Pertumbuhan mencit, Mus musculus umur 21 sampai dengan 42 hari yang mendapatkan bahan pakan tambahan kemangi, Ocimum basilicum kering

PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) UMUR 21 SAMPAI
DENGAN 42 HARI YANG MENDAPATKAN BAHAN PAKAN
TAMBAHAN KEMANGI (Ocimum basilicum) KERING

SKRIPSI
HARRY CHAKRA MAHENDRA

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

RINGKASAN

HARRY CHAKRA MAHENDRA. D14101066. 2005. Pertumbuhan Mencit
(Mus musculus) Umur 21 sampai dengan 42 Hari yang Mendapatkan Bahan
Pakan Tambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Kering. Skripsi. Departemen
Ilmu Produksi Ternak dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor.
Pembimbing Utama : Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer
Pembimbing anggota : Dr. Ir. Cece Sumantri, M. Agr. Sc

Tanaman kemangi (Ocimum basilicum) merupakan salah satu tanaman yang
berkhasiat obat. Komposisi kimia tanaman ini cukup lengkap dan beberapa
diantaranya berguna bagi tubuh, seperti Boron dan Stigmasterol yang dapat
mempengaruhi hormon-hormon reproduksi. Penelitian ini untuk mempelajari pola
pertumbuhan mencit (Mus musculus) lepas sapih sampai dengan dewasa yang
diberikan tambahan bahan pakan kemangi kering.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Bagian Pemuliaan dan
Genetika ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan,
dimulai pada pertengahan Juli sampai dengan awal September 2005.
Hewan percobaan yang digunakan sebagai induk yaitu sebanyak 30 ekor
jantan dan 60 ekor betina lepas sapih, dengan jumlah anak sapih 150 ekor jantan dan
136 ekor betina yang dibagi kedalam tiga taraf perlakuan yaitu pemberian kemangi
kering sebesar 0, 2,5 dan 5,0%. Masing-masing perlakuan terdiri atas 10 kandang,
satu kandang berisi 1 ekor jantan dan 2 ekor betina. Pakan diberikan setiap hari
sekitar pukul 15.00-17.00 WIB. Peubah yang diamati yaitu bobot sapih, bobot
dewasa kelamin, pertambahan bobot badan (PBB), konsumsi pakan, konversi pakan
dan mortalitas. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap dengan pola faktorial 3x2 serta uji lanjut Tukey dan T-Student.
Pemberian kemangi kering sebesar 5,0% memiliki rataan bobot sapih, bobot

42 hari, pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan yang lebih tinggi dari taraf
perlakuan 0 dan 2,5%. Konversi pakan pada taraf perlakuan 2,5% lebih baik daripada
taraf perlakuan 0 dan 5,0%.
Mencit jantan memiliki bobot sapih yang lebih tinggi daripada betina pada
perlakuan 5,0%. Pertambahan bobot badan mencit jantan lebih tinggi dari betina di
hari ke 30 dan 36 pada perlakuan 2,5% dan di hari ke 36 pada perlakuan 0 dan 5,0%.
Bobot badan umur 42 hari mencit jantan lebih tinggi dari betina ada semua taraf
perlakuan. Konsumsi mencit jantan pada taraf perlakuan 0 dan 2,5% pada minggu
ke-3 dan 5,0% pada minggu ke-2 lebih tinggi daripada betina.
Kata-kata kunci : Ocimum basilicum, Mus musculus, pertumbuhan

ABSTRACT
The Growth of 21 up to 42 Days Old Mice (Mus musculus)
Supplemented With Dry Ocimum basilicum
Mahendra, H. C., S. S. Mansjoer and C. Sumantri
Ocimum basilicum is one of the vegetables which has a drug effect. The
chemical composition are quite complete and profitable for body health, such as
boron and stigmasterol which can influence activity of reproduction hormones. This
research aimed to study growth pattern of mice from post weaning up to adult, which
were given various levels dry Ocimum basilicum in their feed. This research had

been done for two months, since middle of July until the first week of September
2005. The materials were 30 heads of males and 60 heads of females as parents,
with 150 heads of males and 136 heads of females of a post weaning age kids. Feed
were given at 15.00-17.00 WIB. The Observation variables were weaning weight
42 days body weight, body weight gain, feed consumption and feed conversion. The
research used Completely Randomized Design with nested pattern 2x3 and Tukey
test. The result showed that 5,0% dry Ocimum basilicum supplementation had a
higher level of weaning weight, body weight gain, weight at 42 days old and feed
consumption than 0 and 2,5%. Supplementation of 2,5% dry Ocimum basilicum had
a higher level of feed conversion then 0 and 5,0%. Male mice has a higher level of
weaning weight (at 5,0%), body weight gain at 30 and 36 days, weight at 42 days
old, and consumption on 0 and 2,5% at third week and 5,0% at second week than
females. Feed consumption and conversion did not influence by level of treatments.
Keywords: Ocimum basilicum, Mus musculus, growth

PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) UMUR 21 SAMPAI
DENGAN 42 HARI YANG MENDAPATKAN BAHAN PAKAN
TAMBAHAN KEMANGI (Ocimum basilicum) KERING.

HARRY CHAKRA MAHENDRA

D14101066

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006

PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) UMUR 21 SAMPAI
DENGAN 42 HARI YANG MENDAPATKAN BAHAN PAKAN
TAMBAHAN KEMANGI (Ocimum basilicum) KERING

Oleh
HARRY CHAKRA MAHENDRA
D14101066


Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan
Komisi Ujian Lisan pada tanggal 8 Mei 2006

Pembimbing Utama

Pembimbing anggota

Dr. Ir. Sri Supratini Mansjoer
NIP: 130 354 159

Dr. Ir. Cece Sumantri, M.Agr.Sc
NIP: 131 624 187

Dekan Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Ronny R. Noor, MRur.Sc.
NIP: 131 624 188

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 19 Mei 1983 dari pasangan Bapak
M. Suyatno dan Ibu Wiji Lestari, Penulis merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-Kanak Sekar Melati,
Depok, pada tahun 1989. Pendidikan dasar di SDN Sukamaju Baru II, Depok,
diselesaikan pada tahun 1995. Pendidikan lanjutan tingkat pertama diselesaikan di
SMPN I Cimanggis, Depok, pada tahun 1998. Pendidikan menengah umum di
selesaikan di SMUN 2 Depok pada tahun 2001.
Pada tahun 2001, Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi
Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan teknologi Peternakan,
Fakultas Peternakan IPB, melalui Ujian Masuk Perguruan Tinggi (UMPTN). Selama
menempuh pendidikan di Fakultas Peternakan IPB, Penulis aktif di Kelembagaan
Mahasiswa. Penulis pernah menjabat sebagai Sekretaris Departemen Sosial
Kemasyarakatan, BEM FAPET IPB, pada tahun 2002. Pada tahun 2003, Penulis
diamanahi jabatan Sekretaris Eksekutif di BEM FAPET IPB dan di tahun itu juga
masuk sebagai Anggota Biro Khusus di Kelompok Pecinta Alam (KEPAL-D) serta
sebagai anggota tim Penilai K- 3 IPB IPB.

