Turbin Air terdapat empat hasil penelitian PLTMH, antara lain: a Turbin Turbin angin PLTB, penelitian blade dari turbin angin anggaran 2010, Generator kecepatan rendah: Pengembangan PLTMH yang dilakukan oleh Puslit Telimek Sudah

2010 120

1. Turbin Air terdapat empat hasil penelitian PLTMH, antara lain: a Turbin

pelton head tinggi; b Turbin Crosflow head sedang, 3 m sd 20 m, runner turbin crosflow sudah dipatenkan dan sudah dipasarkan; c Turbin Propeler head rendah, 3 m, dan d dalam anggaran DIPA 2010kompetitif sudah dihasilkan turbin dengan head yang sangat rendah head 1 m, debit air 120 literdet, dengan kapasitas daya output listrik 900 watt untuk diaplikasikan pada aliran kali. Sudah diuji di aliran kalipembuangan kebon raya cibodas, hasil pengujian sudah menghasilkan daya seperti yang direncanakan 900 watt. Teknologi ini direncanakan akan dipatenkan.

2. Turbin angin PLTB, penelitian blade dari turbin angin anggaran 2010,

DIPA Telimek

3. Generator kecepatan rendah:

Sudah dihasilkan prototip generator kecepatan rendah bersama dengan turbin head rendah yang diujikan di aliran kali kebon raya Cipanas. Generator kecepatan rendah ini juga dirancang untuk PLTB. Inovasi generator sudah diajukan untuk dipatenkan untuk konstruksi

4. Pengembangan PLTMH yang dilakukan oleh Puslit Telimek Sudah

diaplikasikan di masyarakat, diantaranya di Garut dan Tasikmalaya Propinsi Jabar. Pengembangan PLTMH dilakukan juga oleh BPTG-LIPI Subang kerjasama dengan Puslit Telimek dan sudah diaplikasikan di beberapa tempat seperti Makki dan Wamena-Papua, Enrekang -Sulawesi Selatan, serta Nagrak dan Subang –Jabar. Hasil litbang Pusat Teknologi Dirgantara Terapan - LAPAN dalam inovasi PLTB diantaranya adalah pengembangan PLTB 80 - 1000 W untuk pengadaan listrik wilayah desa terpencil dan nelayan; pemetaan potensi angin dilakukan dalam rangka memetakan daerah-daerah yang mungkin dikembangkan untuk dipasang PLTB baik untuk skala kecil maupun besar di wilayah Indonesia; desain PLTB skala 30 - 50 kW; siatem hibrid PLTB panel surya dan turbin angin untuk lampu jalan atau penerangan lainnya dan telah diuji cobakan di Parepare dan Bantul, dan akan menyusul untuk berbagai daerah. Selain sistem pembangkit, juga dilakukan berbagai rancang bangun instrumentasi seperti anemometer pengukur potensi angin, AWS Automatic Weather Station dan Tidegauge alat pengukur pasang surut. Instrumentasi tersebut telah diujicobakan bekerjasama dengan berbagai instansi terkait dan telah berhasil memberikan informasi yang dibutuhkan secara baik dan akurat. Instrumentasi-instrumentasi tersebut juga dilengkapi dengan sistem informasi sehingga dapat memantau potensi angin, temperatur, tekanan udara, ketingggian air permukaan dan sebagainya dari jarak jauh. Dalam diseminasi hasil litbang teknologi PLTB, kegiatannya dilakukan bersama sama LPNDLPD, Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, serta lebih jauh melalui kerjasama litbang luar negeri. Lebih rinci kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh puslit Teknologi Terapan Dirgantara - LAPAN ini, sebagaimana ditunjukkan dalam ringkasan berikut: 2010 121  Kerjasama dengan LPNDLPD: Balitbang ESDM 2001: Pemanfaatanoperasionalisasi 1 unit turbin angin kapasitas 1000 watt di unit pemukiman transmigrasi UPT Oitui-Bima, NTB, 2001; dan Puslitbang Telimek-LIPI, kerjasama penelitian teknologi PLTB.  Kerjasama dengan Perguruan Tinggi: ITB dalam rekayasa teknologi PLTB; UGM kerjasama dalam rangka pemetaan sosial ekonomi masyarakat provinsi Yogyakarta, sehubungan dengan rencana pengembangan techno-park energi di Kabupaten Bantul yang akan diresmikan pada tahun 2010, dan beberapa perguruan tinggi lainnya seperti Udayana, dan Univ. Kupang terkait dengan program monitoring implementasi teknologi PLTB yang dipasang di kedua provinsi Bali dan NTT.  Kerjasama dengan Pemda: 1. Pemda Bangka Belitung: Pemanfaatan teknologi PLTB untuk pembangkit tenaga listrik dan pemompaan air, 2007; 2. Kabupaten Halmahera Tengah dan Kab. Maluku Tenggara: Pelatihan dan sosialisasi manfaat PLTB 2005; 3. Kabupaten Sumenep: 1 Implementasi teknologi PLTB kapasitas 25,5 kW, dan sosialisasinya kepada operator dan masyarakat pengguna; 2 Kajian pemanfaatan PLTB terpasang, dan 3 Pemasangan teknologi PLTB untuk penyediaan listrik di Pulau Giliyang, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, Madura, Provinsi Jawa Timur, 2005; 4. Sumatera Utara: Pemanfaatan PLTB untuk pembangkit tenaga listrik dan pemompaan air, 2005; 5. Pemda D.I. Yogyakarta yang difokuskan di Kabupaten Bantul: Pemanfaatan Sistem Konversi Energi Angin PLTB untuk penyediaan tenaga listrik 10 kW dan sosialisasi dan pelatihan pengembangan dan pemanfaatan PLTB; Sebagai lokasi untuk uji coba pengembangan dan pemanfaatan berbagai prototip PLTB untuk penyediaan jasa listrik dan pemompaan air di Kabupaten Bantul, 2002; Pemanfaatan Sistem Pemompaan Tenaga Angin SPTA untuk pengadaan air minum dan pengairan lahan pertanian, 2003. Tahun 2010 s.d. akhir Desember ditargetkan sebanyak 48 unit kincir angin akan dipsang di pesisir Kabupaten Bantul, terpilih sebagai lokasi pembangunan kincir angin, yang difokuskan di Pantai Pandansimo, Kecamatan Srandakan.  Kerjasama dengan pihak Industri:  Smart Aviation Indonesia, PT: Perancangan, fabrikasi dan prototyping; Pengujian dan sertifikasi produk; dan Industrialisasi dan pemasaran produk 2006  Indokomas Buana Perkasa, PT: 1 Pembuatan perangkat lunak dan perangkat keras; 2 Pemasyarakatan produk dan jasa teknologi PLTB; 3 Peningkatan kemampuan dan keterampilan dan Relokasi 5 unit turbin angin dari Bulak Baru dan Kali Anyar ke Pulau Karya, Kep. Seribu, Provinsi DKI Jakarta,2003. 2010 122  Prasetya Indra Barata PIB, PT: 1 Relokasi turbin angin milik LAPAN dari Desa Bulak Baru dan Kali Anyar ke Desa Tanggul Tlare sebagai sarana penerangan tambak udang milik PT. PIB; 2 Pemasangan turbin angin TOCARDO untuk kepentingan pemompaan air di areal tambak udang milik PT. PIB; 3 Penelitian bersama; 4 Evaluasi pemanfaatan PLTB untuk tambak udang. dan Pemanfaatan PLTB melalui relokasi turbin angin dari Desa Bulak Baru dan Kalianyar ke Desa Tanggul Tlare, 2002.  Kandiyasa Energi Utama, PT: 1 Penyediaan perangkat lunak dan perangkat keras PLTB; 2 Pemasaran dan pemanfaatan produk PLTB; 3 Jasa teknologi di bidang penelitian, pengembangan dan pemanfaatan PLTB 2005.  PLN Persero Litbang Ketenagalistrikan: 1 Evaluasi data potensi angin di lokasi terpilih; 2 Kajian pemanfaatan PLTB skala besar; 3 Desain prototip kapasitas 300 kW; 4 Desain prototipe sistem kontrol interkoneksi ke jaringan PLN; 5 Pembuatan prototype kapasitas 300 kW; 6 Pilot project skala besar interkoneksi ke jaringan PLN. 2005. Hasil pengumpulan data lapangan didiskusikan dengan nara sumber dari lembaga penelitian yang bersangkutan dalam forum Focus Group Discussion FGD. Hasilnya menunjukkan hambatan dan alternatif penyelesaiannya dalam kegiatan inovasi PLTMH PLTB. Hal mana juga menunjukkan keinginan para peneliti untuk melanjutkan kegiatan inovasi, terutama yang terkait dengan kebijakan, manfaat ekonomi, kondisi kemampuan masyarakat sosial, dan teknologi produk litbang. Temuan lapangan sebagai bahan diskusi FGD ditunjukkan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2. Tabel 4.1. Rangkuman Pengumpulan Data Inovasi PLTMH Puslit Telimek – LIPI No FAKTOR PENGHAMBA TPENDORO NG PUSAT PENELITIAN PENGELOLA PLTMH PLTB Penelitian Dasar Terapan DemonstrasiKome rsialisasi MasalahHambatan Kendala Alternatif Penyelesaian a b c d e f 1 POLITIK KEBIJAKAN Melakukan penelitian lanjut PLTMH Kebijakan kerja sama pengujian teknologi produk litbang dengan pihak yang berkompeten. Untuk kasus di Tasikmalaya Penerapan teknologi PLTMH harus menguntungkan masyarakat. Untuk kasus di Tasikmalaya Kebijakan yang diambil adalah penghentian sementara operasional PLTMH, sampai ada perbaikan. 2010 123 2 EKONOMI Dana berasal dari DIPA, Ristek. Runner Turbin Crossflow sdh dipatenkan dan siap dikomersielkan. Dana berasal dari Dikti, dan juga ada kerja sama dg Malaysia waitro, Kerjasama dg TTG Subang termasuk sbg pemasar PLTMH Kasus di Tasikmalaya. Biaya untuk pembangunan PLTMH dan teknologi belum siap, sehingga membebani operasional koperasi sebagai pengelola PLTMH. Rencana lanjut setelah PLN terpasang, PLTMH akan digunakan untuk mendukung pabrik teh yang akan dibangun LIPI. Dana diperoleh dari iuran bulanan masyarakat setempat atas dasar besar kecilnya penggunaan listrik, titik lampu 3 SOSIAL ----- Turbine putaran sangat rendah head 1 m debit 120 ldet daya 900 Watt. diuji cobakan di Kebon Raya LIPI Cibodas dengan harapan masyarakat yg berkunjung dapat mengetahui. Dilakukan di : Garut lok:Cisewu daya 10 KW Tasikmalaya lok:Cibunar daya 30 KW. dengan membangun kelompok untuk pengelolaan dan direncanakan sesuai dengan potensi yang ada di lapangan. PLTMH di Tasikmalaya belum sepenuhnya tersosialisasikan dengan baik pada masyarakat. Koperasi PLTMH Tasikmalaya sudah terbentuk, adapun jumlah pelanggan listrik 40 KK hasil dari iuran listrik wargabulan mencapai Rp 550.000,- dengan karyawan pengelola aktif 3 orang. 4 TEKNOLOGI Turbin Pelton head tinggi, Crosflow head sedang 3 – 20 m, Untuk PLTMH daya 30 Kw sudah terpasang di desa Cibunar Kec. Untuk Turbine putaran sangat rendah head 1 m debit 120 ldet daya Pengujian dilakukan oleh para peneliti dan teknisi 2010 124 Propeler head rendah 3m, Turbine putaran sangat rendah head 1 m debit 120 ldet daya 900 Watt. Generator putaran rendah. Blade yang sama dirancang juga untuk turbin angin. Turbine putaran sangat rendah head 1 m debit 120 ldet daya 900 Watt. Diujicobakan di kebon Raya Cibodas, beserta Generator putaran rendah yang dirancang untuk PLTB sedangkan Runner Turbin Crossflow PLTMH pengujian dilakukan dengan pihak PLN. Pageurageung Kab. Tasikmalaya. Garut lokasi: Cisewu daya 10 KW potensi air didaerah ini relatif besar, dana penelitian dari Ristek, dikelola oleh koperasi yang dibentuk oleh Telimek. Diseminasi PLTMH, untuk menghasilkan listrik bagi masyarakat generator kecepatan rendah bekerjasama dengan industri turbin angin melalui sistem PLTB pembangkit listrik tenaga bayu dibangun di daerah Bojong- koneng Bandung 900 Watt masih belum mendapatkan paten. Sedangkan untuk Generator putaran rendah terbentur pada pembuatan permanent magnit, sampai dengan saat ini belum terwujud. PLTMH daya 30 Kw sudah terpasang di desa Cibunar Kec Pageurageung kab.Tasikma-laya. Masalahnya pada perencanaan pengelolaan penerapan teknologi yang tidak benar, terutama dalam hal pemanfaatan air. Terjadi benturan kepentingan dengan pihak petani setempat untuk pengairan sawah, dan utk lokasi yang jauh dari PLTMH listrik yang diberikan kepada masyarakat tidak memuaskan redup karena jaringan transmisi tidak dilengkapi dengan tranformator. Teknologi kurang handal baru, 1 minggu beroperasi sudah trouble, belt putus, bearing cepat rusak, saat dioperasikan getarannya cukup tinggi. Dari sisi ekonomi tidak menguntungkan, biaya perawatan mencapai Rp 2.500.000,-, dari Puslit Telimek, teknologi dibangun sederhana, dalam arti mudah dioperasikan dan mudah dimengerti bagi pengelola, serta handal, dan suku cadang harus mudah diperoleh dipasaran setempat. 