Profil Objek Penelitian KEBIJAKAN PNGGUNAAN MEDIA BARU

29 desa nelayan. 4. Ketua KUD di desa pertanian, dan Ketua KUD Mina di desa nelayan. 5. Tokoh masyarakat petani di desa pertanian, dan tokoh masyarakat nelayan di desa nelayan. Informan tidak mewakili sebagai individu masyarakat petani, maupun nelayan, tetapi apa yang disampaikan dalam wawancara atas nama warga petani atau nelayan yang ia wakili. Diawal wawancara peneliti menanyakan dan mengingatkan kepada setiap informan, bahwa pendapat, persepsi, atau apresiasi yang mereka sampaikan adalah mewakili masyarakat petani dan nelayan di masing-masing lokasi penelitian. Jika dilihat dari latar belakang pendidikan formal, hanya informan pejabat Kepala Dinas Pertanian, maupun Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan di Pemerintahan Kabupaten dan Kota, dan Manager KUDKUD Mina yang umumnya berpendidikan setingkat S1, dan S2. Sedangkan informan di tingkat desa petani dan nelayan, sebagian besar berpendidikan setingkat SLTP dan SLTA, sebagian kecil mereka yang berpendidikan S1. Dilihat dari aspek lapangan kerja, para kepala dinas, lurahkades sebagai PNS, sedangkan informan dari kelompok petaninelayan, tokoh masyarakat bekerja sebagai petani dan nelayan, maupun swasta. Data penelitian ini menunjukkan bahwa para informan yang terpilih sebagai objek penelitian ini umumnya sudah berusia lanjut, yakni antara 45 tahun, sampai 60 Tahun. Hal yang sama bukan hanya informan, tetapi ketika peneliti melakukan observasi di lapangan, di Kabupaten Maros, Kota Makasar, dan Kabupaten Pekalongan melihat sendiri bahwa rata rata petani di daerah tersebut sudah tergolong berusia tua. Sedangkan kalangan pemudanya jarang yang terlihat di sawah, diladang, maupun dikebun mengerjakan pertanian. Hal yang tidak jauh berbeda fenomena di bagi masyarakat di desa nelayan. Hampir tidak ada kalangan muda yang mengikuti jejak orang tuanya sebagai nelayan, menjahit jaring, mendorong kapal, menurunkan ikan, dan sejenisnya. Dari gambaran profil petani dan nelayan tersebut dapat diasumsikan bagaimana ketika media baru berbasis internet diperkenalkan kepada mereka. Maka agar mencapai sasaran adopsi media baru digital berbasis internet dikomunitas petani dan nelayan diperlukan strategi yang bersifat khusus, atau setidaknya ada proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik petani dan nelayan tersebut. Literasi penggunaan media baru berbasis internet di komunitas petani dan nelayan diperlukan kerjasama dengan pemerintah lokal. Hal ini karena merekalah yang lebih paham tentang permasalahan sumber daya masyarakat, baik untuk petani dan nelayan. Potensi seperti itu diperlukan untuk penyesuaian tingkatan literasi yang mungkin bisa diberikan kepada komunitas petani dan nelayan baik secara individu, maupunkelompok. Pemahaman komunitas petani dan nelayan terhadap pengetahuan, dan praktikum media digital, merupakan strategi untuk menyiapkan mereka agar penggunaan media baru di komunitas petani dan nelayan kelak menjadi lebih produktif. Penggunaan media baru yang efektif untuk meningkatkan produktivitas di komunitas petani dan nelayan, sangat tergantung dari bagaimana media digital itu merekagunakansesuaidengan kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas di komunitas petani dan nelayan. 30

