Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga Oleh Bidan Dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014.

(1)

KEPATUHAN PELAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA OLEH BIDAN DALAM UPAYA MENCEGAH ATONIA UTERI BERDASARKAN

CATATAN MEDIK DI KLINIK BERSALIN DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

BASMA LIA RITONGA 1 3 5 1 0 2 1 4 0

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN SIDANG KARYA TULIS ILMIAH

Nama : Basma Lia Ritonga

NIM : 135102140

JUDUL : Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga Oleh Bidan Dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014.

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut di atas disetujui untuk mengikuti ujian Sidang Karya Tulis Ilmiah.

Medan, 4 Juli 2014 Pembimbing

NIP. 19560705 198303 1 001 dr. Christoffel L.Tobing, SpOG (K)


(4)

KEPATUHAN PELAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA OLEH BIDAN DALAM UPAYA MENCEGAH ATONIA UTERI BERDASARKAN

CATATAN MEDIK DI KLINIK BERSALIN DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

TAHUN 2014

ABSTRAK Basma Lia Ritonga

Latar belakang : Manajemen Aktif Kala tiga adalah mengupayakan kontraksi uterus yang adekuat dan mempersingkat waktu kala tiga. Pemberian injeksi oksitosin pasca lahirnya bayi pada kala tiga dapat mengurangi resiko perdarahan postpartum lebih dari 40%. Kementerian Kesehatan telah menekankan pentingnya Manajemen Aktif Kala tiga pada setiap asuhan persalinan normal dan telah menjadi prosedur tetap dan menjadi salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap tenaga kesehatan penolong persalinan.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui bagaimana kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan catatan medik di klinik bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Teknik pengambilan sampel secara total sampling. Jumlah sampel sebanyak 32 responden. Penelitian ini menggunakan analisis univariat.

Hasil penelitian : Hasil penelitian diperoleh data yaitu mayoritas tidak patuh dalam pelaksanaan manajemen aktif kala tiga dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan catatan medik yaitu sebanyak 29 responden (90,6%).

Kesimpulan : Kepatuhan responden dalam manajemen aktif kala tiga berdasarkan catatan medik tidak patuh, maka disarankan kepada dinas kesehatan untuk melakukan pembinaan terhadap bidan sehingga mengurangi angka kejadian atonia uteri.

Kata kunci : kepatuhan, manajemen aktif kala tiga, atonia uteri.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam upaya Mencegah Terjadinya Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di Klinik Bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014”.

Dalam Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep. Ns. M.Kep selaku Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. dr. Christoffel L. Tobing, SpOG (K) selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

4. Febrina Oktavinola Kaban, SST, M.Keb selaku penguji I dan Farida Linda Sari Siregar, S. Kep. Ns. M. Kep selaku penguji II yang telah banyak memberi saran dan arahan dalam memperbaiki Karya Tulis Ilmiah ini.

5. Kepala Desa Bandar Khalipah yang telah banyak membantu dalam memberikan data pendahuluan bagi peneliti.

6. Seluruh Staf dosen Program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(6)

7. Teristimewa buat Ayahanda dan Ibunda tercinta Maujalo Ritonga S.Pd dan Ridas Wati Lubis S.Pd yang tidak pernah bosan memberikan semangat dan motivasi beserta doanya yang tak pernah luput dari bibir mereka demi keberhasilan peneliti dalam menggapai impian, cita-cita dan pengorbanan materi yang cukup besar selama ini sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Buat kedua Abanganda tersayang Indra Mahdi Ritonga M.Pd dan Zul Handri Ritonga S.Sos serta seluruh keluarga yang senantiasa memberi dukungan serta do’a yang tulus kepada peneliti.

9. Rekan rekan mahasiswa program studi D-IV Bidan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

10.Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan pada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih atas semua bantuan, dorongan, dan semangat yang telah diberikan. Sekian dan terima kasih.

Medan, 4 Juli 2014 Penulis

Basma Lia Ritonga NIM: 135102140


(7)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan penelitian ... 4

1.Tujuan Umum ... 4

2.Tujuan Khusus ... 4

D. ManfaatPenelitian ... 5

1.Bagi Praktek pelayanan kebidanan ... 5

2.Bagi Instansi D-IV Bidan Pendidik ... 5

3.Bagi Peneliti ... 5

4.Bagi Peneliti Selanjutnya ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Manajemen Aktif Kala Tiga ... 6

1.Defenisi Manajemen Aktif Kala Tiga... 6


(8)

3.Keuntungan Manajemen Aktif Kala Tiga ... 8

4.Uteronik atau Agen Uteronik ... 9

5. Langkah-Langkah Manajemen Aktif Kala Tiga ... 13

B. Upaya Mencegah Atonia Uteri ... 20

C. Kepatuhan ... 22

1.Defenisi Kepatuhan ... 22

2.Tingkat Kepatuahan ... 22

3.Tingkat Ketidakpatuhan ... 22

4.Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan ... 22

5.Faktor-faktor yang tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan ... 22

D. Bidan ... 23

1.Defenisi Bidan ... 23

BAB III. KERANGKA KONSEP... 24

A. Kerangka Konsep ... 24

B. Defenisi Operasional ... 25

BAB IV METODE PENELITIAN ... 28

A. Desain Penelitian ... 28

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 28

2. Sampel ... 28

C. Tempat Penelitian ... 29

D. Waktu Penelitian ... 29

E. Pertimbangan Etik ... 30

F. Instrumen Penelitian ... 31


(9)

H. Pengolahan data dan Analisis ... 32

1. Pengolahan data ... 32

2. Analisa data ... 32

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian ... 34

1. Analisa Univariat ... 34

B. Pembahasan ... 38

C. Keterbatasan ... 42

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Kesimpulan... 43

B. Saran ... 43


(10)

DAFTAR TABEL

No

Judul

Halaman

Tabel 3.1 Defenisi Operasional ... ... 25 Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik

Demografi Bidan di klinik bersalin desa Bandar khalipah kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014 .. ... 34 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Responden Berdasarkan

pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir di klinik bersalin desa Bandar khalipah kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014 ... ... 35 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Responden Berdasarkan

Penegangan Tali pusat Terkendali di klinik bersalin desa Bandar khalipah kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014 ……… 32 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Responden Berdasarkan Masase

Fundus Uteri di klinik bersalin desa Bandar khalipah kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014 ………. 36 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri di klinik bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014 ……….. 37


(11)

DAFTAR SKEMA

No

Judul

Halaman


(12)

DAFTAR GAMBAR

No

Judul

Halaman


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Responden

Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Lembar Checklist

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 5 : Master Data Penelitian

Lampiran 6 : Hasil Out Put Data Penelitian

Lampiran 7 : Surat izin Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 8 : Balasan Surat Izin Penelitian


(14)

KEPATUHAN PELAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA OLEH BIDAN DALAM UPAYA MENCEGAH ATONIA UTERI BERDASARKAN

CATATAN MEDIK DI KLINIK BERSALIN DESA BANDAR KHALIPAH KECAMATAN PERCUT SEI TUAN

TAHUN 2014

ABSTRAK Basma Lia Ritonga

Latar belakang : Manajemen Aktif Kala tiga adalah mengupayakan kontraksi uterus yang adekuat dan mempersingkat waktu kala tiga. Pemberian injeksi oksitosin pasca lahirnya bayi pada kala tiga dapat mengurangi resiko perdarahan postpartum lebih dari 40%. Kementerian Kesehatan telah menekankan pentingnya Manajemen Aktif Kala tiga pada setiap asuhan persalinan normal dan telah menjadi prosedur tetap dan menjadi salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap tenaga kesehatan penolong persalinan.

Tujuan penelitian : Untuk mengetahui bagaimana kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan catatan medik di klinik bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014.

Metodologi : Penelitian ini menggunakan desain penelitian bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif. Teknik pengambilan sampel secara total sampling. Jumlah sampel sebanyak 32 responden. Penelitian ini menggunakan analisis univariat.

Hasil penelitian : Hasil penelitian diperoleh data yaitu mayoritas tidak patuh dalam pelaksanaan manajemen aktif kala tiga dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan catatan medik yaitu sebanyak 29 responden (90,6%).

Kesimpulan : Kepatuhan responden dalam manajemen aktif kala tiga berdasarkan catatan medik tidak patuh, maka disarankan kepada dinas kesehatan untuk melakukan pembinaan terhadap bidan sehingga mengurangi angka kejadian atonia uteri.

Kata kunci : kepatuhan, manajemen aktif kala tiga, atonia uteri.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibu bersalin merupakan seorang yang sedang berjuang, bila karena suatu hal tidak bisa ditangani, maka si ibu bisa meninggal selama proses persalinan berlangsung. Lebih dari separuh jumlah kematian ibu terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan, sebagian besar karena terlalu banyak mengeluarkan darah. Perdarahan hebat adalah penyebab yang paling utama dari kematian ibu di seluruh dunia. Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup setelah mengalami perdarahan postpartum, namun akan menderita akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (Yanti, 2010, hal. 211).

