Pengalaman Bidan tentang Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III di Kec. Delitua
PENGALAMAN BIDAN TENTANG PENATALAKSANAAN
MANAJEMEN AKTIF KALA III di
KEC. DELITUA
TAHUN 2008
DEWI KURNIASIH
075102038
KARYA TULIS ILMIAH
PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
(2)
LEMBAR PENGESAHAN KTI
Judul : PENGALAMAN BIDAN TENTANG PENATALAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DI KLINIK BERSALIN KEC. DELITUA TAHUN 2008.
Nama : Dewi Kurniasih
Nim : 075102038
Program Studi : D-IV Bidan Pendidik FK USU
Pembimbing
(dr. Zulkifli, Msi) NIP.130 675 296
(3)
Judul : Pengalaman Bidan Tentang Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III Di Kec. Delitua Tahun 2008
Nama : Dewi Kurniasih
NIM : 075102038
Program Studi : D-IV Bidan Pendidik FK-USU
Pembimbing Penguji
..……….. .……….. Penguji I
(dr. Zulkifli, MSi) (Dewi Elizadiani Suza SKp, MNS)
.……….. Penguji II (dr. Isti I. Fujiati, MSc (CM-FM)
.……….. Penguji III (dr. Zulkifli, MSi)
Program D-IV Bidan Pendidik telah menyetujui Karya Tulis Ilmiah ini sebagai bagian dari prasyarat kelulusan untuk Sarjana Sains Terapan untuk D-IV Bidan Pendidik.
………..………….. ………..
(Dewi Elizadiani Suza, SKp, MNS) (dr. Murniati Manik, MSc, SpKK)
NIP. 132 258 269 NIP. 130 810 201
(4)
LEMBAR PERNYATAAN
PENGALAMAN BIDAN TENTANG PENATALAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF KALA III DI KEC. DELITUA
TAHUN 2008
KARYA TULIS ILMIAH
Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya orang lain yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya tulis atau pendapat orang lain atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam karya tulis ilmiah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Juni 2008 Yang menyatakan,
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatNya sehingga penulis dapat menyusun karya tulis ilmiah ini dengan judul “Pengalaman Bidan Tentang Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III di Klinik Bersalin Kec. Delitua Tahun 2008”. Karya tulis ilmiah ini disusun adalah untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana sains terapan pada program D IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan Penerapan Ilmu Dalam Mata Kuliah Metodologi Penelitian dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini penulis banyak menghadapi kesulitan tapi berkat bantuan dari berbagai pihak karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya khususnya kepada dr. Zulkifli, MSi selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktu memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Prof. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan dr. Murniati Manik, MSc, SpKK selaku ketua pelaksana Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Bidan di Klinik Bersalin Kec. Delitua yang memberi izin lokasi penelitian, Bapak Ibu Dosen dan seluruh staf administrasi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
(6)
Terima kasih yang tiada akhir penulis ucapkan kepada my loving parent Ayahanda Gimun dan Ibunda Watini yang tak pernah berhenti memberikan bantuan dan dukungannya baik materi dan moril. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Adinda – adinda ku tersayang Nining, Puput dan Azis. Thank you and luv ya all.
Dalam kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh rekan-rekan D-IV Bidan Pendidik Angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas bantuan dan dukungan selama penyusun karya tulis ilmiah ini berlangsung.
Penulis sngat menyadari bahwa penulisan karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik itu isi, cara pengetikan maupun bahasa untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak terutama untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang ilmu kebidanan (keperawatan di masyarakat luas).
Medan, Nopember 2007
Penulis
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan Penelitian ... 4
1.3. Pertanyaan Penelitian ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Pengalaman ... 5
2.2. Bidan ... 6
2.3. Manajemen Aktif Kala III ... 7
2.3.1. Defenisi ... 7
2.3.2. Tujuan Manajemen Aktif Kala III ... 7
2.3.3. Keuntungan dan Kerugian Manajemen Aktif Kala III 8 2.3.4. Dampak Yang Mungkin Terjadi Jika Manajemen Aktif Kala III Tidak Dilakukan ... 8
2.4. Fisiologi Kala III Persalinan ... 8
(8)
2.5. Penanganan Persalinan Kala III ... 11
2.5.1. Manajemen Aktif Kala III ... 11
2.5.2. Manajemen Fisiologi Kala III ... 12
2.6. Pelaksanaan Aktif Kala III Persalinan ... 12
2.6.1. Pemberian Suntikan Oksitosin ... 13
2.6.2. Penegangan Tali Pusat Terkendali ... 13
2.6.3. Rangsangan Taktil (Pemijatan) Fundus Uteri ... 15
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 17
3.1. Desain Penelitian ... 17
3.2. Defenisi Konseptual ... 17
3.3. Defenisi Operasional ... 18
3.4. Populasi dan Sampel ... 18
3.4.1. Populasi ... 18
3.4.2. Sampel ... 18
3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19
3.6. Pertimbangan Etik ... 19
3.7. Instrumen Penelitian ... 20
3.8. Pengumpulan Data ... 21
3.9. Analisa Data ... 23
3.10.Tingkat Kepercayaan Data ... 24
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 25
(9)
4.1.2. Hasil Wawancara ... 26
4.2. Pembahasan ... 32
4.2.1. Manajemen Aktif Kala III ... 33
4.2.2. Tata Cara Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala III .... 33
4.2.3. Manfaat Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala III ... 33
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
5.1. Kesimpulan ... 36
5.2. Saran ... 37 DAFTAR PUSTAKA
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Formulir Persetujuan Penelitian (Informed Consent) 2. Lembar kuesioner Penelitian
3. Jadwal Kegiatan (Time Table) 4. Rencana Biaya Penelitian
5. Surat Izin Penelitian dari D-IV Bidan Pendidik 6. Surat Balasan penelitian dari Klinik Bersalin 7. Lembar Konsul
(11)
Judul Pengalaman Bidan tentang Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III di Kec. Delitua
Penulis Dewi Kurniasih
Jurusan D-IV Kebidanan Tahun Akademik 2007/2008
ABSTRAK
Manajemen aktif kala III adalah rangkaian tindakan (1) Pemberian oksitosika (seperti oksitoksin 10 IU) segera setelah bayi lahir dan yakin tidak ada kehamilan kembar, (2) Tali pusat dijepit dan digantung, (3) Peregangan tali pusat terkendali. Manajemen aktif kala III ini menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologisnya.. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengalaman bidan tentang penatalaksanaan manajemen aktif kala III di Kec. Delitua.
Kec.in penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi. Partisipan yang dilibatkan adalah bidan praktek swasta yang berjumlah 4 orang. Pengumpulan data berlangsung bulan maret s/d mei 2008. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data dan wawancara mendalam menggunakan tape recorder. Untuk analisa data digunakan Colaizi.
Adapun hasil penelitian dari keempat partisipan mengenai pengalaman bidan tentang penatalaksanaan manajemen aktif kala III, tiga partisipan menerapkan metode manajemen aktif kala III dalam menangani persalinan dan yang sudah mengikuti pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN), sedangkan satu partisipan menjalani metode manajemen kala III secara fisiologis dan tidak pernah mengikuti pelatihan APN.
Pelatihan petugas kesehatan khususnya tenaga bidan mengenai seluruh elemen manajemen aktif dalam pelatihan keterampilan manajemen aktif kala III yang diperlukan untuk merawat mencegah adanya komplikasi potensial dari ibu dan bayi yang baru dilahirkan. Sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan ibu yang optimal.
(12)
Judul Pengalaman Bidan tentang Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III di Kec. Delitua
Penulis Dewi Kurniasih
Jurusan D-IV Kebidanan Tahun Akademik 2007/2008
ABSTRAK
Manajemen aktif kala III adalah rangkaian tindakan (1) Pemberian oksitosika (seperti oksitoksin 10 IU) segera setelah bayi lahir dan yakin tidak ada kehamilan kembar, (2) Tali pusat dijepit dan digantung, (3) Peregangan tali pusat terkendali. Manajemen aktif kala III ini menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologisnya.. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengalaman bidan tentang penatalaksanaan manajemen aktif kala III di Kec. Delitua.
