NASKAH AKADEMIK KAJIAN KEBIJAKAN KURIKUL

KAJIAN KEBIJAKAN KURIKULUM MATA PELAJARAN IPA PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

KATA PENGANTAR

Pemberlakuan UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Pemerintah No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah menengah menuntut cara pandang yang berbeda tentang pengembangan dan pelaksanaan kurikulum. Dulu, pengembangan kurikulum dilakukan oleh pusat dalam hal ini Pusat Kurikulum sedangkan pelaksanaannya dilakukan oleh satuan pendidikan.

Pengembangan kurikulum yang dilakukan langsung oleh satuan pendidikan memberikan harapan tidak ada lagi permasalahan berkenaan dengan pelaksanaannya. Hal ini karena penyusunan kurikulum satuan pendidikan seharusnya telah mempertimbangkan segala potensi dan keterbatasan yang ada.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengacu pada standar nasional pendidikan: standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Salah satu dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yakni standar isi (SI) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum disamping standar kompetensi lulusan (SKL). Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Pengembangan kurikulum telah dilakukan oleh sebagian satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dengan mengacu pada standar isi. Sebagai acuan, standar isi ini masih perlu ditelaah. Penelaahan dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang ada-tidaknya rumusan pada standar isi yang menimbulkan permasalahan bila digunakan untuk mengembangkan kurikulum. Sebagai naskah, kurikulum yang telah dikembangkan oleh satuan pendidikan juga perlu ditelaah. Penelaahan terhadap naskah kurikulum dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang kemungkinan keterlaksanaannya. Penelaahan standar isi dan kurikulum dilakukan melalui berbagai tahapan kegiatan pengkajian keduanya.

Hasil pengkajian antara lain berupa naskah akademik : 1. Kajian Kebijakan Kurikulum SD 2. Kajian Kebijakan Kurikulum SMP 3. Kajian Kebijakan Kurikulum Kesetaraan Dikdas 4. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Agama 5. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Kewarganegaraan 6. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Bahasa 7. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Matematika 8. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA 9. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPS 10. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Keterampilan 11. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Kesenian 12. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran TIK 13. Kajian Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani

Salah satu hasil kajian tersebut di atas adalah Naskah Akademik Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Hasil kajian ini memberikan gambaran tentang permasalahan dan prospek pengembangan kurikulum mata pelajaran IPA sebagai masukan bagi perumus kebijakan pendidikan lebih lanjut.

Pusat Kurikulum menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada banyak pakar yang berasal dari berbagai Perguruan Tinggi, Direktorat di lingkungan Depdiknas, kepala sekolah, pengawas, guru, dan praktisi pendidikan, serta Depag. Berkat bantuan dan kerja sama yang baik dari mereka, naskah akademik ini dapat diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat.

Kepala Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas,

Diah Harianti

Abstrak

Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan nasional masa depan adalah kebijakan mengenai kurikulum. Kurikulum merupakan jantungnya dunia pendidikan. Untuk itu, kurikulum di masa depan perlu dirancang dan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia.

Kenyataannya, berdasarkan hasil laporan beberapa lembaga internasional, perkembangan pendidikan di Indonesia masih belum memuaskan. Hal ini tercermin dari hasil TIMSS (Trends Internasional in Mathematics and Science Study) yang menunjukkan bahwa kemampuan siswa Indonesia dalam bidang IPA berada pada urutan ke-38 (dari 40 negara). Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan di Indonesia memang harus terus dilakukan. Perlu diupayakan penataan pendidikan yang bermutu dan terus menerus yang adaptif terhadap perubahan zaman. Rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia itu memang tidak terlepas dari hasil yang dicapai oleh pendidikan kita selama ini.

Standar nasional pendidikan h h a a r r u u s s d d i i s s e e m m p p u u r r n n a a k k a a n n d d a a n n d d i i t t i i n n g g k k a a t t k k a a n n s s e e c c a a r r a a b b e e r r e e n n c c a a n n a a , , t t e e r r a a r r a a h h d d a a n n b b e e r r k k a a l l a a sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. H H a a l l i i n n i i s s e e s s u u a a i i d d e e n n g g a a n n P P e e r r a a t t u u r r a a n n P P e e m m e e r r i i n n t t a a h h ( ( P P P P ) ) N N o o . . 1 1 9 9 t t a a h h u u n n 2 2 0 0 0 0 5 5 t t e e n n t t a a n n g g S S t t a a n n d d a a r r N N a a s s i i o o n n a a l l P P e e n n d d i i d d i i k k a a n n , , - - t t e e r r d d i i r r i i d d a a r r i i 8 8 s s t t a a n n d d a a r r y y a a n n g g s s a a l l a a h h s s a a t t u u n n y y a a a a d d a a l l a a h h S S t t a a n n d d a a r r I I s s i i , ,

- - m m e e r r u u p p a a k k a a n n kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan kegiatan kajian kebijakan kurikulum mata pelajaran IPA adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dalam memahami dokumen Standar Isi (SK dan KD mata pelajaran IPA); pengembangannya sebagai silabus dan RPP; hingga pada pelaksanaannya dalam kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya, memberikan masukan mengenai kurikulum IPA yang lebih aplikatif sebagai pembelajaran IPA yang sesuai dengan hakikat IPA, sehingga mutu pendidikan IPA bisa disejajarkan dengan mutu pendidikan IPA dalam skala internasional.

Dalam melakukan kajian melibatkan unsur-unsur Perguruan Tinggi, dan Sekolah, disamping juga dari Puskur Balitbang Diknas. Metode yang digunakan bervariasi dari studi dokumentasi, diskusi fokus, kerja mandiri/ kelompok, hingga presentasi. Hasil yang diperoleh berupa temuan berupa kelemahan atau kekurangan pada Standar Isi, meliputi sistematika, kedalaman/keluasan kompetensi, proporsi dan distribusi kompetensi, keterkaitan antara SK dan KD, hingga penggunaan bahasa. Di samping itu, juga rancangan kurikulum IPA masa depan hasil perbandingan dengan negara lain.

