KAJIAN SINONIMI YANG BERHUBUNGAN DENGAN MAKNA “MENGALAHKAN” DALAM BERITA OLAHRAGA DI MEDIA CETAK

KAJIAN SINONIMI YANG BERHUBUNGAN DENGAN MAKNA “MENGALAHKAN” DALAM BERITA OLAHRAGA DI MEDIA CETAK SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

JOKO HERIWALUYO

C0204038

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2010

commit to user

ii

KAJIAN SINONIMI YANG BERHUBUNGAN DENGAN MAKNA “MENGALAHKAN” DALAM BERITA OLAHRAGA DI MEDIA CETAK

Disusun oleh JOKO HERIWALUYO

C0204038

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum.

NIP 195504091983032001

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag. NIP 196206101989031001

commit to user

iii

KAJIAN SINONIMI YANG BERHUBUNGAN DENGAN MAKNA “MENGALAHKAN” DALAM BERITA OLAHRAGA DI MEDIA CETAK

Disusun oleh Joko Heriwaluyo

C0204038

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret P ada Tanggal …………………………….

Jabatan

Nama

Tanda Tangan Ketua

Dra. Chattri S. W., M. Hum.

Drs. Hanifullah S., M.Hum.

.......................

NIP 196806171999031002

Penguji I

Dra. Hesti Widyastuti, M. Hum.

.......................

NIP 195504091983032001

Penguji II

Miftah Nugroho, S.S., M. Hum.

.......................

NIP 197707252005011002

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta

Drs. Sudarno, M.A. NIP 195303141985061001

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama

: Joko Heriwaluyo

NIM

: C0204038

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Kajian Sinonimi yang Berhubungan d engan Makna “Mengalahkan” dalam Berita Olahraga di Media Cetak adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya penulis dalam skripsi ini diberi tan

da citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka penulis bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Juli 2010 Yang membuat pernyataan

Joko Heriwaluyo

commit to user

MOTTO

Walau tidak ada yang sempurna, Hidup ini indah begini adanya (Dewi Lestari dalam novel Filosofi Kopi)

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya ini, penulis persembahkan untuk:

Kedua Orang Tuaku Untuk ketulusan cinta, pengorbanan serta doa yang selalu menyertaiku

Kedua kakakku Untuk semua nasihat-nasihat dan kritikan yang membangun

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan, kesehatan, dan kesabaran, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.

Dalam skripsi ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih tersebut penulis sampaikan kepada pihak-pihak berikut.

1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta atas arahan dan petunjuk yang diberikan selama penulis belajar.

3. Dra. Hesti Widyastuti, M Hum. selaku pembimbing penulisan skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu serta dengan sabar, memberikan saran dan nasihat yang sangat berharga bagi penulisan skripsi ini.

4. Prof. Dr. H. Bani Sudardi, M.Hum. selaku pembimbing akademik selama kuliah.

5. Bapak dan Ibu dosen Sastra Indonesia, atas curahan ilmu dan pemikiran sebagai bekal dalam penulisan skripsi ini.

6. Staf UPT Perpustakan Universitas Sebelas Maret dan Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan

commit to user

viii

kemudahaan dalam proses peminjaman buku referensi yang digunakan untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Kedua orang tuaku yang telah memberikan dukungan doa, dana, dan petuah sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah.

8. Kakak-kakakku tercinta yang telah banyak memberikan nasihat-nasihatnya dan juga menyediakan fasilitas kepada penulis untuk proses pengerjaan skripsi ini hingga selesai.

9. Rekan-rekan Sastra Indonesia, khususnya angkatan 2004, terima kasih atas bantuan, semangat, dan kebersamaan dalam proses meraih cita dan harapan. Terutama untuk Bang Lis dan Pepen, tanpa bantuan kalian mungkin skripsi ini tidak akan pernah jadi.

10. Teman-teman sesama personil KongPlus: Rendhy, Rodex, Harno, Wiji, Effendy, Andhika, dan Ridho untuk semua motivasi dan dukungan serta semangat yang kalian berikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

11. Teman-teman sepermainan: Budi, Herno, Elin, Galih, Tina, Sakius, Doni, Sigit, Dian, Bozok, Ezra, Diah, dan Yudhis atas canda tawa serta suka duka yang selalu kita hadapi bersama. Kalian yang memberikan inspirasi hidup bagi penulis.

Banyak kelemahan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik.

commit to user

ix

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, diharapkan karya ini dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, 21 Juli 2010 Penulis

Joko Heriwaluyo

commit to user

xi

3. Tipe-Tipe Makna …………………………………………… 13

4. Sinon imi …………………………………………………...... 16

a. Cara Menentukan Sinonimi …………………………….. 17

b. Macam- Macam Sinonimi ………………………………. 19

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………….. 20

A. Jenis Pen elitian ………………………………………………….. 20

B. Sumber Data Pen elitian …………………………………………. 21

C. Pop ulasi………………………………………………………….. 21

D. Sampel…………………………………………………………… 21

E. Data Penelitian………………………………………………….. 23

F. Metode Pengumpulan Data……………………………………… 23

G. Metode An alisis Data …………………………………………… 24

H. Metode Penyajian Analisis Data ………………………………... 25

BAB IV ANALI SIS DATA ……………………………………………… 26

A. Klasifik asi Data ………………………………………………… 26

1. Berdasarkan Identifi kasi Kata dan Frasa …………………. 26

2. Berdasa rkan Afiksasi ……………………………………… 27

3. Berdasarkan Bentuk yan g Lugas dan Metaforis ………….. 27

B. Analisi s Data …………………………………………………….. 28

1. Hubungan Kata dengan Kata dan Kata dengan Frasa ………………………………………….. 28

2. Bentuk Substitusi dalam Kalimat antara Kata dengan Kata yang Menunjukkan Gejala Sinonimi Makna “Mengalahkan”…30

BAB V PENUTUP ……………………………………………………….....53

commit to user

DAFTAR PUST AKA ……………………………………………………... 55 LAMPIR AN ………………………………………………………………. 1

commit to user

xiii

DAFTAR SINGKATAN

B : tabloid olahraga Bola K

: surat kabar harian Kompas S

: surat kabar harian Solopos SM : surat kabar harian Suara Merdeka

commit to user

xiv

ABSTRAK

Joko Heriwaluyo. C0204038. 2009. Kajian Sinonimi yang Berhubungan dengan Makna “Mengalahkan” dalam Berita Olahraga di Media Cetak. Skripsi : Jurusan

Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini meliputi (1) bagaimanakah identifikasi kata, frasa, dan klausa yang memenuhi makna ‟mengalahkan‟ dalam wacana jurnalistik berita olahraga di media cetak?, (2)

bagaimanakah hubungan kata dengan kata dan kata dengan frasa yang menunjukkan gejala sinonimi makna ‟mengalahkan‟ dalam wacana jurnalistik

berita olahraga di media cetak? Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan identifikasi kata, frasa, dan klausa yang memenuhi makna ‟mengalahkan‟ dalam wacana jurnalistik berita olahraga di media cetak, (2) mendeskripsikan bentuk substitusi kata dengan kata dan kata dengan frase yang memenuhi makna ”mengalahkan” dalam berita olahraga di media cetak.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Data penelitian ini adalah data kebahasaan berupa kata, frase, klausa, maupun kalimat yang memuat arti konsep „kalah‟ dalam wacana

jurnalistik berita olahraga. Sumber data penelitian ini adalah tiga macam surat kabar harian yakni Solopos (S), Suara Merdeka SM), dan Kompas (K) serta tabloid olahraga Bola (B). Data diperoleh dengan menggunakan teknik pustaka. Teknik analisis data menggunakan langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi data, analisis data, penafsiran data, evaluasi, penarikan simpulan.

Dari analisis data dapat ditarik simpulan bahwa (1) Identifikasi kata, frasa, dan klausa menghasilkan sebuah klasifikasi berdasarkan afiksasi dan berdasarkan bentuk yang lugas dan metaforis (2) Berdasarkan analisis data, bentuk substitusi dari kata- kata atau frase yang memenuhi makna ”mengalahkan” dapat menimbulkan hubungan kata dengan kata yang dapat saling dipertukarkan tanpa mengubah struktur kalimat dan dapat menimbulkan tambahan makna yakni makna metaforis, sedangkan hubungan kata dengan frasa tidak dapat dipertukarkan secara langsung.

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemakaian bahasa meliputi berbagai bidang kehidupan. Salah satu pemakaian bahasa Indonesia dalam kehidupan manusia adalah pemakaian bahasa Indonesia di media massa cetak, seperti surat kabar, majalah, dan lain-lain Salah satu fungsi dari surat kabar adalah untuk menyampaikan berita atau informasi kepada pembaca dengan menggunakan media pengungkap bahasa. Bahasa yang digunakan dalam surat kabar adalah bahasa yang dikenal dengan sebutan bahasa jurnalistik. Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang tampak dalam harian-harian dan majalah. Menurut Haris Sumadiria, bahasa jurnalistik merupakan bahasa yang lazim dipakai dalam media massa cetak berkala seperti surat kabar, tabloid, dan majalah (2006: 53).

Bahasa jurnalistik sebagai salah satu jenis dari ragam bahasa, yaitu ragam jurnalistik terdiri atas beberapa wacana. M. Ramlan (1987: 32) mengungkapkan bahwa wacana berita berfungsi untuk memberitahukan sesuatu kepada orang lain, sehingga tanggapan yang diharapkan berupa perhatian seperti tercermin pada pandangan mata yang menunjukkan adanya perhatian.

Ragam jurnalistik digunakan dalam tulisan-tulisan yang dimuat di surat kabar-surat kabar atau majalah. Berita sebagai bagian dari kegiatan jurnalistik juga dikatakan sebagai kejadian yang diulang, yaitu dengan menggunakan kata- kata atau gambar-gambar. Salah satu contoh berita adalah berita olahraga yang

commit to user

menggunakan kata-kata berbahasa Indonesia sebagai media pengungkapannya. Selain itu, berita olahraga juga banyak mengandung kata-kata yang bersinonim. Sinonimi adalah hubungan atau relasi persamaan makna (I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rochmadi, 2008: 28). Mansoer Pateda (2001: 222) mendefinisikan sinonimi dalam tiga batasan. Batasan atau definisi itu, ialah : (i) kata-kata dengan acuan ekstra linguistik yang sama, misalnya kata mati dan mampus; (ii) kata-kata yang mengandung makna yang sama, misalnya kata memberitahukan dan kata menyampaikan ; dan (iii) kata-kata yang dapat disubstitusikan dalam knteks yang sama, m isalnya ”Kami berusaha agar pembangunan berjalan terus.”, ”Kami berupaya agar pembangunan berjalan terus.” Kata berusaha bersinonim dengan kata berupaya.

Mengacu pada sifat dari ragam jurnalistik yang lebih menekankan pada efektivitas, efisiensi, kejelasan, dan mudah dibaca serta tidak membosankan, maka memancing kreativitas dari para penulisnya untuk memberdayakan kosakata secara maksimal. Sebagai contoh adanya kreativitas dalam penulisan wacana jurnalistik adalah sebagai berikut. Penggunaan arti konsep ”mengalahkan” dalam berita olahraga dengan variasi-variasi bentuk yang terjadi.

1. Tuan rumah, Ghana, yang dikalahkan Kamerun 1-0 di semifinal, akhirnya menempati tempat ketiga setelah memukul Pantai Gading 4-

2. ( BOLA no. 1889/ Selasa, 23 Desember 2008) Dari contoh di atas, kata bergaris bawah menunjukkan gejala sinonimi. Maka kalimatnya menjadi sebagai berikut:

commit to user

1. Tuan rumah, Ghana, yang dikalahkan Kamerun 1-0 di Semifinal, akhirnya menempati tempat ketiga setelah memukul Pantai Gading 4-2. 1a. Tuan rumah, Ghana, yang dikalahkan Kamerun 1-0 di semifinal, akhirnya menempati tempat ketiga setelah mengalahkan Pantai Gading 4-

2. Gejala sinonimi terlihat pada kalimat (1a) di atas. Kata memukul bersinonimi dengan mengalahkan. Haris Sumadiria mengatakan bahwa sifat dari ragam jurnalistik lebih menekankan pada aspek efektivitas, efisiensi, kejelasan dan mudah dibaca serta tidak membosankan, maka kalimat (1a) dihindari penggunaannya karena pengulangan kata yang sama dan penggunaan kata berulang melelahkan untuk dibaca. Oleh karena itu penggunaan padanan kata, atau penggantiannya akan lebih menarik. Selain itu, seperti dalam kalimat (1) dan (1a), metode terbaik untuk pembatasan sinonimi adalah tes substitusi (penyulihan, penggantian) yang direkomendasikan oleh Macaulay (Stephen Ulmann dalam terjemahan Sumarsono, 2007: 178).