Kec.in penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi. Partisipan yang dilibatkan adalah bidan praktek swasta yang berjumlah 4 orang. Pengumpulan data berlangsung bulan maret s/d mei 2008. Proses pengumpulan data melalui kuesioner data dan wawancara mendalam menggunakan tape recorder. Untuk analisa data digunakan Colaizi.
Adapun hasil penelitian dari keempat partisipan mengenai pengalaman bidan tentang penatalaksanaan manajemen aktif kala III, tiga partisipan menerapkan metode manajemen aktif kala III dalam menangani persalinan dan yang sudah mengikuti pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN), sedangkan satu partisipan menjalani metode manajemen kala III secara fisiologis dan tidak pernah mengikuti pelatihan APN.
Pelatihan petugas kesehatan khususnya tenaga bidan mengenai seluruh elemen manajemen aktif dalam pelatihan keterampilan manajemen aktif kala III yang diperlukan untuk merawat mencegah adanya komplikasi potensial dari ibu dan bayi yang baru dilahirkan. Sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan ibu yang optimal.
(13)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bagi perempuan, persalinan merupakan salah satu risiko kesehatan yang besar, termasuk yang tidak mempunyai masalah kesehatan sebelumnya (pada masa kehamilan). Akibat fatal yang dapat ditimbulkan risiko persalinan yaitu kematian ibu maupun bayi (Outlook, 2001).
Berdasarkan penelitian WHO (World Health Organization) di seluruh
dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa / tahun. Kematian maternal tersebut terjadi terutama di negara-negara berkembang sebesar 90% (Manuaba, 2002).
Di Negara-Negara ASEAN, angka kematian ibu (AKI) lebih rendah dibandingkan dengan di Indonesia. Di negara Vietnam angka kematian ibu pada tahun 2003 tercatat sebanyak 95 per 100.000 kelahiran hidup, Malaysia tercatat 30 per 100.000 kelahiran hidup, dan Singapura 9 per 100.000 kelahiran hidup (Salmah, 2006).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2002/2003, AKI di Indonesia berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang ibu bersalin meninggal dunia karena berbagai sebab. Demikian pula angka kematian bayi (AKB), khususnya angka kematian bayi baru lahir (neonatal) masih berada pada kisaran 20 per 1.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2005).
(14)
2
Berdasarkan Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara Tahun 2006, angka kematian ibu di Sumatera Utara dalam lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan penurunan secara berturut-turut. Pada tahun 2002 terdapat 360/100.000 kelahiran hidup, tahun 2003 sebesar 345/100.000 kelahiran hidup, tahun 2004 sebesar 330/100.000 kelahiran hidup, tahun 2005 sebesar 315/100.000 kelahiran hidup, dan tahun 2006 sebesar 315/100.000 kelahiran hidup. (Dinkes Propsu, 2007).
Sebab utama kematian ibu yaitu dapat secara langsung adalah perdarahan, infeksi, eklampsia, partus lama, dan komplikasi abortus. Selain itu, penyebab kematian ibu tidak langsung seperti anemia, kurang energi, protein (KEP), dan kurang energi kronis (KEK) (Salmah, 2006).
Perdarahan hebat pada persalinan merupakan penyebab yang paling utama dari kematian ibu di seluruh dunia. Walaupun seorang perempuan dapat bertahan hidup setelah mengalami perdarahan pasca persalinan (PPP) yang terjadi pada Kala III persalinan, namun ia akan menderita kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah kesehatan yang berkepanjangan (Outlook, 2001).
Untuk mencegah perdarahan pada kala III, melalui Asuhan Persalinan Normal (APN) dapat dilakukan manajemen aktif kala III yaitu pertolongan persalinan aktif dengan pemberian oksitosin untuk merangsang kontraksi rahim, penegangan tali pusat terkendali dan pemijatan fundus uteri. Dari beberapa penelitian menunjukkan, penatalaksanaan manajemen aktif kala III dapat menurunkan risiko perdarahan pasca persalinan sampai 40% (Depkes, 2004).
(15)
3
Bidan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam pelayanan kesehatan karena kedudukannya sebagai ujung tombak dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan, pertolongan, dan pengawasan neonatus pada persalinan ibu post partum. Peranan penting bidan yaitu untuk menurunkan angka kesakitan, salah satunya dengan melakukan manajemen aktif kala III (Manuaba, 2002).
Penatalaksanaan manajemen aktif kala III oleh bidan, dapat menjadi pengalaman yang baik jika dalam penatalaksanaan manajemen aktif kala III tersebut bidan dapat melakukannya dengan baik, sehingga pada akhirnya bidan akan menjadi terampil dalam melakukan asuhan persalinan pada ibu melahirkan.
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Mengenali pentingnya pengalaman seputar persalinan bagi bidan akan memberikan kesempatan untuk menceritakannya pada orang lain (rekan profesi bidan). “Sebuah pengalaman lebih dari sebuah kisah.” (Kirkham, 1997)
Studi pendahuluan yang penulis lakukan di klinik bersalin di Kecamatan Delitua menunjukkan bahwa beberapa bidan melakukan manajemen aktif kala III tidak sesuai prosedur, seperti melakukan peregangan tali pusat, sementara plasenta belum turun.
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengalaman Bidan Tentang Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III di Klinik Bersalin Kecamatan Delitua Tahun 2008”
(16)
4
1.2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana pengalaman bidan tentang penatalaksanaan manajemen aktif kala III di Klinik Bersalin Kecamatan Delitua Tahun 2008?.
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengalaman bidan tentang penatalaksanaan manajemen aktif kala III di Klinik Bersalin Kecamatan Delitua Tahun 2008.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak, sebagai berikut :
1. Bagi Profesi Kebidanan
Sebagai bahan masukan, dan sebagai bahan informasi awal untuk penelitian berikutnya tentang penatalaksanaan manajemen aktif kala III.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan bacaan (referensi) di perpustakaan Program Studi D-IV Bidan Pendidik FK USU Medan.
3. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan kemampuan penulis dalam pengumpulan dan menganalisa data, khususnya dalam penelitian kualitatif mengenai pengalaman bidan tentang penatalaksanaan manajemen aktif kala III.
(17)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengalaman
Pengalaman berasal dari kata dasar “Alami” yang mempunyai arti mengalami menemui, mengarungi, menghadapi, menyebrangi, menyelami, menanggung, mendapat, mengenyam, menikmati dan merasakan (Endarmoko, 2006).
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan akan tetapi pengalaman bagi seseorang dapat berdampak bagi orang lain dengan membagikan pengalaman mereka saat mereka mengalami suatu hal, dan hal tersebut menyebabkan pengalaman mereka semakin mendalam (Kirkham, 1997).
Pengalaman tidak lepas dari keadaan lingkungan sekitar, pengalaman dipengaruhi oleh pendidikan dan lingkungan sosial secara umum, juga sering kali dipandang bersifat subjektif karena terjadi perbedaan tahan antara subjek dan objek yang dipandang (Sarwono, 1998).
Pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan yang didahului oleh proses penginderaan terhadap stimulus yang diterima oleh panca indranya hal ini disebut juga dengan persepsi (Waljito, 2003).
James mengatakan bahwa persepsi adalah suatu pengalaman yang terbentuk berupa data-data yang didapat melalui indera hasil pengolahan otak dan ingatan. Persepsi juga merupakan proses mental yang terjadi pada diri manusia
(18)
6
yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, dan meraba panca indera di sekitar kita (Widayatun, 1999).
2.2Bidan
Bidan adalah seorang yang telah secara teratur mengikuti suatu program pendidikan kebidanan yang diakui di negara program tersebut di selenggarakan, telah berhasil menyelesaikan serangkaian pendidikan kebidanan yang di tetapkan, dan telah memperoleh kualifikasi yang diperlukan untuk bisa di daftarkan dan atau secara hukum memperoleh izin untuk menjalankan praktek kebidanan (Varney, 2007).
Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu. Dia harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasehat yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan masa pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak-anak. Asuhan ini termasuk preventif pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medik lainnya. Dia mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas ke daerah tertentu dari ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. Dia bisa berpraktek di rumah sakit, klinik, unit
(19)
7
2.3Manajemen Aktif Kala III 2.3.1 Defenisi
Manajemen aktif adalah segera memberikan oksistoksin 10 IU segera setelah bayi lahir dan melakukan traksis terkendali pada tali pusat
(Controled-Cordtraction) agar separasi plasenta segera di inisiasi (Prawirohardjo, 2001).
