TINJAUAN KRITIK SASTRA FEMINIS DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNO KARYA REMY SYLADO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh:

NINA KUSUMA DEWI

C0203042

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

TINJAUAN KRITIK SASTRA FEMINIS DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNO KARYA REMY SYLADO

Disusun oleh

NINA KUSUMA DEWI C0203042

Telah disetujui oleh Pembimbing

Pembimbing

Dra. Murtini, M.S NIP 195707341983032001

Mengetahui Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag NIP 196010051986011001

TINJAUAN KRITIK SASTRA FEMINIS DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNO KARYA REMY SYLADO

Disusun oleh

NINA KUSUMA DEWI C0203042

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal ........................................

Jabatan Nama Tanda tangan Ketua

Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. NIP 196010051986011001

............................ Sekretaris

___________________________________ NIP

............................ Penguji I Dra. Murtini, M.S. NIP 195707341983032001

............................ Penguji II

___________________________________ NIP

Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A. NIP 195303141985061001

PERNYATAAN

Nama : NINA KUSUMA DEWI NIM

: C0203042

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul Tinjauan Kritik Sastra Feminis dalam Novel “Mimi lan Mintuno” Karya Remy Sylado adalah betul- betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya dalam skripsi ini di beri tanda citasi (kutipan) dan ditunjukan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, 26 Januari 2010 Yang membuat pernyataan

Nina Kusuma Dewi

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku.

2. Adikku Yulia Rizky Nahariyah

3. Tri Rahayu, seseorang yang kehadirannya selalu memberi warna indah dalam hidupku.

4. Almarhumah Siti Rochimah, eyang putri yang

selalu memperhatikan dan menyayangiku .

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah , segala puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Tinjauan Kritik Sastra Feminis dalam Novel “Mimi lan Mintuno” Karya Remy Sylado . Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mengalami kesulitan, dan hambatan. Namun, berkat bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung, maka skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan terimakasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin dan kemudahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

3. Dra. Murtini, M.S. selaku pembimbing akademik yang telah mendampingi penulis selama masa studi, sekaligus pembimbing skripsi yang dengan sabar dan cermat telah memberikan saran-saran serta pengarahan untuk perbaikan skripsi ini.

4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa khususnya jurusan Sastra Indonesia, yang telah memberikan ilmu dan wawasan bagi penulis.

5. Kedua orang tua, yang sangat penulis banggakan dan sayangi.

6. Yulia Rizky Nahariyah, adikku yang selalu memberikan motivasi.

7. Tri Rahayu, terimakasih untuk ketulusan, kesabaran, dan kepercayaan yang selalu diberikan kepada penulis.

8. Sahabat-sahabat demisioner LPM Kalpadruma periode 2004-2005

9. Kawan-kawan tercinta jurusan Sastra Indonesia angkatan 2003

10. Seluruh staf tata usaha dan karyawan Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak

kekurangan. Untuk itu dengan penuh keterbukaan, segala bentuk kritik dan saran dari pembaca sangat penulis diharapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi mahasiswa jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret.

Surakarta, 28 Januari 2009

Penulis

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 : Skema Kerangka Pikir ............................................................

20 Bagan 2 : Skema Analisis Data Model Analisis Interaktif ......................

23

DAFTAR SINGKATAN

ASI : Air Susu Ibu HAM

: Hak Asasi Manusia IQ

: Intelegence Quatent KDRT

: Kekerasan Dalam Rumah Tangga

MlM : Mimi lan Mintuno PBB

: Perserikatan Bangsa-Bangsa PHK

: Pemutusan Hubungan Kerja Sean PV : Sean Paul Vijfhuis UGM

: Universitas Gadjah Mada UMS

: Universitas Muhammadiyah Surakarta Undip

: Universitas Diponegoro Perbakin : Persatuan Penembak Indonesia SWT

: Subhanahu Wa Ta’ala Kapolri

: Kepala Kepolisian Republik Indonesia Polwan

: Polisi Wanita

ABSTRAK

Nina Kusuma Dewi. C0203042. 2010. Tinjauan Kritik Sastra Feminis dalam Novel “Mimi lan Mintuno” Karya Remy Sylado . Skripsi: Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) bagaimana citra tokoh Indayati yang dilihat dari aspek fisik, aspek psikis, dan sebagai makhluk sosial? (2) Bagaimana identifikasi tokoh profeminis dan tokoh kontrafeminis dalam novel Mimi lan Mintuno? (3) Sikap pengarang dalam merepresentasikan feminisme melalui novel Mimi lan Mintuno?

