Fisiologi Kala III Pelaksanaan manajemen aktif kala III oleh bidan di kecamatan sidikalang kabupaten dairi Tahun 2015

4. Keuntungan dan Kerugian Manajemen Aktif Kala III

Keuntungan manajemen aktif kala III antara lain a kala III persalinan yang lebih singkat, 2 mengurangi jumlah kehilangan darah, 3 mengurangi kejadian retensio plasenta Kerugian manajemen aktif kala III adalah a metode ini memerlukan persediaan oksitosin, alat-alat untuk injeksi dan sterilisasi yang mungkin tidak tersedia di beberapa fasilitas, b metode ini mengganggu proses fisiologi.

5. Dampak yang Mungkin terjadi jika manajemen aktif kala III tidak dilakukan

Dampak yang mungkin terjadi jika manajemen aktif kala III tidak dilakukan adalah a kala III persalinan lebih panjang, b jumlah kehilangan darah lebih banyak, c kejadian retensio plasenta mungkin lebih cenderung terjadi, d komplikasi persalinan yang berkatian dengan kala ini mungkin lebih cenderung terjadi. JNPK-KR, 2004

B. Fisiologi Kala III

kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasentauri berkisar 15- 30 menit, baik pada primipara maupun multipara. Tempat implantasi plasenta sering pada dinding depan dan belakang korpus uteri dan dinding lateral. Sangat jarang terdapat pada fundus uteri. Kala III merupakan periode waktu dimana penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta. Oleh karena perlengketan menjadi kecil. Sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta menjadi berlipat, menebal, dan kemudian lepas dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan turun kebagian bawah uterus atau kedalam vagina Marisah. 2011,hal.204 C.Mekanisme Pelepasan Plasenta Plasenta adalah masa yang bulat dan datar. Permukaan maternal plasenta berwarna antara kebiruan dan kemerahan. Serta tersusun dari lobus-lobus. Pada plasenta bagian maternal inilah terjadi pertukaran darah dan maternal. Pertukaran ini berlangsung tanpa terjadi percampuran antara darah maternal dan darah janin. Permukaan plasenta pada fetal memiliki karakteristik halus, berwarna putih, mengkilap, dan pada permukaanya dapat dilihat cabang vena dan arteri umbilikalis. Dua selaput ketuban yang melapisi permukaan fetal adalah korion dan amnion, yang memanjang sampai ujung bagian luar kantong yang berisi janin dan cairan amnion. Tali pusat membentang dari umbilicus janin sampai ke permukaan fetal plasenta. Umumnya memiliki panjang sekitar 56 cm tali pusat ini mengandung tiga pembuluh darah: dua arteri yang berisi darah kotor janin menuju plasenta dan satu vena yang mengandung oksigen menuju janin. Pemisahan plasenta ditimbulkan dari kontraksi dan retraksi miometrium sehingga mempertebal dinding uterus dan mengurangi ukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus karena plasenta tidak elastic seperti uterus dan tidak dapat berkontraksi atau beretraksi. Pada area pemisahan bekuan darah retroplasenta terbentuk berat bekuan darah ini menambah tekanan pada plasenta dan selanjutnya membantu pemisahan. Ada dua metode untuk pelepasan plasenta sbb : 1. Metode Schultze Metode yang lebih umum terjadi plasenta terlepas dari satu titik dan merosot kevagina melalui lubang dalam kantong amnion, permukaan fetal plasenta muncul pada vulva dengan selapu ketuban yang mengikuti di belakang seperti paying terbalik saat terkelupas dari dari dinding uterus. Permukaan maternal plasenta terlihat dan bekuan darah berada dalam kantong yang terbalik, kontraksi dan retraksi otot uterus yang menimbulkan pemisahan plasenta juga menekan pembuluh darah dengan kuat dan mengontrol perdarahan. Hal tersebut mungkin terjadi karna ada serat otot oblik dibagian atas segmen uterus. 