2010 125 sementara iuran anggota baru mencapai Rp. 550.000bulan Pada saat ini kondisi mesin PLTMH sudah diperbaiki dan tidak ada getaran lagi. Namun belum dioperasikan karena air sedang digunakan untuk irigasi sawah. musim kering Tabel 4.2. Rangkuman Pengumpulan Data Inovasi PLTB Pusat Teknologi Dirgantara Terapan - LAPAN No FAKTOR PENGHAMBA TPENDORO NG PUSAT PENELITIAN HASIL PENGAMATAN LAPANGAN Penelitian Dasar Terapan DemonstrasiKome rsialisasi MasalahHambata nKendala Alternatif Penyelesaian a b c d e f 1 POLITIK KEBIJAKAN Kebijakan pimpinan LAPAN dalam pengembangan PLTB dirasakan kurang mendukung terkait prioritas penelitian saat ini lebih kepada pengembangan teknologi roket Diarahkan untuk bekerjasama dengan PLN, Pemda dan Industri Kerjasama dengan Pemda dan Menristek untuk membangun desa mandiri di Bantul Joyakarta Pemerintah Daerah Bantul menyambut baik kegiatan penerapan teknologi. Perlu disiapkan SDM, infrastruktur dan industri pendukung di daerah Pemerintah Daerah menyiapkan dana pendamping untuk menyiapkan kebutuhan infrastruktur dan SDM dalam penerapan teknologi, koordinasi teknis dengan instansi terkait maupun perguruan tinggi, penyediaan dan pelatihan SDM, dan industri pendukung. 2010 126 2 EKONOMI Dana penelitian disediakan dari anggaran DIPA LAPAN, tidak menyediakan anggaran khusus untuk demonstrasi dan komersialisasi Kegiatan demonstrasi, lebih diarahkan untuk penyediaan sistem perangkat keras PLTB di lokasi penerapan uji coba Saat ini pengoperasian PLTB tidak menguntungkan, karena hasil perhitungan menunjukkan nilai jual listriknya masih lebih mahal dibandingkan listrik PLN agar tercapainya BEP investasi dan perawatan Diusulkan perlunya kebijakan pemerintah yang mengatur harga jual listrik PLTB disubsidi oleh pemerintah 3 SOSIAL Sosialisasi sistem PLTB dilakukan dengan penyebaran brosur yang memuat spesifikasi teknis, sosialisasi sistem PLTB juga dilakukan melalui seminar. Sosialisasi PLTB dilakukan bekerjasama dengan Menristek dalam penyediaan dana Saat ini belum diserahkan kepada suatu kelompok dalam pengelolaan PLTB, terkait nilai ekonomi yang belum terpenuhi ------------ 4 TEKNOLOGI Penelitian teknologi konversi energi angin berorientasi kepada pengguna spin-off Penelitian meliputi potensi angin, perancangan PLTB, pengujian komponen, diseminasi Tersedia lapangan uji coba di Jogyakarta Balai Penelitian Uji coba dan demo PLTB di kabupaten Bantul untuk: 1. Penerangan masjid, dan rumah contoh dalam kawasan Laboratorium Alam Milik Pemda – Bakosurtanal dan UGM. 2. Penerangan dan pengairan untuk kelompok peternakan sapi penggemukan sapi di desa Teknologi masih kurang handal, masih sering rusak Kerusakan instalasi karena cuaca Diperbaiki oleh teknisi dari LAPAN Sistem dimodifikasi disempurnak an 2010 127 Perikanan – Dinas Perikanan Pemdakab Bantul di TPI SAMAS Penerapan PLTB di Bantul 20 unit a daya10 kW, 2 unit a daya 10 kW, 1 unit daya 50 kW. Pembuatan PLTB ini bekerjasama dengan PT. Pindad Waru dan 3. Penerangan pantai dan mesjid di Depok- Parangtritis. Melakukan pengujian dan pemasangan PLTB dari swasta PLTB untuk nelayan, dipasang di kapal penangkap ikan, sudah diproduksi oleh swasta Analisis terhadap perolehan data menunjukkan bahwa: a Pengelolaan litbang tidak terlepas dari prosedur birokrasi. Birokrasi ini pada satu sisi menghambat proses inovasi karena rutinitas kerja lembaga litbang pemerintah yang belum sepenuhnya melakukan penyesuaian terhadap tuntutan profesionalisme dalam penyelenggaraan pengelolaan litbang. Sehingga pengelolaan litbang terkesan kaku dalam membangun kemampuan lembaga litbang untuk berinteraksi dengan lembaga litbang lainnya maupun dengan stakeholder; b Beberapa kasus penelitian yang dilakukan untuk pengembangan sistem PLTMH PLTB terkendala dalam alokasi pembiayaan karena perencanaan dan implementasi tidak konsisten sampai pada hasil implementasi ke masyarakat; c Komersialisasi dan penerapan hasil penelitian terkesan merupakan kegiatan lain atau dilakukan oleh unit kegiatan lain. Sehingga belum terintegrasinya kegiatan penerapan dalam satu paket kegiatan penelitian; dan d Beragamnya institusi litbang yang sudah terbangun di negeri masih belum mampu mendorong pemanfaatan teknologi, khususnya teknologi energi terbarukan dari air dan angin atau secara spesifik disebut teknologi PLTMH PLTB, bagi kesejahteraan masyarakatnya. Sejalan dengan ini Aiman dkk. 2007 dalam workshop National Innovation System NIS menguraikan bahwa institusi penelitian dan pengembangan publik di bawah koordinasi Presiden Republik Indonesia terpetakan sebagai berikut: 1 Institusi Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Non Departemen, 2 Institusi Penelitian dan Pengembangan Kementrian Ristek, 3 Institusi Penelitian dan Pengembangan Departemen Teknis, 4 Bappenas, 5 AIPI - Indonesian Academic of Sciences. Secara spesifik dinyatakan pula bahwa sampai saat ini telah terbangun kelembagaan untuk memfasilitasi kegiatan alih teknologi dalam kerangka inovasi, diantaranya adalah BTC oleh BPPT, SENADA oleh Pemerintah Jawa Barat, Pusat Inovasi oleh LIPI, dan BBRC LIPI, BPPT. Sementara media untuk kegiatan diseminasi juga tersedia, baik melalui jurnal 2010 128 ilmiah, forum eksibisi industri, informasi di media masa, dan informasi melalui penyiaran radio dan televisi. Berbagai langkah ditempuh unit penelitian dalam lembaga litbang pemerintah dalam usaha mendekatkan hasil penelitiannya ke masyarakat sepertti terlihat dalam pengelolaan inovasi PLTMH PLTB. Hal mana ditempuh karena kelembagaan formal yang sudah dibentuk belum sepenuhnya mampu untuk mengalihkan teknologi yang ada ke masyarakat. Upaya-upaya dan terobosan yang dilakukan unit lembaga litbang ini tentunya dilakukan dengan berbagai keterbatasan yang timbul karena berbagai sebab dan berpulang pada belum terencanakannya kegiatan secara matang. Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronika - LIPI melakukan terobosan inovasi PLTMH melalui penelitian dan pengembangan yang hasilnya diterapkan dan diuji-cobakan pada kelompok masyarakat. Terobosan ini pada dasarnya ditempuh peneliti dengan pemahaman bahwa hasil penelitian harus dapat berfungsi sebagai pendorong kegiatan masyarakat dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan mereka. Dalam kenyataannya, berbagai kendala ditemukan dalam kegiatan ini yang berpulang kepada kesiapan teknologi yang akan diterapkan atau didifusikan, kemampuan peneliti dalam mengkoordinasikan kegiatannya dengan pemerintah daerah sebagai fasilitator, serta keterbatasan anggaran penelitian yang birokratis. Dalam kasus teknologi PLTMH ini, pertanyaan mendasar yang belum terjawab adalah sampai seberapa jauh keandalan suatu sistem teknologi dapat diterapkan di masyarakat, walaupun itu masih dalam proses uji coba atau penelitian. Hal ini perlu diperhatikan mengingat kerjasama yang berkelanjutan dibangun dengan dasar komunikasi dua arah dan kerjasama dilakukan untuk saling menguntungkan. Sehingga kegagalan sistem, baik karena adanya masalah sosial budaya maupun teknologi, berpotensi untuk melemahkan kerjasama ini. Oleh karena itu, walaupun masih dalam rangka penelitian setidaknya sistem yang terintegrasi sudah diuji cobakan dalam skala laboratorium sebelum diterapkan di masyarakat. Secara bersamaan terobosan inovasi teknologi PLTB juga dilakukan Pusat Teknologi Dirgantara Terapan – LAPAN yang melakukan uji coba kelayakan teknologinya melalui kerjasama dengan pemerintah daerah. Hasil pengumpulan data dari penelitian ini menunjukkan bahwa kerjasama yang sudah dibangun antara lain dengan pemerintah daerah seperti , propinsi Sumatera Utara, DI Yogyakarta, pemda kepulauan Bangka Belitung, dan kabupaten Sumenep. Kegiatannya pada umumnya implementasi teknologi PLTB untuk pembangkit listrik. Sejalan dengan ini, unit litbang juga sudah melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi ITB untuk proses diseminasi dan industri seperti untuk Smart Aviation Indonesia, Indokomas Buana Perkasa, Prasetya Indra Barata, Kandiyasa Energi Utama, PLN Persero Litbang Ketenagalistrikan, untuk perancangan, pabrikasi dan atau pembuatan prototipe. Seperti halnya pada kasus penerapan teknologi PLTMH, penerapan teknologi PLTB oleh Pusat Teknologi Dirgantara – LAPAN juga terkendala oleh berbagai sebab. Hasil pengumpulan data melalui wawancara, FGD dan observasi memperlihatkan bahwa keandalan teknologi PLTB masih perlu ditingkatkan bersamaan dengan peningkatan efisiensi terkait pada biaya instalasi. Pengoperasian dan pemilihan lokasi PLTB tidak atau kurang sesuai 2010 129 karena kurangnya data potensi angin dan tata letak peralatan tidak ditunjang oleh studi atau penelitian yang komperhensif. Selanjutnya secara khusus perlu juga ditingkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia pengelola teknologi PLTB. Hasil analisis tersebut di atas pada dasarnya sejalan dengan pendapat pakar dalam diskusi FGD, yaitu sebagai berikut:  Prioritas pertama yang perlu dilakukan adalah faktor Politikkebijakan baik pimpinan Lembagakebijakan nasional: Kebijakan dan kemauan baik pemerintah sangat menentukan apakah suatu teknologi merupakan prioritas dalam pengembangan dan penerapannya di masyarakat