Perdarahan postpartum masih menjadi salah satu dari tiga penyebab utama kematian ibu secara global. Meskipun mayoritas (99%) kematian dilaporkan terjadi di negara berkembang, Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan postpartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum (Myles, 2009, hal. 495).

Pada tahun 2008, WHO memperkirakan bahwa hampir 800 wanita meninggal setiap hari akibat komplikasi kehamilan dan persalinan. Salah satu penyebab utamanya adalah perdarahan postpartum. Insidensi perdarahan postpartum pada Negara maju sekitar 25% dari persalinan, sedangkan pada negara berkembang bisa mencapai 60% dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 50% perdarahan postpartum disebabkan karena atonia uteri setelah persalinan kalatiga (Koh, et al, 2009, ¶ 1).


(16)

Menurut Kementerian Kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kematian ibu melahirkan adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%), dan infeksi (11%). Anemia dan Kekurangan Energy Kronis (KEK) pada ibu hamil menjadi penyebab utama terjadinya perdarahan dan infeksi yang merupakan faktor utama kematian ibu. Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup dan rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu. Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu sangat memalukan pemerintahan yang sebelumnya bertekad dalam menurunkan AKI hingga 108 per 100 ribu pada 2015 sesuai dengan target MDGs.

Di Indonesia diperkirakan ada 14 juta kasus perdarahan dalam persalinan. Setiap tahunnya paling sedikit 128.000 perempuan mengalami perdarahan sampai meninggal. Perdarahan postpartum terutama perdarahan postpartum primer merupakan perdarahan yang paling banyak menyebabkan kematian ibu. Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran (Faisal, 2008, ¶ 1).

Provinsi Sumatera Utara AKI dalam 7 tahun terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan, dari 360 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2002 menjadi 345 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2003, 330 per 100.000 tahun 2004, 320 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2005, 315 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2006, 275 per 100.000 kelahiran hidup tahun 2007, dan pada tahun 2008 menjadi 260 per 100.000 kelahiran hidup yang masih lebih tinggi bila dibandingkan rata-rata nasional tahun 2007 yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Provsu, 2009).

Berdasarkan survey awal Mariana Pasaribu tahun 2012 di Rumah Sakit Haji Medan angka kejadian perdarahan postpartum sebanyak 30 orang dari 100 orang


(17)

pasien yang bersalin pada bulan Januari – Desember tahun 2008 sebanyak (67%) atau 20 orang mengalami perdarahan akibat atonia uteri dan (34%) atau 10 orang mengalami perdarahan karena rupture uteri.

Upaya yang dilakukan dalam penurunan Angka Kematian Ibu, Kementerian Kesehatan telah menekankan pentingnya Manajemen Aktif Kala Tiga pada setiap asuhan persalinan normal. Saat ini, Manajemen Aktif Kala Tiga telah menjadi prosedur tetap pada asuhan persalinan normal dan menjadi salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap tenaga kesehatan penolong persalinan (dokter dan bidan). Dengan demikian, Manajemen Aktif Kala Tiga, termasuk pemberian injeksi oksitosin profilaksis pasca lahirnya bayi secara rutin pada kala Tiga dapat mengurangi risiko perdarahan postpartum lebih dari 40%, telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah perdarahan pascapersalinan. Seluruh tenaga kesehatan penolong persalinan (dokter, bidan) diharapkan dapat melaksanakan Manajemen Aktif Kala Tiga pada setiap asuhan persalinan normal dalam upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia (KemenKes RI, 2011).

Komplikasi utama pada kala tiga adalah perdarahan hebat. Dengan demikian maka pelaksanaan kala tiga yang tidak tepat akan membahayakan pasien. Kala tiga tidak kalah pentingnya dari kala satu dan kala dua. Kelalaian dalam memimpin kala tiga dapat mengakibatkan kematian karena perdarahan. Berdasarkan Latar Belakang di atas maka peneliti merasa tertarik untuk mengangkat judul penelitian “ Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah terjadinya Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di Klinik Bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014 “.


(18)

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah ini adalah : Bagaimana Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di Klinik Bersalin Desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2014 ?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di klinik bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atoni Uteri berdasarkan pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir di klinik bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014.

b. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atoni Uteri berdasarkan Penegangan Tali pusat Terkendali di klinik bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014.

c. Untuk Mengetahui Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atoni Uteri berdasarkan Masase Fundus Uteri di klinik bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014.


(19)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Praktek Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi klinik bersalin untuk meningkatkan penerapan standar pelayanan kebidanan bagi ibu bersalin dan menambah wawasan dan pengetahuan serta mengetahui keuntungan dan tindakan-tindakan yang keliru pada manajemen aktif kala tiga dalam upaya mencegah terjadinya atonia uteri, karena manajemen aktif kala tiga telah menjadi prosedur tetap pada asuhan persalinan normal dan menjadi salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap tenaga kesehatan penolong persalinan.

2. Bagi Instansi D-IV Bidan Pendidik

Sebagai bahan bacaan di Perpustakaan Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan merupakan masukan dan bahan dasar melakukan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman peneliti dalam menerapkan mata ajaran metode penelitian dan menambah pengetahuan peneliti tentang Manajemen Aktif Kala Tiga dalam upaya mencegah atonia uteri.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman dalam hal penelitian tentang Manajemen Aktif Kala Tiga dalam upaya mencegah atonia uteri dan sebagai bahan masukan serta sebagai data dasar dalam penelitian selanjutnya.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Aktif Kala Tiga

1. Defenisi Manajemen Aktif Kala Tiga

Manajemen Aktif Kala Tiga adalah mengupayakan kontraksi yang adekuat dari uterus dan mempersingkat waktu kala tiga, mengurangi jumlah kehilangan darah, menurunkan angka kejadian retensio plasenta (Susilawati, 2009, hal. 140).

Cara penatalaksanaan kala persalinanan plasenta dapat menyebabkan variasi jumlah perdarahan yang dialami ibu. Percobaan kala tiga Bristol di Ingris, yang umumnya memberikan obat oksitosin pada ibu setelah bayi baru lahir (untuk memastikan distosia bahu tidak terjadi), menunjukkan bahwa lebih sedikit darah yang hilang pada penatalaksanaan aktif kala tiga persalinan dibandingkan pada penatalaksanaan fisiologis kala tiga. Penatalaksanaan Aktif Kala Tiga adalah pemberian oksitosin segera setelah perlahiran bayi, dan menggunakan traksi tali pusat terkendali untuk pelahiran plasenta. Penelitian selanjutnya menginformasikan kehilangan darah yang jauh lebih sedikit pada penatalaksanaan aktif kala tiga, bahkan pada populasi yang beresiko rendah mengalami perdarahan post-partum. Bidan harus yakin bahwa hanya ada satu bayi yang akan dilahirkan sebelum memberikan oksitosin setelah pelahiran (Varney, 2008, hal. 827).

Penatalaksanaan Aktif Kala tiga merupakan kebijakan yang mengharuskan dilakukan nya pemberian uterotonik profilaktik sebagai tindakan pencegahan untuk menurunkan risiko perdarahan postpartum tanpa


(21)

memedulikan status resiko obstetric ibu. Kebijakan penatalaksanaan aktif kala tiga biasanya meliputi pemberian rutin agens uterotonik, baik secara intravena, intramuscular maupun secara oral. Pemberian ini dilakukan bersamaan dengan pengkleman tali pusat segera setelah kelahiran bayi dan pelahiran plasenta dengan menggunakan traksi tali pusat terkontrol. Jika setelah dikaji ternyata ibu juga beresiko tinggi mengalami perdarahan postpartum (misalnya, kelahiran kembar, grand multipara), infus profillaktik dosis uteronika yang lebih besar yang dilarutkan dalam cairan intravena dapat diberikan selama beberapa jam setelah kelahiran. Hal ini juga dianggap sebagai bagian dari kebijakan penatalaksanaan aktif. Penatalaksanaan aktif kala tiga merupakan kebijakan penatalaksanaan persalinan kala tiga yang paling banyak dilakukan di dunia (Myles, 2011, hal. 499).

Pemijatan uterus setelah pelahiran plasenta direkomendasikan oleh banyak orang untuk mencegah perdarahan postpartum.Oksitosin, ergonovin, dan multilergenovin digunakan digunakan secara luas pada persalinan normal kala III, tetapi waktu pemberian berbeda pada berbagai institusi. Oksitosin yang diberikan sebelum pelahiran plasenta akan mengurangi perdarahan. Namun, jika obat ini diberikan sebelum pelahiran plasenta, dapat memerangkap neonatus kembar yang kedua, yang belum terlahir dan yang tidak terdiagnosis (Williams, 2013, hal. 417).