Kala III persalinan adalah periode yang dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta secara lengkap. Disebut juga sebagai kala uri, yang terdiri dari 2 fase yaitu (a) melepasnya plasenta dari implantasinya pada dinding uterus, (b) Pengeluran plasenta dari dalam kavum uteri (Prawirohardjo, 2001).
Yang dimaksud dengan manajemen aktif kala III adalah rangkaian tindakan (1) Pemberian oksitosika (seperti oksitoksin 10 IU segera setelah bayi lahir dan yakin tidak ada kehamilan kembar, (2) Tali pusat dijepit dan digantung, (3) Peregangan tali pusat terkendali, permukaan samping suatu tangan diletakkan pada segmen bawah uterus dan dilakukan pendorongan ke arah atas sewaktu dilakukan tarikan ringan pada tali pusat ke arah bawah dan dengan tangan lain sampai plasenta dan selaput ketuban lahir (Depkes, 1999).
2.3.2 Tujuan Manajemen Aktif Kala III
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologisnya (JNPK-KR,2004).
(20)
8
2.3.3 Keuntungan dan Kerugian Manajemen Aktif Kala III
Keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala III antara lain (a) kala III persalinan yang lebih singkat, (b) Mengurangi jumlah kehilngan darah, (c) Mengurangi kejadian retensio plasenta (Widyastuti, 2002).
Kerugian manajemen kala III adalah (a) Metode ini memerlukan persedian oksitoksin, alat-alat untuk injeksi dan sterilisasi yang mungkin tidak tersedia di beberapa fasilitas, (b) Metode ini mengganggu proses fisiologi normal (Widyastuti, 2002).
2.3.4 Dampak Yang Mungkin Terjadi Jika Manajemen Aktif Kala III tidak dilakukan
Dampak yang mungkin terjadi jika manajemen aktif kala III tidak dilakukan adalah (a) Kala III persalinan lebih panjang, (b) Jumlah kehilangan darah lebih banyak, (c) Kejadian retensio plasenta mungkin lebih cenderung terjadi, (d) Komplikasi persalinan yang berkaitan dengan kala ini mungkin lebih cenderung terjadi (JNPK-KR, 2004).
2.4Fisiologi Kala III Persalinan
Pada kala III persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga uterus ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat implantasi plasenta, karena tempat implementasi menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal kemudian dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta akan
(21)
9
2.4.1 Tanda-tanda Pelepasan Plasenta
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa hal seperti: 1. Perubahan bentuk dan Tinggi fundus
Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh (diskoid) dan tinggi fundus biasanya turun hingga dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus menjadi bulat dan fundus diatas pusat (sering sekali mengarah ke sisi kanan). 2. Tali Pusat memanjang
Tali pusat terlihat keluar memanjang atau terjulur melalui vulva dan vagina (tanda ahfeld).
3. Semburan darah tiba-tiba
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta keluar dan dibantu oleh gaya grafitasi. Semburan darah yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul diantaranya tempat melekatnya plasenta dan permukaan maternal plasenta (darah retroplasenter), keluar tapi plasenta yang terlepas (JNPK-KR, 2004).
2.4.2 Metode Pengeluaran Plasenta
Ada dua metode untuk mengeluarkan plasenta, yaitu dijelaskan oleh Schultze dan Matthews Duncan (Widyastuti, 2002).
a. Metode Schulze
Pelepasan plasenta mulai dari pertengahan, sehingga plasenta lahir diikuti oleh pengeluaran darah (Manuaba,1998).
(22)
10
Plasenta terlepas dari suatu titik pusat dan merosot ke vagina melalui lubang dalam kantung amnion, permukaan fetal plasenta muncul pada vulva dengan selaput ketuban yang mengikuti di belakang seperti payung terbalik saat terkelupas dari dinding uterus. Permukaan maternal plasenta tidak terlihat, dan bekuan darah berada dalam kantong yang terbalik (Widyastuti, 2002). b. Metode Matthews Duncun
Pelepasan plasenta dari daerah tepi sehingga terjadi perdarahan dan diikuti pelepasan plasentanya (Manuaba, 1998).
Plasenta turun melalui bagian samping dan masuk ke vulva dengan pembatas maternal terlebih dahulu, seperti kancing yang memasuki lubang baju. Bagian yang berada didalam kantong. Pada metode Matthernws Duncan ini kemungkinan terjadinya bagian selaput ketuban tersebut tidak terkelupas semua selengkap metode Schutze (Widyastuti, 2002).
Beberapa cara untuk mengetahui apakah plasenta telah lepas dari tempat implementasinya yaitu dipakai beberapa perasat antara lain:
1. Perasat Kustner
Tangan kanan merengangkan atau menari sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan darah diatas simfisis. Bila tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap dan tidak masuk kembali kedalam vagian, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Perasat ini hendaknya dilakukan secara hati-hati, apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan banyak akan dapat terjadi (Prawirohardjo, 2002).
(23)
11
2. Perasat Strassman
Tangan kanan meregangkan dan menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok-ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan ini, berarti plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak terasa getaran, berarti telah lepas dari dinding uterus (Prawirohardjo, 2002). 3. Perasat Klien
Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun kebawah, mengedannya dihentikan dan tali pusat masuk kembali kedalam vagian berarti plasenta telah lepas dari dinding uterus (Prawirohardjo, 2002).
4. Perasat Crede
Dengan cara memijat uterus seperti memeras jeruk agar plasenta lepas dari dinding uterus hanya dapat di pergunakan bila terpaksa misalnya pendarahan. Perasat ini dapat mengakibatkan kecelakaan perdarahan post partum (Prawirohardjo, 2002).
2.5 Penanganan Persalinan Kala III
Penanganan kala III dapat berbeda-beda, disini diuraikan 2 cara yaitu Menajemen Aktif dan Manejemen Fisiologis. Pemahaman terhadap kedua istilah tersebut dapat berbeda-beda pula, namun defenisi yang penulis gambarkan disini adalah sebagai berikut:
2.5.1 Manajemen Aktif Kala III
Manajemen Aktif Kala III adalah (1) Pemberian oksitoksika (seperti oksitoksin 10 IU) segera bai keluar dan yakin tidak ada kehamilan kembar,
(24)
12
(2) Tali pusat dijepit dan digantung, (3) Peregangan tali pusat terkendali, permukaan samping satu tangan di letakkan pada segmen bawah uterus dan dilakukan pendorongan ke arah atas bawah dengan tangan lain sampai plasenta dan selaput ketuban lahir (Depkes, 1999).
2.5.2 Manejemen Fisiologis Kala III
Yang dimaksud dengan manajemen fisiologis kala III adalah (1) Tidak dipergunakan oksitoksika, (2) Menunggu tanda-tanda pelepasan plasenta, (3) Pengeluaran plasenta disebabkan daya berat dan daya menahan dari ibu, (4) Tali pusat di klem setelah plasenta lahir (Depkes, 1999).
2.6Penatalaksanaan Aktif Kala III Persalinan
Pada kehamilan cukup bulan aliran darah ke uterus sebanyak 500-800 ml / menit. Jika uterus tidak berkontraksi dengan segera setelah melahirkan plasenta, maka ibu dapat mengalami perdarahan sekitar 350-500 ml/menit dari bekas tempat melekatnya plasenta. Kontraksi uterus akan menegangkan pembuluh darah uterus yang berjalan diantara anyaman serabut miometrium sehingga menghentikan darah yang mengalir melalui ujung–ujung arteri di tempat implantasi plasenta (JNPK-KR, 2004).
Penatalaksanaan aktif kala III (pengeluaran aktif plasenta) membantu menghidari terjadinya perdarahan pasca persalinan (Prawirohardjo, 2002).
