PROFIL TOKOH HARINI DALAM CERBUNG “MBURU ABURE KUPU KUNING” KARYA : SUWARDI ENDRASWARA (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis)

PROFIL TOKOH HARINI DALAM CERBUNG “MBURU ABURE KUPU KUNING” KARYA : SUWARDI ENDRASWARA (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis)

Skripsi

Disusun untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Oleh: Landung Asri Saputra

C0104016

JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

PROFIL TOKOH HARINI DALAM CERBUNG “MBURU ABURE KUPU KUNING” KARYA : SUWARDI ENDRASWARA (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis)

Disusun oleh : Landung Asri Saputra C0104016

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing I

Drs. Christiana Dwi Wardhana, M. Hum. NIP. 130 935 347

Pembimbing II

Dra. Sundari, M. Hum. NIP. 130 935 348

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Daerah

Drs. Imam Sutarjo, M. Hum. NIP. 131 695 222

PROFIL TOKOH HARINI DALAM CERBUNG “MBURU ABURE KUPU KUNING” KARYA : SUWARDI ENDRASWARA

(Suatu Tinjauan kritik Sastra Feminis)

Disusun oleh : Landung Asri. Saputra C0104016

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret pada tanggal 6 Juli 2009

Jabatan

Nama

Tanda Tangan Ketua

Drs. Imam Sutarjo, M Hum

Drs. A. Indratmo M. Hum

NIP. 131 792 935

Penguji I

Drs. Christiana D. W, M. Hum.

NIP. 130 935 347

Penguji II

Dra. Sundari, M. Hum.

NIP. 130 935 348

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A NIP. 131 472 202

PERNYATAAN

Nama : Landung Asri Saputra NIM : C0104016

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, skripsi berjudul Profil Tokoh Harini dalam Cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” Karya

Suwardi Endraswara (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis) adalah betul-

betul karya sendiri, dan bukan plagiat, dan tidak dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda atau kutipan dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 6 Juli 2009

Yang membuat pernyataan

Landung Asri. Saputra

MOTTO

“ Yang penting bukan berapa kali aku gagal, tapi yang penting berapa kali aku

bangkit dari kegagalan ” (Abraham lincoln)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Bapak, Ibu tercinta

2. Almamaterku

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena berkat petunjuk dan kemudahan dari-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Profil Tokoh Harini dalam Cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” Karya Suwardi Endraswara (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis) . Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Sastra Daerah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dorongan, bantuan dan bimbingan dari banyak pihak.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Drs Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta staf yang telah mengijinkan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Drs. Imam Sutarjo, M. Hum. selaku Ketua Jurusan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, sekaligus Pembimbing Akademik penulis.

3. Dra. Dyah Padmaningsih, M. Hum. selaku Sekretaris Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

memberi bimbingan dengan tulus dan dorongan sebagai sumber inspirasi untuk penulisan skripsi ini.

5. Dra. Sundari, M. Hum., selaku Koordinator Bidang Sastra, sekaligus Pembimbing II yang banyak memberi nasehat dan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen-dosen Jurusan Sastra Daerah yang telah memberikan ilmunya sebagai bekal untuk penulis semoga bermanfaat khususnya penulis sendiri dan bagi masyarakat umumnya.

7. Kepala dan staf Perpustakaan Pusat dan Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan pelayanan-pelayanan dan referensi yang bermanfaat kepada penulis sehingga membantu kelancaran dalam penulisan skripsi ini.

8. Kakak-kakak dan adikku, Yusi, Awang, Indah, keceriaan, kesedihan dan dorongan moril semua Saudaraku yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

9. Keluarga besar Bapak Suwardi Endraswara yang telah memperlakukan penulis layaknya anak sendiri, terima kasih atas kebaikan yang telah diberikan pada saat penelitian dilaksanakan.

10. Keluarga Besar Bapak Suryanto, yang telah banyak mendukung atas pembuatan skripsi ini, terima kasih atas suport dan doa-doanya.

11. Sahabat-sahabatku yang selalu ceria: Danis, Licka, lilies, Renggo, Ragil dan Eko,serta Jurusan Sastra Daerah angkatan 2004.

kost Gedung Putih. Terima kasih atas semua bantuan, dukungan dan doanya.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan dorongannya selama menjalankan penulisan skripsi ini. Semoga kebaikan dan ketulusan hati semua pihak yang telah diberikan

kepada penulis mendapat pahala dan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, segala kritik dan saran yang bersifat membangun terbuka bagi penulis. Semoga hasil penulisan skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 6 Juli 2009

Landung Asri Saputra

c. Sumini………………………………………………….. 82

D. Makna dan Relevansi dalam Konteks Perjuangan Gender .........

85

1. Lingkungan Keluarga .............................................................

87

2. Lingkungan Masyarakat .........................................................

88

3. Lingkungan Pendidikan .........................................................

89

E. Sikap Budaya Pengarang dalam Sosok Wanita ..........................

90 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................

95

B. Saran ............................................................................................

97

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 99 LAMPIRAN .................................................................................................. 101

DAFTAR SINGKATAN

AKP

: Angkatan Komando Polisi

BOPKRI :Badan Oesaha Pendidikan Kristen Republik Indonesia CERBUNG

: Cerita Bersambung

CERPEN

: Cerita Pendek

FBS : Fakultas Bahasa dan Sastra IKIP

: Institut Keguruan Ilmu Pendidikan

LSM

: Lembaga Swadaya Masyarakat

PKU

: Poliklinik Umum

R.A

: Raden Ajeng

SD

: Sekolah Dasar

SLTP

: Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama SPG : Sekolah Pendidikan Guru

TPA

: Tempat Penitipan Anak

UGM

: Universitas Gajah Mada

UNY

: Universitas Negeri Yogyakarta

VCD

: Video Compect Disc

ABSTRAK

Landung A. Saputra C0104016. Profil Harini dalam Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning Karya Suwardi Endraswara (Suatu Tinjauan Kritik Sastra Feminis) . Skripsi: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yag di bahas dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah Struktural dalam Cerbung” Mburu Abure Kupu Kuning”? (2) Bagaimanakah Profil Tokoh-tokoh wanita berdasarkan prespektif feminis? (3) Bagaimanakah makna dan Relevansi cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” dalm kesetaraan Gender? (4) Bagaimanakah Sikap Budaya Pengarang dalam memandang sosok wanita?.

