Klasifikasi Rajungan Morfologi Rajungan Jenis Daging Rajungan

meskipun demikian resiko ini dapat dikelola dengan upaya rekayasa yang sedemikian rupa. Riset dan teknologi dapat menjanjikan pengelolaan lingkungan secara baik dan benar dengan diikuti kepatuhan manusianya. Untuk itu perlu pemikiran yang komperhensif tentang pemanfaatan sumberdaya perikanan dan bagaimana strategi pengelolaannya supaya dapat dicapai keserasian antara manusia sebagai pengguna dan lingkungannya. Salah satu contoh pemanfaatan hasil sampingan industri rajungan adalah dengan pengelolaan cangkang menjadi kitin-kitosan seperti pada penelitian Susanto, et.al 1997, permintaan yang semakin meningkat dari komoditas rajungan, berarti meningkat pula volume limbah yang dihasilkan. Limbah tersebut berupa kulit atau cangkang yang mudah sekali busuk sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Selanjutnya dijelaskan dalam Susanto et.al 1997, bahwa limbah padat proses pengolahan rajungan yang berupa cangkang dapat dimanfaatkan menjadi kitin , sehingga mempunyai nilai tambah value added dan membantu masalah ekologis, yang selanjutnya kitin sangat berguna di bidang mikrobiologi, farmasi, pangan, gizi dan penanganan limbah.

2.3. Aspek Biologi Rajungan

2.3.1. Klasifikasi Rajungan

Gambar 2. Rajungan Portunus pelagicus sumber: www.oceansatlas.org Menurut Soim 1999, klasifikasi rajungan adalah sebagai berikut : Phillum : Arthropoda Class : Crustacea Sub Class : Malacostraca Ordo : Decapoda Sub Ordo : Brachyura Famili : Portunidae Sub Famili : Portuninnae Genus : Portunus Spesies : Portunus pelagicus Jumlah jenis rajungan dan kepiting crabs yang tergolong famili portunidae di perairan Indonesia diperkirakan melebihi 1000 jenis. Portunidae adalah salah satu famili rajungan dan kepiting yang memiliki pasangan kaki jalan di mana pasangan kaki kelimanya berbentuk pipih dan melebar pada ruas yang terakhir distal. Famili portunidae sebagian besar hidup di laut, perairan bakau atau perairan payau Soim, 1999.

2.3.2. Morfologi Rajungan

Rajungan adalah kepiting kuat dan mempunyai kemampuan berenang cepat sehingga dapat berimigrasi jauh kedalam air. Hal ini disebabkan karena rajungan mempunyai potongan-potongan kaki berbentuk dayung dan pada siang hari rajungan melintang di dalam pasir dan hanya matanya saja yang kelihatan Ismanaji, 1995. Ukuran rajungan yang terdapat di alam sangat bervariasi tergantung wilayah dan musim. Perbedaan yang mencolok antara jantan dan betina terlihat jelas, dimana pada rajungan jantan mempunyai ukuran tubuh lebih besar, sapitnya pun lebih panjang daripada betina. Warna dasar pada jantan adalah kebiru-biruan dengan bercak-bercak putih terang, sedangkan pada betina berwarna dasar kehijau-hijauan dengan bercak-bercak putih agak suram Kordi, 1997

2.3.3. Jenis Daging Rajungan

Gambar 3. Jenis Daging Rajungan sumber : diolah dari www.dpi.qld.gov Menurut Marten dan Flick 1990 daging rajungan dapat dibagi menjadi 5 jenis, masing – masing dengan harga yang berbeda : 1 Lump : Daging yang berasal dari daerah dua ruas dada terakhir dekat ruas abdomen , jika masih utuh disebut jumbo jika kondisinya pecah disebut lump atau backfin 2 Flake : Daging dari daerah ruas – ruas dada didepan yang bentuknya besar atau disebut reguler lump 3 Special : Daging pecahan dari reguler lump yang bentuknya lembut. 4 Claw : Daging dari dua kaki cupit dan dari kaki jalan atau kaki renang 5 Deluxe : Daging campuran dari lump dan flake

2.3.4. Ciri Rajungan