Adapun tujuan dalam penelitian ini, yaitu (1) mendeskripsikan citra tokoh Indayati, yang dilihat dari citra fisik, citra psikis, dan citra sosial. (2) Mendeskripsikan tokoh profeminis dan tokoh kontra feminis dalam novel Mimi lan Mintuno. (3) Mendeskripsikan sikap pengarang dalam merepresentasikan feminisme melalui novel Mimi lan Mintuno.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data penelitian ini merupakan data deskriptif yang berupa kata-kata, frase, klausa, ataupun kalimat, dalam bentuk pikiran, ungkapan, dan dialog antar tokoh. Data diperoleh dengan menggunakan teknik studi pustaka. Teknik analisis dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) citra Indayati sebagai makhluk individu terdiri dari aspek fisik dan aspek psikis. Secara fisik Indayati digambarkan sebagai perempuan yang cantik serta dikaruniai tubuh yang proporsional. Selanjutnya, dari aspek psikis Indayati merupakan sosok perempuan yang penyabar, mandiri, tegar, dan optimis. Citra Indayati sebagai makhuk sosial dilihat melalui peran dan kedudukannya sebagai seorang istri dan ibu. Indayati hidup dalam masyarakat Jawa yang menganut garis keturunan patrilineal sehingga dalam budaya masyarakatnya, perempuan di pandang menempati kedudukan yang inferior atau lebih rendah daripada laki-laki. Dalam lingkungan sosial, Indayati cenderung menganggap bahwa perempuan sudah sewajarnya hidup terbatas dalam lingkungan rumah tangga dengan tugas utama mengurus suami dan anak. Keputusan Indayati yang memilih mengakhiri rumah tangga, menunjukkan bahwa dia merupakan sosok perempuan yang memperjuangkan hak-haknya sebagai manusia. Indayati tidak ingin terbelenggu dalam rumah tangga yang selalu membuatnya tersiksa secara lahir maupun batin. Keputusan tersebut merupakan wujud pemberontakan diri dan perjuangan seorang perempuan untuk mendapatkan keadilan. Berkat ketegaran dan sikap optimis dalam menentukan pilihan hidup, Indayati akhirnya berhasil keluar sebagai “pemenang” (dari situasi yang berat). (2) Tokoh profeminis adalah tokoh yang memiliki hubungan dengan kemunculan ide-ide feminis. Dalam novel Mimi lan Mintuno dengan kriteria-kriteria feminis yang ditampilkan di antaranya, sosok yang perempuan optimis, berani mandiri, kuat, tegar dalam menghadapi cobaan hidup, dan mampu memperjuangkan hak dan kepentingannya sebagai perempuan. Tokoh-tokoh yang termasuk profeminis di antaranya, Indayati dan Listuhayuningsih atau Bulik Ning. Di sisi lain tokoh kontrafeminis menampilkan tokoh yang melakukan ketidakadilan terhadap perempuan, seperti penindasan, stereotype, subordinasi, dan kekerasan, di antaranya, Petruk, Sean PV, Kiki Wigagu, dan Dul Dower. (3) Di dalam memaparkan ide-ide dan gagasannya, seorang penulis tidak dapat lepas dari kondisi sosial, budaya, dan lingkungan masyarakatnya. Remy Sylado yang sangat lekat dengan budaya Jawa, secara tidak langsung membawa pengaruh tradisi tersebut terhadap karyanya novel Mimi lan Mintuno. Di dalam novel Mimi lan Mintuno Indayati mengalami berbagai Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) citra Indayati sebagai makhluk individu terdiri dari aspek fisik dan aspek psikis. Secara fisik Indayati digambarkan sebagai perempuan yang cantik serta dikaruniai tubuh yang proporsional. Selanjutnya, dari aspek psikis Indayati merupakan sosok perempuan yang penyabar, mandiri, tegar, dan optimis. Citra Indayati sebagai makhuk sosial dilihat melalui peran dan kedudukannya sebagai seorang istri dan ibu. Indayati hidup dalam masyarakat Jawa yang menganut garis keturunan patrilineal sehingga dalam budaya masyarakatnya, perempuan di pandang menempati kedudukan yang inferior atau lebih rendah daripada laki-laki. Dalam lingkungan sosial, Indayati cenderung menganggap bahwa perempuan sudah sewajarnya hidup terbatas dalam lingkungan rumah tangga dengan tugas utama mengurus suami dan anak. Keputusan Indayati yang memilih mengakhiri rumah tangga, menunjukkan bahwa dia merupakan sosok perempuan yang memperjuangkan hak-haknya sebagai manusia. Indayati tidak ingin terbelenggu dalam rumah tangga yang selalu membuatnya tersiksa secara lahir maupun batin. Keputusan tersebut merupakan wujud pemberontakan diri dan perjuangan seorang perempuan untuk mendapatkan keadilan. Berkat ketegaran dan sikap optimis dalam menentukan pilihan hidup, Indayati akhirnya berhasil keluar sebagai “pemenang” (dari situasi yang berat). (2) Tokoh profeminis adalah tokoh yang memiliki hubungan dengan kemunculan ide-ide feminis. Dalam novel Mimi lan Mintuno dengan kriteria-kriteria feminis yang ditampilkan di antaranya, sosok yang perempuan optimis, berani mandiri, kuat, tegar dalam menghadapi cobaan hidup, dan mampu memperjuangkan hak dan kepentingannya sebagai perempuan. Tokoh-tokoh yang termasuk profeminis di antaranya, Indayati dan Listuhayuningsih atau Bulik Ning. Di sisi lain tokoh kontrafeminis menampilkan tokoh yang melakukan ketidakadilan terhadap perempuan, seperti penindasan, stereotype, subordinasi, dan kekerasan, di antaranya, Petruk, Sean PV, Kiki Wigagu, dan Dul Dower. (3) Di dalam memaparkan ide-ide dan gagasannya, seorang penulis tidak dapat lepas dari kondisi sosial, budaya, dan lingkungan masyarakatnya. Remy Sylado yang sangat lekat dengan budaya Jawa, secara tidak langsung membawa pengaruh tradisi tersebut terhadap karyanya novel Mimi lan Mintuno. Di dalam novel Mimi lan Mintuno Indayati mengalami berbagai

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra pada hakikatnya merupakan seni yang bermediumkan bahasa dan tercipta melalui proses yang intensif, selektif, dan subjektif. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikonstruksikan dengan imajinasi sehingga akan dihasilkan sebuah karya yang tidak sekedar menghibur, tetapi juga sarat dengan makna dan mempunyai nilai edukatif.

Makna yang terkandung di dalam karya sastra diharapkan mampu memberikan kepuasan intelektual dan kekayaan batin bagi para penikmatnya. Akan tetapi, yang terjadi justru sebaliknya, karya tersebut sering tidak dapat dipahami dan dinikmati sepenuhnya oleh sebagian besar masyarakat pembacanya. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu dilakukan penelitian sastra agar sebuah karya sastra dapat dipahami, dan dinikmati oleh para penikmat sastra (Atar Semi, 1993:1).

