PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) PARTAI GOLONGAN KARYA DAN PARTAI DEMOKRAT (Studi Tentang Perbandingan Pemasaran Politik Partai Golkar dan Partai Demokrat Dalam Rangka Menarik Massa Pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di Daerah Pilihan II Kab

PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) PARTAI GOLONGAN KARYA DAN PARTAI DEMOKRAT (Studi Tentang Perbandingan Pemasaran Politik Partai Golkar dan Partai

Demokrat Dalam Rangka Menarik Massa Pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun

2009 di Daerah Pilihan II Kabupaten Madiun)

Disusun Oleh: Dian Rhesa Rahmayanti D1207589

Program Ilmu Komunikasi Non-Reguler Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta 2009

PERSETUJUAN

PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) PARTAI GOLONGAN KARYA DAN PARTAI DEMOKRAT (Studi Tentang Perbandingan Pemasaran Politik Partai Golkar dan Partai

Demokrat Dalam Rangka Menarik Massa Pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di Daerah Pilihan II Kabupaten Madiun)

Di Susun Oleh Dian Rhesa Rahmayanti D1207589

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing I dan Dosen Pembimbing II untuk diuji dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Pembimbing I, Pembimbing II,

Drs. H. Pawito, Ph.D Drs. Aryanto Budhy S., M.Si NIP. 19540805 198503 1 002

NIP. 19581123 198603 1 002

PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari : Jumat Tanggal

: 31 Juli 2009

Dewan Penguji:

) NIP. 19500926 198503 1 001

1. Drs. Surisno Satrijo Utomo, M.Si

) NIP. 19690207 199512 2 001

2. Tanti hermawati, S.Sos, M.Si

) NIP. 19540805 198503 1 002

3. Drs. H. Pawito, Ph.D

) NIP. 19581123 198603 1 002

4. Drs. Aryanto Budhy S., M.Si

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta

Drs. H. Supriyadi SN, SU NIP. 19530128 198103 1 001

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T. atas berkah, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulisan skripsi ini hanya merupakan sebuah karya sederhana yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan. Namun demikian penulis berharap penulisan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi yang membacanya.

Pemasaran politik (political marketing) dewasa ini memang menjadi pilihan para aktor politik/partai politik untuk mendekati konstituen. Strategi ini dipilih guna mengimbangi era politik yang kian massif. Hal ini ditandai dengan berlakunya kembali sistem multi partai dari sistem tri partai di jaman Orde Baru yang lalu. Tentu saja sistem yang multipartai ini menyebabkan persaingan antar partai tak terhindarkan lagi. Berbagai macam cara dilakukan partai-partai politik untuk mendapatkan simpati masyarakat. Termasuk dengan menggunakan cara-cara merketing yang diaplikasikan dalam ranah politik. Pada prakteknya, pemasaran politik ini sudah sangat sering dilakukan. Akan tetapi secara teori, integrasi ilmu politik dan ilmu pemasaran ini boleh dikatakan baru menjadi bahan yang hangat-hangatnya diperbincangkankan para ahli dan praktisi. Ditambah lagi suasana politik di negara kita yang baru saja menggelar pesta demokrasi guna memilih wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif. Inilah yang kemudian juga mendorong penulis untuk mengangkat tema tentang politik pemasaran.

Pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada Drs. H. Pawito, Ph.D sebagai dosen pembimbing pertama dan Drs. Aryanto Budhy S., M.Si Pada kesempatan ini penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada Drs. H. Pawito, Ph.D sebagai dosen pembimbing pertama dan Drs. Aryanto Budhy S., M.Si

1. Drs. H. Supriyadi, SN. SU, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Surisno Satrijo Utomo, M.Si, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Non Regular Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Subagyo S.U pembimbing akademik penulis, atas bantuan yang diberikan selama ini.

4. Seluruh Dosen, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu dan pengetahuannya kepada penulis.

5. Seluruh Karyawan staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Tomo Budi Harsojo, Ketua Dewan Perwakilan Cabang Partai Golkar Kabupaten Madiun, atas ijin dan kesempatan wawancara yang diberikan kepada penulis.

7. Gunawan Prastyono Fungsionaris dan Calon Anggota Legislatif terpilih dari Partai Golkar pada pemilihan umum 2009 atas bantuan, bimbingan, diskusi-diskusi menarik dan buku-buku yang sangat membantu penulis selama penulisan skripsi ini.

8. Mujono Fungsionaris dan Calon Anggota Legislatif terpilih dari Partai Golkar pada pemilihan umum 2009 atas waktu dan bantuan yang telah diberikan.

9. Luluk Suhandoko S.T Sekretris Jenderal Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat Kabupaten Madiun atas waktu dan informasi yang telah diberikan

10. Hari Puryadi Calon Anggota Legislatif terpilih Partai Demokrat pada Pemilihan Umum Legislatif 2009 atas informasi yang diberikan kepada penulis.

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... … xviii LAMPIRAN.................................................................................................... … xx

ABSTRAK

DIAN RHESA RAHMAYANTI. D1207589. PEMASARAN POLITIK (POLITICAL MARKETING) PARTAI GOLONGAN KARYA DAN PARTAI DEMOKRAT (Studi Tentang Perbandingan Pemasaran Politik Partai Golkar dan Partai Demokrat Dalam Rangka Menarik Massa Pada Pemilihan

Umum Legislatif Tahun 2009 di Daerah Pilihan II Kabupaten Madiun) Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Negeri Sebelas Maret. Surakarta. 2009. 152 Halaman.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pemasaran politik Partai Golkar dan Partai Demokrat dalam rangka menarik massa pada Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 di Daerah pilihan II Kabupaten Madiun. Penulisan ini juga bertujuan untuk mengetahui melalui media-media apakah pemasaran politik yang dilakukan kedua partai tersebut dan bagaimanakah aplikasi secara nyatanya dilapangan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan teori pemasaran politik dan bauran promosi

Seperti yang kita tahu, realitas yang ada sekarang ini adalah terjadinya perubahan konstelasi politik yang amat cepat dari Era Orde Baru menjadi Era Reformasi. Kemudian di Era Reformasi inilah yang membawa perubahan amat mendasar dalam mekanisme pemilihan umum yakni, kembalinya system “multipartai” dari system “tripartai”. Secara otomatis keadaan yang “multipartai” ini mendorong terjadinya persaingan antar partai untuk memperebutkan “suara” dukungan masyarakat. Persaingan partai yang kian meruncing adalah persaingan Partai Golkar dan Partai Demokrat. Partai Golkar sebagai partai lama dan selalu menduduki posisi pertama atau kedua, terancam keberadaan Partai Demokrat yang merupakan partai baru namun menjadi lawan tangguh sejak Partai Demokrat mampu mejadikan SBY sebagai presiden.

