Kesatuan Dunia

E. Kesatuan Dunia

Ada kesatuan lain yang muncul dalam novel yang membedakannya dengan cerpen yaitu kesatuan dunianya. Tidak seperti dalam cerpen yang hanya memiliki dunia untuk satu pengalaman, dunia dalam novel harus cukup luas untuk bermacam-macam pengalaman. Dalam novel, dunia merupakan gabungan nilai, hukum, kekuatan, kemungkinan, problem yang cukup luas untuk mengisi dan memberi makna kepada tokoh-tokoh, peristiwa-peristiwa, dan episode-episodenya (Stanton dalam Sugihastuti, 2007:27-48).

Berbagai pengalaman ditawarkan dalam novel Maharani. Dunia dalam novel ini berisi pengalaman tokoh-tokohnya, terutama tokoh Rani. Novel Maharani menyajikan kompleksitas pengalaman hidup melalui dunia seorang gadis Indo-Belanda bernama Maharani atau Rani. Pada awalnya Rani adalah seorang gadis keturunan Belanda yang hidupnya berkecukupan, namun setelah ibunya meninggal, ayahnya menikah lagi. Dari sinilah penderitaan hidup Rani dimulai.

Rani sebisa mungkin harus bersabar atas perlakuan buruk ibu tirinya, hingga tiba-tiba ayahnya meninggal secara mendadak. Sari pun dengan tega memperlakukan Rani seperti pembantu. Sampai ketika Belanda kalah atas perebutan Indonesia atas Jepang, Sari dengan tega menyerahkan Rani kepada tentara Jepang sebagai tahanan perang, hingga pada akhirnya tragedi Jughun Ianfu menimpa Rani bersama beberapa gadis Belanda lainnya yang mengakibatkan timbulnya trauma bila berdekatan dengan laki-laki. Namun selain itu, Rani juga berhasil mengungkap mengenai teka-teki kematian ayahnya yang secara mendadak dengan berhasil mengumpulkan saksi-saksi bahwa ternyata ibu trinyalah yang telah membunuh ayahnya dengan memberinya racun pada makanan ayahnya.

Penilaian terhadap novel Maharani bahwa novel tersebut, Agnes Jessica dapat mengungkapkan gagasannya ke dalam imaji yang konkret, detail, dansangat kuat, sehingga pembaca terkesan dan seakan-akan mengalami pengalaman tokoh novel tersebut. Hal itu terlihat ketika tokoh Arik dan Rani sering tamasya bersama di pantai atau sekedar di lapangan banteng yang untuk melihat kemeriahan yang terdapat di sana, seperti suasana lapangan banteng yang terdapat banyak muda- mudi yang saling berpasang-pasangan atau banyaknya anak-anak yang bermain layangan.

Agnes Jessica melalui novel Maharani ini mencoba mengungkap begitu banyak persoalan, falsafah, dan nasehat hidup. Hal itu terlihat dari dialog antara Rani dengan ayahnya, di mana ketika itu ayah Rani berpesan pada malam sebelum Rani kembali ke asrama untuk selalu menjaga diri karena Rani merupakan putri satu-satunya yang harus menjaga kehormatan keluarga.

Sarana sastra dalam novel Maharani menunjukkan keterkaitan dengan tema. Judul Maharani digunakan sebagai sarana bahwa seorang wanita haruslah memiliki jiwa yang besar karena dari wanitalah para generasi lahir. Seberat apapun masalah yang harus dihadapi, kita harus memiliki berusaha menghadapinya, walaupun kemampuan manusia ada batasnya.

Digunakannya sudut pandang orang ketiga tak terbatas karena dalam novel ini walaupun pengarang fokus ceritanya pada tokoh utama, namun pengarang juga menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh lain. Sehingga membuat pembaca merasa seperti berada dan melihat sendiri kejadian yang tergambar dalam novel. Selain itu membuat pembaca tidak bosan dan selalu penasaran pada cerita selanjutnya.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan pengarang berhasil mengajak pembaca terlibat dan menemukan pengalaman tokoh Rani dalam menghadapi permasalahan hidupnya. Dalam usahanya tersebut, tokoh Rani mengalami berbagai pengalaman yang menyadarkan pada sebuah nilai bahwa hidup tidak selalu seperti yang diinginkan dan pada akhirnya tokoh Rani dalam novel ini pun tidak mampu lagi menanggung beban hidupnya yang sangat berat dengan melakukan percobaan bunuh diri. Pada akhirnya tokoh Rani pun mengalami amnesia dan melupakan pengalaman hidupnya yang sangat pahit. Makna pengalaman tokoh Rani tersebut terlihat dari unsur-unsur pembentuknya, yaitu fakta cerita, sarana sastra, dan tema dalam novel Maharani.