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan struktur dalam “Mburu Abure Kupu Kuning” (2) Mengetahui profil tokoh-tokoh wanita berdasarkan prespektif feminis (3) Mengetahui makna dan Relevansi dalam “Mburu Abure Kupu Kuning” dalam perjuangan gender (4) Mengetahui Sikap Budaya pengarang dalam Memandang sosok Wanita?.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Penelitian Sastra dengan bentuk penelitian deskriptif kualitatif, sumber data tulis sebagai data primer yaitu Cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara. Sumber data lisan sebagai data sekunder berasal dari informan yaitu pengarang. Data yang digunakan dibagi menjadi dua yakni data primer adalah rangkaian Cerita cerbung yang meliputi unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, amanat, setting alur, penokohan, sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil wawancara dengan pengarang Cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara, buku-buku data-data yang diperoleh dari internet yang dapat memberikan informasi yang relevan dengan pokok bahasan dalm penelitian ini, termasuk juga rekaman, dokumentasi berupa foto-foto dan beografi pengarang.

Manfaat penelitian ini berupa manfaat teoritis yaitu dapat memperkaya wawasan kajian dalam kritik sastra feminis dan manfaat praktis yakni mendapatkan gambaran yang jelas tantang peran dan perilaku sosial perempuan dalam masyarakat.

Teknik pengumpulan data menggunakan teknik analisis stuktur, teknik wawancara dan teknik kepustakaan, analisis data menggunakan teknik analisis stuktural dan menggunakan pendekatan kritik sastra feminis. Untuk mendapatkan hasil yang aktual digunakan teknik analisis interaksi dengan redukdi data, sajian data dan simpulan serta verifikasinya.

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal (1) kisah Cerbung

kadang disertai flesback. Penokohan dapat menunjang alur cerita, watak tokoh- tokohnya dijelaskan pengarang dengan bagus. Setting yang digunakan di Kota Yogyakarta khususnya Daerah Sleman. Jalinan struktural bahwa tema merupakan dasar permasalahan. Amanat adalah pemecahannya. Keterkaitan alur dan setting adalah perwujudan dari watak tokoh. Pengembangan konflik menjadi harapan suatu cerita sehingga membentuk suasana dengan pokok permasalahan.(2) Profil tokoh Wanita yang ada di dalam cerita “Mburu Abure Kupu Kuning” mempunyai gambaran dan perilaku yang beraneka ragam bentuknya, disamping itu juga bisa dijadikan pedoman atau dicontoh mana yang baik dan mana yang buruknya, demi kehidupan dan masa depan. (3) Relevansi dan makna dalam Cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” adalah supaya para wanita haruslah tahu bahwa wanita tidaklah lemah dihadapan para laki-laki, meskipun bentuk fisik berbeda tetapi kita semua mempunyai hak yang sama yaitu untuk hidup dam berdampingan tidak ada perbedaan. (4) Sikap para budaya tentang wanita sangatlah menghargai dan menghormati terhadap wanita atas jerih payahnya seorang wanita khususnya para wanita yang sudah berumah tangga tiap hari mengasuh anak dan tiap hari melayani suami, itu merupakan perwujudan pengorbanan yang sangat besar bagi wanita terhadap kaum laki-laki.

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan sastra Jawa dari tahun ke tahun semakin kaya bentuknya.

Dimulai dari sastra Jawa klasik yang berbentuk tembang macapat ke arah bentuk gancaran, dari geguritan sampai pada novel dan cerpen. Perkembangan ini secara mendasar dituntun oleh kebutuhan yang ada dalam masyarakat baik dari bentuk ekspresi maupun resepsinya. Sejauh ini ekspresi dan resepsi sastra Jawa berkembang pada komunitas-komunitas seperti sanggar, paguyuban, atau kelompok akademis sebagai media pembelajaran dan kajian.

Sastra Jawa seperti sastra etnik lainnya dalam wacana komunikasi global dibenturkan pada satu pilihan harus berkutat pada wacana lokal. Hal ini menjadikan wacana sastra Jawa menjadi terpuruk dengan permasalahan kultur lokal dan terkikis habis atau bahkan segera terlibas oleh kapitalis. Dalam konteks pengungkapan maupun resepsi sastra Jawa menjadi bentuk estitika, itu merupakan gambaran yang merefleksikan dinamika kultur masyarakat Jawa. Sebagian dari tutunan ideologi sastra Jawa bagi masyarakat pendukungnya, diharapkan dapat berkembang dan dipertahankan sebagai penuturan kultural yang bertautan dengan nilai adi luhung.

Pada tahun 1960-1970an banyak bermunculan novel-novel Bahasa Jawa. Hampir tiap penerbit di kota-kota besar di Jawa seakan berlomba-lomba

bahwa novel-novel Bahasa Jawa dipandang sebagai karya sastra yang remeh, kurang bermutu, dan cengeng, sehingga sulit dikategorikan sebagai karya sastra. Dari anggapan itu pula pada saat menjamurnya novel-novel Bahasa Jawa muncul istilah panglipur wuyung (pelipur lara), roman picisan, dan lain-lain yang bernada ejekan terhadap karya-karya. Novel Bahasa Jawa tersebut (Poer Adhie Prawoto 1991:73). Tetapi dewasa ini perkembangan karya sastra khususnya sastra Jawa yang telah menciptakan sebuah karya sastra yang berupa cerkak, cerbung, ataupun novel. Hasil karya-karyanya tersebut sudah banyak dimuat di berbagai media cetak, seperti majalah-majalah berbahasa Jawa. Sebab ternyata dari majalah- majalah Jawalah sebenarnya terbukti menjadi cermin perkembangan Sastra Jawa sampai sekarang ini.

Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara merupakan bentuk bentuk dari sastra Jawa modern. Dilihat dari judulnya Mburu Abure Kupu Kuning dapat diartikan dari ”Mburu Abure Kupu Kuning” itu berdasarkan pada penggalan kata. Mburu yang mempunyai arti mengejar, Abure yang berarti terbang, Kupu yang berarti sesuatu yang cantik, sesuatu yang indah, dan Kuning mempunyai warna keemasan karena emas itu benda di mana emas itu sangatlah berharga. Arti tersebut dapat diartikan dan disatukan menjadi ’Mencari sesuatu keindahan yang sangat berharga tetapi untuk mendapatkannya memerlukan pengorbanan, pikiran, dan memerlukan tenaga untuk bisa mendapatnya apa yang diinginkan’. Penulis menanyakan langsung pada pengarang bahwa cerita bersambung tersebut mempunyai filosofi yang sama Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara merupakan bentuk bentuk dari sastra Jawa modern. Dilihat dari judulnya Mburu Abure Kupu Kuning dapat diartikan dari ”Mburu Abure Kupu Kuning” itu berdasarkan pada penggalan kata. Mburu yang mempunyai arti mengejar, Abure yang berarti terbang, Kupu yang berarti sesuatu yang cantik, sesuatu yang indah, dan Kuning mempunyai warna keemasan karena emas itu benda di mana emas itu sangatlah berharga. Arti tersebut dapat diartikan dan disatukan menjadi ’Mencari sesuatu keindahan yang sangat berharga tetapi untuk mendapatkannya memerlukan pengorbanan, pikiran, dan memerlukan tenaga untuk bisa mendapatnya apa yang diinginkan’. Penulis menanyakan langsung pada pengarang bahwa cerita bersambung tersebut mempunyai filosofi yang sama

Cerita Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” merupakan cerita yang berkaitan dengan seorang wanita, dilihat wanita dalam cerita tersebut memuat ajaran tentang perjuangan wanita yang memperjuangkan dirinya dari berbagai permasalahan yang dihadapinya, agar bisa menentukan jati dirinya untuk bisa menemukan Ibu kandungnya. Cerbung Mburu Abure Kupu Kuning seorang wanita juga manusia biasa dapat dirasakan bagaimana seorang gadis mencari Ibunya sendirian. Akan tetapi manusia tidak sendirian. Untuk bisa menemukan ibunya wanita itu mendapat pertolongan dari keluarga Tanjung. Awal mulanya sosok keluarga pak tanjung mencari ikan sebagai syarat agar bisa mendapatkan seorang cucu dari anak keluarga Tanjung, tanpa disengaja keluarga Tanjung menemukan sosok seorang wanita yang tenggelam di sungai, lalu ditolonglah wanita itu. Wanita itu lalu dibawa ke rumah Pak Tanjung diobatilah wanita tersebut di rumahnya, tanpa ada rasa ragu lagi ditanyai oleh Bu Tanjung, wanita itu bernama Harini. Lalu Harini mengaku ingin mencari Ibunya. Akhirnya keluarga Tanjung membantunya untuk dapat menemukan ibunya. Pada waktu

meninggal dunia. Permasalahan yang dihadapi seorang wanita dalam cerita Mburu Abure Kupu Kuning tidak akan habis dimakan jaman, dan sampai sekarang ini masih ada. Cerita bersambung tersebut terdapat permasalahan sosial yang dapat dijadikan ajaran moral. Nilai moral kerap kali mendapat perhatian khusus, sehingga dengan membaca karya-karya sastra itu para pembaca tidak semakin merosot melainkan selalu dipertinggi kebudayaannya. Karya sastra, fiksi, senantiasa menawarkan pesan moral yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur manusia, memperjuangkan hak dan martabat manusia. Sifat-sifat luhur kemanusian pada hakikatnya bersifat universal. Artinya sifat-sifat itu dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia sejagad (Nurgiyantoro, 2005: 321-322 ).

Dalam Cerbung ”Mburu Aburu Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara, ada pesan moral pembaca disuruh menyimpulkan sendiri pesan moral yang terkandung. Pesan moral merupakan pandangan tentang baik- buruknya perilaku manusia. Dalam karya sastra biasanya terdapat perilaku tokoh yang bermoral dan perilaku amoral. Perilaku tokoh yang bermoral dalam cerbung ini misalnya ditunjukan tokoh Harini. Saat memperjuangkan haknya untuk dapat bertemu Ibunya, dia tidak putus asa menjalani permasalahan yang dihadapinya, selama ia melakukan pencarian sampai menemukan ibunya, menyelesaikan persoalan dengan tanggung jawab. Perilaku amoral misalnya saja ditunjukkan oleh Ir Harinto, dia tidak tahu malu, mengejar egonya sendiri untuk bisa berbuat tidak senonoh terhadap Harini. Dia ingin memperkosa Harini, selain itu dia juga memproduksi kaset VCD porno dalam kantornya.

di dalam masyarakat, keluarga dan ingin hidup berdampingan dengan orang yang berbeda jenis juga dan hidup menjalin persaudaraan. Wanita tidak ada bedanya dengan para laki-laki, karena wanita juga mempunyai daya intelektual dalam segala hal.

Wanita mempunyai jiwa yang ulet, trampil dan lebih cekatan dari pada laki-laki. Kondisi kehidupan wanita saat ini lebih mempunyai hasrat untuk maju, wanita lebih ingin dianggap sama posisinya dengan para laki-laki. Dalam citra seorang wanita itu bisa dikatakan lebih indah bila dibandingkan dengan laki-laki. Para sastrawan yang mencitrakan wanita sebagai sosok yang penuh kelembutan, kesetiaan, susila, rendah hati, pemaaf, dan penuh pengabdian. Dalam Wira Carita dan Kakawin tampak jelas bahwa pencitraan wanita cenderung merujuk sebagai sosok yang cantik dan pandai yang menjadi pujaan (Suwardi Endraswara, 2003: 144).