Persaingan yang terjadi tidak hanya berhenti pada persaingan antar partai saja. Tiap-tiap partai politik tidak hanya memiliki satu atau dua anggota calon legislatif, tetapi puluhan atau bahkan ratusan. Sehingga menjadi hal yang lazim ketika segala cara digunakan untuk menarik simpati rakyat demi diperolehnya dukungan yang berujung pada pemberian suara ketika pemilihan umum tiba. Segala cara tersebut adalah termasuk cara-cara yang sebenarnya umum digunakan dalam bidang pemasaran produk (marketing). Sejalan dengan cara-cara marketing dalam domain politik, maka partai politik itu sendiri, bersama kandidat-kandidat personal dan progam-progam kerjanya sah Persaingan yang terjadi tidak hanya berhenti pada persaingan antar partai saja. Tiap-tiap partai politik tidak hanya memiliki satu atau dua anggota calon legislatif, tetapi puluhan atau bahkan ratusan. Sehingga menjadi hal yang lazim ketika segala cara digunakan untuk menarik simpati rakyat demi diperolehnya dukungan yang berujung pada pemberian suara ketika pemilihan umum tiba. Segala cara tersebut adalah termasuk cara-cara yang sebenarnya umum digunakan dalam bidang pemasaran produk (marketing). Sejalan dengan cara-cara marketing dalam domain politik, maka partai politik itu sendiri, bersama kandidat-kandidat personal dan progam-progam kerjanya sah

Setelah itu, untuk memasarkannya digunakan pula alat promosi yang biasanya digunakan dalam pemasaran produk. Yakni, instrument-instrument dalam bauran promosi (promotion mix). Instrument yang dominan digunakan adalah instrument iklan (periklanan) yang meliputi penggunan media iklan baik lini atas (koran) maupun media iklan lini bawah (banner, sticker, kalender, spanduk sampai pada media-media alternatif temu rasa, aksi sosial, dsb.). Instrument lain yang digunakan misalnya penjualan personal dan promosi.

ABSTRACT

DIAN RHESA RAHMAYANTI. D 1207589. POLITICAL PARTY MARKETING THE GOLONGAN KARYA AND THE DEMOCRAT in order to attract Mass On Legislative Elections in 2009 OPTIONS IN THE REGION II DISTRICT MADIUN. Essay. Department of Communication Studies. Faculty of Social and Political Sciences. Sebelas Maret University. Surakarta. 2009. 152 pages.

This study aims to find out how political marketing and the Golkar Party Democrat in order to attract the masses in the Legislative Election Year 2009 in Region II District selection Madiun. Writing is also aimed to find out through the media if the marketing is the second political party, and how in fact in the application. This study are kualitative discription and use political marketing and promotion mix grand teory. As we know, the reality is that now this is the change the political constellation of very quickly become the New Order Era Reform Era. Then in the Reform Era that this is a very fundamental change in the mechanism of elections, the return system "multipartai" of the system "tripartai". Automatically circumstances "multipartai" This encourages the occurrence of inter-party competition for getting "voice" community support. Party competition is the competition become more Golkar Party and the Democratic Party. Golkar Party as the party long and always occupied the first or second position, threatened the existence of the Democratic Party which is a new party, but a strong contender since Democrat capable become Sby as president. Competition not only going to stop the competition between the parties only. Each political party does not have only one or two members of legislative candidates, but tens or even hundreds. Become so prevalent that when all is used to attract people's sympathy for obtaining support culminate in a vote when the election comes. How is everything, including how the public actually use the product in the field of marketing (marketing). In line with the ways of marketing in the political domain, the political parties This study aims to find out how political marketing and the Golkar Party Democrat in order to attract the masses in the Legislative Election Year 2009 in Region II District selection Madiun. Writing is also aimed to find out through the media if the marketing is the second political party, and how in fact in the application. This study are kualitative discription and use political marketing and promotion mix grand teory. As we know, the reality is that now this is the change the political constellation of very quickly become the New Order Era Reform Era. Then in the Reform Era that this is a very fundamental change in the mechanism of elections, the return system "multipartai" of the system "tripartai". Automatically circumstances "multipartai" This encourages the occurrence of inter-party competition for getting "voice" community support. Party competition is the competition become more Golkar Party and the Democratic Party. Golkar Party as the party long and always occupied the first or second position, threatened the existence of the Democratic Party which is a new party, but a strong contender since Democrat capable become Sby as president. Competition not only going to stop the competition between the parties only. Each political party does not have only one or two members of legislative candidates, but tens or even hundreds. Become so prevalent that when all is used to attract people's sympathy for obtaining support culminate in a vote when the election comes. How is everything, including how the public actually use the product in the field of marketing (marketing). In line with the ways of marketing in the political domain, the political parties

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Reformasi dilakukan bangsa Indonesia di segala sendi kehidupan negara, termasuk reformasi di bidang politik. Sebagaimana arti katanya sendiri, secara sederhana reformasi politik berarti membentuk kembali format politik agar lebih mencerminkan

prinsip-prinsip demokrasi dan asas kedaulatan rakyat 1 . Salah satu cara mewujudkan demokrasi itu sendiri adalah dengan diadakannya pemilihan umum. Pemilu dipercaya prinsip-prinsip demokrasi dan asas kedaulatan rakyat 1 . Salah satu cara mewujudkan demokrasi itu sendiri adalah dengan diadakannya pemilihan umum. Pemilu dipercaya

Indonesia di Era Reformasi ini membawa perubahan mendasar dalam mekanisme pemilihan umum yakni, kembalinya system “multipartai” dari system “tripartai” pada era Soeharto yang lalu. Atmosfer yang demikian membuat banyak orang dari berbagai pihak berlomba untuk ikut serta dalam pesta kebebasan berdemokrasi yang tengah melanda negeri ini. Akibatnya tidak sedikit yang berlomba terjun ke dalam dunia politik. Mereka berpartisipasi mendirikan partai politik baru baik dengan aktor-aktor atau tokoh-tokoh politik yang lama maupun yang baru.