BAB III PENGGUNAAN MEDIA BARU DI KOMUNITAS

PETANI NELAYAN Data penelitian ini berisi diskripsi kualitatif dari hasil pengamatan, observasi, wawancara dan focuse group discussion FGD yang dilaksanakan para peneliti di lokasi penelitian yang terpilih. Data penelitian lapangan ini keberadaannya sangat beragam. Keragaman data kualitatif ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik objek penelitian dilihat dari aspek sosial, budaya dan pola komunikasi di komunitas petani dan nelayan di masing-masing lokasi penelitian. Perbedaan data kualitatif tersebut berimplikasi pada pengolahan dan klasifikasi data yang menjadi objek analisisnya. Meski demikian data penelitian disatu lokasi yang kebetulan memiliki karakteristik yang sama dengan lokasi penelitian lainnya dapat disandingkan. Data kualitatif ini disajikan dalam format berdasarkan kasus per-kasus di masing masing lokasi penelitian. Hasil penelitian ini di klasifikasi menjadi menjadi 2 dua kelompok besar yang bertautan dengan pola penggunaan media baru berbasis internet di komunitas Petani maupun Nelayan diberbagai lokasi penelitian. Dari disply diskripsi data kualitatif ini maka tergambar bagaimana pola komunikasi, kebutuhan informasi, faktor yang berpengaruh dalam proses pemenuhan kebutuhan informasi melalui media baru atau 31 alat komunikasi lain yang mereka miliki salama ini. Apakah media baru dan alat komunikasi lain yang dimiliki mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi sesuai dengan profesinya. Lantas faktor apa saja yang menjadi hambatan baik secara internal maupun eksternal dalam mengakses informasi yang bersangkutan, melalui penggunaan media baru. Potensi yang ada di lapangan antara komunitas petani dan nelayan memiliki karakteristik berbeda yang sangat signifikan. Perbedaan karakter ini merupakan dinamika temuan lapangan yang diperoleh masing masing peneliti. Data lapangan tersebut, di kelompokkan menjadi 2 dua kataogori, yakni diskripsi penggunaan media baru di komunitas petani, dan nelayan.

A. Penggunaan Media Baru di Komunitas Petani

Pola Penggunaan Media Baru di Komunitas Petani di Desa Ulee, Kecamatan Kareng, Kota Banda Aceh Provinsi NAD Ahmad Budi Setiawan, dkk Pemanfaatan media baru bagi masyarakat petani di desa Ulee masih sangat sederhana. Umumnya media baru berbais internet telephone seluler, smartphone hanya sebatas digunakan untuk mencari informasi mengenai produk-produk pertanian. Pemanfaatan media baru tersebut tidak dilakukan secara langsung oleh petani. Namun demikian para petani umumnya mencari informasi melalui bantuan pihak lain, seperti anak mereka yang paham menggunakan teknologi, melalui akses informasi di media baru. Teknologi yang digunakan hanyalah dengan menggunakan media baru telepon seluler. Akses internet ke desa-desa gampong belum banyak dilakukan oleh petani, karena keterbatasan insfrastruktur. Sementara penyedia layanan internet yang ada di beberapa desa adalah dari PT. Telkom, melalui telkomsel. Komunitas petani sebagian besar memiliki latar belakang pendidikan yang masih rendah, yakni setara SLTP dan SD. Namun banyak dari mereka memiliki anak yang berpendidikan diberbagai sekolah dan Perguruan Tinggi di Aceh. Jadi dalam keluarga mereka sudah ada yang paham dengan teknologi informasi khususnya media baru berbasis internet. Kalangan pemuda di masyarakat petani sudah mulai memanfaatkan akses internet dari gadget yang mereka miliki ataupun melalui akses point yang disediakan pemerintah atau melalui warung internet. Meurut narasumber yang ditemui dilokasi penelitian, minat masyarakat petani terhadap pengembangan teknologi bidang pertanian di Aceh cukup tinggi. Hal ini mereka rasakan sangat membantu bagi masyarakat yang berprofesi sebagai petani dalam mendapatkan informasi mengenai perkembangan teknologi tepat guna dibidang pertanian, dan ilmu pengetahuan lainnya. Mereka juga sudah membentuk kelompok tani aktif yang mereka manfaatkan sebagai sumber informasi di sektor pertanian. Mereka memilikiprogram diskusi yang sudah terjadwal. Jika ada permaslahan yang terkait dengan pertanian forum itulah yang mereka gunakan untuk menyelesaikan masalahnya