Karya sastra sering menampilkan eksistensi perempuan beserta persoalan-persoalan yang mewarnai perjalanan hidup perempuan tersebut. Persoalan yang sering muncul dalam karya sastra Indonesia, khususnya pada novel yang menampilkan sosok perempuan adalah masalah dominasi patriarki dan ketidakadilan yang diterima oleh perempuan. Pada beberapa novel Indonesia, baik itu yang ditulis oleh penulis laki-laki ataupun perempuan, banyak yang menciptakan figur laki- laki menjadi the authority, sedangkan perempuan diletakkan sebagai warga kelas dua (the second sex) (Suwardi Endraswara, 2003: 143). Dengan demikian, perempuan dikondisikan dalam posisi yang lebih rendah daripada laki-laki Karya sastra sering menampilkan eksistensi perempuan beserta persoalan-persoalan yang mewarnai perjalanan hidup perempuan tersebut. Persoalan yang sering muncul dalam karya sastra Indonesia, khususnya pada novel yang menampilkan sosok perempuan adalah masalah dominasi patriarki dan ketidakadilan yang diterima oleh perempuan. Pada beberapa novel Indonesia, baik itu yang ditulis oleh penulis laki-laki ataupun perempuan, banyak yang menciptakan figur laki- laki menjadi the authority, sedangkan perempuan diletakkan sebagai warga kelas dua (the second sex) (Suwardi Endraswara, 2003: 143). Dengan demikian, perempuan dikondisikan dalam posisi yang lebih rendah daripada laki-laki

Beragam permasalahan pelik yang muncul akibat dominasi patriarki juga mewarnai novel Mimi lan Mintuno(MlM) karya Remy Sylado. Secara umum novel Mimi lan Mintuno banyak memberikan gambaran mengenai perjuangan perempuan di tengah ketertindasan yang dialaminya. Sosok perempuan yang ditampilkan Remy Sylado dalam novel Mimi lan Mintuno adalah Indayati, seorang perempuan yang berasal dari kaum marjinal atau golongan ekonomi rendah. Setelah suaminya tidak bekerja karena pemutusan hubungan kerja (PHK), Indayati harus berjuang melawan kerasnya hidup di tengah keterpurukan ekonomi rumah tangga. Bahkan, penderitaan Indayati semakin bertambah dengan perlakuan kasar yang dilakukan oleh suaminya. Indayati yang sudah tidak tahan menerima siksaan lahir batin yang terus menderanya, kemudian bertekad meninggalkan rumah dan suaminya.

Sebagaimana yang telah disebutkan di atas, novel Mimi lan Mintuno merupakan novel yang menggambarkan perjuangan perempuan yang mengalami penindasan dan ketidakadilan dalam rumah tangga. Selain itu, novel Mimi lan Mintuno juga menyertakan pandangan tentang perlunya kaum perempuan melakukan perubahan dalam diri untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan layak.

Secara umum novel Mimi lan Mintuno memiliki daya tarik tersendiri karena menampilkan permasalahan dan eksistensi perempuan di tengah format-format patriarki yang kurang menguntungkan posisi perempuan. Permasalahan perempuan dianggap berkaitan dengan pandangan masyarakat yang secara tidak langsung dirasakan merugikan perempuan. Pandangan tersebut berasal dari paham kekuasaan patriarki atau patriarchal power yang menganggap kekuasaan di tangan laki-laki.

Berdasarkan uraian tersebut, maka alasan penulis memilih novel Mimi lan Mintuno

sebagai sumber data dalam penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, Remy Sylado mampu mengkolaborasikan tema tradisional dengan isu aktual ke dalam novel Mimi lan Mintuno Tema tradisional novel yang cenderung menggambarkan kehidupan perempuan ditengah kediktatoran laki-laki dan sistem patriarki yang menomorduakan perempuan, dikemas Remy Sylado dalam isu aktual yaitu trafficking dan KDRT. Trafficking merupakan istilah aktual dan menjadi isu yang sebagai sumber data dalam penelitian adalah sebagai berikut. Pertama, Remy Sylado mampu mengkolaborasikan tema tradisional dengan isu aktual ke dalam novel Mimi lan Mintuno Tema tradisional novel yang cenderung menggambarkan kehidupan perempuan ditengah kediktatoran laki-laki dan sistem patriarki yang menomorduakan perempuan, dikemas Remy Sylado dalam isu aktual yaitu trafficking dan KDRT. Trafficking merupakan istilah aktual dan menjadi isu yang

Kedua, dalam novel Mimi lan Mintuno Remy Sylado mencoba mengkritik keberadaan perempuan dalam masyarakat tradisional yang harus patuh pada aturan suami. Hal tersebut sangat menarik, karena teks yang ditulis laki-laki masih diragukan dapat mendeskripsikan perempuan secara mendalam. Ketiga, dari hasil pengamatan yang diperoleh penulis melalui studi pustaka selama proses penulisan skripsi ini pada beberapa universitas, seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), dan Universitas Widya Dharma Yogyakarta menunjukan bahwa novel Mimi lan Mintuno belum pernah diteliti dengan menggunakan teori kritik sastra feminis. Oleh karena itu, penulis memilih novel tersebut sebagai sumber data, beserta permasalahan-permasalahan yang terkait di atas untuk diteliti.

Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa penelitian ini berupaya mengungkapkan wujud ketidakadilan yang diterima perempuan dalam novel MLM. Rumusan tersebut secara tidak langsung mengarahkan pembahasan pada sosok perempuan yang ditampilkan dalam teks novel Mimi lan Mintuno. Oleh karena itu, teori sastra yang sesuai dengan permasalahan tersebut adalah kritik sastra feminis, yaitu kritik sastra yang ketidakadilan gender sebagai sentral dan objek analisis. Kritik sastra feminis bukan berarti pengkritik perempuan, kritik tentang perempuan, ataupun mengkritik pengarang perempuan, melainkan memandang sastra dengan kesadaran khusus, yaitu kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang Sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa penelitian ini berupaya mengungkapkan wujud ketidakadilan yang diterima perempuan dalam novel MLM. Rumusan tersebut secara tidak langsung mengarahkan pembahasan pada sosok perempuan yang ditampilkan dalam teks novel Mimi lan Mintuno. Oleh karena itu, teori sastra yang sesuai dengan permasalahan tersebut adalah kritik sastra feminis, yaitu kritik sastra yang ketidakadilan gender sebagai sentral dan objek analisis. Kritik sastra feminis bukan berarti pengkritik perempuan, kritik tentang perempuan, ataupun mengkritik pengarang perempuan, melainkan memandang sastra dengan kesadaran khusus, yaitu kesadaran bahwa ada jenis kelamin yang

B. Pembatasan Masalah

Pembahasan dalam penelitian ini dibatasi pada :

1. Analisis penelitian ini difokuskan dengan menggunakan kritik sastra feminis

2. Citra perempuan dalam penelitian ini dibatasi pada citra tokoh Indayati

3. Sikap pengarang hanya difokukan dalam merepresentasikan feminisme melalui novel Mimi lan Mintuno

C. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah citra perempuan dalam Mimi lan Mintuno, sebagai makhluk individu yang dilihat dari aspek fisik dan aspek psikis serta sebagai makhluk sosial?