Dari contoh di atas, penulis berpendapat bahwa penggunaan arti konsep ”mengalahkan” dalam berita olahraga sangat beragam variasi bentuknya yang

dapat dilihat secara semantik terutama dari segi sinonimi. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkajinya.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam suatu penelitian sangat diperlukan. Pembatasan masalah ini berisi pokok masalah yang masih bersifat umum.

commit to user

Pembatasan masalah akan memungkinkan penulis untuk mengadakan penelitian yang lebih terarah sehingga tidak terjadi kekaburan dan melebar kemana-mana. Dengan pembatasan masalah ini, penulis akan mudah untuk mencermati hal-hal yang akan dikembangkan. Dalam penelitian ini, penulis hanya meneliti kata-kata yang memuat arti ”mengalahkan” dalam berita olahraga pada tataran semantik

yang penulis khususkan tentang masalah sinonimi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah penulis kemukakan, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah identifikasi kata dan frasa yang memenuhi makna ”mengalahkan” dalam berita olahraga di media cetak?

2. Bagaimanakah bentuk substitusi kata dengan kata dan kata dengan frasa yang

memenuhi makna ”mengalahkan” dalam berita olahraga di media cetak?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan suatu penelitian perlu disampaikan mengingat penelitian harus mempunyai arah yang jelas dan tepat. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan identifikasi kata dan frasa yang memenuhi makna ”mengalahkan” dalam berita olahraga di media cetak.

2. Mendeskripsikan bentuk substitusi kata dengan kata dan kata dengan frasa yang memenuhi makna ”mengalahkan” dalam berita olahraga di media cetak.

commit to user

E. Manfaat Penelitian

Pada hakikatnya penelitian dilakukan untuk mendapatkan suatu manfaat. Dalam penelitian ini diharapkan penulis dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat berkaitan dengan masalah penggunaan arti konsep ”kalah’ dalam

wacana jurnalistik berita sepak bola. Umumnya suatu penelitian memiliki dua manfaat yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa perluasan

wawasan tentang arti konsep sebuah kata dalam ragam bahasa khususnya dalam wacana jurnalistik berita olahraga.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang positif terhadap para penulis berita olahraga dalam memberdayakan sebuah arti konsep kata.

b. Diharapkan pula bisa dijadikan acuan dan rangsangan bagi penulis atau pembaca dalam berbahasa Indonesia agar lebih baik dan menarik.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab pertama pendahuluan. Bab pertama ini terdiri dari latar belakang

masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

commit to user

Bab kedua berupa kajian terdahulu dan kajian teoretik yang berisi pengertian semantik, relasi makna, tipe-tipe makna, dan pengertian sinonimi.

Bab ketiga adalah metodologi penelitian, berisi serangkaian proses penelitian yang saling berhubungan, yaitu pengertian metode, jenis penelitian, sumber data, populasi, sampel, data penelitian, metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian analisis data.

Bab keempat adalah analisis data yang berisi klasifikasi data serta analisis data. Bab kelima merupakan penutup yang memuat kesimpulan dan saran.

commit to user

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Studi Terdahulu

Beberapa studi terdahulu yang relevan telah dilakukan oleh Anita Tri Widiyawati “Sinonimi Nomina Hubungan Kekerabatan Bahasa Jawa di Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember”.

Anita Tri Widiyawati (2 008) dengan judul penelitian ”Sinonimi Hubungan

Kekerabatan Bahasa Jawa di Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember”. Temuan penelitiannya berisi persamaan dan perbedaan di antara pasangan sinonimi, faktor yang melatarbelakangi terciptanya sinonimi, dan perubahan makna nomina (kata benda) hubungan kekerabatan bahasa Jawa di Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember sebagai akibat munculnya pasangan sinonimi nomina hubungan kekerabatan bahasa Jawa di Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember. Berdasarkan analisis dan pembahasan tentang sinonimi nomina hubungan kekerabatan bahasa Jawa di Desa Paseban, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember bahwa s ebutan „kakek‟ ada sembilan belas, sebutan „nenek‟ ada dua puluh lima, sebutan „saudara tua laki-laki dari orang tua‟ ada sebelas, sebutan „saudara tua perempuan dari orang tua‟ ada tiga belas, sebutan „orang tua laki-laki‟ ada enam, sebutan „orang tua perempuan‟ ada delapan, sebutan „saudara muda laki-laki dari orang tua‟ ada sepuluh, sebutan „saudara muda perempuan dari orang tua‟ ada dua belas, sebutan „saudara tua laki- laki‟ ada sembilan, dan sebutan „saudara tua perempuan‟ ada sepuluh. Faktor

commit to user

kolokasi ini meliputi: faktor kata serapan, faktor nilai rasa, faktor prestige, dan faktor tingkat tutur. Sebutan „saudara muda laki-laki‟ ada sebelas, sebutan „saudara muda perempuan‟ ada tiga belas, sebutan „anak laki-laki‟ ada delapan belas, sebutan „anak perempuan‟ ada dua belas, sebutan „cucu laki-laki‟ ada lima belas, dan sebutan „cucu perempuan‟ ada empat belas. Faktor penyebab masing-

masing sebutan tersebut adalah faktor kolokasi. Faktor kolokasi ini meliputi: faktor kata serapan, faktor nilai rasa, dan faktor prestige.

B. Landasan Teori

1. Semantik

Semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris semantics, dari bahasa Yunani sema (nomina) „tanda‟ : atau dari verba samaino „menandai‟, „berarti‟. Istilah tersebut digunakan para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang mempelajari makna. Fatimah Djajasudarma (1993: 1) mengatakan bahwa istilah semantik baru muncul pada tahun 1894 yang dikenal melalui American Philological Association „organisasi filologi Amerika‟ dalam sebuah artikel yang berjudul Reflected Meaning: A point in Semantics.

