2010
120
1. Turbin Air terdapat empat hasil penelitian PLTMH, antara lain: a Turbin
pelton head tinggi; b Turbin Crosflow head sedang, 3 m sd 20 m, runner turbin crosflow sudah dipatenkan dan sudah dipasarkan; c Turbin
Propeler head rendah, 3 m, dan d dalam anggaran DIPA 2010kompetitif sudah dihasilkan turbin dengan head yang sangat rendah
head 1 m, debit air 120 literdet, dengan kapasitas daya output listrik 900 watt untuk diaplikasikan pada aliran kali. Sudah diuji di aliran
kalipembuangan kebon raya cibodas, hasil pengujian sudah menghasilkan daya seperti yang direncanakan 900 watt. Teknologi ini direncanakan akan
dipatenkan.
2. Turbin angin PLTB, penelitian blade dari turbin angin anggaran 2010,
DIPA Telimek
3. Generator kecepatan rendah:
Sudah dihasilkan prototip generator kecepatan rendah bersama dengan turbin head rendah yang diujikan di aliran kali kebon raya Cipanas.
Generator kecepatan rendah ini juga dirancang untuk PLTB. Inovasi generator sudah diajukan untuk dipatenkan untuk konstruksi
4. Pengembangan PLTMH yang dilakukan oleh Puslit Telimek Sudah
diaplikasikan di masyarakat, diantaranya di Garut dan Tasikmalaya Propinsi Jabar. Pengembangan PLTMH dilakukan juga oleh BPTG-LIPI
Subang kerjasama dengan Puslit Telimek dan sudah diaplikasikan di beberapa tempat seperti Makki dan Wamena-Papua, Enrekang -Sulawesi
Selatan, serta Nagrak dan Subang
–Jabar. Hasil litbang Pusat Teknologi Dirgantara Terapan - LAPAN dalam inovasi
PLTB diantaranya adalah pengembangan PLTB 80 - 1000 W untuk pengadaan listrik wilayah desa terpencil dan nelayan; pemetaan potensi angin dilakukan
dalam rangka memetakan daerah-daerah yang mungkin dikembangkan untuk dipasang PLTB baik untuk skala kecil maupun besar di wilayah Indonesia; desain
PLTB skala 30 - 50 kW; siatem hibrid PLTB panel surya dan turbin angin untuk lampu jalan atau penerangan lainnya dan telah diuji cobakan di Parepare dan
Bantul, dan akan menyusul untuk berbagai daerah. Selain sistem pembangkit, juga dilakukan berbagai rancang bangun instrumentasi seperti anemometer pengukur
potensi angin, AWS Automatic Weather Station dan Tidegauge alat pengukur pasang surut. Instrumentasi tersebut telah diujicobakan bekerjasama dengan
berbagai instansi terkait dan telah berhasil memberikan informasi yang dibutuhkan secara baik dan akurat. Instrumentasi-instrumentasi tersebut juga
dilengkapi dengan sistem informasi sehingga dapat memantau potensi angin, temperatur, tekanan udara, ketingggian air permukaan dan sebagainya dari jarak
jauh.
Dalam diseminasi hasil litbang teknologi PLTB, kegiatannya dilakukan bersama sama LPNDLPD, Perguruan Tinggi, Pemerintah Daerah, serta lebih jauh
melalui kerjasama litbang luar negeri. Lebih rinci kegiatan kerjasama yang dilakukan oleh puslit Teknologi Terapan Dirgantara - LAPAN ini, sebagaimana
ditunjukkan dalam ringkasan berikut:
2010
121
Kerjasama dengan
LPNDLPD: Balitbang
ESDM 2001:
Pemanfaatanoperasionalisasi 1 unit turbin angin kapasitas 1000 watt di unit pemukiman transmigrasi UPT Oitui-Bima, NTB, 2001; dan Puslitbang
Telimek-LIPI, kerjasama penelitian teknologi PLTB.
Kerjasama dengan Perguruan Tinggi: ITB dalam rekayasa teknologi PLTB; UGM kerjasama dalam rangka pemetaan sosial ekonomi masyarakat provinsi
Yogyakarta, sehubungan dengan rencana pengembangan techno-park energi di Kabupaten Bantul yang akan diresmikan pada tahun 2010, dan beberapa
perguruan tinggi lainnya seperti Udayana, dan Univ. Kupang terkait dengan program monitoring implementasi teknologi PLTB yang dipasang di kedua
provinsi Bali dan NTT.
Kerjasama dengan Pemda: 1. Pemda Bangka Belitung: Pemanfaatan teknologi PLTB untuk pembangkit
tenaga listrik dan pemompaan air, 2007; 2. Kabupaten Halmahera Tengah dan Kab. Maluku Tenggara: Pelatihan dan
sosialisasi manfaat PLTB 2005; 3. Kabupaten Sumenep: 1 Implementasi teknologi PLTB kapasitas 25,5 kW,
dan sosialisasinya kepada operator dan masyarakat pengguna; 2 Kajian pemanfaatan PLTB terpasang, dan 3 Pemasangan teknologi PLTB untuk
penyediaan listrik di Pulau Giliyang, Kecamatan Dungkek, Kabupaten Sumenep, Madura, Provinsi Jawa Timur, 2005;
4. Sumatera Utara: Pemanfaatan PLTB untuk pembangkit tenaga listrik dan pemompaan air, 2005;
5. Pemda D.I. Yogyakarta yang difokuskan di Kabupaten Bantul: Pemanfaatan Sistem Konversi Energi Angin PLTB untuk penyediaan tenaga listrik 10 kW
dan sosialisasi dan pelatihan pengembangan dan pemanfaatan PLTB; Sebagai lokasi untuk uji coba pengembangan dan pemanfaatan berbagai
prototip PLTB untuk penyediaan jasa listrik dan pemompaan air di Kabupaten Bantul, 2002; Pemanfaatan Sistem Pemompaan Tenaga Angin
SPTA untuk pengadaan air minum dan pengairan lahan pertanian, 2003. Tahun 2010 s.d. akhir Desember ditargetkan sebanyak 48 unit kincir
angin akan dipsang di pesisir Kabupaten Bantul, terpilih sebagai lokasi pembangunan kincir angin, yang difokuskan di Pantai Pandansimo,
Kecamatan Srandakan.
Kerjasama dengan pihak Industri: Smart Aviation Indonesia, PT: Perancangan, fabrikasi dan prototyping;
Pengujian dan sertifikasi produk; dan Industrialisasi dan pemasaran produk 2006
Indokomas Buana Perkasa, PT: 1 Pembuatan perangkat lunak dan perangkat keras; 2 Pemasyarakatan produk dan jasa teknologi PLTB; 3
Peningkatan kemampuan dan keterampilan dan Relokasi 5 unit turbin angin dari Bulak Baru dan Kali Anyar ke Pulau Karya, Kep. Seribu, Provinsi
DKI Jakarta,2003.
2010
122
Prasetya Indra Barata PIB, PT: 1 Relokasi turbin angin milik LAPAN dari Desa Bulak Baru dan Kali Anyar ke Desa Tanggul Tlare sebagai sarana
penerangan tambak udang milik PT. PIB; 2 Pemasangan turbin angin TOCARDO untuk kepentingan pemompaan air di areal tambak udang milik
PT. PIB; 3 Penelitian bersama; 4 Evaluasi pemanfaatan PLTB untuk tambak udang. dan Pemanfaatan PLTB melalui relokasi turbin angin dari
Desa Bulak Baru dan Kalianyar ke Desa Tanggul Tlare, 2002.
Kandiyasa Energi Utama, PT: 1 Penyediaan perangkat lunak dan perangkat keras PLTB; 2 Pemasaran dan pemanfaatan produk PLTB; 3
Jasa teknologi di bidang penelitian, pengembangan dan pemanfaatan PLTB 2005.
PLN Persero Litbang Ketenagalistrikan: 1 Evaluasi data potensi angin di lokasi terpilih; 2 Kajian pemanfaatan PLTB skala besar; 3 Desain
prototip kapasitas 300 kW; 4 Desain prototipe sistem kontrol interkoneksi ke jaringan PLN; 5 Pembuatan prototype kapasitas 300 kW;
6 Pilot project skala besar interkoneksi ke jaringan PLN. 2005.
Hasil pengumpulan data lapangan didiskusikan dengan nara sumber dari lembaga penelitian yang bersangkutan dalam forum Focus Group Discussion FGD.
Hasilnya menunjukkan hambatan dan alternatif penyelesaiannya dalam kegiatan inovasi PLTMH PLTB. Hal mana juga menunjukkan keinginan para peneliti untuk
melanjutkan kegiatan inovasi, terutama yang terkait dengan kebijakan, manfaat ekonomi, kondisi kemampuan masyarakat sosial, dan teknologi produk litbang.
Temuan lapangan sebagai bahan diskusi FGD ditunjukkan dalam Tabel 4.1 dan Tabel 4.2.
Tabel 4.1. Rangkuman Pengumpulan Data Inovasi PLTMH Puslit Telimek – LIPI
No FAKTOR
PENGHAMBA TPENDORO
NG PUSAT PENELITIAN
PENGELOLA PLTMH PLTB
Penelitian Dasar Terapan
DemonstrasiKome rsialisasi
MasalahHambatan Kendala
Alternatif Penyelesaian
a b
c d
e f
1 POLITIK
KEBIJAKAN Melakukan
penelitian lanjut PLTMH
Kebijakan kerja
sama pengujian
teknologi produk
litbang dengan pihak
yang berkompeten.
Untuk kasus
di Tasikmalaya
Penerapan teknologi PLTMH
harus menguntungkan
masyarakat. Untuk kasus di
Tasikmalaya Kebijakan
yang diambil adalah
penghentian sementara
operasional PLTMH,
sampai
ada perbaikan.
2010
123
2 EKONOMI
Dana berasal dari DIPA, Ristek.
Runner Turbin
Crossflow sdh
dipatenkan dan
siap dikomersielkan.
Dana berasal dari Dikti, dan juga ada
kerja sama
dg Malaysia waitro,
Kerjasama dg TTG Subang termasuk
sbg pemasar
PLTMH Kasus
di Tasikmalaya. Biaya
untuk pembangunan
PLTMH dan
teknologi belum
siap, sehingga
membebani operasional
koperasi sebagai
pengelola PLTMH. Rencana
lanjut setelah
PLN terpasang, PLTMH
akan digunakan
untuk mendukung pabrik
teh yang
akan dibangun LIPI. Dana
diperoleh dari iuran bulanan
masyarakat setempat atas
dasar
besar kecilnya
penggunaan listrik,
titik lampu
3 SOSIAL
----- Turbine
putaran sangat rendah head
1 m debit 120 ldet daya 900 Watt. diuji
cobakan di Kebon Raya LIPI Cibodas
dengan
harapan masyarakat
yg berkunjung dapat
mengetahui.
Dilakukan di : Garut lok:Cisewu
daya 10 KW
Tasikmalaya lok:Cibunar daya
30 KW. dengan membangun
kelompok
untuk pengelolaan
dan direncanakan
sesuai dengan
potensi yang ada di lapangan.
PLTMH di
Tasikmalaya belum sepenuhnya
tersosialisasikan dengan baik pada
masyarakat. Koperasi
PLTMH Tasikmalaya
sudah terbentuk,
adapun jumlah pelanggan
listrik 40 KK hasil
dari iuran
listrik wargabulan
mencapai Rp 550.000,-
dengan karyawan
pengelola aktif 3 orang.
4 TEKNOLOGI
Turbin Pelton
head tinggi,
Crosflow head
sedang 3 – 20 m,
Untuk PLTMH daya 30
Kw sudah
terpasang di desa Cibunar
Kec. Untuk
Turbine putaran
sangat rendah head 1 m
debit 120 ldet daya Pengujian
dilakukan oleh para
peneliti dan
teknisi
2010
124
Propeler head
rendah 3m, Turbine putaran
sangat rendah
head 1 m debit 120 ldet daya
900 Watt.
Generator putaran rendah.