2. Bagaimanakah identifiksi tokoh profeminis dan tokoh kontrafeminis dalam novel Mimi lan Mintuno?

3. Bagaimanakah sikap pengarang dalam merepresentasikan feminisme melalui novel Mimi lan Mintuno?

D. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan perumusan masalah, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan citra perempuan dalam novel Mimi lan Mintuno, sebagai makhluk individu yang dilihat dari aspek fisik, dan aspek psikis, serta sebagai makhluk sosial

2. Mendeskripsikan identifikasi tokoh profeminis dan tokoh kontrafeminis dalam novel Mimi lan Mintuno

3. Mendeskripsikan sikap pengarang dalam merepresentasikan feminisme melalui novel Mimi lan Mintuno

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pembaca, baik yang bersifat teoretis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini bermanfaat untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam menganalisa novel, terutama penerapan teori kritik sastra feminis untuk. meneliti karya sastra.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada peneliti dan pembaca untuk dapat memahami bahwa dalam kehidupan rumah tangga, perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan Secara praktis penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat kepada peneliti dan pembaca untuk dapat memahami bahwa dalam kehidupan rumah tangga, perempuan dan laki-laki memiliki kedudukan

F. Sistematika Penyajian

Sistematika penelitian diperlukan untuk memberikan gambaran mengenai langkah-langkah penelitian yang dilakukan. Sistematika dalam penelitian ini sebagai berikut.

Bab pertama pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang pemilihan novel Mimi lan Mintuno sebagai objek penelitian. Kemudian, pembatasan masalah yang mencakup pokok-pokok permasalahan yang diteliti. Perumusan masalah berisi pertanyaan-pertanyaan yang akan diteliti. Selanjutnya, tujuan penelitian untuk menjawab rumusan masalah. Manfaat penelitian berisi tentang kegunaan penelitian baik secara teoretis maupun secara praktis serta sistematika penulisan yang berisi tentang susunan yang runtut dalam melakukan penelitian.

Bab kedua landasan teori. Landasan teori berisi kajian pustaka yang menampilkan teori-teori ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dianalisa.

Bab ketiga metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian yang adalah metode penelitian kualitatif. Objek penelitian yang terdiri dari objek material dan objek formal. Sumber data adalah novel Mimi lan Mintuno karya Remy Sylado, sedangkan datanya berupa kata-kata, frase, klausa, ataupun kalimat, yang membentuk pikiran dan ungkapan tokoh. Pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan kritik Bab ketiga metode penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian yang adalah metode penelitian kualitatif. Objek penelitian yang terdiri dari objek material dan objek formal. Sumber data adalah novel Mimi lan Mintuno karya Remy Sylado, sedangkan datanya berupa kata-kata, frase, klausa, ataupun kalimat, yang membentuk pikiran dan ungkapan tokoh. Pendekatan yang digunakan, yaitu pendekatan kritik

Bab keempat memuat analisis teks novel Mimi lan Mintuno, dengan memaparkan citra perempuan dalam novel Mimi lan Mintuno, sebagai makhluk individu yang dilihat dari aspek fisik, dan aspek psikis, serta sebagai makhluk sosial yang dilihat melalui perannya dalam keluarga dan masyarakat, identifikasi tokoh profeminis dan tokoh kontra feminis dalam novel Mimi lan Mintuno, serta sikap pengarang dalam merepresentasikan paham feminisme melalui novel Mimi lan Mintuno.

Bab kelima penutup yang berisi simpulan dan saran dari hasil analisis novel Mimi lan Mintuno. Daftar pustaka, berisi referensi yang digunakan dalam penelitian. Lampiran, berisi sinopsis novel Mimi lan Mintuno.

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Konsep Seks dan Gender

Secara universal perempuan berbeda dengan laki-laki. Perbedaan tersebut tidak hanya terbatas pada kriteria biologis, melainkan juga pada kriteria sosial budaya, yang selanjutnya terwakili dalam dua konsep, yaitu seks (jenis kelamin) dan gender .

Pengertian seks secara umum digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi-biologi. Seks mengacu pada struktur, mekanisme reproduksi, hormon, dan ciri-ciri fisik, misalnya laki-laki mempunyai penis, memiliki jakala (kala menjing) dan memproduksi sperma, sedangkan perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan memproduksi ASI (Air Susu Ibu). Secara biologis alat-alat tersebut bersifat permanen, tidak dapat dipertukarkan antara satu dengan yang lain dan telah menjadi ketentuan Tuhan yang diberikan pada manusia sejak lahir atau sering disebut sebagai kodrat (Mansour Fakih, 2005: 8)

Di sisi lain gender adalah sifat dan perilaku yang melekat pada laki-laki ataupun perempuan, yang dikonstruksi secara sosial maupun budaya, sebagai contoh perempuan dikenal lemah lembut, emosional, sensitif, serta keibuan, sedangkan laki- laki lebih dikenal sebagai sosok yang kuat, rasional, jantan, dan perkasa (Mansour Fakih, 2005: 8). Gender tidak bersifat permanen, tidak berlaku untuk selamanya, serta Di sisi lain gender adalah sifat dan perilaku yang melekat pada laki-laki ataupun perempuan, yang dikonstruksi secara sosial maupun budaya, sebagai contoh perempuan dikenal lemah lembut, emosional, sensitif, serta keibuan, sedangkan laki- laki lebih dikenal sebagai sosok yang kuat, rasional, jantan, dan perkasa (Mansour Fakih, 2005: 8). Gender tidak bersifat permanen, tidak berlaku untuk selamanya, serta