Berdasarkan kelemahan dan kekurangan tersebut perlu dilakukan revisi jangka pendek berupa perbaikan bahasa yang lebih komunikatif; perbaikan sistematika; menyeimbangkan proporsi dan komposisi kerja ilmiah; menentukan rentang batas kedalaman dan keluasan kompetensi; memeriksa keterkaitan antara SK dan KD; dan meningkatkan pemahaman Kepala Sekolah dan Guru tentang Standar Isi. Selanjutnya dalam revisi jangka panjang menyiapkan standar dan kurikulum baru yang lebih aplikatif.

Daftar Isi

Kata Pengantar

1 Abstrak

3 Daftar Isi

Bab I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Landasan Yuridis

C. Tujuan

Bab II. Tinjauan Teoritis

Bab III.Temuan Kajian dan Pembahasan

A. Kajian Dokumen

1. Ruang Lingkup Bahan Ajar

2. Proses Pembelajaran

3. Penilaian atau Asesmen

22 Kurikulum Pendidikan Sains di

B. Kajian Lapangan

29 Negara Maju

24 Lapangan

C. Pembahasan Kajian Dokumen dan

1. Pembahasan Kajian Dokumen

2. Pembahasan Kajian Lapangan

Bab IV.Kesimpulan dan Rekomendasi

A. Kurikulum IPA Masa Depan

1. Kesesuaian dengan Materi Ajar

29 di Negara Maju (USA)

2. Perbandingan Pengajaran IPA

B. Kesimpulan

C. Rekomendasi

Daftar Pustaka

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk membangun pendidikan masa depan perlu dirancang sistem pendidikan yang dapat menjawab harapan dan tantangan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi. Sistem pendidikan yang dibangun tersebut perlu berkesinambungan dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

Salah satu dimensi yang tidak bisa dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan nasional masa depan adalah kebijakan mengenai kurikulum. Kurikulum merupakan jantungnya dunia pendidikan. Untuk itu, kurikulum di masa depan perlu dirancang dan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia yang produktif dan lulusannya mampu berkompetisi secara internasional.

Agar lulusan pendidikan nasional memiliki keunggulan kompetitif dan komperatif sesuai standar mutu nasional dan internasional, kurikulum di masa depan perlu dirancang sedini mungkin. Hal ini harus dilakukan agar sistem pendidikan nasional dapat merespon secara proaktif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (IPTEKS). Dengan cara seperti ini lembaga pendidikan tidak akan kehilangan relevansi program pembelajarannya terhadap kepentingan peserta didik.

Untuk menjawab tantangan di atas, Pusat Kurikulum menyelenggarakan kegiatan ”Kajian Kurikulum Mata Pelajaran IPA”.

Kajian kurikulum IPA ini juga dilatarbelakangi dari hasil pendidikan kita yang belum memuaskan. Hal itu tercermin pada laporan beberapa lembaga internasional berkenaan dengan tingkat daya saing sumber daya manusia kita dengan negara-negara lain. Seperti yang terungkap dalam catatan Human Development Report tahun 2000 versi UNDP. Peringkat Human Development Index (HDI) atau kualitas sumber daya manusia Indonesia berada pada urutan 105 dari 108 negara. Indonesia berada jauh di bawah Philipina (77), Thailand (76), Malaysia (61), Brunei Darussalam (32), Korea Selatan (30), dan Singapura (24). Organisasi internasional yang lain juga menguatkan hal itu. International Educational Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan dalam bidang Science dan Mathe-matics siswa SMP Indonesia berada di urutan 38 dari

39 negara yang disurvei. Sementara itu lembaga yang mengukur hasil pendidikan Science dan Mathematics di dunia, melaporkan hasil Third (kini Trends) International in Matemathics and Science Study (TIMSS), bahwa kemampuan Matematika siswa SMP kita berada di urutan 34 dari 38 negara, sedangkan kemampuan IPA berada di urutan ke-32 dari 38 negara (Martin, et al. 1999)., sedangkan pada tahun 2003, Indonesia berada pada urutan ke-36 dari 45 negara peserta baik pada bidang matematika maupun bidang sains (Martin, et al. 2003).

Masih lemahnya kemampuan siswa dalam bidang sains khususnya literasi sains terbukti dari hasil penelitian tentang asesmen hasil belajar sains pada level internasional diselengarakan oeh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) melalui program PISAnya. Penelitian yang dilakukan oleh OECD yaitu tentang PISA (Programme for International Student Assessment) untuk Masih lemahnya kemampuan siswa dalam bidang sains khususnya literasi sains terbukti dari hasil penelitian tentang asesmen hasil belajar sains pada level internasional diselengarakan oeh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) melalui program PISAnya. Penelitian yang dilakukan oleh OECD yaitu tentang PISA (Programme for International Student Assessment) untuk

Pembaharuan pendidikan di Indonesia memang harus terus dilakukan. Perlu diupayakan penataan pendidikan yang bermutu dan terus menerus yang adaptif terhadap perubahan zaman. Rendahnya mutu sumber daya manusia Indonesia itu memang tidak terlepas dari hasil yang dicapai oleh pendidikan kita selama ini. Harus diakui, masih banyak persoalan yang dihadapi dunia pendidikan kita. Selama ini hasil pendidikan hanya tampak dari kemampuan menghafal fakta, konsep, teori atau hukum. Walaupun banyak anak mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam substansi materinya. Pertanyaannya, bagaimana penguasaan konsep anak terhadap dasar kualitatif keterkaitan antarkonsep dan kemampuan mereka untuk menggunakannya pada situasi baru? Hal itu disadari benar oleh pengembang kurikulum dan pendidikan di Indonesia.