Manajemen Aktif Kala Tiga telah dianggap sebagai cara menurunkan hemoragi postpartum pada ibu dengan factor resiko peningkatan kehilangan darah dan manajemen ini telah didukung oleh World Health Organization sebagai suatu cara menurunkan perdarahan postpartum ketika ada keterbatasan akses mendapatkan produk darah atau sumber lain. Manajemen aktif meliputi


(22)

penggunaan oksitosin atau ergotamin baik pada kelahiran bahu anterior bayi atau segera setelah kelahiran bayi, pengkleman awal tali pusat, dan penarikan terkontrol terhadap tali pusat untuk memudahkan kelahiran plasenta.

Dalam hal penatalaksanaan kala tiga, contoh hal tersebut pada situasi ketika ibu meminta secara spesifik agar obat uteronika tidak diberikan dalam asuhan kala tiganya. Dalam hal ini, bidan harus menjelaskan berbagai situasi yang memungkinkan keputusan tersebut harus dibalik. Jika obat uteronika tidak digunakan, keinginan ibu tersebut harus dicatat dalam catatan klien pada masa antenatal (Myles, 2011, hal. 499).

2. Tujuan Manajemen Aktif Kala Tiga

Manajemen Aktif Kala Tiga bertujuan untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif dan efisien sehingga dapat memperpendek waktu kala Tiga persalinan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis. Hati – hati :

a. Dugaan kehamilan ganda b. Riwayat retensi plasenta

c. Inversi Uteri ( Yanti, 2010, hal .199 )

Tujuan manajemen aktif kala Tiga adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu keluarnya plasenta, mencegah perdarahan dan mengurangi kehilangan darah kala tiga persalinan jika dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologis (Sondakh, 2013, hal .136).

3. Keuntungan Manajemen aktif kala Tiga a. Mengurangi kejadian perdarahan postpartum b. Mengurangi lamanya kala tiga


(23)

c. Mengurangi penggunaan tranfusi darah

d. Mengurangi penggunaan terapi oksitosin (Sulistyawati, 2010, hal.160). Selama dekade terakhir, penilitian klinis telah menunjukkan bahwa manajemen aktif kala Tiga dapat menurunkan kejadian perdarahan postpartum, memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk kelahiran plasenta, mengurangi kemungkinan, terjadinya retensio plasenta dan mengurangi penggunaan transfusi darah dan terapi oksitosin. Berdasarkan penelitian ini, WHO telah merekomendasikan agar semua dokter dan bidan melaksanakan manajemen aktif kala Tiga. Hal ini membedakan dari asuhan kebidanan kala tiga hanya satu cara : pemberian oksitosin segera setelah bayi baru lahir untuk merangsang kontraksi uterus dan mempercepat pelepasan plasenta. Dalam semua hal lainnya, langkah-langkah manajemen aktif adalah sama dengan langkah – langkah yang selam ini ditempuh oleh para bidan.

Keuntungan manajemen aktif kala tiga, antara lain : a. Lama kala III lebih singkat

b. Jumlah perdarahan berkurang sehingga dapat mencegah perdarahan postpartum.

c. Menurunkan kejadian retensio plasenta (Djami, 2013, hal .257). 4. Uteronika

a. Ergometrin 0,25 mg intravena

Obat ini bekerja dalam 45 detik, oleh karena itu, sangat berguna dalam mempertahankan kontraksi cepat jika jika kerja uterus hipotonik menimbulkan perdarahan. Jika dokter tidak ada dalam situasi darurat tersebut, bidan dapat memberikan injeksi.


(24)

b. Kombinasi ergometrin dan oksitosin (merek yang paling banyak digunakan adalah Syntometrine).

Prepaparat yang umumnya diberikan adalah 1 ml Syntometrine, yang mengandung oksitosin 5 International Units (UI) dan 0,5 mg ergometrin maleat, keduanya termasuk dalam kelompok obat yang dikenal sebagai oksitosin yang menyebabkan kontraksi uterus. Rute pemberian terpilih adalah secara intarmuskular, dan lokasi pemberian adalah bagian lateral paha yang mudah dijangkau. Komponen syntocinon dari syntometrine bekerja dalam waktu 2 hingga 3 menit dan bertahan hanya selama 5 hingga 15 menit, sementara ergometrin membutuhkan waktu 6 sampai 7 menit untuk bekerja tetapi dapat bertahan hingga 2 jam (Hall, 2013, hal. 138).

Kerja gabungan ini menghasilkan kontraksi uterus yang cepat, kuat dan tahan lama hingga beberapa jam. Obat ini biasanya diberikan pada saat bayi lahir, sehingga menstimulasi kerja uterus yang baik pada awal kala tiga (Myles, 2011, hal. 500).

Ergometrin dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan seperti mual, muntah, sakit kepala, dan meningkatnya tekanan darah, jika penggunaan Ergometrin dikontraindikasikan, Ergometrin 0,5 mg tidak boleh diberikan lebih dari dua dosis karena dapat menyebabkan sakit kepala, mual, dan peningkatan tekanan darah, contohnya jika sang ibu menderita hipertensi, maka yang diberikan adalah oksitosin. Jika oksitosin intravena dibutuhkan, dosis sebesar 5 IU harus diberikan secara perlahan oleh praktisi yang berpengalaman(Hall, 2013, hal. 139).

Browning (1974, dalam Williams, 2013, hal .418) memaparkan efek samping yang serius akibat pemberian 0,5 mg ergomertin secara


(25)

intramuscular pada empat perempuan pascapersalinan. Dua perempuan tersebut mengalami hipertensi berat, perempuan ketiga mengalami hipertensi dan kejang dan yang ke empat mengalami henti jantung. Kami juga telah melihat kejadian vasokontriksi berat dari dua zat tersebut kandungan yang diberikan secara intravena, yaitu semua denyut perifer hilang, dan diperlukan natrium nitroprusida untuk memulihkan perfusi. Sayangnya, ibu tetap mengalami cedera iskemik hipoksik serebri.

c. Oksitosin (merek yang paling banyak digunakan adalah Syntocinon)

Oksitosin adalah bentuk sintesis oksitosin alami yang diproduksi dalam pituitary posterior, dan aman digunakan dalam konteks yang lebih luas dibandingkan kombinasi agens ergometrin. Obat ini dapat diberikan, baik secara injeksi intravena maupun intra muscular. Namun demikian, pemberian oksitosin melalui bolus intravena dapat menyebabkan hipotensi yang berat dan fatal, terutama jika terdapat perburukan kardiovaskular. (Myles, 2011, hal. 500).

Penggunaan 10 IU Syntocinin melalui injeksi intramuscular, suatu kejadian yang sistematik yang memeriksa kegunaan oksitosin sebagai profilaktik selama persalinan kala tiga menyimpulkan bahwa oksitosin bermanfaat dalam pencegahan perdarahan postpartum. Hanya ada sedikit bukti yang mendukung penggunaan ergometrin secara tersendiri versus Syntocinon atau produk gabungan untuk mencegah perdarahan postpartum lebih dari 1000 ml dan para peneliti merekomendasi penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi penggunaan obat-obatan tersebut.

Kajian selanjutnya menemukan sedikit penurun PPH sebesar 500 ml pada penggunaan kombinasi ergometrin Syntocinon, tetapi tidak ditemukan


(26)

perbedaan antara kelompok yang kehilangan darah lebih dari 1000 ml. Para peneliti menyimpulkan efek yang tidak diinginkan seperti mual, muntah dan meningkatkannya tekanan darah diastolic harus dipertimbangkan terhadap berkurangnya kehilangan darah (Hall, 2013, hal . 139).

d. Prostaglandin

Penggunaan Prostaglandin untuk penatalaksanaan kala tiga sampai saat ini lebih sering berkaitan dengan pengobatan perdarahan pascapartum daripada profilaksis. Hal ini kemungkinan terjadi akibat lebih mahalnya obat ini dibandingkan dengan uteronika yang telas dibahas sebelumnya. Agens prostaglandin juga berkaitan dengan efek samping diare dan komplikasi kardiovaskular menigkatnya isi sekuncup dan frekuensi jantung. Pemberian prostaglandin paling efektif jika diberikan secara intramular (injeksi secara langsung ke dalam dinding uterus).

Misoprostol oral juga telah digunakan sebagai obat dalam penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga. Suatu uji coba terkendali secara acak membandingkan misoprostol oral dengan oksitosin intramuscular setelah pelahiran, dan tidak menemukan adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok yang diteliti dalam perdarahan pascapersalinan, durasi kala tiga, banyak wanita yang menggigil dalam kelompok misoprostol dan penelitian lain menemukan bahwa misoprostol dapat menyebabkan diare pascapersalinan (Hall, 2013, hal. 139).


(27)

5. Langkah – Langkah Manajemen Aktif Kala Tiga

Manajemen Aktif Kala III Terdiri dari 3 Langkah Utama yaitu :

a. Pemberian suntikan Oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.

1) Letakkan bayi baru lahir diatas kain bersih yang telah disiapkan di perut bawah ibu dan minta ibu atau pendampingnya untuk membantu memegang bayi tersebut.