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan hanya kepada Allah SWT yang telah

memberikan banyak kemudahan dan melimpahkan Karunia-Nya yang tak terhingga
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pertumbuhan Mencit
(Mus musculus) Umur 21 sampai dengan 42 Hari yang Mendapatkan Bahan
PakanTambahan Kemangi (Ocimum basilicum) Kering”. Sholawat dan salam
semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan umatnya hingga
akhir jaman.
Skripsi ini merupakan penelitian dasar tentang penggunaan kemangi
(Ocimum basilicum) dalam bentuk kering dalam pakan. Hasil penelitian yang
dilakukan menunjukkan pertumbuhan mencit yang mendapatkan kemangi lebih baik
daripada dengan pemberian pakan biasa. Kemangi diharapkan menjadi salah satu
alternatif pakan yang efektif dan efisien.
Semoga skripsi ini mampu memberikan sumbangsih bagi kemajuan dunia
peternakan.

Bogor, Juni 2006

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman

RINGKASAN ...................................................................................................

i

ABSTRACT......................................................................................................

ii

RIWAYAT HIDUP ..........................................................................................

iii

KATA PENGANTAR .....................................................................................

iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................

v


DAFTAR TABEL ............................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii
PENDAHULUAN ...........................................................................................

1

Latar Belakang .....................................................................................
Tujuan ..................................................................................................
Manfaat ................................................................................................
Hipotesis ..............................................................................................

1
2
2
2


TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................

3

Mencit (Mus musculus) ........................................................................
Konsumsi Pakan dan Minum Mencit .......................................
Konversi Pakan .......................................................................
Pertumbuhan ............................................................................
Bobot Sapih ..............................................................................
Dewasa Kelamin ......................................................................
Kemangi (Ocimum basilicum) .............................................................
Pengeringan Kemangi ..............................................................

3
4
4
4
5
5
6

9

METODE ........................................................................................................ 10
Waktu dan Tempat ............................................................................... 10
Materi .................................................................................................. 10
Alat ....................................................................................................... 10
PROSEDUR ..................................................................................................... 11
Identifikasi Mencit ...............................................................................
Pembuatan Ransum .................................................................
Pelaksanaan Penelitian .............................................................
Peubah yang Diamati ...............................................................
Rancangan Percobaan ...............................................................
Skema Penelitian.......................................................................

10
12
12
12
13
14

HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 15
Pakan Penelitian ...................................................................................
Kemangi Kering .......................................................................
Nilai Gizi Pakan .......................................................................
Pertumbuhan ........................................................................................
Bobot Sapih ..............................................................................
Pertumbuhan Badan .................................................................
Pertambahan Bobot Badan........................................................
Bobot Badan Umur 42 Hari .....................................................
Konsumsi Pakan ..................................................................................
Konversi Pakan ....................................................................................
Analisis Penggunaan Kemangi ............................................................

15
15
15
17
17
18
22
27
29
31
33

SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 34
Simpulan .............................................................................................. 34
Saran .................................................................................................. 34
UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 36
LAMPIRAN

.................................................................................................. 39

DAFTAR TABEL
Nomor

Halaman

1.

Sifat Biologis Mencit ........................................................................... 3

2.

Komposisi Nilai Gizi Daun Kemangi Per 100 g Bahan Kering .......... 7

3.

Komponen Kimia Kemangi ................................................................ 8

4.

Kandungan Gizi Pakan Komersil dan Pakan dengan Taraf Perlakuan
0, 2,5 dan 5,0% ................................................................................... 15

5.

Ketersediaan Komponen Gizi pada Pakan dengan Taraf Perlakuan
0, 2,5 dan 5,0% ................................................................................... 16

6.

Rerata Bobot Sapih Anak Mencit Jantan dan Betina Umur 21 Hari
dari Induk yang Mendapatkan Bahan Pakan Tambahan Kemangi
Kering Sebesar 0, 2,5 dan 5,0% .......................................................... 17

7.

Rerata Pertambahan Bobot Badan Mencit Jantan Umur 21 –42
Hari yang Mendapatkan Bahan Pakan Tambahan Kemangi
Kering Sebesar 0, 2,5 dan 5,0% .......................................................... 22

8.

Rerata Pertambahan Bobot Badan Mencit Betina Umur 21-42
Hari yang Mendapatkan Bahan Pakan Tambahan Kemangi
Kering Sebesar 0, 2,5 dan 5,0% ........................................................... 23

9.

Rerata Bobot Badan Mencit Jantan dan Betina Umur 42 Hari
yang Mendapatkan Bahan Pakan Kemangi Kering
Sebesar 0, 2,5 dan 5,0% ..................................................................... 28

10. Rerata Konsumsi Pakan Mencit Jantan dan Betina Umur 21-42 Hari
yang Mendapatkan Bahan Pakan Tambahan Kemangi Kering
Sebesar 0, 2,5 dan 5,0% ...................................................................... 30
11. Rerata Konversi Pakan Mencit Jantan dan Betina Umur 21-42 Hari
yang Mendapatkan Bahan Pakan Tambahan Kemangi Kering
Sebesar 0, 2,5 dan 5,0% ...................................................................... 32

DAFTAR GAMBAR
Nomor

Halaman

1. Sistem Identifikasi Mencit Dewasa ............................................

11

2. Sistem Identifikasi Anak Sepelahiran .........................................

11

3. Skema Penelitian ........................................................................

14

4. Grafik Pertumbuhan Mencit Jantan Umur 21-42 Hari yang
Mendapatkan Kemangi Kering Sebesar 0, 2,5 dan 5,0% ...........

19

5. Grafik Pertumbuhan Mencit Betina Umur 21-42 Hari yang
Mendapatkan Kemangi Kering Sebesar 0, 2,5 dan 5,0% .............

20

6. Grafik Pertumbuhan Mencit Jantan dan BetinaUmur 21-42 Hari
yang Mendapatkan Kemangi Kering Sebesar 0, 2,5 dan 5,0%....

