4. Keuntungan dan Kerugian Manajemen Aktif Kala III
Keuntungan manajemen aktif kala III antara lain a kala III persalinan yang lebih singkat, 2 mengurangi jumlah kehilangan darah, 3 mengurangi
kejadian retensio plasenta Kerugian manajemen aktif kala III adalah a metode ini memerlukan
persediaan oksitosin, alat-alat untuk injeksi dan sterilisasi yang mungkin tidak tersedia di beberapa fasilitas, b metode ini mengganggu proses fisiologi.
5. Dampak yang Mungkin terjadi jika manajemen aktif kala III tidak dilakukan
Dampak yang mungkin terjadi jika manajemen aktif kala III tidak dilakukan adalah a kala III persalinan lebih panjang, b jumlah kehilangan
darah lebih banyak, c kejadian retensio plasenta mungkin lebih cenderung terjadi, d komplikasi persalinan yang berkatian dengan kala ini mungkin lebih
cenderung terjadi. JNPK-KR, 2004
B. Fisiologi Kala III
kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasentauri berkisar 15- 30 menit, baik pada primipara maupun multipara. Tempat implantasi plasenta
sering pada dinding depan dan belakang korpus uteri dan dinding lateral. Sangat jarang terdapat pada fundus uteri. Kala III merupakan periode waktu
dimana penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta.
Oleh karena perlengketan menjadi kecil. Sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal, dan kemudian lepas dari
dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau kedalam vagina Marisah. 2011,hal.204
C.Mekanisme Pelepasan Plasenta
Plasenta adalah masa yang bulat dan datar. Permukaan maternal plasenta berwarna antara kebiruan dan kemerahan. Serta tersusun dari lobus-lobus. Pada
plasenta bagian maternal inilah terjadi pertukaran darah dan maternal. Pertukaran ini berlangsung tanpa terjadi percampuran antara darah maternal
dan darah janin. Permukaan plasenta pada fetal memiliki karakteristik halus, berwarna putih, mengkilap, dan pada permukaanya dapat dilihat cabang vena
dan arteri umbilikalis. Dua selaput ketuban yang melapisi permukaan fetal adalah korion dan amnion, yang memanjang sampai ujung bagian luar kantong
yang berisi janin dan cairan amnion. Tali pusat membentang dari umbilicus janin sampai ke permukaan fetal
plasenta. Umumnya memiliki panjang sekitar 56 cm tali pusat ini mengandung tiga pembuluh darah: dua arteri yang berisi darah kotor janin menuju plasenta
dan satu vena yang mengandung oksigen menuju janin. Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium sehingga mempertebal
dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus karena
plasenta tidak elastic seperti uterus dan tidak dapat berkontraksi atau beretraksi. Pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk berat
bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan selanjutnya membantu pemisahan.
Ada dua metode untuk pelepasan plasenta sbb : 1. Metode Schultze
Metode yang lebih umum terjadi plasenta terlepas dari satu titik dan merosot kevagina melalui lubang dalam kantong amnion, permukaan fetal
plasenta muncul pada vulva dengan selapu ketuban yang mengikuti di belakang seperti paying terbalik saat terkelupas dari dari dinding uterus. Permukaan
maternal plasenta terlihat dan bekuan darah berada dalam kantong yang terbalik, kontraksi dan retraksi otot uterus yang menimbulkan pemisahan
plasenta juga menekan pembuluh darah dengan kuat dan mengontrol perdarahan. Hal tersebut mungkin terjadi karna ada serat otot oblik dibagian
atas segmen uterus. 2. Metode Mathews Duncan
Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva dengan pembatas lateral terlebih dahulu seperti kancing yang memasuki lubang baju,
bagian plasenta tidak berada dalam kantong. Pada metode ini, kemungkinan terjadinya bagian selaput ketuban tersebut tidak terkelupas semua selengkap
metode schultze. Metode ini adalah metode yang berkaitan dengan plasenta letak rendah di dalam uterus. Proses pelepasan plasenta berlangsung lebih
lama dan darah yang hilang sangat banyak karena hanya ada sedikit serat oblik dibagian bawah segmen
Fase pengeluaran plasenta adalah : a
Kustner : dengan meletakkan tangan disertai tekanan padadiatas simfisis, tali pusat di tegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti plasenta belum
lepas, tetapi bila diam atau maju berarti plasenta sudah lepas.
b Klein : sewaktu ada his, rahim di dorong sedikit, bila tali pusat kembali
berarti plasenta belum lepas, tetapi bila diam atau turun berarti plasenta sudah lepas.
c Strassman : tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti plasenta belum lepas, tetapi bila tidak bergetar berarti plasenta sudah lepas .