Pemilihan umum 2009 akan segera digelar. Pemilihan umum ini adalah pemilihan umum ketiga sepanjang reformasi setelah pemilihan umum yang diadakan tahun 1999 dan 2004 yang lalu. Kini era kedaulatan rakyat benar-benar terwujud menggeser era kedaulatan elit yang pernah hadir sepanjang zaman orde baru. Masyarakat tengah mengalami gegap gempita dan euphoria pesta politik yang anti absolutisme dan penolakan terhadap adanya pemaksaan kehendak.

Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Abdul Hafiz Anshary, 7 Juli 2008, mengumumkan 34 partai politik nasional yang ditetapkan sebagai peserta Pemilihan Umum 2009. Terdiri dari 16 parpol lama yang memiliki kursi di Dewan Perwakilan

Rakyat dan 18 parpol baru yang lolos verifikasi faktual 3 . Jumlah partai politik nasional peserta Pemilihan umum 2009 ini lebih banyak dibandingkan peserta Pemilihan umum

2004, tetapi lebih sedikit dibanding Pemilihan umum 1999. Pemilihan umum 2004 diikuti oleh 24 parpol sedangkan Pemilihan umum 1999 diikuti 48 parpol. Diantaranya Partai

2 Argyo Demartoto, 2003, Demokratisasi Pemilu dan Pemberdayaan Hak Politik Rakyat, Jurnal

Nasional yang mengikuti Pemilihan Umum 2009 yang merupakan partai besar yakni Partai Golongan Karya (Partai Golkar), Partai Demokrat, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dsb. Sedangkan partai baru namun gaungnya kian besar dan makin diperhitungkan dalam pertarungan di kancah dunia politik diantaranya adalah Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)

Tidak hanya membawa perubahan mendasar dalam mekanisme pemilihan umum yakni kembalinya system “multypartai” dari system “tripartai”, reformasi di atas segala carut marutnya juga mampu menorehkan prestasi luar biasa dengan diadakannya pemilihan umum presiden dan wakil presiden serta wakil-wakil rakyat yang duduk di legislatif (anggota legislatif) secara langsung. Tiap-tiap partai politik tidak hanya memiliki satu atau dua anggota calon legislatif, tetapi puluhan atau bahkan ratusan. Total seluruh calon anggota legislatif (caleg) tetap pada pemilihan umum 2009 ini kurang lebih

mencapai mencapai 11.301 calon anggota 4 . Persaingan pun terjadi tidak hanya pada partai politiknya saja namun persaingan juga terjadi antar calon anggota legislatif, baik

internal (antar calon anggota legislatif dari partai politik yang sama) maupun persaingan eksternal (persaingan calon anggota legislatif berbeda partai politik).

Agar suatu partai politik dan calon-calon anggota legislatifnya dapat memenangkan pemilihan umum, ia harus dapat membuat pemilih berpihak dan memberikan suara kepadanya. Hal ini hanya akan dapat dicapai apabila partai politik dan caleg tersebut memperoleh dukungan yang luas dari pemilih. Dibutuhkan cara-cara khusus untuk memperoleh dukungan tersebut. Dikarenakan masyarakat semakin kritis, sehingga menuntut kontestan pemilihan umum untuk melakukan pendekatan-pendekatan Agar suatu partai politik dan calon-calon anggota legislatifnya dapat memenangkan pemilihan umum, ia harus dapat membuat pemilih berpihak dan memberikan suara kepadanya. Hal ini hanya akan dapat dicapai apabila partai politik dan caleg tersebut memperoleh dukungan yang luas dari pemilih. Dibutuhkan cara-cara khusus untuk memperoleh dukungan tersebut. Dikarenakan masyarakat semakin kritis, sehingga menuntut kontestan pemilihan umum untuk melakukan pendekatan-pendekatan

Dari sekian banyak partai politik yang menjadi peserta pemilihan umum, perhatian penulis terpusat pada Partai Golkar. Sebagai partai yang setia menemani perjuangan bangsa sejak era Orde Baru yang lalu, Partai Golkar juga tak luput dari pasang surut konflik. Past-record Golkar sebagai “alat” Orde Baru masih terekam dibenak masyarakat. Pada masa itu, Golkar hanyalah sebagai mesin pemilihan umum satu paket bersama ABRI dan birokrasi (paket ABG) yang mensuplai legitimasi kekuasaan terbesar Orde Baru. Partai Golkar juga dianggap sebagai pendosa di masa lalu yang menyebabkan bangsa ini terpuruk. Ditambah lagi stigmatisasi yang muncul di masyarakat bahwa kembalinya elemen-elemen Orde Baru sangat berbahaya bagi kehidupan

demokrasi di Indonesia 5 . Adanya anggapan tersebut menyebabkan masyarakat mengharamkan orang-orang “berbau” Golkar rezim Orde Baru hadir kembali di Era

Reformasi. Factor-faktor inilah yang menuntut Partai Golkar untuk lebih ekstra bekerja keras melakukan pendekatan pada masyarakat agar image yang sudah terlanjur terpatri dalam pikiran masyarakat itu bisa dinetralkan kembali.