Dari uraian di atas jelaslah bahwa kurikulum IPA yang berlaku di sekolah-sekolah harus terus dikaji, dikembangkan sehingga menghasilkan kurikulum yang betul-betul tepat dengan tuntutan dan perkembangan zaman serta dapat dipahami oleh para pelaku pendidikan untuk diterapkan pada situasi sesungguhnya.

B. Landasan Yuridis

Dalam Undang-Undang (UU) No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik. Hal ini dimaksudkan

Pada jenjang p p e e n n d d i i d d i i k k a a n n d d a a s s a a r r d d a a n n m m e e n n e e n n g g a a h h , , k k u u r r i i k k u u l l u u m m d d i i k k e e m m b b a a n n g g k k a a n n s s e e s s u u a a i i d d e e n n g g a a n n r r e e l l e e v v a a n n s s i i n n y y a a o o l l e e h h s s e e t t i i a a p p k k e e l l o o m m p p o o k k a a t t a a u u s s a a t t u u a a n n p p e e n n d d i i d d i i k k a a n n d d a a n n k k o o m m i i t t e e s s e e k k o o l l a a h h a a t t a a u u m m a a d d r r a a s s a a h h . . H H a a l l i i t t u u d d i i l l a a k k u u k k a a n n d d i i b b a a w w a a h h k k o o o o r r d d i i n n a a s s i i d d a a n n s s u u p p e e r r v v i i s s i i d d i i n n a a s s p p e e n n d d i i d d i i k k a a n n a a t t a a u u k k a a n n t t o o r r d d e e p p a a r r t t e e m m e e n n a a g g a a m m a a k k o o t t a a / / k k a a b b u u p p a a t t e e n n u u n n t t u u k k p p e e n n d d i i d d i i k k a a n n d d a a s s a a r r d d a a n n p p r r o o v v i i n n s s i i u u n n t t u u k k

Standar nasional pendidikan h h a a r r u u s s d d i i s s e e m m p p u u r r n n a a k k a a n n d d a a n n d d i i t t i i n n g g k k a a t t k k a a n n s s e e c c a a r r a a b b e e r r e e n n c c a a n n a a , , t t e e r r a a r r a a h h d d a a n n b b e e r r k k a a l l a a sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global. K K a a t t a a s s t t a a n n d d a a r r m m e e m m i i l l i i k k i i m m a a k k n n a a t t i i n n g g k k a a t t a a t t a a u u l l e e v v e e l l k k u u a a l l i i t t a a s s a a t t a a u u k k e e u u n n g g g g u u l l a a n n y y a a n n g g

S S t t a a n n d d a a r r N N a a s s i i o o n n a a l l P P e e n n d d i i d d i i k k a a n n b b a a h h w w a a s s t t a a n n d d a a r r n n a a s s i i o o n n a a l l p p e e n n d d i i d d i i k k a a n n m m e e r r u u p p a a k k a a n n kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Standar nasional pendidikan tersebut dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), selanjutnya dipantau pelaksanaannya dan dilaporkan hasil Standar nasional pendidikan tersebut dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), selanjutnya dipantau pelaksanaannya dan dilaporkan hasil

Standar nasional pendidikan t t e e r r d d i i r r i i a a t t a a s s s s e e j j u u m m l l a a h h s s t t a a n n d d a a r r y y a a n n g g m m a a s s i i n n g g m m a a s s i i n n g g m m e e m m i i l l i i k k i i k k e e k k h h a a s s a a n n . . K K e e k k h h a a s s a a n n t t i i a a p p s s t t a a n n d d a a r r a a k k a a n n d d i i b b a a h h a a s s b b e e r r i i k k u u t t i i n n i i , , s s e e d d a a n n g g k k a a n n

Standar Isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi (lulusan) tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik.

Kerangka dasar kurikulum memuat rambu-rambu yang dijadikan pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan. Kerangka dasar dan struktur kurikulum mengatur tentang kelompok mata pelajaran serta kedalaman muatan kurikulum yang dituangkan dalam kompetensi, yaitu standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD).

Beban belajar mengatur tentang jam pembelajaran dengan sistem tatap muka, penugasan terstruktur, kegiatan mandiri tidak terstruktur, pelaksanaan pembelajaran sistem paket dan satuan kredit semester (SKS), serta pemberian pendidikan kecakapan hidup dan pendidikan berbasis keunggulan lokal.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah berpedoman pada panduan yang disusun oleh BSNP. KTSP untuk sekolah dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau sekolah dasar luar biasa (SDLB), sekolah menengah pertama (SMP) atau Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau sekolah menengah pertama luar biasa (SMPLB), sekolah menengah atas (SMA) atau Madrasah Aliyah (MA) atau sekolah menengah atas luar biasa (SMALB), sekolah menengah kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat, dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, atau karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat setempat, dan karakteristik peserta didik. Sekolah dan komite sekolah, atau madrasah dan komite madrasah mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan dan silabusnya berdasarkan kerangka dasar kurikulum dan standar kompe-tensi lulusan (SKL), di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggungjawab dalam bidang pendidikan untuk SD, SMP, SMA, dan SMK, dan departemen yang menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan MAK.

Kalender pendidikan atau kalender akademik mencakup permulaan tahun ajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif, dan hari libur.

Standar P P r r o o s s e e s s berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Standar proses mengatur tentang perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Standar K K o o m m p p e e t t e e n n s s i i L L u u l l u u s s a a n n ( ( S S K K L L ) ) a adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL digunakan sebagai pedoman Standar K K o o m m p p e e t t e e n n s s i i L L u u l l u u s s a a n n ( ( S S K K L L ) ) a adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL digunakan sebagai pedoman

Standar P P e e n n d d i i d d i i k k d d a a n n T T e e n n a a g g a a K K e e p p e e n n d d i i d d i i k k a a n n adalah kriteria pendidikan prajabatan (preservice) dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan (inservice). Standar ini mengatur tentang kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik agen pembelajaran, yang sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, rasio pendidik terhadap peserta didik, kelengkapan dan kualifikasi tenaga kependidikan satuan pendidikan, pengawas satuan pendidikan.

