Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keanekaragaman dan Nilai Tambah Produk Product Value Added
Menurut Susilowati 2006, keragaman pangan yang berasal dari bahan ikan nampak masih relative kurang. Masyarakat umum tahunya ikan adalah sebagai lauk
pauk saja dan belum lazim menganggap ikan sebagai makanan tambahan atau camilan. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya riset dan pengembangan secara serius
mengikuti perkembangan pasar yang bersamaan peningkatan pada penanganan pasca panen guna penyerapan nilai tambah value added yang lebih besar.
Dari produksi ikan yang ada sebagian besar langsung didistribusikan segar atau mentah 60, kering atau asin 24 dan dengan perlakuan akan tetapi masih
dalam bentuk segar 10. Melihat perlakuan pasca produksi tersebut maka sebenarnya produksi perikanan ini dapat ditingkatkan nilai tambahnya value added
terlebih dahulu sebelum didistribusikan ke pasar. Susilowati, 2006
Dijelaskan oleh Agustini dan Swastawati 2003 bahwa diversifikasi ada dua macam yaitu : pertama, diversifikasi horizontal yaitu pemanfaatan berbagai jenis ikan
untuk diolah menjadi jenis produk olahan tertentu dan kedua, diversifikasi vertikal yaitu pemanfaatan jenis ikan tertentu menjadi berbagai jenis produk olahan.
Selanjutnya Agustini dan Swastawati 2003 menerangkan bahwa penganekaragaman produk olahan hasil perikanan yang dalam hal ini disebut sebagai
produk Value-added dapat dilakukan dengan menggunakan bahan baku ikan segar yang ditambahkan dengan beberapa bahan tambahan lain, seperti tepung tapioka atau
terigu, telur, sera bumbu-bumbu seperti lada, bawang putih, bawang bombay serta bumbu tambahan lainnya yang kesemuanya berfungsi sebagai penambah rasa dan
aroma.
2.2. Pemanfaatan Hasil Sampingan Industri Industrial Waste Management
Waste adalah segala sesuatu yang tidak memberikan nilai tambah terhadap
keinginan dan kebutuhan konsumen. Banyak sekali proses atau kegiatan yang terjadi pada saat menghasilkan value added yang sebenarnya merupakan waste. Suatu
penelitian di perusahaan-perusahaan manufaktur kelas dunia menunjukkan bahwa untuk menghasilkan 1 point value added terjadi 200-300 point waste. Di perusahaan-
perusahaan biasa, angka perbandingannya bisa mencapai 1 point value added = 10. 000 point waste.
www.pqm-iris.co.id Pentingnya pengelolaan lingkungan dengan manajemen resiko menurut
Susilowati, 2006, kemungkinan adanya kerusakan lingkungan tidak dapat dihindari,
meskipun demikian resiko ini dapat dikelola dengan upaya rekayasa yang sedemikian rupa. Riset dan teknologi dapat menjanjikan pengelolaan lingkungan secara baik dan
benar dengan diikuti kepatuhan manusianya. Untuk itu perlu pemikiran yang komperhensif tentang pemanfaatan sumberdaya perikanan dan bagaimana strategi
pengelolaannya supaya dapat dicapai keserasian antara manusia sebagai pengguna dan lingkungannya.
Salah satu contoh pemanfaatan hasil sampingan industri rajungan adalah dengan pengelolaan cangkang menjadi kitin-kitosan seperti pada penelitian Susanto,
et.al 1997, permintaan yang semakin meningkat dari komoditas rajungan, berarti
meningkat pula volume limbah yang dihasilkan. Limbah tersebut berupa kulit atau cangkang yang mudah sekali busuk sehingga dapat menimbulkan pencemaran
lingkungan. Selanjutnya dijelaskan dalam Susanto et.al 1997, bahwa limbah padat proses
pengolahan rajungan yang berupa cangkang dapat dimanfaatkan menjadi kitin , sehingga mempunyai nilai tambah value added dan membantu masalah ekologis,
yang selanjutnya kitin sangat berguna di bidang mikrobiologi, farmasi, pangan, gizi dan penanganan limbah.
2.3. Aspek Biologi Rajungan