Manajemen Aktif Kala III terdiri dari tiga langkah-langkah kerja utama (1) Pemberian suntikan oksitoksin, (2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali, (3) Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase) (JNPK-KR,
(25)
13
2.6.1 Pemberian Suntikan Oksitoksin
Pemberian suntikan oksitoksin dapat dilakukan seperti (a) Segera berikan bayi yang telah terbungkus kain pada ibu untuk diberi ASI, (b) Letakkan kain bersih diatas perut ibu, alasanya kain akan mencegah kontaminasi langsung dari tangan, penolong persalinan (yang sudah memakai sarung tangan dan darah pada perut ibu), (c) Periksa uterus untuk memastikan tidak adanya lagi yang lain (undiagnosed twin), alasanya oksitoksi menyebabkan uterus berkontraksi yang akan sangat menurunkan pasokun kepada bayi. Hati-hati untuk tidak menekan uterus dengan keras sehingga terjadi kontraksi tetanik yang akan menyulitkan pengeluaran plasenta, (d) Memberitahukan kepada ibu bahwa ia akan disuntik, (e) Selambat-lambatnya dalam waktu 20 menit setelah bayi lahir segera suntikkan oksitoksin 10 IU pada 1/3 bahwa paha kanan bagian luar, alasanya oksitoksi merangsang fundus uteri untuk berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan mengurangi kehilangan darah. Aspirasi sebelum penyuntikan akan mencegah penyuntikan oksitoksin ke pembuluh darah.
Catatan jika oksitoksin tidak bersedia, minta ibu untuk melakukan stimulasi putting susu atau menganjurkan ibu untuk menyusukan dengan segera. Ini akan menyebabkan pelepasan oksitoksin secara alamiah (JNPK-KR, 2004).
2.6.2 Penegangan Tali Pusat Terkendali
Penegangan tali pusat terkendali terdiri dari (a) Berdiri disamping ibu, (b) Pindahkan klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala dua persalinan pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, alasannya memegang tali pusat lebih dekat ke
(26)
14
vulva akan mencegah evulsi, (c) Letakkan tangan yang lain pada abdomen ibu (alas dengan kain) tepat diatas tulang pubis. Gunakan tangan ini untuk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pada saat melakukan peregangan pada tali pusat. Setelah terjadi kontraksi kuat, tegakkan tali pusat, kemudian tangan pada dinding abdomen menekan korpus uteri kebawah dan menghindari terjadinya inversio uteri, (d) Bila plasenta belum lepas, tunggu hingga ada kontraksi yang kuat (sekitar dua atau tiga menit), (e) Pada saat kontraksi mulai (uterus menjadi kuat atau tali pusat memanjang) tegangkan kembai tali pusat ke arah bawah (dengan hati-hati) bersamaan dengan itu, lakuka penekanan korpus uteri ke arah bawah dan kranel hingga plasenta terlepas dari tempat implantasinya, (f) Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 detik dimulainya penegangan tali pusat dan tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan pemegangan tali pusat, pegang klem dan tali pusat dengan lembut dan tunggu sampai kontraksi berikutna. Jika perlu pindahkan klem lebih dekat ke perineum pada saat tali pusat memegang pertahankan kesabaran pada saat melahirkan plasenta, pada saat kontraksi berikutnya, ulangi tali pusat terkendali dan lakukan tekanan berlawanan arah pada uterus secara serentak. Ikuti langkah-langkah tersebut pada setiap kontrkasi hingga terasa plasenta terlepas dari dinding uterus, (g) Setelah plasenta terlepas, anjurkan ibu untuk memeran sehingga plasenta akan terdorong ke introitus vagina. Tetap tegangkan tali pusat ke arah bawah mengikuti jalan lahir, alasannya segera melepaskan plasenta yang telah terpisah di dinding uterus dapat mencegah kehilangan darah yang tidak perlu, (h) Pada saat plasenta
(27)
15
kedua tangan rata dengan lembut, putar plasenta hingga selaput terpilih, (i) Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk melahirkan selaput ketuban, alasanya melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan membantu mencegah agar selaput tidak robek, (j) Jika terjadi robekan pada selaput ketuban saat melahirkan plasenta dengan hati-hati periksa vagina dan serviks dengan seksama. Gunakan jari-jari tangan anda atau klem atau cunam DTT atau steril untuk keluarkan selaput ketuban yang dapat dicapai oleh jari-jari tangan tersebut (JNPK-KR, 2004).
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penanganan tali pusat terkendali selama 15 menit maka: Mengulangi pemberian oksitoksin 10 IU IM, Menilai kandung kemih dan mengkaterisasi kantung kemih dengan menggunakan tehnik aseptik, meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan, mengulangi penanganan tali pusat selama 15 menit berikutnya, menunjukkan ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi (JNPK-KR, 2004).
2.6.3 Rangsangan Taktil (Pemijatan) Fundus Uteri
Segera setelah kelahiran plasenta, lakukan rangsangan taktil (pemijatan) fundus-fundus uteri (a) Letakkan telapak tanga pada fundus uteri, (b) Jelaskan tindakan ini kepada ibu, katakan bahwa ibu mungkin merasa kurang nyaman, anjurkan ibu untuk menarik nafas dalam perlahan dan berlaku tenang, (c) Dengan lembut tapi mantap, gerakkan tangan secara memutar pada afundus sehingga uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri, (d) Periksa plasenta dan selaputnya untuk
(28)
16
memastikan keduanya lengkap dan utuh, Periksa sisi maternal plasenta (yang menempel pada dinding uterus) untuk memastikan bahwa semuanya lengkap dan utuh (tidak ada bagian yang hilang), pasangkan bagian-bagian plasenta yang robek atau terpisah untuk memastikan tidak ada bagian yang hilang, periksa plasenta bagian fetal (yang menghadap ke janin) untuk memastikan tidak ada kemungkinan loba ekstra (suksenturiata), evaluasi serabut untuk memastikan kelengkapannya, (e) Periksa uterus untuk memastikan kelengkapannya bahwa uterus berkontraksi dengan baik, jika uterus masih belum berkontraksi, ulangi rangsangan taktil (pemijatan) uterus sehingga segera dapat diketahui jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, (f) Periksa kontraksi uterus setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama satu jam kedua pasca persalinan (JNPK-KR,2004).
(29)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode pendekatan
fenomenologi yaitu suatu penelitian tentang pengalaman yang bertujuan untuk
mendapatkan pemahaman dan makna tentang arti peristiwa dan kaitan-kaitan terhadap subyek dalam situasi-situasi tertentu serta menangkap pengertian tentang sesuatu yang sedang diteliti. Fenomenologi merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada subjektifitas pengamalan-pengamalan manusia dan interpretasi-interpretasi dunia (Moleong, 2006). Riset Fenomenologi mengamanahkan peneliti untuk akrab dengan peserta riset dan lingkungannya (Davis, 1978 dikutip Brockopp, 1999). Pada penelitian ini peneliti ingin mengetahui pengalaman Bidan tentang Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III di Klinik Bersalin Kec. Delitua.
3.2Defenisi Konseptual
3.2.1 Pengalaman berasal dari kata dasar “alami” yang mempunyai arti mengalami, menemui, mengarungi, menghadapi, menyebrangi, menyelami, menanggung, mendapat, mengenyam, menikmati, dan merasakan (Endarmoko, 2006).
3.2.2 Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Bidan yang telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai
(30)
18
dengan persyaratan yang berlaku dicatat (register), diberi izin secara sah untuk menjalankan praktek (PP IBI, 2001).
3.2.3 Manajemen Aktif Kala III adalah rangkaian tindakan yang meliputi pemberian oksitosin sedini mungkin, peregangan tali pusat terkendali dan masase uterus (Depkes, 1999).
3.3Defenisi Operasional
3.3.1 Pengalaman adalah suatu pengalaman yang dapat diingat/dibayangkan dan diolah untuk diceritakan berdasarkan prinsip diri manusia berupa kata mengenai Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III.
3.3.2 Bidan adalah orang yang melaksanakan pertolongan persalinan.
3.3.3 Manajemen Aktif Kala III adalah Suatu rangkaian yang terdiri dari pemberian oksitosin, pengkleman tali pusat dini dan pengeluaran plasenta dengan menggunakan tarikan tali pusat.
3.3.4 Kala III adalah kala yang dimulai dari lahirnya bayi sampai keluarnya plasenta, tahap ini biasanya berlangsung selama 20 menit.
3.4Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Bidan praktek swasta yang masih aktif dan berada di Kec. Delitua.