perencanaan dan implementasi yang konsisten;  Prioritas ke dua adalah faktor Ekonomi: Pertimbangannya adalah nilai tambah bagi masyarakat, saat ini bahkan berkembang kepada ekonomi yang berdampak pada lingkungan pencemaran lingkungan yang harus dibayar oleh masyarakat kedepan;  Prioritas ke tiga adalah faktor Sosial: Pertimbangan mengapa faktor sosial merupakan prioritas ketiga yang perlu diperhatikan terkait pada permasalahan yang kerap timbul di masyarakat dalam pemanfaatan teknologi hasil litbang, khususnya sistem PLTMH PLTB. Kasus ini terkait pada sisi sosial kemasyarakatan, seperti manajemen operasional, SDM yang tersedia, penentuan harga jual listriknya, budaya masyarakat, dan sebagainya;  Prioritas ke empat adalah faktor Teknologi: Pada prinsipnya lembaga litbang mampu melakukan pengembangan teknologi dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat, baik dari sisi nilai jual alat investasi awal yang rendah terhadap kwh output maupun pemenuhan kebutuhan daya listriknya. Lebih dalam analisis terhadap linkage lembaga litbang dan stakeholder menunjukkan bahwa inovasi PLTMH PLTB yang dibangun lembaga litbang pemerintah LIPI maupun LAPAN terkait pada interaksi kelembagaannya terkesan unik dan merupakan proses pembelajaran dalam pengembangan produknya. Kerjasama yang sudah dibangun kerap kali terkendala faktor teknologi, oleh karena itu perlu kembali dipertanyakan sampai sejauh mana teknologi yang sudah dibangun lembaga litbang dapat diuji cobakan ke masyarakat. Hal ini perlu ditekankan karena konsep inovasi yang berkembang saat ini menunjukkan bahwa proses inovasi merupakan proses pembelajaran yang mengikut sertakan stakeholder. Sementara dari sisi yang lain, dipahami bahwa kerjasama dibangun berdasarkan tingkat kooperasi, penyelesaian konflik dan tingkat kepercayaan. Kegagalan implementasi PLTMH PLTB karena ketidak-andalan teknologinya secara keseluruhan sangat mempengaruhi interaksi dengan stakeholder. Oleh karena itu alangkah baiknya jika teknologi yang akan diujicobakan diimplementasikan atau didifusikan ke masyarakat sudah melalui proses ujicoba secara keseluruhan di lembaga litbang yang bersangkutan. 2010 130 KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil analisis yang sudah dilakukan, pada priinsipnya inovasi teknolgi PLTMH PLTB di lembaga litbang pemerintah sudah dilakukan, akan tetapi dalam kegiatannya masih ditemukan berbagai kendala sehingga kegiatan ini belum sepenuhnya berjalan dengan baik, terutama dalam proses difusi teknologinya. Lebih rinci pada bab ini akan disimpulkan hasil pembahasan analisis kegiatan inovasi PLTMH PLTB di lembaga litbang pemerintah serta interaksinya dengan shareholder maupun stakeholdernya sebagai berikut: 3. Kebijakan nasional energi terbarukan dalam pemanfaatan energi terbarukan sudah cukup baik ditunjukkan dari terbitnya UU tentang energi, demikian pula kebijakan daerah yang ditunjukkan dari RKPD. Sementara itu kebijakan pimpinan terkait dengan aspek birokrasi dalam kegiatan inovasi Sistem PLTMH PLTB di lembaga litbang pemerintah berpotensi sebagai penghambat proses inovasi karena menumbuhkan rutinitas kerja lembaga litbang pemerintah yang terkesan kaku dalam membangun kemampuan lembaga litbang untuk berinteraksi dengan lembaga litbang lainnya shareholder maupun dengan stakeholder. 4. Faktor ekonomi menunjukkan bahwa perlunya dipahami peningkatan nilai tambah bagi adopter dengan diterapkannya teknologi di daerahnya. 5. Faktor sosial berpengaruh dalam keberhasilan inovasi PLTMH PLTB terkait pada kesesuaiannya dengan masyarakat pengguna. Ketidaksiapan masyarakat dalam menerima teknologi pengguna merupakan hambatan dalam proses inovasi, terutama dalam kegiatan sosialisasi dan difusi teknologinya. 6. Faktor teknologi terkait pada kesiapan teknologi sistem PLTMH PLTB lembaga litbang pemerintah yang kurang menyebabkan masih memerlukannya pengujian sistem lebih lanjut agar didapatkan hasil yang optimum. Sistem yang belum teruji, jika diuji cobakan pada kelompok masyarakat dapat mempengaruhi persepsi masyarakat yang kurang baik terhadap teknologi hasil litbang. Oleh karena itu sampai seberapa besar keandalan suatu teknologi sistem PLTMH PLTB untuk sampai pada tahap difusi dan penerapan merupakan hal yang penting dalam pengelolaan inovasi di lembaga litbang. SARAN Analisis terhadap pengelolaan inovasi teknologi PLTMH PLTB terkait pada rantai inovasi serta interaksi kelembagaan yang sudah dibangun adalah sebagai berikut:  Perlunya dibangun perencanaan kegiatan penelitian pengembangan PLTMH PLTB yang berkelanjutan untuk perolehan produk litbang yang optimal, baik dalam koordinasi unit kelembagaan di dalam institusi maupun antar institusi. Pada sisi kebijakan perlunya sikap tegas dan kemampuan enterprenuer untuk mewujudkan produk litbang yang berdayaguna dalam peningkatan nilai 2010 131 tambah yang berujung pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Dengan demikian berarti, penyelenggaraan kegiatan litbang lebih didasarkan pada sikap profesionalisme dan bukan pada birokrasi yang terkesan kaku.  Perlunya penguatan kelembagaan litbang dengan membangun infrastruktur kelembagaan litbang yang didukung kebijakan pimpinan yang memprioritaskan inovasi sistem PLTMH PLTB yang berujung pada peningkatan nilai tambah masyarakat pengguna pengetahuan, ekonomi, dan lingkungan sosial. DAFTAR PUSTAKA Abdinagoro, Sri Bramantoro. 2003. 25 Langkah Menjalankan Bianis.Penerbit Republika. Jakarta. Aiman, Syahrul dkk. 2007. Commerzialization Of Public RD in Indonesia. www.unescap.org.tid projectssisindo, diakses Oktober 2010 Arianto, Gatot. 2010. Sudahkah Petani Merdeka?. http:17-08- 1945.blogspot.com201008koran-digital-gatot-irianto-sudahkah.html, diakses September 2010 Chandra, Boby. 2009. Potensi Air Jawa Barat Bisa Penuhi Kebutuhan Listrik Ribuan Keluarga.http:www.tempointeraktif.comhgbisnis20090415brk,20 090415-170473,id.html, diakses Juni 2010 Dewan Riset Nasional DRN. 2006. Agenda Riset Nasional 2006 – 2009. http:www.batan.go.id sjkdownloadarn.pdf, diakses Juni 2010 ESDM. 2008. Data Implementasi PLTMH 2008. Jakarta Grubb, Michael. 2003. Analytic And Transatlantic Divisions In Responding To Climate Change. Presentation to HGDC seminar, Cambridge. http:www.slidefinder.netpppt00036 7509060, diakses Maret 2010 Habibie,BJ. 2010. Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa Depan. http:tsdipura.files.wordpress.com2010022010-beberapa- catatan-tentang-kebutuhan-energi-indonesia-masa-depan_bjhabiebie.pdf, diakses Juni 2010. Hasibuan, Malayu . 2003. Organisasi dan Motivasi : Dasar Peningkatan Produktivitas. PT. Bumi Aksara. Jakarta Hendry. 2010. Iklim Organisasi. http:teorionline.wordpress.comcategoryteori- iklim-organisasi, diakses Maret 2010 IMIDAP. 2010. Potensi Listrik Jawa Timur. http:imidap.mikrohidro.netindex.php?option= com_contentview=articleid=99:potensi-listrik-jawa- timurcatid=21:announcementItemid=57, diakses Juni 2010. 2010 132 Kompas. 2008. Indonesia Power Targetkan 11 PLTMH di Jateng. http:nasional.kompas.comread 2008080719322397Indonesia.Power.Targetkan.11.PLTMH.di.Jateng, diakses Juni 2010. Kompas. 2010. PLT Angin 10 MW di Sukabumi Pasok PLN. http:www.alpensteel.comarticle47-103-energi-angin--wind-turbine-- wind-mill3821--bangun-pembangkit-listrik-tenaga-angin-dengan- melibatkan-pt-dirgantara-indonesia-dan-lipi.ht ml, diakses Juni 2010 Kurniawan, Basuki. 2007. Mengapa Mikrohidro. Seminar Nasional Teknologi 2007- Jogyakarta. http:www.scribd.comdoc41521916MENGAPA- MIKROHIDRO , diakses Juni 2010 Maryono, Agus. 2008. Revolusi Energi Di Indonesia Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro PLTMH Sebagai Jawaban Krisis Listrik Di Indonesia. http:elkace.wordpress.com 20080218pltmh-sebagai-jawaban- krisis-listrik-di-indonesia, diakses Juni 2010 Masyarakat Energi Angin Indonesia. 2010. Program Klaster Energi Angin. Sarasehan energi baru terbarukan www.energiterbarukan.net, diakses Desember 2010 Mulgan, Geoff; David Albury. 2003. Innovation In The Public Sector. http:www.michaellittle.orgdocumentsMulgan20on20Innovation.p df, diakses Oktober 2010 Mulyana. 2008. Peranan Komunikasi Dalam Difusi Teknologi. http:wsmulyana.wordpress.com, diakses April 2009 Niesen, Mark. 2001. Process Innovation. web.nps.navy.mil~menissenmn3309lectures m09l18.ppt, diakses April 2010 Notodisuryo, Endro Utomo dkk. 2008. Peranan Energi Terbarukan Untuk Pembangkit Energi Listrik dan Transportasi, Diskusi Interaktif METI, Jakarta. www.meti.or.id, diakses Mei 2010 OECD. 1999. Managing National Innovation Systems. OECD Publication. Paris. Pemda Garut, 2009. Garut Potensial PLTB. http:www.garutkab.go.idpubnewsdetail3107-garut-potensial- pltb.html, diakses Juni 2010. Rahayu, Amy S. 2010. Lingkungan Organisasi. xa.yimg.comkqgroups22999204 ...TEORI+ORG +LINGKUNGAN.ppt, diakses Maret 2010 Reza, Muhammad. 2010. Konversi Energi - Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Air Untuk Pedesaan Mikrohidro. http:majalahenergi.comforumenergi- baru-dan-terbarukanenergi-airtf-2106-konversi-energi-sistem- pembangkit-listrik-tenaga-air-untuk-pedesaan-mikrohidro, diakses November 2010 Rogers, Everett . 1983. Diffusion of Innovations. Free Press, London 2010 133 Rothwell, Roy. 1994. Towards the Fifth-generation Innovation Process. International Marketing Review, Vol 11No.1. MCB University Press. Siahaan, Saut dkk. 2005. Studi Sistem Inovasi Serat Alam Ungul Sebagai Bahan Baku Substitusi Industri Tekstil. LIPI Press. Jakarta Siahaan, Saut dkk. 2006. Studi Penguatan Sistem Inovasi Agro Industri Gula Nasional. LIPI Press. Jakarta Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Penerbit Alfabeta. Bandung. Sumiarso, Luluk. 2010. Kebijakan Energi Baru dan Energi Terbarukan. Kementrian ESDM http:www.esdm.go.id, diakses November 2010 Taufik, Tatang A. 2006. Kebijakan Inovasi di Indonesia: Bagaimana Sebaiknya. www.scriebd.com dockebijakan, diakses Oktober 2010 Van Ham, John. 2003. The CriticalSuccess Factors for the Commercial Application of Emerging Alternative Energy Technologies, Innovation in Alternative Energy. www.thecis.ca... John20Van20Hams20prsentation20March2011202003.pdf , diakses April 2010 Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Prenada Galia, Jakarta Winarno, Djoko. 