Standar S S a a r r a a n n a a d d a a n n P P r r a a s s a a r r a a n n a a berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar ini mengatur tentang kelengkapan, jenis dan kualitas sarana dan prasarana satuan pendidikan.

Standar P P e e n n g g e e l l o o l l a a a a n n berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar ini terdiri atas standar pengelolaan oleh satuan pendidikan, standar pengelolaan oleh pemerintah daerah, dan standar pengelolaan oleh pemerintah.

Standar pengelolaan oleh satuan pendidikan mengatur tentang penerapan prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS), proses pengambilan keputusan, pedoman, rencana kerja tahunan, pelaksanaan pengelolaan dan pengawasan satuan pendidikan. Standar pengelolaan oleh pemerintah daerah dan pemerintah mengatur tentang rencana kerja tahunan, penyelenggaraan satuan pendidikan bertaraf internasional.

Standar P P e e m m b b i i a a y y a a a a n n mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Standar ini mengatur tentang biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal satuan pendidikan.

Standar P P e e n n i i l l a a i i a a n n P P e e n n d d i i d d i i k k a a n n berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Standar ini mengatur tentang penilaian hasil belajar oleh pendidik, oleh satuan pendidikan dan oleh pemerintah, serta tentang kelulusan peserta didik.

Adapun evaluasi pendidikan meliputi: (a) evaluasi kinerja pendidikan oleh satuan pendidikan pada tiap akhir semester; (b) evaluasi kinerja pendidikan oleh pemerintah (menteri); (c) evaluasi kinerja pendidikan oleh pemerintah propinsi; (d) evaluasi kinerja pendidikan oleh pemerintah kabupaten/kota; (e) evaluasi kinerja pendidikan oleh lembaga mandiri.

Pemerintah melakukan akreditasi pada setiap jenjang dan satuan pendidikan untuk menentukan kelayakan program dan/atau satuan pendidikan. Pencapaian kompetensi akhir peserta didik dinyatakan dalam dokumen ijazah dan/atau sertifikat kompetensi.

Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan, secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas. Pemerintah Setiap satuan pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib melakukan penjaminan mutu pendidikan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan, secara bertahap, sistematis, dan terencana dalam suatu program penjaminan mutu yang memiliki target dan kerangka waktu yang jelas. Pemerintah

Mengapa perlu benchmarking dan membandingkannya dengan hasil-hasil studi internasional? Seluruh stakeholders (orangtua, siswa, para pengajar dan pengelola sistem pendidikan) seperti juga masyarakat umum, perlu mendapat informasi yang cukup tentang seberapa baik sistem pendidikan di negaranya dalam mempersiapkan para siswa untuk dapat bertahan hidup. Banyak negara memantau pembelajaran siswanya agar memper-siapkan diri untuk menjawab tantangan tersebut. Asesmen dan evaluasi dibarengi dengan insentif yang tepat dapat memotivasi siswa untuk belajar lebih baik (a), memotivasi guru-guru untuk mengajar secara lebih efektif (b), dan memotivasi sekolah-sekolah menjadi lingkungan yang lebih mendukung dan lebih produktif (c).

Studi komparasi internasional dapat memperluas dan memperkaya gambaran nasional dengan menyiapkan konteks yang lebih luas untuk menafsirkan hasil sebuah negara. Studi-studi tersebut dapat memfasilitasi informasi bagi negara-negara untuk menimbang kekuatan dan kelemahan relatif negaranya, dan untuk memantau kemajuan negaranya. Hasil studi tersebut juga dapat menstimulasi negara-negara peserta untuk mening-katkan aspirasinya serta memyediakan bukti-bukti pendukung untuk mengarahkan kebijakan nasional, untuk pengembangan kurikulum sekolah dan upaya- upaya pembelajaran, dan untuk membelajarkan para siswanya.

Hasil studi internasional tentang perolehan atau pencapaian IPA dan Matematika yang dilaporkan melalui studi PISA (the Programme for International Student Assessment) dan TIMSS (Trends in Internasional Mathematics and Science Study) berlangsung bersamaan pada tahun 2003. PISA yang bersiklus tiga tahun sekali dengan penekanan pada literasi tertentu berlangsung bersamaan dengan TIMSS yang berlangsung empat tahun sekali. Cakupan konten dalam PISA tidak terkait langsung dengan konten kurikulum, tetapi dilaporkan ada kecenderungan kedekatan hasil literasi membaca dengan hasil literasi sains. TIMSS yang mengukur perolehan atau pencapaian hasil belajar IPA dan matematika terkait kurikulum, dan sekaligus mendeteksi efektivitas sistem pendidikan yang terkait dengan pembelajaran sains dan matematika dalam rentang empat tahun berjalan. Hasilnya memprihatinkan karena kedua hasil studi tersebut kurang positif menggambarkan pencapaian hasil belajar yang terkait kurikulum maupun yang menunjukkan literasi warganegara usia wajib belajar.

Dalam hubungan dengan kebutuhan untuk bukti-bukti yang dapat dibandingkan secara lintas negara terhadap kinerja siswa, the Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) meluncurkan suatu program yang dikenal dengan nama PISA singkatan dari the Programme for International Student Assessment pada tahun 1997. PISA mewakili suatu komitmen pemerintah untuk memantau hasil-hasil jangka panjang sistem pendidikan (outcomes of educational system) dalam kaitan dengan pencapaian siswa kerangka yang regular dan dalam suatu kerangka umum yang dapat diterima secara internasional.

Literasi sains dalam PISA (Rustaman, 2006b) dipertimbangkan menjadi suatu hasil kunci dari pendidikan anak usia 15 tahun bagi semua siswa, baik bagi yang Literasi sains dalam PISA (Rustaman, 2006b) dipertimbangkan menjadi suatu hasil kunci dari pendidikan anak usia 15 tahun bagi semua siswa, baik bagi yang

C. Tujuan

Kajian ini bertujuan untuk melaksanakan hal-hal sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi permasalahan dalam memahami dokumen standar isi (SK

dan KD mata pelajaran IPA); permasalahan dalam penyusunan program (silabus dan RPP) mata pelajaran IPA; permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mata pelajaran (kelompok mata pelajaran) IPA.