Uraian cerita di atas sedikit banyak menggambarkan permasalahan yang terdapat dalam cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara pada intinya cerbung ini ingin mengungkapkan sosok wanita dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Seorang wanita tidak lagi dipandang dari bentuk jasmaninya saja, tetapi dinilai dari rohaninya. Keberanian seorang wanita juga lebih penting untuk diperhitungkan di kalangan laki-laki, tentu saja untuk membela diri di dalam masyarakat khususnya. Wanita mempunyai sikap berani itu dapat dilihat dia dapat membela diri karena dia benar tidak berbuat salah. Memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keberadaan wanita dalam ruang publik Uraian cerita di atas sedikit banyak menggambarkan permasalahan yang terdapat dalam cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara pada intinya cerbung ini ingin mengungkapkan sosok wanita dalam menghadapi permasalahan yang dihadapinya. Seorang wanita tidak lagi dipandang dari bentuk jasmaninya saja, tetapi dinilai dari rohaninya. Keberanian seorang wanita juga lebih penting untuk diperhitungkan di kalangan laki-laki, tentu saja untuk membela diri di dalam masyarakat khususnya. Wanita mempunyai sikap berani itu dapat dilihat dia dapat membela diri karena dia benar tidak berbuat salah. Memang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keberadaan wanita dalam ruang publik

Cerbung ini menarik untuk dikaji karena, (1) Dari segi pengarang Suwardi Endraswara merupakan pengarang yang produktif, dalam usianya yang ke 35 masih aktif dalam menulis karya sastra. Sederetan penghargaan telah didapatnya seperti: Pernah menjuarai penulisan novel dalam Yayasan Citra pariwara Jateng d Beliau pernah menjuarai penulisan novel dalam yayasan citra Pariwara Jateng dan mendapat juara ke-dua, tahun 1995, Lomba karya tulis ilmiah, tahun 1988, dan lomba karya tulis Triwida, tahun 1995. (2) Dari segi isi cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” menampilkan sosok wanita yang sesuai dengan semangat zaman. Wanita yang diprofilkan dalam cerbung ini adalah sosok yang pintar, mudah bergaul berjiwa sosial, disiplin, serta bertanggung jawab. Dilihat perilaku dan pandangan hidup dapat dijadikan pesan moral untuk masyarakat khususnya bagi wanita. (3) Dari segi lain cerbung ini belum pernah diteliti oleh sebab itu penelitian ini dilakukan dan juga cerbung ini memuat ajaran tentang perjuangan seorang wanita.

Cerita Cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” tersebut di atas memberikan asumsi kehidupan feminisme, dimana ditunjukan feminisme adalah paham yang menggerakan pemahaman dan penyadaran tentang wanita, khususnya ”pengalaman hidup terluka kaum perempuan”. Sering dikatakan di kalangan masyarakat bahwa feminisme adalah konsep kehidupan wanita modern yang bebas, independen, permisif, keras kepala, mau menang sendiri, dan sejenisnya.

ujian yang kuat terhadap setiap cobaan yang menimpanya meskipaun dalm kalangan kehidupan dalm masyarakat yang ditinggalinya. Meskipaun para wanita bisa dikatakn kalangan feminis yang bersumber konsep gender wanita bisa maju dan kuat di hadapan laki-laki. Dalam kaitannya dengan gerakan feminisme tersebut, terdapat dua prinsip ideologi yang berbeda dan kontradiktif, yaitu feminisme dan maskulinitas. Feminisme adalah ideologi bercirikan kedamaian, keselamatan, kasih dan kebersamaan sedangkan maskulinitas memiliki karakter persaingan, dominasi, dan penindasan. Sebagai prinsip feminitas tidak mesti hanya dimiliki oleh kaum perempuan, dan juga maskulinitas tidak hanya dimiliki kaum laki-laki (Mansour Fakih, 2006:101).

Persoalan yang menyangkut tokoh wanita yang diungkapkan dalam cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” merupakan sosok wanita Jawa yang diperankan oleh Harini, meskipun dalam peanan yang dihadapi sulit untuk diterima, akan tetapi dalam keadaan yang sekarang ini bisa dikatakan mengikuti perkembangan jaman modern sampai sekarang ini.

Perkembangan jaman semakin bertambah hari-hari bisa dikatakan berat atau cobaan yang diterima oleh seorang wanita. Pengalaman yang sudah ada yang di lakukan wanita setiap harinya bisa mengubah pola-pola kehidupan yang ada bisa menolong dirinya di kehidupannya yang akan datang dan bersumberkan asumsi-asumsi di kalangaan masyrakat yang di perankan dalam kalangan wanita. Patriaki merupakan bentuk kekuasaan berdasarkan dominan laki-laki. Di dunia ini setaip kehidupan bisa di katakan berhubungan contohnya saja laki-laki pasti ada Perkembangan jaman semakin bertambah hari-hari bisa dikatakan berat atau cobaan yang diterima oleh seorang wanita. Pengalaman yang sudah ada yang di lakukan wanita setiap harinya bisa mengubah pola-pola kehidupan yang ada bisa menolong dirinya di kehidupannya yang akan datang dan bersumberkan asumsi-asumsi di kalangaan masyrakat yang di perankan dalam kalangan wanita. Patriaki merupakan bentuk kekuasaan berdasarkan dominan laki-laki. Di dunia ini setaip kehidupan bisa di katakan berhubungan contohnya saja laki-laki pasti ada

B. PERUMUSAN MASALAH

Perumusan masalah diperlukan agar suatu penelitian tidak meluas dari apa yang seharusnya dibahas dan agar lebih terfokus. Adapun masalah perumusan penelitian ini sebagai berikut adalah:

1. Bagaimanakah struktur dalam cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” karya Suwardi Endraswara yang meliputi tema, penokohan, alur, latar, dan amanat?