21

7. Grafik Pertambahan Bobot Badan Mencit Jantan dan Betina
Umur 24-42 Hari yang Mendapatkan Kemangi Kering 0% .......

24

8. Grafik Pertambahan Bobot Badan Mencit Jantan dan Betina
Umur 24-42 Hari yang Mendapatkan Kemangi Kering 2,5% .....

25

9. Grafik Pertambahan Bobot Badan Mencit Jantan dan Betina
Umur 24-42 Hari yang Mendapatkan Kemangi Kering 5,0% .....

26

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Halaman
1. Analisis Ragam Bobot Sapih Anak Mencit Jantan dan Betina dari
Induk yang Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi Kering .............. 39
2. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Sapih Mencit
Jantan .....................................................................................................39
3. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Sapih Mencit
Betina .......................................................................................................40
4. Analisis Pertambahan Bobot Badan (PBB) Mencit Jantan dan Betina
Umur 24 Hari yang Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi
Kering .....................................................................................................40
5. Analisis Pertambahan Bobot Badan (PBB) Mencit Jantan dan Betina
Umur 27 Hari yang Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi
Kering .....................................................................................................40
6. Analisis Pertambahan Bobot Badan (PBB) Mencit Jantan dan Betina
Umur 30 Hari yang Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi
Kering .....................................................................................................40
7. Analisis Pertambahan Bobot Badan (PBB) Mencit Jantan dan Betina
Umur 33 Hari yang Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi
Kering .....................................................................................................41
8. Analisis Pertambahan Bobot Badan (PBB) Mencit Jantan dan Betina
Umur 36 Hari yang Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi
Kering .....................................................................................................42
9. Analisis Pertambahan Bobot Badan (PBB) Mencit Jantan dan Betina
Umur 39 Hari yang Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi
Kering .....................................................................................................43
10. Analisis Pertambahan Bobot Badan (PBB) Mencit Jantan dan Betina
Umur 42 Hari yang Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi
Kering .....................................................................................................43
11. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan 0% terhadap Bobot Sapih
Mencit Jantan Umur 24 sampai 42 Hari ................................................. 43
12. Rekapitulasi Uji Lanjut Tukey Pertambahan Bobot Badan Mencit
Jantan Umur 24-42 Hari yang Mendapatkan Kemangi Kering 0% ....... 44
13. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan 2,5% terhadap Bobot Sapih
Mencit Jantan Umur 24 sampai 42 Hari ................................................. 44
14. Rekapitulasi Uji Lanjut Tukey Pertambahan Bobot Badan Mencit
Jantan Umur 24-42 Hari yang Mendapatkan Kemangi Kering 2,5% .... 44
15. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan 5,0% terhadap Bobot Sapih
Mencit Jantan Umur 24 sampai 42 Hari ................................................. 44
16. Rekapitulasi Uji Lanjut Tukey Pertambahan Bobot Badan Mencit
Jantan Umur 24-42 Hari yang Mendapatkan Kemangi Kering 5,0% .... 44

17. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan 0% terhadap Bobot Sapih
Mencit Betina Umur 24 sampai 42 Hari................................................. 45
18. Rekapitulasi Uji Lanjut Tukey Pertambahan Bobot Badan Mencit
Jantan Umur 24-42 Hari yang Mendapatkan Kemangi Kering 0% ....... 45
19. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan 2,5% terhadap Bobot Sapih
Mencit Betina Umur 24 sampai 42 Hari............................................... 45
20. Rekapitulasi Uji Lanjut Tukey Pertambahan Bobot Badan Mencit
Jantan Umur 24-42 Hari yang Mendapatkan Kemangi Kering 2,5%.... 45
21. Analisis Ragam Pengaruh Perlakuan 5,0% terhadap Bobot Sapih
Mencit Betina Umur 24 sampai 42 Hari ............................................... 46
22. Rekapitulasi Uji Lanjut Tukey Pertambahan Bobot Badan Mencit
Jantan Umur 24-42 Hari yang Mendapatkan Kemangi Kering 5,0%.... 46
23. Analisis Ragam Bobot Umur 42 Hari Mencit Jantan dan Betina yang
Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi Kering ................................. 46
24. Analisis Ragam Konsumsi Pakan Mencit Jantan dan Betina Minggu
Pertama yang Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi Kering ........... 47
25. Analisis Ragam Konsumsi Pakan Mencit Jantan dan Betina Minggu
Kedua yang Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi Kering .............. 47
26. Analisis Ragam Konsumsi Pakan Mencit Jantan dan Betina Minggu
Ketiga yang Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi Kering .............. 47
27. Rekapitulasi Uji t-Student Konsumsi Mencit Jantan dan Betina tiap
Minggu yang Mendapatkan Kemangi Kering ........................................ 47
28. Analisis Ragam Konversi Pakan Mencit Jantan dan Betina yang
Mendapatkan Pakan Tambahan Kemangi Kering ................................. 48
29. Perhitungan Biaya Pakan dengan Tambahan Kemangi Kering sebesar
0, 2,5 dan 5,0% ..................................................................................... 48
30. Identifikasi Mencit Lepas Sapih. ........................................................... 49
31. Peralatan yang Digunakan dalam Penelitian. ........................................ 49
32. Penempatan Kandang dalam Ruang Penelitian. .................................... 50
33. Pakan Penelitian. .................................................................................... 50

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap peternak yang mendirikan usaha peternakan mengharapkan usahanya
maju. Kemajuan usaha ini tidak terlepas dari tiga hal yakni manajemen peternakan
yang baik, pembibitan yang terarah dan pakan yang berkualitas. Pakan yang
berkualitas akan dapat memperbaiki performa dan meningkatkan produksivitas
ternak. Banyak penelitian yang dilakukan guna mendapatkan produk pakan yang
memiliki palatabilitas yang baik, lengkap kandungan nutrisinya dan murah.
Pemberian pakan dengan tambahan tanaman yang diduga memiliki efek tertentu bagi
peningkatan produksi ternaknya juga lazim dilakukan oleh peternak.
Pemberian

kemangi

(Ocimum

basilicum)