Blade yang sama dirancang
juga untuk
turbin angin.
Turbine putaran sangat
rendah head 1 m debit
120 ldet daya 900
Watt. Diujicobakan
di kebon
Raya Cibodas, beserta
Generator putaran
rendah yang
dirancang untuk
PLTB sedangkan
Runner Turbin
Crossflow PLTMH pengujian
dilakukan dengan pihak PLN.
Pageurageung Kab. Tasikmalaya.
Garut lokasi:
Cisewu daya 10 KW potensi air
didaerah ini relatif besar,
dana penelitian
dari Ristek,
dikelola oleh koperasi yang
dibentuk oleh
Telimek. Diseminasi
PLTMH, untuk
menghasilkan listrik
bagi masyarakat
generator kecepatan rendah
bekerjasama dengan
industri turbin
angin melalui
sistem PLTB pembangkit
listrik tenaga
bayu dibangun di daerah
Bojong- koneng Bandung
900 Watt masih belum
mendapatkan paten.
Sedangkan untuk
Generator putaran
rendah terbentur
pada pembuatan
permanent magnit, sampai dengan saat
ini belum terwujud.
PLTMH daya 30 Kw sudah terpasang di
desa Cibunar Kec Pageurageung
kab.Tasikma-laya. Masalahnya
pada perencanaan
pengelolaan penerapan
teknologi yang tidak benar,
terutama dalam
hal pemanfaatan
air. Terjadi
benturan kepentingan
dengan pihak petani setempat
untuk pengairan sawah,
dan utk lokasi yang jauh dari PLTMH
listrik yang
diberikan kepada
masyarakat tidak memuaskan
redup karena
jaringan transmisi tidak
dilengkapi dengan
tranformator. Teknologi
kurang handal baru, 1
minggu beroperasi sudah trouble, belt
putus, bearing
cepat rusak, saat dioperasikan
getarannya cukup
tinggi. Dari
sisi ekonomi
tidak menguntungkan,
biaya perawatan
mencapai Rp
2.500.000,-, dari
Puslit Telimek,
teknologi dibangun
sederhana, dalam
arti mudah
dioperasikan dan
mudah dimengerti
bagi pengelola, serta
handal, dan
suku cadang harus
mudah diperoleh
dipasaran setempat.
2010
125
sementara iuran
anggota baru
mencapai Rp.
550.000bulan Pada
saat ini
kondisi mesin
PLTMH sudah
diperbaiki dan
tidak ada getaran lagi. Namun belum
dioperasikan karena air sedang
digunakan
untuk irigasi
sawah. musim kering
Tabel 4.2. Rangkuman Pengumpulan Data Inovasi PLTB Pusat Teknologi Dirgantara Terapan - LAPAN
No FAKTOR
PENGHAMBA TPENDORO
NG PUSAT PENELITIAN
HASIL PENGAMATAN LAPANGAN
Penelitian Dasar Terapan
DemonstrasiKome rsialisasi
MasalahHambata nKendala
Alternatif Penyelesaian
a b
c d
e f
1 POLITIK
KEBIJAKAN Kebijakan
pimpinan LAPAN dalam
pengembangan PLTB
dirasakan kurang
mendukung terkait prioritas penelitian
saat ini
lebih kepada
pengembangan teknologi roket
Diarahkan untuk
bekerjasama dengan PLN, Pemda
dan Industri
Kerjasama dengan Pemda
dan Menristek
untuk membangun
desa mandiri di Bantul
Joyakarta Pemerintah
Daerah Bantul menyambut baik
kegiatan penerapan
teknologi.
Perlu disiapkan
SDM, infrastruktur dan
industri pendukung
di daerah
Pemerintah Daerah
menyiapkan dana
pendamping untuk
menyiapkan kebutuhan
infrastruktur dan SDM dalam
penerapan teknologi,
koordinasi teknis dengan
instansi terkait maupun
perguruan tinggi,
penyediaan dan pelatihan
SDM,
dan industri
pendukung.
2010
126
2 EKONOMI
Dana penelitian
disediakan dari
anggaran DIPA LAPAN,
tidak menyediakan
anggaran khusus untuk demonstrasi
dan komersialisasi
Kegiatan demonstrasi, lebih
diarahkan untuk
penyediaan sistem perangkat
keras PLTB
di lokasi
penerapan uji
coba Saat
ini pengoperasian
PLTB tidak
menguntungkan, karena
hasil perhitungan
menunjukkan nilai
jual listriknya
masih lebih
mahal dibandingkan
listrik PLN agar tercapainya BEP
investasi dan
perawatan Diusulkan
perlunya kebijakan
pemerintah yang mengatur
harga
jual listrik
PLTB disubsidi oleh
pemerintah
3 SOSIAL
Sosialisasi sistem PLTB
dilakukan dengan
penyebaran brosur yang
memuat spesifikasi teknis,
sosialisasi sistem PLTB
juga dilakukan melalui
seminar. Sosialisasi
PLTB dilakukan
bekerjasama dengan Menristek
dalam penyediaan dana
Saat ini belum diserahkan
kepada suatu
kelompok dalam
pengelolaan PLTB, terkait
nilai ekonomi
yang belum terpenuhi
------------
4 TEKNOLOGI
Penelitian teknologi konversi
energi angin
berorientasi kepada pengguna
spin-off
Penelitian meliputi potensi
angin, perancangan PLTB,
pengujian komponen,
diseminasi
Tersedia lapangan uji
coba di
Jogyakarta Balai
Penelitian Uji coba dan demo
PLTB di kabupaten Bantul untuk:
1. Penerangan masjid,
dan rumah
contoh dalam kawasan
Laboratorium Alam
Milik Pemda
– Bakosurtanal
dan UGM. 2. Penerangan dan
pengairan untuk kelompok
peternakan sapi penggemukan
sapi
di desa
Teknologi masih kurang
handal, masih
sering rusak
Kerusakan instalasi
karena cuaca
Diperbaiki oleh
teknisi dari LAPAN
Sistem dimodifikasi
disempurnak an
2010
127
Perikanan – Dinas
Perikanan Pemdakab Bantul
di TPI SAMAS
Penerapan PLTB di Bantul 20 unit a
daya10 kW, 2 unit a daya 10 kW, 1
unit daya 50 kW. Pembuatan
PLTB ini
bekerjasama dengan PT. Pindad
Waru dan 3. Penerangan
pantai dan
mesjid di Depok- Parangtritis.
Melakukan pengujian
dan pemasangan PLTB
dari swasta
PLTB untuk
nelayan, dipasang di kapal penangkap
ikan, sudah
diproduksi oleh
swasta
Analisis terhadap perolehan data menunjukkan bahwa: a Pengelolaan litbang tidak terlepas dari prosedur birokrasi. Birokrasi ini pada satu sisi
menghambat proses inovasi karena rutinitas kerja lembaga litbang pemerintah yang
belum sepenuhnya
melakukan penyesuaian
terhadap tuntutan
profesionalisme dalam
penyelenggaraan pengelolaan
litbang. Sehingga
pengelolaan litbang terkesan kaku dalam membangun kemampuan lembaga litbang untuk berinteraksi dengan lembaga litbang lainnya maupun dengan
stakeholder; b Beberapa kasus penelitian yang dilakukan untuk pengembangan sistem PLTMH PLTB terkendala dalam alokasi pembiayaan karena perencanaan
dan implementasi tidak konsisten sampai pada hasil implementasi ke masyarakat; c Komersialisasi dan penerapan hasil penelitian terkesan merupakan kegiatan
lain atau dilakukan oleh unit kegiatan lain. Sehingga belum terintegrasinya kegiatan penerapan dalam satu paket kegiatan penelitian; dan d Beragamnya
institusi litbang yang sudah terbangun di negeri masih belum mampu mendorong pemanfaatan teknologi, khususnya teknologi energi terbarukan dari air dan angin
atau secara spesifik disebut teknologi PLTMH PLTB, bagi kesejahteraan masyarakatnya. Sejalan dengan ini Aiman dkk. 2007 dalam workshop National
Innovation System NIS menguraikan bahwa institusi penelitian dan pengembangan publik di bawah koordinasi Presiden Republik Indonesia
terpetakan sebagai berikut: 1 Institusi Penelitian dan Pengembangan Pemerintah Non Departemen, 2 Institusi Penelitian dan Pengembangan Kementrian Ristek,
3 Institusi Penelitian dan Pengembangan Departemen Teknis, 4 Bappenas, 5 AIPI - Indonesian Academic of Sciences. Secara spesifik dinyatakan pula bahwa
sampai saat ini telah terbangun kelembagaan untuk memfasilitasi kegiatan alih teknologi dalam kerangka inovasi, diantaranya adalah BTC oleh BPPT, SENADA
oleh Pemerintah Jawa Barat, Pusat Inovasi oleh LIPI, dan BBRC LIPI, BPPT. Sementara media untuk kegiatan diseminasi juga tersedia, baik melalui jurnal
2010
128
ilmiah, forum eksibisi industri, informasi di media masa, dan informasi melalui penyiaran radio dan televisi.
Berbagai langkah ditempuh unit penelitian dalam lembaga litbang pemerintah dalam usaha mendekatkan hasil penelitiannya ke masyarakat sepertti
terlihat dalam pengelolaan inovasi PLTMH PLTB. Hal mana ditempuh karena kelembagaan formal yang sudah dibentuk belum sepenuhnya mampu untuk
mengalihkan teknologi yang ada ke masyarakat. Upaya-upaya dan terobosan yang dilakukan unit lembaga litbang ini tentunya dilakukan dengan berbagai
keterbatasan yang timbul karena berbagai sebab dan berpulang pada belum terencanakannya kegiatan secara matang. Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan
Mekatronika - LIPI melakukan terobosan inovasi PLTMH melalui penelitian dan pengembangan yang hasilnya diterapkan dan diuji-cobakan pada kelompok
masyarakat. Terobosan ini pada dasarnya ditempuh peneliti dengan pemahaman bahwa hasil penelitian harus dapat berfungsi sebagai pendorong kegiatan
masyarakat dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan mereka. Dalam kenyataannya, berbagai kendala ditemukan dalam kegiatan ini yang berpulang
kepada kesiapan teknologi yang akan diterapkan atau didifusikan, kemampuan peneliti dalam mengkoordinasikan kegiatannya dengan pemerintah daerah
sebagai fasilitator, serta keterbatasan anggaran penelitian yang birokratis. Dalam kasus teknologi PLTMH ini, pertanyaan mendasar yang belum terjawab adalah
sampai seberapa jauh keandalan suatu sistem teknologi dapat diterapkan di masyarakat, walaupun itu masih dalam proses uji coba atau penelitian. Hal ini
perlu diperhatikan mengingat kerjasama yang berkelanjutan dibangun dengan dasar komunikasi dua arah dan kerjasama dilakukan untuk saling menguntungkan.
Sehingga kegagalan sistem, baik karena adanya masalah sosial budaya maupun teknologi, berpotensi untuk melemahkan kerjasama ini. Oleh karena itu, walaupun
masih dalam rangka penelitian setidaknya sistem yang terintegrasi sudah diuji cobakan dalam skala laboratorium sebelum diterapkan di masyarakat.