Menurut Mansour Fakih, perbedaan gender pada dasarnya tidak akan menimbulkan masalah, sepanjang tidak menciptakan ketidakadilan bagi salah satu pihak. Namun, yang menjadi persoalan, perbedaan gender tersebut justru melahirkan berbagai ketidakadilan, terutama terhadap perempuan (Mansour Fakih, 2005:12). Ketidakadilan gender pada perempuan terjadi ketika laki-laki memandang perempuan hanya sebagai “pelengkap” dari laki-laki dalam ruang domestik, dengan fungsi melayani suami dan dianggap tidak mempunyai peran dalam masyarakat. Pemahaman seperti ini berpengaruh terhadap status dan kedudukan perempuan hampir diseluruh aspek kehidupan, sebab dampaknya menjadikan perempuan sangat rentan mengalami kekerasan baik di lingkup keluarga maupun di sektor publik. Pengertian diskriminasi gender atau ketidakadilan terhadap perempuan adalah:

Setiap pembedaan, pengucilan atau pembatasan yang dibuat atas dasar jenis kelamin, yang mempunyai pengaruh atau tujuan untuk mengurangi atau menghapuskan pengakuan, penikmatan atau penggunaan hak-hak asasi manusia dan kebebasan pokok di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, sipil, atau apapun oleh kaum perempuan, terlepas dari status perkawinan mereka, atas dasar persamaan antara laki-laki dan perempuan (Valentina Sagala, R. dan Ellin Rozana, 2007: 18).

Dengan demikian semua perbuatan yang mengucilkan, membatasi, dan membedakan yang dibuat berdasarkan jenis kelamin dan berdampak atau bertujuan

untuk meniadakan pengakuan, atau penggunaan hak dan kebebasan fundamental lainnya bagi perempuan adalah tindakan diskriminasi gender. Diskriminasi gender yang dipaparkan di atas juga mencakup kekerasan yang berbasis gender, yaitu kekerasan yang ditujukan terhadap perempuan, atau hal-hal yang memberi akibat negatif pada perempuan secara tidak proporsional, termasuk tindakan-tindakan yang mengakibatkan penderitaan fisik, mental, maupun paksaan/perampasan kebebasan. Mansour Fakih menyatakan bahwa ketidakadilan atau diskriminasi gender termanifestasikan dalam berbagai bentuk yaitu meliputi, proses pemiskinan ekonomi (marginalisasi), menanggung beban kerja ganda/berlebih, menganggap perempuan sebagai bagian (sub-ordinat) dari laki-laki, citra buruk melalui pelabelan negatif (stereotype), serta kekerasan terhadap perempuan baik secara fisik, verbal, maupun psikologis (Mansour Fakih, 2005: 12). Untuk memberikan pengertian yang jelas mengenai kekerasan terhadap perempuan, “Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan” yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1993, menetapkan definisi tersebut pada pasal 1, yang berbunyi :

Kekerasan terhadap perempuan adalah setiap perbuatan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik, seksual dan psikologis, termasuk ancaman perbuatan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum maupan dalam kehidupan pribadi (Valentina Sagala, R. dan Ellin Rozana, 2007: 18).

B. Pengertian Feminisme dan Kritik Sastra Feminis

Lahirnya feminisme diawali dengan emansipasi perempuan, yaitu proses pelepasan diri kaum perempuan dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah serta pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang Lahirnya feminisme diawali dengan emansipasi perempuan, yaitu proses pelepasan diri kaum perempuan dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah serta pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan-kemungkinan untuk berkembang

Menurut Bhasin Kamla dan Nighat Said Khan pengertian feminisme adalah sebuah kesadaran tentang ketidakadilan yang sistematis bagi perempuan dalam berbagai sektor kehidupan, serta tindakan-tindakan sadar perempuan maupun laki- laki untuk mengubah keadaan tersebut (Bhasin Kamla dan Nighat Said Khan, 1995: 4). Oleh karena itu, feminisme dapat dikatakan sebagai gerakan kaum perempuan yang menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, dengan tujuan untuk memperoleh otonomi atau kebebasan dalam menentukan diri sendiri. Namun, kebebasan yang dimaksud kalangan feminis bukan berarti kebebasan untuk melakukan apapun sebebas-bebasnya. Menurut Simone de Beauvoir (dalam Shirley Lei, 2005: 70), kebebasan tidak berarti kemampuan untuk mengatasi hal-hal yang membatasi menuju masa depan, melainkan juga mau mengakui eksistensi orang lain sebagai kebebasan mereka dalam menentukan kondisi dan kebebasannya sendiri. Perjuangan feminisme berakar pada semakin berkembangnya kondisi buruk dan ketidakadilan yang menimpa kaum perempuan sehingga perempuan cenderung dilemahkan melalui penindasan, hegemoni, dan dominasi patriaki. Sumber ketidakadilan yang menimpa perempuan tersebut ditengarai karena adanya ideologi patriarki yaitu, sebuah ideologi yang berdasar pada kekuasaan laki-laki dan berpusat Menurut Bhasin Kamla dan Nighat Said Khan pengertian feminisme adalah sebuah kesadaran tentang ketidakadilan yang sistematis bagi perempuan dalam berbagai sektor kehidupan, serta tindakan-tindakan sadar perempuan maupun laki- laki untuk mengubah keadaan tersebut (Bhasin Kamla dan Nighat Said Khan, 1995: 4). Oleh karena itu, feminisme dapat dikatakan sebagai gerakan kaum perempuan yang menuntut persamaan hak antara laki-laki dan perempuan, dengan tujuan untuk memperoleh otonomi atau kebebasan dalam menentukan diri sendiri. Namun, kebebasan yang dimaksud kalangan feminis bukan berarti kebebasan untuk melakukan apapun sebebas-bebasnya. Menurut Simone de Beauvoir (dalam Shirley Lei, 2005: 70), kebebasan tidak berarti kemampuan untuk mengatasi hal-hal yang membatasi menuju masa depan, melainkan juga mau mengakui eksistensi orang lain sebagai kebebasan mereka dalam menentukan kondisi dan kebebasannya sendiri. Perjuangan feminisme berakar pada semakin berkembangnya kondisi buruk dan ketidakadilan yang menimpa kaum perempuan sehingga perempuan cenderung dilemahkan melalui penindasan, hegemoni, dan dominasi patriaki. Sumber ketidakadilan yang menimpa perempuan tersebut ditengarai karena adanya ideologi patriarki yaitu, sebuah ideologi yang berdasar pada kekuasaan laki-laki dan berpusat

