KURIKULUM IPA MASA DEPAN

A. KURIKULUM IPA MASA DEPAN

Pengembangan kurikulum IPA masa depan perlu mengacu pada hakikat IPA itu sendiri, yang implementasinya berlandaskan pada perkembangan IPTEKS dan dampaknya secara global terhadap lingkungan. Selain itu, perlu juga mengkaji dan membandingkan dengan kurikulum di negara-negara maju.

1. Kesesuaian dengan materi ajar

Berkenaan dengan materi literasi IPA, berdasarkan makalah Rustaman (2006) dalam dua judul makalahnya, yaitu: (1) ”Literasi Sains Anak Indonesia 2000 dan 2003” dan (2) ”Pencapaian Sains Siswa Indonesia pada TIMSS”, direkomendasikan beberapa hal ke depan berkenaan dengan:

a. Kurikulum IPA

Kurikulum IPA hendaknya:

1) menekankan pada pembelajaran sains yang seimbang antara konsep, proses dan aplikasinya;

2) mengembangkan kemampuan kerja ilmiah yang mencakup proses sains dan sikap ilmiah;

3) memungkinkan siswa mengkonstruksi dan mengembangkan konsep IPA (dan saling keterkaitannya) serta nilai, sikap dan kerja ilmiah siswa;

4) memberikan siswa kesempatan untuk mendemostrasikan kemampuan dalam mencari, memilih, memilah, dan mengolah informasi serta memaknainya selama

proses pembelajaran, sehingga dapat dinilai potensi dan hasil belajarnya secara adil.

b. Pembelajaran IPA

Pembelajaran IPA hendaknya:

1. dapat menumbuhkan kepercayaan diri siswa bahwa mereka ”mampu” dalam IPA dan bahwa IPA bukanlah pelajaran yang harus ditakuti;

2. Membelajarkan IPA tidak hanya membelajarkan konsep-konsepnya saja, namun juga disertai dengan pengembangan sikap dan keterampilan ilmiah (domain pengetahuan dan proses kognitif);

3. Pembelajaran IPA memberikan pengalaman belajar yang mengem-bangkan kemampuan bernalar, merencanakan dan melakukan penyeli-dikan ilmiah, menggunakan pengetahuan yang sudah dipelajari untuk memahami gejala alam yang terjadi di sekitarnya.

4. merevitalisasi ”keterampilan proses sains” bagi siswa, guru, dan calon guru sebagai misi utama PBM IPA di sekolah untuk mengembangkan kemampuan observasi, merencanakan penyelidikan, menafsirkan (interpretasi) data dan informasi (narasi, gambar, bagan, tabel) serta menarik kesimpulan.

c. Sistem Penilaian (Asesmen)

Penilaian hendaknya:

1. direncanakan untuk mengukur pengetahuan dan konsep, keterampilan proses sains (KPS), dan penalaran tingkat tinggi (berpikir kritis, logis, kreatif);

2. menggunakan penilaian portofolio dan asesmen kinerja untuk KPS dan kemampuan kerja ilmiah selama pembelajaran IPA dalam rentang waktu tertentu;

3. mengadopsi bentuk tipe soal serupa dengan PISA dan TIMSS untuk mendorong PBM berkontribusi pada peningkatan literasi sains siswa dan sekaligus menggali kemampuan berpikir ilmiah, kritis, kreatif, dan inovatif;

4. menekankan penguasaan konsep tingkat rendah dan tinggi dengan variasi bentuk penilaian (pilihan ganda, pilihan ganda beralasan, uraian terbatas);

5. memberikan pengalaman dinilai berdasarkan hasil observasi dan hasil kegiatan kepada siswa, sekaligus dimintai alasan mengapa kira-kira hasilnya serupa itu;

6. memperkenalkan tipe soal yang diujikan secara nasional maupun internasional kepada siswa dan guru IPA.

2. Perbandingan Pengajaran IPA di Negara Maju (USA)

a. Standar Pengajaran IPA

Standar pengajaran IPA mendeskripsikan guru-guru IPA pada seluruh tingkatan kelas akan mengetahui dan harus bekerja. Standar pengajaran IPA ini dibagi ke dalam enam bidang sebagai berikut.

1) perencanaan program sains berdasarkan penyelidikan;

2) tindakan membimbing siswa dan memfasilitasi pembelajaran IPA;

3) pengembangan asesmen pengajaran dan pembelajaran siswa;

4) pengembangan lingkungan yang memungkinkan siswa belajar IPA;

5) pembentukan komunitas pebelajar IPA;

6) perencanaan dan pengembangan program IPA sekolah.

b. Standar Penilaian (Asesmen)

Standar penilaian menyediakan kriteria untuk menentukan kualitas praktik-pratik penilaian. Standar penilaian meliputi lima bidang sebagai berikut.

1) Konsistensi penilaian dengan suatu keputusan merupakan desain untuk informasi;

2) Penilaian prestasi dan kesempatan untuk belajar sains;

3) Mencocokkan antara kualitas teknis dari kumpulan data dan konsekuensi tindakan

yang perlu dilakukan berbasis data tersebut;

4) kejujuran dalam praktik penilaian;

5) ketepatan penarikan kesimpulan berdasarkan penilaian tentang prestasi siswa dan

kesempatan untuk belajar.

Dari kurikulum yang dikembangkan oleh the National Research Council USA tersebut dapat diperoleh pokok-pokok pikiran untuk pengembangan Kurikulum IPA ke depan sebagai berikut.

1) Penggolongan standar isi untuk seluruh tingkatan kelas sama, perbedaan terletak pada kesesuaian antara dimensi pengetahuan (knowledge) dan dimensi proses kognitif. Dimensi pengetahuan kognitif berisi empat katagori, yaitu: pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Keempat katagori 1) Penggolongan standar isi untuk seluruh tingkatan kelas sama, perbedaan terletak pada kesesuaian antara dimensi pengetahuan (knowledge) dan dimensi proses kognitif. Dimensi pengetahuan kognitif berisi empat katagori, yaitu: pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Keempat katagori

(understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyse), mengevaluasi

(evaluate), dan mencipta (create) (Anderson dan Krathwohl, 2001: 5).

2) Pada pengajaran IPA, guru hendaknya: (a) mengajar IPA berbasis Inkuiri; (b) sebagai pembimbing dan fasilitator; (c) menciptakan pembelajaran yang berpusat kepada siswa; (d) merancang lingkungan sedemikian rupa untuk sumber pembelajaran kontekstual; (e) mencip-takan kelompok belajar sains.

3) Penilaian pembelajaran hendaknya menekankan pada aspek-aspek yang penting untuk dinilai, bukan yang mudah dinilai;

4) Penilaian hasil belajar jangka panjang berupa kemampuan (ability) dicapai melalui interaksi antara pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skills), dengan penilaian otentik (authentic assessment), berdasarkan data, dan jujur.