salah

satu

upaya

untuk

meningkatkan daya hidup, daya reproduksi dan penampilan ternak. Kemangi
merupakan salah satu tanaman yang mudah diperoleh serta dipercaya mampu
mengobati beberapa penyakit dan gangguan dalam tubuh antara lain melancarkan
peredaran darah, mengatasi gangguan pencernaan, diare, radang usus, peluruh air
seni (diuretik) dan peluruh ASI. Efek ini umumnya akan meningkatkan kesehatan,
yang salah satu indikatornya adalah pertumbuhan yang baik.
Mencit merupakan hewan yang biasa digunakan sebagai hewan model untuk
percobaan laboratorium, karena kemudahan pengelolaan, produksi dan reproduksi
tinggi, secara fisiologi menyerupai mamalia besar. Pertumbuhan yang baik pada
mencit akan dapat meningkatkan daya hidup, daya reproduksi dan penampilannya.
Pertumbuhan lepas sapih sampai dewasa merupakan periode pertumbuhan yang tidak
lagi dipengaruhi oleh susu induknya karena pada masa ini pakan menjadi salah satu
faktor yang turut mempengaruhi besarnya pertumbuhan mencit.
Lepas sapih merupakan fase anak mencit tidak lagi disusui oleh induknya.
Anak mencit mulai disapih saat mencapai umur 3 minggu dengan bobot 10-12 g.
Pada umur ini anak mencit jantan sudah mulai memperlihatkan keagre-sifannya bila
ada mencit jantan lain didekatnya dan mulai terlihat tingkah laku observasi.
Sedangkan dewasa kelamin merupakan fase persiapan reproduksi. Pada fase ini
pertumbuhan kelamin sekunder mulai terlihat. Mencit jantan sering menaiki
punggung betina dan mencit betina seperti mengeluarkan senyawa tertentu sehingga
mencit jantan sering mengikuti dan mengendus bagian kelamin betina.

1

Pemberian bahan pakan kemangi (Ocimum basilicum) kering pada pakan
mencit merupakan salah satu bentuk penelitian yang dijalankan untuk mendapatkan
pengaruh kemangi kering terhadap pertumbuhan anak mencit lepas sapih sampai
dewasa.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi pola pertumbuhan
mencit umur 21 sampai dengan 42 hari yang diberi bahan tambahan pakan kemangi
(Ocimum basilicum) dalam bentuk kering pada taraf perlakuan 0, 2,5 dan 5,0%.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peternak mencit dalam
meningkatkan produksi dan dapat menambah bahan pustaka tentang khasiat kemangi
bagi ternak mamalia dengan menggunakan mencit sebagi hewan modelnya.
Hipotesis
Pemberian daun kemangi (Ocimum basilicum) kering yang mengandung zat
perangsang pertumbuhan akan mempengaruhi pertumbuhan mencit umur 21 sampai
dengan 42 hari.

2

TINJAUAN PUSTAKA
Mencit ( Mus musculus )
Menurut Arrington (1972), mencit (Mus musculus) termasuk filum Chordata,
kelas Mammalia, ordo Rodentia, famili Muridae, genus Mus dan spesies Mus
musculus dan paling banyak digunakan sebagai hewan laboratorium dengan kisaran
40-80% dikarenakan biaya yang dibutuhkan tidak begitu mahal, efisien dalam waktu,
kemampuan reproduksi yang tinggi pada waktu singkat dan sifat genetik yang dapat
dibuat seseragam mungkin dalam waktu yang lebih pendek dibandingkan dengan
ternak yang lebih besar. Sifat biologis mencit dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Sifat Biologis Mencit
Kriteria (satuan)

Keterangan

Lama hidup (tahun)

1-2, dapat sampai 3

Lama produksi ekonomis (bulan)

9

Lama bunting (hari)

19-21

Kawin sesudah beranak (hari)

1 sampai 24

Umur disapih (hari)

21

Umur dewasa (hari)

35

Umur dikawinkan (minggu)

8

Berat dewasa (g)

20-40 jantan; 18-35 betina

Berat lahir (g)

0,5-1,0

Jumlah anak (ekor)

6-15

Kecepatan tumbuh (g/hari)

1

Sumber : Smith dan Mangkoewidjojo (1988)
Inglis (1980) menambahkan hewan ini memiliki jumlah anak yang banyak
per kelahiran, sifat produksi dan reproduksi yang menyerupai mammalia besar dan
pengelolaannya yang mudah. Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan mencit
merupakan binatang prolifik. Kelahiran anak mencit biasanya berlangsung satu
sampai empat jam. mencit betina mengelompokkan semua anaknya setelah anak
terakhir keluar kemudian menyusui anak-anaknya

3

Konsumsi Pakan dan Minum Mencit
McKeown (2005), konsumsi pakan mencit bervariasi tergantung pada
kualitas pakan yang diberikan, umur dan kesehatan mencit, temperatur lingkungan
dan panjang hari. Menurut Church dan Pond (1988), palatabilitas merupakan faktor
penting yang menentukan tingkat konsumsi pakan. Palatabilitas dipengaruhi oleh
bentuk, bau, rasa, tekstur dan suhu makanan. Houpt dan Wolski (1982), faktor yang
menurunkan konsumsi pakan antara lain: suhu lingkungan yang tinggi, level estrogen
dalam tubuh yang tinggi, ketidakseimbangan konsumsi asam amino, dan kondisi
saluran.
Aalas (2005) menyatakan, seekor mencit dewasa dapat mengkonsumsi pakan
5-10 g setiap hari. Sedangkan Smith dan Mangkoewidjojo (1988) seekor mencit
dewasa dapat mengkonsumsi pakan 3-5 g /hari. Mencit bunting atau menyusui
memerlukan pakan yang lebih banyak. Pakan yang sering digunakan adalah pakan
ayam dengan kandungan protein 20-25%, lemak 5%, pati 45-50%, serat kasar 5%
dan abu 4-5%. Malole dan Pramono (1989) menyatakan bahwa air minum yang diperlukan oleh setiap ekor mencit untuk sehari berkisar antara 4-8 ml.
Konversi pakan
Konversi ransum merupakan perbandingan jumlah konsumsi pada periode
tertentu dengan produksi yang dicapai pada periode tersebut (Rasyaf, 1999).
Pendapat lain menyatakan konversi ransum merupakan hubungan antara jumlah
ransum yang dibutuhkan

ternak untuk menghasilkan satu satuan nilai produksi

(Wahju, 1977). Tujuan utama pemberian pakan menurut Blakely dan David (1991)
untuk menghasilkan pertumbuhan yang paling cepat dengan jumlah pakan yang
paling sedikit serta hasil yang memuaskan.
Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan proses perubahan ukuran tubuh (volume tubuh) dari
kecil menjadi besar yang bersifat irreversibel akibat pertambahan jumlah dan volume
sel (Baseri. 1990) senada dengan yang dinyatakan oleh Sugito (2001) yakni proses
pertambahan ukuran fisik individu atau organ yang mencakup pertambahan jumlah
sel, volume, jenis maupun subtansi sel yang terkandung didalamnya dan bersifat tak
kembali.