2010. Pemanfaatan Energi Air: Minihidro dan PLTA di Indonesia. Sarasehan energi baru terbarukan www.energiterbarukan.net, diakses Desember 2010 Zhou, Changhui. 2007. Challenge in Innovation Research. Peking University Beijing. China. 2010 134 ANALSIS MODAL VENTURA DALAM PENINGKATAN INOVASI Sri Mulatsih, Mohamad Arifin Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ABSTRAK Modal ventura merupakan bagian dari pemecahan masalah di UKM, karena memberikan modal dalam bentuk saham atau obligasi konversi, dan tidak untuk melakukan investasi dalam rangka menerima dividen yang bersifat jangka pendek, tetapi bersama-sama dengan perusahaan pasangan usaha PPU untuk mengembangkan usahanya. PPU yang dimaksud disini adalah UKM yang memperoleh pembiayaan dari modal ventura. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan manfaat pembiayaan modal ventura terhadap kegiatan inovasi di UKM. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang di bawah PT Bahana Artha Ventura saja, yang berjumlah 21 PPU tersebar di Jogyakarta, Jawa Barat, dan Medan. Walaupun pemanfaatan modal ventura untuk kegiatan inovasi belum banyak, namun ada PPU yang melakukan pengembangan penemuan baru untuk meningkatkan inovasi sebesar 14,3, yaitu jenis usaha makananminuman, konveksi dan pupuk. Selanjutnya sebanyak 4,8 PPU melakukan penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya yaitu jenis usaha permesinan. Dalam mengembangkan usahanya, PPU sudah ada yang bekerjasamabermitra dengan perguruan tinggi, antara lain industri permesinan di bandung dengan ITB dan industri makanan di Sumatera Utara dengan USU. Kata kunci: Inovasi, modal Ventura, UKM PENDAHULUAN Usaha kecil dan menengah UKM mempunyai peranan dalam perekonomian suatu negara ataupun daerah. Dalam beberapa dekade terakhir, UKM telah berhasil meningkatkan jumlah produksi, nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja, inovasi baru dan peningkatan jumlah wirausaha baik di negara maju maupun di negara berkembang. Alasan-alasan yang mendasari negara berkembang terus berupaya mengembangkan UKM ini antara lain: karena kinerja UKM cenderung menghasilkan tenaga kerja produktif; sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi Berry dalam Lestari, 2005. Pada tahun 2007, sektor industri menyumbang Produk Domestik Bruto PDB Indonesia sebesar 22,4 dan meningkat menjadi 23 pada tahun 2008 BPS, 2009. Sedangkan jumlah tenaga kerja industri yang terserap pada tahun 2010 135 2008 sebesar 12,24 pada industri skala kecil, menengah dan besar. Namun demikian, pada umumnya UKM Indonesia masih menghadapi berbagai kendala, antara lain: 1 modal kerja yang minim; 2 kurang tenaga kerja terampil; 3 mutu produk rendah; 4 biaya produksi tinggi Wardoyo, 2003. Selain itu UKM pada umumnya masih memiliki keterbatasan akses finansial, keterbatasan kepemilikan teknologi, kemampuan manajerial rendah, keterbatasan jaringan pemasaran, adanya resistensi kepada lembaga keuangan perbankan, dan akhirnya bermuara pada rendahnya daya tawar produk UKM Avnimelech,2003. Lebih jauh, akses terhadap permodalan dan tingginya biaya memperoleh kredit merupakan kendala mendasar bagi UKM untuk membiayai proses inovasinya. UKM pada umumnya memiliki karakteristik untuk beresiko dan berbiaya transaksi tinggi dalam proses perolehan modal. Hal ini disebabkan karena lembaga keuangan perbankan harus melakukan pendataan lebih detail mengenai eksistensi perusahaan. Sementara itu UKM di Indonesia sebagian besar masih memiliki sistem manajemen pengelolaan aset dan sistem manajemen pengelolaan resiko yang terbatas. Sehingga lembaga keuangan perbankan harus mengeluarkan dana lebih banyak untuk mengantisipasi adanya kerugian dan biaya transaksi yang besar. Seiring dengan kendala-kendala yang dihadapi UKM ini, pemerintah pernah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan. Ketentuan pelaksanaan lembaga pembiayaan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan KMK Nomor 1251KMK.0131988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan yang kemudian telah diubah dengan KMK Nomor 468KMK.0171995. Berdasarkan ketentuan ini, lembaga pembiayaan melakukan kegiatan meliputi bidang usaha, diantaranya adalah modal ventura. Modal ventura merupakan bagian dari pemecahan masalah di UKM, karena modal ventura merupakan modal dalam bentuk saham atau obligasi konversi, dan tidak untuk melakukan investasi dalam rangka menerima dividen yang bersifat jangka pendek, tetapi bersama-sama dengan perusahaan pasangan usaha PPU untuk mengembangkan dan meningkatkan nilai dari PPU. Dalam Keppres tersebut disebutkan bahwa perusahaan modal ventura adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu PPU, untuk : 1 pengembangan suatu penemuan baru, 2 pengembangan perusahaan yang pada tahap awal usahanya mengalami kesulitan dana; 3 membantu perusahaan yang berada pada tahap pengembangan; 4 membantu perusahaan yang berada dalam taraf kemunduran usaha; 5 pengembangan proyek penelitian dan rekayasa; 6 pengembangan pelbagai penggunaan teknologi baru dan alih teknologi baik dari dalam dan dari luar negeri; 7 membantu pengalihan perusahaan. Pada tahun 2006 jumlah perusahaan modal ventura tercatat ada 52 perusahaan PMV, terdiri atas 20 perusahaan swasta nasional, 6 perusahaan patungan, dan 26 perusahaan modal ventura daerah PMVD. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah PMV aktif sampai dengan 2007 hanya 34 perusahaan dengan total akumulasi investasi sebesar Rp 3,05 trilyun dengan akumulasi jumlah PPU sebesar 18.971 unit sumber PT BAV, 2010. 2010 136 Dalam mengemban misi untuk memberdayakan dan menumbuh- kembangkan UKM agar dapat berkompetisi di arena global, PT BAV menyusun program pendampingan manajemen untuk perkembangan UKM yang meliputi seluruh aspek yang terkait dengan perkembangan UKM, yaitu mencakup : a trainingworkshop, b iptek, c manajemen, d akses pasar, dan e pengembangan produk. Berdasarkan uraian di atas dan mengingat besarnya potensi pendanaan dari modal ventura yang diharapkan untuk mendorong kegiatan inovasi di sektor industri, seperti yang telah dilakukan PT. BAV, maka perlu evaluasi terhadap peran perusahaan modal ventura terhadap pelaksanaan kebijakan pembiayaan modal ventura yang memfokuskan terhadap pencapaian dan peningkatan inovasi, khususnya di UKM. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemetaan inovasi yang dilakukan oleh UKM dalam hal ini PPU dari pembiayaan modal ventura. Beberapa penelitian dan tulisan mengenai modal ventura telah dilakukan, namun demikian studi yang berkaitan dengan dampak keberadaan modal ventura terhadap inovasi di sektor UKM masih relatif terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan baik kepada pembuat kebijakan maupun kepada PMV dan PPU dalam meningkatkan inovasi di UKM Indonesia agar berdaya saing baik. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan manfaat pembiayaan modal ventura terhadap kegiatan inovasi di UKM METODE PENELITIAN Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengisian lembar pertanyaan kuesioner serta wawancara interview dengan beberapa narasumber dan responden. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran literatur dan dokumentasi berupa naskah kebijakan pemerintah, kebijakan perusahaan, bahan kepustakaan dalam bentuk buku, laporan hasil penelitian, jurnal serta dokumen lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Sampel PPU yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang di bawah PT Bahana Artha Ventura saja. Dalam menentukan sampel terpilih, terlebih dahulu perlu mengetahui kerangka sampel sampling frame yang berisi nama PPU di setiap PMVD yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan sampel. Hasilnya diperoleh bahwa sekitar 90 PPU yang memperoleh pembiayaan dari modal ventura adalah sektor perdagangan dan jasa yang dianggap kurang melakukan kegiatan inovasi dalam usahanya. Dan hanya 2,17 PPU yang bergerak di sektor 2010 137 industri yang sebagian besar tersebar di Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Barat dan Sumatera Utara. Atas pertimbangan tersebut dan terbatasnya dana penelitian, maka pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling sampling kebijaksanaan dan convinience sampling sampling kemudahan dengan memilih PMVD di Yogyakarta, Jawa Barat, dan Sumatera Utara. Karena teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan non probability sampling metode tak acak, maka hasilnya tidak dapat digunakan untuk mengeneralisasi populasi. Selanjutnya adalah menentukan perusahaan pasangan usaha PPU pada setiap PMVD secara subyektif, yang meliputi PMVD Yogyakarta 9 PPU, PMVD Jawa Barat 5 PPU, dan PMVD Sumatera Utara sebanyak 7 PPU. Variabel Operasional Untuk mempermudah pemahaman terhadap variabel-variabel yang tercakup dalam penelitian ini, perlu dicantumkan pembatasan pengertian sesuai dengan konteks dan lingkup penelitian yang dituangkan melalui variabel operasional, sebagai berikut : Tabel 1. Variabel Operasional Penelitian No. Konsep Variabel 1 Pelaksanaan Pembiayaan Modal Ventura a.Lamanya perusahaan memperoleh pembiayaan dari PMVD. b.Jenis pembiayaan yang diminati dalam penyertaan modal ventura. c.Pertimbangan memilih sumber pembiayaan modal ventura. 