap dengan tiga taraf perlakuan,
yaitu kontrol, penambahan kemangi sebesar 2,5% dan 5,0% dalam pakan induk
dengan sepuluh ulangan. Peubah yang diamati adalah jumlah anak sepelahiran, bobot
lahir, bobot sapih, pertumbuhan dan pertambahan bobot badan, jumlah anak sapih
serta mortalitas anak mencit sampai umur sapih.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kemangi segar dalam
pakan induk tidak berpengaruh terhadap jumlah anak sepelahiran, bobot lahir, jumlah
anak sapih dan mortalitas anak selama menyusu, tetapi berpengaruh terhadap
pertumbuhan anak umur 9-21 hari, pertambahan bobot badan anak umur 6-15 hari,
dan bobot sapih anak mencit. Kemangi disarankan diberikan dengan dosis yang
optimal sehingga memberikan pengaruh positif terhadap sifat-sifat reproduksi.
Kata-kata kunci: mencit, Mus musculus, kemangi, Ocimum basilicum, sifat-sifat
reproduksi

ABSTRACT
Performance Reproduction Traits of Female Mice which Get Additional Fresh
Ocimum basilicum
Kuzaimi, F., C. Sumantri, dan S.S. Mansjoer
[

Ocimum basilicum is one of plant which use for traditional medicine. It is believed to
increase fertility and avoid sterility. Ocimum basilicum contains of chemical which
can stimulate reproduction hormone especially estrogen. The aim of this research is
studying the influence of fresh Ocimum basilicum on reproduction traits of female
mice. This research use 60 heads female mice at weaning age (21 days old). The
experimental design was Completely Randomized Design with three level
treatments, there were control, 2,5 and 5,0% fresh Ocimum basilicum level. The
variables to be observed are litter size, birth weight, daily weight gain and growth,
weaning weight, weaning number and mortality. The result showed that litter size,
birth weight, weaning numbers and mortality of the pups were not significantly
influenced by addition of fresh Ocimum basilicum, but significant differenced on
weaning weight, growth rate of 9-21 days age and weight gain of age 6-15 days of
the pups.
Keywords: mice, Ocimum basilicum, reproduction traits

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 29 Oktober 1982.
Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Sadimo
dan Ibu Hj. Suwarti.
Tahun 1995, penulis lulus dari Sekolah Dasar Negeri 1 Peleman dan pada
tahun 1998 lulus dari SLTP Negeri 2 Gemolong. Tahun 2001, penulis lulus dari
SMU Negeri 1 Gemolong.
Tahun 2001, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Teknologi
Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk
Institut Pertanian Bogor).

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya yang tidak terhingga dan hanya dengan
pertolongan-Nya, skripsi dengan judul ”Performa Sifat-sifat Reproduksi Mencit
(Mus musculus) yang Mendapat Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum
basilicum) Segar” dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan ummatnya.
Penulis pada kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih sebesarbesarnya kepada Dr. Ir. Cece Sumantri, MAgr.Sc dan Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini
Mansjoer selaku pembimbing skripsi yang telah berkenan membimbing dan
memberikan saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, sehingga saran dan masukan menjadi salah satu harapan
penulis. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kemajuan dunia peternakan.

Bogor, Maret 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ...................................................................................................

i

ABSTRACT......................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................

iii

KATA PENGANTAR ......................................................................................

iv

DAFTAR ISI.....................................................................................................

v

DAFTAR TABEL............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................

ix

PENDAHULUAN ............................................................................................

1

Latar Belakang ...................................................................................
Tujuan ...................................................................................................
Manfaat .................................................................................................

1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................