4

Pertumbuhan biasanya diukur dengan bertambahnya bobot hidup yang
didiringi dengan perubahan ukuran tubuh, dimulai setelah konsepsi hingga dewasa
tubuh. Kurva pertumbuhan berbentuk sigmoid jika didukung oleh pakan dan kondisi
optimum (Anggorodi, 1994). Rataan pertambahan bobot persatuan waktu disebut
dengan laju pertumbuhan (Bogart, 1977). Laju pertumbuhan secara nyata dikaitkan
dengan bertambahnya bobot hidup dan ukuran tubh sebagai refleksi dari kecukupan
konsumsi pakan untuk metabolisme tubuh (Lebas et al.,1986). Penelitian Sudono
(1981) melaporkan bahwa laju pertumbuhan mencit tertinggi dicapai pada saat umur
29 hari, pada jantan dan betina masing-masing sebesar 0,55 dan 0,50 g/hari. Smith
dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa kecepatan tumbuh rata-rata seekor
mencit 1 g/hari.
Bobot Sapih
Bobot sapih adalah bobot badan hewan saat dipisahkan dari induknya
(disapih). Besarnya bobot sapih tergantung pada jenis kelamin, bobot badan induk,
umur induk, keadaan pada saat lahir, kemampuan induk untuk menyusui anak,
kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan serta suhu lingkungan (Hafez dan
Dyer, 1969).

Pertumbuhan lepas sapih merupakan selisih antara bobot dewasa

dengan bobot sapih yang dibandingkan dengan jumlah hari pada periode tersebut.
Pertumbuhan pada mencit jantan lebih cepat dibandingkan mencit betina
(Bogart, 1977). Bobot sapih mencit berkisar antara 18-20 g dan anak mencit dapat
disapih pada umur 21 hari (Smith dan Mangkowidjojo, 1988). Pendapat lain
menyatakan bahwa bobot mencit berkisar antara 10-12 g (Malole dan Pramono,
1989). Menurut Inglis (1980), penyapihan sebaiknya dilakukan saat umur sapih agar
pertumbuhan anak tidak terhambat.
Dewasa Kelamin
Dewasa kelamin atau pubertas dapat didefinisikan sebagai umur atau waktu
organ-organ reproduksi mulai berfungsi dan perkembang-biakan dapat terjadi. Pada
hewan jantan pubertas ditandai oleh kesanggupannya berkopulasi dan menghasilkan
sperma disamping perubahan-perubahan kelamin sekunder lain. Pada hewan betina
pubertas dapat dicerminkan oleh terjadinya estrus dan ovulasi (Toelihere, 1979).

5

Tomaszewska (1991), menyatakan bila ternak jantan telah menghasilkan
spermatozoa hidup dalam semennya dan dapat mengawini sedangkan ternak betina
menunjukkan tanda-tanda birahi, tingkah laku kawin dan ovulasi maka dapat
dikatakan telah dewasa kelamin. Menurut Malole dan Pramono (1989), dewasa
kelamin dipengaruhi oleh galur, tingkat pertumbuhan dan kualitas nutrisi dan dapat
dikawinkan pada umur 50 hari dengan bobot badan 20-30 g. Pada umur 6-9 minggu
mencit telah mengalami dewasa kelamin (Aalas, 2005) dan dapat dikawinkan pada
umur 8 minggu dengan bobot dewasa sebesar 20-40 g untuk jantan dan 18-35 untuk
betina (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988).
Kemangi (Ocimum basilicum)
Kemangi (Ocimum basilicum) memiliki sejarah yang menarik, tanaman jenis
ini pernah menjadi tanaman kerajaan di Prancis dan Italia. Bunga dari tanaman ini
dipilih untuk menyatakan cinta, sedangkan di India tanaman ini merupakan salah
satu tanaman disucikan yang digunakan untuk upacara-upacara keagamaan. Kemangi
dalam taksonomi tanaman termasuk ke dalam marga Ocimum yang memiliki
50-150 jenis yang tersebar dari daerah tropis Asia, Afrika sampai Amerika tengah
dan Amerika selatan. Dari sekian banyak jenis Ocimum tersebut, memang hanya
beberapa yang telah menjadi komoditas komersial, di antaranya yaitu jenis Ocimum
basilicum, Ocimum sanctum, Ocimum gratisimum, Ocimum americanum, dan
beberapa jenis lainnya. (Adnyana dan Firmansyah, 2006)
Kemangi (Ocimum basilicum) termasuk famili Labiatae, spesies Ocimum
basilicum. Kemangi memiliki beberapa nama latin seperti Ocimum africanum (Lour),
Ocimum canum dan Ocimum brachiatum (Blume) (Tindall, 1983). Nama lokal yang
umum dikenal yaitu kemangi (Jawa) dan surawung (Sunda) (Gunawan, 2004). Kata
Ocimum memiliki arti tanaman beraroma. Aroma khas tersebut muncul dari daunnya
(Dharmayanti, 2005). Komposisi nilai gizi daun kemangi dapat dilihat pada Tabel 2.

6

Tabel 2. Komposisi Nilai Gizi Daun Kemangi per 100 gram Bahan Kering
Nilai gizi

Daun kemangi

Kalori (kal)
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
β-karoten (μg)
Thiamin (mg)
Riboflavin (mg)
Niasin (mg)
Asam askorbat (mg)
Air (%)

43,00
3,30
1,20
7,00
320,00
38,00
4,80
4500,00
0,08
0,35
0,08
27,00
86,50

Sumber : Leung, Butrum dan Chang (1972)

Komposisi yang terkandung dalam kemangi semuanya penting bagi tubuh.
Perry dkk (2003) menyatakan ada tiga fungsi dasar nutrisi dalam tubuh yaitu sebagai
bahan baku pembentukan dan pemeliharaan struktur tubuh, sumber energi untuk
produksi panas, kerja dan/atau deposisi lemak dan regulator dalam tubuh.
Apotik2000.net (2006) menyatakan betakaroten dan tokoferol dikenal sebagai
senyawa antioksidan yang ampuh mencegah penyakit. Di dalam tubuh, kedua
senyawa itu mampu menetralisir zat-zat radikal bebas pemicu beragam penyakit,
memperlambat berlangsungnya penumpukan flek pada arteri sehingga aliran darah,
baik kejantung maupun ke otak, bias berlangsung lancar, tanpa sumbatan. Ia juga
mampu meningkatkan kekebalan tubuh karena interaksi vitamin A dengan protein
(asam amino) yang berperan dalam pembentukan antibody.
Perry dkk (2003), kalsium dan phospor saling berkaitan, kalsium ekstraselular
esensial untuk pembentukan kerangka tubuh, transmisi impuls syaraf, merangsang
kontraksi otot rangka dan kardiak, pembungkus darah (blood clotting) dan sebagai
komponen susu. Semua transaksi energi dalam tuibuh berkaitan dengan
pembentukan atau pemecahan ikatan berenergi tinggi yang terkait dengan oksidasi
phosphat kenjadi komponen karbon atau karbon-nitrogen (seperti ATP).