Resistensi masyarakat terhadap Golkar justru memberikan inspirasi bagi partai ini untuk melawan berbagai tekanan yang datang. Mereka tidak tinggal diam, sesaat setelah jatuhnya rezim Soeharto, Golkar meregenerasi dirinya melalui “Paradigma Baru” Partai Golkar untuk menghilangkan jejaknya sebagai kendaraan politik Orde Baru. Perubahan yang tercermin dalam paradigma Partai Golkar, merupakan suatu penyesuaian politik yang kreatif terhadap keadaan politik yang terus berubah dan berkembang, sebab apabila partai berwarna kuning ini tidak segera menyesuaikan diri dengan kenyataan yang

berkembang saat itu dapat dipastikan ia akan mengalami kehancuran 6 . Berbeda dengan penyesuaian Tahun 2009, penyesuaian ini menuai hasil yang maksimal pada Pemilihan

Umum 1999 dimana ia berhasil menduduki posisi nomor dua setelah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pimpinan Megawati Soekarnoputri. Keberhasilan Partai Golkar pada pemilihan umum perintis di awal reformasi ini sangat fenomenal, karena pada masa ini Partai Golkar telah banyak kehilangan kepercayaan dari masyarakat.

Pada pemilihan umum 2004, Partai berlogo pohon beringin ini kembali menempati posisi pertama secara nasional mengalahkan 23 partai politik lainnya dengan

mendulang suara sebanyak 24,5 juta (21,6%) 7 . Banyak pengamat politik yang menyatakan kemenangan Partai Golkar ini sebagai wujud kekecewaan pendukung PDIP

semasa pimpinan Megawati Soekarno Putri yang dianggap tidak mampu menjabat sebagai presiden. Banyak kesalahan yang dialamatkan kepadanya sehingga membuat keadaan negara makin memburuk. Bahkan, kesalahan-kesalahan juga dibuat oleh para anggota legislatif dari PDIP yang dinilai “mabuk” kekuasaan dan semakin jauh dari rakyat. Rakyat pun marah, mereka menumpahkan kemarahan dengan tidak lagi semasa pimpinan Megawati Soekarno Putri yang dianggap tidak mampu menjabat sebagai presiden. Banyak kesalahan yang dialamatkan kepadanya sehingga membuat keadaan negara makin memburuk. Bahkan, kesalahan-kesalahan juga dibuat oleh para anggota legislatif dari PDIP yang dinilai “mabuk” kekuasaan dan semakin jauh dari rakyat. Rakyat pun marah, mereka menumpahkan kemarahan dengan tidak lagi

Pemilihan umum tahun 2004 memunculkan fenomena baru, yakni munculnya Partai Demokrat yang memiliki “kesamaan ideologis” dengan Partai Golkar. Sebagai partai baru, perolehan suara Partai Demokrat cukup signifikan hal ini tak lepas dari sosok ketokohan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mampu “membius” masyarakat. Ketokohan SBY ini benar-benar menjadi pelicin gerak langkah Partai Demokrat untuk melenggang dalam kancah politik pada pemilihan umum 2009, termasuk para calon angota legislatifnya. Ditambah lagi, Partai Demokrat merupakan partai pemimpin pemerintahan sejak SBY terpilih menjadi presiden untuk periode 2004-2009, sehingga keberhasilan pemerintah menjadikan Partai Demokrat ini kian popular di masyarakat. Sebut saja progam-progam pemerintah yang memihak rakyat kecil seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan PNPM Mandiri. Keberhasilan ini juga tidak lepas dari keberhasilan partai yang mampu membentuk SBY sebagai “figur” partai. Figur atau ketokohan SBY yang dikenal masyarakat sebagai figur yang ”santun”, ”berwibawa”, ”menyejukkan”, ”tokoh penuh pengharapan” atau ”pengayom rakyat kecil” dijadikan Pemilihan umum tahun 2004 memunculkan fenomena baru, yakni munculnya Partai Demokrat yang memiliki “kesamaan ideologis” dengan Partai Golkar. Sebagai partai baru, perolehan suara Partai Demokrat cukup signifikan hal ini tak lepas dari sosok ketokohan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mampu “membius” masyarakat. Ketokohan SBY ini benar-benar menjadi pelicin gerak langkah Partai Demokrat untuk melenggang dalam kancah politik pada pemilihan umum 2009, termasuk para calon angota legislatifnya. Ditambah lagi, Partai Demokrat merupakan partai pemimpin pemerintahan sejak SBY terpilih menjadi presiden untuk periode 2004-2009, sehingga keberhasilan pemerintah menjadikan Partai Demokrat ini kian popular di masyarakat. Sebut saja progam-progam pemerintah yang memihak rakyat kecil seperti Bantuan Langsung Tunai (BLT) dan PNPM Mandiri. Keberhasilan ini juga tidak lepas dari keberhasilan partai yang mampu membentuk SBY sebagai “figur” partai. Figur atau ketokohan SBY yang dikenal masyarakat sebagai figur yang ”santun”, ”berwibawa”, ”menyejukkan”, ”tokoh penuh pengharapan” atau ”pengayom rakyat kecil” dijadikan

Namun menghadapi pemilihan umum 2009, progam-progam ini justru menimbulkan polemik di dalam hubungan presiden dan wakil presiden itu (SBY-JK) yang secara otomatis membawa persaingan dalam tubuh partai asal dari masing-masing pihak yang tidak lain adalah Partai Golkar dan Partai demokrat. Dalam kampanye- kampanyenya, SBY mendoktrin bahwa keberhasilan pemerintah dalam progam-progam tersebut adalah berkat SBY. Di sisi lain, Partai Golkar menyatakan bahwa pencetus progam-progam untuk perbaikan ekonomi tersebut adalah Jusuf Kalla. Situasi demikian ini semakin memperuncing persaingan antara Partai Golkar dan Partai Demokrat pun dalam Pemilihan Umum Legislatif.