3

Mencit (Mus musculus) .........................................................................
Pakan dan Minum Mencit .....................................................................
Konsumsi ..................................................................................
Konversi ....................................................................................
Sifat-Sifat Reproduksi Mencit ..............................................................
Jumlah Anak Sepelahiran .........................................................
Bobot Lahir ...............................................................................
Pertumbuhan Prasapih Anak Mencit ........................................
Bobot Sapih...............................................................................
Jumlah Anak Sapih ...................................................................
Mortalitas ..................................................................................
Kemangi (Ocimum basilicum) ..............................................................
Taksonomi dan Botani ..............................................................
Asal dan Persebaran ..................................................................
Khasiat Kemangi.......................................................................
Kandungan Kimia Kemangi .....................................................
Kandungan Zat Gizi Kemangi ..................................................

3
5
5
6
6
6
7
8
9
9
10
10
10
11
12
13
15

METODE ..........................................................................................................

17

Tempat dan Waktu ................................................................................
Materi Penelitian ...................................................................................
Mencit Percobaan .....................................................................
Kandang dan Peralatan .............................................................
Pakan .........................................................................................
Metode Penelitian .................................................................................
Identifikasi Mencit ....................................................................

17
17
17
18
19
20
20

Pelaksanaan Penelitian ..............................................................
Peubah yang Diamati ................................................................
Rancangan Percobaan ...............................................................

21
22
23

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................

25

Keadaan Lingkungan Selama Penelitian ..............................................
Pakan Penelitian ........................................................................
Suhu dan Kelembaban ..............................................................
Sifat-sifat Reproduksi Mencit ...............................................................
Jumlah Anak Sepelahiran .........................................................
Bobot Lahir Anak Mencit .........................................................
Pertumbuhan Anak Mencit dari Lahir sampai Disapih ...........
Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit sampai Disapih .......
Bobot Sapih Anak Mencit.........................................................
Jumlah Anak Sapih ...................................................................
Mortalitas Anak Mencit sampai Umur Sapih .......................................

25
25
26
26
26
28
30
32
36
38
49

KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................

42

Kesimpulan ...........................................................................................
Saran .....................................................................................................

42
42

UCAPAN TERIMA KASIH ............................................................................

43

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................

44

LAMPIRAN......................................................................................................

47

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1. Sifat Biologis Mencit ............................................................................

4

2. Komponen Kimia Kemangi ..................................................................

14

3. Komponen Nilai Gizi Daun Kemangi per 100 g Bahan Segar .............

16

4. Kombinasi Pemberian Pakan ................................................................

22

5. Kandungan Gizi Pakan Ayam Peranggang, Kemangi dan Pakan
Penelitian pada Perlakuan Kontrol, Penambahan 2,5% dan 5,0%
Kemangi Segar ......................................................................................

25

6. Rerata Jumlah Anak Sepelahiran ..........................................................

27

7. Rerata Bobot Lahir Anak Mencit..........................................................

28

8. Bobot Badan Anak Mencit sampai Umur Sapih ...................................

30

9. Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit dari Lahir sampai
Umur Sapih ...........................................................................................

33

10. Rerata Bobot Sapih anak Mencit ..........................................................

36

11. Rerata Jumlah Anak Sapih ....................................................................

39

12. Mortalitas Anak Mencit sampai Umur Sapih .......................................

40

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Mencit yang Digunakan dalam Penelitian ............................................

17

2. Penempatan Kandang-kandang Mencit pada Rak ................................

18

3. Peralatan-peralatan yang Digunakan pada Penelitian ...........................

18

4. Pakan yang Dipakai dalam Penelitian ..................................................

19

5. Penempatan Kemangi dalam Kandang .................................................

19

6. Cara Penomoran Mencit Betina Dewasa pada Daun Telinga ...............

20

7. Skema Penomoran Anak Mencit pada Jari Kaki ..................................

21

8. Kurva Pertumbuhan Anak Mencit dari Lahir sampai Sapih .................

32

9. Pertambahan Bobot Badan Anak Mencit dari Lahir sampai
Sapih .....................................................................................................