7

Tabel 3. Komponen Kimia Kemangi
Komponen kimia

Bagian tanaman

Kegunaan

1,8-Sineol

Seluruh bagian

Anestesi (pati rasa), membantu mengatasi
ejakulasi premature, anti kholinesterase,
perangsang aktivitas syaraf pusat, melebarkan
pembuluh kapiler (merangsang ereksi).

Anetol

Seluruh bagian

Merangsang hormon estrogen, merangsang
faktor kekebalan tubuh, merangsang keluarnya
ASI.

Apigenin

Seluruh bagian

Melebarkan pembuluh darah, mencegah
penjendalan darah, melancarkan sirkulasi darah,
penekan syaraf pusat.

Arginina

Daun

Memperkuat daya tahan hidup sperma,
mencegah kemandulan, menurunkan gula darah.

Asam aspartat

Daun

Perangsang syaraf, analeptik

Boron

Seluruh bagian

Merangsang keluarnya hormon androgen dan
hormon estrogen, mencegah pengeroposan
tulang.

Eriodiktiol

Daun

Merangsang peremajaan sel.

Eugenol

Daun

Mencegah ejakulasi premature, anestetik,
mematikan jamur penyebab keputihan.

Farnesol

Seluruh bagian

Feromon, parfum, merangsang regenerasi sel
normal pada pergantian kulit.

fenkhona

Seluruh bagian

Melebarkan
pembuluh
antikholinesterase.

Germakrena-D

Seluruh bagian

Feromon.

asam p-kumarat

Daun

Antifertilitas, penghambat sintesis prostaglandin.

Stigmasterol

Seluruh bagian

Merangsang hormon estrogen, menurunkan
kolesterol, merangsang terjadinya proses ovulasi,
bahan baku hormon steroid.

Tannin

Kultur jaringantanaman

Mengurangi sekresi cairan pada liang vagina.

Seng

Daun

Anti-impotensi, merangsang keluarnya hormon
testosteron, merangsang kekebalan tubuh.

darah

kapiler,

Sumber : Gunawan (2004)

8

Tabel 3 memperlihatkan beberapa komponen kimia yang di duga mempengaruhi pertumbuhan. Kemangi mempunyai komponen kimia yang cukup lengkap
dan memiliki fungsi yang cukup beragam terhadap pertumbuhan dalam tubuh.
Pengaruh komponen kimia kemangi, seperti stigmasterol (fitosterol) dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah sehingga aliran darah tidak tersumbat. Menurut
Silalahi (2005), khasiat fitosterol telah lama diketahui dan telah digunakan sebagai
salah satu obat untuk menurunkan kolesterol pada pengobatan selama lebih dari
sepuluh tahun. Kesulitan pemakaiannya ialah kelarutannya yang rendah. Kesulitan
ini dapat diatasi setelah dibuat dalam bentuk esternya dengan dengan asam lemak
sehingga lebih mudah larut didalam lemak dan akan terhidrolisis menjadi
komponennya di dalam usus sebanyak 90%. Hunt (2004) menyatakan bahwa Boron
penting untuk pereaksi enzim, sel membran, memetabolis mineral lain dan vitamin
D, memodulasi hormon-hormon steroid, mencegah kelainan tulang (arthritis,
osteoarthritis dan osteoporosis) dan mendukung kerja fungsi otak.
Pengeringan Kemangi
Pengeringan adalah operasi kompleks yang melibatkan transfer panas dan
massa bersamaan dengan beberapa tingkat pemrosesan seperti perubahan fisik dan
kimia yang menyebabkan perubahan terhadap kualitas produk. Pengeringan terjadi
akibat penguapan cairan dengan pengiriman energi panas kepada bahan segar. Panas
dapat dihasilkan dari konveksi (pemanasan langsung), konduksi (pemanasan tidak
langsung) dan radiasi (Mujumdar, 2003). Selama pengeringan akan terjadi perubahan warna, penampilan, bau, kandungan mikroba, kandungan nutrisi dan vitamin.
Perubahan warna terjadi karena adanya oksidasi enzim polifenoloksidase yang akan
mengubah warna menjadi coklat (reaksi Maillard), kandungan air yang tinggi dan
temperatur produk yang rendah saat pengeringan awal akan menimbulkan reaksi
enzimatis yang akan menghilangkan beberapa vitamin seperti oksidasi asam askorbat
akan menghilangkan vitamin C, oksidasi tokopherol akan menghilangkan vitamin E
dan lipogenase dapat menghancurkan vitamin A dan Beta Karoten (Paerera, 2003).

9

METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dimulai pada bulan Juli sampai dengan September 2005.
Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Bagian Ilmu Pemuliaan dan Genetika
Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor.
Materi
Hewan yang digunakan dalam penelitian ini mencit (Mus musculus) berumur
21 hari yang terdiri dari 150 ekor jantan dan 136 ekor betina yang berasal dari hasil
penelitian sebelumnya. Mencit diperoleh dari Bagian Ilmu Pemuliaan dan Genetika
Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan
Institut Pertanian Bogor.
Pakan yang diberikan dalam penelitian ini terdiri atas ransum ayam
peranggang fase starter dan kemangi kering. Ransum ayam peranggang yang
digunakan berbentuk crumble dengan kandungan protein 22% (kode produksi
CP-511 B). Kemangi yang ditambahkan berupa tepung yakni sebesar 0, 2,5 dan
5,0% dari bobot kering pakan total, sedangkan air untuk minum disediakan secara
ad libitum.
Alat
Kandang yang digunakan dalam penelitin ini sebanyak 30 buah yang masingmasing berukuran 30x25x11 cm dan diberi alas berupa sekam padi yang masih baru
dan bersih. Tempat pakan yang digunakan berupa mangkok kecil yang terbuat dari
plastik. Tempat minum mencit menggunakan botol yang terbuat dari kaca atau
plastik yang telah dilengkapi dengan pipa penyedot.
Alat-alat lain yang digunakan antara lain timbangan Dial O-Gram merek
O-Haus yang digunakan untuk menimbang bobot badan mencit dan juga untuk
pakan. Label untuk memberi nomor pada kandang dan gunting untuk menomori
telinga mencit.