Menurut Harimurti Kridalaksana (1989:174), semantik ialah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan makna dari ungkapan dan juga dari struktur makna suatu wicara atau sistem dan penyelidikan makna dan arti dalam suatu bahasa pada umumnya.

a. Semantik Leksikal

commit to user

Menurut Edi Subroto (2007: 34), semantik leksikal ialah salah satu bidang kajian linguistik yang khusus mempelajari arti kata yang lebih kurang bersifat tetap (stabil). Jadi, semantik leksikal berfokus pada kata, tetapi yang dikaji masalah arti. Semantik ini menitikberatkan pada kata,karena dianggap sebagai tanda bahasa minimum yang bersifat mandiri secara bentuk makna. Ia merupakan materi bahasa yang siap dipakai dalam kegiatan bahasa. Sebagai tanda bahasa, kata adalah kedataan yang terpisahkan antara aspek bentuk dan arti yang bersifat manasuka (arbriter)

b. Semantik Gramatikal Semantik gramatikal adalah bagian dari linguistik yang mempelajari masalah arti yang timbul karena bertemunya unsur gramatis dengan unsur lainnya yang mengikuti kaidah tertentu. Dapat disimpulkan bahwa semantik gramatikal ialah ilmu yang mempelajari arti kata yang timbul sebagai proses morfologis (Edi Subroto, 2007: 36).

2. Relasi Makna

Yang dimaksud dengan relasi makna adalah hubungan semantik yang terdapat antara satuan bahasa yang satu dengan satuan bahasa yang lain (Abdul Chaer, 2003: 297). Satuan bahasa di sini dapat berupa kata, frase, maupun kalimat. Relasi semantik dapat menyatakan kesamaan makna, pertentangan makna, ketercakupan makna, kegandaan makna, atau juga kelebihan makna. Setiawati Darmojuwono dalam Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami

commit to user

Linguistik menyatakan bahwa relasi makna adalah hubungan makna kata dalam suatu bahasa (2005: 116).

I Dewa Putu Wijana dan Muhammad Rochmadi dalam Semantik: Teori

dan Analisis membagi relasi makna menjadi enam macam (2008: 28), yakni:

a. Sinonimi Sinonimi adalah hubungan atau relasi persamaan makna. Jadi, bentuk kebahasaan yang satu memiliki kesamaan makna dengan bentuk kebahasaan yang lain. Bentuk-bentuk kebahasaan yang memiliki kesamaan makna disebut bersinonim . Dalam bahasa Indonesia, kata ayah bersinonim dengan bapak, papa, papi, dan babe. Kata melihat bersinonim dengan kata memandang, menonton, memeriksa, mengintip, mengintai, menengok, membesuk, dsb. Walaupun kata-kata bersinonim tersebut memiliki kesamaan makna, tetapi makna itu tidak bersifat menyeluruh (total). Kesinoniman menyeluruh tidak pernah dijumpai (I Dewa Putu Wijana, 2008: 29).

b. Antonimi Antonimi adalah perlawanan makna. Kata laki-laki berantonim dengan perempuan, mati berantonim dengan hidup, jauh berantonim dengan dekat, dsb. Dilihat dari jumlah pasangan dan sifat perlawanannya, antonimi dapat dibedakan menjadi antonimi biner dan nonbiner, antonimi bergradasi dan antonimi tak bergradasi, antonimi orthogonal dan antipodal, antonimi direksional dan relasional.

c. Polisemi

commit to user

Polisemi adalah sebuah bentuk kebahasaan yang memiliki berbagai macam makna. Perbedaan antara makna yang satu dengan makna yang lain dapat ditelusuri atau dirunut sehingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa makna- makna itu berasal dari sumber yang sama. Menurut Ullman dalam Putu Wijana (2008: 44) polisemi sebagai ciri fundamental bahasa manusia muncul karena berbagai faktor, antara lain:

1) Pergeseran pemakaian (shift in application)

2) Spesialisasi dalam lingkungan sosial (specialization in social milieu)

3) Bahasa Figuratif (figurative language)

4) Penafsiran kembali pasangan berhomonim (homonym reinterpreted)

5) Pengaruh bahasa asing (foreign influence)

d. Homonimi

Homonimi adalah dua kata atau lebih yang secara kebetulan memiliki pola bunyi yang sama. Karena merupakan butir leksikal yang berbeda, pasangan berhomonim memiliki makna yang berbeda. Kata beruang (kata dasar) memiliki tiga kemungkinan makna, yakni „sejenis binatang kutup berkaki empat dan pemakan daging‟, „memiliki uang‟ (ber- plus uang), dan „memiliki ruang‟ (ber-

plus ruang). Sebagian linguis membagi homonimi menjadi dua jenis, yakni homografi dan homofoni. Homografi kesamaannya terletak pada identifikasi ortografi (tulisan dan ejaan), sementara itu homofoni menyandarkan kesamaannya pada keidentikan bunyi dan pengucapan.

e. Hiponimi

commit to user

Hiponimi adalah hubungan semantik antara makna spesifik dan makna generik, atau antara anggota taksonomi dengan nama taksonomi (Kridalaksana dalam Putu Wijana, 2008: 67). Misalnya, menatap, mengintip, memandang, mengintai, dsb. yang memiliki makna spesifik berhiponim dengan melihat yang memiliki makna generik. Bentuk sepeda,becak, pesawat terbang, mobil, kereta api, dsb. berhiponim dengan kendaraan. Dalam hal ini, sepeda, becak, pesawat terbang, mobil, kereta api anggota taksonomi, sedangkan kendaraan disebut nama taksonomi. Hubungan antara menatap, mengintip, memandang,dan mengintai atau sepeda, becak, pesawat terbang, mobil, dan kereta api dalam relasi makna ini disebut kohiponim, sedangkan hubungan makna kata generik (nama taksonomi) dengan makna spesifik disebut hiperonim.

f. Metonimia Sebuah kata sering kali memiliki hubungan asosiatif dengan kata lain. Misalnya kata amplop dan dompet di dalam pemakaian bahasa seringkali dihubungkan dengan uang. Untuk itu, dapat diperhatikan kalimat (2) dan (3) berikut:

(2) Ia baru saja menerima amplop dari atasannya. (3) Ia seharusnya ingin membeli buku itu, tetapi lupa membawa dompet. Mungkin kata amplop dan dompet menggantikan kata uang disebabkan oleh

kedekatan hubungan kata-kata bersangkutan secara ekstralingual. Dalam hal ini, amplop dan dompet masing-masing adalah tempat menaruh uang.