34

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor

Halaman

1. Analisis Ragam Jumlah Anak Sepelahiran ...........................................

48

2. Analisis Ragam Bobot Lahir Anak Mencit...........................................

48

3. Analisis Ragam Perlakuan (Kontrol, Penambahan 2,5 dan 5,0%
Kemangi Segar) terhadap Pertumbuhan Anak Mencit Umur
3 Hari ...................................................................................................

48

4. Analisis Ragam Perlakuan (Kontrol, Penambahan 2,5 dan 5,0%
Kemangi Segar) terhadap Pertumbuhan Anak Mencit Umur
6 Hari ..................................................................................................
48
5. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan
2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertumbuhan Anak Mencit
Umur 9 Hari .......................................................................................... 49
6. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan
2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertumbuhan Anak Mencit
Umur 12 Hari ........................................................................................ 49
7. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan
2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertumbuhan Anak Mencit
Umur 15 Hari ........................................................................................

50

8. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan
2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertumbuhan Anak Mencit
Umur 18 Hari .......................................................................................

50

9. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan
2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertambahan Bobot Badan
Anak Mencit Umur 1-3 Hari ................................................................ 51
10. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan
2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertambahan Bobot Badan
Anak Mencit Umur 3-6 Hari ................................................................. 51
11. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan
2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertambahan Bobot Badan
Anak Mencit Umur 6-9 Hari ................................................................. 51
12. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan
2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertambahan Bobot Badan
Anak Mencit Umur 9-12 Hari ............................................................... 52
13. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan
2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertambahan Bobot Badan
Anak Mencit Umur 12-15 Hari .............................................................
52

14. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan
2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertambahan Bobot Badan
Anak Mencit Umur 15-18 Hari .............................................................

52

15. Analisis Ragam dan Uji Tukey Perlakuan (Kontrol, Penambahan
2,5 dan 5,0% Kemangi Segar) terhadap Pertambahan Bobot Badan
Anak Mencit Umur 18-21 Hari ............................................................. 53
16. Analisis Ragam dan Uji Tukey Bobot Sapih Anak Mencit ..................

53

17. Analisis Ragam Jumlah Anak Mencit yang Berhasil Disapih .............

53

18. Analisis Ragam Mortalitas Anak Mencit sampai Umur Sapih ..........

54

19. Korelasi Antara Jumlah Anak Sepelahiran, Bobot Lahir, Pertambahan
Bobot Badan, Bobot Sapih, Jumlah Anak Sapih, dan Mortalitas Anak
sampai Umur Sapih ............................................................................... 54
20. Analisis Ragam Pakan Penelitian .........................................................

54

PENDAHULUAN
Latar belakang
Dewasa ini perkembangan teknologi dan pendidikan cukup pesat, seiring
dengan hal itu tuntutan kebutuhan hidup masyarakat pun meningkat. Fenomena ini
terjadi pada berbagai sektor pembangunan termasuk sub sektor peternakan.
Upaya untuk memenuhi dan mengantisipasi kebutuhan konsumen perlu
dilakukan usaha untuk meningkatkan produksi dibidang peternakan. Dalam
perkembangannya, keuntungan sebuah peternakan ditentukan oleh keterpaduan
langkah perbaikan mutu genetik dan pakan yang berkualitas baik dan seimbang serta
tata laksana yang baik dan tergantung juga pada produktivitas yang dihasilkan.
Produktivitas ternak tidak lepas dari sifat–sifat reproduksi seperti jumlah anak
sepelahiran, bobot lahir anak, pertumbuhan dan pertambahan anak, bobot sapih,
jimlah anak sapih dan mortalitas. Sifat-sifat reproduksi dapat dijadikan sebagai
indikator tingkat produktivitas ternak.
Salah satu syarat untuk pengembangan peternakan adalah tersedianya hewan
percobaan konvensional yang sehat. Salah satu alternatif yang dapat mengatasi hal
ini adalah dengan menggunakan mencit sebagai hewan model. Mencit liar atau
rumah merupakan hewan semarga dengan mencit laboratorium. Hewan ini tersebar
di seluruh dunia dan mudah ditemukan, dapat hidup di daerah yang cukup luas, mulai
dari iklim dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup terus menerus dalam
kandang.
Mencit dijadikan hewan model karena murah harganya, cepat berbiak,
mempunyai interval generasi yang pendek, jumlah anak sepelahiran yang tinggi,
mudah dipelihara dalam jumlah banyak, variasi genetik yang cukup besar serta sifat
anatomis dan fisiologis yang dapat mewakili mamalia besar lainnya. Hal-hal tersebut
menjadikan mencit sebagai hewan model yang praktis untuk penelitian sifat-sifat
reproduksi.
Akhir–akhir ini para peneliti dari negara maju mulai mengarahkan
perhatiannya pada tumbuhan obat yang merupakan sumber daya alami yang tidak
pernah habis dan terus dikembangkan. Tanaman-tanaman tersebut sering dijadikan
sebagai pakan tambahan untuk melengkapi komponen zat pakan ternak. Dengan