2. Bagaimanakah profil Tokoh-tokoh wanita dalam cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” berdasarkan prespektif feminisme?

3. Bagaimanakah makna dan relevansi cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning” dalam konteks perjuangan kesetaraan gender?

4. Bagaimanakah sikap budaya pengarang dalam memandang sosok wanita dalam cerbung?

C. TUJUAN PENULISAN

Suatu penelitian tentu tidak akan lepas dari tujuan yang ingin dicapai, tujuan yang dimaksud adalah:

1. Mendeskripsikan struktur dari cerbung yang meliputi tema, penokohan, alur, latar serta amanat yang terdapat dalam cerbung “Mburu Abure Kupu Kuning”.

Kupu Kuning” berdasarkan prespektif Feminisme.

3. Mendeskripsikan makna dan relevansi cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” dalam konteks perjuangan kesetaraan gender.

4. Mengungkap sikap budaya pengarang dalam memandang sosok wanita.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

1. Manfaat teorites Hasil penelitian ini diharapkan memperkaya wawasan kajian dalam teori kritik sastra feminis, yang menguak tentang perempuan dengan berbagai permasalahan yang melingkupinya, sehingga diharapkan berguna bagi pengembangan penelitian sastra.

2. Manfaat praktis Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis, yakni mendapat gambaran yang jelas tentang peran dan perilaku sosial permpuan dalam masyarakat, serta bagi pembaca sastra terutama yang dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai referensi ajaran moral dan etika bagi kehidupan masyarakat.

E. SISTEMATIKA PENULISAN

Supaya memperoleh gambaran secara keseluruhan dari penelitian ini, maka perlu dipaparkan sistematika penulisannya. Sistematika yaitu:

BAB I

: PENDAHULUAN

Pendahuluan yang di dalamnya berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II

: LANDASAN TEORI

Landasan teori yang membicarakan tentang pendekatan struktural dan tinjauan kritik sastra feminis

BAB III

: METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian yang meliputi bentuk penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : PEMBAHASAN

Tinjauan pengarang, Analisis Struktural dan Analisis Kritik Sastra Feminis yang meliputi pendekatan struktural dan analisis.

BAB V : PENUTUP

Penutup yang memuat tentang simpulan dari permasalahan yang telah dibahas sebelumnya serta beberapa saran khusus untuk peneliti lanjutan.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pendekatan Struktural

Pada hakikatnya karya sastra dibangun atas dua aspek yaitu aspek intrinsik struktur) dan aspek ekstrinsik. Aspek intrinsik adalah unsur pembangun dari karya sastra, sedangkan aspek ekstrinsik adalah aspek di luar karya sastra yang mempengaruhi isi dari karya sastra. Karya sastra sebagai struktur di dalamnya terdapat unsur-unsur yang membangun struktur tersebut.

Pemahaman dan penilaian suatu karya sastra tidak akan dapat dilakukan dengan baik jika unsur-unsurnya tidak diperjelas. Unsur-unsur yang membangun karya sastra tersebut tidak dipandang secara lepas, melainkan dipandang dari keterjalinan dan keterpaduan unsur-unsur dalam menghasilkan makna keseluruhan, bukan dalam unsur-unsur yang terpisah.

Karya sastra adalah totalitas yang dibangun dari sejumlah unsur akan saling berhubungan secara saling menentuk. Pada akhirnya akan menjadikan karya sastra tersebut menjadi sebuah karya yang bermakna. Sebagai totalitas unsur-unsur pembentuk cerita terdiri atas fakta cerita, tema dan alat penceritaan. Fakta cerita adalah tokoh, alur dan latar.

Pendekatan struktural merupakan pendekatan pendahuluan dalam penelitian sastra. Setiap peneliti sastra analisis struktural karya sastra yang ingin diteliti dari segi manapun juga merupakan tugas prioritas, pekerjaan pendahuluan.

(Wellek,1993: 159). Penelaahan struktur cerbung dalam penelitian ini membicarakan alur, penokohan, latar, dan dari ketigaya dapat ditarik tema dan amanatnya. Penentuan ini didasarkan pada pendapat bahwa ”kritikus yang menganalisis novel umumnya membedakan tiga unsur pembentuk novel, alur, penokohan, latar” (Wellek dan Austin Warren, 1993: 283). Melalui analisis struktural diharapkan dapat diketahui katerkaitan antar unsur intrinsik yang meliputi tema, alur, penokohan, latar dan amanat yang membangun sebuah karya sastra. Analisis struktural dalah suatu tahap awal dalam penelitian karya sastra yang sulit dihindari, sebab baru akan dipahami secara optimal mengenai pengertiannya bila mengetahui unsur-unsur yang membangunnya. Unsur-unsur yang terkandung akan mengungkapkan nilai yang ada dalam karya sastra yang merupakan jalinan erat yang bermanfaat untuk melangkah lebih dalam mendekati karya sastra.

Setiap penelitian karya sastra dapat ditinjau dari dua segi sudut pandang, yang pertama segi intrinsik karya sastra adalah sebuah struktur yang bulat dengan unsur pembangunan yang saling berkaitan. Segi intrinsik adalah segi yang membangun struktur karya sastra tersebut, sedangkan unsur-unsur itu adalah meliputi tema, amanat, latar, penokohan, alur. Sedangkan yang ke-dua adalah segi ekstrinsik adalah penelitian sastra dari segi atau sudut luar karya sastra.

Analisis struktural sangat membantu dalam mencari makna intrinsik sebuah karya sastra. Maka unsur-unsur karya sastra dapat dipahami sepenuhnya atas dasar pemahaman terhadap fungsi unsur-unsur dalam pembuatan karya sastra.

sastra. Tahap itu sulit untuk dihindari sebab analisis struktural merupakan pintu gerbang yang paling utama untuk mengetahui unsur-unsur yang membangunnya. Kita akan mengetahui kedalaman suatu karya sastra dengan cara menguak permukaannya lebih dahulu, maka dari itu penelitian cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” menggunakan tinjaun kritik sastra feminis.