Persaingan Partai Golkar dan Partai Demokrat ini dipertajam melalui berbagai media yang ada di masyarakat. Visi, misi, dan progam partai dikemas menarik dan dikomunikasikan melalui media baik media lini atas maupun media lini bawah. Misalnya, Partai Golkar pada Pemilihan Umum Legislatif 2009 membranding dirinya sebagai partai yang dekat dengan rakyat dan partai yang selalu ingin berkarya untuk bangsa disampaikan melalui berbagai media. Media-media tersebut tidak hanya media massa, namun juga media alternatif atau saluran-saluran yang langsung mendekatkan partai ke konstituen, misalnya saja dengan cara bertatap muka langsung . Tak ketinggalan Partai Demokrat dengan branding partai sebagai partai yang mewujudkan kemakmuran untuk seluruh warga negara Indonesia, juga menggunakan hampir semua media yang ada. Slogan “lanjutkan” yang selama ini identik dengan keberhasilan-keberhasilan kepemimpinan SBY sebagai slogan unggulan juga disampaikan menggunakan media Persaingan Partai Golkar dan Partai Demokrat ini dipertajam melalui berbagai media yang ada di masyarakat. Visi, misi, dan progam partai dikemas menarik dan dikomunikasikan melalui media baik media lini atas maupun media lini bawah. Misalnya, Partai Golkar pada Pemilihan Umum Legislatif 2009 membranding dirinya sebagai partai yang dekat dengan rakyat dan partai yang selalu ingin berkarya untuk bangsa disampaikan melalui berbagai media. Media-media tersebut tidak hanya media massa, namun juga media alternatif atau saluran-saluran yang langsung mendekatkan partai ke konstituen, misalnya saja dengan cara bertatap muka langsung . Tak ketinggalan Partai Demokrat dengan branding partai sebagai partai yang mewujudkan kemakmuran untuk seluruh warga negara Indonesia, juga menggunakan hampir semua media yang ada. Slogan “lanjutkan” yang selama ini identik dengan keberhasilan-keberhasilan kepemimpinan SBY sebagai slogan unggulan juga disampaikan menggunakan media

Di Madiun sebagai wilayah yang jauh dari hingar-bingar metropolitan, bahkan bila dilihat dari kondisi perekonomian masyarakatnya yang masih tergolong kelas menengah kebawah, tidak lepas dari terpaan iklan para caleg dan partainya melalui berbagai media. Kita tengok saja iklan calon legislatif dari macam-macam partai maupun dari satu partai dengan caleg-caleg yang berbeda, di sepanjang Jalan Raya Caruban- Madiun berderet dan bejajar memenuhi sisi-sisi jalan, tentunya dengan tujuan agar lebih dikenal masyarakat. Jumlahnya pun melebihi jumlah iklan-iklan produk yang biasa terpampang di jalan-jalan. Agar menarik perhatian tak jarang iklan tersebut dibumbui bahasa-bahasa nyentrik supaya mudah diingat masyarakat. Banner, spanduk, bendera partai-partai politik tegak menjulang menjadikan Madiun makin berwarna dipenuhi warna-warna identitas partai politik.

Menilik hasil pemilihan umum 2004 yang lalu, secara nasional Partai Golkar memperoleh kursi/suara terbanyak akan tetapi di Kabupaten Madiun pada pemilihan umum 2004 Partai Golkar hanya menempati posisi ke dua setelah PDIP yakni sebanyak 85.704 suara dengan 12 kursi di DPRD Kabupaten Madiun. Sedangkan Partai Demokrat Menilik hasil pemilihan umum 2004 yang lalu, secara nasional Partai Golkar memperoleh kursi/suara terbanyak akan tetapi di Kabupaten Madiun pada pemilihan umum 2004 Partai Golkar hanya menempati posisi ke dua setelah PDIP yakni sebanyak 85.704 suara dengan 12 kursi di DPRD Kabupaten Madiun. Sedangkan Partai Demokrat

menembus ke tingkat pedesaan 8 . Terbukti secara nasional partai ini mampu menjadi pemenang di Pemilihan Umum legislatif 2009 dan Partai Golkar bergeser menjadi posisi

ke dua. Munculnya fenomena multi partai ini ternyata menimbulkan suatu wacana baru yang bertolak belakang dengan euphoria demokrasi ini. Yakni, kini masyarakat dinilai mulai kurang percaya pada partai-partai politik, menurut Pawito dalam Jurnal Asian Social Science November 2008, dinyatakan bahwa masyarakat Indonesia secara umum menaruh penghargaan yang rendah terhadap partai-partai politik dan para elit politik. Hal ini disebabkan karena beberapa performa para elit politik dan partai yang mengecewakan,

misalnya korupsi dan nepotisme yang mereka lakukan 9 . Hasil penelitian ini juga harus menjadi perhatian bagi partai dan politikus untuk berusaha lebih keras lagi menarik

simpati masyarakat yang diharapkan berujung pada pemberian suara pada pemilihan umum nanti. Pemaparan persaingan antara Partai Golkar sebagai partai lama yang telah sembilan kali mengikuti pemilihan umum , dengan Partai Demokrat yang merupakan partai baru namun menjdi lawan tangguh inilah yang menarik untuk kemudian diteliti

8 Hasil Survey Litbang Kompas pada 20 Februari-3 Maret 2009, dimuat di Kompas 28 Maret 2009, menunjukkan bahwa 26% pemilih pedesaan kini telah memilih Partai Demokrat.

dalam kaitan political marketing yang dilakukan Partai Golkar dan Partai Demokrat dalam menarik massa pada pemilihan umum caleg 2009 ini khususnya di Daerah Pilihan

II Kabupaten Madiun.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba melacak strategi yang digunakan Partai Golkar dan Partai Demokrat dalam pemilihan umum Legislatif 2009; khususnya pemilihan anggota legislatif DPRD Tingkat II di Dapil II Kabupaten Madiun. Adapun permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pemasaran politik (Political marketing) yang dilakukan oleh Partai Golkar dan Partai Demokrat untuk menarik massa pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 ini; perbandingannya bila ditinjau dari; branding partai, positioning partai, segmenting partai.

2. Bagaimanakah perbandingan instrumen Promotion mix yang digunakan oleh Partai Golkar dan Partai Demokrat untuk menarik massa pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 ini.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Political Marketing yang dilakukan Partai Golkar dan Partai Demokrat untuk menarik massa pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 di Dapil II Kabupaten Madiun.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis bauran promosi (promotion mix) yang digunakan Partai Golkar dan Partai Demokrat pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 di Dapil II Kabupaten Madiun.