1

pemberian pakan tambahan diharapkan mampu memperbaiki perfarma sifat-sifat
reproduksi ternak. Salah satunya adalah kemangi. Kemangi merupakan salah satu
tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional yang dipercaya memiliki
kemampuan untuk menyuburkan dan mencegah kemandulan pada wanita karena
kemangi mengandung senyawa kimia yang mampu merangsang sekresi hormonhormon reproduksi seperti estrogen dan progesteron.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mempelajari pengaruh penambahan kemangi
(Ocimum basilicum) segar dalam pakan induk terhadap sifat-sifat reproduksi mencit
(Mus musculus) betina yang meliputi jumlah anak sepelahiran, bobot lahir,
pertumbuhan dan pertambahan bobot badan, bobot sapih, jumlah anak sapih dan
mortalitas.
Manfaat
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi gambaran penggunaan kemangi
sebagai sumber fitoestrogen untuk memperbaiki sifat-sifat reproduksi mencit sebagai
hewan model. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai
patokan dalam penelitian pemanfaatan bahan pakan sumber fitoestrogen dikemudian
hari.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Mencit (Mus musculus)
Mencit (Mus musculus) merupakan hewan yang paling banyak digunakan
sebagai hewan model untuk percobaan laboratorium dengan kisaran 40-80%. Hewan
ini termasuk filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Rodentia, famili Muridae, genus
Mus dan spesies Mus musculus (Arrington, 1972). Hal ini disebabkan hewan ini
memiliki jumlah anak sepelahiran yang banyak, sifat produksi dan reproduksi yang
menyerupai mammalia besar.
Mencit hidup pada daerah yang cukup luas penyebarannya, mulai dari iklim
dingin, sedang maupun panas dan dapat hidup terus menerus dalam kandang atau
secara bebas sebagai hewan liar (Malole dan Pramono, 1989). Hewan ini termasuk
hewan monogastrik yaitu memiliki lambung sederhana (Arrington, 1972).
Mencit merupakan hewan poliestrus, yaitu hewan yang mengalami estrus
lebih dari dua kali dalam satu tahun. Seekor mencit betina akan mengalami estrus
setiap 4-5 hari sekali. Malole dan Pramono (1989) menyatakan bahwa mencit
memiliki lima pasang kelenjar susu, yaitu tiga pasang dibagian dada dan dua pasang
dibagian inguinal. Smith dan Mangkoewidjojo (1988) berpendapat bahwa mencit
memakan segala jenis makanan (omnivora), selain itu mencit adalah hewan nocturnal
yang aktivitas pemeliharaannya lebih banyak terjadi dimalam dan sore hari, seperti
aktivitas makan dan minum (Inglis, 1980).
Penggunaan mencit sebagai hewan percobaan sangat praktis untuk penelitian
genetika kuantitatif, karena mudah berkembang biak dan mencit dapat digunakan
sebagai hewan model untuk mempelajari seleksi terhadap sifat-sifat kuantitatif
seperti jumlah anak per kelahiran dan bobot badan yang merupakan suatu sifat
produksi ternak yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Berikut ini beberapa sifat
biologis mencit ( Tabel 1).