Normalnya, kelepasan plasenta ini berkisar 14-12 jam sesudah bayi lahir, namun bila terjadi banyak perdarahan atau bila pada persalinan sebelumnya
ada riwayat perdarahan postpartum, maka tidak boleh menunggu, sebaiknya plasenta dikeluarkan dengan tangan. Selain itu, bila perdarahan sudah lebih
dari 500cc atau 1 nierbeken, sebaiknya plasenta langsung dikeluarkan. Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah :
1. bentu uterus berubah menjadi globular dan terjadi perubahan tinggi fundus 2. tali pusat memanjang
3.semburan darah tiba-tiba
D.Manajemen Aktif Kala III
Syarat : janin tunggalmemastikan tidak ada lagi janin di uterus Tujuan; membuat kontraksi uterus efektif
Keuntungan; 1. Lama kala III lebih singkat
2. Jumlah perdarahan dapat mencegah perdarahan postpartum 3. Menurunkan kejadian retensio plasenta
Manajemen aktif kala III terdiri dari : 1. Pemberian oksitosin
2.Penegangan talipusat terkendali 3. Massase fundus uteri
Prosedur pelaksanaan sesuai dengan SOP a. Pemberian Oksitosin
1 Sebelum memberikan ositosin, bidan harus melakukan pengkajian
dengan melakukan palpasi pada abdomenuntuk meyakinkan hanya ada bayi tunggal tidak ada bayi kedua
2 Dilakukan pada bagian 13 paha bagian luar
3 Bila 15 menit plasenta belum lahir, maka berikan oksitosin ke 2 evaluasi
kandung kemih apakah penuh. Bila penuh, lakukan kateterisasi. 4
Bila 30 menit belum lahir, maka berikan okcytosin ke 3 sebanyak 10 mg rujuk pasien
b. Penegangan tali pusat terkendali 1
Klem dipindahkan 5-10 cm dari vulva 2
Tangan kiri diletakkan di atas perut memeriksa kontraksi uterus, ketika mengangkat tali pusat, tahan uterus
3 Saat ada kontraksi uterus, tangan diatas perut melakukan gerakan dorso
cranial dengan sedikit tekanan. Cegah agar tidak terjadi inverio uteri. 4
Ulangi lagi bila plasenta belum lepas 5
Pada saat plasenta sudah lepas, ibu dianjurkan sedikit meneran dan penolong sambil terus mengangkat tali pusat, tahan uterus.
6 Bila plasenta sudah tampak lahir di vulva, lahirkan dengan kedua tangan
perlu diperhatikan bahwa selaput plasenta mudah tertinggal sehingga
untuk mencegah hal itu makaplasenta ditelungkupkan dan diputar dengan hati-hati searah dengan jarum jam
c. Massase fundus uteri 1
Tangan diletakkan diatas fundus uteri 2
Gerakan tangan dengan pelan, sedikit ditekan, memutar searah jarum jam, ibu diminta bernapas dlam untuk mengurangi ketegangan atau rasa
sakit 3
Kaji kontraksi uterus 1-2 menit, bimbing pasien dan keluarga untuk melakukan massase uterus
4 Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30
menit pada jam ke-2 Kesalahan dalam melakukan tindakan manajemen aktif kala III :
1. Terjadi inversion uteri pada saat melakukan penegangan tali pusat
terkendali terlalu kuat sehingga uterus tertarik keluar dan terbalik 2.
Tali pusat terputus terlalu kuat dalam penarikan tali pusat sedangkan plasenta belum lepas
3. Syok
4. Melakukan massase fundus uteri pada saat plasenta belum lahir
5. Mengeluarkan plasenta padahal belum semuanya lepas
6. Kurang kompeten dalam melakukan penegangan tali pusat terkendali
7. Tidak sabar menunggu pelepasan plasenta
E. Pemeriksaan Plasenta