Secara bersamaan terobosan inovasi teknologi PLTB juga dilakukan Pusat Teknologi Dirgantara Terapan
– LAPAN yang melakukan uji coba kelayakan teknologinya melalui kerjasama dengan pemerintah daerah. Hasil pengumpulan
data dari penelitian ini menunjukkan bahwa kerjasama yang sudah dibangun antara lain dengan pemerintah daerah seperti , propinsi Sumatera Utara, DI
Yogyakarta, pemda kepulauan Bangka Belitung, dan kabupaten Sumenep. Kegiatannya pada umumnya implementasi teknologi PLTB untuk pembangkit
listrik. Sejalan dengan ini, unit litbang juga sudah melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi ITB untuk proses diseminasi dan industri seperti untuk Smart
Aviation Indonesia, Indokomas Buana Perkasa, Prasetya Indra Barata, Kandiyasa Energi Utama, PLN Persero Litbang Ketenagalistrikan, untuk perancangan,
pabrikasi dan atau pembuatan prototipe. Seperti halnya pada kasus penerapan teknologi PLTMH, penerapan teknologi PLTB oleh Pusat Teknologi Dirgantara
– LAPAN juga terkendala oleh berbagai sebab. Hasil pengumpulan data melalui
wawancara, FGD dan observasi memperlihatkan bahwa keandalan teknologi PLTB masih perlu ditingkatkan bersamaan dengan peningkatan efisiensi terkait pada
biaya instalasi. Pengoperasian dan pemilihan lokasi PLTB tidak atau kurang sesuai
2010
129
karena kurangnya data potensi angin dan tata letak peralatan tidak ditunjang oleh studi atau penelitian yang komperhensif. Selanjutnya secara khusus perlu juga
ditingkatkan kemampuan Sumber Daya Manusia pengelola teknologi PLTB.
Hasil analisis tersebut di atas pada dasarnya sejalan dengan pendapat pakar dalam diskusi FGD, yaitu sebagai berikut:
Prioritas pertama yang perlu dilakukan adalah faktor Politikkebijakan
baik pimpinan Lembagakebijakan nasional: Kebijakan dan kemauan baik pemerintah sangat menentukan apakah suatu teknologi merupakan
prioritas dalam pengembangan dan penerapannya di masyarakat perencanaan dan implementasi yang konsisten;
Prioritas ke dua adalah faktor Ekonomi: Pertimbangannya adalah nilai
tambah bagi masyarakat, saat ini bahkan berkembang kepada ekonomi yang berdampak pada lingkungan pencemaran lingkungan yang harus
dibayar oleh masyarakat kedepan;
Prioritas ke tiga adalah faktor Sosial: Pertimbangan mengapa faktor sosial
merupakan prioritas ketiga yang perlu diperhatikan terkait pada permasalahan yang kerap timbul di masyarakat dalam pemanfaatan
teknologi hasil litbang, khususnya sistem PLTMH PLTB. Kasus ini terkait pada sisi sosial kemasyarakatan, seperti manajemen operasional, SDM yang
tersedia, penentuan harga jual listriknya, budaya masyarakat, dan sebagainya;
Prioritas ke empat adalah faktor Teknologi: Pada prinsipnya lembaga
litbang mampu melakukan pengembangan teknologi dengan berorientasi pada kebutuhan masyarakat, baik dari sisi nilai jual alat investasi awal
yang rendah terhadap kwh output maupun pemenuhan kebutuhan daya listriknya.
Lebih dalam analisis terhadap linkage lembaga litbang dan stakeholder menunjukkan bahwa inovasi PLTMH PLTB yang dibangun lembaga litbang
pemerintah LIPI maupun LAPAN terkait pada interaksi kelembagaannya terkesan unik dan merupakan proses pembelajaran dalam pengembangan produknya.
Kerjasama yang sudah dibangun kerap kali terkendala faktor teknologi, oleh karena itu perlu kembali dipertanyakan sampai sejauh mana teknologi yang sudah
dibangun lembaga litbang dapat diuji cobakan ke masyarakat. Hal ini perlu ditekankan karena konsep inovasi yang berkembang saat ini menunjukkan bahwa
proses inovasi merupakan proses pembelajaran yang mengikut sertakan stakeholder. Sementara dari sisi yang lain, dipahami bahwa kerjasama dibangun
berdasarkan tingkat kooperasi, penyelesaian konflik dan tingkat kepercayaan. Kegagalan implementasi PLTMH PLTB karena ketidak-andalan teknologinya
secara keseluruhan sangat mempengaruhi interaksi dengan stakeholder. Oleh karena itu alangkah baiknya jika teknologi yang akan diujicobakan
diimplementasikan atau didifusikan ke masyarakat sudah melalui proses ujicoba secara keseluruhan di lembaga litbang yang bersangkutan.
2010
130
KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan hasil analisis yang sudah dilakukan, pada priinsipnya inovasi teknolgi PLTMH PLTB di lembaga litbang
pemerintah sudah dilakukan, akan tetapi dalam kegiatannya masih ditemukan berbagai kendala sehingga kegiatan ini belum sepenuhnya berjalan dengan baik,
terutama dalam proses difusi teknologinya. Lebih rinci pada bab ini akan disimpulkan hasil pembahasan analisis kegiatan inovasi PLTMH PLTB di
lembaga litbang pemerintah serta interaksinya dengan shareholder maupun stakeholdernya sebagai berikut:
3. Kebijakan nasional energi terbarukan dalam pemanfaatan energi terbarukan sudah cukup baik ditunjukkan dari terbitnya UU tentang energi, demikian pula
kebijakan daerah yang ditunjukkan dari RKPD. Sementara itu kebijakan pimpinan terkait dengan aspek birokrasi dalam kegiatan inovasi Sistem
PLTMH PLTB di lembaga litbang pemerintah berpotensi sebagai penghambat proses inovasi karena menumbuhkan rutinitas kerja lembaga litbang
pemerintah yang terkesan kaku dalam membangun kemampuan lembaga litbang untuk berinteraksi dengan lembaga litbang lainnya shareholder
maupun dengan stakeholder.
4. Faktor ekonomi menunjukkan bahwa perlunya dipahami peningkatan nilai tambah bagi adopter dengan diterapkannya teknologi di daerahnya.
5. Faktor sosial berpengaruh dalam keberhasilan inovasi PLTMH PLTB terkait pada kesesuaiannya dengan masyarakat pengguna. Ketidaksiapan masyarakat
dalam menerima teknologi pengguna merupakan hambatan dalam proses inovasi, terutama dalam kegiatan sosialisasi dan difusi teknologinya.
6. Faktor teknologi terkait pada kesiapan teknologi sistem PLTMH PLTB lembaga litbang pemerintah yang kurang menyebabkan masih memerlukannya
pengujian sistem lebih lanjut agar didapatkan hasil yang optimum. Sistem yang belum teruji, jika diuji cobakan pada kelompok masyarakat dapat
mempengaruhi persepsi masyarakat yang kurang baik terhadap teknologi hasil litbang. Oleh karena itu sampai seberapa besar keandalan suatu teknologi
sistem PLTMH PLTB untuk sampai pada tahap difusi dan penerapan merupakan hal yang penting dalam pengelolaan inovasi di lembaga litbang.
SARAN Analisis terhadap pengelolaan inovasi teknologi PLTMH PLTB terkait pada
rantai inovasi serta interaksi kelembagaan yang sudah dibangun adalah sebagai berikut:
Perlunya dibangun perencanaan kegiatan penelitian pengembangan PLTMH PLTB yang berkelanjutan untuk perolehan produk litbang yang optimal, baik
dalam koordinasi unit kelembagaan di dalam institusi maupun antar institusi. Pada sisi kebijakan perlunya sikap tegas dan kemampuan enterprenuer untuk
mewujudkan produk litbang yang berdayaguna dalam peningkatan nilai
2010
131
tambah yang berujung pada peningkatan taraf hidup masyarakat. Dengan demikian berarti, penyelenggaraan kegiatan litbang lebih didasarkan pada
sikap profesionalisme dan bukan pada birokrasi yang terkesan kaku.
Perlunya penguatan kelembagaan litbang dengan membangun infrastruktur kelembagaan
litbang yang
didukung kebijakan
pimpinan yang
memprioritaskan inovasi sistem PLTMH PLTB yang berujung pada peningkatan nilai tambah masyarakat pengguna pengetahuan, ekonomi, dan
lingkungan sosial.
DAFTAR PUSTAKA
Abdinagoro, Sri Bramantoro. 2003. 25 Langkah Menjalankan Bianis.Penerbit Republika. Jakarta.
Aiman, Syahrul dkk. 2007. Commerzialization Of Public RD in Indonesia. www.unescap.org.tid projectssisindo, diakses Oktober 2010
Arianto, Gatot.
2010. Sudahkah
Petani Merdeka?.
http:17-08- 1945.blogspot.com201008koran-digital-gatot-irianto-sudahkah.html,
diakses September 2010 Chandra, Boby. 2009. Potensi Air Jawa Barat Bisa Penuhi Kebutuhan Listrik Ribuan
Keluarga.http:www.tempointeraktif.comhgbisnis20090415brk,20 090415-170473,id.html, diakses Juni 2010
Dewan Riset Nasional DRN. 2006. Agenda Riset Nasional 2006 – 2009.
http:www.batan.go.id sjkdownloadarn.pdf, diakses Juni 2010 ESDM. 2008. Data Implementasi PLTMH 2008. Jakarta
Grubb, Michael. 2003. Analytic And Transatlantic Divisions In Responding To Climate
Change. Presentation
to HGDC
seminar, Cambridge.
http:www.slidefinder.netpppt00036 7509060, diakses Maret 2010 Habibie,BJ. 2010. Beberapa Catatan tentang Kebutuhan Energi Indonesia Masa
Depan. http:tsdipura.files.wordpress.com2010022010-beberapa-
catatan-tentang-kebutuhan-energi-indonesia-masa-depan_bjhabiebie.pdf, diakses Juni 2010.
Hasibuan, Malayu . 2003. Organisasi dan Motivasi : Dasar Peningkatan Produktivitas. PT. Bumi Aksara. Jakarta
Hendry. 2010. Iklim Organisasi. http:teorionline.wordpress.comcategoryteori- iklim-organisasi, diakses Maret 2010
IMIDAP. 2010.
Potensi Listrik
Jawa Timur.
http:imidap.mikrohidro.netindex.php?option= com_contentview=articleid=99:potensi-listrik-jawa-
timurcatid=21:announcementItemid=57, diakses Juni 2010.
2010
132
Kompas. 2008.
Indonesia Power
Targetkan 11
PLTMH di
Jateng. http:nasional.kompas.comread
2008080719322397Indonesia.Power.Targetkan.11.PLTMH.di.Jateng, diakses Juni 2010.
Kompas. 2010.
PLT Angin
10 MW
di Sukabumi
Pasok PLN.
http:www.alpensteel.comarticle47-103-energi-angin--wind-turbine-- wind-mill3821--bangun-pembangkit-listrik-tenaga-angin-dengan-
melibatkan-pt-dirgantara-indonesia-dan-lipi.ht ml, diakses Juni 2010
Kurniawan, Basuki. 2007. Mengapa Mikrohidro. Seminar Nasional Teknologi 2007- Jogyakarta.
http:www.scribd.comdoc41521916MENGAPA- MIKROHIDRO , diakses Juni 2010
Maryono, Agus. 2008. Revolusi Energi Di Indonesia Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro PLTMH Sebagai Jawaban Krisis Listrik Di Indonesia.
http:elkace.wordpress.com 20080218pltmh-sebagai-jawaban-
krisis-listrik-di-indonesia, diakses Juni 2010 Masyarakat Energi Angin Indonesia. 2010. Program Klaster Energi Angin.
Sarasehan energi baru terbarukan www.energiterbarukan.net, diakses Desember 2010
Mulgan, Geoff; David Albury. 2003. Innovation In The Public Sector. http:www.michaellittle.orgdocumentsMulgan20on20Innovation.p
df, diakses Oktober 2010 Mulyana.
2008. Peranan
Komunikasi Dalam
Difusi Teknologi.
http:wsmulyana.wordpress.com, diakses April 2009 Niesen,
Mark. 2001.
Process Innovation.
web.nps.navy.mil~menissenmn3309lectures m09l18.ppt,
diakses April 2010
Notodisuryo, Endro Utomo dkk. 2008. Peranan Energi Terbarukan Untuk Pembangkit Energi Listrik dan Transportasi, Diskusi Interaktif METI, Jakarta.
www.meti.or.id, diakses Mei 2010 OECD. 1999. Managing National Innovation Systems. OECD Publication. Paris.