Kedua, mengembangkan isi dokumen dan pelaksanaan kurikulum IPA di sekolah, serta mengembangkan kurikulum (kelompok) mata pelajaran IPA yang harus dilakukan secara terus-menerus dan berkesinambungan seiring dengan perkembangan zaman.

Ketiga, menghasilkan kurikulum IPA yang mudah diaplikasikan dalam proses pembelajaran; kurikulum IPA yang memungkinkan strategi pembela-jaran IPA yang sesuai dengan hakikat pembelajaran IPA, sehingga mampu mensejajarkan mutu pendidikan IPA dengan mutu pendidikan IPA negara-negara lain (regional dan internasional); kurikulum IPA yang dapat mengikuti tuntutan globalisasi dan tantangan zaman yang menunjukkan perubahan yang berisi ketidak-pastian.

Keempat, memberikan masukan kepada BSNP dalam memutuskan suatu kebijakan tentang kurikulum khususnya kurikulum IPA.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Terjadinya perubahan yang cepat di era globalisasi seyogianya diikuti perubahan dalam dunia pendidikan, yaitu dengan adanya penggantian kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2006 yang lebih dikenal dengan Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Adapun bentuk operasional Standar Isi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau yang dikenal dengan KTSP.

Standar isi merupakan salah satu lingkup dari delapan lingkup Standar Nasional Pendidikan, yang saat ini telah selesai disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) dan telah diberlakukan di satuan pendidikan dasar dan menengah. Kedelapan Standar Nasional Pendidikan tersebut adalah:

1. standar isi;

2. standar proses;

3. standar kompetensi lulusan;

4. standar pendidik dan tenaga kependidikan;

5. standar sarana dan prasarana;

6. standar pengelolaan;

7. standar pembiayaan;

8. standar penilaian pendidikan. Agar terjadinya proses KBM yang berhasil pada kurikulum 2006 atau KTSP maka Standar

Isi utama yang terpenting adalah Standar Isi mata pelajaran. Adapun Standar Isi mata pelajaran telah tertuang dalam Permendiknas No. 22, 23, dan 24 yang mengatur tentang Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan Pelaksanaan tentang Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup lingkup materi minimal dan tingkat kompetensi minimal untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Standar Isi terdiri atas:

1. Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum;

a. Lampiran 1: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran Tingkat SD/MI dan SDLB;

b. Lampiran 2: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata

Pelajaran Tingkat SMP/MTs dan SMPLB;

c. Lampiran 3: Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Tingkat SMA/MA/SMALB dan SMK/SMAK.

2. Beban Belajar;

3. Kalender Pendidikan.

Adapun salah satu aspek standar isi adalah Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran, yang terdiri atas:

a. standar kompetensi dan kompetensi dasar mapel SD/MI/SDLB (61 mapel);

b. standar kompetensi dan kompetensi dasar mapel SMP/MTs/SMPLB (67 mapel);

c. standar kompetensi dan kompetensi dasar mapel SMA/MA/SMALB dan SMK/SMAK (102 mapel).

Kurikulum yang mulai berlaku pada tahun 2006 (Standar Isi) memberikan suasana baru dalam dunia pendidikan terutama untuk mata pelajaran IPA, yang memungkinkan baik guru maupun siswa dapat memberdayakan potensi dan kemampuan yang ada.

Apakah IPA atau sains itu? IPA atau sains merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala- gejala alam. Perkembangan IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu rangkaian ”kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikap ilmiah” (scientific attitudes). Sejalan dengan pengertian IPA tersebut, James B. Conant yang dikutip oleh Amien (dalam Jatmiko, 2004) mendefinisikan IPA sebagai suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut.

Merujuk pada pengertian IPA di atas, maka hakikat IPA meliputi empat unsur, yaitu: (1) produk: berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum; (2) proses: prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi pengamatan, penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan, pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan; (3) aplikasi: penerapan metode atau kerja ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari; (4) sikap: rasa ingin tahu tentang obyek, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar; sains bersifat open ended. ( http://www.puskur.net/mdl/050_ModelIPA Trpd.pdf ).

Ditinjau dari kurikulum 2006, mata pelajaran IPA memiliki beberapa komponen (http://www.Puskur.net/inc/si/sd/PengetahuanAlam.pdf.), (http://www.puskur.net/inc/si/SMP/PengetahuanAlam.pdf.), ( http://www.puskur.net/inc/si/SMA/PengetahuanAlam.pdf .), yaitu:

1. Ruang Lingkup Bahan Ajar;

2. Proses Pembelajaran;

3. Penilaian atau Asesmen.

Keterlaksanaan standar isi mata pelajaran adalah keterlaksanaan pembela-jaran mata pelajaran di sekolah. Keterlaksanaan pembelajaran mata pelajaran adalah ketercapaian standar isi dibandingkan dengan keadaan ideal, dalam hal:

a. Desain atau rancangan pembelajaran, baik berupa penyusunan silabus maupun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP);

b. Pelaksanaan pembelajaran atau Kegiatan Belajar-mengajar (KBM);

c. Penilaian hasil pembelajaran.

Terdapat empat kelompok masalah yang nampaknya sulit dilakukan oleh para guru dalam melaksanakan hal-hal di atas. Masalah-masalah tersebut dijabarkan sebagai berikut.

a. Penjabaran kompetensi dasar menjadi indikator

Kompetensi dasar berisi dua hal, yaitu kata kerja dan materi pokok. Suatu kata kerja menunjukkan perubahan perilaku yang diharapkan dikuasai peserta didik setelah mempelajari materi pokok tertentu, sedangkan materi pokok mencakup yang dipelajari peserta didik.