2 Kebutuhan PPU terhadap Penyertaan Modal a.Jenis kebutuhannya apa b.Pembiayaannya apa digunakan untuk inovasi 3 Proses dan Outcome Penyertaan Modal Ventura a.Semenjak memperoleh biaya dari modal ventura apa terjadi peningkatan produksi. b.Berapa kali peningkatan produksinya. c.Alasan peningkatan produksinya. d.Mitra perusahaan e. hambatan dan kesulitan dalam inovasi 2010 138 Metode Analisis Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan pertama-tama adalah analisis deskriptif yang terdiri dari analisis tabel yang digunakan untuk mengetahui perbedaan karakteristik responden di setiap PPU. Kemudian dilanjutkan dengan analisis kualitatif dari wawancara dengan stakeholders di Perusahaan modal ventura. Adapun pengolahannya menggunakan program Statistical Package for Social Science SPSS. Alur pikir metodologi penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Bagan. Kerangka Metodologi Phase Procedure Product Quantitative Data Collection Cross sectional survey n=21 numeric data categorie data Quantitative Data Analysis Frequencies SPSS V.12 Descriptive Statistics Conecting Quantitative and Qualitative Phases Purposive 3 PMVD Developing interview questions Cases n=3 interview protocol Qualitative Data Collection Individual in-depth with 3 PMVD Individual indept with 21 PPU Text data interview transcripts, documents, artifact description Image data photographs Qualitative Data Analysis Coding and thematic analysis Within-case and across- case theme development Cross-thematic analysis Visual model of multiple case analysis Codes and themes and categories Cross- thematic matrix Integration of the Quantitative and Qualitative Phases Interpretation and explanation of the quantitative and qualitative result iscussion mplications uture Research Sumber : Nataliya V. Ivankova 2006 ANALISIS PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DALAM PENINGKATAN INOVASI Peta Kegiatan Inovasi yang Dilakukan PPU Tiga kota yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini yaitu Bandung, Yogyakarta, dan Medan menjadi letak perusahaan modal ventura daerah. Seperti diketahui bahwa PT. Bahana Artha Ventura sebagai perusahaan modal ventura 2010 139 nasional yang cukup besar, dalam mengoperasionalkan perannya sebagai lembaga pembiayaan dibantu oleh 27 PMVD yang tersebar di seluruh Indonesia. Berdasarkan informasi temuan lapangan bahwa masing-masing PMVD ada perbedaan dalam menerapkan kebijakanprogram pemerintah tentang modal ventura. Lembaga pembiayaan modal ventura daerah merupakan kepanjangan tangan dari perusahaan modal ventura, dalam hal ini BAV sebagai perusahaan modal ventura BUMN berperan mengembangkan dananya melalui PMVD itu kepada PPU. PT.Sarana Yogya Ventura mempunyai visi dan misi sesuai dengan kebijakan pemerintah bahwa penyertaan modal ventura kepada PPU itu mencakup 7 tujuan, antara lain: a pengembangan penemuan baru; b pengembangan perusahaan yang mengalami kesulitan dana; c membantu perusahaan dalam taraf pengembangan; dmembantu perusahaan yang berada dalam tahap kemunduran; e pengembangan proyek penelitian dan rekayasa, dsb. Sementara untuk Bandung dan Medan Sarana Jabar Ventura dan Sarana Sumut, dalam menampilkan visi, misi dan tujuannya tidak menjelaskan tentang kegiatan inovasi seperti yang tertuang dalam 7 unsur tersebut. Pada proses pengajuan pembiayaan modal ventura di tiga lokasi itu, pada umumnya memang tidak disebutkan persyaratan yang menjelaskan mengenai kegiatan inovasi. Sehingga PPU yang memperoleh dana juga tidak terlalu memperhatikan manfaat khusus untuk kegiatan inovasi. Dengan mengidentifikasi hasil temuan diketahui bahwa PPU yang cenderung melakukan inovasi di 3 kota itu dikelompokkan kedalam 6 kelompok usaha, yaitu: 1 makananminuman; 2 kerajinan; 3 konveksi; 4 perdaganganjasa, 5 permesinan; dan 6 pupuk. Modal yang digunakan menurut kebutuhan Modal yang diterima oleh 21 PPU dari tiga PMVD yang diteliti diharapkan untuk kebutuhan peningkatan inovasi produksi mereka, seperti yang tercantum dalam kebijakan pemerintah dalam program pembiayaan modal ventura. Ada 7 tujuan pemerintah dalam penyertaan modal ventura kepada PPU. Berdasarkan temuan lapangan, manfaat pembiayaan modal ventura yang diterima PPU ini umumnya adalah untuk pengembangan usaha sebagai bagian dari tujuan penyertaan modal ventura, sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini. 2010 140 Sumber : Hasil survey 2010 diolah tim Gambar 1. Pemanfaatan Modal Ventura menurut Kebutuhan Keterangan : a. Perusahaan yang berada pada tahap kemunduran, berada pada tahap pengembangan dan pengembangan penemuan baru b. Perusahaan yang berada pada tahap pengembangan dan mengalami kesulitan dana c. Pengembangan suatu penemuan baru d. Perusahaan yang berada pada tahap kemunduran dan pengembangan suatu penemuan baru e. Perusahaan yang berada pada tahap pengembangan dan penemuan baru f. Perusahaan yang berada pada tahap pengembangan g. Pengembangan perusahaan yang mengalami kesulitan dana h. Pengembangan suatu penemuan baru, penelitian dan rekayasa i. Perusahaan yang berada pada tahap pengembangan dan penggunaan teknologi baru j. Perusahaan yang mengalami kesulitan dana penelitian dan rekayasa k. Lainnya Tampak bahwa dari 21 PPU, sebesar 14,3 PPU memanfaatkan pembiayaan modal ventura ini untuk kebutuhan pilihan 1 yaitu pengembangan suatu penemuan baru, tercakup didalamnya adalah pengembangan produksi dan inovasi dengan ide-ide baru untuk menciptakan model dan produk baru. Kemudian sekitar 10 PPU menggunakan modal ventura ini untuk kebutuhan karena kesulitan dana dan untuk pengembangan, sementara 10 PPU menggunakan modal untuk kebutuhan 1,2,3 dan 4, artinya PPU tersebut memang butuh modal untuk pengembangan usaha karena mengalami kemunduran dan kekurangan dana dan mereka ini juga bergairah mencari ide untuk meningkatkan produksi. 2010 141 Alasan Peningkatan Produksi Upaya meningkatkan produksi itu membutuhkan modal, dan ini diakui oleh PPU walaupun dalam jumlah yang relatif berbeda-beda kebutuhannya tergantung dari jenis usaha dan bentuk produknya. Kebutuhan untuk meningkatkan produksi ini dilandasi oleh beberapa alasan, antara lain : 1 untuk meningkatkan kualitasmutu produk; 2 kebutuhan tenaga terlatih; 3 untuk membeli mesin baru; 4 mengurangi kebutuhan material; 5 membuat produk baru; 6 untuk memperluas pasar. Alasan-alasan ini memberi gambaran tentang kondisi produksi dari 21 PPU sebelum dan setelah menerima pembiayaan dari perusahaan modal ventura daerah. Hasilnya adalah menunjukkan bahwa 10 PPU ingin meningkatkan mutu produk, memiliki tenaga kerja terlatih dan memperluas pemasaran. Sementara 10 PPU lainnya menginginkan kualitasmutu produknya meningkat, juga ingin membuat produk baru dan memperluas pasar serta permintaan bertambah. Demikian pula 10 PPU juga ingin meningkatkan mutu produk, memiliki tenaga terlatih, bisa menghasilkan produk baru dan memperluas pasar. Dan PPU yang lain pada umumnya ingin produknya berkualitas, punya tenaga terlatih, menghasilkan produk baru dengan mesin baru, sehingga permintaan bertambah dan pasar meluas. Matrik Kegiatan inovasi yang dilakukan PPU Data kualitatif yang dipetakan dalam bentuk matrik di bawah ini merupakan deskripsi atau penjelasan terhadap kegiatan inovasi yang dilakukan oleh 21 PPU yang dibiayai PMVD di Bandung, Yogyakarta, dan Medan tercakup dalam 6 kelompok usaha. Di bawah ini dapat dilihat peta kegiatan inovasi yang dilakukan oleh 21 PPU dalam matrik data kualitatif. Tabel 2. Matrik kegiatan inovasi yang dilakukan PPU di 3 PMVD Jenis usaha Hasil inovasi Nilai tambah Hambatan 1.Makananminu man -Penghematan energi -Pengemasan produk -Variasi rasa kue -Penyaring air minum -Pasteurisasi jamur -Mengolah limbah singkong -Penghematan energi mengurangi biaya produksi -Meningkatkan kualitas produk -Meningkatkan penjualanpasar -Meningkatkan nilai ekonomis dan lingkungan -Membentuk plasma jamur kumpulan usaha jamur dalam badan hukum -Menghasilkan air minum menyehatkan Banyak saingan, sehingga harus terus meningkatkan kualitas produk inovasi, memperluas pasar, dan menambah modal. Tidakbelum ada lembaga litbang khusus yang menangani budi daya jamur. Mengajukan hak paten dan merk dagang membutuhkan biaya dan wkt lama 2010 142 2.Kerajinan ide menciptakan model baru, mendesain sampai dengan membuat contoh sampel produk -Meningkatkan mutu -Memperluas pasar -Meningkatkan ilmu dan pengalaman Untuk melakukan inovasi perlu modal lebih besar 3.Konveksi Ide membuat sprei dari kain perca Ide membuat model pakaian jadi Memanfaatkan limbahsisa potongan kain shg bernilai ekonomis Perlu modal untuk membiayai inovasi. Keterbatasan pemasaran 4.Permesinan Membuat pegas dan mesin lain berkualitas setara dengan mesin impor l bantalan untuk meredam getaran dan kebisingan, alat pengatur tekanan air, -meredam kebisingan -eliminasi keretakan, penghemat pemakaian air -mengurangi biaya produksi 5.Pupuk Mengolah bahan baku tanah pegunungan dengan mesin menjadi pupuk dolomit serbuk dan cisrite butiran Menyuburkan tanah terutama untuk jenis tanaman keras Perlu modal untuk biaya produksi. Utk jangka panjang tergantung dr sumber daya alam 6.Perdagangan Jasa Membeli peralatan untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan Meningkatkan : nilai ekonomis, pelayanan kesehatan, dan menaikkan peringkat tipe rumah sakit Perlu modal untuk membeli teknologiperalatan ruang ICU untuk meningkatkan pelayanan Sumber : Hasil survey 2010 diolah tim Dari matrik di atas menjelaskan bahwa PPU yang melakukan kegiatan inovasi pada 6 kelompok usaha, masing-masing kelompok usaha ada yang sudah menghasilkan beragam inovasi dan nilai tambah. Pada umumnya nilai tambah yang dihasilkan itu berdampak pada nilai ekonomis meliputi peningkatan mutu produk, dan pengurangan biaya produksi. Hal ini diharapkan dapat memotivasi PPU dalam meningkatkan dan mengembangkan usaha. Hambatan yang dihadapi oleh PPU secara umum yang menonjol adalah faktor modal yang akan digunakan untuk pembiayaan usaha. Sedangkan faktor kualitas juga sangat diperlukan, sehingga perlu melakukan inovasi. Manfaat Pembiayaan Modal Ventura Terhadap Peningkatan Inovasi Analisis mengenai manfaat pembiayaan modal ventura terhadap peningkatan inovasi di perusahaan pasangan usaha PPU dapat dilihat dari dua 2 aspek, yaitu: a. Aspek teknologi; b. Aspek ekonomi. Kedua aspek utama tersebut dengan berbagai karakteristiknya akan dianalisis guna mengetahui keberhasilan pembiayaan modal ventura untuk meningkatkan inovasi di PPU. 2010 143 Parameter dari kedua aspek tersebut adalah:. a Aspek teknologi meliputi teknologi proses dan produk Parameter yang akan digunakan adalah: a. sejauhmana perubahan teknologi itu terjadi di PPU; b. peningkatan kemampuan teknologi di PPU kemampuan untuk memodifikasi dan mengembangkan teknologi yang digunakan kearah yang lebih efisien; c. menghasilkan produk yang baru yang secara signifikan berbeda dengan produk yang sebelumnya. b Aspek Ekonomi Parameter yang diukur adalah: a. nilai tambah dan produktivitas tenaga kerja; b.adanya produk baru yang lahir yang dipengaruhi secara tidak