1. Tema

Unsur pembangun sebuah karya sastra yang pertama adalah tema. Tema adalah gagasan, ide atau pikiran utama di dalam karya sastra yang terungkap ataupun tidak. Tema menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka ia pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu (Burhan Nurgiyantoro, 1994 : 68). Dalam menemukan dan menafsirkan tema sebuah karya sastra tertulis ada beberapa cara seperti yang ditunjukkan berikut.

a. Tema sebuah karya sastra tertulis hendaknya mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol

b. Tema sebuah karya sastra tertulis hendaknya tidak bersifat

bertentangan dengan tiap detil cerita.

c. Penafsiran tema sebuah karya sastra tertulis hendaknya tidak mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam karya sastra tertulis yang bersangkutan.

diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan dalam cerita (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994:87-88).

2. Alur

Alur disebut juga dengan plot. Plot merupakan unsur fiksi yang penting di dalam karya sastra yang berbentuk prosa. Ada lima tahapan dalam plot. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut. (1) Tahap situation: tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi

pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita. (2) Tahap rising action: tahap peningkatan konflik (peristiwa mulai bergerak), konflik yang dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya.

(3) Tahap generating circumstentes: tahap pemunculan konflik, masalah(-masalah) dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik dimunculkan.

(4) Tahap climax: tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan- pertentangan yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh (tokoh) utama yang berperan sebagai pelaku utama dan penderita terjadinya konflik utama.

(5) Tahap denoument: tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan, dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-subkonflik, atau konflik-konflik (5) Tahap denoument: tahap penyelesaian, konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian, ketegangan, dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-subkonflik, atau konflik-konflik

mencapai efek tertentu. Pautannya dapat diwujudkan oleh hubungan temporal (waktu) dan oleh hubungan kausal (sebab akibat). Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan saksama, yang menggerakkan jalan cerita melalui rumitan ke arah klimaks dan selesaian (Panuti Sudjiman,1984:124 )

3. Penokohan

Penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (dalam Burhan Nurgiyantoro, 1994 : 165). Di dalam sebuah cerita, tentunya terdapat tokoh cerita. Walaupun tokoh cerita hanya merupakan tokoh ciptaan pengarang namun ia harus merupakan tokoh yang hidup secara wajar dalam cerita dan mempunyai pikiran dan perasaan. Tokoh cerita dapat dipandang sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. Ada beberapa cara yang dapat digunakan oleh pengarang untuk melukiskan rupa, watak dan pribadi para tokoh tersebut, yang berisikan tentang :

a. Physical description (melukiskan bentuk lahir dari pelakon).

b. Portrayal of thought stream or of concious thought (melukiskan jalan b. Portrayal of thought stream or of concious thought (melukiskan jalan

kejadian-kejadian)

d. Direct author analysis (pengarang dengan langsung menganalisis watak pelakon).

e. Discussion of environtment (pengarang melukiskan keadaan sekitar pelakon).

f. Reaction of others about/to character (pengarang melukiskan bagaimana pandangan-pandangan pelakon lain dalam suatu cerita terhadap pelakon utama itu).

g. Conversation of other about character (pelakon-pelakon lainnya dalam suatu cerita memperbincangkan keadaan pelakon utama). (Henry Guntur Tarigan, 1986:133-134)

4. Latar

Latar atau setting merupakan tempat terjadinya peristiwa. Latar adalah segala keterangan mengenai waktu, ruang dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Panuti Sudjiman, 1984 : 46). Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan sosial.

a. Latar tempat, latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.

terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya fiksi.

c. Latar sosial, latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi (Burhan Nurgiyantoro, 1994: 227-233).

5. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau peninat sastra (Panuti Sudjiman, 1984 : 5). Dalam pemikiran lain amanat dalam karya sastra adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang terhadap pembaca atau pendengar. (Hasan Alwi dan Tim, 2002:35). Sebuah karya fiksi ditulis pengarang untuk antara lain menawarkan model kehidupan yang diidealkannya. Burhan Nurgiyantoro mengemukakan fiksi mengandung penerapan moral dalam sikap dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pendangannya tentang moral. Melalui cerita, sikap, dan tingkah laku tokoh-tokoh itulah pembaca diharapkan dapat mengambil hikmah dari pesan-pesan moral yang disampaikan, yang diamanatkan ( Burhan Nurgiyantoro, 1994: 321).

B. Pendekatan Kritik Sastra Feminis

Kenyataan dalam dua dasa warsa terakhir wanita menjadi hal yang menarik, yang dipicu oleh munculnya gerakan feminis di Barat yang disebut

di Eropa dan di Amerika Serikat, bukan merupakan suatu gerakan yang homogen, tetapi terbagi kedalam tiga golongan besar yaitu feminisme radikal, feminisme liberal , dan feminisme sosialis. Peranan wanita udah banyak perubahan karena adanya gerakan kaum feminisme yang tidak mau dipandang sebagai makhluk yang lemah. Sejarah kelahiran feminisme yaitu pada era pencerahan dieropa yang dipelopori oleh Lady Mary Wortley montagu dam Marques De Condorcet. Menjelang abad 19 feminisme lahir menjadi gerakan yang cukup mendapatkan perhatian dari para perempuan kulit putih di Eropa. Perempuan di negara Eropa memperjuangkan apa yang mereka sebut sebagai universal sisterhood.

Inti gerakan tersebut adalah penolakan terhadap semua hal yang mereka sebut sebagai dominasi laki-laki. Yang paling extrim dari gerakan mereka adalah pandangan mereka terhadap seks. Menurut mereka hubungan seksual yang terjadi antara laki-laki dan perempuan dianggap sebagai bentuk dan perwujudan dominasi laki-laki terhadap perempuan. Hal terpenting dari kenyataan tersebut adalah bahwa relasi antara dua kekuatan (dalam hal ini relasi antara pria dan wanita) adalah tidak seimbang, hal itu muncul disemua sektor tidak terkecuali muncul dalam karya sastra.