2) Melakukan pemeriksaan :

(a) Uterus untuk memastikan tidak ada bayi lain (Undiagnosed twin ) didalam uterus.

Alasan : Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi kuat dan dapat menyebabkan hipoksia berat yang akan sangat menurunkan pasokan oksigen kepada bayi kedua.

(b) Hati-hati jangan menekan kuat (ekspresi) dinding pada korpus uteri karena dapat meyebabkan kontraksi tetanik atau spasme serviks. (c) Identifikasi dan antisipasi kelainan perlekatan plasenta.

3) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik

Alasan : Hali ini merupakan bagian dari asuhan sayang ibu, yaitu dengan memberikan penjelasan setiap akan melakukan prosedur kepada pasien.

4) Segera ( dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir ) suntikan oksitosin 10 I.U IM pada 1/3 bagian atas paha bagian luar (aspektus lateralis).

Alasan : Paha akan lebih mudah untuk dilihat dibandigkan bokong ketika ibu pasien sedang terlentang. Serta Oksitosin merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga akan


(28)

mempercepat pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah. Lakukan aspirasi sebelum penyuntikan unutk mencegah oksitosin masuk langsung ke pembuluh darah.

5) Letakkan kembali alat suntik pada tempatnya, ganti kain alas dan penutup tubuh bayi dengan kain bersih dan kering yang baru kemudian lakukan penjepitan (2-3 menit setelah bayi lahir) dan pemotongan tali pusat sehingga dari langkah 4 dan 5 ini akan tersedia cukup waktu bagi bayi untuk memperoleh sejumlah darah kaya zat besi dari ibunya.

Alasan : Penjepitan tali pusat sedini mungkin akan mempercepat proses perubahan sirkulasi darah pada bayi.

6) Serahkan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan kontak kulit dengan ibu.

7) Tutup kembali perut bawah ibu dengan kain bersih

Alasan : Kain akan mencegah kontaminasi tangan penolong persalinan yang sudah memakai sarung tangan dan mencegah kontaminasi oleh darah pada perut ibu.

b. Melakukan Penegangan Tali pusat Terkendali

Penegangan tali pusat terkendali adalah melakukan tarikan kearah sejajar dengan sumbu rahim saat uterus berkontraksi, dan secara stimulant dan melakukan tahanan pada daerah supra pubik. Tujuan melakukan ini adalah melepaskan plasenta dan melahirkan plasenta. Penanganan ini memberikan dampak lepas dan turunnya plasenta. Penegangan tali pusat ini harus dihentikan segera bila dalam 30-40 detik tidak terdapat penurunan plasenta, dan dapat diteruskan lagi pada kontraksi uterus selanjutnya. Potensi komplikasi yang terjadi adalah inverse uterus, dan retensi sebagian


(29)

dari plasenta, Namun kunci utama untuk melakukan penegangan tali pusat terkendali dengan aman adalah prosedur pelaksanaan dan petugas kesehatan yang sudah terlatih dengan baik ( Hall, 2013 ).

Langkah-langkah dalam Penegangan tali pusat terkendali : 1)Berdiri disamping ibu.

2) Pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pada tali pusat sekitar 5- 10 cm dari vulva.

Alasan : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi.

3) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus kearah lumbal dan kepala ibu (dorso – kranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversion uteri (Gambar 2-1).

4) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali (sekitar dua atau tiga menit berselang) untuk mengulangi kembali penegangan tali pusat terkendali.

5) Saat mulai kontraksi (uterus menjadi bulat atau tali pusat menjulur) tegangkan tali pusat kea rah bawah. Lakukan tekanan dorso – kranial hingga tali pusat makin menjulur dan korpus uteri bergerak ke atas yang menandakan plasenta telah lepas dan dapat dilahirkan.


(30)

Jangan melakukan penegangan tali pusat tanpa diikuti dengan tekanan dorso-kranial secara serentak pada bagian bawah uterus (diatas simfisis pubis).

arah dorso- kranial

Tegangkan tali pusat dengan klem

Gambar 2.1 : Melahirkan plasenta dengan melakukan penegangan tali pusat

6) Tetapi Jika langkah 5 di atas tidak berjalan sebagaimana mestinya dan plasenta tidak turun setelah 30 – 40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tanda – tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta. Jangan teruskan penegangan tali pusat.

7) Pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutnya. Jika perlu, pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memanjang. Pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta.

8) Pada saat kontraksi berikutnya terjadi, ulangi penegangan tali pusat terkendali dan tekanan dorso – kranial pada korpus uteri secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontraksi sehingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus.


(31)

9) Jika setelah 15 menit melakukan PTT dan dorongan dorso-kranial, plasenta belum juga lahir maka ulangi pemberian oksitosin 10 I.U IM, tunggu kontraksi yang kuat kemudian ulangi PTT dan dorongan dorso kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.

10)Setelah plasenta terlepas dari dinding uterus (bentuk uterus menjadi globuler dan tali pusat menjulur ke luar), maka anjurkan ibu untuk meneran agar plasenta terdorong keluar melalui introitus vagina, Bantu kelahiran plasenta dengan cara menegangkan dan mengarahkan tali pusat sejajar dengan lantai ( mengikuti poros jalan lahir ).

Alasan : segera melepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus akan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu.

11)Pada saat plasenta pada introitus vagina, lahirkan plasenta dengan mengangkat tali pusat ke atas dan menopang plasenta dengan tangan lainnya untuk meletakkan dalam wadah penampung. Karena selaput ketuban mudah robek, pegang plasenta dengan kedua tangan dan secara lembut putar plasenta hingga selaput ketuban terpelin menjadi satu. 12)Lakukan penarikan dengan lembut dan perlahan-lahan untuk

melahirkan selaput ketuban.

Alasan : Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati – hati akan membantu mencegah tertinggalnya selaput ketuban di jalan lahir. 13)Jika selaput ketuban robek dan tertinggal di jalan lahir saat

melahirkan plasenta, dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan anda atau klem DTT atau steril atau forsep untuk keluarkan selaput ketuban tersebut.


(32)

Catatan : Jika plasenta belum lahir setelah 30 menit sejak bayi dilahirkan maka lakukan konseling pada suami/keluarganya bahwa mungkin ibu perlu dirujuk karena waktu normal untuk melahirkan plasenta sudah terlampaui dan kemungkinan ada penyulit lain yang memerlukan penanganan di rumah sakit rujukan.

Jika akibat kondisi tertentu maka fasilitas kesehatan rujukan sulit dijangkau dan kemudian timbul perdarahan maka sebaiknya dilakukan tindakan plasenta manual. Untuk melaksanakan hal tersebut, pastikan bahwa petugas kesehatan telah terlatih dan kompeten untuk melaksanakan tindakan atau prosedur yang diperlukan.

perhatikan : Jika sebelum plasenta lahir dan mendadak terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual untuk segera mengosongkan kavum uteri,sehingga uterus segera berkontraksi secara efektif dan perdarahan dapat dihentikan. Jika pasca tindakan tersebut, masih terjadi perdarahan maka lakukan kompresi bimanual internal/eksternal atau kompresi aorta, atau pasang tampon kondom katete. Beri oksigen 10 IU dosis tambahan atau misoprostol 600 – 1000 mcg per rektal. Tunggu hingga uterus dapat berkontraksi kuat dan perdarahan berhenti, baru hentikan tindakan kompresi atau keluarkan tampon (JNPKR, APN, 2012, hal. 92).

c. Masase Fundus Uteri

Segera setelah plasenta lahir, lakukanlah masase fundus uterus 1)Telapak tangan diletakkan pada fundus uteri


(33)

2) Memberi penjelas tindakan kepada ibu, dengan mengatakan bahwa ibu mungkin terasa agak tidak nyaman karena tindakkan yang diberikan. Anjurkan ibu untuk menarik napas dalam dan perlahan serta rileks.

3) Segera setelah plasenta dan membran lahir, dengan penahan yang kokoh lakukanlah masase fundus uterus dengan lembut tetapi mantap, tangan digerakkan dengan arah memutar pada fundus uteri agar uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, maka dilakukan penatalaksanaan atonia uteri.

Alasan : Mencegah perdarahan yang berlebihan, dan merupakan diagnosis cepat dari atonia uteri.

4) Melakukan pemeriksaan plasenta dan selaputnya untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh :

a) Memeriksa plasenta sisi maternal (yang melekat pada dinding uterus) untuk memastikan keduanya lengkap dan utuh.

b) Memasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang.

c) Memeriksa plasenta sisi fetal (yang menghadap ke bayi) d) Mengevaluasi selaput untuk memastikan kelengkapannya.

5) Memeriksa kembali uterus setelah 1-2 menit untuk memastikan uterus berkontraksi.Jika uterus masih belum berkontraksi baik, ulangi masase fundus uteri. Ibu dan keluarganya diajarkan bagaimana cara melakukan masase uterus sehingga mampu untuk segera mengetahui jika uterus tidak berkontraksi baik.


