Tinjauan Umum Tentang Analisis Kredit

4. Tinjauan Umum Tentang Analisis Kredit

Setiap pemberian kredit oleh bank mengandung resiko, sebagai akibat ketidakpastian dalam pengembaliannya. Untuk menentukan apakah akan memberikan suatu pinjaman atau tidak, seorang bankir harus berusaha untuk mengukur resiko atas kredit tersebut. Resiko ini diperkirakan dengan menggunakan suatu proses yang disebut analisis kredit. Loan risk measuring models where measure related to non peformance (Abel M. T., Steward R. G. And Suarez V. C., 2008). Analisis kredit terdiri dari analisis terhadap dua golongan data atau informasi yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Pada analisis kuantitatif, menganalisis kondisi perusahaan debitur berdasarkan laporan keuangan. Akan tetapi kondisi perusahaan tidak dapat seluruhnya tercermin dari angka-angka dalam laporan keuangan. Masih banyak hal lain yang harus diperhatikan dalam suatu analisis kredit yang sifatnya non angka. Analisis kredit terhadap kondisi non angka inilah yang disebut analisis kualitatif. Bersama dengan analisis kuantitatif, hasil analisis kualitatif memberi gambaran yang utuh mengenai debitur dan pengaruhnya terhadap resiko kredit yang diberikan kepada debitur tersebut (Jopie Jusuf,2010:234). Tujuan utama analisis kredit adalah untuk menentukan kesanggupan dan kesungguhan seorang peminjam untuk membayar kembali pinjaman sesuai dengan persyaratan yang terdapat dalam perjanjian pinjaman (Edward W. Red,1995:184).

Ketika bank mengucurkan kredit haruslah dimiliki keyakinan bahwasanya fasilitas kredit tersebut akan kembali. Oleh karena itu banyak hal yang dilakukan bank untuk memperoleh keyakinan oleh calon

commit to user

dan 3R (Kasmir,2002:104).

a. Prinsip 5 C

1) Character

Suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah. Baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan social standing- nya. Ini semua merupakan ukuran "kemauan" membayar.

2) Capacity

Untuk melihat nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikannya, kemampuan bisnis juga diukur dengan kemampuannya dalam memahami tentang ketentuan-ketentuan pemerintah. Begitu pula dengan kemampuannya dalam menjalankan usahanya selama ini. Pada akhirnya akan terlihat "kemampuannya" dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

3) Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.

4) Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti

commit to user

yang dititipkan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5) Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik sekarang dan di masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar- benar memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan kredit itu bermasalah relatif kecil.

b. Prinsip 7 P

1) Personality

Menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah.

2) Party

Mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3) Purpose

Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya.

4) Prospect

Untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai

commit to user

fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5) Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi dapat ditutupi oleh sektor lainnya.

6) Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke periode apakah tetap sama atau akan semakin meningkat apalagi dengan tambahan kredit yang dimilikinya.

7) Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan.

c. Prinsip 3 R

1) Return Analisis yang dilakukan adalah sejauh mana calon debitur dapat diperkirakan memperoleh pendapatan yang cukup untuk mengembalikan kredit beserta kewajibannya.

2) Repayment Kemampuan calon debitur untuk mengembalikan kredit harus dapat diperkirakan oleh analisa kredit.

3) Risk bearing ability Tentang kemampuan calon debitur untuk menanggung resiko, dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya kegagalan usahanya.

commit to user

mampu menutup seluruh kerugian yang mungkin timbul karena hal-hal yang tidak diperkirakan semula. Langkah untuk menghindari kerugian ini dengan jaminan yang diberikan calon debitur atau dengan menutup asuransi.