Feminisme terbagi atas beberapa aliran yang didasarkan ada sudut pandang dalam melihat masalah, penekanan, dan alternatif solusi perlawanannya. Aliran-aliran tersebut di antaranya, feminisme liberal, feminisme radikal, dan feminisme marxis, dan feminisme sosialis.

1. Feminis Liberal

Dasar pemikiran kelompok ini menganggap bahwa semua manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan diciptakan seimbang dan serasi sehingga menurut mereka tidak seharusnya terjadi penindasan antara pihak satu dengan yang lainnya. Prinsip aliran liberalis menekankan pada kesempatan dan hak yang sama antara laki- laki dan perempuan. Menurut feminis liberalis, keterbelakangan perempuan disebabkan perempuan cenderung bersikap irasional dan berpegang teguh pada nilai- nilai tradisional (agama, tradisi, dan budaya), dan sikap mengungkung perempuan dalam dunia domestik sehingga menyebabkan perempuan tidak produktif. Menurut paham liberalis, untuk mengangkat harkat dan kedudukan menjadi setingkat dengan laki-laki, baik di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat, perempuan harus meningkatkan kualitas diri, dengan cara meningkatkan pendidikan, keterampilan, dan pengetahuan. Aliran feminis ini berpendapat bahwa fungsi reproduksi dinilai menyebabkan perbedaan fungsi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, tetapi tidak seharusnya hal tersebut menjadi penghalang bagi perempuan untuk Dasar pemikiran kelompok ini menganggap bahwa semua manusia, baik itu laki-laki maupun perempuan diciptakan seimbang dan serasi sehingga menurut mereka tidak seharusnya terjadi penindasan antara pihak satu dengan yang lainnya. Prinsip aliran liberalis menekankan pada kesempatan dan hak yang sama antara laki- laki dan perempuan. Menurut feminis liberalis, keterbelakangan perempuan disebabkan perempuan cenderung bersikap irasional dan berpegang teguh pada nilai- nilai tradisional (agama, tradisi, dan budaya), dan sikap mengungkung perempuan dalam dunia domestik sehingga menyebabkan perempuan tidak produktif. Menurut paham liberalis, untuk mengangkat harkat dan kedudukan menjadi setingkat dengan laki-laki, baik di dalam keluarga maupun di lingkungan masyarakat, perempuan harus meningkatkan kualitas diri, dengan cara meningkatkan pendidikan, keterampilan, dan pengetahuan. Aliran feminis ini berpendapat bahwa fungsi reproduksi dinilai menyebabkan perbedaan fungsi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, tetapi tidak seharusnya hal tersebut menjadi penghalang bagi perempuan untuk

2. Feminis Radikal

Menurut aliran feminis radikal penindasan kaum perempuan berakar dari kondisi biologis, yaitu perempuan dipandang lebih lemah daripada laki-laki. Gerakan ini berupaya menghancurkan patriarki sebagai suatu sistem yang melembaga di dalam masyarakat. Tugas utama feminis radikal adalah menolak intuisi keluarga. Bagi mereka keluarga dianggap sebagai intuisi yang melegitimasi dominasi laki-laki (patriarki) sehingga perempuan tertindas Kelompok yang paling ekstrem dari aliran feminis radikal adalah kelompok lesbian karena berusaha memutuskan hubungan dengan laki-laki. Aliran radikal bersikap menentang keras segala bentuk diskriminasi pria terhadap perempuan. (Arif Budiman, 1981: 46)

3. Feminis Marxis

Fokus perjuangan feminis marxis adalah pekerjaan perempuan yang tidak diperhitungkan secara ekonomis dan dikontrol secara sistematis di bidang ekonomi, sosial, dan politik. Penganut feminis marxis meyakini bahwa penindasan perempuan merupakan kelanjutan dari sistem eksploitatif yang bersifat struktural sebab mereka menganggap musuh perempuan bukan laki-laki atau budaya patriarki, melainkan sistem kapitalis (Mansour Fakih, 1996: 89)

4. Feminisme Sosialis

Menurut feminis sosialis, penindasan terhadap perempuan berasal dari perbedaan biologis, sehingga feminis sosialis dapat dikatakan masih sepaham dengan feminisme radikal yang menganggap patriarki sebagai sumber penindasan terhadap perempuan. Namun di sisi lain, aliran ini juga sejalan dengan paham feminis ma rxis yang menganggap ketidakadilan terhadap perempuan merupakan hasil konstruksi sosial yang disebabkan oleh penilaian dan anggapan sosial serta menyatakan bahwa kapitalisme adalah sumber penindasan perempuan. Berdasarkan pandangan tersebut, feminis sosialis sering disebut sebagai penggabungan antara paham feminis ma rxis dan feminis radikal. Feminis sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan. Agenda perjuangan sosialis adalah menghapuskan kapitalisme dan sistem patriarki karena menurut mereka perempuan ditekan oleh kapitalisme dan patriarki untuk mencapai nilai esensi mereka. Hanya saja banyak perempuan yang tidak sadar bahwa mereka adalah kelompok yang ditindas oleh sistem patriarki. Oleh karena itu, proses penyadaran sebagai usaha untuk membangkitkan rasa emosi pada para perempuan agar mereka bangkit untuk mengubah keadaannya merupakan tema sentral dari gerakan feminisme sosialis .