langsung dari pembiayaan modal ventura. Seluruh PPU yang menjadi obyek penelitian menyatakan bahwa jenis pembiayaan yang diminati adalah pola bagi hasil, dan tidak ada yang berminat penyertaan saham langsung dan obligasi konversi. Pada tabel di bawah ini terlihat distribusi PPU berdasarkan jenis usaha dan pembiayaan bagi hasil yang diminati adalah sebagai berikut. Sumber: Hasil survey 2010 diolah tim Gambar 2. Distribusi PPU Menurut Jenis Usaha dan Pembiayaan Yang Diminati Pada gambar di atas terlihat bahwa jenis usaha pembiayaan bagi hasil yang diminati PPU untuk memperoleh pembiayaan adalah untuk usaha makananminuman sebesar 42,8, kemudian diikuti jenis usaha 2010 144 perdaganganjasa 23,8, usaha kerajinan sebesar 19 dan usaha konveksi, permesinan dan pupuk masing-masing sebesar 4,8. Berdasarkan hasil lapangan belum terlihat banyak adanya pemanfaatan modal ventura untuk kegiatan inovasi. Namun demikian tampak bahwa ada PPU yang melakukan pengembangan penemuan baru untuk meningkatkan inovasi sebesar 14,3, yaitu jenis usaha makananminuman, konveksi dan pupuk. Selanjutnya sebanyak 4,8 PPU melakukan penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya yaitu jenis usaha permesinan. Kemudian ada sebuah perusahaan makananminuman yang melakukan penemuan baru, penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya. Dalam mengembangkan usahanya, PPU sudah ada yang bekerjasamabermitra dengan perguruan tinggi, antara lain industri permesinan di bandung dengan ITB dan industri makanan di Sumatera Utara dengan USU. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan a PPU belum sepenuhnya memanfaatkan pembiayaan modal ventura untuk inovasi, namun demikian dari hasil lapangan tampak bahwa ada PPU yang melakukan pengembangan penemuan baru untuk meningkatkan inovasi sebesar 14,3, yaitu jenis usaha makananminuman, konveksi dan pupuk. Selanjutnya sebanyak 4,8 PPU melakukan penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya yaitu jenis usaha permesinan. Kemudian ada sebuah perusahaan makananminuman yang melakukan penemuan baru, penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya. b Dalam meningkatkan usahanya, 25 dari 21 PPU ada yang menyatakan bermitra dengan pihak lain diantaranya dengan ITB, USU, dan litbang pemerintah. c Inovasi yang dihasilkan mencakup dua jenis, yaitu inovasi produk inovasi penyaringan air tanah menghasilkan air untuk kesehatan dan inovasi proses kerajinan: kap lampu, keripik singkong, pupuk, mesin; perdaganganjasa. Dari inovasi yang dihasilkan tersebut ada yang mampu menciptakan energi panas dan pengolahan limbah singkong yang berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan meningkatkan perekonomian daerah. Saran a Perusahaan modal ventura PMV dan PMVD masih dibutuhkan oleh UKM dalam memperoleh pembiayaan, terutama dalam meningkatkan inovasi dan mengembangkan usaha. b Perlu pembinaan yang berkaitan dengan kualitas SDM di UKM, agar mampu meningkatkan kualitas produk dari hasil inovasinya. c PMV dan PMVD perlu mensosialisasikan tujuh point penting kepada UKM, agar mereka mengetahui bahwa ada kegiatan penemuan baru atau penelitian dan rekayasa yang bisa dibiyai. 2010 145 DAFTAR PUSTAKA ADB. 2009. Membangun Potensi Sumber Daya Keuangan Dalam Negeri Indonesia: Peran Lembaga Keuangan Non-Bank. Websi ADB. 2009. Membangun Potensi Sumber Daya Keuangan Dalam Negeri Indonesia: Peran Lembaga Keuangan Non-Bank. Website: www.worldbank.orgid Akses Februari 2009 Avnimelech, Gil and Teubal, Morris. 2003. From Direct Government Support Of Innovative Sme’s To Venture CapitalPrivate Equity VcPe: A Three Phase Policy Model based on the Israeli Experience .www.sofofa.clBIBLIOTECA_ArchivosTecnologia20040316_teubal.ppt Akses Februari 2009 Bahana Artha Ventura, PT. 2009. Industri Modal Ventura di Indonesia. Jakarta. Bishop, Bob. 1996. Venture Capital in The United Kingdom, dalam Venture Capital and Innovation. OECD. Paris. Chelimsky, Eleanor. 1989. Program Evaluation, Patterns and Directions, Second edition. Washington DC : The American Society for Public Administration. Fox, James W. 1996. The Venture Capital Mirage Assessing USAID Experience With Equity Investment. USAID Program and Operations Assessment Report No. 17. www.usaid.govpubsusaid_evalpdf_docspnaby220.pdf Akses Februari 2009 Ikhwan, Andi. 2001.Strengthening venture capital company as a source of mid-term finance for sme in Indonesia bahasa indonesia. ADB Technical Assistance: SME Development State Ministry for Cooperatives SME. www.bappenas.go.idindex.php?module=Filemanagerfunc=download pathext=ContentExpressview...venture20capital, Akses Februari 2009 Ivanka, Natalyia V, Creswell, John W, Stick, Sheldon L. Using Mixed-Methods Sequential Explanatory Design : From Theory to Practice. University of Alabama at Birmingham, University of Nebrasca-Lincoln. Field Methods, Vo. 18 No. 1 February 2006. John M. Owen. 1999. Program Evaluation Forms and Approaches. London : Sage Publication. Jones, Charles O. 1977. An Introduction to The Study of Public Policy, Third edition. California : Cole publishing Company. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 1251KMK.0131988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. 1988. Jakarta. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 58KMK.0171999 Tentang Pengawasan Kegiatan Perusahaan Modal Ventura Daerah. 1999. Jakarta Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 31KEPM.KUKMIV2002 Tentang Rencana Tindak Jangka Menengah Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah RTJM-UKM 2010 146 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga Pembiayaan.1988. Jakarta. Malaysian Venture Capital Development Council. www.mcdc.com.mydetails diakses 10 Maret 2010 OECD, 1996. Venture Capital and Innovation. Paris Prelipcean, Gabriela and Boscoianu , Mircea .2005. Venture Capital Strategies for nnovative SME’s. University Stefan cel Mare Suceava. steconomice.uoradea.roanalevolume2008v4-management-marketing093. pdf – Akses Februari 2009. Puguh. 2001. Peran strategis modal ventura bagi perkembangan usaha kecil. www.pusatartikel.comindex.php?printid:1016,pdf Akses Februari 2009 Rahayu, Sri Lestari, 2005. Analisis Peranan Perusahaan Modal Ventura Dalam Mengembangkan UKM di Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan. Edisi Khusus. Jakarta. Saputra dkk. 2008. Studi Inovasi Industri Farmasi. LIPI Press 2008 Solomon, Adam, 1996. Venture Capital in The United States, dalam Venture Capital and Innovation, OECD. Paris. Wardoyo. 2006. Modal Ventura Salah Satu Alternatif Pembiayaan Ukmk. wardoyo.staff.gunadarma.ac.idPublicationsfiles200modal+ventura.pdf Akses Februari 2009. Yasui, Masaya, 1996. Venture Capital in Japan dalam Venture Capital and Innovation. Organisation For Economic Co-operation and Development OECD. Paris.te: www.worldbank.orgid Akses Februari 2009 2010 147 KEMITRAAN LEMBAGA LITBANG DENGAN INDUSTRI DALAM MENDUKUNG DAYA SAING: KASUS UPT BPPTK DAN PUSLIT KIMIA LIPI Iin Surminah, Aziz Taba Pabeta, Achmad Fatony, dan Purnama Alamsyah Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ABSTRAK Program dan kegiatan Lembaga Litbang perlu diarahkan dan berorientasi pada pemecahan masalah industri melalui kemitraan yang saling menguntungkan win-win solution. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah: 1 memetakan cara-cara membangun kemitraan antara Lembaga Litbang dengan Industri; faktor-faktor yang mendukung terbangunnya kemitraan antara lembaga litbang dengan industri; apakah dalam membangun kemitraan telah mempertimbangkan daya saing; dan kendala-kendala kemitraan antara lembaga litbang dengan industrikhususnya unit litbang dan 2 merumuskan konsep kemitraan Lembaga Litbang dengan industri dalam mendukung daya saing. Kemitraan yang dibangun oleh Puslit Kimia- LIPI dan UPT BPPTK-LIPI didasarkan pada hasil penelitian dan pengembangan litbang, kemudian dari hasil litbang tersebut dimitrakan dengan pengguna industryUKMmasyarakat. Kemitraan yang dibangun didasarkan pada program dan kegiatan litbang yang telah direncanakan terlebih dahulu, baik yang didasarkan pada justifikasi para peneliti maupun kebutuhanpemecahan masalah yang dihadapi industryUKMmasyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan Soft Systems Methodology SSM yang didasarkan pada kategorisasi kemampuan organisasi litbang dalam membangun kemitraan dengan Industri untuk mendukung daya saing. Penggunaan SSM untuk menganalisis permasalahan yang tidak terstruktur seperti yang terjadi antara Lembaga Litbang dengan Industri. Belum terbangunnya permasalahan dengan jelas dan terdefinisikan dengan baik, dianggap sesuai dengan pendekatan Soft Systems Methodology SSM, yang menggunakan pendekatan secara sistemik dengan model-model sistem Checkland 1993. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pada umumnya peneliti yang bekerja sangat concern untuk mendapatkan hasil yang terbaik, tetapi kurangbelum memperhatikan masalah keekonomian bila hasil litbangnya akan diaplikasikan dalam bisnis; 2. Pengembangan jejaring ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai suatu konsekuensi dari sifat ilmu pengetahuan dan teknologi yang universal dan dinamis tidak dapat dibatasi sekat-sekat administratif; 3. Kemampuan dan pengalaman Puslit dan UPT perlu peningkatan lagi untuk sampai pada tahap dimanfaatkan oleh pihak industry, karena kemitraan yang terbangun hanya membantu mengembangkan industri kecil dan masyarakat yang bersifat jangka pendek.; 2010 148 4. Sebagai unit penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan hasil litbang harus secara terencana untuk membangun kemampuan dan keahlian disertai pengalaman, program konsultasi, program kontrak riset, pembinaan teknis, sampai pada inovasi teknologi untuk produk baru unggulan yang berdaya saing. Kata Kunci: Kemitraan, Lembaga Litbang, Daya Saing PENDAHULUAN Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi SINASIPTEK, pada intinya mengamanatkan bahwa pembangunan ekonomi harus didukung oleh peran ilmu pengetahuan dan teknologi iptek. Salah satu amanat dalam Undang- Undang tersebut terbangunnya interaksi unsur lembaga litbang, perguruan tinggi dengan industriUKM. Unsur lembaga litbang dan perguruan tinggi sebagai pemasok iptek, sedangkan pihak industriUKM sebagai pengguna iptek. Peran iptek sekaligus perekat dalam membangun kemitraan, yang diharapkan menghasilkan berbagai inovasi untuk dimanfaatkan oleh pihak industriUKM agar produknya mampu bersaing di pasar bebas. Sehingga dapat mendorong percepatan pembangunan ekonomi nasional. Berbagai upaya dilakukan oleh lembaga litbang sebagai pemasok iptek, termasuk merumuskan dan menformulasikan konsep-konsep inovasi iptek yang dapat menjawab dan membantu pemecahan permasalahan di industriUKM. Namun hingga memasuki era globalisasi ini tampak dengan nyata ketidakberdayaanketidakmampuan lembaga litbang mengambil peran-peran yang strategis tersebut, dan hal ini nyaris kehilangan kepercayaan rakyat, industri dan Pemerintah. Di negara-negara maju, peran lembaga litbang sangat strategis dalam menghasilkan produk industri yang inovatif, unggulan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi dan menguasai pasar bebas dunia. Salah satu kelemahan industri dalam negeri adalah mempertahankan dan mengamankan pasar domestik. Dukungan hasil litbang yang inovaif tidak kunjung dapat membantu produk industri agar mampu bersaing dengan produk impor, juga dalam waktu yang sama tidak mampu mengantisipasi pasar bebas dunia yang terbuka luas untuk berkompetisi dengan produk dari berbagai negara. Sejak diberlakukannya perdagangan bebas di kawasan ASEAN AFTA pada tahun 2003, Asia pasific APEC mulai 20032008, CAFTA China Asean Free Trade Agreement mulai 2010 menjadi tantangan terbesar bagi bangsa Indonesia. Strategi membangun kemitraan lembaga litbang dengan industriUKM harus lebih dijamin melalui langkah-langkah yang strategis yang didukung oleh kebijakan nasional tentang kemitraan menuju daya saing produk industri indonesia. Dalam kemitraan Lembaga Litbang dengan industriUKM dan masyarakat diperlukan berbagai pendekatan agar diperoleh informasi yang meyakinkan 2010 149 bahwa hasil litbang mampu dan dapat memenuhi kebutuhan dan pemecahan permasalahan industriUKMmasyarakat. Beberapa pendekatan yang banyak dilakukan di negara-negara industri maju perlu diadopsi, dan didukung regulasikebijakan dan respon langsung Pemerintah. PERMASALAHAN Berbagai permasalahan dari hasil penelitian ini yang dikemukakan sebagai gambaran yang perlu disikapi oleh pihak-pihak terkait terutama dalam membangun kemitraan yang saling menguntungkan. Permasalahan dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut 1. Belum terumuskannya program pengembangan yang dapat dihasilkan oleh UPT BPPTK sebagai produk teknologi yang dapat diterima oleh pihak industriUKM maupun masyarakat umum. Program pengembangan tampaknya belum cukup untuk diandalkan sebagai produk teknologi yang dapat mitrkan dengan industriUKM maupun masyarakat; 2. Belum menggambarkan sejauh mana modal usaha dan investasi yang diperlukan untuk membangun teknologi dan harga yang pantas untuk bersaing di pasar bebas. Selain itu produk teknologi yang ditawarkan belum dibekali standar mutu yang bertaraf nasional bahkan internasional sesuai era global yang penuh persaingan dan kompetisi. 3. Bagi pihak industriUKM dan masyarakat umum, memerlukan produk pengembangan dari produk yang selama ini sudah diproduksi. Sebab dengan produk yang sudah ada dan dilakukan inovasi teknologi tidak terlalu sulit bagi industriUKM untuk menerima penawaran dari Puslit Kimia dan UPT BPPTK. 4. IndustriUKM dan masyarakat umum belum dapat menerima dan menjadikan produk pengembangan teknologi sebagai solusi membangun usahanya. Oleh karena itu Puslit Kimia dan UPT BPPTK perlu dalam menyusun program pengembangan melakukan kajian tentang sejauh mana produk tersebut masih memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan di mana mutu dapat ditingkatkan untuk kemudian mampu bersaing di pasar bebas. 5. IndustriUKM yang selama ini bergerak dalam produk yang sudah di pasarkan, tidak begitu mudah dapat menerima produk teknologi yang ditawarkan oleh lembaga litbang untuk suatu produk baru, yang diperlukan berbagai investasi dan hal ini sulit dapat dipenuhi oleh industriUKM dan masyarakat umumnya. 6. Pihak industri tampaknya lebih siap menerima pengembangan produkteknologi, sebagai contoh UKM Produk Kacang dan Mete serta Gudeg dalam kemasan. Keduanya adalah produk yang sudah lama di pasarkan, namun memerlukan inovasi teknologi untuk meningkatkan nilai tambah produknya dan daya saingnya di pasar bebas sesuai tuntutan era global. 2010 150 TUJUAN PENELITIAN Sebagai upaya mencari solusi dari permasalahan dalam membangun kemitraan lembaga litbang pemerintah dengan industriUKM terutama dalam menghadapi era globalisasi yang menuntut berbagai persyaratan mutu produk dan pelayanan yang berdaya saing, sehingga tujuan penelitian ini adalah : 1. Memetakan cara-cara membangun kemitraan antara Lembaga Litbang dengan Industri; 2. Faktor-faktor yang mendukung terbangunnya kemitraan antara lembaga litbang dengan industri; 3. Pertimbangan daya saing dalam membangun kemitraan dan kendala- kendala yang dihadapi dalam membangun kemitraan antara lembaga litbang dengan industri. 4. Merumuskan konsep kemitraan Lembaga Litbang dengan industri dalam mendukung daya saing. KERANGKA PIKIR PENELITIAN Lembaga litbang yang berorientasi pada hasil outcome dan mampu menjawab kebutuhan dunia bisnis khususnya Industri pangan terutama dalam meningkatkan daya saing industri di pasar bebas merupakan suatu keharusan. Lembaga litbang yang didukung sumber daya manusia yang memiliki disiplin ilmu pengetahuan, pengalaman penelitian, inovator-inovator yang unggul, profeional baru berpeluang membangun dan memiliki tradisikultural keilmuan. Keterbukaan dalam menawarkan hasil litbang salah satu cirikarakteristik yang dimiliki lembaga litbang. Fenomenakejadian yang bersifat kualitatif yang berperan dalam membentuk kemitraan menjadi sorotan dalam penelitian ini dengan menggunakan metode kualitatif. Metode kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bagdan 1993:5 adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa metode kualitatif lebih menekankan pada hasil pengamatan dan pemahaman secara holistik mengenai berbagai gejala, fenomena dan tingkah laku pihak-pihak terkait dalam membentukmembangun kemitraan yang saling menguntungkan ke dua pihak. Dari pengertian kemitraan dikemukakan bahwa kemitraan itu terjadi pada pihak-pihak terkait, saling membutuhkan, perkongsian, persekutuan, win-win solution dilain pihak kebutuhan industri dapat diketahui oleh unit litbangUPT. Pihak lembaga litbang harus mampu memberi jaminan kepada pihak industri bahwa hasil litbang inovasi teknologi mampu meningkatkan kualitas produk industri yang berdaya saing sesuai kebutuhan industri. Kedua pihak sama-sama berkomitmen untuk masing-masing memenuhi kewajibannya untuk terbentuknya kemitraan tersebut Gambar 3.1. 2010 151 Dari gambar 1 tersebut, diperlihatkan suatu bentuk struktur kemitraan antara lembaga litbang dengan Industri. Dari gambar tersebut terdapat dua lingkaran besar yang pertama Unit LitbangUPT sebagai pemasok inovasi teknologi, dan kedua Unit Industri sebagai pengguna inovasi teknologi yang ditawarkan oleh Unit LitbangUnit Pelaksana Teknis. Dari dua lingkaran besar tersebut terdapat satu lingkaran yang berfungsi sebagai penghubung yang disebut kerjasama co-operation yang berfungsi membangun kemitraan dengan hasil litbanginovasi teknologi yang dihasilkan melalui unit inovasi. Kerjasama ini pada umumnya dilakukanfungsi dari pimpinan unit litbangUPT dan Industri. Secara komprehensif kerjasama ini mendapat masukan dari hasil yang dilakukan unit litbang untuk menjawab kebutuhan industri, pengalaman para peneliti dari hasil litbang, juga kebutuhan industri yang disampaikan kepada pimpinan Unit LitbangUPT, profesional baru, dan inovator- inovator serta unggulan masa depan. Gambar 1. Pola Pikir Penelitian Kedudukan unit inovasi teknologi dan disiplin-disiplin merupakan bagian dari unit litbangUPT yang sangat berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi. Unit inovasi teknologi dengan disiplin-disiplin terjadi secara interaktif untuk saling memberi informasi terkait dengan kegiatan inovasi teknologi. Unit inovasi teknologi juga didukung penuh hasil konsultasi, yang selalu dilakukan unit litbang untuk melakukan konsultasi pada pihak industri. Unit litbang ini merupakan representasi dari disiplin-disiplin yang ada di dalam organisasi Unit litbangUPT Puslit Kimia dan BPTK. Hal yang menarik dari bentuk struktur inovasi teknologi ini tampak kewajiban para peneliti untuk menghasilkan litbang atau pengalaman litbang yang mendukung kemitraan. Selain hasil konsultasi unit litbangUPT dan pengalaman para peneliti, juga kemitraan yang strategis dengan hasil kinerja baru dan secara konsisten oleh unit litbangUPT yang dapat memberikan inovator- inovator dan unggulan masa depan bagi pihak Industri. DISIPLIN PUSLIT KIMIA DAN BPTK Kerja sama i INDUSTRI Unit Litbang DISIPLIN DISIPLIN Kemitraan Terbatas Unit-unit Industri Konsultasi Unit LitbangUPT Kebutuhan Pengalaman Peneliti Profesional Baru Unggulan2 dan Inovator2 Masa Depan 2010 152 METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, digunakan metode kualitatif analitik dengan pendekatan Soft System Methodology SSM untuk melihat Kemitraan Lembaga Litbang dengan ndustri yang mengambil kasus UPT BPPTK-LIPI dan Puslit Kimia LIPI. Penelitian kemitranaa ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan UPT BPPTK dan Puslit Kimia-LIPI dalam membangun kemitraan dengan industriUKM. Penggunaan SSM dalam penelitian ini terutama menekankan pada permasalahan situasi yang belum terstruktur problem situation unstructure yang dihadapi oleh organisasi maupun SDM yang ada di dalamnya. Terutama dalam penggunaan SSM untuk menyoroti peran pimpinan unit litbang maupun industri yang disebut sebagai aktor-aktor dalam membangun kemitraan. Suatu pendekatan yang menyeluruh, komprehensif, bersistem dan analitik seperti dikemukakan Peter Checkland dan Jim Scholes 1990 sebagai pendekatan Soft Systems Methodology SSM yang didasarkan pada kategorisasi kemampuan organisasi dalam membangun kemitraan antara lembaga litbang