3.4.2 Sampel
(31)
19
memenuhi data dan fokus penelitian yang diinginkan. Tekhnik pengambilan sampel yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan
pertimbangan tertentu yang dBidanat oleh peneliti. Dengan metode ini, Bidan praktek swasta yang memenuhi kriteria dijumpai oleh peneliti selama pengambilan data berlangsung dilibatkan sebagai subjek penelitian. Kriteria untuk sampel yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Bidan yang memiliki praktek swasta di Kec. Delitua.
2. Bidan yang memiliki pengalaman dalam menolong persalinan khususnya dalam melakukan manajemen aktif kala III.
3. Sehat jasmani dan rohani.
4. Bersedia untuk diwawancarai dan bersedia menjadi responden.
3.5Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di klinik bersalin yang berada di Kec. Delitua, dan dengan pertimbangan peneliti berdomisili di Kec. Delitua dan Bidan praktek swasta tersebut pernah menolong persalinan khususnya Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d Mei 2008
3.6Pertimbangan Etik
Sebelum melakukan penelitian ini, peneliti harus mendapat izin dari ketua pelaksana Program Studi D-IV Bidan Pendidikan Fakultas Kedokteran
(32)
20
Universitas Sumatera Utara. Selanjutnya, peneliti mengajukan permohonan izin penelitian ke Klinik Bersalin, khususnya kepada Bidan praktek swasta di Kec. Delitua.
Menjelaskan maksud dan tujuan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Jika bersedia menjadi partisipan, maka partisipan menandatangani lembar persetujuan yang telah dBidanat (informed
conset).
Bila partisipan menolak untuk diwawancarai maka peneliti tidak boleh memaksa dan tetap menghormati hak-haknya karena partisipan tersebut bersifat suka rela dan partisipan mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian. Selanjutnya, untuk menjaga kerahasian identitas responden maka pada lembar pengumpulan data (kuesioner) hanya nomor kode yang akan digunakan sehingga kerahasian identitas informasi yang diberikan tetap terjaga, dan seluruh informasi yang telah diperoleh tidak akan digunakan kecuali untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan tetap menjaga kerahasian identitas.
3.7Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Kuesioner data demografi, yang berisi pertanyaan mengenai data umum responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) berupa usia, suku, agama, tingkat pendidikan, lama buka praktek/bekerja. Data khusus yang
(33)
21
2. Panduan wawancara berisi pertanyaan yang akan diajukan kepada partisipan yaitu meliputi:
a) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengalaman Bidan atau perilaku. Misalnya: bagaimana pengalaman Bidan pada saat menolong persalinan. dan setelah bayi lahir apa yang Bidan lakukan dalam penatalaksanaan manajemen aktif kala III.
b) Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat atau nilai. Misalnya: apa pendapat Bidan dengan dilakukannya pemberian uterotonika pada kala III dan apa nama uterotonika yang Bidan gunakan.
c) Pertanyaan yang berkaitan dengan perasaan. Misalnya: apakah Bidan khawatir jika plasenta tidak keluar.
d) Pertanyaan yang berkaitan dengan indra. Misalnya: apa yang Bidan rasakan dengan adanya tanda-tanda pelepasan plasenta.
e) Pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan. Misalnya: kira-kira berapa lama perslinan kala III berlangsung.
f) Pertanyaan yna berkaitan dengan latar belakang atau demografi. Misalnya: sudah berapa lama Bidan bekerja menjadi Bidan praktek swasta.
3.8Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Setelah mendapatkan izin dari ketua program studi D-IV Bidan Pendidik
USU, peneliti mengadakan pendekatan kepada calon responden untuk mendapatkan persetujuan menjadi sampel penelitian.
(34)
22
2. Pengumpulan data dalam penelitian tersebut, dilakukan dengan cara menggunakan kuesioner data demografi sebagai data dasar dan Depth
Interview yaitu wawancara mendalam terhadap partisipan. Dengan
menggunakan tape recorder dan catatan lapangan.
3. Sebelum melakukan wawancara, terlebih dahulu peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan hal-hal yang terkait dengan penelitian.
4. Partisipan mengisi data demografi yang terdapat pada lembar kuesioner sesuai dengan petunjuk masing-masing, dan diberikan kesempatan untuk bertanya pada peneliti bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti.
5. Peneliti mulai melakukan wawancara dan merekam hasil wawancara. 6. Peneliti menulis dan membaca transkip, jika ada hal-hal yang kurang jelas
akan dilakukan wawancara ulang.
7. Peneliti menganalisis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan mengelompokkan data, selanjutnya data akan diuraikan kedalam bentuk narasi dari semua konsep, kelompok dan kategori konsep.
8. Peneliti membahas hasil penelitian sesuai dengan analisis data yang dilakukan.
9. Pengumpulan data dihentikan jika saturasi data tercapai. Hal ini dapat diketahui dengan menggunakan penelitian yang semaksimal (Grand Tour
Observation) dan pertanyaan yang memenuhi syarat (Grand Tour Question). Atau yang disebut dengan penjelasan umum yang akhirnya
(35)
23
3.9Analisa Data
Analisa data dilakukan bersamaan pada saat transkripsi data pertama dilakukan, data diseleksi kata perkata. Metode collaizi dimodifikasi untuk menganalisa data. Metode collaizi digunakan karena sesuai dengan pendekatan interpretative (menafsirakan) pada penelitian kualitatif. Ini adalah salah satu metode yang umum untuk analisa data yang direkomendasikan untuk studi fenomenologi. Proses analisa data meliputi:
1. Peneliti membaca ulang transkrip wawancara kata per kata untuk dapat merasakan setiap deskripsi.
2. Peneliti memisahkan pernyataan signifikan yang terkait langsung dengan fenomena yang diteliti dari deskripsi yang diperoleh.
3. Peneliti merumuskan makna setelah menganalisis setiap pernyataan signifikan. Peneliti kembali membaca ulang transkrip asli untuk memastikan deskripsi asli telah dilukiskan dalam pernyataan signifikan. 4. Peneliti mengorganisasi makna yang telah dirumuskan ke dalam kelompok
yang memungkinkan munculnya tema. Peneliti kembali merujuk ke transkrip asli untuk validasi.
5. Peneliti mengintegrasikan teman-tema menjadi Exhausive description (Deskripsi yang sudah baku yang tidak dapat diubah lagi). Peneliti juga merujuk ke transkrip asli untuk validasi.
6. Peneliti membuat sebuah pernyataan ringkas dari Exhausive description sebagai tema terakhir.
(36)
24
7. Peneliti menunjukkan pernyataan ringkas dari Exhausive description partisipan untuk memvalidasi pernyataan tersebut.
Colaizzi (1976), menyarankan untuk memvalidasi informasi dengan bertanya “Aspek mana dari pengalaman anda yang belum tercakup?”
3.10 Tingkat Kepercayaan Data
Tingkat kepercayaan data akan dipertahankan dengan cara member
checking dan prolong engagement. Cara ini merupakan suatu teknik untuk
mempertahankan kepercayaan data, dengan cara ini partisipan memverifikasi dan menguraikan data yang telah diperoleh. Jadi dengan cara ini peneliti mengklarifikasi dan menguraikan data yang telah diperoleh kepada partisipan untuk mengetahui kesesuaiannya.
Proses member checking dimulai pada saat peneliti bertemu dengan partisipan, memberi fotocopy transkrip, kemudian mendiskusikan kembali proses member checking yang telah dilakukan dengan pembimbing peneliti. Selain itu peneliti akan melakukan prolong engagement untuk mempertahankan kepercayaan data. Pada cara ini peneliti menghabiskan beberapa waktu untuk mempertahankan kepercayaan data dalam mencapai tujuan tertentu yaitu mempelajari pengalaman, membangun kepercayaan dan mengetahui ekspresi dari partisipan.
(37)
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian fenomenologi bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan tentang pengalaman bidan melaksanakan manajemen aktif kala III dalam proses persalinan di Klinik Bersalin Desa Delitua. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam (Depth Interview).
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Karakteristik Partisipan
Partisipan terdiri dari tiga orang bidan yang pernah menolong persalinan dengan menggunakan metode manajemen aktif kala III. Umur partisipan berkisar antara 33-44 tahun dan rata-rata umur partisipan 38 tahun. Satu dari tiga partisipan beragama Kristen dan dua beragama Islam. Seluruh partisipan berpendidikan DIII kebidanan dan merupakan bidan praktek swasta yang sudah pernah mengikuti pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN). Berikut ini karakteristik dari masing-masing partisipan.