10

Prosedur Penelitian
Identifikasi Mencit
Mencit diidentifikasikan berdasarkan urutan kelahiran dengan cara menomori
kandang dan daun telinga mencit. Identifikasi pada daun telinga: nomor satuan di
sebelah kanan dan puluhan di sebelah kiri. Identifikasi pada anak sepelahiran
dilakukan pada penelitian sebelumnya, melalui nomor yang dibuat dengan
memotong kuku jari kakinya. Pemotongan dimulai pada kuku jari kaki sebelah kanan
kemudian kiri untuk anak sepelahiran kurang dari sembilan dan diteruskan ke kuku
jari kaki kanan belakang untuk anak sepelahiran lebih dari sama dengan sembilan.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2.

1

2

3

4

5

6

7

8

9

20

30

40

50

10

11

Gambar 1. Sistem Identifikasi Mencit Dewasa
Kiri
7

8

Kanan

Kiri

Kanan

4

16

12

15

3

6

2

14

11
10

5

1

13

9

Kaki Depan

Kaki Belakang

Gambar 2. Sistem Anak Sepelahiran

11

Pembuatan Ransum
Ransum penelitian merupakan campuran antara pakan peranggang dengan
kemangi kering. Kemangi kering dibuat dengan prosedur sebagai berikut: daun dan
batang kemangi dijemur di tempat terbuka sampai kering (matahari) selama 3-4 hari,
kemudian daun dan batang dipotong kecil (2-5 cm) . Kemangi yang telah dipotong
menjadi bagian yang lebih kecil digiling terlebih dahulu sampai menjadi tepung
kemudian dicampur dengan pakan ayam peranggang yang juga digiling dengan
ukuran yang sama seperti kemangi (±2 mm). Campuran kemangi dan pakan
peranggang yang telah homogen tersebut kemudian diberikan pada mencit sesuai
dengan taraf perlakuannya yakni dengan kandungan kemangi 0, 2,5 dan 5,0%
berdasarkan bahan kering pakan dan mempertimbangkan besarnya kadar air kemangi
dengan cara mengalikan berat pakan yang diberikan dengan persentase kadar air.
hasil analisis proksimat.
Pelaksanaan Penelitian
Mencit lepas sapih yang dijadikan induk berjumlah 60 ekor betina dan 30
ekor jantan yang dibagi ke dalam tiga macam taraf perlakuan yaitu 0, 2,5 dan 5,0%.
Masing masing perlakuan terdiri atas 10 kandang dan dalam satu kandang terisi satu
ekor jantan dan dua ekor betina. Mencit betina yang bunting dipisahkan dari mencit
jantan sampai dengan mencit tersebut beranak dan anaknya mencapai umur lepas
sapih (21 hari). Anak-anak mencit yang sudah mencapai umur lepas sapih dipisahkan dari induknya dan ditempatkan kedalam kandang yang berbeda antara jantan
dan betina. Isi kandang tergantung pada rasio jantan dan betina anak sepelahiran,
waktu kelahiran, dan perlakuan yang diberikan. Perlakuan yang diberikan adalah
pemberian kemangi kering sebesar 0 (100% pakan komersil + 0% kemangi kering),
2,5 (97,5,0% pakan komersil + 2,5% kemangi kering) dan 5,0% (95,0% pakan
komersil + 5,0% kemangi kering), sama seperti induknya. Anak mencit lepas sapih
mulai diambil datany,a saat dipisahkan dari induknya sampai dengan umur 42 hari.
Pemberian ransum dilakukan mulai pada pukul 16.00.
Peubah yang Diamati
Peubah yang diamati pada anak mencit lepas sapih ini meliputi bobot sapih, ,
pertambahan bobot badan, bobot badan umur 42 hari,

konsumsi dan konversi

ransum. Cara penghitungan masing-masing peubah dapat dilihat pada uraian berikut:

12

1. Bobot sapih yaitu bobot badan mencit yang ditimbang saat lepas sapih (umur
21 hati), satuan ukuran yang digunakan g/ekor
2. Pertambahan bobot badan yaitu selisih antara bobot badan minggu tertentu
dengan minggu sebelumnya. Pengukurannya dilakukan dengan cara menimbang mencit secara berkala yakni tiga hari sekali dengan satuan g/ekor/hari)
3. Bobot umur 42 hari yaitu bobot badan yang ditimbang saat mencit memasuki
dewasa kelamin, satuan ukuran yang digunakan g/ekor
4. Konsumsi ransum yaitu besarnya konsumsi pakan mencit selama 24 jam.
diukur dengan cara menghitung selisih antara jumlah pakan awal yang
diberikan dengan sisa pakan pada tempat pakan, satuan ukuran yang
digunakan g/ekor
5.

Konversi ransum yaitu suatu nilai yang menunjukan tentang berapa banyak
pakan yang diperlukan (g) untuk mendapatkan pertambahan bobot badan
sebesar 1 g. Perhitungannya dengan membagi jumlah konsumsi (g/ekor)
dengan pertambahan obot badan (g/ekor).

Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap pola faktorial tersarang 3x2. Faktor perlakuan yang pertama adalah
pemberian pakan dan yang kedua adalah jenis kelamin mencit.
Model Matematik yang digunakan sebagai berikut
Yijk = µ + αi + β(α)ij + εijk (Kaps dan lamberson, 2004)
Keterangan : Yijk

= data pengamatan,

μ

= nilai tengah populasi,

αi

= pengaruh perbedaan taraf kemangi,

βj

= pengaruh perbedaan jenis kelamin mencit dalam perrlakuan,

εijk

= pengaruh galat dari satuan percobaan,

i

= taraf kemangi (0, 2,5, dan 5,0%),

j

= jenis kelamin mencit (jantan, betina),

k

= ulangan (1,2,3…, 10).