2. Metode Mathews Duncan Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva dengan pembatas lateral terlebih dahulu seperti kancing yang memasuki lubang baju, bagian plasenta tidak berada dalam kantong. Pada metode ini, kemungkinan terjadinya bagian selaput ketuban tersebut tidak terkelupas semua selengkap metode schultze. Metode ini adalah metode yang berkaitan dengan plasenta letak rendah di dalam uterus. Proses pelepasan plasenta berlangsung lebih lama dan darah yang hilang sangat banyak karena hanya ada sedikit serat oblik dibagian bawah segmen Fase pengeluaran plasenta adalah : a Kustner : dengan meletakkan tangan disertai tekanan padadiatas simfisis, tali pusat di tegangkan, maka bila tali pusat masuk berarti plasenta belum lepas, tetapi bila diam atau maju berarti plasenta sudah lepas. b Klein : sewaktu ada his, rahim di dorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti plasenta belum lepas, tetapi bila diam atau turun berarti plasenta sudah lepas. c Strassman : tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar berarti plasenta belum lepas, tetapi bila tidak bergetar berarti plasenta sudah lepas . Normalnya, kelepasan plasenta ini berkisar 14-12 jam sesudah bayi lahir, namun bila terjadi banyak perdarahan atau bila pada persalinan sebelumnya ada riwayat perdarahan postpartum, maka tidak boleh menunggu, sebaiknya plasenta dikeluarkan dengan tangan. Selain itu, bila perdarahan sudah lebih dari 500cc atau 1 nierbeken, sebaiknya plasenta langsung dikeluarkan. Tanda-tanda pelepasan plasenta adalah : 1. bentu uterus berubah menjadi globular dan terjadi perubahan tinggi fundus 2. tali pusat memanjang 3.semburan darah tiba-tiba D.Manajemen Aktif Kala III Syarat : janin tunggalmemastikan tidak ada lagi janin di uterus Tujuan; membuat kontraksi uterus efektif Keuntungan; 1. Lama kala III lebih singkat 2. Jumlah perdarahan dapat mencegah perdarahan postpartum 3. Menurunkan kejadian retensio plasenta Manajemen aktif kala III terdiri dari : 1. Pemberian oksitosin 2.Penegangan talipusat terkendali 3. Massase fundus uteri Prosedur pelaksanaan sesuai dengan SOP a. Pemberian Oksitosin 1 Sebelum memberikan ositosin, bidan harus melakukan pengkajian dengan melakukan palpasi pada abdomenuntuk meyakinkan hanya ada bayi tunggal tidak ada bayi kedua 2 Dilakukan pada bagian 13 paha bagian luar 3 Bila 15 menit plasenta belum lahir, maka berikan oksitosin ke 2 evaluasi kandung kemih apakah penuh. Bila penuh, lakukan kateterisasi. 4 Bila 30 menit belum lahir, maka berikan okcytosin ke 3 sebanyak 10 mg rujuk pasien b. Penegangan tali pusat terkendali 1 Klem dipindahkan 5-10 cm dari vulva 2 Tangan kiri diletakkan di atas perut memeriksa kontraksi uterus, ketika mengangkat tali pusat, tahan uterus 3 Saat ada kontraksi uterus, tangan diatas perut melakukan gerakan dorso cranial dengan sedikit tekanan. Cegah agar tidak terjadi inverio uteri. 4 Ulangi lagi bila plasenta belum lepas 5 Pada saat plasenta sudah lepas, ibu dianjurkan sedikit meneran dan penolong sambil terus mengangkat tali pusat, tahan uterus. 6 Bila plasenta sudah tampak lahir di vulva, lahirkan dengan kedua tangan perlu diperhatikan bahwa selaput plasenta mudah tertinggal sehingga untuk mencegah hal itu makaplasenta ditelungkupkan dan diputar dengan hati-hati searah dengan jarum jam c. Massase fundus uteri 1 Tangan diletakkan diatas fundus uteri 2 Gerakan tangan dengan pelan, sedikit ditekan, memutar searah jarum jam, ibu diminta bernapas dlam untuk mengurangi ketegangan atau rasa sakit 3 Kaji kontraksi uterus 1-2 menit, bimbing pasien dan keluarga untuk melakukan massase uterus 4 Evaluasi kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama dan 30 menit pada jam ke-2 Kesalahan dalam melakukan tindakan manajemen aktif kala III : 1. Terjadi inversion uteri pada saat melakukan penegangan tali pusat terkendali terlalu kuat sehingga uterus tertarik keluar dan terbalik 2. Tali pusat terputus terlalu kuat dalam penarikan tali pusat sedangkan plasenta belum lepas 3. Syok 4. Melakukan massase fundus uteri pada saat plasenta belum lahir 5. Mengeluarkan plasenta padahal belum semuanya lepas 6. Kurang kompeten dalam melakukan penegangan tali pusat terkendali 7. Tidak sabar menunggu pelepasan plasenta

E. Pemeriksaan Plasenta