3. Untuk mengetahui aplikasi jenis-jenis bauran promosi (promotion mix) yang digunakan Partai Golkar dan Partai Demokrat pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 di Dapil II Kabupaten Madiun.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah dapat memperkaya kajian bidang ilmu komunikasi, yaitu komunikasi pemasaran dan komunikasi politik. Dewasa ini kedua disiplin ilmu tersebut berintegrasi menjadi suatu disiplin ilmu yang lebih dikenal dengan pemasaran politik (political marketing). Pemasaran politik menjadi hal umum yang dilakukan partai politik menyusul era reformasi yang identik dengan penegakkan demokrasi. Dengan demikian penelitian ini juga bermanfaat untuk menilik lebih lanjut dengan apa yang disebut pemasaran politik (political marketing) dan bagaimana aplikasinya secara nyata oleh Partai Golkar dan Partai Demokrat terutama pada pemilihan legislatif tahun 2009 ini di daerah pilihan II Kabupaten Madiun.

E. Telaah Pustaka

E.1 Pemasaran Politik (Political Marketing)

Telah banyak literature yang membahas tentang konsep pemasaran politik (political marketing). Diantaranya, Adman Nursal (2004), mendefinisikan pemasaran politik sebagai serangkaian aktivitas terencana, strategis tetapi juga taktis, berdimensi Telah banyak literature yang membahas tentang konsep pemasaran politik (political marketing). Diantaranya, Adman Nursal (2004), mendefinisikan pemasaran politik sebagai serangkaian aktivitas terencana, strategis tetapi juga taktis, berdimensi

“…The application of marketing principle and procedure in poltical campaigns by various individuals and organizations. The procedures involved include the analysis, development, execution, ang manegement of strategic campaigns by candidates, political parties, governments, lobbyists and interest group that seek to drive public opinion, advance their own ideologies, win election, and pass legislation ang referenda in response to the need and wants of selected people ang groups in a society.” (Penerapan prinsip dan cara kerja marketing di dalam kampanye politik oleh berbagai individu dan organisasi. Cara kerja itu sendiri meliputi analisis, perkembangan, pengeksekusian dan perencanaan strategi kampanye yang dilakukan oleh para kandidat, partai-partai politik, pemerintah, para penglobi dan kelompok kepentingan yang mencoba mengendalikan opini public, mengembangkan ideology mereka, memenangkan pemilihan dan melewati legislative dan pemungutan suara umum sebagai jawaban untuk keinginan dan

keperluan dari kelompok dan orang-orang tertentu dalam masyarakat) 11 .

Pengertian political marketing dengan essensi yang sama juga diungkapkan oleh Firmansyah yakni, penggunaan metode marketing dalam bidang politik 12 .

Dari definisi-definisi di atas jelas menerangkan bahwa dalam pemasaran politik, yang ditekankan adalah penggunaan pendekatan dan metode marketing untuk membantu politikus atau para aktor politik (individual maupun partai) agar lebih efisien serta efektif dalam membangun hubungan dua arah dengan konstituen atau masyarakat. Konstituen atau masyarakat inilah yang pada akhirnya nanti akan menetukan kemenangan suatu partai politik dalam pemilihan umum. Semakin serunya persaingan antar partai politik yang satu dengan yang lain maka membuat semakin kreatif pula cara para partai politik

10 Adman Nursal, 2004. Political Marketing: Strategi Memenangkan Pemilihan umum, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

11 Bruce I Newman & Richard Perloff, 2004. Handbook Of Political Communication Research, United States Of America: Lawrence Erlbaum Associates, hlm.18 11 Bruce I Newman & Richard Perloff, 2004. Handbook Of Political Communication Research, United States Of America: Lawrence Erlbaum Associates, hlm.18

E.2 Peran Marketing dalam Politik

Dunia politik kini menjadi lebih terbuka dan transparan. Siapa pun dapat masuk ke dalamnya untuk ikut meramaikan, baik sebagai kandidat yang dicalonkan maupun hanya sebagai pendukung yang bersorak sorai. Keadaan demikian menjadikan dunia politik kental diwarnai persaingan terlebih lagi didukung dengan kembalinya sistem multi-partai. Persaingan yang terjadi adalah persaingan menjadi populer yang berujung pada perebutan hati konstituen agar kandidat personal atau partai politik tersebut dipilih. Persaingan inilah yang menuntut para pelaku politik untuk memikirkan cara dan metode yang efektif bagaimana meyakinkan konstituen/masyarakat bahwa kandidat atau partai politik merekalah yang layak dipilih.

Menilik ke belakang, ternyata marketing disangkutkan dengan komunikasi dan persuasi dalam dunia perdagangan, telah dilakukan semenjak dahulu kala. Pada waktu itu, aktivitas marketing meliputi penetapan harga, negosiasi, komunikasi, persuasi, kualitas produk, inventaris produk, dan strategi jalur produksi. Kini, aktivitas marketing itu sendiri hampir dipastikan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Mulai dari iklan yang kita lihat ditelevisi, di majalah, di supermarket, papan reklame yang kita lihat di pinggir jalan, mencoba segelas kecil produk minuman ringan di supermarket, sampai ke hal-hal yang menyangkut komunikasi dan persuasi. Namun terkadang manusia tidak sadar bila sudah menjadi obyek dalam kegiatan tersebut.

Secara tradisional konsep dan teori marketing digunakan oleh suatu perusahaan untuk menjual barang dan jasa demi memperoleh keuntungan. Tujuan utamanya adalah Secara tradisional konsep dan teori marketing digunakan oleh suatu perusahaan untuk menjual barang dan jasa demi memperoleh keuntungan. Tujuan utamanya adalah

marketing diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam keadaan ini, jumlah barang yang dihasilkan di pasaran belum mampu memenuhi permintaan. Sehingga aktivitas marketingnya diorientasikan ke dalam perusahaan (in-ward looking) yakni pada kualitas fisik barang (produk) dan efisiensi proses produksi. Mekanisme marketing yang terjadi yakni secara transaksional dan paradigma yang berkembang adalah bagaimana suatu perusahaan dapat menjual produk mereka.