3

Tabel 1. Sifat Biologis Mencit
Kriteria (Satuan)

Keterangan

Lama hidup (tahun)

1-3 dapat 4

Lama produksi ekonomis (bulan)

9,0

Bobot badan dewasa :
Jantan (g)

20,0-40,0

Betina (g)

18,0-35,0

Umur dewasa (hari)

35,0

Umur jantan dan betina dikawinkan (minggu)

8,0

Siklus estrus (birahi) (hari)

4,0-5,0

Lama estrus (jam)

12,0-14,0

Perkawinan

pada waktu estrus

Fertilisasi

2 jam sesudah kawin

Lama bunting (hari)

19,0-21,0

Jumlah anak (ekor)

rata-rata 6 dapat 15

Bobot lahir (g)

0,5-1,0

Umur disapih (hari)

21,0

Bobot sapih (g)

18,0-20,0

Suhu (rektal) (oC)

35,0-39,0 (rata-rata 37,4)

Aktivitas

nokturnal (malam)

Kecepatan tumbuh (g/hari)

1,0

Komposisi Air Susu (%):
Air

75,0

Lemak

10,0-12,0

Protein

10,0

Gula

3,0

Puting susu (pasang)

5,0

Plasenta

diskoidal hemokorial

Perkawinan kelompok

4 betina dengan 1 jantan

Sumber : Smith dan Mangkoewidjojo (1988)

4

Menurut Arrington (1972) alasan digunakannya hewan laboratorium sebagai
objek penelitian dalam bidang peternakan diantaranya karena biaya yang dibutuhkan
tidak begitu mahal, efisien dalam waktu, kemampuan reproduksi yang tinggi pada
waktu singkat dan sifat genetik dapat dibuat seseragam mungkin dalam waktu yang
lebih pendek dibandingkan ternak yang lebih besar serta memiliki sifat produksi dan
reproduksi yang dapat mewakili ternak mammalia yang lebih besar.
Malole dan Pramono (1989) menyatakan bahwa penyakit yang terdapat pada
mencit terutama penyakit reproduksi. Penyebab infertilitas ditimbulkan oleh
stimulasi estrogen, kesalahan pengaturan cahaya, mencit terlalu muda dan terlalu tua
sewaktu dikawinkan, kepadatan, terlalu bising, defisiensi nutrisi dan silang dalam.
Kematian anak muncul pada beberapa kondisi misalnya ukuran kandang yang terlalu
luas sehingga anak mencit kedinginan, hanya sedikit sekali anak yang dilahirkan,
anak mencit luka atau abnormal dan infeksi virus.
Pakan dan Minum Mencit
Konsumsi
Konsumsi pakan merupakan jumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan bila
makanan tersebut diberikan ad libitum dalam jangka waktu tertentu (Parakkasi,
1999) dan pakan yang dikonsumsi pada berbagai umur tidak tetap, sesuai dengan laju
pertumbuhan dan tingkat produksi (Amrullah, 2003). Tingkat energi dalam ransum
menentukan banyaknya pakan yang dikonsumsi, semakin tinggi energi pakan akan
menurunkan konsumsi (Mujiasih, 2001). Pakan yang tinggi kandungan energinya
harus diimbangi dengan protein, vitamin dan mineral yang cukup agar ternak tidak
mengalami defisiensi protein, vitamin dan mineral (Wahju, 1997).
Wahju (1997) berpendapat bahwa kelebihan energi dalam pakan terjadi
apabila perbandingan energi dan protein serta vitamin dan mineral melebihi dari
yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal, produksi dan aktivitas ternak.
Kelebihan energi dalam pakan menyebabkan konsumsi pakan rendah sehingga
menurunkan konsumsi protein yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal atau
produksi. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) seekor mencit dewasa dapat
mengkonsumsi pakan 3-5 g setiap hari. Mencit bunting atau menyusui memerlukan