commit to user

Selain enam macam pembagian relasi makna menurut Putu wijana di atas, Abdul Chaer dalam Linguistik Umum menambahkan lagi dua macam relasi makna (2003: 307), yakni:

a. Ambiguiti atau Ketaksaan Ambiguiti atau ketaksaan adalah gejala terjadinya kegandaan makna akibat tafsiran gramatikal yang berbeda. Tafsiran gramatikal yang berbeda ini umumnya terjadi pada bahasa tulis, karena dalam bahasa tulis unsur suprasegmental tidak dapat digambarkan dengan akurat. Misalnya, bentuk buku sejarah baru dapat ditafsirkan maknanya menjadi (1) buku sejarah itu baru terbit, atau (2) buku itu memuat sejarah zaman baru. Kemungkinan makna (1) dan (2) itu terjadi karena kata baru yang ada dalam konstruksi itu, dapat dianggap menerangkan frase buku sejarah, dapat juga dianggap hanya menerangkan kata sejarah.

b. Redundansi Istilah redundansi biasanya diartikan sebagai berlebih-lebihannya penggunaan unsur segmental dalam suatu bentuk ujaran. Umpamanya kalimat Bola itu ditendang oleh Dika tidak akan berbeda maknanya bila dikatakan Bola itu ditendang Dika. Penggunaan kata oleh inilah yang dianggap redundans, berlebih- lebihan.

Setiawati Darmojuwono dalam Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik menambahkan satu lagi jenis relasi makna yaitu „Meronimi‟. Meronimi adalah relasi makna yang memiliki kemiripan dengan hiponimi karena relasi maknanya bersifat hierarkis, namun tidak menyiratkan pelibatan searah tetapi

commit to user

merupakan relasi makna bagian dengan keseluruhan (2005: 119). Contohnya adalah atap bermeronimi dengan rumah.

3. Tipe-tipe Makna

Tipe makna adalah kajian makna berdasarkan tipenya. Tipe adalah pengelompokkan sesuatu berdasarkan kesamaan objek, kesamaan ciri atau sifat yang dimiliki benda, hal, peristiwa atau aktivitas lainnya. Leech dalam terjemahan Paina Partana (2003: 19) membagi makna menjadi tujuh macam, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Makna Konseptual Makna Konseptual biasa disebut Leech dengan makna logis. Makna konseptual mempunyai susunan yang amat kompleks dan rumit, dapat diperbandingkan dan dapat dihubung-hubungkan dengan susunan yang serupa pada tingkatan bahasa fonologis maupun sintaksis (Leech, 2003: 20). Sasaran semantik konseptual adalah untuk memberikan pada setiap tafsiran kalimat, suatu konfigurasi atau simbol abstrak yang merupakan ‟representasi semantik‟-nya, dan menunjukkan secara pasti apa yang harus kita ketahui apabila kita membedakan makna dari semua kemungkinan makna kalimat yang lain dalam suatu bahasa, dan untuk mencocokkan makna itu dengan ekspresi sintaksis dan fonologis yang benar.

b. Makna Konotatif Makna konotatif adalah makna yang dikomunikasikan dengan acuan bahasa (Leech dalam terjemahan Paina Partana, 2003: 38). Makna konotatif

commit to user

merupakan nilai komunikatif dari satu ungkapan menurut apa yang diacu, melebihi di atas isinya yang murni konseptual. Konotasi relatif tidak stabil, artinya konotasi banyak berubah-ubah menurut budayanya, masanya, dan pengalaman individu. Dengan kata lain makna konotatif adalah bukan makna sebenarnya. . Misalnya kata ‟amplop‟. Kata ‟amplop‟ bermakna sampul yang berfungsi sebagai tempat mengisi surat yang akan disampaikan kepada orang lain, kantor, instansi atau jawatan lain. Makna ini adalah makna denotasinya atau makna sebenarnya. P ada kalimat “Berilah ia amplop agar urusannmu segera selesai,” maka kata ‟amplop‟ sudah bermakna konotatif, yakni ‟berilah ia uang‟. Kata ‟amplop‟ dan ‟uang‟ masih ada hubungan, karena uang dapat diisi di dalam amplop. Dengan kata lain, kata ‟amplop‟ mengacu kepada uang, dan lebih khusus lagi uang pelancar, uang pelican, uang semir, uang gosok Di sini terdapat fakta bahwa makna kata ‟amplop‟ tidak sebagaimana adanya lagi, tetapi mengandung makna lain, yang kadang-kadang masih berhubungan dengan sifat, rasa, benda, peristiwa yang dimaksudkan. Dengan kata lain, maknanya bergeser dari makna yang sebenarnya. Dengan demikian makna konotatif lebih berhubungan dengan nilai rasa pemakai bahasa.

c. Makna Stilistik Makna stilistik merupakan makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial penggunaannya. Dengan kata lain, makna stilistika adalah makna yang melibatkan situasi sosial atau makna yang timbul akibat pemakaian bahasa. Makna stilistika berhubungan dengan pemakain bahasa yang

commit to user

menimbulkan efek, terutama kepada pembaca. Itu sebabnya makna stilistika lebih dirasakan di dalam karya sastra.

d. Makna Afektif Makna Afektif adalah makna yang terungkap dari perasaan dan tingkah laku pembicara/ penulis. Makna afektif merupakan makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembaca terhadap penggunaan kata atau kalimat. Misalnya, jika seseorang berkata, ”Monyet, pasti kita akan mereaksi kepada orang yang mengatakannya.” Hal itu terjadi karena kata monyet mengandung makna yang berhubungan atau mengakibatkan perasaan tersinggung. Dengan kata lain, kata monyet memiliki makna yang berkaitan dengan nilai rasa. Kata monyet berhubungan dengan penghinaan.

e. Makna Refleksi Makna Refleksi adalah makna yang timbul dalam hal makna konseptual ganda, jika sesuatu pengertian kata membentuk sebagian dari respons kita terhadap pengertian lain.

f. Makna Kolokatif Makna Kolokatif merupakan makna yang disampaikan melalui asosiasi dengan kata yang cenderung terjadi pada lingkup kta yang lain. Makna kolokatif terdiri atas asosiasi-asosiasi yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna kata-kata yang cenderung muncul di dalam lingkungannya. Kata pretty dan handsome memiliki dasar yang sama dalam arti ‟sedap dipandang‟, namun

commit to user

demikian kedua kata itu bisa dibedakan menurut beberapa kata benda lain yang mungkin menyertainya atau menjadi kata sandingannya.

g. Makna Tematik Makna Tematik yakni makna yang dikomunikasikan dengan cara di mana pesannya disusun atas dasar urutan dan tekanan. Misalnya kalimat, ”Ali anak dokter Bagus meninggal kemarin,” belum jelas siapa yang meninggal. Kalau kalimat itu diubah menjadi, ”Ali, anak dokter Bagus, meninggal kemarin,” maka

makna yang diinformasikan, yakni anak dokter Bagus (entah siapa namanya) meninggal kemarin. Informasi tersebut ditujukan kepada Ali.