(34)

6) Memeriksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1 jam kedua pascapersalinan (Sondakh, 2013, hal. 137).

B. Upaya Mencegah Atonia uteri.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah atonia uteri adalah Pemberian oksitosin rutin pada kala tiga dapat mengurangi risiko perdarahan postpartum lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi kebutuhan obat tersebut sebagai terapi. Manajemen aktif kala tiga dapat mengurangi jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia, dan kebutuhan transfusi darah.

Manajemen aktif kala tiga terdiri atas intervensi yang direncanakan untuk mempercepat pelepasan plasenta dengan meningkatkan kontraksi uterus dan untuk mencegah perdarahan postpartum dengan menghindari atonia uteri. Atonia uteri dapat dicegah dengan Manajemen aktif kala tiga, yaitu:

1. Memberikan obat oksitosin 10 IU segera setelah bahu bayi lahir. 2. Melakukan penegangan tali pusat terkendali

3. Masase uterus segera setelah plasenta dilahirkan agar uterus tetap berkontraksi (Gondo, 2011, hal 3).

Atonia uterus merupakan kegagalan myometrium pada sisa plasenta untuk berkontraksi dan beretraksi serta mengompresi pembuluh darah yang robek dan mengendalikan kehilangan darah dengan kerja ligature. Ketika plasenta masih melekat, volume darah yang mengalir ke plasenta adalah sekitar 500-800 ml per menit. Setelah terjadi pemisahan, kontraksi dan retraksi yang efisien oleh otot uterus menyumbat aliran tersebut dan mencegah perdarahan, yang seandainya terjadi, akan terjadi dengan kecepatan aliran yang sangat menakutkan. Penyebab atonia uterus yang mengakibatkan perdarahan postpartum adalah :


(35)

a. Pemisahan plasenta inkomplet

Jika plasenta tetap melekat secara utuh pada dinding uterus, hal ini cenderung tidak menyebabkan perdarahan. Namun demikian, jika pemisahan telah terjadi, pembuluh darah maternal akan robek. Jika jaringan plasenta sebagian tetap tertanam dalam desidua yang menyerupai spons, kontraksi dan retraksi yang efisien akan terganggu.

b. Kesalahan dalam penatalaksanaan kala tiga persalinan.

Dikatakan bahwa faktor ini tetap menjadi penyebab perdarahan postpartum yang paling sering. Gesekan fundus atau manipulasi uterus dapat mencetuskan terjadinya kontraksi arimik sehingga plasenta hanya sebagian terpisah dan kehilangan retraksi.

c. Kandung kemih penuh

Jika kandung kemih penuh, kedekatannya dengan uterus di dalam abdomen setelah kala dua persalinan dapat menganggu kerja uterus. Hal ini juga merupakan kesalahan dalam penatalaksanaan.

d. Persalinan lama

Dalam persalinan yang fase aktifnya berlangsung lebih dari 12 jam, inersia uterus dapat terjadi akibat kelelahan otot.

e. Polihidramnion atau kehamilan kembar

Miometrium menjadi sangat teregang sehingga menjadi kurang efisien (Myles, 2011, hal. 509).


(36)

C.Kepatuhan

1. Defenisi Kepatuhan

Culsum (2006, dalam Suwarnisih, 2011, hal. 2) mengatakan kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti disiplin dan taat. Patuh adalah sikap positif individu yang ditunjukkan dengan adanya perubahan secara berarti sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau patuh dalam kamus ilmiah populer diartikan sebagai tindakan taat, turut perintah, setia dan loyal akibat motif-motif internal individu.

2. Tingkat Kepatuhan

Nurbaiti (2004, dalam Suwarnisih, 2011, hal. 2) mengatakan besar kecilnya penyimpangan pelaksanaan pelayanan dibandingkan dengan standart pelayanan yang ditetapkan anjuran.

3. Tingkat Ketidakpatuhan

Suatu kondisi pada individu atau kelompok yang sebenarnya mau melakukan tetapi dapat dicegah untuk melakukannya oleh faktor-faktor yang menghalangi ketaatan terhadap suatu anjuran.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Kepatuhan

Tingkat kepatuhan dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, seperti usia, pendidikan, pengetahuan, masa kerja, dan motivasi. Kurang patuhnya terhadap sesuatu akan berakibat rendahnya mutu itu sendiri.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tingkat Ketidakpatuhan

Pemahaman tentang instruksi yang kurang lengkap. Akibat kegagalan dalam memberikan informasi. Tidak seorangpun dapat mematuhi instruksi, jika ia salah paham tentang instruksi yang diterima. Kualitas interaksi yang


(37)

kurang diminati, kurang empati, kurang kejelasan, kurang pentingnya ketrampilan interpersonal dalam memacu kepatuhan.

D. Bidan

1. Defenisi Bidan

Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui oelh pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, jika melakukan praktik yang bersangkutan harus mendaftar untuk mendapatkan ijin praktik dari lembaga yang berwenang dalam melaksanakan praktik bidan harus mampu memberikan asuhan sesuai dengan kebutuhan pada : wanita hamil, bersalin, nifas, BBL, bayi dan balita.


(38)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan gambaran dan arahan asumsi mengenai variabel- variabel yang akan diteliti, atau memiliki arti hasil sebuah sitesis dari proses berfikir deduktif, dengan kemampuan kreatif dan inovatif diakhiri konsep atau ide baru (Hidayat, 2011, hal. 22).

Kerangka konsep penelitian yang berjudul “Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di Klinik Bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei TuanTahun 2014” adalah sebagai berikut :

Kepatuhan Pelaksanaan

Manajemen Aktif Kala Tiga Upaya Mencegah Atonia Uteri Oleh Bidan

1. Pemberian Suntikan Oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir. 2. Penegangan Talipusat

Terkendali

3. Masase Fundus Uteri

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri.


(39)

B. Defenisi Operasional

Defenisi Operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,

atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010, hal. 113).

Tabel 3.1 Defenisi Operasional No Variabel Defenisi

Operasional

Alat

Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala 1. Kepatuhan

Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan. Merupakan tindakan yang dilakukan oleh bidan yang sesuai dengan pedoman Manajemen Aktif Kala Tiga. Lembar Cheklist Mencatat tindakan Manajemen Aktif Kala Tiga yang dilakukan oleh bidan dalam menolong persalinan melalui Dokumenta si partograf atau catatan medik, atau pun catatan lain bidan, dengan menggunak an item 1= dilakuka n,

0 = Tidak dilakukan

Kepatuhan dikatakan a)Patuh jika

responden mencatat 3 pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga dalam dokumentasi partograf, atau catatan medik, atau pun catatan lain bidan, b) Tidak patuh jika responden hanya mencatat < 3

pelaksanaan Manajemen aktif kala Tiga dalam dokumentas i partograf, atau catatan medik, atau pun catatan lain bidan Ordinal

2. Pemberian suntikan Oksitosin dalam 1 menit pertama Merupakan tindakan pemberian suntikan oksitosin kepada ibu Lembar Cheklist Mencatat dari dokumentas i partograf atau catatan medik, atau Dilaksanakan apabila bidan mencatat pemberian suntikan oksitosin Nominal


(40)

lahir dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir. lain bidan, apakah bidan melakukan pemberian suntikan oksitosin dalam kala tiga persalinan. Jika ya diberi nilai = 1 Jika tidak diberi nilai = 0 bersalin dalam dokumentasi partograf atau catatan medik, atau pun catatan lain bidan. Tidak dilaksanakan apabila bidan tidak mencatat pemberiaan oksitosin kepada ibu didalam dokumeentasi partograf atau catatan medik, atau pun catatan lain bidan 3. Penegangan

tali pusat terkendali Merupakan tindakan yang dilakukan oleh bidan dalam menegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain menekan uterus dengan arah dorso kranial. Lembar Cheklist Mencatat dari dokumentas i partograf atau catatan medik, atau pun catatan lain bidan, apakah bidan melakukan penegangan talipusat terkendali dalam kala tiga persalinan. Jika ya diberi nilai = 1 Jika tidak diberi nilai = 0 Dilaksanakan apabila bidan mencatat tindakan penegangan talipusat terkendali kepada ibu bersalin dalam dokumentasi partograf atau catatan medik, atau pun catatan lain bidan, Tidak dilaksanakan apabila bidan tidak mencatat tindakan penegangan talipusat terkendali kepada ibu bersalin dalam dokumentasi partograf atau catatan medik, atau pun Nominal


(41)

catatan lain bidan 4. Masase

fundus uteri Menggerakka n telapak tangan dengan arah memutar pada fundus uterus. Lembar Cheklist Mencatat dari dokumentas i partograf atau catatan medik, atau pun catatan lain bidan, apakah bidan melakukan masase fundus uteri pada kala tiga persalinan. Jika ya diberi nilai = 1 Jika tidak diberi nilai = 0 Dilaksanakan apabila bidan mencatat tindakan masase fundus uteri kepada ibu bersalin dalam dokumentasi partograf atau catatan medik, atau pun catatan lain bidan, Tidak dilaksanakan apabila bidan tidak mencatat tindakan masase fundus uteri kepada ibu bersalin dalam dokumentasi partograf atau catatan medik, atau pun catatan lain. Nominal


(42)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A.Desain Penelitian

Desain Penelitian adalah bersifat Deskriptif dengan pendekatan retrospektif atau rancangan dengan pendekatan retrospektif. yaitu penelitian ini di dalam pengumpulan datanya dilakukan berdasarkan pada catatan medis, mencari mundur sampai waktu peristiwanya terjadi di masa lalu (Machfoedz, 2010, hal. 13).