5

pakan yang lebih banyak. Pakan yang sering digunakan adalah pakan ayam dengan
kandungan protein 20-25%, lemak 5%, pati 45-50%, serat kasar 5% dan abu 4-5%.
Air adalah salah satu zat makanan anorganik yang penting bagi ternak dan
kebutuhan ternak terhadap air cukup tinggi, karena fungsinya sebagai medium untuk
aktivitas metabolis. Sel-sel berisi cairan liofilik, yang dapat menyerap dan
membebaskan air selama proses metabolisme (Tillman et al., 1989). Air minum yang
diperlukan oleh mencit berkisar 4-8 ml/ekor/hari. Tingkat konsumsi makanan dan air
minum bervariasi menurut suhu kandang, kelembaban, kualitas makanan, kesehatan
dan kadar air dalam makanan (Malole dan Pramono, 1989).
Konversi Pakan
Rasyaf (1999) menyatakan bahwa konversi ransum adalah perbandingan
jumlah konsumsi pada periode tertentu dengan produksi yang dicapai pada periode
tersebut. Tujuan utama pemberian pakan adalah untuk menghasilkan pertumbuhan
yang paling cepat dengan jumlah pakan yang paling sedikit serta hasil akhir yang
memuaskan (Blakely dan David, 1991).
Nort dan Bell (1990) menyatakan bahwa konversi pakan adalah jumlah pakan
yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit pertambahan bobot badan, semakin
besar dan tua ternak maka nilai konversi tidak efisien dalam penggunaan ransum.
Anggorodi (1979) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi konversi
pakan adalah temperatur, kualitas pakan, kualitas air, pengafkiran, penyakit,
manajemen pemeliharaan dan juga faktor pemberian pakan.
Menurut Wahju (1997) konversi pakan mempunyai derajat yang tinggi untuk
memproduksi daging dan telur bila menggunakan bahan makanan yang bergizi
tinggi. Nilai konversi pakan suatu ternak yang rendah menunjukkan bahwa ternak
tersebut unggul dalam mengubah zat makanan menjadi daging atau otot. Faktorfaktor yang mempengaruhi daya cerna untuk meningkatkan efisiensi dari konversi
pakan adalah suhu, laju perjalanan pakan melalui alat pencenaan, bentuk fisik pakan,
komposisi pakan dan pengaruh terhadap perbandingan dari zat nutrisi lainnya.

6

Sifat–sifat Reproduksi Mencit
Jumlah Anak Sepelahiran
Jumlah anak sepelahiran adalah jumlah total anak yang hidup maupun yang
mati pada waktu dilahirkan. Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa
jumlah anak sepelahiran berkisar antara 6-15 ekor per kelahiran. Besarnya jumlah
anak sepelahiran dipengaruhi oleh bangsa ternak, umur induk, musim kelahiran,
makanan, silang dalam dan kondisi lingkungan. Faktor-faktor lingkungan yang
sangat mempengaruhi jumlah anak sepelahiran antara lain kualitas dan kuantitas
pakan yang diberikan pada induk, musim kawin, jumlah sel telur yang dihasilkan
serta tingkat kematian embrio yang sangat berpengaruh terhadap jumlah anak
sepelahiran (Toelihere, 1979). Jumlah anak sepelahiran mencit berkisar 8-11 ekor
(Inglis, 1980).
Falconer (1981) menyatakan bahwa induk yang berasal dari jumlah anak
sepelahiran yang banyak mempunyai bobot badan rendah pada umur enam minggu
dan menghasilkan jumlah anak yang lebih sedikit dari pada jumlah kelahiran
induknya. Pengaruh silang dalam dapat menurunkan jumlah sel telur yang dihasilkan
oleh ternak betina dan meningkatkan laju kematian awal embrio. Warwick et al.
(1983) menyatakan bahwa jumlah sel telur yang dihasilkan dan tingkat awal
pertumbuhan embrio sangat erat hubungannya dengan jumlah anak yang dilahirkan
dalam sekali kelahiran.
Bobot Lahir
Toelihere (1979) menyatakan bahwa bobot lahir yaitu bobot badan suatu
individu pada saat dilahirkan. Pakan yang diberikan selama kebuntingan akan
menentukan bobot lahir anak dan akan menentukan kondisi fisik anak yang
dilahirkan. Kondisi pakan selama kebuntingan yang kurang baik dapat menyebabkan
anak yang dilahirkan menjadi lemah dan bobot lahirnya rendah. Bobot lahir ternak
ditentukan oleh pertumbuhan fetus sebelum lahir atau pertumbuhan selama di dalam
kandungan induknya. Dijelaskan lebih lanjut bahwa pertumbuhan sebelum lahir
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya mutu genetik ternak, umur serta bobot
badan induk yang melahirkan, pakan induk selama kebuntingan, suhu lingkungan
selama kebutingan.