4. Sinonimi

Secara etimologi kata sinonimi berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu anoma yang berart i „nama‟, dan syn yang berarti „dengan‟. Secara harfiah kata sinonimi berarti „nama lain untuk benda atau hal yang sama‟. Secara semantik Verhaar (2006) mendefinisikan sebagai ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. I Dewa Putu Wijana mengatakan bahwa sinonimi adalah hubungan atau relasi persamaan makna. Menurut Edi Subroto sinonim adalah dua kata atau lebih yang mempunyai arti leksikal yang kurang lebih sama (lebih kurang disini perlu karena tidak ada dua kata atau lebih yang arti leksikalnya sama benar, atau disebut pula sinonim mutlak atau absolut). Fatimah Djajasudarma juga mengatakan bahwa jika dua kata atau lebih memiliki makna yang sama, maka perangkat kata itu disebut sinonim (1993:36). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, dua kata atau lebih yang pada

commit to user

asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi berlainan bentuk luarnya disebut dengan sinonimi. Abdul Chaer mengatakan bahwa sinonim atau sinonimi adalah hubungan semantik yang menyatakan adanya kesamaan makna antara satu satuan ujaran dengan satuan ujaran lainnya (2003: 297). Dapat disimpulkan bahwa sinonimi adalah bentuk kebahasaan yang memiliki kesamaan makna dengan bentuk kebahasaan yang lain.

a. Cara Menentukan Sinonimi

Kesamaan makna (sinonim) dapat ditentukan dengan dua cara (Edi Subroto, 2007: 13):

1. Substitusi (penyulihan). Hal tersebut dapat terjadi bila kata dalam konteks tertentu dapat disulih dengan kata yang lain dan makna konteks tidak berubah, maka kedua kata itu disebut sinonim. Misalnya:

Amir anak pandai Amir anak pintar Kata pandai dan pintar disebut sinonim

2. Penentuan konotasi. Jika terdapat perangkat kata yang memiliki makna kognitifnya sama, tetapi makna emotifnya berbeda, maka kata-kata itu tergolong sinonim. Misalnya, “kamar kecil, kakus, jamban, WC” mengacu kepada acuan yang sama, tetapi konotasinya berbeda.

Edi Subroto (2007:1) mengatakan bahwa suatu cara yang biasa dipakai untuk mengetes bahwa dua kata atau lebih bersinonim ialah keduanya dapat saling menggantikan di dalam sebuah konstruksi sintaksis tertentu. Makna

commit to user

sebuah kata tergantung pada konteks. Hal tersebut dapat diperhatikan misalnya kalimat-kalimat berikut:  Saya mau ke rum ah bersalin untuk menengok “kakak” yang baru

melahirkan (jelas bahwa “kakak” pada kalimat tersebut adalah “kakak perempuan” dan hal tersebut ditentukan oleh konteks kalimatnya.

 Suatu kata kadang-kadang berbeda maknanya di dalam berbagai konteks.

Perhatikan kalimat berikut di dalam bahasa Indonesia, misalnya:

4) Pagi- pagi benar ia “masuk “sekolah

5) Ia “masuk” angin harus dibawa ke dokter Kata “masuk” di dalam bahasa Indonesia pada kalimat (4) dan (5) berbeda maknanya. Kata “naik” pada kalimat “ayah naik mobil ke kantor”, tidak

bermakna “memanjat”, tetapi “mengendarai” (naik bersinonim dengan mengendarai).

Sering dikatakan bahwa kata-kata yang bersinonimi memiliki makna yang “sama”, dengan hanya bentuk-bentuk yang berbeda. Yang normal dalam

hubungan antar-sinonimi ialah ada perbedaan nuansa, dan maknanya boleh disebut “kurang lebih sama”.

b. Macam-Macam Sinonimi

Palmer membagi sinonimi menjadi lima macam, yaitu: (1) perangkat sinonim yang salah satu anggotanya berasal dari bahasa daerah atau bahasa asing dan lainnya terdapat dalam bahasa umum. Misalnya: domisili dan kediaman,

commit to user

khawatir dan gelisah; (2) perangkat sinonim yang pemakaiannya bergantung kepada langgam dan laras bahasa. Misalnya: dara, gadis, dan cewek; (3) perangkat sinonim yang berbeda makna emotifnya, tetapi makna kognitifnya sama. Misalnya: (negarawan dan politikus), (ningrat dan feodal); (4) perangkat sinonim yang pemakaiannya terbatas pada kata-kata tertentu (keterbatasan kolokasi). Misalnya: telur busuk, nasi basi, mentega tengik,susu asam, baju apek; (5) perangkat sinonim yang maknanya tumpang tindih. Misalnya: (buluh dan bambu ), (bimbang, cemas dan sangsi) (Palmer dalam Djajasudarma, 1993: 44).

commit to user

20

BAB III METODE PENELITIAN

Menurut Edi Subroto (2007:5) bahwa metode adalah keseluruhan jalan yang harus ditempuh sejak ia merumuskan kerangka pikirannya mengenai segi tertentu bahasa, melakukan pengamatan terhadap fenomena pertuturan yang berulang. Menyusun hipotesis, menganalisa data-data sampai pada perumusan yang mengatur.

A. Jenis Penelitian

Dilihat dari analisis datanya, maka penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dalam bidang semantik yang membahas mengenai relasi makna sinonimi yang berhubung an dengan kata “mengalahkan”. Edi Subroto (2007:5) mendefinisikan bahwa metode kualitatif adalah sebuah metode penelitian terhadap suatu masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur- prosedur statistik. Penelitian kualitatif lebih mengutamakan proses daripada hasil. Penelitian kualitatif juga berusaha memahami makna fenomena-fenomena, peristiwa-peristiwa dan kaitannya dengan orang-orang atau masyarakat yang diteliti dalam konteks kehidupan dalam situasi yang sebenarnya. Lebih lanjut metode ini bersifat deskriptif yakni penulis mencatat dengan teliti dan cermat data-data yang berwujud kata-kata, frase, klausa, kalimat yang berhubungan dengan kata “mengalahkan”.

commit to user

B. Sumber Data

Keberadaan sumber data dalam sebuah penelitian mutlak diperlukan. Sumber data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini adalah tiga macam surat kabar harian antara lain Solopos (S), Suara Merdeka (SM), dan Kompas (K) serta tabloid olahraga Bola (B). Dasar pemilihan keempat media cetak tersebut karena dalam kalimat-kalimat beritanya keempat media itu sering memakai kata-ata yang bersinonim dengan kata “mengalahkan”. Pemilihan tiga macam surat kabar harian dan satu macam tabloid olahraga diperkirakan sudah mewakili dari data-data yang diperlukan.