dengan Industri. SSM secara sistemik dengan model-model sistem Checkland 1993 digunakan untuk menganalisis permasalahan yang belum terstruktur seperti diungkapkan di atas dari Puslit Kimia maupu UPT BPPTK yang sudah banyak membangun kemitraan dengan Industri. Pengembangan model SSM terhadap permasalahan yang belum terstruktur seperti tampak pada gambar 1, dengan penggalian permasalahan yang belum terstruktur dengan mendiskusikan secara intensif dengan pihak terkait atau aktor-aktor di dalamnya, membandingkan konsep systems thinking dengan dunia nyata real world, dan melakukan penyelesaian masalah secara bersama Raharja 2009. Gambar 2 Tahapan SSM Pendekatan SSM seperti dalam gambar 1, terdapat 7 tujuh tahapan dalam menyelesaikan permasalahan kemitraan antara lembaga litbang sebagai penyedia 2010 153 iptek dan SDM dengan pihak IndustriUKM sebagai pengguna hasil litbang atau iptek. Ketujuh tahapan ini meliputi : 1 Pada tahap pertama ini merupakan tahap penggambaran situasi rich picture permasalahan yang belum terstruktur dari kondisi lembaga litbang dan industri, yaitu menguraikan menyikapi permasalahan. Berbagai persepsi situasi permasalahan dikumpulkam dari aktor-akor dengan berbagi peran dalam situasi permasalahan yang terjadi. Wawancara dengan aktor pengambil keputusan dalam penentuan program litbang sampai hasil dapat diterima oleh pihak Industri; 2 Tahap ke dua dibahas dan diolah dari hasil wawancara pada tahap pertama. Fenomena yang terjadi antara kedua pihak yang membentuk dan menguatkan kemitraan maupun kendala kemitraan diformulasikan sebagai pernyataan permasalahan. Pernyataan permasalahan dapat distrukturkan diformulasikan sehingga jelas pembentuk kemitraan dan kendalanya. Dari tahap 1 dan 2 ini disebut dunia nyata real world mengingat struktur permasalahan dibangun dari kondisi nyata real situation. 3 Tahap ke tiga dari pernyataan permasalahan the problem expressed didefinisikan sebagai sistem yang relevan. Tahap ke tiga ini disebut sebagai definisi akar permasalahan sebagai sistem yang relevan. Memformulasikan pandangan tertentu atas situasi dengan menguraikan sifat yang sesuai dengan pandangan atau perspektif yang relevan dengan situasi permasalahan kemitraan yang dihadapi kedua pihak. Dalam langkah kedua ini diuraikan berbagai perspektif dan ekspresi para aktor sesuai dengan peran masing-masing dalam situasi. 4 Tahap ke empat menganalisis model-model konseptual yang menghasilkan konsep sistem formal dan berpikir sistem yang kiranya dapat diimplementasikan sebagai upaya kemitraan antara lembaga litbang dengan industri. Proses transformasi menggambarkan aktivitas dalam sistem dan urutan yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses transformasi terbentuknya kemitraan. 5 Tahap ke lima, membandingkan model konseptual dengan pernyataan permasalahan yang telah terstruktur dari masalah kemitraan. Model konseptual sebagai hasil dari systems thingking dengan pernyataan permasalahan dari kondisi nyata. Pada tahap ini model konseptual pada langkah ketiga, diajukan dalam suatu diskusi dengan aktor-aktor. 6 Tahap ke enam definisi atau menetapkan perubahan yang mungkin diinginkan dan layak. Dari hasil analisis dan pandangan para aktor-aktor dapat ditetapkan perubahan yang diinginkan untuk mendukung terwujudnya suatu bentuk kemitraan dengan berbagai persyaratan. Ke tujuh, dengan sendirinya dari tahap 6 ini kedua pihak unit litbang dengan pihak industri harus menyikapi sintesa dari tahap 5 dan 6 sebagai upaya melakukan tindakan penyelesaian atau perbaikan situasi permasalahan sebagai upaya nyata dalam meningkatkan daya saing menghadapi era global tersebut. Dengan demikian membangun kemitraan bukan tujuan akhir tetapi meningkatkan daya saing produk industri sebagai tujuan akhir dalam membangun kemitraan. Lokasi Penelitian Penelitian mengambil lokasi di Puslit Kimia-LIPI di Bandung dan di UPT BPTK- LIPI di Yogyakarta. Sedangkan Industri terkait juga diusahakan berada pada daerah yang sama sehingga dengan mudah dapat dijangkau oleh para peneliti. Pengambilan lokasidaerah penelitian sangat ditentukan pada letak unit 2010 154 litbang yang beraktivitas di daerah tersebut dengan orientasi litbang pada bidang industri pangan. Puslit Kimia-LIPI dan UPT BPTK-LIPI keduanya banyak bergerak dan menghasilkan litbang pada industri pangan yang sudah banyak dikerjasamakan dengan pihak pengguna khususnya dunia bisnis. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dan informasi sangat ditentukan dan bergantung pada metode penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan soft systems methodology SSM, yang pendekatannya meliputi 7 tujuh tahapan yang sudah mencakup pengumpulan data dan informasi, pengelohan, dan analisis. Dari tujuh tahapan tersebut, tahap pertama dan kedua dapat dikategorikan sebagai teknik pengumpulan data. Kedua tahap tersebut dimulai dengan observasi dan pengumpulan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan hasil penelitian maupun bentuk kemitraan yang sudah diwujudkan dan wawancara mendalam dengan responden yang dikenal sebagai aktor-aktor pengambil keputusan pada kedua pihak yang bermitra yaitu pimpinan dan pejabat struktural serta para peneliti. Tahap ketiga adalah pembentukan model konseptual tentang kemitraan antara Puslit Kimia-LIPI dan UPT BPPTK-LIPI dengan industri. Teknik Pengolahan Dan Analisis Data Data dan informasi dari hasil wawancara diolah berdasarkan fokus pengamatan menurut teori untuk menentukan faktor pembentuk kemitraan, kendala dan pendorong terbentuknya kemitraan. Teknik pengolahan sesuai dengan tahap ketiga sampai tahap ke tujuh sesuai pendekatan SSM. Dari hasil pengumpulan data dan informasi akan ditranskripkan, dipilah, dan dikategorisasi agar dapat diperlakukan sebagai data dan informasi. Tahapan pengolahan dalam pendekatan SSM terkait pada tahap ke tiga, pendefinisian sesuai sistem yang relevan, yang disebut sebagai definisi akar permasalahan sesuai sistem yang relevan. Membangun definisi akar permasalahan yaitu memformulasi pandangan tertentu atas situasi dengan menguraikan sifat yang sesuai dengan pandangan atau perspektif yang relevan dengan situasi permasalahan kemitraan yang dihadapi kedua pihak. Definisi akar permasalahan yang relevan ini sebagai bahan masukan dalam penyusunan model-model konseptual yang mengambarkan bentuk kemitraan antara Lembaga Litbang dan Industri, faktor-faktor pembentuk dan kendalanya. Selanjutnya dilakukan analisis model-model konseptual yang menghasilkan konsep sistem formal dan berpikir sistem lain yang dapat diimplementasikan sebagai upaya kemitraan antara lembaga litbang dengan industri. Model konseptual tersebut menggambarkan sistem sesuai dengan definisi akar permasalahan. Sistem dalam gambar tersebut menerima input dan menghasilkan output dalam proses transformasi baik internal kedua pihak maupun eksternal terutama antara kedua pihak yang saling membutuhkan. Proses transformasi menggambarkan aktivitas dalam sistem dan urutan yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses transformasi tersebut terbentuknya kemitraan. Masih 2010 155 dalam konteks analisis yaitu membandingkan model konseptual dengan pernyataan permasalahan yang telah terstruktur dari masalah kemitraan antara lembaga litbang dan industri. Model konseptual sebagai hasil dari systems thingking dengan pernyataan permasalahan dari real condition. Model konseptual yang telah dibuat, diajukan dalam suatu diskusi dengan reaponden. Beberapa pertanyaan penting antara lain apakah aktivitas dalam model sesuai dengan dunia nyata, dan bagaimana model sistem bekerja. Masih dalam analisis yaitu mendefinisikan atau menetapkan perubahan yang mungkin diinginkan dan layak. Disini hasil analisis dan pandangan para aktor-aktor dapat ditetapkan perubahan yang diinginkan untuk mendukung terwujudnya suatu bentuk kemitraan dengan berbagai persyaratan. Dalam langkah ini ditentukan perubahan yang mungkin terhadap situasi permasalahan kemitraan antara unit litbangUPT dengan industri, yang dihasilkan melalui diskusi antar aktor dalam tiga macam perubahan, yaitu: 1 perubahan prosedur dalam perbaikan aktivitas dalam struktur yang ada, 2 perubahan struktural dalam bentuk re-grouping organisasi, tugas pokok, kewenangan dan tanggung jaawab, 3 perubahan sikap dan kultur dalam bentuk pembelajaran, perubahan nilai, norma dan cara berpikir. Sebagai tahapan analisis terakhir, yaitu tindakan penyelesaian atau perbaikan atas kondisi permasalahan. Dari hasil analisis tahap akhir ini dengan perbaikan atas kondisi permasalahan yang mendukung terwujudnya kemitraan yang strategis. Dalam hal ini dilakukan koreksian perubahan dalam bentuk implementasi model sebagai hasil analisis terbentuknya struktur kemitraan antara unit litbangUPT dengan Industri. Secara umum penelitian dengan pendekatan SSM dimulai dari pengumpulan data dan pembuatan model konseptual sebagai bentuk kemitraan yang dapat diimplementasikan oleh lembaga litbang dengan industri sesuai mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menggambarkan situasi permasalahan yang diilustrasikan dengan Rich Picture Diagram dan mengumpulkan data aktivitas-aktivitas Kepala Pusat Penilitian di Lingkungan LIPI, para peneliti LIPI dan manajer pemilik usahaindustri dalam membangun kemitraaan yang berdaya saing dengan melihat 3 kemampuan teknologi yang dikemukakan oleh Lall 1992. 2. Membangun model-model aktivitas bertujuan atau model konseptual yang dilengkapi dengan definisi yang jelas dari aktivitas bertujuan root definition dan pengujian kinerja. HASIL DAN BAHASAN UPT BPPTK -LIPI Produk Puslit Kimia dan UPT BPPTK LIPI tercermin dalam perencanaan program yang setiap tahun dilakukan oleh para peneliti yang berlokasi di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Visi dan misi organisasi ini tetap menjadi dasar dalam pengembangan ide dan programnya. 2010 156 UPT BPPTK melakukan pengembangan teknologi untuk suatu produk yang telah ada di pasaranindustri atau menciptakan produk baru yang ditawarkan kepada pelaku bisnis maupun masyarakat yang berminat. Beberapa hasil pengembangan antara lain :

1. Pembuatan pakan ternak bermitra dengan Pusat Inovasi dan kelompok