Desain ini digunakan untuk mengetahui kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan catatan medik di Klinik Bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014. B.Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek (benda) atau subjek (orang) yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sulistyaningsih,2011, hal. 64).

Berdasarkan pendapat di atas maka yang akan menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang berada di Klinik Bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan berjumlah 32 bidan di 21 klinik bersalin (data dari survey langsung di desa Bandar khalipa)

2. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi. Dalam penelitian kebidanan, kriteria sampel meliput i ktireria inklusi dan dan kriteria eksklusi, dimana kriteria


(43)

tersebut menentukan dapat tidaknya sampel tersebut digunakan (Hidayat, 2011, hal. 51).

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan mengambil anggota populasi semua menjadi sampel. Cara ini dilakukan bila populasinya kecil (Hidayat, 2011, hal. 71).

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang berada di Klinik Bersalin desa Bandar khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan berjumlah 32 bidan di 21 Klinik Bersalin (data dari survey langsung di desa Bandar khalipah). Adapun kriteria inklusi sampel penelitian adalah sebagai berikut :

1) Bidan yang mempunyai Klinik Bersalin 2) Bertempat tinggal di desa Bandar Khalipah 3) Bidan yang mempunyai pasien bersalin

Kriteria eksklusi sampel penelitian adalah sebagai berikut : 1) Bidan yang tidak mempunyai Klinki Bersalin

2) Bidan yang tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian 3) Bidan yang tidak mempunyai pasien bersalin

C.Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di seluruh Klink Bersalin yang berada di desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan dengan alasan peneliti pernah melaksanakan praktek belajar lapangan di desa Bandar Khalipah.

D.Waktu Peneltian

Penelitian ini dilakukan mulai Maret 2014 sampai dengan Juni tahun 2014. Penelitian ini dilakukan dari pengajuan judul, penelusuran pustaka, konsultasi dengan dosen pembimbing, pengajuan proposal, pengolahan data dan sidang akhir.


(44)

E.Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan permasalahan etik, adapun masalah etika yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut :

1) Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan .Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah agar responden mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Setelah calon responden bersedia, maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent. Tetapi jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung.

2) Anonimity (tanpa nama)

Anonimity memberikan jaminan dalam penggunaan penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3) Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasiaan memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasi lriset. Serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negative yang akan terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Data yang


(45)

diperoleh semata-mata digunakan demi perkembangan ilmu pengetahuan (Hidayat, 2011, hal. 83).

F. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diambil dari pendokumentasian partograf bidan atau catatan medik, atau pun catatan lain bidan dalam manajemen aktif kala tiga ketika menolong persalinan di klinik bersalin kemudian dipindahkan kedalam lembar checklist.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara peneliti untuk mengumpulkan data yang akan dilakukan dalam penelitian, sebelum melakukan pengumpulan data agar dapat memperkuat hasil penelitian (Hidayat, 2011, hal. 75).

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan lembar checklist. Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan mencatat langsung oleh peneliti dengan melihat dokumentasi partograf bidan atau catatan medik, atau pun catatan lain bidan dalam menolong persalinan pada kala tiga dilakukan atau tidaknya Manajemen Aktif Kala Tiga, apabila sesuai dengan pernyataan, peneliti memberi tanda cekcklist (√) pada lembar checklist. Untuk setiap tindakan yang dilakukan diberi skor 1 dan tindakan yang tidak dilakukan bidan diberi skor 0.

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menerima surat izin penelitian dari program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan mendapat izin dari BPS di desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Setelah mendapat persetujuan peneliti akan melaksanakan pengumpulan data di BPS desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan, dimana terdapat responden yang sesuai dengan kriteria penelitianya itu seluruh bidan yang membuka Praktek Swasta


(46)

di desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan. Peneliti melakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan tujuan penelitian serta menanyakan kesedian responden. Jika responden bersedia,responden menandatangani informed consent sebagai bukti persetujuan,kemudian peneliti melihat dan mencatat dokumentasi bidan dalam menolong persalinan apakah bidan melakukan manajemen aktif kala tiga atau tidak melakukan manajemen aktif kala tiga. Jika responden tidak bersedia diteliti responden berhak untuk menolak.

H. Pengolahan Data dan Analisa 1. Pengolahan data

Semua data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpul (Hidayat, 2011, hal. 95).

Dalam penelitian peneliti memeriksa semua lembar checklist apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data dilengkapi dengan mewancarai ulang responden.

b) Coding

Coding adalah kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri dari beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisa data menggunakan komputer (Hidayat, 2011, hal. 95).

Dalam penelitian data yang telah diperiksa, kemudian diberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer, untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data.


(47)

c) Data entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master table atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat table kontigensi (Hidayat, 2011, hal. 95).

Dalam penelitian, peneliti memasukkan data yang telah dibersihkan kedalam program computer, Setelah data dimasukkan kedalam computer lakukan pemeriksaan terhadap semua data guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data. Tahap terakhi rmelakukan penyimpanan data untuk siap di analisis (saving).

2. Analisa data

Analisa data menggunakan analisis univariat yakni menganalisis variabel-variabel yang ada secara diskriptif dengan melihat persentase data yang terkumpul dengan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dari kepustakaan yang ada.


(48)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan mengemukakan hasil penelitian dan pembahasan mengenai kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri di klinik bersalin desa Bandar khalipah kecamatan Percut sei tuan tahun 2014.

A. Hasil Penelitian

Dari hasil pengumpulan data yang telah dilaksanakan di desa Bandar Khalipah dengan jumlah responden 32 bidan, maka hasil penelitian akan diuraikan dalam bentuk analisa univariat.

1. Analisa Univariat

Analisa univariat ini bertujuan untuk mengidentifikasi kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri. Berikut ini akan dijabarkan hasil identifikasi karakteristik responden serta kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri.

a. Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi Pendidikan, umur dan lama bekerja. Karakteristik responden disajikan dalam bentuk tabel berikut.


(49)

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Bidan di klinik bersalin desa Bandar khalipah kecamatan Percut

Sei Tuan tahun 2014.

Karakteristik N %

Pendidikan

- S2 . M.Kes 1 3,1

- S1 SKM/D4 7 21,9

- D3 Keb 24 75

Total 32 100

Umur

- < 20 tahun 0 0

- 20 – 35 tahun 20 62,5

- > 35 tahun 12 37,5

Total 32 100

Lama bekerja

- < 10 tahun 16 50,0

- 10 – 20 tahun 12 37,5

- > 20 tahun 4 12,5

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.1 adapun distribusi frekuensi dari karakteristik responden adalah berdasarkan pendidikan, umur dan lama bekerja. Dari hasil penelitian didapatkan dari 32 responden di desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan bahwa pendidikan responden mayoritas pendidikan responden D3 Kebidanan yaitu sebanyak 22 responden (73,3%). Berdasarkan umur responden mayoritas umur responden 20 – 35 tahun yaitu sebanyak 20 responden (62,5%). Berdasarkan lama bekerja responden mayoritas lama bekerja responden < 10 tahun yaitu sebanyak 16 responden (50,0 %)


(50)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Responden Berdasarkan pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir di klinik

bersalin desa Bandar khalipah kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014.

Pemberian suntikan

oksitosin N %

Dilaksanakan 8 25,0

Tidak dilaksanakan 24 75,0

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir di klinik bersalin desa Bandar khalipah kecamatan Percut Sei Tuan dengan jumlah 32 responden mayoritas pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir yang terlihat di dalam dokumentasi responden tidak tercatat maupun tidak dilaksanakan yaitu sebanyak 24 responden (75,0 %).

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Responden Berdasarkan Penegangan Tali pusat Terkendali di klinik bersalin desa Bandar khalipah

kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014.

Penegangan Tali pusat

Terkendali N %

Dilaksanakan 4 12,5

Tidak dilaksankan 28 87,5


(51)

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa Penegangan Tali pusat Terkendali di klinik bersalin desa Bandar khalipah kecamatan Percut Sei Tuan dengan jumlah 32 responden mayoritas Penegangan Tali pusat Terkendali yang terlihat di dalam dokumentasi responden tidak tercatat maupun tidak dilaksanakan yaitu sebanyak 28 responden (87,5%).