7

Anggorodi (1979) menyatakan bahwa pertumbuhan prenatal adalah
pertumbuhan yang berlangsung antara waktu sel telur dibuahi sampai dengan
kelahiran anak. Rerata pertumbuhan fetus tergantung pada pasokan makanan dan
kemampuan fetus menggunakan pakan. Perbedaan ukuran fetus pada spesies, bangsa
dan strain yang berbeda mengacu pada perbedaan rerata pembelahan sel yang
ditentukan secara genetik. Jadi terdapat hubungan yang erat antara pasokan makanan
pada fetus (faktor ingkungan), rerata pembelahan sel (faktor genetik) dan karenanya
rerata pertumbuhan. Faktor lingkungan termasuk ukuran, nutrisi induk, jumlah anak
sepelahiran, ukuran plasenta dan tekanan iklim (Hafez, 1993). Malnutrisi pada induk
juga menyebabkan kurang terpenuhinya nutrisi fetus sehingga dapat mengurangi
bobot lahir serta viabilitas anak (McDonalds et al., 1995).
Menurut Malole dan Pramono (1989) menyatakan bahwa suhu yang optimal
untuk memelihara mencit berkisar antara 21-29 oC dengan kelembaban udara 3070%. Suhu lingkungan mempengaruhi bobot lahir ternak karena secara langsung
mempengaruhi konsumsi ransum. Pada kondisi suhu yang tinggi dapat menyebabkan
penurunan nafsu makan, sehingga memungkinkan terjadinya defisiensi zat pakan
yang diperlukan oleh fetus. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan bobot lahir
rendah. Bila suhu rendah, nafsu makan seekor ternak akan meningkat, sehingga
memungkinkan terjadinya defisiensi zat pakan pada fetus kecil, sehingga bobot lahir
dapat lebih tinggi.
Anak yang dilahirkan dari induk yang besar serta umur tidak terlalu tua, pada
umumnya akan menghasilkan anak dengan bobot lahir yang tinggi (Toelihere, 1979).
Bobot lahir anak mencit umumnya berkisar antara 0,5-1,5 g/ekor (Malole dan
Pramono, 1989), pendapat lain menyatakan bahwa bobot lahir berkisar 1,0-1,5 g/ekor
(Arrington, 1972; Fox et al., 1984). Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan
bahwa bobot lahir anak mencit berkisar antara 0,5–1,0 g/ekor. Tinggi rendahnya
bobot lahir akan mempengaruhi performa anak.
Pertumbuhan Prasapih Anak Mencit
Parakkasi (1999) menyatakan bahwa pertambahan berat jaringan dan organorgan adalah akibat proses hiperplasia yaitu pertambahan jumlah sel dan hipertrofi
yaitu pertambahan besar sel-sel dari jaringan atau organ-organ tersebut. Beberapa
saat setelah konsepsi, pertumbuhan umumnya adalah proses hiperplasia sel-sel, pada