Secara garis besar dapat dilihat bahwa semua aliran feminisme tersebut berupaya memperjuangkan pembebasan perempuan dari diskriminasi yang membelenggu kebebasan dan hak-hak mereka sebab feminis meyakini bahwa perempuan merdeka atas tubuh, diri, dan hidupnya. Menurut feminisme sosialis, Secara garis besar dapat dilihat bahwa semua aliran feminisme tersebut berupaya memperjuangkan pembebasan perempuan dari diskriminasi yang membelenggu kebebasan dan hak-hak mereka sebab feminis meyakini bahwa perempuan merdeka atas tubuh, diri, dan hidupnya. Menurut feminisme sosialis,

Dalam ilmu sastra, feminisme berhubungan dengan konsep kritik sastra feminis, yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus analisisnya pada ketidakadilan gender. Kritik sastra feminis merupakan sebuah kritik yang memandang sastra dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan manusia (Sugihastuti dan Suharto, 2005: 5). Secara garis besar Jonathan Culler menyebut kritik sastra feminis sebagai reading as a women, atau membaca sebagai perempuan (Jonathan Culler, 1985: 45). Dengan “membaca sebagai perempuan” kritik sastra feminis dapat menguji konsistensi pembelaan terhadap perempuan, sekaligus membongkar prasangka gender dan ideologi kekuasaan laki-laki yang androsentris atau patriarkat, yang diasumsikan banyak menguasai penulisan dan pembaca sastra. Kemunculan kritik sastra feminis berawal dari hasrat para feminis untuk mengkaji hasil karya penulis perempuan dan mewujudkan citra perempuan dalam karya sastra penulis pria yang menampilkan perempuan sebagai makhluk yang ditekan, disalahtafsirkan, dan disepelekan oleh tradisi patriakal yang dominan (Soenarjati Djajanegara, 2000 : 27).

Adapun ragam kritik sastra menurut Soenarjati Djajanegara, pertama, kritik sastra feminis ideologis yaitu kritik sastra yang melibatkan perempuan sebagai pembaca dengan memusatkan perhatian pada citra dan stereotipe perempuan dalam karya sastra. Kedua, ginokritik yaitu kritik sastra feminis yang mengkaji penulis- penulis perempuan, termasuk tentang sejarah karya sastra perempuan, gaya penulisan, tema, genre, dan struktur tulisan perempuan. Jenis kritik sastra feminis ini meneliti perbedaan mendasar antara penulis laki-laki dengan penulis perempuan. Ketiga, kritik sastra feminis Marxis, yaitu meneliti tokoh-tokoh perempuan dari sudut pandang sosial, kelas-kelas masyarakat, dan mengungkapkan bahwa perempuan merupakan kelas masyarakat yang tertindas. Keempat, kritik sastra feminis- psikoanalitik, kritik ini cenderung diterapkan pada tulisan perempuan yang menampilkan tokoh-tokoh perempuan. Dengan mengkaji penulis serta tokoh-tokoh perempuan yang ditampilkan dari sisi feminim seperti affective, empathic, dan nurturant , maka akan diperoleh contoh bagaimana cara penulis dan pembaca perempuan memasuki teks untuk mengidentifikasikan diri. Kelima, kritik sastra feminis-lesbian yang meneliti penulis dan tokoh perempuan, dengan tujuan mengembangkan suatu definisi yang cermat tentang makna lesbian Keenam, kritik sastra feminis ras atau etnik, yaitu kritik sastra yang ingin membuktikan keberadaan sekelompok penulis etnik beserta karya-karyanya (Soenarjati Djajanegara, 2000: 28- 32).

C. Citra Perempuan

Citra artinya gambar atau pikiran yang dapat berupa gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi seseorang. Kata citra diartikan sebagai “kesan mental” atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh rangkaian kata, frase, atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam karya prosa, puisi, dan drama (Yuliana Agussalim, 2000: 114). Mengenai istilah “citraan”, Altenbernd mendefinisikan sebagai gambar-gambar, pikiran dan bahasa yang menggambarkan sesuatu (dalam Sugihastuti, 2000: 43). Adapun kata “citra perempuan” merupakan gambaran-gambaran yang ditimbulkan oleh pikiran, pendengaran, penglihatan, perabaan, atau pengecapan tentang perempuan. Namun, karena di antara berbagai macam citra itu, citra pemikiran tentang perempuan lebih dominan, citra perempuan dapat disebut juga citra pemikiran tentang perempuan.

Citra perempuan yang dimaksud dalam uraian ini ialah semua wujud gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian yang terekspresi oleh tokoh perempuan. Baik itu sebagai makhluk individu yang mencakup aspek fisik dan psikologisnya, maupun citra wanita dalam aspek sosial (Sugihastuti, 2000: 7). Citra perempuan dapat dilihat melalui peran yang dimainkan perempuan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila hal tersebut terdapat dalam karya sastra, khususnya dalam bentuk prosa, maka citra perempuan dapat dilihat dari kehidupan tokoh utama perempuan dan juga melalui tokoh-tokoh lain yang terlibat dalam kehidupan tokoh perempuan yang ditampilkan dalam karya sastra tersebut. Menurut Soediro Satoto citra perempuan dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri fisik, psikis, dan sosial (Soediro Satoto, 1994: 45).