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Pelaksanaan Responden Berdasarkan Masase Fundus Uteri di klinik bersalin desa Bandar khalipah kecamatan

Percut Sei Tuan tahun 2014.

Masase Fundus Uteri N %

Dilaksanakan 3 9,4

Tidak dilaksankan 29 90,6

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa Masase Fundus Uteri di klinik bersalin desa Bandar khalipah kecamatan Percut Sei Tuan dengan jumlah 32 responden mayoritas Masase Fundus Uteri yang terlihat di dalam dokumentasi responden tidak tercatat maupun tidak dilaksanakan yaitu sebanyak 29 responden (90,6%).

Berdasarkan perhitungan sesuai dengan kategori yang ditetapkan, maka kepatuhan responden Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri di klink bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut :


(52)

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah

Atonia Uteri di klinik bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2014.

Kepatuhan N %

Patuh 3 9,4

Tidak Patuh 29 90,6

Total 32 100

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri di klinik bersalin desa Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan dengan jumlah 32 responden mayoritas responden tidak patuh yaitu sebanyak 29 responden (90,6%).

B. Pembahasan

1. Pelaksanaan Pemberian Suntikan Oksitosin dalam 1 menit Pertama Setelah Bayi Lahir.

Menurut Varney ( 2008 ) pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama segera setelah bayi lahir, untuk pelahiran plasenta menginformasikan kehilangan darah yang jauh lebih sedikit pada penatalaksanaan aktif kala tiga, bahkan pada populasi yang beresiko rendah mengalami perdarahan post-partum. Oksitosin yang diberikan sebelum pelahiran plasenta akan mengurangi perdarahan sampai dengan 40%. Percobaan kala tiga Bristol di Ingris, yang umumnya memberikan obat oksitosin pada ibu setelah bayi baru lahir, menunjukkan bahwa lebih sedikit darah yang hilang pada


(53)

penatalaksanaan aktif kala tiga persalinan dibandingkan pada penatalaksanaan fisiologis kala tiga. Penelitian selanjutnya menginformasikan kehilangan darah yang jauh lebih sedikit pada penatalaksanaan aktif kala tiga, bahkan pada populasi yang beresiko rendah mengalami perdarahan post-partum.

Berdasarkan tabel 5.2 dapat dilihat bahwa kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir dari 32 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak melaksanakan pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama segera setelah bayi lahir yaitu sebanyak 24 responden (75,0%) hal ini menunjukkan jika responden tidak melakukan manajemen aktif kala tiga dengan memberikan oksitosin 10 IU secara IM akan beresiko perdarahan terhadap ibu bersalin, dan dari tabel terlihat bahwa responden tidak kompoten dan tidak peduli dengan dokumentasi yang dilakukan selama pemberian suntikan oksitosin setelah bayi lahir.

2. Pelaksanaan Penegangan Tali pusat Terkendali.

Menurut Hall (2013) penegangan tali pusat terkendali adalah melakukan tarikan kearah sejajar dengan sumbu rahim saat uterus berkontraksi, dan secara stimulant dan melakukan tahanan pada daerah supra pubik. Tujuan melakukan ini adalah melepaskan plasenta dan melahirkan plasenta. Dimana langkah-langkah dalam Penegangan tali pusat terkendali yaitu pindahkan klem (penjepit untuk memotong tali pusat saat kala dua) pada tali pusat sekitar 5- 10 cm dari vulva, letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (beralaskan kain) tepat di atas simfisis pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan


(54)

menekan uterus pada saat melakukan penegangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi yang kuat, tegangkan tali pusat dengan satu tangan dan tangan yang lain (pada dinding abdomen) menekan uterus kearah lumbal dan kepala ibu (dorso – kranial). Lakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya inversion uteri.

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dilihat bahwa kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan penegangan tali pusat terkendali dari 32 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak melaksanakan penegangan tali pusat terkendali yaitu sebanyak 28 responden (87,5%) hal ini menunjukkan jika responden tidak melakukan manajemen aktif kala tiga dengan melakukan penegangangan tali pusat terkendali untuk pengeluaran plasenta akan beresiko perdarahan terhadap ibu bersalin yaitu beresiko terjadinya inversio uteri dan dari tabel terlihat bahwa responden tidak kompoten dan tidak peduli dengan dokumentasi yang dilakukan dalam penegangan tali pusat terkendali dalam manajemen aktif kala tiga.

3. Masase Fundus Uteri

Menurut Rogers et al (2008) segera setelah kelahiran plasenta, dilakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri. Dari penelitian yang dilakukan di Assiut, Mesir yang melibatkan 200 orang wanita melahirkan, dengan memberikan pemijatan fundus uteri secara berkala selama 10 menit pada 60 menit pertama setelah melahirkan memberikan hasil perdarahan <500 ml dan mengurangi penggunaan uteronika tambahan. Di Indonesia ini adalah standar dalam penanganan kala tiga.


(55)

Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan masase fundus uteri dari 32 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak melaksanakan masase fundus terkendali yaitu sebanyak 29 responden (90,6 %) hal ini menunjukkan jika responden tidak melakukan manajemen aktif kala tiga dengan melakukan masase fundus uteri setelah pengeluaran plasenta akan beresiko perdarahan terhadap ibu bersalin dan dari tabel terlihat bahwa responden tidak kompoten dan tidak peduli dengan dokumentasi yang dilakukan dalam masase fundus uteri dalam manajemen aktif kala tiga.

4. Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Atonia Uteri

Menurut Culsum (2006, dalam Suwarnisih, 2011, hal. 2) mengatakan kepatuhan berasal dari kata patuh yang berarti disiplin dan taat. Patuh adalah sikap positif individu yang ditunjukkan dengan adanya perubahan secara berarti sesuai dengan tujuan yang ditetapkan atau patuh dalam kamus ilmiah populer diartikan sebagai tindakan taat, turut perintah, setia dan loyal akibat motif-motif internal individu.

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan catatan medik dari 32 responden menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak patuh dalam melakukan manajemen aktif kala tiga dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan catatan medik yaitu sebanyak 29 responden (90,6 %) tidak sesuai dengan manajemen aktif kala tiga. Responden yang tidak patuh dalam penelitian tersebut yaitu dari 5 bidan delima yang tidak patuh 2 bidan delima dan dari 32 responden bidan yang


(56)

telah mengikuti APN sebanyak 19 responden dan yang tidak patuh sebanyak 16 responden.

Faktor penghambatnya adalah dari faktor kebijakan pemerintah dan faktor penolong karena dalam pelaksanaan manajemen aktif kala tiga dalam upaya mencegah atonia uteri berdasarkan catatan medik tidak ada pengawasan dari pemerintah yang mengawasi catatan medik setiap bidan dalam persalinan nya. Sehingga bidan tidak peduli dengan dokumentasinya.

Dari Faktor Penolong dalam perihal pengetahuan tentang manajemen aktif kala tiga semua responden mengetahuinya, tetapi masih banyak bidan yang melakukan drip oksitosin ketika pembukaan lengkap hal ini terlihat bahwa bidan masih belum yakin akan efektifitas manajemen aktif kala tiga, dan kondisi lingkungan yang tidak mendukung seperti tidak ada yang membantu dalam menolong persalinan termasuk diantaranya tidak ada yang mengurus bayi, tidak ada yang mengingatkan maslah waktu dan juga tidak ada yang bertugas untuk kebersihan lingkungan ruangan kerja yang mengakibatkan bidan tidak patuh dalam melakukan dokumentasi atau pun catatan medic dalam menolong persalinan.

C. Keterbatasan Penelitian

Dalam pengumpulan data peneliti ini telah berupaya semaksimal mungkin untuk memperoleh data yang sebenarnya, tetapi dalam penelitian ini keterbatasan peneliti adalah waktu dan jarak tempuh yang jauh ke tempat penelitian.


(57)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa data maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tingkat kepatuhan dari 32 responden dalam manajemen aktif kala tiga

mayoritas tidak patuh yaitu :

a. 24 responden (75%) tidak melakukan pemberian oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir.

b. 28 responden (87,5%) tidak melakukan penegangan tali pusat terkendali. c. 29 responden (90,6%) tidak melakukan masase fundus uteri.

B. Saran

1. Bagi Praktek Pelayanan Kebidanan

Mengupayakan pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal) kepada semua bidan praktek dimana manajemen aktif kala tiga adalah bagian yang tidak bisa dipisahkan dari persalinan yang aman.

2. Bagi Responden

Kelengkapan catatan medik, dimana partograp merupakan kondisi yang harus diperhatikan oleh bidan praktek. Angka-angka diatas diperoleh karena ketidaklengkapan catatan medik.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dan dapat dikembangkan pada penelitian berikutnya dalam lingkup yang lebih luas.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

Chapman, V. 2013. Persalinan dan Kelahiran Asuh Kebidanan. Jakarta: EGC Dinkes Provsu. 2009. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara 2008. Medan Djami, Moudy E, & Indrayani. 2012. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.