Pemda Garut,
2009. Garut
Potensial PLTB.
http:www.garutkab.go.idpubnewsdetail3107-garut-potensial- pltb.html, diakses Juni 2010.
Rahayu, Amy
S. 2010.
Lingkungan Organisasi.
xa.yimg.comkqgroups22999204 ...TEORI+ORG +LINGKUNGAN.ppt, diakses Maret 2010
Reza, Muhammad. 2010. Konversi Energi - Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Air Untuk Pedesaan Mikrohidro. http:majalahenergi.comforumenergi-
baru-dan-terbarukanenergi-airtf-2106-konversi-energi-sistem- pembangkit-listrik-tenaga-air-untuk-pedesaan-mikrohidro, diakses
November 2010
Rogers, Everett . 1983. Diffusion of Innovations. Free Press, London
2010
133
Rothwell, Roy. 1994. Towards the Fifth-generation Innovation Process. International Marketing Review, Vol 11No.1. MCB University Press.
Siahaan, Saut dkk. 2005. Studi Sistem Inovasi Serat Alam Ungul Sebagai Bahan Baku Substitusi Industri Tekstil. LIPI Press. Jakarta
Siahaan, Saut dkk. 2006. Studi Penguatan Sistem Inovasi Agro Industri Gula Nasional. LIPI Press. Jakarta
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan RD. Penerbit Alfabeta. Bandung.
Sumiarso, Luluk. 2010. Kebijakan Energi Baru dan Energi Terbarukan. Kementrian ESDM http:www.esdm.go.id, diakses November 2010
Taufik, Tatang A. 2006. Kebijakan Inovasi di Indonesia: Bagaimana Sebaiknya. www.scriebd.com dockebijakan, diakses Oktober 2010
Van Ham, John. 2003. The CriticalSuccess Factors for the Commercial Application of Emerging Alternative Energy Technologies, Innovation in Alternative Energy.
www.thecis.ca... John20Van20Hams20prsentation20March2011202003.pdf
, diakses April 2010
Winardi, J. 2004. Manajemen Perilaku Organisasi. Prenada Galia, Jakarta Winarno, Djoko. 2010. Pemanfaatan Energi Air: Minihidro dan PLTA di Indonesia.
Sarasehan energi baru terbarukan www.energiterbarukan.net, diakses Desember 2010
Zhou, Changhui. 2007. Challenge in Innovation Research. Peking University Beijing. China.
2010
134
ANALSIS MODAL VENTURA DALAM PENINGKATAN INOVASI
Sri Mulatsih, Mohamad Arifin
Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
ABSTRAK
Modal ventura merupakan bagian dari pemecahan masalah di UKM, karena memberikan modal dalam bentuk saham atau obligasi konversi, dan tidak untuk
melakukan investasi dalam rangka menerima dividen yang bersifat jangka pendek, tetapi bersama-sama dengan perusahaan pasangan usaha PPU untuk
mengembangkan usahanya. PPU yang dimaksud disini adalah UKM yang memperoleh pembiayaan dari modal ventura. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan manfaat pembiayaan modal ventura terhadap kegiatan inovasi di UKM. Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang di
bawah PT Bahana Artha Ventura saja, yang berjumlah 21 PPU tersebar di Jogyakarta, Jawa Barat, dan Medan. Walaupun pemanfaatan modal ventura untuk
kegiatan inovasi belum banyak, namun ada PPU yang melakukan pengembangan penemuan baru untuk meningkatkan inovasi sebesar 14,3, yaitu jenis usaha
makananminuman, konveksi dan pupuk. Selanjutnya sebanyak 4,8 PPU melakukan penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya yaitu jenis
usaha permesinan. Dalam mengembangkan usahanya, PPU sudah ada yang bekerjasamabermitra dengan perguruan tinggi, antara lain industri permesinan
di bandung dengan ITB dan industri makanan di Sumatera Utara dengan USU.
Kata kunci: Inovasi, modal Ventura, UKM
PENDAHULUAN
Usaha kecil dan menengah UKM mempunyai peranan dalam perekonomian suatu negara ataupun daerah. Dalam beberapa dekade terakhir,
UKM telah berhasil meningkatkan jumlah produksi, nilai ekspor, penyerapan tenaga kerja, inovasi baru dan peningkatan jumlah wirausaha baik di negara maju
maupun di negara berkembang. Alasan-alasan yang mendasari negara berkembang terus berupaya mengembangkan UKM ini antara lain: karena kinerja
UKM cenderung menghasilkan tenaga kerja produktif; sering mencapai peningkatan produktivitasnya melalui investasi dan perubahan teknologi Berry
dalam Lestari, 2005.
Pada tahun 2007, sektor industri menyumbang Produk Domestik Bruto PDB Indonesia sebesar 22,4 dan meningkat menjadi 23 pada tahun 2008
BPS, 2009. Sedangkan jumlah tenaga kerja industri yang terserap pada tahun
2010
135
2008 sebesar 12,24 pada industri skala kecil, menengah dan besar. Namun demikian, pada umumnya UKM Indonesia masih menghadapi berbagai kendala,
antara lain: 1 modal kerja yang minim; 2 kurang tenaga kerja terampil; 3 mutu produk rendah; 4 biaya produksi tinggi Wardoyo, 2003. Selain itu UKM pada
umumnya masih memiliki keterbatasan akses finansial, keterbatasan kepemilikan teknologi, kemampuan manajerial rendah, keterbatasan jaringan pemasaran,
adanya resistensi kepada lembaga keuangan perbankan, dan akhirnya bermuara pada rendahnya daya tawar produk UKM Avnimelech,2003. Lebih jauh, akses
terhadap permodalan dan tingginya biaya memperoleh kredit merupakan kendala mendasar bagi UKM untuk membiayai proses inovasinya.
UKM pada umumnya memiliki karakteristik untuk beresiko dan berbiaya transaksi tinggi dalam proses perolehan modal. Hal ini disebabkan karena lembaga
keuangan perbankan harus melakukan pendataan lebih detail mengenai eksistensi perusahaan. Sementara itu UKM di Indonesia sebagian besar masih
memiliki sistem manajemen pengelolaan aset dan sistem manajemen pengelolaan resiko yang terbatas. Sehingga lembaga keuangan perbankan harus
mengeluarkan dana lebih banyak untuk mengantisipasi adanya kerugian dan biaya transaksi yang besar.
Seiring dengan kendala-kendala yang dihadapi UKM ini, pemerintah pernah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1988 tentang Lembaga
Pembiayaan. Ketentuan pelaksanaan lembaga pembiayaan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan KMK Nomor 1251KMK.0131988 tentang
Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan yang kemudian telah diubah dengan KMK Nomor 468KMK.0171995. Berdasarkan ketentuan ini,
lembaga pembiayaan melakukan kegiatan meliputi bidang usaha, diantaranya adalah modal ventura.
Modal ventura merupakan bagian dari pemecahan masalah di UKM, karena modal ventura merupakan modal dalam bentuk saham atau obligasi konversi, dan
tidak untuk melakukan investasi dalam rangka menerima dividen yang bersifat jangka pendek, tetapi bersama-sama dengan perusahaan pasangan usaha PPU
untuk mengembangkan dan meningkatkan nilai dari PPU. Dalam Keppres tersebut disebutkan bahwa perusahaan modal ventura adalah badan usaha yang melakukan
kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyertaan modal ke dalam suatu PPU, untuk : 1 pengembangan suatu penemuan baru, 2 pengembangan perusahaan yang pada
tahap awal usahanya mengalami kesulitan dana; 3 membantu perusahaan yang berada pada tahap pengembangan; 4 membantu perusahaan yang berada dalam
taraf kemunduran usaha; 5 pengembangan proyek penelitian dan rekayasa; 6 pengembangan pelbagai penggunaan teknologi baru dan alih teknologi baik dari
dalam dan dari luar negeri; 7 membantu pengalihan perusahaan.
Pada tahun 2006 jumlah perusahaan modal ventura tercatat ada 52 perusahaan PMV, terdiri atas 20 perusahaan swasta nasional, 6 perusahaan
patungan, dan 26 perusahaan modal ventura daerah PMVD. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah PMV aktif sampai dengan 2007 hanya 34 perusahaan
dengan total akumulasi investasi sebesar Rp 3,05 trilyun dengan akumulasi jumlah PPU sebesar 18.971 unit sumber PT BAV, 2010.
2010
136
Dalam mengemban misi untuk memberdayakan dan menumbuh- kembangkan UKM agar dapat berkompetisi di arena global, PT BAV menyusun
program pendampingan manajemen untuk perkembangan UKM yang meliputi seluruh aspek yang terkait dengan perkembangan UKM, yaitu mencakup : a
trainingworkshop, b iptek, c manajemen, d akses pasar, dan e pengembangan produk.
Berdasarkan uraian di atas dan mengingat besarnya potensi pendanaan dari modal ventura yang diharapkan untuk mendorong kegiatan inovasi di sektor
industri, seperti yang telah dilakukan PT. BAV, maka perlu evaluasi terhadap peran perusahaan modal ventura terhadap pelaksanaan kebijakan pembiayaan
modal ventura yang memfokuskan terhadap pencapaian dan peningkatan inovasi, khususnya di UKM. Salah satu langkah awal yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan pemetaan inovasi yang dilakukan oleh UKM dalam hal ini PPU dari pembiayaan modal ventura.
Beberapa penelitian dan tulisan mengenai modal ventura telah dilakukan, namun demikian studi yang berkaitan dengan dampak keberadaan modal ventura
terhadap inovasi di sektor UKM masih relatif terbatas. Oleh karena itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan baik kepada pembuat kebijakan
maupun kepada PMV dan PPU dalam meningkatkan inovasi di UKM Indonesia agar berdaya saing baik.
Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan manfaat pembiayaan modal ventura terhadap kegiatan inovasi di
UKM
METODE PENELITIAN Sumber Data
Penelitian ini menggunakan dua sumber data, yaitu data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengisian lembar pertanyaan
kuesioner serta wawancara interview dengan beberapa narasumber dan responden. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran literatur dan
dokumentasi berupa naskah kebijakan pemerintah, kebijakan perusahaan, bahan kepustakaan dalam bentuk buku, laporan hasil penelitian, jurnal serta dokumen
lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.
Sampel
PPU yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang di bawah PT Bahana Artha Ventura saja. Dalam menentukan sampel terpilih, terlebih
dahulu perlu mengetahui kerangka sampel sampling frame yang berisi nama PPU di setiap PMVD yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan sampel. Hasilnya
diperoleh bahwa sekitar 90 PPU yang memperoleh pembiayaan dari modal ventura adalah sektor perdagangan dan jasa yang dianggap kurang melakukan
kegiatan inovasi dalam usahanya. Dan hanya 2,17 PPU yang bergerak di sektor
2010
137
industri yang sebagian besar tersebar di Jawa Timur, Yogyakarta, Jawa Barat dan Sumatera Utara.
Atas pertimbangan tersebut dan terbatasnya dana penelitian, maka pengambilan
sampel dilakukan
dengan purposive
sampling sampling
kebijaksanaan dan convinience sampling sampling kemudahan dengan memilih PMVD di Yogyakarta, Jawa Barat, dan Sumatera Utara. Karena teknik pengambilan
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan non probability sampling metode tak acak, maka hasilnya tidak dapat digunakan untuk
mengeneralisasi populasi. Selanjutnya adalah menentukan perusahaan pasangan usaha PPU pada setiap PMVD secara subyektif, yang meliputi PMVD Yogyakarta 9
PPU, PMVD Jawa Barat 5 PPU, dan PMVD Sumatera Utara sebanyak 7 PPU. Variabel Operasional
Untuk mempermudah pemahaman terhadap variabel-variabel yang tercakup dalam penelitian ini, perlu dicantumkan pembatasan pengertian sesuai
dengan konteks dan lingkup penelitian yang dituangkan melalui variabel operasional, sebagai berikut :
Tabel 1. Variabel Operasional Penelitian
No. Konsep
Variabel 1
Pelaksanaan Pembiayaan Modal Ventura
a.Lamanya perusahaan memperoleh pembiayaan dari PMVD.
b.Jenis pembiayaan yang diminati dalam penyertaan modal ventura.
c.Pertimbangan memilih sumber pembiayaan modal ventura.