Guru mata pelajaran wajib menjabarkan KD menjadi indikator, setiap KD dapat dijabarkan menjadi tiga (3) atau lebih indikator. Indikator juga selalu berisi dua hal, yaitu: pertama, suatu kata kerja yang menunjukkan perubahan perilaku yang diharapkan terjadi setelah peserta didik mempelajari uraian materi pokok tertentu; dan kedua, uraian materi pokok yang lingkupnya terbatas. Kata kerja dalam KD mungkin sudah operasional, mungkin juga belum operasional, tetapi kata kerja dalam indikator harus operasional, artinya dapat diobservasi, dikerjakan dan diukur atau disusun instrumen penilaiannya.

Contoh: Kata kerja memahami dalam KD dapat diuraikan menjadi beberapa indikator seperti: mengidentifikasi, membedakan, membandingkan.

b. Penjabaran materi pokok dalam KD menjadi uraian materi pokok dalam indikator

Materi pokok dalam KD adalah materi minimal dari segi cakupan materi yaitu keluasan dan kedalaman materi. Materi minimal artinya batas bawah, tetapi batas atas tidak ditetapkan. Tidak adanya batas atas menyebabkan guru IPA mengalami kesulitan dalam menyusun silabus dan RPP. Namun hal ini justru memberikan keleluasaan bagi guru untuk berkreasi, sepanjang semua komponen pembelajaran mendukung.

Materi pokok harus diuraikan menjadi uraian materi pokok dengan dasar keluasan dan kedalaman materi.

Contoh: Materi pokok konsep reaksi oksidasi-reduksi dapat diuraikan menjadi uraian materi pokok konsep reaksi oksidasi-reduksi (lama), reaksi oksidasi-reduksi dengan ion- elektron, dan reaksi oksidasi-reduksi dengan bilangan oksidasi.

c. Pendekatan, metode, dan media pembelajaran

Dalam latar belakang tentang standar isi mata pelajaran disebutkan tujuan pelajaran dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting keterampilan proses sains dan kecakapan hidup.

Media dalam pembelajaran sekarang sudah melibatkan media yang bervariasi atau multimedia. Tayangan dapat digunakan secara interaktif. Penggunaan multimedia membantu mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan proses. Obyekyek yang terlalu besar atau terlalu kecil dimungkinkan disajikan kepada siswa dalam bentuk multimedia. Peristiwa yang memerlukan waktu relatif lama dapat diatasi dengan penggunaan multimedia. Proses yang terlalu singkat atau terlalu abstrak, atau terlalu panjang, berbahaya dan sukar dilakukan dalam waktu belajar di kelas juga dapat diatasi dengan penggunaan multimedia.

d. Buku teks pelajaran dan buku non-teks mata pelajaran

Guru mata pelajaran (mapel) akan sangat terbantu dengan adanya buku teks pelajaran yang telah dinilai dari aspek berikut.

1) Komponen kelayakan isi, yang meliputi: a) cakupan materi, b) akurasi materi, c) kemutakhiran, d) mengandung wawasan produktivitas, e) merangsang keingintahuan, f) mengembangkan kecakapan hidup, g) mengembangkan wawasan ke-Indonesiaan dan kontekstual.

2) Komponen kebahasaan, yang meliputi: a) sesuai dengan perkembangan peserta didik, b) komunikatif, c) dialogis dan interaktif, d) koherensi dan keruntutan alur pikir, e) kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, f) penggunaan istilah, simbol atau lambang.

3) Komponen penyajian, yang meliputi: a) teknik penyajian, b) pendukung penyajian materi, c) penyajian pembelajaran.

Buku non teks sebenarnya sangat diperlukan oleh siswa untuk menambah wawasan. Buku non teks dapat disiapkan khusus untuk melengkapai buku teks pelajaran dan tidak terikat lingkup kurikulum yang berlaku. Jadi buku non teks lebih bersifat pengayaan.

e. Sistem penilaian hasil belajar

Penilaian proses dan hasil belajar IPA menuntut teknik dan cara-cara penilaian yang lebih komprehensif (Stiggins, 1994). Di samping aspek hasil belajar yang dinilai harus menyeluruh yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik, teknik penilaian dan instrumen penilaian seyogianya lebih bervariasi. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi pengetahuan (know-ledge), penalaran (reasoning), keterampilan (skills), hasil karya (product), dan afektif (affective). Adapun hasil belajar tersebut dapat diungkap atau dideteksi melalui beberapa cara atau teknik seperti: pilihan atau respons terbatas (selected response), asesmen esai (essay assessment), asesmen kinerja (performance assessment), dan komunikasi personal (personal communication).

Guru perlu memperoleh bekal wawasan melalui berbagai pelatihan dan pemodelan, atau memperoleh pedoman yang memadai (semacam petunjuk teknis atau petunjuk pelaksanaan). Selain itu guru perlu mendapat contoh-contoh soal sains (IPA) yang diluncurkan dalam studi-studi internasional seperti PISA dan TIMSS.

Programme for International Student Assessment (PISA)

Program PISA menyediakan suatu landasan baru untuk dialog masalah kebijakan dan untuk berkolaborasi dalam mendefinisikan dan mengimple-mentasikan tujuan-tujuan besar pendidikan. Implementasi tujuan-tujuan tersebut dilakukan dalam cara-cara yang inovatif dan reflektif yang mempertimbangkan keterampilan-keterampilan yang relevan dengan kehidupan orang dewasa.

PISA membedakan literasi membaca (reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi sains (scientific literacy) setiap tiga tahun sekali. Asesmen PISA pertama kali diselenggarakan pada tahun 2000. Dengan fokus terhadap literasi membaca (reading literacy), PISA 2000 menunjukkan perbedaan yang luas di negara-negara yang sukses dalam memfasilitasi para siswanya untuk mengakses, mengelola, mengintegra-sikan, mengevaluasi dan merefleksikan informasi tertulis agar dapat mengembangkan potensi mereka dan memperluas wawasan mereka selanjutnya.