C. Populasi

Menurut Edi Subroto 2007: 36), populasi adalah objek penelitian. Dalam penelitian linguistik, populasi ialah bahasa yang dipakai oleh sekelompok orang tertentu atau segi tertentu dari bahasa tertentu.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan kata atau frase “mengalahkan” yang dimuat di harian Solopos, Suara Merdeka, Kompas, dan

tabloid Bola.

D. Sampel

Menurut Edi Subroto (2007:36) sampel adalah sebagian dari populasi yang dijadikan objek penelitian langsung. Sampel itu hendaknya mewakili atau dianggap mewakili populasi secara keseluruhan. Sampel dalam penelitian ini yaitu berupa kata atau frase “mengalahkan” yang dimuat diempat media massa berikut:

1. Surat kabar Harian Solopos:

commit to user

 Tanggal 26 Mei 2009

- Tanggal 8 Desember 2009

 Tanggal 28 Mei 2009

- Tanggal 10 Desember 2009

 Tanggal 29 Mei 2009

- Tanggal 11 Desember 2009

 Tanggal 30 Mei 2009

-Tanggal 12 Desember 2009

 Tanggal 31 Mei 2009

-tanggal 13 Desember 2009

 Tanggal 1 Juni 2009

-Tanggal 4 Februari 2010

 Tanggal 5 Juni 2009

-Tanggal 8 Februari 2010

 Tanggal 10 Juni 2009

-Tanggal 20 Februari 2010

 Tanggal 11 Juni 2009

2. Surat kabar Harian Kompas:  Tanggal 30 Mei 2009

- Tanggal 27 Agustus 2009

 Tanggal 31 Mei 2009

- Tanggal 29 Agustus 2009

 Tanggal 2 Juni 2009

- Tanggal 1 September 2009

3. Surat kabar Harian Suara Merdeka:  Tanggal 14 Mei 2009

- Tanggal 26 Agustus 2009

 Tanggal 15 Mei 2009

- Tanggal 31 Agustus 2009

 Tanggal 22 Mei 2009

- Tanggal 1 September 2009

 Tanggal 31 Mei 2009  Tanggal 1 Juni 2009

4. Tabloid Olahraga “Bola”:  No. 1936 Minggu Pertama Juni 2009  No. 1937 Minggu Kedua Juni 2009  No. 2006 Minggu Pertama Februari 2010  No. 2008 Minggu Kedua Februari 2010

commit to user

E. Data Penelitian

Data sebagai objek penelitian secara umum adalah semua informasi atau bahan yang disediakan oleh alam yang dicari atau dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Edi Subroto, 2007:34). Data terdapat pada segala sesuatu yang menjadi bidang dan sasaran penelitian.

Data kebahasaan berupa fenomena-fenomena kebahasaan apapun yang sesuai dengan segi-segi tertentu yang diteliti. Data kebahasaan harus berwujud konteks (kebahasaan ataupun situasi), yang memungkinkan segi-segi tertentu yang diteliti dapat dianalisis atau diketahui identitasnya.

Data penelitian yang digunakan oleh penulis adalah data tertulis dari sumber data. Adapun data dalam penelitian ini berupa kata atau frase

“mengalahkan” yang terdapat di media cetak Solopos, Suara Merdeka, Kompas, dan tabloid olahraga Bola.

Penentuan data penelitian tersebut didasarkan atas pertimbangan bahwa dalam penelitian ini akan didapatkan suatu kesimpulan tentang perkembangan dan perluasan penggunaan kosakata tertentu pada umumnya dan kata “mengalahkan” pada khususnya

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh data yang berkualitas. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara simak catat dengan teknik pustaka. Teknik pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Edi Subroto,

commit to user

2007: 47). Teknik penomoran datanya berupa nama surat kabar atau tabloid, bulan dan tanggal diterbitkannya, atau minggu keberapa diterbitkannya, serta nomor urut data. Contoh:

Nama FC Barcelona pun langsung diukir di bagian trofi Liga Champion beberapa saat setelah El Barca menundukkan Manchester United 2-0 pada final di Stadion Olimpico, Roma. (S/ 29 Mei 2009/001).

S/ 29 Mei 2009/ 01 S

: Surat Kabar Harian Solopos

29 : tanggal 29

Mei

: bulan Mei

: nomor urut data 001

G. Metode Analisis Data

Setelah data diklasifikasikan, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Metode analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode substitusi. Metode substitusi merupakan metode yang digunakan untuk menyelidiki keparalelan atau kesejajaran distribusi antara satuan lingual tertentu dengan satuan lingual yang lainnya (Edi Subroto, 2007: 79). Alat penentunya adalah bisa tidaknya kedua satuan lingual itu saling menggantikan. Dengan metode ini akan diketahui adanya persamaan antara unsur terganti dengan unsur pengganti. Metode ini digunakan untuk menentukan kemungkinan suatu

commit to user

kata yang satu dapat digantikan oleh kata yang lain sehingga dapat diketahui persamaan dan perbedaan antara kata tersebut dalam kalimat bahasa indonesia Contoh:

Nama FC Barcelona pun langsung diukir di bagian trofi Liga Champion beberapa saat setelah El Barca menundukkan Manchester United 2-0 pada final di Stadion Olimpico, Roma. (S/ 29 Mei 2009/ 001).

Pada kalimat di atas kata menundukkan dapat disubstitusikan atau dapat saling menggantikan dengan kata mengalahkan tanpa mengubah struktur kalimatnya.

Nama FC Barcelona pun langsung diukir di bagian trofi Liga Champion beberapa saat setelah El Barca mengalahkan Manchester United 2-0 pada final di Stadion Olimpico, Roma. (S/ 29 Mei 2009/ 001).