2 Kebutuhan PPU terhadap Penyertaan
Modal a.Jenis kebutuhannya apa
b.Pembiayaannya apa digunakan untuk inovasi
3 Proses dan Outcome Penyertaan
Modal Ventura a.Semenjak memperoleh biaya dari
modal ventura apa terjadi peningkatan produksi.
b.Berapa kali peningkatan produksinya. c.Alasan peningkatan produksinya.
d.Mitra perusahaan e. hambatan dan kesulitan dalam inovasi
2010
138
Metode Analisis
Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan pertama-tama adalah analisis deskriptif yang terdiri dari analisis tabel yang digunakan untuk
mengetahui perbedaan karakteristik responden di setiap PPU. Kemudian dilanjutkan dengan analisis kualitatif dari wawancara dengan stakeholders di
Perusahaan modal ventura. Adapun pengolahannya menggunakan program Statistical Package for Social Science SPSS. Alur pikir metodologi penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
Bagan. Kerangka Metodologi
Phase Procedure
Product Quantitative
Data Collection Cross sectional survey
n=21 numeric data
categorie data
Quantitative Data Analysis Frequencies
SPSS V.12 Descriptive Statistics
Conecting Quantitative and Qualitative Phases
Purposive 3 PMVD Developing interview
questions Cases n=3
interview protocol Qualitative
Data Collection Individual in-depth with 3
PMVD Individual indept with 21
PPU Text data interview
transcripts, documents, artifact description
Image data photographs
Qualitative Data Analysis
Coding and thematic analysis
Within-case and across- case theme development
Cross-thematic analysis Visual model of multiple
case analysis Codes and themes and
categories Cross- thematic matrix
Integration of the Quantitative and Qualitative Phases
Interpretation and explanation of the
quantitative and qualitative result
iscussion mplications
uture Research
Sumber : Nataliya V. Ivankova 2006
ANALISIS PEMBIAYAAN MODAL VENTURA DALAM PENINGKATAN INOVASI
Peta Kegiatan Inovasi yang Dilakukan PPU
Tiga kota yang diambil sebagai sampel dalam penelitian ini yaitu Bandung, Yogyakarta, dan Medan menjadi letak perusahaan modal ventura daerah. Seperti
diketahui bahwa PT. Bahana Artha Ventura sebagai perusahaan modal ventura
2010
139
nasional yang cukup besar, dalam mengoperasionalkan perannya sebagai lembaga pembiayaan dibantu oleh 27 PMVD yang tersebar di seluruh Indonesia.
Berdasarkan informasi temuan lapangan bahwa masing-masing PMVD ada perbedaan dalam menerapkan kebijakanprogram pemerintah tentang modal
ventura. Lembaga pembiayaan modal ventura daerah merupakan kepanjangan tangan dari perusahaan modal ventura, dalam hal ini BAV sebagai perusahaan
modal ventura BUMN berperan mengembangkan dananya melalui PMVD itu kepada PPU.
PT.Sarana Yogya Ventura mempunyai visi dan misi sesuai dengan kebijakan pemerintah bahwa penyertaan modal ventura kepada PPU itu mencakup 7 tujuan,
antara lain: a pengembangan penemuan baru; b pengembangan perusahaan yang mengalami kesulitan dana; c membantu perusahaan dalam taraf pengembangan;
dmembantu
perusahaan yang
berada dalam
tahap kemunduran;
e pengembangan proyek penelitian dan rekayasa, dsb. Sementara untuk Bandung
dan Medan Sarana Jabar Ventura dan Sarana Sumut, dalam menampilkan visi, misi dan tujuannya tidak menjelaskan tentang kegiatan inovasi seperti yang
tertuang dalam 7 unsur tersebut.
Pada proses pengajuan pembiayaan modal ventura di tiga lokasi itu, pada umumnya memang tidak disebutkan persyaratan yang menjelaskan mengenai
kegiatan inovasi. Sehingga PPU yang memperoleh dana juga tidak terlalu memperhatikan manfaat khusus untuk kegiatan inovasi. Dengan mengidentifikasi
hasil temuan diketahui bahwa PPU yang cenderung melakukan inovasi di 3 kota itu dikelompokkan kedalam 6 kelompok usaha, yaitu: 1 makananminuman; 2
kerajinan; 3 konveksi; 4 perdaganganjasa, 5 permesinan; dan 6 pupuk.
Modal yang digunakan menurut kebutuhan Modal yang diterima oleh 21 PPU dari tiga PMVD yang diteliti diharapkan
untuk kebutuhan peningkatan inovasi produksi mereka, seperti yang tercantum dalam kebijakan pemerintah dalam program pembiayaan modal ventura. Ada 7
tujuan pemerintah dalam penyertaan modal ventura kepada PPU. Berdasarkan temuan lapangan, manfaat pembiayaan modal ventura yang diterima PPU ini
umumnya adalah untuk pengembangan usaha sebagai bagian dari tujuan penyertaan modal ventura, sebagaimana terlihat pada gambar di bawah ini.
2010
140
Sumber : Hasil survey 2010 diolah tim
Gambar 1. Pemanfaatan Modal Ventura menurut Kebutuhan
Keterangan : a.
Perusahaan yang berada pada tahap kemunduran, berada pada tahap pengembangan dan pengembangan penemuan baru
b. Perusahaan yang berada pada tahap pengembangan dan mengalami kesulitan dana
c. Pengembangan suatu penemuan baru
d. Perusahaan yang berada pada tahap kemunduran dan pengembangan suatu penemuan baru
e. Perusahaan yang berada pada tahap pengembangan dan penemuan baru
f. Perusahaan yang berada pada tahap pengembangan
g. Pengembangan perusahaan yang mengalami kesulitan dana
h. Pengembangan suatu penemuan baru, penelitian dan rekayasa
i. Perusahaan yang berada pada tahap pengembangan dan penggunaan teknologi baru
j. Perusahaan yang mengalami kesulitan dana penelitian dan rekayasa
k. Lainnya
Tampak bahwa dari 21 PPU, sebesar 14,3 PPU memanfaatkan pembiayaan modal ventura ini untuk kebutuhan pilihan 1 yaitu pengembangan
suatu penemuan baru, tercakup didalamnya adalah pengembangan produksi dan inovasi dengan ide-ide baru untuk menciptakan model dan produk baru.
Kemudian sekitar 10 PPU menggunakan modal ventura ini untuk kebutuhan karena kesulitan dana dan untuk pengembangan, sementara 10 PPU
menggunakan modal untuk kebutuhan 1,2,3 dan 4, artinya PPU tersebut memang butuh modal untuk pengembangan usaha karena mengalami kemunduran dan
kekurangan dana dan mereka ini juga bergairah mencari ide untuk meningkatkan produksi.
2010
141
Alasan Peningkatan Produksi
Upaya meningkatkan produksi itu membutuhkan modal, dan ini diakui oleh PPU walaupun dalam jumlah yang relatif berbeda-beda kebutuhannya tergantung
dari jenis usaha dan bentuk produknya. Kebutuhan untuk meningkatkan produksi ini dilandasi oleh beberapa alasan, antara lain : 1 untuk meningkatkan
kualitasmutu produk; 2 kebutuhan tenaga terlatih; 3 untuk membeli mesin baru; 4 mengurangi kebutuhan material; 5 membuat produk baru; 6 untuk
memperluas pasar.
Alasan-alasan ini memberi gambaran tentang kondisi produksi dari 21 PPU sebelum dan setelah menerima pembiayaan dari perusahaan modal ventura
daerah. Hasilnya adalah menunjukkan bahwa 10 PPU ingin meningkatkan mutu produk, memiliki tenaga kerja terlatih dan memperluas pemasaran. Sementara
10 PPU lainnya menginginkan kualitasmutu produknya meningkat, juga ingin membuat produk baru dan memperluas pasar serta permintaan bertambah.
Demikian pula 10 PPU juga ingin meningkatkan mutu produk, memiliki tenaga terlatih, bisa menghasilkan produk baru dan memperluas pasar. Dan PPU yang lain
pada umumnya ingin produknya berkualitas, punya tenaga terlatih, menghasilkan produk baru dengan mesin baru, sehingga permintaan bertambah dan pasar
meluas.
Matrik Kegiatan inovasi yang dilakukan PPU
Data kualitatif yang dipetakan dalam bentuk matrik di bawah ini merupakan deskripsi atau penjelasan terhadap kegiatan inovasi yang dilakukan
oleh 21 PPU yang dibiayai PMVD di Bandung, Yogyakarta, dan Medan tercakup dalam 6 kelompok usaha. Di bawah ini dapat dilihat peta kegiatan inovasi yang
dilakukan oleh 21 PPU dalam matrik data kualitatif.
Tabel 2. Matrik kegiatan inovasi yang dilakukan PPU di 3 PMVD
Jenis usaha Hasil inovasi
Nilai tambah Hambatan
1.Makananminu man
-Penghematan energi -Pengemasan produk
-Variasi rasa kue -Penyaring air minum
-Pasteurisasi jamur -Mengolah
limbah singkong
-Penghematan energi
mengurangi biaya
produksi -Meningkatkan kualitas
produk -Meningkatkan
penjualanpasar -Meningkatkan
nilai ekonomis
dan lingkungan
-Membentuk plasma jamur kumpulan usaha
jamur dalam badan hukum
-Menghasilkan
air minum menyehatkan
Banyak saingan, sehingga harus terus
meningkatkan kualitas produk inovasi,
memperluas pasar, dan menambah modal.
Tidakbelum ada lembaga litbang khusus
yang menangani budi daya jamur.
Mengajukan hak paten dan
merk dagang
membutuhkan biaya dan wkt lama
2010
142
2.Kerajinan ide
menciptakan model
baru, mendesain
sampai dengan
membuat contoh
sampel produk
-Meningkatkan mutu -Memperluas pasar
-Meningkatkan ilmu dan pengalaman
Untuk melakukan inovasi perlu modal lebih besar
3.Konveksi Ide membuat sprei
dari kain perca Ide membuat model
pakaian jadi Memanfaatkan
limbahsisa potongan kain
shg bernilai
ekonomis Perlu
modal untuk
membiayai inovasi.
Keterbatasan pemasaran 4.Permesinan
Membuat pegas dan mesin lain berkualitas
setara dengan mesin impor l bantalan
untuk meredam getaran dan
kebisingan, alat pengatur tekanan air,
-meredam kebisingan -eliminasi keretakan,
penghemat pemakaian air
-mengurangi
biaya produksi
5.Pupuk Mengolah bahan baku
tanah pegunungan
dengan mesin
menjadi pupuk
dolomit serbuk dan cisrite butiran
Menyuburkan tanah
terutama untuk jenis tanaman keras
Perlu modal untuk biaya produksi.
Utk jangka
panjang tergantung dr sumber daya alam
6.Perdagangan Jasa
Membeli peralatan untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan kesehatan
Meningkatkan : nilai ekonomis, pelayanan
kesehatan, dan menaikkan peringkat
tipe rumah sakit Perlu
modal untuk
membeli teknologiperalatan
ruang ICU
untuk meningkatkan pelayanan
Sumber : Hasil survey 2010 diolah tim
Dari matrik di atas menjelaskan bahwa PPU yang melakukan kegiatan inovasi pada 6 kelompok usaha, masing-masing kelompok usaha ada yang sudah
menghasilkan beragam inovasi dan nilai tambah. Pada umumnya nilai tambah yang dihasilkan itu berdampak pada nilai ekonomis meliputi peningkatan mutu
produk, dan pengurangan biaya produksi. Hal ini diharapkan dapat memotivasi PPU dalam meningkatkan dan mengembangkan usaha. Hambatan yang dihadapi
oleh PPU secara umum yang menonjol adalah faktor modal yang akan digunakan untuk pembiayaan usaha. Sedangkan faktor kualitas juga sangat diperlukan,
sehingga perlu melakukan inovasi.