Seiring majunya zaman, jumlah perusahaan berkembang pesat. Jumlah barang dan jasa yang dihasilkan produsen pun lebih besar dibandingkan dengan jumlah permintaan. Akibatnya perusahaan bersaing untuk memperebutkan konsumen. Orientasi marketing bergeser dari inward looking menjadi outward looking. Dalam orientasi ini, perusahan tak lagi berkutat pada produknya. Namun mereka harus bergerak ke luar lapangan mengetahui keadaan pasar. Tidak hanya untuk menarik konsumen tetapi juga untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan pesaing (kompetitor). Kemudian mekanisme marketingnya pun ikut bergeser dari tranaksional ke relasional. Perusahaan sadar dalam situasi yang demikian ini biaya yang dibutuhkan untuk menarik konsumen baru lebih besar. Oleh karena itu marketing relasional bertujuan untuk lebih mempertahankan konsumen yang sudah ada (sambil mencari konsumen baru) dengan memberikan kepuasan untuk membentuk loyalitas terhadap produk yang dihasilkan. .

Ketika marketing mulai bergerak dalam domain poltik, maka marketing lebih dilihat sebagai proses pertukaran. Bila dalam dunia perdagangan proses pertukaran yang terjadi adalah antara penjual dan pembeli dimana pembeli menukar uang dengan Ketika marketing mulai bergerak dalam domain poltik, maka marketing lebih dilihat sebagai proses pertukaran. Bila dalam dunia perdagangan proses pertukaran yang terjadi adalah antara penjual dan pembeli dimana pembeli menukar uang dengan

suara dari masyarakat pada pemilihan umum 14 . Dalam hal ini marketing dilihat secara filosofis dan relasional. Filosofis dalam arti marketing adalah mekanisme pertukaran

antara dua pihak atau lebih 15 . Kandidat memiliki gagasan. Ide, kreatifitas, dan kemampuan untuk mengatasi persoalan bangsa. Untuk mengkomunikasikan hal itu, maka

diperlukan marketing. Marketing diperlukan untuk membangun loyalitas konstituen/masyarakat. Konstituen perlu dibina, dipertahankan, serta dimengerti dalam hal yang menyangkut permasalahan mereka. Melalui marketing akan didapat feedback dari masyarakat, dari situlah muncul hubungan yang relasional. Jadi marketing dalam dunia politik adalah marketing yang Orientasi marketingnya outward looking. Dimana orientasinya harus bergerak ke luar lapangan mengetahui keadaan pasar sedangkan mekanisme marketingnya adalah mekanisme yang relasional.

E.3 Branding dan Positioning Politik.

Brand dapat diasosiasikan sebagai nama, terminologi, simbol atau logo spesifik atau juga kombinasi berbagai elemen yang bisa digunakan sebagai identitas suatu produk dan jasa. Dalam hal ini brand tidak harus terkait dengan hal-hal yang bersifat fisik. Brand adalah simbolisasi dari imajinasi yang diciptakan dan ditanamkan dalam benak konsumen. Jadi branding adalah semua aktivitas untuk menciptakan brand yang unggul.

Realitas yang ada saat ini adalah persaingan yang tidak hanya terjadi pada partai politik saja tetapi persaingan juga terjadi pada calon-calon anggota legislatif yang turut Realitas yang ada saat ini adalah persaingan yang tidak hanya terjadi pada partai politik saja tetapi persaingan juga terjadi pada calon-calon anggota legislatif yang turut

dukungan 16 . Personal branding merupakan proses penanaman citra seseorang sehingga terbentuk sebuah persepsi positif tentang seseorang tersebut. Sedangkan citra itu sendiri

menurut Kotler didefinisikan sebagai jumlah dari keyakinan, gambaran dan kesan yang dipunyai seseorang dalam suatu objek (orang, organisasi, kelompok orang). Menurut Roberts, citra menunjukkan keseluruhan informasi tentang dunia ini yang telah diolah,

diorganisasikan dan disimpan individu 17 . Seperti dinyatakan Ruslan (2002), pengertian tentang citra pada dasarnya merupakan hal yang abstrak dan tidak bisa diukur secara

matematis tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk yang berasal dari khalayak sasaran khususnya dan masyarakat secara luas 18 . Menurut Nimmo

citra kandidat terbentuk dari atribut politik dan gaya personal seorang kandidat politik, seperti yang dipersepsikan oleh pemberi suara 19 .

Banyaknya kandidat individual peserta pemilihan umum legislative 2009 ini membuat masing-masing kandidat harus bersaing untuk menanamkan citra atau image yang baik demi memperoleh dukungan dari masyarakat/konstituen. Citra atau image tersebut haruslah sesuatu yang berbeda satu dengan yang lainnya agar mudah diingat. Diperlukan strategi komunikasi khusus agar citra atau image tersebut terpatri dalam benak masyarakat/konstituen. Hal inilah yang harus dilakukan dalam positioning politik.

16 Agus W Soehadi, 2005. Effective Branding, Bandung: PT. Mizan Pustaka, hlm. 62. 17 Jalaludin Rakhmat, 2001, Psikologi Komunikas Edisi Revisi, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm. 223 18 Rosady Ruslan, 2002. Manajemen Humas dan Komunikasi, Konsep dan Aplikasi. Edisi Revisi. Jakarta:

Mengadopsi definisi positioning produk oleh Morissan dalam pengaplikasiannya di ranah politik adalah sebagai strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana khalayak menempatkan suatu citra atau image kandidat/partai politik di dalam otaknya

atau di alam khayalnya, sehingga khalayak memiliki penilaian tertentu 20 . Positioning kandidat atau partai politik telah berhasil jika ia menjadi dominan dan

menguasai benak masyarakat. Posisi yang kuat dalam benak masyarakat membuat seorang kandidat atau suatu partai politik selalu diingat dan menjadi referensi bagi masyarakat ketika mereka dihadapkan pada serangkaian pilihan politik. Menjadi referensi berarti bahwa partai politik tersebut menjadi acuan dan yang pertama kali muncul dalam benak masyarakat ketika mereka dihadapkan pada suatu permasalahan.