1) Partisipan A
Partisipan A berumur 33 tahun, beragama Kristen, berpendidikan DIII kebidanan dengan sekitar 10 tahun telah menjalani profesi ini.
2) partisipan B
Partisipan B berumur 44 tahun, beragama Islam, berpendidikan DIII kebidanan dengan sekitar 21 tahun menjalani profesi bidan.
(38)
26
3) Partisipan C
Partisipan C berumur 35 tahun, beragama Islam, berpendidikan DIII kebidanan dengan 10 tahun menjalani profesi ini.
Tabel 1.1. Karakteristik Partisipan
Karakteristik Jumlah
Umur
Range 33 - 44 tahun
Mean 38 tahun
Agama
Islam 2 orang
Kristen 1 orang
Pendidikan
DIII Kebidanan 3 orang
Pekerjaan
Bidan Praktek Swasta 3 orang
4.1.2. Hasil Wawancara
Dari hasil wawancara diperoleh pengalaman tentang penatalaksanaan manajemen aktif kala III oleh ketiga partisipan yang meliputi pengertian, cara penatalaksanaan manajemen aktif kala III, manfaat penatalaksanaan manajemen aktif kala III dan masalah yang dihadapi bidan selama melaksanakan penatalaksanaan manajemen aktif kala III.
1. Pengertian Manajemen Aktif Kala III
Manajemen aktif kala III merupakan serangkaian tiga tindakan yang dilakukan membantu proses persalinan pengeluaran uri dengan tujuan mengurangi resiko terjadinya perdarahan pada ibu. Hal ini dinyatakan oleh tiga partisipan
(39)
27
“Manajemen aktif kala III itu adalah penatalaksanaan atau penanganan pada fase pengeluaran uri dimana dengan memberikan suntikan oksitosin, penjepitan dan pemotongan tali pusat dan penegangan tali pusat terkendali sambil pemijatan pada daerah, maka akan mempersikit / mengurangi perdarahan”
(Partisipan A)
“Ya…. Menurut pendapat saya manajemen aktif kala III itu serangkaian tindakan pemberian oksitosin sebesar 10 IU, penegangan tali pusat terkendali dan masase pada fundus uteri setelah plasenta dilahirkan”
(Partisipan B)
“Manajemen aktif kala III itu memberikan tiga tindakan segera setelah bayi keluar yaitu
penyuntikan oksitosin, penjepitan tali pusat dan penegangan tali pusat terkendali
sekaligus masase pada fundus uteri setelah plasenta dilahirkan”
(Partisipan B)
2. Pengalaman Bidan Cara Melaksanakan Manajemen Aktif Kala III
Tata cara pelaksanaan manajemen aktif kala III dilakukan setelah bayi keluar di kala II diawali dengan memberi suntikan oksitosin, penegangan tali pusat terkendali dan mesase pada fundus uteri (JNPK-KR, 2004).
2.1. Pemberian suntikan oksitoksin
Pemberian suntikan oksitoksin dilakukan segera setelah bayi keluar. Namun sebelumnya dilakukan pemeriksaan kembali pada uterus untuk memastikan tidak adanya undiagnosed twin atau tidaka ada janin kedua yang dilahirkan. Hal ini dapat dilihat pernyataan partisipan berikut.
(40)
28
“Setelah bayi keluar pada kala II ya? Kemudian kita periksa apakah ada janin kedua, jika tidak ada janin kedua kemudian kita suntik Sintosinon / Oksitosin 2 mg. Kemudian setelah itu baru kita lakukan……….”
(Partisipan A)
“Setelah janin keluar kita periksa ada janin kedua/tidak/kembar. Kemudian kita suntik oksitosin IM tidak melalui drip lagi”
(Partisipan B)
“….yang pertama setelah bayi lahir terlebih dahulu kita palpasi abdomen apakah ada janin kedua atau tidak kalau tidak apabila tidak ada kita menyuntikkan oksitosin…”
(Partisipan C)
2.2. Penegangan Tali Pusat Terkendali
Penegangan tali pusat terkendali dilakukan apabila terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu dilihat dari perubahan tinggi fundus, tali pusat memanjang dan adanya semburan darah tiba-tiba. Kemudian dilakukan proses penegangan tali pusat. Sebagaimana dapat dilihat dari pernyataan dua partisipan berikut.
“Klem kita pindahkan 5 cm dari vulva ya. Kemudian dari pangkalnya, kemudian kita regangkan dengan tangan pada klem pada tali pusat itu, kemudian tangan kiri berada di atas simfisis. Kemudian kita lakukan gerakan dorso kranial.
(41)
29
“……..pertama yaitu melakukan peregangan tali pusat terkendali dimana satu tangan kita melakukan dorongan ke arah fundus atau dorsal kranial pertama tanda-tanda pelepasan plasenta itu dilihat dari perubahan bentuk dan tinggi fundus uterinya…. kedua tali pusat semakin memanjang dan adanya semburan darah tiba-tiba dari vagina…”
(Partisipan C)
2.3. Rangsangan Taktil (Pemijatan) Fundus Uteri
Pemberian mesase pada bagian fundus dilakukan untuk merangsang
kontrtaksi uterus yang mencegah terjadinya perdarahan yang berlebihan. Hal ini dapat dilihat pernyataan partisipan berikut.
“Nah masase ini dilakukan setelah lepasnya plasenta… kontak langsung tangan kita dengan perut ibu sambil melakukan putaran-putaran agar merangsang kontraksi uterus. pengalaman saya lakukan lebih kurang 5 sampai 10 menit kalau memang dia normal pasti dia akan keluar…”
(Partisipan A)
“kita lakukan penekanan, sedikit penekananlah pada fundus …kita lakukan masase dengan searah jarum jam di atas simpisis Guna masase untuk merangsang kontraksi uteus, kemudian ya…. kalau kontraksinya bagus berarti tidak terjadi perdrahan”
(42)
30
3. Pengalaman Bidan tentang Manfaat Melaksanakan Manajemen Aktif Kala III
Manfaat dilaksanakan manajemen aktif kala III disesuikan dengan tujuan dilaksanakan manajemen ini yaitu untuk menghasilkan kontraksi uterus yang efektif sehingga dapat mempersingkat waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah/ perdarahan serta mengurangi terjadinya retensio plasenta. Berikut pernyataan partisipan;
“…ya itu tadi untuk mengurangi perdarahan, salah satu karena dia lebih bagus dan lebih baik dariapda penanganan secara fisiologis, seperti yang kita ketahui kan ditunggukan….kala III nya lebih singkat, lebih baguslah. perdarahan lebih sedikit, kemudian perlengketan uri itu ya hampir enggak pernahlah ya…”
(Partisipan A)
“manajemen aktif kala III antara lain yaitu kala III persalinan itu bisa dilakukan lebih singkat ya…. yang kedua mengurangi jumlah kehilangna darah serta mengurangi kejadian retensio plasenta…”
(Partisipan B)
“yaa…manfaatnya udah jelaslah, wqktunya lebih singkat kita tidak perlu menungu seperti cara fisiologis, trus mencegah terjadinya retensio plasenta dan yang terkahir mengurangi kehilangan darah terlalu banyak”
(43)
31
Manajemen aktif kala III dapat mengurangi terjadinya kejadian perlengketan plasenta yang biasanya banyak terjadi pada pelaksanaan manajemen fisiologis. Seperti yang dinyatakan oelh partisipan berikut;
“seperti pengalaman yang sudah kita lihat sehari-hari plasenta itu lebih cepat lepas kemudan dia jarang terjadi perlengketan karena meningkatkan peristaltik uterus itu sendiri ya kan… hampir enggak pernahlah ya, enggak ada belum pernah kita alami setelah mengikuti APN. Tetapi sebelumnya dulu ya perdarahan ada yang urinya lengket ada yang gitulah…”
(Partisipan A)
Namun penatalaksanaan manajemen aktif kala III memiliki kelemahan atau kerugian yaitu metode ini memerlukan persediaan oksitoksin dan peralatan injeksi dan sterilisasi serta dapat menggangu proses fisiologi normal. Hal ini dinyatakan oleh partisipan berikut:
“metode ini memerlukan ketersediaan oksitosin, alat-alat untuk injeksi dan sterilisasi yang mungkin tidak disediakan di beberapa fasilitas, menganggu proses fisiologis normal maksudnya otot uterus atau miometrium itu dapat berkontraksi mengikuti berkurangnya ukuran rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi tanpa kita melakukan suntikan oksitosin”