Manfaat Pembiayaan Modal Ventura Terhadap Peningkatan Inovasi
Analisis mengenai manfaat pembiayaan modal ventura terhadap peningkatan inovasi di perusahaan pasangan usaha PPU dapat dilihat dari dua
2 aspek, yaitu: a. Aspek teknologi; b. Aspek ekonomi. Kedua aspek utama tersebut dengan berbagai karakteristiknya akan dianalisis guna mengetahui
keberhasilan pembiayaan modal ventura untuk meningkatkan inovasi di PPU.
2010
143
Parameter dari kedua aspek tersebut adalah:. a Aspek teknologi meliputi teknologi proses dan produk
Parameter yang akan digunakan adalah: a. sejauhmana perubahan teknologi itu terjadi di PPU; b. peningkatan kemampuan teknologi di PPU
kemampuan untuk memodifikasi dan mengembangkan teknologi yang digunakan kearah yang lebih efisien; c. menghasilkan produk yang baru
yang secara signifikan berbeda dengan produk yang sebelumnya.
b Aspek Ekonomi Parameter yang diukur adalah: a. nilai tambah dan produktivitas tenaga
kerja; b.adanya produk baru yang lahir yang dipengaruhi secara tidak langsung dari pembiayaan modal ventura.
Seluruh PPU yang menjadi obyek penelitian menyatakan bahwa jenis pembiayaan yang diminati adalah pola bagi hasil, dan tidak ada yang berminat
penyertaan saham langsung dan obligasi konversi. Pada tabel di bawah ini terlihat distribusi PPU berdasarkan jenis usaha dan pembiayaan bagi hasil yang diminati
adalah sebagai berikut.
Sumber: Hasil survey 2010 diolah tim
Gambar 2. Distribusi PPU Menurut Jenis Usaha dan Pembiayaan Yang Diminati
Pada gambar di atas terlihat bahwa jenis usaha pembiayaan bagi hasil yang diminati
PPU untuk
memperoleh pembiayaan
adalah untuk
usaha makananminuman
sebesar 42,8,
kemudian diikuti
jenis usaha
2010
144
perdaganganjasa 23,8, usaha kerajinan sebesar 19 dan usaha konveksi, permesinan dan pupuk masing-masing sebesar 4,8.
Berdasarkan hasil lapangan belum terlihat banyak adanya pemanfaatan modal ventura untuk kegiatan inovasi. Namun demikian tampak bahwa ada PPU
yang melakukan pengembangan penemuan baru untuk meningkatkan inovasi sebesar 14,3, yaitu jenis usaha makananminuman, konveksi dan pupuk.
Selanjutnya sebanyak 4,8 PPU melakukan penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya yaitu jenis usaha permesinan. Kemudian ada sebuah
perusahaan makananminuman yang melakukan penemuan baru, penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya. Dalam mengembangkan usahanya, PPU
sudah ada yang bekerjasamabermitra dengan perguruan tinggi, antara lain industri permesinan di bandung dengan ITB dan industri makanan di Sumatera
Utara dengan USU.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
a PPU belum sepenuhnya memanfaatkan pembiayaan modal ventura untuk inovasi, namun demikian dari hasil lapangan tampak bahwa ada PPU yang
melakukan pengembangan penemuan baru untuk meningkatkan inovasi sebesar 14,3, yaitu jenis usaha makananminuman, konveksi dan pupuk.
Selanjutnya sebanyak 4,8 PPU melakukan penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya yaitu jenis usaha permesinan. Kemudian ada
sebuah perusahaan makananminuman yang melakukan penemuan baru, penelitian dan rekayasa untuk pengembangan usahanya.
b Dalam meningkatkan usahanya, 25 dari 21 PPU ada yang menyatakan bermitra dengan pihak lain diantaranya dengan ITB, USU, dan litbang
pemerintah. c Inovasi yang dihasilkan mencakup dua jenis, yaitu inovasi produk inovasi
penyaringan air tanah menghasilkan air untuk kesehatan dan inovasi proses kerajinan: kap lampu, keripik singkong, pupuk, mesin;
perdaganganjasa. Dari inovasi yang dihasilkan tersebut ada yang mampu menciptakan energi panas dan pengolahan limbah singkong yang
berdampak
pada penyerapan
tenaga kerja
dan meningkatkan
perekonomian daerah.
Saran
a Perusahaan modal ventura PMV dan PMVD masih dibutuhkan oleh UKM dalam memperoleh pembiayaan, terutama dalam meningkatkan inovasi
dan mengembangkan usaha. b Perlu pembinaan yang berkaitan dengan kualitas SDM di UKM, agar mampu
meningkatkan kualitas produk dari hasil inovasinya. c PMV dan PMVD perlu mensosialisasikan tujuh point penting kepada UKM,
agar mereka mengetahui bahwa ada kegiatan penemuan baru atau penelitian dan rekayasa yang bisa dibiyai.
2010
145
DAFTAR PUSTAKA
ADB. 2009. Membangun Potensi Sumber Daya Keuangan Dalam Negeri Indonesia: Peran Lembaga Keuangan Non-Bank. Websi
ADB. 2009. Membangun Potensi Sumber Daya Keuangan Dalam Negeri Indonesia: Peran Lembaga Keuangan Non-Bank. Website:
www.worldbank.orgid Akses Februari 2009
Avnimelech, Gil and Teubal, Morris. 2003. From Direct Government Support Of Innovative Sme’s To Venture CapitalPrivate Equity VcPe: A Three Phase Policy Model based on
the Israeli
Experience .www.sofofa.clBIBLIOTECA_ArchivosTecnologia20040316_teubal.ppt Akses
Februari 2009 Bahana Artha Ventura, PT. 2009. Industri Modal Ventura di Indonesia. Jakarta.
Bishop, Bob. 1996. Venture Capital in The United Kingdom, dalam Venture Capital and Innovation. OECD. Paris.
Chelimsky, Eleanor. 1989. Program Evaluation, Patterns and Directions, Second edition. Washington DC : The American Society for Public Administration.
Fox, James W. 1996. The Venture Capital Mirage Assessing USAID Experience With Equity Investment. USAID Program and Operations Assessment Report No. 17.
www.usaid.govpubsusaid_evalpdf_docspnaby220.pdf Akses Februari 2009 Ikhwan, Andi. 2001.Strengthening venture capital company as a source of mid-term finance
for sme in Indonesia bahasa indonesia. ADB Technical Assistance: SME Development
State Ministry
for Cooperatives
SME. www.bappenas.go.idindex.php?module=Filemanagerfunc=download
pathext=ContentExpressview...venture20capital, Akses Februari 2009 Ivanka, Natalyia V, Creswell, John W, Stick, Sheldon L. Using Mixed-Methods Sequential
Explanatory Design : From Theory to Practice. University of Alabama at Birmingham, University of Nebrasca-Lincoln. Field Methods, Vo. 18 No. 1 February 2006.
John M. Owen. 1999. Program Evaluation Forms and Approaches. London : Sage Publication.
Jones, Charles O. 1977. An Introduction to The Study of Public Policy, Third edition. California : Cole publishing Company.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 1251KMK.0131988 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan. 1988. Jakarta.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : 58KMK.0171999 Tentang Pengawasan Kegiatan Perusahaan Modal Ventura Daerah. 1999. Jakarta
Keputusan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 31KEPM.KUKMIV2002
Tentang Rencana
Tindak Jangka
Menengah Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah RTJM-UKM
2010
146 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga
Pembiayaan.1988. Jakarta. Malaysian Venture Capital Development Council.
www.mcdc.com.mydetails diakses 10 Maret 2010
OECD, 1996. Venture Capital and Innovation. Paris Prelipcean, Gabriela and Boscoianu , Mircea .2005. Venture Capital Strategies for
nnovative SME’s.
University Stefan
cel Mare
Suceava. steconomice.uoradea.roanalevolume2008v4-management-marketing093. pdf
– Akses Februari 2009. Puguh. 2001. Peran strategis modal ventura bagi perkembangan usaha kecil.
www.pusatartikel.comindex.php?printid:1016,pdf Akses Februari 2009
Rahayu, Sri Lestari, 2005. Analisis Peranan Perusahaan Modal Ventura Dalam Mengembangkan UKM di Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan. Edisi Khusus.
Jakarta. Saputra dkk. 2008. Studi Inovasi Industri Farmasi. LIPI Press 2008
Solomon, Adam, 1996. Venture Capital in The United States, dalam Venture Capital and Innovation, OECD. Paris.
Wardoyo. 2006.
Modal Ventura
Salah Satu
Alternatif Pembiayaan
Ukmk. wardoyo.staff.gunadarma.ac.idPublicationsfiles200modal+ventura.pdf
Akses Februari 2009.
Yasui, Masaya, 1996. Venture Capital in Japan dalam Venture Capital and Innovation. Organisation For Economic Co-operation and Development OECD. Paris.te:
www.worldbank.orgid Akses Februari 2009
2010
147
KEMITRAAN LEMBAGA LITBANG DENGAN INDUSTRI DALAM MENDUKUNG DAYA SAING: KASUS UPT BPPTK DAN PUSLIT KIMIA
LIPI
Iin Surminah, Aziz Taba Pabeta, Achmad Fatony, dan Purnama Alamsyah
Pusat Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
ABSTRAK
Program dan kegiatan Lembaga Litbang perlu diarahkan dan berorientasi pada pemecahan masalah industri melalui kemitraan yang saling
menguntungkan win-win solution. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah: 1 memetakan cara-cara membangun kemitraan antara Lembaga
Litbang dengan Industri; faktor-faktor yang mendukung terbangunnya kemitraan antara lembaga litbang dengan industri; apakah dalam membangun
kemitraan telah mempertimbangkan daya saing; dan kendala-kendala kemitraan antara lembaga litbang dengan industrikhususnya unit litbang
dan 2 merumuskan konsep kemitraan Lembaga Litbang dengan industri dalam mendukung daya saing. Kemitraan yang dibangun oleh Puslit Kimia-
LIPI dan UPT BPPTK-LIPI didasarkan pada hasil penelitian dan pengembangan litbang, kemudian dari hasil litbang tersebut dimitrakan
dengan pengguna industryUKMmasyarakat. Kemitraan yang dibangun didasarkan pada program dan kegiatan litbang yang telah direncanakan
terlebih dahulu, baik yang didasarkan pada justifikasi para peneliti maupun kebutuhanpemecahan masalah yang dihadapi industryUKMmasyarakat.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Soft Systems Methodology SSM yang didasarkan pada kategorisasi kemampuan organisasi litbang dalam
membangun kemitraan dengan Industri untuk mendukung daya saing. Penggunaan SSM untuk menganalisis permasalahan yang tidak terstruktur
seperti yang terjadi antara Lembaga Litbang dengan Industri. Belum terbangunnya permasalahan dengan jelas dan terdefinisikan dengan baik,
dianggap sesuai dengan pendekatan Soft Systems Methodology SSM, yang menggunakan pendekatan secara sistemik dengan model-model sistem
Checkland 1993. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1. Pada umumnya peneliti yang bekerja sangat concern untuk mendapatkan hasil
yang terbaik, tetapi kurangbelum memperhatikan masalah keekonomian bila hasil litbangnya akan diaplikasikan dalam bisnis; 2. Pengembangan jejaring
ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai suatu konsekuensi dari sifat ilmu pengetahuan dan teknologi yang universal dan dinamis tidak dapat dibatasi
sekat-sekat administratif; 3. Kemampuan dan pengalaman Puslit dan UPT perlu peningkatan lagi untuk sampai pada tahap dimanfaatkan oleh pihak
industry,
karena kemitraan
yang terbangun
hanya membantu
mengembangkan industri kecil dan masyarakat yang bersifat jangka pendek.;
2010
148 4. Sebagai unit penelitian, pengembangan, penerapan, dan perekayasaan
hasil litbang harus secara terencana untuk membangun kemampuan dan keahlian disertai pengalaman, program konsultasi, program kontrak riset,
pembinaan teknis, sampai pada inovasi teknologi untuk produk baru unggulan yang berdaya saing.