1. Citra perempuan ditinjau dari segi fisik, yaitu gambaran tentang perempuan yang dilihat dari berdasarkan ciri-ciri fisik atau lahiriah seperti;

a) Usia

b) Jenis Kelamin

c) Keadaan tubuh

d) Ciri muka

2. Citra perempuan yang ditinjau dari segi psikis atau kejiwaan, yaitu gambaran tentang perempuan yang dilihat dari segi psikologisnya.

a) mentalitas, ukuran moral, dapat membedakan yang baik dan tidak baik, dan antara yang benar dan tidak benar.

b) Temperamen, keinginan, dan perasaan pribadi, sikap dan perilaku

c) IQ (Intelegence Quatent) atau tingkat kecerdasan

3. Citra perempuan ditinjau dari segi sosial, yaitu gambaran tentang perempuan yang dilihat berdasarkan ciri-ciri sosiologis

a) pekerjaan, jabatan, peran dalam masyarakat

b) tingkat pendidikan

c) pandangan hidup, agama, kepercayaan, ideologi

d) bangsa, suku

e) kehidupan pribadi

D. Kerangka Pikir

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini diawali dengan membaca dan memahami isi novel Mimi lan Mintuno. Langkah tersebut bertujuan untuk Kerangka pemikiran dalam penelitian ini diawali dengan membaca dan memahami isi novel Mimi lan Mintuno. Langkah tersebut bertujuan untuk

Setelah mengetahui karakter tokoh utama Indayati, maka langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi terhadap tokoh-tokoh lain, terutama tokoh laki-laki yang memiliki keterikatan dengan tokoh perempuan yang sedang diamati. Langkah tersebut dilakukan untuk memperoleh keterangan mengenai tokoh-tokoh yang mendukung feminis (profeminis) atau pun tokoh-tokoh yang ditentang feminis (kontrafeminis).

Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi sikap Remy Sylado (pengarang Novel Mimi lan Mintuno) terhadap paham feminisme. Langkah ini untuk mengetahui dan mencermati dengan seksama mengenai sikap pengarang dalam merepresentasikan tokoh perempuan. Pada umumnya jika pengarang novel adalah laki-laki, maka tokoh perempuan yang ditampilkan cenderung sosok perempuan yang tradisional atau tanpa sadar menjalani kehidupan penuh ketergantungan terhadap laki- laki. Untuk mengetahui sikap pengarang, penulis mencermati nada atau suasana yang dihadirkan pengarang, seperti kata-kata sindiran, mengkritik atau mendukung dengan nama optimistis atau pesimistis. Nama dan suasana cerita tersebut pada umumnya mampu mengungkapkan maksud penulis dalam menghadirkan tokoh yang akan ditentang atau didukung para feminis. Biografi pengarang dan kritik terhadap karya- Langkah berikutnya adalah melakukan identifikasi sikap Remy Sylado (pengarang Novel Mimi lan Mintuno) terhadap paham feminisme. Langkah ini untuk mengetahui dan mencermati dengan seksama mengenai sikap pengarang dalam merepresentasikan tokoh perempuan. Pada umumnya jika pengarang novel adalah laki-laki, maka tokoh perempuan yang ditampilkan cenderung sosok perempuan yang tradisional atau tanpa sadar menjalani kehidupan penuh ketergantungan terhadap laki- laki. Untuk mengetahui sikap pengarang, penulis mencermati nada atau suasana yang dihadirkan pengarang, seperti kata-kata sindiran, mengkritik atau mendukung dengan nama optimistis atau pesimistis. Nama dan suasana cerita tersebut pada umumnya mampu mengungkapkan maksud penulis dalam menghadirkan tokoh yang akan ditentang atau didukung para feminis. Biografi pengarang dan kritik terhadap karya-

Bagan 1 Skema Kerangka Pikir

Karya Sastra Novel Mimi lan Mintuno

Pendekatan Kritik Sastra Feminis

Profeminis Kontrafeminis

Sikap Pengarang Remy Sylado

Kesimpulan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Oleh karena itu, merujuk pada penelitian yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata, frase, klausa, kalimat, ataupun paragraf.

B. Pendekatan

Pendekatan pada penelitian sastra, pada dasarnya untuk memahami jenis sastra sesuai dengan sifatnya (Soediro Satoto, 1994:9). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kritik sastra feminis, yaitu studi sastra yang mengarahkan fokus analisisnya pada perempuan. Kritik sastra feminis merupakan sebuah kritik yang memandang sastra dengan kesadaran khusus akan adanya jenis kelamin yang berhubungan dengan budaya, sastra, dan kehidupan manusia (Sugihastuti dan Suharto, 2005: 5)

C. Sumber Data dan Data

Sumber data dalam penelitian ini novel Mimi lan Mintuno karya Remy Sylado yang diterbitkan oleh PT Grasindo Jakarta, pada bulan Maret, tahun 2007, cetakan Sumber data dalam penelitian ini novel Mimi lan Mintuno karya Remy Sylado yang diterbitkan oleh PT Grasindo Jakarta, pada bulan Maret, tahun 2007, cetakan

D. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, digunakan teknik kepustakaan atau studi pustaka. Teknik kepustakaan (library research), yaitu teknik yang dilakukan dengan mencari, mengumpulkan, dan mempelajari buku acuan, artikel atau tulisan lain yang berhubungan dengan objek penelitian (Nasution S dan M. Thomas, 1999:81). Hal tersebut dimaksudkan untuk mencapai konsepsi dan pandangan yang mempunyai kaitan dengan pokok permasalahan. Melalui langkah ini dapat diperoleh data yang memadai mengenai masalah yang diteliti

E. Teknik Analisis Data

Data-data yang diolah dalam penelitian ini berupa data kualitatif Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (Interaktif Model of Analysis). Pada proses menelaah data, analisis interaktif menggunakan beberapa tahapan yang dimulai dengan pengumpulan data dan klasifikasi data, reduksi data, penyajian data, kemudian yang terakhir penarikan kesimpulan atau verifikasi (Matew, Milles dan Huberman, A. Michael, 1992: 16).

Dalam proses pengumpulan data, tahapan-tahapan tersebut membentuk komponen yang saling berinteraksi sebagai proses siklus yang dapat dilihat dalam bagan di bawah ini:

Bagan 2 Skema Analisis Data Model Analisis Interaktif

Pengumpulan

Reduksi Data Penyajian Data

Kesimpulan (Verifikasi)