Peran wanita telah mengalami proses yang panjang . dari keberadaan dalam ruang domestik seperti mancak, manak, dan masak telah beralaih dengan adanya imansipasi wanita. Pergerakan ini dipelopori oleh R. A. Kartini. Emansipasi wanita merupakan ajakan agar wanita dapat ikut berperan dalam pembangunan. Pergerakan kaum wanita semakin berkembang hingga sampai pada

Pada waktu itu keberadaan wanita dalam bidang pendidikan hanya pada taraf baca dan tilis. Selanjutnya seorang wanita sudah siap untuk dipinang atau dinikahi.

Gender menunjukan suatu gerakan ini menuntut adanya persamaan disegala bidang seperti: bidang pendidikan, sosial, politik, dan juga karya sastra. Gender dalam khasanah feminisme, menurut bordo pada umumnya diartikan sebagai pensifatan (pembelaan) atas laki-laki dan perempuan yang terkonstruksisecara sosio-kultur. Gender sering dilawankan dengan seks yang lebih bersifat biologis-natural, karena gender bersifat netral-kultural. Dalam perkembangannya, gender digunakan untuk menjelaskan laki-lakiitu maskulin dan perempuan feminim. Gender dapat dihubungkan dengan aspirasi, kepentingan, hak-kewajiban, peran, kekuasaan, bahkan moralitas dan rasinalisme. Sejauh gender masih melekat pada setiap apa yang dibuat dan dihasilkan manusia, dan jika manusia selalu berarti laki-laki dan perempuan, maka fakta jenis kelamin akan selalu menyebarkan kontruksi gender kesemua kehidupan ( Dalam hidayat, 2004:27).

Peneliti sastra feminis masih sering”berkelamin tunggal”, bisa terkurangi sedikit demi sedikit. Maksudnya, sering peneliti tertentu masih memandang perempuan dari wacana laki-laki. Jarang di antara peneliti gender yang mampu melihat perempuan dengan ”kacamata”perempuan. Akibatnya sering terjadi penelitian feminisme yang bias gender. Peneliti pun kadang-kadang masih bersikap”pilih kasih” terhadap karya sastra tertentu, sehingga hasilnya mengcewakan semua pihak.

memberikan sorotan yang memuja muja. Hal ini, memungkinkan untuk mengambil hati sastrawan perempuan , agar mereka tidak putus asa dalam berkarya. Dasar pemikiran dalam penelitian sastra berperspertif feminis adalah upaya pemahaman kedudukan dan peran perempuan seperti tercermin dalam karya sastra. Peran dan kedudukan perempuan tersebut akan menjadi sentral pembahasan penelitian sastra, peneliti akan memperhatikan dominasi laka-laki atau gerakan perempuan.

Kajian yang berkaitan dengan wanita diperlukan semacam tori untuk menggalinya disamping teori-teori yang lain. Dalam dunia sastra muncul teori kritik sastra femenis. Kritik sastra feminis merupakan jenis pendekatan dari teori kritik sastra akademik yang berkembang di Indonesia kurang lebih pada kurun waktu 1950-1988. Perkembangannya berawal dari pandangan kaum wanita yang lebih dikenal dengan feminis yaitu gerakan wanita yang menuntut adanya persamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Hal ini membuat dampak disegala hal termasuk dalam karya sastra.

Beberapa sasaran tersebut akan tercapai dengan sukses apabila peneliti feminisme sastra memanfaatkan kajian kualitatif. Data-data yang diambil berupa data deskriptif kualitatif. Misalkan tentang deskriptif status dan peran perempuan dalam keluarga, masyarakat, dan lingkungan pekerjaan. Data-data ini harus dibahas secara proporsional, artinya tak dari sudut pandang laki-laki melihat perempuan, melainkan menggunakan sudut pandang perempuan.

berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut:

1. Mengungkapkan karya-karya penulis wanita masa lalu dan masa kini agar jelas citra wanita yang merasa tertekan oleh tradisi. Dominasi budaya patriarkal harus terungkap secara jelas dalam analisis.

2. Mengungkapkan berbagai tekanan pada tokoh wanita dalam karya yang ditulis oleh pengarang pria.

3. Mengungkapkan ideologi pengarang wanita dan pria, begaimana mereka memandang diri sendiri dalam kehidupan nyata.

4. Mengkaji dari aspek ginokritik, yakni memahami bagaimana proses kreatik kaum feminis. Apakah penulis wanita memiliki kekhasan dalam gaya atau ekspresi atau tidak.

5. Mengungkapkan aspek psikoanalisa feminis, yaitu mengapa wanita, baik tokoh maupun pengarang lebih suka pada hal-hal yang halus, emosional, penuh kasih dan sebagainya (Suwardi Endraswara, 2004: 145-147).

Tujuan feminis adalah keseimbangan, interaksi gender. Dalam pengertian yang paling luas. Feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan,baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial pada umumnya (Nyoman Khuta Ratna, 2004: 184).

Konsep itulah yang mendasari kritik sastra feminis. Namun konsep- konsep tersebut haruslah dijadikan patokan untuk menganalisis perempuan dalam karya sastra. Mengingat sifat dan hakikat karya sastra sebagai masyarakat, realitas Konsep itulah yang mendasari kritik sastra feminis. Namun konsep- konsep tersebut haruslah dijadikan patokan untuk menganalisis perempuan dalam karya sastra. Mengingat sifat dan hakikat karya sastra sebagai masyarakat, realitas

Perbedaan di dalam feminis perlu di sikapi oleh sebagian orang yang mempunyai pandangan terhadap wanita, dilihat dalam kenyataan ini banyak sekali kekerasan yang ditujukan oleh kaum laki-laki. Apabila sikap wanita ini tidak dilakukan atau tidak ada tampilannya untuk menghadang kekerasan yang dilakukan oleh para laki-laki wanita haruslah proaktif dalm mengambil sikap contohnya saja dalam kekeluarga, lingkungan sekitar dan dalam masyarakat pada umumnya, sehingga dapat mengambil nilai-nilai yang ada didalam masyarakat.