Data yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis ragam (ANOVA) kemudian
dilanjutkan dengan Uji Lanjut Tukey untuk taraf pemberian kemangi dan T-Student

13

untuk jenis kelamin dalam perlakuan dengan hasil analisis yang berbeda nyata
sehingga besarnya taraf perbedaan antar perlakuan dapat diketahui.
Skema Penelitian
Skema penelitian pemberian kemangi kering menjelaskan secara singkat
tahapan yang dilakukan dalam melakukan penelitian. Skema ini dapat dilihat pada
Gambar 3 dibawah ini

Generasi awal:
Mencit dikawinkan
dengan rasio 1:2;
0, 2,5, dan 5,0%
kemangi

Generasi kedua
dipelihara sampai
umur 21 hari

Pengumpulan data pada umur 21-42 hari,
meliputi:
1. Bobot sapih (umur 21hari)(g)
2. Pertambahan bobot badan
(g/ekor/hari) Bobot umur 42 hari (g)
3. Konsumsi pakan (g/ekor/hari)
4. Konversi ransum

Data dievaluasi (Anova) dan
jika hasilnya berbeda nyata
dilanjutkan dengan uji lanjut
Tukey dan T-Student

Interpretasi pertumbuhan dan
komparasi perlakuan

Simpulan dan Rekomendasi
Gambar 3. Skema penelitian

14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pakan Penelitian
Kemangi Kering
Kemangi yang diberikan pada penelitian ini adalah kemangi kering. Tujuan
pengeringan yang utama adalah agar bahan lebih tahan lama (awet). Warna kemangi
yang menjadi hijau kecoklatan akibat reaksi Maillard yang terjadi saat penjemuran
dan bentuknya yang mengriput setelah proses penjemuran merupakan tanda bahwa
selama pengeringan terjadi proses degradasi protein secara enzimatis. Seperti yang
dipaparkan oleh Paerera (2003) bahwa perlakuan panas akan memicu reaksi Maillard
dan protein yang dipanaskan akan mengalami degradasi secara enzimatis sehingga
bentuk, tekstur, warna dan baunya akan berubah.
Nilai Gizi Pakan
Pakan yang diberikan dalam penelitian ini berupa pakan ayam broiler fase
starter (kode produksi CP-511 Bravo) yang diberikan kemangi kering sebagai bahan
pakan tambahan dengan taraf pemberian 0, 2,5, dan 5,0%. Analisis proksimat serta
komposisi kandungan gizi di tiap taraf perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4. Kandungan Gizi Pakan Komersil dan pakan dengan taraf perlakuan
0, 2,5 dan 5,0%
Komponen gizi (%)

Kemangi a

Kontrol (0%)b

2,5 %c

5 %c

---------------------------------------(%)------------------------------------

Air
Protein kasar
Lemak
Serat kasar
Abu
Ca
P

14,29
25,56
1,89
27,08
12,05
1,94
0,62

13
21-23
5
12
7
0,9
0,6

13,03
21,11-23,06
4,91
12,38
7,13
0,93
0,60

13,06
21,23-23,13
4,82
12,75
7,25
0,95
0,60

Keterangan: a : Hasil analisis proksimat dari Laboratorium Nutrisi Makanan Ternak (2005)
b : Label komposisi pada pakan CP 511 Bravo
c : Perhitungan secara manual :
(% Pakan komersil (PK) - % PK pd taraf perlakuan) + % kemangi pd taraf peraakuan.

15

Komposisi gizi pakan yang ditulis oleh oleh Smith dan Mangkoewidjojo
(1988) adalah protein, 20-25%; lemak, 10-12%; serat kasar, 4% atau kurang; dan
abu, 5-6%. Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa kandungan protein berada pada
kisaran, kandungan lemak lebih rendah dari kisaran, kandungan serat kasar dan abu
yang lebih tinggi dari kisaran yang disebutkan diatas. Tingginya serat kasar ini akan
menyebabkan terham-batnya penyerapan nutrien oleh usus halus yang menjadikan
nilai cerna pakan rendah.
Kandungan nutrisi kemangi kering yang diduga mengalami penurunan nutrisi
adalah asam ascorbat, stigmasterol (tokopherol) dan beta karoten. Penguapan cairan
dengan diiringi dengan pengiriman energi panas kepada bahan segar akan menyebabkan perubahan terhadap kualitas produk, nutrisi akan berubah akibat reaksi oksidatif dan akan membawa kepada reaksi Maillard tipe pencoklatan (browning) dan
penghilangan nutrien (Mujumdar, 2003; Paerera, 2003). Kandungan nilai gizi dan
jumlah zat yang terkandungan di masing-masing taraf perlakuan berdasarkan hasil
penghitungan dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.
Tabel 5. Ketersediaan Komponen Gizi pada Pakan dengan Taraf Perlakuan
0, 2,5, dan 5,0%
Komponen gizi
Air
Protein kasar
Lemak
Serat kasar
Abu
Ca
F

0%

2,5%

5,0%

0,65
1,05
0,25
0,60
0,35
0,05
0,03

(g)
0,65
1,06
0,25
0,62
0,36
0,05
0,03

0,65
1,06
0,24
0,64
0,36
0,05
0,03

Perhitungannya : besarnya pemberian pakan (5 g/ekor) x % taraf perlakuan

Tabel 5 diatas memperlihatkan bahwa pemberian kemangi kering sebesar 2,5
dan 5,0% memiliki kandungan yang hampir sama dengan pakan kontrol. Namun
untuk abu dan serat kasar pemberian kemani kering 2,5 dan 5,0% lebih tinggi sebesar
0,01% dibandingkan dengan kontrol.

16

Pertumbuhan
Bobot Sapih
Bobot badan hewan saat dipisahkan dari induknya disebut bobot sapih.
Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) mencit disapih saat berumur 21 hari.
Besarnya bobot sapih tergantung pada jenis kelamin, bobot badan induk, umur induk,
keadaan pada saat lahir, kemampuan induk untuk menyusui anak, kuantitas dan
kualitas makanan yang diberikan serta suhu lingkungan (Hafez dan Dyer, 1969).
Jumlah anak juga diduga mempengaruhi besarnya bobot sapih mencit, rerata jumlah
anak mencit yang berhasil disapih dari tiap induk sebesar 5,3; 6,7 dan 4,9 masingmasing untuk taraf perlakuan 0, 2,5 dan 5,0%. Besarnya rataan bobot sapih mencit
jantan dan betina yang diperoleh selama penelitian disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Rerata Bobot Sapih Anak Mencit Jantan dan Betina umur 21 hari
dari Induk yang Mendapat Bahan Pakan Tambahan Kering Sebesar
0, 2,5 dan 5,0%
Jenis Kelamin

Keterangan

Jantan

Betina

A-B

a-b

Pemberian Kemangi Kering
0%

2,5%

5,0%

X ± SB (g/ekor)

9,40 ± 1,93A

9,88 ± 1,44A

10,78 ± 1,88Ba

n (ekor)

52

54

44

KK (%)

20,53

14,57

17,44

X ± SB (g/ekor)

8,89 ± 1,83

9,34 ± 1,75

8,97 ± 2,38b

n (ekor)

54

52

30

KK (%)

20,58

18,74

26,53

Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan bobot sapih yang
berbeda sangat nyata (P