Jakarta: Trans Info Media

Faisal. 2008. Pendarahan Pasca Persalinan. http://www.scribd.com/doc/8649214/ PENDARAHAN-PASCA-PERSALINAN. Diakses tanggal 25 November 2013 Hall, J, & Helen Baston. 2013. Persalinan. Jakarta: EGC

Hidayat, A. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan Teknik AnalisisData. Jakarta: Salemba Medika

Indrayani dan Moudy Emma Unaria Djami. 2013. Asuhan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Trans Info Media

JNPK-KR. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta

J.S. Sondakh, M.Clin.Mid, Jenny. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Erlangga

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Survey Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Survey Demografi Kesehatan Indonesia. Jakarta

Koh,et, al AMSTL, PATH, 2011

tanggal 12 November

Machfoedz, Ircham. 2010. Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Fitramaya

Mariana 2012.

November 2013

Mubarak, Wahit Iqbal. 2012. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Myles. 2011. Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, Prof. Dr. Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta


(59)

Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Yogyakarta: Graha Ilmu Sulistyawati, A. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba dan

Esti Nugraheny

Rukiyah, Ai Yeyeh dkk. 2009. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta: Trans Info Media

Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Rihana

Uripmi, Dra.C.Lia. 2011. Praktik Bidan. Jakarta: EGC

Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC Walsh, L. 2008. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC Williams. 2013. Obstetri Williams. Jakarta: EGC


(60)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

Dengan Hormat,

Saya bernama Basma Lia Ritonga / 125102140, sedang menjalani Program Pendidikan D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan program D-IV Bidan Pendidik yang sedang saya jalani, saya melakukan penelitian dengan judul “Kepatuhan Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala Tiga oleh Bidan dalam Upaya Mencegah Terjadinya Atonia Uteri Berdasarkan Catatan Medik di Klinik Bersalin desa Bandar Khalipah .”

Perdarahan postpartum masih menjadi salah satu dari tiga penyebab utama kematian ibu secara global. Meskipun mayoritas (99%) kematian dilaporkan terjadi di Negara berkembang, Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan postpartum dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi postpartum (Myles, 2009, hal. 495).

Upaya yang dilakukan dalam penurunan Angka Kematian Ibu, Kementerian Kesehatan telah menekankan pentingnya Manajemen Aktif Kala Tiga pada setiap asuhan persalinan normal. Saat ini, Manajemen Aktif Kala Tiga telah menjadi prosedur tetap pada asuhan persalinan normal dan menjadi salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki setiap tenaga kesehatan penolong persalinan (dokter dan bidan). Dengan demikian, Manajemen Aktif Kala Tiga, termasuk pemberian injeksi oksitosin profilaksis pasca lahirnya bayi secara rutin pada kala Tiga dapat mengurangi risiko perdarahan postpartum lebih dari 40%, telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah perdarahan pascapersalinan. Seluruh tenaga kesehatan penolong


(61)

persalinan (dokter, bidan) diharapkan dapat melaksanakan Manajemen Aktif Kala Tiga pada setiap asuhan persalinan normal dalam upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu di Indonesia (KemenKes RI, 2011, ¶1).

Tujuan Penelitian saya adalah untuk mengetahui kepatuhan pelaksanaan manajemen aktif kala tiga oleh bidan dalam upaya mencegah atonia uteri.

Untuk melakukan penelitian ini saya akan melihat dan mencatatat dokumentasi bidan dalam menolong persalinan apakah diberikan suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, penegangan tali pusat terkendali dan masase fundus dalam melakukan manajemen aktif kala tiga.

Adapun hasil dari penelitian ini tidak akan memberikan dampak negative bagi responden. Responden tidak dikutip biaya apapun dalam penelitian ini. Kerahasiaan menegenai informasi yang telah diberikan oleh responden akan terjamin. Keikutsertaan responden dalam penelitian ini adalah dengan sukarela. Bila responden tidak bersedia, responden berhak menolak diikutsertakan dalam penelitian ini dan tidak akan ada konsekuensi, perlakuan yang tidak layak maupun membeda-bedakan dengan yang lainnya. Bila membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi saya: Nama : Basma Lia Ritonga

Alamat : JL. Dr.Mansyur. Gg. Sipirok Medan Baru. No HP : 081376277762

Apabila responden bersedia dan menyetujui penelitian ini, harap menandatangani formulir sebagai tanda persetujuan. Atas partisipasi responden saya ucapkan terimakasih.

Medan, 2014 Peneliti Basma Lia Ritonga


(62)

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Telah mendapat penjelasan dan memahami mengenai segala yang akan dilakukan terhadap saya. Dengan ini saya menyatakan setuju untuk diikutsertakan sebagai subjek dalam penelitian ini. Demikian surat persetujuan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa paksaan

Medan, 2014 Yang menyetujui

( )


(63)

LEMBAR CHEKLIST PENELITIAN

KEPATUHAN PELAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA

OLEH BIDAN DALAM UPAYA MENCEGAH ATONIA UTERI

BERDASARKAN CATATAN MEDIK DI KLINIK BERSALIN

BANDAR KHALIPAH KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN TAHUN 2014

Kode : Tanggal : Data demografi

Pendidikan :

Umur :

Lama Kerja :

Nilai setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut : 1. Dilaksanakan (D) : Langkah atau tugas yang dicatat dengan benar

dan sesuai urutan.

2. Tidak Dilaksanakan (TD) : Langkah atau tugas yang tidak dicatat dengan Benar dan tidak sesuai urutan.

LEMBAR CHECKLIST MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA

No LANGKAH TINDAKAN

D TD

1. Pemberian Suntikan Oksitosin 10 U IM dalam 1 menit Pertama setelah Bayi Lahir.

2.

Penegangan Tali Pusat Terkendali 3.


(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Basma Lia Ritonga

Tempat/Tanggal Lahir : Pangkalan, 6 Januari 1992 Anak ke : 3 dari 3 bersaudara

Agama : Islam

Nama Ayah : Maujalo Ritonga S.Pd Nama Ibu : Ridas Wati Lubis S.Pd

Alamat : Jl. Abd Hakim Nasution No: 23 Kec. Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1996 – 1998 : TK Aisyah Padangsidimpuan Lulus dan Berijazah

Tahun 1998 – 2004 : SDN 15 Padangsidimpuan Lulus dan Berijazah Tahun 2004 – 2007 : SMPN 1 Padangsidimpuan

Lulus dan Berijazah

Tahun 2007 – 2010 : SMAN 3 Padangsidimpuan Lulus dan Berijazah

Tahun 2010 – 2013 : D III Kebidanan MEDISTRA Lubuk Pakam Lulus dan Berijazah


(1)

49

LEMBAR CHEKLIST PENELITIAN

KEPATUHAN PELAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA

OLEH BIDAN DALAM UPAYA MENCEGAH ATONIA UTERI

BERDASARKAN CATATAN MEDIK DI KLINIK BERSALIN

BANDAR KHALIPAH KECAMATAN

PERCUT SEI TUAN TAHUN 2014

Kode : Tanggal : Data demografi

Pendidikan :

Umur :

Lama Kerja :

Nilai setiap kinerja langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut : 1. Dilaksanakan (D) : Langkah atau tugas yang dicatat dengan benar

dan sesuai urutan.

2. Tidak Dilaksanakan (TD) : Langkah atau tugas yang tidak dicatat dengan Benar dan tidak sesuai urutan.

LEMBAR CHECKLIST MANAJEMEN AKTIF KALA TIGA

No LANGKAH TINDAKAN

D TD

1. Pemberian Suntikan Oksitosin 10 U IM dalam 1 menit Pertama setelah Bayi Lahir.

2.

Penegangan Tali Pusat Terkendali 3.

Masase Fundus Uteri Lampiran 3


(2)

(3)

(4)

(5)

53 Lampiran 8


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

Nama : Basma Lia Ritonga

Tempat/Tanggal Lahir : Pangkalan, 6 Januari 1992 Anak ke : 3 dari 3 bersaudara

Agama : Islam

Nama Ayah : Maujalo Ritonga S.Pd Nama Ibu : Ridas Wati Lubis S.Pd

Alamat : Jl. Abd Hakim Nasution No: 23 Kec. Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan

II. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun 1996 – 1998 : TK Aisyah Padangsidimpuan Lulus dan Berijazah

Tahun 1998 – 2004 : SDN 15 Padangsidimpuan Lulus dan Berijazah Tahun 2004 – 2007 : SMPN 1 Padangsidimpuan

Lulus dan Berijazah

Tahun 2007 – 2010 : SMAN 3 Padangsidimpuan Lulus dan Berijazah

Tahun 2010 – 2013 : D III Kebidanan MEDISTRA Lubuk Pakam Lulus dan Berijazah