(Partisipan B)
4. Masalah-masalah yang dihadapi Bidan Selama Melakukan Manajemen Aktif Kala III
Selama melaksanakan manajemen aktif kala III ini hampir seluruh partisipan tidak mengalami masalah yang berarti. Namun kemungkinan
(44)
32
munculnya permasalahan tersebut, seorang bidan mesti siap dengan memberikan pertolongan pertama pada pasiennya. Sebagaimana yang dinyatakan oleh partisipan berikut:
“apabila 5 sampai 10 menit plasenta tidak lahir terjadi retensio plasenta, dilakukan dengan cara memilih putting susu ibu supaya kontraksi uterus tetap ada dan itu bisa membuat plasenta lahir. Atau apabila juga tidak ada, mungkin plasenta itu tertahan dengan adanya kandung kemih yang penuh. biasanya kita lakukan kateter, dan apabila juga plasenta tidak lahir setelah kita menyuntikan oksitoksin kedua kalinya”
(Partisipan A)
“Biasanya ya, jika sudah dikasih sintosinon perlengketan itu biasanya nggak akan terjadi karena langsung merangsang (apa namanya…..) kontraksi uteus, tapi kalaupun terjadi kan ada satu – satu (kalaupun terjadi ya…. Kita lakukan manual (pengeluaran plasenta secara manual)”
(Partisipan B)
“kalau terjadi perlengketan…kitaakan pasang infus dulu kemudian baru dilakukan manual plasenta kepada ibu.nah kita ambil penjemputan mungkin saja plasenta itu tidak keluar karena terjadinya jenis plasenta akreta yang menghambat lahir secara normal”
(Partisipan C)
4.2. Pembahasan
Manajemen aktif kala III terdiri atas intervensi yang direncanakan untuk mempercepat pelepasan plasenta dengan cara meningkatkan kontraksi uterus dan
(45)
33
Menurut Prawirohardjo (2001),bahwa manajemen aktif adalah segera memberikan oksistoksin 10 IU segera setelah bayi lahir dan melakukan traksis terkendali pada tali pusat (Controled-Cordtraction) agar separasi plasenta segera di inisiasi.
4.2.1. Manajemen Aktif Kala III Persalinan
Penatalaksanaan manajemen aktif kala III persalinan sangatlah penting. Hal ini berdasarkan tujuan dari manajemen aktif yaitu untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah dibandingkan dengan penatalaksanaan fisiologisnya.
Berdasarkan Depkes (1999), manajemen aktif kala III adalah tindakan pemberian oksitoksika (seperti oksitoksin 10 IU) segera bayi keluar dan yakin tidak ada kehamilan kembar, Tali pusat dijepit dan digantung, Peregangan tali pusat terkendali, permukaan samping satu tangan di letakkan pada segmen bawah uterus dan dilakukan pendorongan ke arah atas bawah dengan tangan lain sampai plasenta dan selaput ketuban lahir.
Pada penelitian ini, seluruh partisipan menyatakan bahwa penatalaksanan manajemen aktif kala III sangat efektif dalam memperkecil terjadinya perdarahan setelah persalinan.
4.2.2. Tata Cara Pelaksanaan Manajemen Aktif Kala III
Manajemen aktif persalinan kala III terdiri atas intervensi yang direncanakan untuk mempercepat pelepasan plasenta dengan meningkatkan
(46)
34
kontraksi rahim dan pencegahan perdarahan pasca persalinan. Berbeda dengan manajemen aktif, manajemen fisiologis adalah menunggu tanda-tanda plasenta sedang melepaskan diri dari dinding rahim dan membiarkannya melepas diri secara spontan (Out Look, 2001).
Penyuntikan oksitosin bertujuan mempercepat waktu persalinan kala III yang lama dan mengurangi perdarahan yang berlebihan setelah persalinan. Pada manajemen aktif, penjepitan plasenta segera dilakukan dan dipotong setelah persalinan, untuk memungkinkan intervensi manajemen aktif lainnnya. Sedangkan pada manajemen fisiologis, penjepitan tali pusat biasanya dilakukan setelah tali pusat berhenti berdenyut. Penegangan tali pusat terkendali mencakup menarik tali pusat kebawah dengan sangat hati-hati begitu rahim telah berkontraksi sambil bersamaan secara bersamaan memberikan tekanan keatas pada rahim. Dengan mendorong perut sedikit diatas tulang pinggang. Tindakan ini membantu dalam pemisahan plasenta dari rahim dan pelepasannya.
Berdasarkan hasil penelitan ketiga partisipan melakukan manjemen aktif kala III sesuai dengan prosedur yang didapatkan dari hasil mengikuti pelatihan APN. Salah satu partisipan menyatakan bahwa sebelum menggunakan metode manajemen aktif ini, selama menolong persalinan secara fisiologis banyak dijumpai kejadian perlengketan plasenta.
4.2.3. Manfaat Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III
(47)
35
kehilngan darah, Dan mengurangi kejadian retensio plasenta. Kerugian manajemen kala III adalah metode ini memerlukan persedian oksitoksin, alat-alat untuk injeksi dan sterilisasi yang mungkin tidak tersedia di beberapa fasilitas, metode ini mengganggu proses fisiologi normal.
Dampak yang mungkin terjadi jika manajemen aktif kala III tidak dilakukan adalah proses kala III persalinan lebih panjang, jumlah kehilangan darah lebih banyak, kejadian retensio plasenta mungkin lebih cenderung terjadi dan komplikasi persalinan yang berkaitan dengan kala ini mungkin lebih cenderung terjadi (JNPK-KR, 2004).
Penyimpanan oksitosin dalam jangka panjang memerlukan lemari pendingin yang kemungkinan tidak tersedia dalam beberapa kondisi. Dan terutama kemahiran bidan/petugas medis lainnya yang sudah terlatih dalam melaksanakan manajemen aktif kala III.
Dari pernyataan partisipan juga ditemui bahwa kelemahan dari metode pelaksanaan manajemen aktif kala III adalah sangat ketergantungan dengan persediaan oksitosin yang cukup serta alat-alat untuk injeksi dan sterilisasi dan juga dapat menimbulkan gangguan proses fisiologis normal.
(48)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari ketiga partisipan mengenai pengalaman melaksanakan manajemen aktif kala III persalinan, seluruhnya melaksanakan metode manajemen aktif kala III dalam menangani persalinan setelah mereka mengikuti pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN).
Penatalaksanaan manajemen aktif kala III dapat dilihat dari serangkaian tiga tindakan yang dilakukan disaat proses persalinan yaitu pemberian suntikan oksitosin segera setelah bayi lahir, penjepitan tali pusat dan penegangan tali pusat terkendali.
Manfaat dilaksanakan manajemen aktif kala III dalam persalinan berupa menghasilkan kontraksi uterus yang efektif sehingga dapat mempersingkat waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah/ perdarahan serta mengurangi terjadinya retensio plasenta. Partisipan menyatakan bahwa selama melaksanakan manajemen aktif ini, mereka tidak menemukan kejadian retensio plasenta, sebagaimana yang sering dialami sebelum menerapkan manajemen aktif kala III.
(49)
37
5.2. Saran
1. Bagi Praktek Pelayanan Kebidanan
Pelatihan petugas kesehatan khususnya tenaga bidan mengenai seluruh elemen manajemen aktif dalam pelatihan keterampilan manajemen aktif kala III yang diperlukan untuk merawat mencegah adanya komplikasi potensial dari ibu dan bayi yang baru dilahirkan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Ilmu kebidanan merupakan wadah pendidikan yang dapat memberikan informasi kepada tenaga pendidik dan mahasiswa mengenai manajemen aktif kala III dan nantinya dapat diterapkan di masyarakat luas.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Agar dapat mengembangkan penelitian selanjutnya sehubungan dengan manajemen aktif kala III persalinan.