8

periode kebuntingan yang lanjut dan pada waktu baru lahir, kedua proses berjalan
bersama-sama. Akhirnya pada suatu saat sesudah lahir pertumbuhannya disebabkan
oleh proses hipertrofi pada beberapa jaringan (urat daging dan saraf).
Menurut Anggorodi (1979), kekurangan zat makanan memperlambat puncak
pertumbuhan urat dan daging serta menghambat laju penimbunan lemak. Parakkasi
(1999) menyatakan bahwa secara normal, induk akan mengalami proses
pertambahan bobot badan selama periode kebuntingan yang gunanya untuk mencapai
berat dewasa, sehingga cadangan untuk laktasi dan lebih jauh lagi untuk kawin
kembali.
Pertumbuhan dari lahir sampai sapih sebagian besar dipengaruhi oleh jumlah
susu yang dihasilkan induk dan kesehatan individu itu sendiri (Campbell, 1985).
Nutrisi untuk induk mencit selama kebuntingan dan laktasi merupakan faktor yang
sangat penting untuk menunjang pertumbuhan, perkembangan, daya hidup dan
tingkah laku anak–anak yang akan dihasilkannya. Nutrisi yang baik akan dapat
mencukupi kebutuhan baik induk maupun anak mencit saat berada dalam uterus
maupun saat menyusu (Chow dan Rider, 1973). Pertambahan bobot badan anak
mencit sampai disapih adalah 0,45-0,52 g/ekor/hari (Malole dan Pramono, 1989)
atau 0,43-0,50 g/ekor/hari (Arrington, 1972).
Bobot Sapih
Bobot sapih adalah bobot badan ternak pada saat dipisahkan dari induknya.
Sapih yaitu tahap pertumbuhan saat suatu hewan tidak lagi bergantung pada air susu
induknya dan mulai mengkonsumsi makanan padat dan air (Inglis, 1980).
Faktor–faktor yang mempengaruhi bobot sapih adalah pengaruh silang dalam,
jenis kelamin, umur induk, keadaan pada waktu lahir, kemampuan induk menyusui
anaknya, kuantitas dan kualitas pakan. Penyapihan hendaknya dilakukan saat umur
sapih, karena apabila dilakukan lebih dini maka pertumbuhan anak akan terhambat.
Mencit yang disapih saat umur 14-16 hari tidak akan tumbuh sebaik mencit yang
tetap bersama induknya sampai berumur 20-21 hari (Inglis, 1980). Bobot sapih anak
mencit berkisar antara 10-12 g/ekor (Arrington, 1972; Malole dan Pramono 1989).
Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988), bobot sapih mencit berkisar antara 1820 g dan anak mencit dapat disapih pada umur 21 hari.

9

Jumlah Anak Sapih
Faktor yang menentukan jumlah anak sapih adalah umur induk, pemberian
pakan, kondisi induk pada waktu dikawinkan, sistem perkawinan, pejantan yang
digunakan dan kematian dalam kandang ternak (Smith danMangkoewidjojo, 1988).
Menurut Malole dan Pramono (1989), sistem perkawinan monogami dan poligami
pada mencit berbeda pengaruhnya terhadap jumlah anak waktu sapih. Jumlah anak
yang disapih akan meningkat bila program pembiakan dilakukan dengan sistem
perkawinan poligami atau harem. Sistem monogami adalah seekor jantan dicampur
dengan seekor betina, sedangkan sistem poligami dilakukan bila seekor jantan
dicampur dengan 2-6 ekor betina.
Mortalitas
Tingkat mortalitas merupakan salah satu pedoman yang dapat digunakan
untuk mengukur kemampuan induk mengasuh anak, bahkan secara umum dianggap
sebagai indikator berhasil tidaknya suatu usaha peternakan.

Faktor yang

mempengaruhi tingkat mortalitas antara lain jumlah anak sepelahiran, kondisi induk
setelah melahirkan, kondis