PISA 2000 juga menggaris bawahi variasi yang signifikan kinerja sekolah-sekolah dan mengusulkan kepedulian tentang kesamaan (equity) dalam distribusi kesempatan.

Hasil-hasil pertama asesmen PISA 2003 yang fokusnya pada matematika menunjukkan bahwa rata-rata kinerja kelompok 25 negara OECD mengalami peningkatan perolehan pada satu atau dua area konten matematika setelah diadakan asesmen tahun 2000 dan 2003. Literasi membaca dan literasi sains pun tampaknya mengalami perolehan yang relatif lebih lebar pada learning outcomes negara-negara yang para siswanya termotivasi untuk belajar, percaya diri pada kemampuan mereka sendiri dan strategi belajar mereka. Lebih jauh dilaporkan variasi hasil menurut gender dan latar belakang status sosial ekonomi (SES) kelompok negara-negara. Terlebih- lebih penting adalah studi tersebut melaporkan hal yang menggembirakan dari negara- negara yang berhasil mencapai standar kinerja yang tinggi sementara pada saat yang bersamaan menyediakan suatu distribusi kesempatan belajar yang sama. Hasil capaian negara-negara tersebut menjadi tantangan bagi negara-negara lainnya untuk memperlihatkan apa yang mungkin untuk dicapai. Hasil PISA 2000 digunakan sebagai baseline dan setiap tiga tahun negara-negara akan dapat melihat kemajuan yang telah dicapainya.

Untuk menilai apakah IPA diimplementasikan di Indonesia, kita dapat melihat hasil literasi IPA anak-anak Indonesia. Hal ini mengingat arti literasi sains/IPA (scientific literacy) itu sendiri yang ditandai dengan kerja ilmiah, dan tiga dimensi besar literasi sains yang ditetapkan oleh PISA, yaitu konten IPA, proses IPA, dan konteks IPA.

Hasil penelitian PISA tahun 2000 dan tahun 2003 menunjukkan bahwa literasi sains anak-anak Indonesia usia 15 tahun masing-masing berada pada peringkat ke 38 (dari

41 negara) dan peringkat ke 38 dari (40 negara) (Bastari Purwadi, 2006). Skor rata-rata pencapaian siswa ditetapkan sekitar nilai 500 dengan simpangan baku 100 point. Hal ini disebabkan kira-kira dua per tiga siswa di negara-negara peserta memperoleh skor antara 400 dan 600 pada PISA 2003. Ini artinya skor yang dicapai oleh siswa-siswa Indonesia kurang lebih terletak di sekitar angka 400. Ini artinya bahwa siswa-siswa

Indonesia tersebut diduga baru mampu mengingat pengetahuan ilmiah

berdasarkan fakta sederhana (Rustaman, 2006b).

Cakupan PISA menurut Fokus

Fokus dalam PISA (the Programme for International Student Assessment) ditentukan per tiga tahunan. Fokus tahun 2000 adalah literasi membaca (reading literacy), sedangkan fokus tahun 2003 adalah literasi matematika dan pemecahan masalah atau problem solving. Fokus untuk tiga tahun mendatang dan tiga tahun berikutnya tentunya dapat diperkirakan. PISA tahun 2006 mempunyai fokus pada literasi sains dan teknologi komputer (ICT), sedangkan fokus dalam PISA 2009 adalah literasi membaca dan teknologi komputer (ICT).

Seperti PISA 2000, instrumen asesmen dalam PISA 2003 dikembangkan berdasarkan unit-unit asesmen, yaitu satu seri teks diikuti dengan sejumlah pertanyaan, pada berbagai aspek masing-masing teks, bertujuan untuk membuat tugas sedekat mungkin dengan dunia nyata. Siswa harus membaca teks dan menjawab pertanyaan tentang isi yang terdapat di dalamnya. Dalam banyak kasus, respons dinyatakan dengan kata-kata sendiri yang memerlukan ketelitian dan sering kali pemberian angka yang majemuk.

Literasi Sains dalam PISA

Pengertian Literasi Sains

Literasi sains atau scientific literacy didefinisikan PISA sebagai kapasitas untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan untuk menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti agar dapat memahami dan membantu membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi manusia dengan alam. Literasi sains dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua siswa, apakah meneruskan mempelajari sains atau tidak setelah itu. Berpikir ilmiah merupakan tuntutan warganegara, bukan hanya ilmuwan. Keinklusifan literasi sains sebagai suatu kompetensi umum bagi kehidupan merefleksikan kecenderungan yang berkembang pada pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan teknologis. Definisi yang digunakan dalam PISA tidak termasuk bahwa orang-orang dewasa masa yang akan datang akan memerlukan cadangan pengetahuan ilmiah yang banyak. Yang penting adalah siswa dapat berpikir secara ilmiah tentang bukti yang akan mereka hadapi.

Dimensi Literasi Sains

(i) “Content” Literasi Sains

Dalam dimensi konsep ilmiah (scientific concepts) siswa perlu menangkap sejumlah konsep kunci/esensial untuk dapat memahami fenomena alam tertentu dan perubahan- perubahan yang terjadi akibat kegiatan manusia. Hal ini merupakan gagasan besar pemersatu yang membantu menjelaskan aspek-aspek lingkungan fisik. PISA mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mempersatukan konsep-konsep fisika, kimia, biologi, serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (IPBA).

(ii) “Process” Literasi Sains

PISA (Programme for International Student Assessment) mengases kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan pemahaman ilmiah, seperti kemampuan siswa untuk mencari, menafsirkan dan memperlakukan bukti-bukti. PISA menguji lima proses semacam itu, yakni: mengenali pertanyaan ilmiah (i), mengidentifikasi bukti (ii), menarik kesimpulan (iii), mengkomu-nikasikan kesimpulan (iv), dan menunjukkan pemahaman konsep ilmiah (v).