Wanita dapat membedakan antara sikap yang ditujukan kepada kaum pria terhadap, agar supaya yang ditujukan oleh pria haruslah berhati-hati tidak terburu- buru mengambil sikap atau pendapat kalau para pria menjadikan sesuatu. Wanita memiliki wewenang juga terhadap para pria, wanita juga bisa mengatur para pria, ini menunjukan bahwa seorang wanita tidaklah dengan pria. Wanita butuh ketrampilan dan keterampilan dan ketelitian dalam menanggapi masalah yang diterimanya. Sikap dan dorongan kenyakinan dalam hati wanita lebih utama atau lebih penting dari pada omongan orang lain. Mungkin wanita tidak yakin dengan kata hati nurani, tapi wanita mencobalah untuk yakin seyakinnya bahwa hatinya lebih dipercaya dari pada orang lain.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sebuah penelitian diperlukan adanya metode yang dapat memahami objek yang menjadi sasaran yang akan diteliti, adapun metode atau cara yang dipergunakan banyak meskipun cara-cara yang dilakukan mendapati kesulitan dalam mengumpulkan data yang ingin dicari meskipun cara yang dilakukan banyak hambatan dalam menentukan objeknya. peneliti dapat menyusun dengan baik dalam kinerja yang akan dilakukan untuk mempergunakan datang langsung ke objek maupun membaca buku-buku ataupun dalam karangan ilmiah skripsi itu bisa juga bisa dilakukan.

Metode pada dasarnya suatu cara untuk mendekati objek penelitian. Dalam metode ani akan dibicarakan tentang bentuk penelitian, sumber data dan data, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

A. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan bentuk penelitian deskriptif kualitatif ini akan diperoleh berbagai informasi kualitatif, penelitian kualitatif menekankan pada makna, lebih menfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya (Sutopo, 2002: 48). Penelitian deskriptif kualitatif yaitu data yang dikumpulkan berupa gambar, kata-kata, dan bukan angka-angka.hal ini disebabkan adanya penerapan kualitatif. Selain itu, semua semua yang Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan bentuk penelitian deskriptif kualitatif ini akan diperoleh berbagai informasi kualitatif, penelitian kualitatif menekankan pada makna, lebih menfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya (Sutopo, 2002: 48). Penelitian deskriptif kualitatif yaitu data yang dikumpulkan berupa gambar, kata-kata, dan bukan angka-angka.hal ini disebabkan adanya penerapan kualitatif. Selain itu, semua semua yang

B. Sumber Data dan Data

1. Sumber Data Penelitian

Sumber data terdiri dari dua jenis yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah data utama, dalam penelitian ini sumber data primernya berupa cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning” karya Swardi Endraswara yang dimuat dalam majalah Penyebar Semangat, yang terdiri dari 17 episode, yang terbit pada tahun 2002-2003. Adapun sumber data sekundernya adalah data pelengkap yang digunakan untuk memperjelas sumber data primer yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dari informan yaitu pengarang Suwardi Endraswara serta menggunakan data relevansi yaitu data relevan yang berupa buku-buku Gender agar bisa mengungkap cerita yang ada di cerbung ”Mburu Abure Kupu Kuning”

2. Data penelitian Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekuder. Data primer yang meliputi unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, amanat, penokohan, alur, dan setting juga aspek sosial dalam masyarakat. Data sekunder adalah data-data yang diperolah dari buku-buku perpustakaan yang dapat memberikan informasi yang relevan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini yang 2. Data penelitian Data penelitian ini meliputi data primer dan data sekuder. Data primer yang meliputi unsur-unsur intrinsik yang meliputi tema, amanat, penokohan, alur, dan setting juga aspek sosial dalam masyarakat. Data sekunder adalah data-data yang diperolah dari buku-buku perpustakaan yang dapat memberikan informasi yang relevan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini yang

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dipakai dalam mengumpulkan data yakni:

1. Teknik Analisis Stuktur Teknik analisis struktur yaitu dengan menjabarkan unsur-unsur struktur yang terdapat dalam cerbung Mburu Abure Kupu Kuning karya Swardi EndraSwara berupa tema, plot, latar atau setting penokohan dan amanat. Keseluruhan unsur ini mempunyai kesatuan yang utuh dan saling kait mengkait antara satu dengan yang lain. Dengan teknik analisis tersebut akan di dapatkan data kategoris berupa data tentang tema, plot, latar atau setting penokohan dan amanat

2. Teknik Wawancara Wanwancara adalah suatu proses dari percakapan atau suatu cara yang digunakan untuk tujuan tertentu, mencoba mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang responden dengan bercakap-cakap, beradapan muka dengan orang tersebut. Bercapan itu dilakukan oileh dua pihak yaitu pewawancara mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan (Lexy. J. Maleong 2001 : 186)

Swardi EndraSwara dengan tujuan untuk memperoleh daftar riwayat hidup pengarang dan latar belakang penciptaan cerbung Mburu Abune Kupu Kuning

3. Teknik Kepustakaan Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan teknik kepustakaan atau sumber pustaka yaitu berupa esei dan berupa buku-buku referensi yang relevan dengan topik penelitian

D.Teknik Analisis Data

Teknik menganalisis data ini menggunakan teknik pembahasan interprestasi, dengan analisis awalnya struktural, kemudian dilanjutkan dengan analisis kritik sastra feminis untuk menuntaskan pembahasan, dari pembahasan itulah kemudian ditarik kesimpulan sebagai hasil penelitian.