H. Metode Penyajian Analisis Data

Data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal dan informal. Adapun penyajian secara formal yaitu penyajian data melalui tabel, diagram, grafik, gambar dan sebagainya. Dan penyajian secara informal yaitu penyajian dengan cara mendeskripsikan data dalam bentuk kata-kata atau kalimat.

commit to user

26

BAB IV ANALISIS DATA

Analisis merupakan inti dari penelitian ini. Sebelum melakukan analisis data, ada beberapa langkah yang harus dikerjakan, yaitu pengumpulan data, klasifikasi data, dan analisis data.

A. Klasifikasi Data

Setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan berdasarkan identifikasi kata dan frasa, berdasarkan afiksasi, menurut kata-kata yang bersifat lugas dan metaforis.

1. Klasifikasi Berdasarkan Identifikasi Kata dan Frasa

a. Termasuk Kata

~ menjinakkan ~ menjegal ~ taklukkan

~ menenggelamkan

~ menumbangkan ~ mempecundangi ~ membenamkan

~ mengandaskan

~ menghajar

~ mengatasi ~ menghabisi

b. Termasuk Frasa

~ bertekuk lutut

commit to user

2. Klasifikasi Berdasarkan Afiksasi

a. Afiks me-

b. Afiks me-i

~ menghabisi ~ mempecundangi

c. Afiks me-kan

~ menumbangkan ~ menenggelamkan ~ membenamkan

~ mengandaskan

~ menjinakkan

d. Sufiks –kan

~ taklukkan

3. Klasifikasi Berdasarkan Bentuk yang Lugas dan Metaforis

a. Bentuk Lugas

~ bertekuk lutut

~ mengatasi

~ mempermalukan

b. Bentuk Metaforis

~ menundukkan

~ menghabisi

commit to user

~ menumbangkan ~ menenggelamkan ~ membenamkan

~ menghajar

A. Analisis Data

Setelah data terkumpul dan diklasifikasikan, langkah selanjutnya adalah analisis data. Berdasarkan pengumpulan data yang telah dilakukan dapat diketahui tentang gejala sinonimi yang berhubungan dengan makna “mengalahkan” dalam berita olahraga di media cetak.

Sinonimi ialah dua kata atau lebih yang mempunyai arti leksikal kurang lebih sama atau keadaan dimana dua kata atau lebih mempunyai arti yang sama. Data-data berikut menunjukkan adanya gejala sinonimi antara kata atau frasa makna mengalahkan.

1. Hubungan Kata dengan Kata dan Kata dengan Frasa

a. Hubungan kata dengan kata

Kata dengan kata dapat dipertukarkan atau dapat saling menggantikan dalam sebuah kalimat tanpa harus mengubah struktur kalimatnya. Hal ini dapat disebut sebagai sinonimi.

Sebagai contoh kata ”menundukkan” dapat saling menggantikan dengan kata ”mengalahkan” tanpa harus mengubah struktur kalimatnya. Perhatikan

kalimat di bawah ini.

commit to user

4) Nama FC Barcelona pun langsung diukir di bagian trofi Liga Champion beberapa saat setelah El Barca menundukkan Manchester United 2-0 pada final di Stadion Olimpico, Roma. (S/ 29 Mei 2009/ 001).

Seperti terlihat pada kalimat (6a) kata menundukkan dapat langsung digantikan atau dapat dipertukarkan dengan kata mengalahkan tanpa mengubah struktur kalimatnya.

6a) Nama FC Barcelona pun langsung diukir di bagian trofi Liga Champion beberapa saat setelah El Barca mengalahkan Manchester United 2-0 pada final di Stadion Olimpico, Roma. (S/ 29 Mei 2009/ 001).

b. Hubungan kata dengan frasa

Tidak seperti hubungan kata dengan kata yang dapat secara langsung dipertukarkan, hubungan kata dengan frasa tidak bisa dipertukarkan secara langsung. Selain itu, hubungan kata dengan frasa juga dapat mengubah

struktur kalimat menjadi kalimat pasif. Sebagai contoh frasa ”bertekuk lutut”.

5) MU bertekuk lutut 0-1 di depan klub promosi Burnley dan baru bisa bangkit pada laga ketika panen gol 5-0 di kandang Wigan Atlhetic. (K/ 29 Agustus 2009/ 013)

BUKAN

7a) MU mengalahkan 0-1 di depan klub promosi Burnley dan baru bisa bangkit pada laga ketika panen gol 5-0 di kandang Wigan Atlhetic.

commit to user

MELAINKAN

7b) MU dikalahkan 0-1 di depan klub promosi Burnley dan baru bisa bangkit pada laga ketika panen gol 5-0 di kandang Wigan Atlhetic. Atau bisa juga menjadi: 7c) Klub promosi Burnley mengalahkan MU 0-1 dan baru bisa bangkit pada laga ketika panen gol 5-0 di kandang Wigan Atlhetic.

2. Bentuk Substitusi dalam Kalimat Antara Kata dengan Kata yang Menunjukkan Gejala Sinonimi Makna “Mengalahkan”

a. Kata Menundukkan

6) Nama FC Barcelona pun langsung diukir di bagian trofi Liga Champion beberapa saat setelah El Barca menundukkan Manchester United 2-0 pada final di Stadion Olimpico, Roma. (S/

29 Mei 2009/ 001). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata menundukkan memiliki pengertian menjadi menunduk. Untuk mengetahui bahwa kata menundukkan bersinonimi dengan kata mengalahkan adalah dengan cara mengetes apakah kedua kata tersebut dapat saling menggantikan dalam suatu konstruksi sintaksis tertentu. Perhatikan kalimat berikut.

8a) Nama FC Barcelona pun langsung diukir di bagian trofi Liga Champion beberapa saat setelah El Barca mengalahkan Manchester United 2-0 pada final di Stadion Olimpico, Roma. (S/ 29 Mei 2009/ 001).

commit to user

Kata menundukkan ternyata dapat digantikan dengan kata mengalahkan. Jadi, kata menundukkan bersinonimi dengan kata mengalahkan. Contoh lain adalah sebagai berikut.

7) Persisam tampil menjadi yang terbaik di sepakbola kasta kedua Indonesia itu seusai menundukkan Persema Malang 1-0 pada laga final yang berlangsung di stadion Palaran Samarinda. (S/ 30 Mei 2009/ 002)

~ bentuk:

Mengalahkan

Menundukkan Merupakan bentuk kata (verba transitif)

Merupakan bentuk kata (verba transitif)

Berafiks me-kan => me(N) + kalah + kan =>mengalahkan