(iii) “Context” Literasi sains

Konteks literasi sains dalam PISA (Programme for International Student Assessment) lebih pada kehidupan sehari-hari daripada kelas atau laboratorium. Sebagaimana dengan bentuk-bentuk literasi lainnya, konteks melibatkan isu-isu yang penting dalam kehidupan secara umum seperti juga terhadap kepedulian pribadi. Pertanyaan- pertanyaan dalam PISA 2000 dikelompokkan menjadi tiga area tempat sains diterapkan, yaitu: kehidupan dan kesehatan (i), bumi dan lingkungan (ii), serta teknologi (iii).

PISA menetapkan tiga dimensi besar literasi sains dalam pengukurannya, yakni proses sains, konten sains, dan konteks aplikasi sains. Proses sains merujuk pada proses mental yang terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan masalah, seperti mengi-denifikasi dan menginterpretasi bukti serta menerangkan kesimpulan. Termasuk di dalamnya mengenal jenis pertanyaan yang dapat dan tidak dapat dijawab oleh sains, mengenal bukti apa yang diperlukan dalam suatu penyelidikan sains, serta mengenal kesimpulan yang sesuai dengan bukti yang ada.

Konten sains merujuk pada konsep-konsep kunci yang diperlukan untuk memahami fenomena alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui akitivitas manusia. Dalam kaitan ini PISA tidak secara khusus membatasi cakupan konten sains hanya pada pengetahuan yang menjadi materi kurikulum sains sekolah, namun termasuk pula pengetahuan yang dapat diperoleh melalui sumber-sumber lain. Konsep-konsep tersebut diambil dari bidang-bidang studi biologi, fisika, kimia, serta ilmu pengetahuan bumi dan antariksa, yang terkait pada tema-tema utama berikut: struktur dan sifat materi, perubahan atmosfer, perubahan fisis dan perubahan kimia, transformasi energi, gerak dan gaya, bentuk dan fungsi, biologi manusia, perubahan fisiologis, keragaman mahluk hidup, pengendalian genetik, ekosistem, bumi dan kedudukannya di alam semesta serta perubahan geologis.

Tabel 2.1 Perbandingan Assessment Area Literasi Sains 2000 dan 2003

Assessment Area

Literasi Sains 2000

Litearsi Sains 2003

Definisi dan memerlukan pemahaman konsep pembedanya

ilmiah, suatu kemampuan untuk mengaplikasikan perspektif ilmiah dan berpikir secara ilmiah menangani bukti- bukti.

Dimensi Konten Konsep-konsep biologi, fisika, kimia, & Area pengetahuan ilmiah & konsep IPBA, yg terkait pada tema utama

seperti:

• biodiversitas; • bentuk & fungsi, biologi manusia, • perubahan fisiologis, keragaman gaya dan perpindahan;

• perubahan fisiologis.

mahluk hidup, pengendalian

genetic, ekosistem; • struktur & sifat materi, perubahan

atmosfer, perubahan fisis & kimia, transformasi energi, gerak dan gaya

• bumi & kedudukannya di alam

semesta, perubahan geologis;

Dimensi Proses Kemampuan atau proses mental yang Kemampuan menggunakan pengeta- terlibat ketika menjawab pertanyaan

huan ilmiah & pemahaman, memper- atau memecahkan masalah, seperti:

oleh, interpretasi, dan bertindak • mengenal pertanyaan yg dapat

terhadap bukti:

• memerikan, menjelaskan, prediksi • identifikasi bukti;

dijawab dalam sains;

fenomena alam; • interpretasi bukti;

• memahami investigasi ilmiah; • menerangkan kesimpulan sesuai • interpretasi bukti ilmiah dan

bukti yg ada.

kesimpulan.

Dimensi Situasi Konteks sains, terfokus pada Konteks sains, terfokus pada penggu- penggunaan yang terkait dengan:

naan yang terkait dengan:

• kehidupan dan kesehatan;

• kehidupan dan kesehatan;

• Bumi dan lingkungan;

• Bumi dan lingkungan;

• teknologi. Relevansi: pribadi, komuntas, global.

• teknologi.

Konteks sains merujuk pada situasi dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi lahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains. Dalam kaitan ini PISA membagi bidang aplikasi sains ke dalam tiga kelompok, yakni kehidupan dan kesehatan, bumi dan lingkungan, serta teknologi. Masalah dan isu sains dalam bidang bidang tersebut dapat terkait pada anak sebagai individu, bagian dari masyarakat, dan warga dunia. Situasi nyata yang menjadi konteks aplikasi sains dalam PISA tidak secara khusus Konteks sains merujuk pada situasi dalam kehidupan sehari-hari yang menjadi lahan bagi aplikasi proses dan pemahaman konsep sains. Dalam kaitan ini PISA membagi bidang aplikasi sains ke dalam tiga kelompok, yakni kehidupan dan kesehatan, bumi dan lingkungan, serta teknologi. Masalah dan isu sains dalam bidang bidang tersebut dapat terkait pada anak sebagai individu, bagian dari masyarakat, dan warga dunia. Situasi nyata yang menjadi konteks aplikasi sains dalam PISA tidak secara khusus

Tabel 2.2 Konteks Aplikasi Sains PISA

Relevansi

Bidang Aplikasi

Pribadi, Kehidupan dan Kesehatan

Teknologi Komunitas,

Bumi dan

Lingkungan

Global • Kesehatan, penyakit • Pencemaran. • Bioteknologi.

• Penggunaan • Pemeliharaan dan

dan gizi.

• Pembentukan

dan perusakan

materi dan

pembuangan • Kesalingbergantungan • Cuaca dan iklim.

keberlanjutan spesies.

tanah.

sampah.

antara sistem fisik dan

• Penggunaan

sistem biologis.

energi. • Transportasi.

Trends in Internasional Mathematics and Science Study (TIMSS)