Kata Kunci: Kemitraan, Lembaga Litbang, Daya Saing
PENDAHULUAN
Undang-Undang No. 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi SINASIPTEK,
pada intinya mengamanatkan bahwa pembangunan ekonomi harus didukung oleh peran ilmu pengetahuan dan teknologi iptek. Salah satu amanat dalam Undang-
Undang tersebut terbangunnya interaksi unsur lembaga litbang, perguruan tinggi dengan industriUKM. Unsur lembaga litbang dan perguruan tinggi sebagai
pemasok iptek, sedangkan pihak industriUKM sebagai pengguna iptek.
Peran iptek sekaligus perekat dalam membangun kemitraan, yang diharapkan menghasilkan berbagai inovasi untuk dimanfaatkan oleh pihak
industriUKM agar produknya mampu bersaing di pasar bebas. Sehingga dapat mendorong percepatan pembangunan ekonomi nasional.
Berbagai upaya dilakukan oleh lembaga litbang sebagai pemasok iptek, termasuk merumuskan dan menformulasikan konsep-konsep inovasi iptek yang
dapat menjawab dan membantu pemecahan permasalahan di industriUKM. Namun
hingga memasuki
era globalisasi
ini tampak
dengan nyata
ketidakberdayaanketidakmampuan lembaga litbang mengambil peran-peran yang strategis tersebut, dan hal ini nyaris kehilangan kepercayaan rakyat, industri
dan Pemerintah.
Di negara-negara maju, peran lembaga litbang sangat strategis dalam menghasilkan produk industri yang inovatif, unggulan untuk meningkatkan
pembangunan ekonomi dan menguasai pasar bebas dunia. Salah satu kelemahan industri dalam negeri adalah mempertahankan dan mengamankan pasar
domestik. Dukungan hasil litbang yang inovaif tidak kunjung dapat membantu produk industri agar mampu bersaing dengan produk impor, juga dalam waktu
yang sama tidak mampu mengantisipasi pasar bebas dunia yang terbuka luas untuk berkompetisi dengan produk dari berbagai negara.
Sejak diberlakukannya perdagangan bebas di kawasan ASEAN AFTA pada tahun 2003, Asia pasific APEC mulai 20032008, CAFTA China Asean Free Trade
Agreement mulai 2010 menjadi tantangan terbesar bagi bangsa Indonesia. Strategi membangun kemitraan lembaga litbang dengan industriUKM harus lebih
dijamin melalui langkah-langkah yang strategis yang didukung oleh kebijakan nasional tentang kemitraan menuju daya saing produk industri indonesia.
Dalam kemitraan Lembaga Litbang dengan industriUKM dan masyarakat diperlukan berbagai pendekatan agar diperoleh informasi yang meyakinkan
2010
149
bahwa hasil litbang mampu dan dapat memenuhi kebutuhan dan pemecahan permasalahan industriUKMmasyarakat. Beberapa pendekatan yang banyak
dilakukan di negara-negara industri maju perlu diadopsi, dan didukung regulasikebijakan dan respon langsung Pemerintah.
PERMASALAHAN
Berbagai permasalahan dari hasil penelitian ini yang dikemukakan sebagai gambaran yang perlu disikapi oleh pihak-pihak terkait terutama dalam
membangun kemitraan yang saling menguntungkan. Permasalahan dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut
1. Belum terumuskannya program pengembangan yang dapat dihasilkan oleh UPT BPPTK sebagai produk teknologi yang dapat diterima oleh pihak
industriUKM maupun masyarakat umum. Program pengembangan tampaknya belum cukup untuk diandalkan sebagai produk teknologi yang
dapat mitrkan dengan industriUKM maupun masyarakat;
2. Belum menggambarkan sejauh mana modal usaha dan investasi yang diperlukan untuk membangun teknologi dan harga yang pantas untuk
bersaing di pasar bebas. Selain itu produk teknologi yang ditawarkan belum dibekali standar mutu yang bertaraf nasional bahkan internasional
sesuai era global yang penuh persaingan dan kompetisi.
3. Bagi pihak industriUKM dan masyarakat umum, memerlukan produk pengembangan dari produk yang selama ini sudah diproduksi. Sebab
dengan produk yang sudah ada dan dilakukan inovasi teknologi tidak terlalu sulit bagi industriUKM untuk menerima penawaran dari Puslit
Kimia dan UPT BPPTK.
4. IndustriUKM dan masyarakat umum belum dapat menerima dan menjadikan produk pengembangan teknologi sebagai solusi membangun
usahanya. Oleh karena itu Puslit Kimia dan UPT BPPTK perlu dalam menyusun program pengembangan melakukan kajian tentang sejauh mana
produk tersebut masih memiliki potensi dan peluang untuk dikembangkan di mana mutu dapat ditingkatkan untuk kemudian mampu bersaing di
pasar bebas.
5. IndustriUKM yang selama ini bergerak dalam produk yang sudah di pasarkan, tidak begitu mudah dapat menerima produk teknologi yang
ditawarkan oleh lembaga litbang untuk suatu produk baru, yang diperlukan berbagai investasi dan hal ini sulit dapat dipenuhi oleh industriUKM dan
masyarakat umumnya.
6. Pihak industri
tampaknya lebih
siap menerima
pengembangan produkteknologi, sebagai contoh UKM Produk Kacang dan Mete serta
Gudeg dalam kemasan. Keduanya adalah produk yang sudah lama di pasarkan, namun memerlukan inovasi teknologi untuk meningkatkan nilai
tambah produknya dan daya saingnya di pasar bebas sesuai tuntutan era global.
2010
150
TUJUAN PENELITIAN
Sebagai upaya mencari solusi dari permasalahan dalam membangun kemitraan lembaga litbang pemerintah dengan industriUKM terutama dalam
menghadapi era globalisasi yang menuntut berbagai persyaratan mutu produk dan pelayanan yang berdaya saing, sehingga tujuan penelitian ini adalah :
1. Memetakan cara-cara membangun kemitraan antara Lembaga Litbang dengan Industri;
2. Faktor-faktor yang mendukung terbangunnya kemitraan antara lembaga litbang dengan industri;
3. Pertimbangan daya saing dalam membangun kemitraan dan kendala- kendala yang dihadapi dalam membangun kemitraan antara lembaga
litbang dengan industri. 4. Merumuskan konsep kemitraan Lembaga Litbang dengan industri dalam
mendukung daya saing.
KERANGKA PIKIR PENELITIAN
Lembaga litbang yang berorientasi pada hasil outcome dan mampu menjawab kebutuhan dunia bisnis khususnya Industri pangan terutama dalam
meningkatkan daya saing industri di pasar bebas merupakan suatu keharusan. Lembaga litbang yang didukung sumber daya manusia yang memiliki disiplin ilmu
pengetahuan, pengalaman penelitian, inovator-inovator yang unggul, profeional baru
berpeluang membangun
dan memiliki
tradisikultural keilmuan.
Keterbukaan dalam menawarkan hasil litbang salah satu cirikarakteristik yang dimiliki lembaga litbang.
Fenomenakejadian yang bersifat kualitatif yang berperan dalam membentuk kemitraan menjadi sorotan dalam penelitian ini dengan menggunakan
metode kualitatif. Metode kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bagdan 1993:5 adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa metode kualitatif lebih menekankan pada
hasil pengamatan dan pemahaman secara holistik mengenai berbagai gejala, fenomena dan tingkah laku pihak-pihak terkait dalam membentukmembangun
kemitraan yang saling menguntungkan ke dua pihak.
Dari pengertian kemitraan dikemukakan bahwa kemitraan itu terjadi pada pihak-pihak terkait, saling membutuhkan, perkongsian, persekutuan, win-win
solution dilain pihak kebutuhan industri dapat diketahui oleh unit litbangUPT. Pihak lembaga litbang harus mampu memberi jaminan kepada pihak industri
bahwa hasil litbang inovasi teknologi mampu meningkatkan kualitas produk industri yang berdaya saing sesuai kebutuhan industri. Kedua pihak sama-sama
berkomitmen untuk masing-masing memenuhi kewajibannya untuk terbentuknya kemitraan tersebut Gambar 3.1.
2010
151
Dari gambar 1 tersebut, diperlihatkan suatu bentuk struktur kemitraan antara lembaga litbang dengan Industri. Dari gambar tersebut terdapat dua
lingkaran besar yang pertama Unit LitbangUPT sebagai pemasok inovasi teknologi, dan kedua Unit Industri sebagai pengguna inovasi teknologi yang
ditawarkan oleh Unit LitbangUnit Pelaksana Teknis.
Dari dua lingkaran besar tersebut terdapat satu lingkaran yang berfungsi sebagai penghubung yang disebut kerjasama co-operation yang berfungsi
membangun kemitraan dengan hasil litbanginovasi teknologi yang dihasilkan melalui unit inovasi. Kerjasama ini pada umumnya dilakukanfungsi dari pimpinan
unit litbangUPT dan Industri. Secara komprehensif kerjasama ini mendapat masukan dari hasil yang dilakukan unit litbang untuk menjawab kebutuhan
industri, pengalaman para peneliti dari hasil litbang, juga kebutuhan industri yang disampaikan kepada pimpinan Unit LitbangUPT, profesional baru, dan inovator-
inovator serta unggulan masa depan.
Gambar 1. Pola Pikir Penelitian
Kedudukan unit inovasi teknologi dan disiplin-disiplin merupakan bagian dari unit litbangUPT yang sangat berperan dalam menghasilkan inovasi teknologi.
Unit inovasi teknologi dengan disiplin-disiplin terjadi secara interaktif untuk saling memberi informasi terkait dengan kegiatan inovasi teknologi. Unit inovasi
teknologi juga didukung penuh hasil konsultasi, yang selalu dilakukan unit litbang untuk melakukan konsultasi pada pihak industri. Unit litbang ini merupakan
representasi dari disiplin-disiplin yang ada di dalam organisasi Unit litbangUPT Puslit Kimia dan BPTK. Hal yang menarik dari bentuk struktur inovasi teknologi
ini tampak kewajiban para peneliti untuk menghasilkan litbang atau pengalaman litbang yang mendukung kemitraan. Selain hasil konsultasi unit litbangUPT dan
pengalaman para peneliti, juga kemitraan yang strategis dengan hasil kinerja baru dan secara konsisten oleh unit litbangUPT yang dapat memberikan inovator-
inovator dan unggulan masa depan bagi pihak Industri.
DISIPLIN PUSLIT KIMIA
DAN BPTK Kerja
sama i
INDUSTRI Unit Litbang
DISIPLIN
DISIPLIN
Kemitraan Terbatas
Unit-unit Industri
Konsultasi Unit LitbangUPT
Kebutuhan
Pengalaman Peneliti Profesional Baru
Unggulan2 dan Inovator2 Masa
Depan
2010
152
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, digunakan metode kualitatif analitik dengan
pendekatan Soft System Methodology SSM untuk melihat Kemitraan Lembaga
Litbang dengan ndustri yang mengambil kasus UPT BPPTK-LIPI dan Puslit Kimia LIPI. Penelitian kemitranaa ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan UPT
BPPTK dan Puslit Kimia-LIPI dalam membangun kemitraan dengan industriUKM. Penggunaan SSM dalam penelitian ini terutama menekankan pada permasalahan
situasi yang belum terstruktur problem situation unstructure yang dihadapi oleh organisasi maupun SDM yang ada di dalamnya. Terutama dalam penggunaan SSM
untuk menyoroti peran pimpinan unit litbang maupun industri yang disebut sebagai aktor-aktor dalam membangun kemitraan.