(50)
DAFTAR PUSTAKA
Barbara shane. (2002). Out Look Edisi Khusus Kesehtan Ibu dan Bayi Baru
Lahir. Program For Aproriate Technology In Heallth (PATH).
Brockopp, DY & Tolsma. H.T.M. (2000). Dasar – Dasar Riset Keperawatan. Jakarta:EGC
Depkes RI. (1999). Perdarahan Postpartum. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Depkes RI. (2004). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR Endamoko (2006). Pengalaman Kehidupan Manusia. Jakarta.
Manuaba. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: Buka Kedokteran EGC
Moleong, lexi. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta Out Look, 2001. Edisi Khusus Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. PATH
Indonesia. Jakarta.
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2001. Bidan Sebagai Profesi. Jakarta : Depkes RI
Prawirohardjo. (2001). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPK-KR POGI
50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia Menyongsong Masa Depan. (2006). Jakarta:
Pusat Pengurus IBI
Walgito, Bimo. (2004). Pengantar Psikologis Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Widayatun, Tri Rusmi. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: CV Sagung Seto
Widyastuti & Aminah. (2002). Modul Hemoragi Postpartum. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Wiknjosastro, H. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
(51)
PANDUAN WAWANCARA
PENATALAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF
KALA III
1. Apakah yang Bidan ketahui tentang manajemen aktif kala III?
2. Coba anda ceritakan bagaimana cara penatalaksanaan manajemen aktif kala III?
3. Bagaimana menurut pendapat Bidan apa keuntungan dan kerugian dilaksanakan manajemen aktif kala III?
4. Coba anda ceritakan pengalaman anda tentang pelaksanaan manajemen aktif kala III?
(1)
kontraksi rahim dan pencegahan perdarahan pasca persalinan. Berbeda dengan manajemen aktif, manajemen fisiologis adalah menunggu tanda-tanda plasenta sedang melepaskan diri dari dinding rahim dan membiarkannya melepas diri secara spontan (Out Look, 2001).
Penyuntikan oksitosin bertujuan mempercepat waktu persalinan kala III yang lama dan mengurangi perdarahan yang berlebihan setelah persalinan. Pada manajemen aktif, penjepitan plasenta segera dilakukan dan dipotong setelah persalinan, untuk memungkinkan intervensi manajemen aktif lainnnya. Sedangkan pada manajemen fisiologis, penjepitan tali pusat biasanya dilakukan setelah tali pusat berhenti berdenyut. Penegangan tali pusat terkendali mencakup menarik tali pusat kebawah dengan sangat hati-hati begitu rahim telah berkontraksi sambil bersamaan secara bersamaan memberikan tekanan keatas pada rahim. Dengan mendorong perut sedikit diatas tulang pinggang. Tindakan ini membantu dalam pemisahan plasenta dari rahim dan pelepasannya.
Berdasarkan hasil penelitan ketiga partisipan melakukan manjemen aktif kala III sesuai dengan prosedur yang didapatkan dari hasil mengikuti pelatihan APN. Salah satu partisipan menyatakan bahwa sebelum menggunakan metode manajemen aktif ini, selama menolong persalinan secara fisiologis banyak dijumpai kejadian perlengketan plasenta.
4.2.3. Manfaat Penatalaksanaan Manajemen Aktif Kala III
Widyastuti (2002) menyatakan bahwa keuntungan-keuntungan manajemen aktif kala III antara lain kala III persalinan yang lebih singkat, mengurangi jumlah
(2)
35
kehilngan darah, Dan mengurangi kejadian retensio plasenta. Kerugian manajemen kala III adalah metode ini memerlukan persedian oksitoksin, alat-alat untuk injeksi dan sterilisasi yang mungkin tidak tersedia di beberapa fasilitas, metode ini mengganggu proses fisiologi normal.
Dampak yang mungkin terjadi jika manajemen aktif kala III tidak dilakukan adalah proses kala III persalinan lebih panjang, jumlah kehilangan darah lebih banyak, kejadian retensio plasenta mungkin lebih cenderung terjadi dan komplikasi persalinan yang berkaitan dengan kala ini mungkin lebih cenderung terjadi (JNPK-KR, 2004).
Penyimpanan oksitosin dalam jangka panjang memerlukan lemari pendingin yang kemungkinan tidak tersedia dalam beberapa kondisi. Dan terutama kemahiran bidan/petugas medis lainnya yang sudah terlatih dalam melaksanakan manajemen aktif kala III.
Dari pernyataan partisipan juga ditemui bahwa kelemahan dari metode pelaksanaan manajemen aktif kala III adalah sangat ketergantungan dengan persediaan oksitosin yang cukup serta alat-alat untuk injeksi dan sterilisasi dan juga dapat menimbulkan gangguan proses fisiologis normal.
(3)
36 5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian yang diperoleh peneliti dari ketiga partisipan mengenai pengalaman melaksanakan manajemen aktif kala III persalinan, seluruhnya melaksanakan metode manajemen aktif kala III dalam menangani persalinan setelah mereka mengikuti pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN).
Penatalaksanaan manajemen aktif kala III dapat dilihat dari serangkaian tiga tindakan yang dilakukan disaat proses persalinan yaitu pemberian suntikan oksitosin segera setelah bayi lahir, penjepitan tali pusat dan penegangan tali pusat terkendali.
Manfaat dilaksanakan manajemen aktif kala III dalam persalinan berupa menghasilkan kontraksi uterus yang efektif sehingga dapat mempersingkat waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah/ perdarahan serta mengurangi terjadinya retensio plasenta. Partisipan menyatakan bahwa selama melaksanakan manajemen aktif ini, mereka tidak menemukan kejadian retensio plasenta, sebagaimana yang sering dialami sebelum menerapkan manajemen aktif kala III.
(4)
37
5.2. Saran
1. Bagi Praktek Pelayanan Kebidanan
Pelatihan petugas kesehatan khususnya tenaga bidan mengenai seluruh elemen manajemen aktif dalam pelatihan keterampilan manajemen aktif kala III yang diperlukan untuk merawat mencegah adanya komplikasi potensial dari ibu dan bayi yang baru dilahirkan.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Ilmu kebidanan merupakan wadah pendidikan yang dapat memberikan informasi kepada tenaga pendidik dan mahasiswa mengenai manajemen aktif kala III dan nantinya dapat diterapkan di masyarakat luas.
3. Bagi peneliti selanjutnya
Agar dapat mengembangkan penelitian selanjutnya sehubungan dengan manajemen aktif kala III persalinan.
(5)
Brockopp, DY & Tolsma. H.T.M. (2000). Dasar – Dasar Riset Keperawatan. Jakarta:EGC
Depkes RI. (1999). Perdarahan Postpartum. Jakarta: Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan
Depkes RI. (2004). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR Endamoko (2006). Pengalaman Kehidupan Manusia. Jakarta.
Manuaba. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: Buka Kedokteran EGC
Moleong, lexi. J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Notoatmodjo, S. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka Cipta Out Look, 2001. Edisi Khusus Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir. PATH
Indonesia. Jakarta.
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia, 2001. Bidan Sebagai Profesi. Jakarta : Depkes RI
Prawirohardjo. (2001). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPK-KR POGI
50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia Menyongsong Masa Depan. (2006). Jakarta:
Pusat Pengurus IBI
Walgito, Bimo. (2004). Pengantar Psikologis Umum. Yogyakarta: Andi Yogyakarta
Widayatun, Tri Rusmi. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: CV Sagung Seto
Widyastuti & Aminah. (2002). Modul Hemoragi Postpartum. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Wiknjosastro, H. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
www.BKKBN.go.id.2007
(6)
PANDUAN WAWANCARA
PENATALAKSANAAN MANAJEMEN AKTIF
KALA III
1. Apakah yang Bidan ketahui tentang manajemen aktif kala III?
2. Coba anda ceritakan bagaimana cara penatalaksanaan manajemen aktif kala III?
3. Bagaimana menurut pendapat Bidan apa keuntungan dan kerugian dilaksanakan manajemen aktif kala III?
4. Coba anda ceritakan pengalaman anda tentang pelaksanaan manajemen aktif kala III?