Untuk itulah kandidat/partai politik harus memiliki pernyataan positioning yang memiliki hubungan erat dengan strategi merebut konsumen dan harus bisa mewakili citra atau image yang hendak dicetak dalam benak konsumen. Pernyataan positioning berupa kata-kata yang menunjukkan segi-segi keunggulan atau kelebihan kandidat/partai politik. Biasanya pernyataan yang dibentuk cukup singkat, mudah diulang-ulang dalam iklan atau bentuk-bentuk promosi lainnya. Pernyataan positioning yang baik dan efektif harus

mengandung dua unsur yaitu klaim yang unik dan bukti-bukti yang mendukung 21 .

E.4 Segmentasi Politik

Segmentasi ini dilakukan untuk mempermudah komunikasi dan membangun interaksi dengan masyarakat Karena masyarakat bersifat multidimensi, komposisi penyusunnya pun terdiri dari bermacam-macam struktur dan lapisan yang masing-masing

20 Arti positioning produk adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimanan khalayak menempatkan suatu produk, merk atau perusahaan di dalam otaknya, di dalam alam khayalnya,

sehingga khalayak memiliki penilaian tertentu. Dalam Morissan, 2007, Periklanan dan Komunikasi sehingga khalayak memiliki penilaian tertentu. Dalam Morissan, 2007, Periklanan dan Komunikasi

masyarakat, misalnya klasifikasi segmentasi oleh Firmasyah seperti di bawah ini. 22 Tabel 1.1 Klasifikasi segmentasi oleh Firmasyah

Dasar Segmentasi

Detil Penjelasan

Geografi

Masayarakat

disegmentasi berdasarkan geografis dan kerapatan (density) populasi. Misalnya produk dan jasa yang dibutuhkan oleh orang yang tinggal di pedesaan akan berbeda dengan produk poltik yang dibutuhkan oleh orang perkotaan.

dapat

juga dengan pegunungan dan pesisr, masing-masing memiliki kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain.

Begitu

Demografi Konsumen politik dapat dibedakan berdasarkan umur, jenis kelamin, pendapatan, pendidkan, pekerjaan dan kelas social. Masing-masing kategori memiliki karakteristik yang berbeda Demografi Konsumen politik dapat dibedakan berdasarkan umur, jenis kelamin, pendapatan, pendidkan, pekerjaan dan kelas social. Masing-masing kategori memiliki karakteristik yang berbeda

Psikografi Psikografi memberikan tambahan metode segmentasi berdasarkan geografi. Dalam metode ini, segmantasi dilakukan berdasarkan kebiasaan, pola hidup, dan perilaku yang mungkin terkait dalam isu- isu politik.

Perilaku (Behaviour) Masyarakat dapat dikelompokkan dan dibedakan berdasar proses pengambilan keputusan, intensitas ketertarikan dan keterlibatan dengan isu politik, loyalitas, dan perhatian terhadap permasalahan politik.

Masing-masing kelompok memiliki perilaku yang berbeda-beda, sehingga perlu untuk diidentifikasi.

Sosial-budaya

Pengelompokkan

masyarakat dapat dilakukan melalui karakteristik social dan budaya. Klasifikasi seperti budaya, suku, etnik, dan ritual spesifik seringkali membedakan intensitas, kepentingan, dan perilaku terhadap isu-isu politik.

Sebab-Akibat Selain metode segmentasi yang bersifat statis, metode ini mengelompokkan masyarakat berdasarkan prilaku yang muncul dari isu-isu poltik. Sebab-akibat ini melandaskan metode pengelompokkan berdasarkan perspektif pemilih (voters). Pemilih

dikelompokkan berdasarkan pemilih rasional, tradisisonal, kritis, dan pemilih mendua.

dapat

E.5 Saluran Komunikasi (Media)

Saluran-saluran komunikasi politik, yakni setiap pihak atau unsur yang memungkinkan sampainya pesan-pesan politik ke komunikan/audiens. Dalam hal-hal tertentu, unsur komunikasi bisa saja memiliki peran ganda. Setelah khalayak yang bisa berperan ganda sebagai komunikator tahap kedua, ternyata komunikator juga mampu berperan sebagai saluran komunikasi politik bagi lewatnya informasi. Misalnya birokrasi, selain sebagai komunikator dalam menyampaikan pesan dari pemerintah, birokrasi juga berperan sebagai saluran komunikasi bagi lewatnya informasi yang berasal dari khalayak masyarakat.

Yang unik, struktur sosial tradisional juga merupakan saluran komunikasi yang memiliki keampuhan tersendiri. Karena pada masyarakat tersebut arus komunikasi ditentukan oleh posisi social pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam masyarakat Yang unik, struktur sosial tradisional juga merupakan saluran komunikasi yang memiliki keampuhan tersendiri. Karena pada masyarakat tersebut arus komunikasi ditentukan oleh posisi social pihak-pihak yang berkomunikasi. Dalam masyarakat

Saluran lain yang tak kalah penting adalah media massa. Dewasa ini, penggunaan jenis-jenis media massa dalam kehidupan semakin beragam, begitu pula dalam konteks komunikasi politik. Bukan hanya promosi produk-produk yang menggunakan media massa. Kini, adalah hal yang lumrah dalam dunia politik untuk mempromosikan diri, visi-misi, progam kerja menggunakan media massa terlebih lagi pada masa-masa kampanye.

E.6 Strategi Political Marketing Melalui Bauran promosi (Promotion Mix)

Untuk meraih kemenangan kandidat/partai politik dalam pemilihan umum Legislatif 2009 ini, sebelumnya kandidat/partai politik tersebut harus memperoleh dukungan masyarakat/konstituen. Dukungan ini tak serta merta mudah diperoleh. Kekecewaan masyarakat terhadap para actor politik di Negara ini sudah amat mendalam. Past record di masa Orde Baru mengukirkan kenangan buruk di benak masyarakat. Oleh karena itu, pantas saja bila masyarakat tidak mudah percaya pada janji-janji yang diucapkan para actor politik demi meraih kursi di Legislatif. Butuh usaha ekstra untuk meyakinkan masyarakat bahwa “dialah” yang layak untuk dipilih.