Suatu pendekatan yang menyeluruh, komprehensif, bersistem dan analitik seperti dikemukakan Peter Checkland dan Jim Scholes 1990 sebagai pendekatan
Soft Systems Methodology SSM yang didasarkan pada kategorisasi kemampuan organisasi dalam membangun kemitraan antara lembaga litbang dengan Industri.
SSM secara sistemik dengan model-model sistem Checkland 1993 digunakan untuk menganalisis permasalahan yang belum terstruktur seperti diungkapkan di
atas dari Puslit Kimia maupu UPT BPPTK yang sudah banyak membangun kemitraan dengan Industri. Pengembangan model SSM terhadap permasalahan
yang belum terstruktur seperti tampak pada gambar 1, dengan penggalian permasalahan yang belum terstruktur dengan mendiskusikan secara intensif
dengan pihak terkait atau aktor-aktor di dalamnya, membandingkan konsep systems thinking dengan dunia nyata real world, dan melakukan penyelesaian
masalah secara bersama Raharja 2009.
Gambar 2 Tahapan SSM
Pendekatan SSM seperti dalam gambar 1, terdapat 7 tujuh tahapan dalam menyelesaikan permasalahan kemitraan antara lembaga litbang sebagai penyedia
2010
153
iptek dan SDM dengan pihak IndustriUKM sebagai pengguna hasil litbang atau iptek. Ketujuh tahapan ini meliputi : 1 Pada tahap pertama ini merupakan tahap
penggambaran situasi rich picture permasalahan yang belum terstruktur dari kondisi lembaga litbang dan industri, yaitu menguraikan menyikapi permasalahan.
Berbagai persepsi situasi permasalahan dikumpulkam dari aktor-akor dengan berbagi peran dalam situasi permasalahan yang terjadi. Wawancara dengan aktor
pengambil keputusan dalam penentuan program litbang sampai hasil dapat diterima oleh pihak Industri; 2 Tahap ke dua dibahas dan diolah dari hasil
wawancara pada tahap pertama. Fenomena yang terjadi antara kedua pihak yang membentuk
dan menguatkan
kemitraan maupun
kendala kemitraan
diformulasikan sebagai pernyataan permasalahan. Pernyataan permasalahan dapat distrukturkan diformulasikan sehingga jelas pembentuk kemitraan dan
kendalanya. Dari tahap 1 dan 2 ini disebut dunia nyata real world mengingat struktur permasalahan dibangun dari kondisi nyata real situation. 3 Tahap ke
tiga dari pernyataan permasalahan the problem expressed didefinisikan sebagai sistem yang relevan. Tahap ke tiga ini disebut sebagai definisi akar permasalahan
sebagai sistem yang relevan. Memformulasikan pandangan tertentu atas situasi dengan menguraikan sifat yang sesuai dengan pandangan atau perspektif yang
relevan dengan situasi permasalahan kemitraan yang dihadapi kedua pihak. Dalam langkah kedua ini diuraikan berbagai perspektif dan ekspresi para aktor sesuai
dengan peran masing-masing dalam situasi. 4 Tahap ke empat menganalisis model-model konseptual yang menghasilkan konsep sistem formal dan berpikir
sistem yang kiranya dapat diimplementasikan sebagai upaya kemitraan antara lembaga litbang dengan industri. Proses transformasi menggambarkan aktivitas
dalam sistem dan urutan yang dibutuhkan untuk berlangsungnya proses transformasi terbentuknya kemitraan. 5 Tahap ke lima, membandingkan model
konseptual dengan pernyataan permasalahan yang telah terstruktur dari masalah kemitraan. Model konseptual sebagai hasil dari systems thingking dengan
pernyataan permasalahan dari kondisi nyata. Pada tahap ini model konseptual pada langkah ketiga, diajukan dalam suatu diskusi dengan aktor-aktor. 6 Tahap
ke enam definisi atau menetapkan perubahan yang mungkin diinginkan dan layak. Dari hasil analisis dan pandangan para aktor-aktor dapat ditetapkan perubahan
yang diinginkan untuk mendukung terwujudnya suatu bentuk kemitraan dengan berbagai persyaratan. Ke tujuh, dengan sendirinya dari tahap 6 ini kedua pihak
unit litbang dengan pihak industri harus menyikapi sintesa dari tahap 5 dan 6 sebagai upaya melakukan tindakan penyelesaian atau perbaikan situasi
permasalahan sebagai upaya nyata dalam meningkatkan daya saing menghadapi era global tersebut. Dengan demikian membangun kemitraan bukan tujuan akhir
tetapi meningkatkan daya saing produk industri sebagai tujuan akhir dalam membangun kemitraan.
Lokasi Penelitian
Penelitian mengambil lokasi di Puslit Kimia-LIPI di Bandung dan di UPT BPTK- LIPI di Yogyakarta. Sedangkan Industri terkait juga diusahakan berada
pada daerah yang sama sehingga dengan mudah dapat dijangkau oleh para peneliti. Pengambilan lokasidaerah penelitian sangat ditentukan pada letak unit
2010
154
litbang yang beraktivitas di daerah tersebut dengan orientasi litbang pada bidang industri pangan. Puslit Kimia-LIPI dan UPT BPTK-LIPI keduanya banyak bergerak
dan menghasilkan litbang pada industri pangan yang sudah banyak dikerjasamakan dengan pihak pengguna khususnya dunia bisnis.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dan informasi sangat ditentukan dan bergantung pada metode penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini digunakan
pendekatan soft systems methodology SSM, yang pendekatannya meliputi 7 tujuh tahapan yang sudah mencakup pengumpulan data dan informasi,
pengelohan, dan analisis. Dari tujuh tahapan tersebut, tahap pertama dan kedua dapat dikategorikan sebagai teknik pengumpulan data. Kedua tahap tersebut
dimulai dengan observasi dan pengumpulan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan hasil penelitian maupun bentuk kemitraan yang sudah diwujudkan dan
wawancara mendalam dengan responden yang dikenal sebagai aktor-aktor pengambil keputusan pada kedua pihak yang bermitra yaitu pimpinan dan pejabat
struktural serta para peneliti. Tahap ketiga adalah pembentukan model konseptual tentang kemitraan antara Puslit Kimia-LIPI dan UPT BPPTK-LIPI dengan industri.
Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
Data dan informasi dari hasil wawancara diolah berdasarkan fokus pengamatan menurut teori untuk menentukan faktor pembentuk kemitraan,
kendala dan pendorong terbentuknya kemitraan. Teknik pengolahan sesuai dengan tahap ketiga sampai tahap ke tujuh sesuai pendekatan SSM. Dari hasil
pengumpulan data dan informasi akan ditranskripkan, dipilah, dan dikategorisasi agar dapat diperlakukan sebagai data dan informasi. Tahapan pengolahan dalam
pendekatan SSM terkait pada tahap ke tiga, pendefinisian sesuai sistem yang relevan, yang disebut sebagai definisi akar permasalahan sesuai sistem yang
relevan. Membangun definisi akar permasalahan yaitu memformulasi pandangan tertentu atas situasi dengan menguraikan sifat yang sesuai dengan pandangan atau
perspektif yang relevan dengan situasi permasalahan kemitraan yang dihadapi kedua pihak. Definisi akar permasalahan yang relevan ini sebagai bahan masukan
dalam penyusunan model-model konseptual yang mengambarkan bentuk kemitraan antara Lembaga Litbang dan Industri, faktor-faktor pembentuk dan
kendalanya.
Selanjutnya dilakukan analisis model-model konseptual yang menghasilkan konsep sistem formal dan berpikir sistem lain yang dapat diimplementasikan
sebagai upaya kemitraan antara lembaga litbang dengan industri. Model konseptual tersebut menggambarkan sistem sesuai dengan definisi akar
permasalahan. Sistem dalam gambar tersebut menerima input dan menghasilkan output dalam proses transformasi baik internal kedua pihak maupun eksternal
terutama antara kedua pihak yang saling membutuhkan. Proses transformasi menggambarkan aktivitas dalam sistem dan urutan yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya proses transformasi tersebut terbentuknya kemitraan. Masih
2010
155
dalam konteks analisis yaitu membandingkan model konseptual dengan pernyataan permasalahan yang telah terstruktur dari masalah kemitraan antara
lembaga litbang dan industri.
Model konseptual sebagai hasil dari systems thingking dengan pernyataan permasalahan dari real condition. Model konseptual yang telah dibuat, diajukan
dalam suatu diskusi dengan reaponden. Beberapa pertanyaan penting antara lain apakah aktivitas dalam model sesuai dengan dunia nyata, dan bagaimana model
sistem bekerja. Masih dalam analisis yaitu mendefinisikan atau menetapkan perubahan yang mungkin diinginkan dan layak. Disini hasil analisis dan pandangan
para aktor-aktor dapat ditetapkan perubahan yang diinginkan untuk mendukung terwujudnya suatu bentuk kemitraan dengan berbagai persyaratan. Dalam langkah
ini ditentukan perubahan yang mungkin terhadap situasi permasalahan kemitraan antara unit litbangUPT dengan industri, yang dihasilkan melalui diskusi antar
aktor dalam tiga macam perubahan, yaitu: 1 perubahan prosedur dalam perbaikan aktivitas dalam struktur yang ada, 2 perubahan struktural dalam
bentuk re-grouping organisasi, tugas pokok, kewenangan dan tanggung jaawab, 3 perubahan sikap dan kultur dalam bentuk pembelajaran, perubahan nilai,
norma dan cara berpikir. Sebagai tahapan analisis terakhir, yaitu tindakan penyelesaian atau perbaikan atas kondisi permasalahan. Dari hasil analisis tahap
akhir ini dengan perbaikan atas kondisi permasalahan yang mendukung terwujudnya kemitraan yang strategis. Dalam hal ini dilakukan koreksian
perubahan dalam bentuk implementasi model sebagai hasil analisis terbentuknya struktur kemitraan antara unit litbangUPT dengan Industri.
Secara umum penelitian dengan pendekatan SSM dimulai dari pengumpulan data dan pembuatan model konseptual sebagai bentuk kemitraan
yang dapat diimplementasikan oleh lembaga litbang dengan industri sesuai mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menggambarkan situasi permasalahan yang diilustrasikan dengan Rich Picture
Diagram dan mengumpulkan data aktivitas-aktivitas Kepala Pusat Penilitian di Lingkungan LIPI, para peneliti LIPI dan manajer pemilik usahaindustri dalam
membangun kemitraaan yang berdaya saing dengan melihat 3 kemampuan teknologi yang dikemukakan oleh Lall 1992.
2. Membangun model-model aktivitas bertujuan atau model konseptual yang
dilengkapi dengan definisi yang jelas dari aktivitas bertujuan root definition dan pengujian kinerja.
HASIL DAN BAHASAN UPT BPPTK -LIPI
Produk Puslit Kimia dan UPT BPPTK LIPI tercermin dalam perencanaan program yang setiap tahun dilakukan oleh para peneliti yang berlokasi di
Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Visi dan misi organisasi ini tetap menjadi dasar dalam pengembangan ide dan programnya.
2010
156
UPT BPPTK melakukan pengembangan teknologi untuk suatu produk yang telah ada di pasaranindustri atau menciptakan produk baru yang ditawarkan
kepada pelaku bisnis maupun masyarakat yang berminat. Beberapa hasil pengembangan antara lain :
1. Pembuatan pakan ternak bermitra dengan Pusat Inovasi dan kelompok