Analisis Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali
B. Analisis Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali
1. Estimasi Fungsi Permintaan
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh model fungsi permintaan kentang di Kabupaten Boyolali adalah sebagai berikut:
Ln
Qd = 9,623 - 0,269 Ln X 1 - 0,053 Ln X 2 - 0,056 Ln X 3 + 0,057LnX 4
+ 0,448 Ln X 5
Keterangan :
Qd : Permintaan Kentang (Kg/Tahun)
X 1 : Harga Kentang (Rp/Kg)
X 2 : Harga Wortel (Rp/Kg)
X 3 : Harga Beras (Rp/Kg)
Jumlah Penduduk
J iw
Tahun
commit to user
X 5 : Jumlah penduduk (Jiwa) Berdasarkan estimasi fungsi permintaan di atas, dapat diketahui bahwa nilai konstan (b 0 ) adalah 9,623. Hal ini menunjukkan bahwa bila harga kentang, harga wortel, harga beras, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk dianggap tetap (cateris paribus), maka permintaan kentang di Kabupaten Boyolali adalah sebesar 9,623 kg.
2. Hasil Analisis Data
Analisis hubungan antara permintaan kentang di Kabupaten Boyolali dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya menggunakan model regresi linier berganda dalam bentuk fungsi logaritma natural. Agar dapat diperoleh hasil regresi yang terbaik maka harus dilakukan pengujian model terhadap fungsi permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Hasil analisis fungsi permintaan kentang di Kabupaten Boyolali, yaitu sebagai berikut: Tabel 21. Hasil Analisis Fungsi Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali
Variabel
Koefisien Regresi
t hitung
Signifikasi
Harga Kentang (X 1 )
Harga Wortel (X 2 )
Harga Beras (X 3 )
Pendapatan Penduduk (X 4 )
Jumlah Penduduk (X 5 )
-0,269 -0,053 -0,056
0,057 0,448
-5,840 -3,789 -1,367
3,053 1,496
0,000 *** 0,003 ***
0,199 ns 0,011 ** 0,630 ns
R Square F hitung
97,9% 103,390 ***
Sumber: Diadopsi dari Lampiran 4 Keterangan :
*** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 99% ** : signifikasi pada tingkat kepercayaan 95%
* : signifikasi pada tingkat kepercayaan 90%
ns
: tidak signifikan
a. Nilai Koefisien Determinasi (R 2 )
Nilai koefisien determinasi (R 2 ) menunjukkan seberapa besar proporsi pengaruh variabel-variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya. Berdasarkan hasil dari analisis
diperoleh nilai R 2 sebesar 0,979. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas didalam model mampu menjelaskan variabel terikat sebesar
commit to user
yang tidak dimasukkan ke dalam model.
b. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas yang diteliti secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa hasil análisis uji F nilai signifikasi sebesar 0,000 dan lebih kecil dari α = 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa variabel-variabel bebas yang diamati yaitu harga kentang, harga wortel, harga beras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 99%.
c. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang diteliti secara individual terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa hasil analisis uji t, yaitu sebagai berikut:
1) Harga Kentang
Berdasarkan perhitungan diketahui bahwa variabel harga kentang berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikasi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
nilai α = 0,01. Berdasarkan analisis diketahui besarnya elastisitas harga kentang sebesar -0,269. Nilai elastisitas bertanda negatif
menunjukkan bahwa variabel harga kentang memiliki hubungan yang terbalik dengan permintaan kentang sesuai dengan hukum permintaan. Nilai koefisien regresi sebesar -0,269 artinya jika harga kentang naik 1% maka permintaan kentang akan turun sebesar 0,269% begitu juga sebaliknya sehingga kentang dapat digolongkan sebagai barang kebutuhan pokok normal. Permintaan kentang bersifat inelastis karena nilai koefisien elastisitasnya 0<Ep<1, yang
commit to user
yang lebih kecil daripada perubahan harga kentang.
2) Harga Wortel
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa Variabel harga wortel berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikasi sebesar 0,003 yang lebih kecil dari nilai α = 0,01. Berdasarkan analisis diketahui bahwa besarnya elastisitas silang dari harga wortel adalah -0,053 artinya jika harga wortel naik 1% maka permintaan kentang akan turun sebesar 0,053% begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat diartikan bahwa wortel sebagai barang komplementer dari kentang.
3) Harga Beras
Hasil perhitungan untuk variabel harga beras tidak berpengaruh nyata pada permintaan kentang di Kabupaten Boyolali, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikasinya yang lebih besar dari nilai
α = 1%, 5%, dan 10%.
4) Pendapatan Perkapita
Berdasarkan Tabel 21, diketahui bahwa variabel pendapatan perkapita berpengaruh nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 95%. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikasi sebesar 0,011 yang lebih kecil dari nilai α = 0,05. Berdasarkan analisis diketahui besarnya elastisitas pendapatan sebesar 0,057 artinya jika terjadi kenaikan pendapatan sebesar 1% maka akan mengakibatkan bertambahnya permintaan kentang sebesar 0,057%, begitu juga sebaliknya. Angka elastisitas pendapatan perkapita yang lebih kecil dari satu bertanda positif, menunjukkan bahwa kentang tergolong sebagai barang kebutuhan pokok normal.
commit to user
Variabel jumlah penduduk tidak berpengaruh nyata pada permintaan kentang di Kabupaten Boyolali, hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikasinya yang lebih besar dari nilai α = 1%, 5%, dan 10%.
d. Pengujian Asumsi Klasik
Agar koefisien-koefisien regresi yang dihasilkan dengan metode OLS (Ordinary Least Square) bersifat BLUE (Best Linier Unbiassed Estimated ), maka asumsi-asumsi persamaan regresi linier klasik harus dipenuhi oleh model. Uji penyimpangan terhadap asumsi klasik yang dilakukan meliputi uji deteksi multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Berikut ini adalah hasil pengujian model fungsi permintaan kentang di Kabupaten Boyolali terhadap asumsi klasik:
1) Multikolinieritas
Hasil dari analisis diperoleh nilai matrik Pearson Correlation yang terbesar adalah 0,872, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan tidak terjadi multikolinieritas.
2) Autokorelasi
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui nilai Durbin Watson yaitu sebesar 1,421, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model yang digunakan tidak terjadi autokorelasi karena nilai tersebut berada di antara 1,21 < DW < 1,65.
3) Heteroskedastisitas
Berdasarkan diagram scatterplot dapat diketahui bahwa titik-titik yang ada dalam diagram menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu, ini berarti bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.
e. Variabel Bebas yang Paling Berpengaruh
Untuk mengetahui variabel bebas yang paling berpengaruh dapat diketahui dari nilai standar koefisien regresi. Semakin besar nilai standar koefisien regresi maka semakin besar pengaruh variabel bebas tersebut
commit to user
dilihat pada lampiran 5. Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa variabel harga kentang (X 1 ) memiliki nilai standar koefisien regresi yang terbesar. Hal ini menunjukkan harga kentang mempunyai pengaruh yang terbesar terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Sedangkan variabel yang mempunyai pengaruh paling kecil adalah pendapatan penduduk. Penjelasan mengenai pengaruh dari masing-masing variabel bebas terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Harga Kentang
Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, harga kentang berada pada urutan pertama dalam mempengaruhi permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Pada saat harga kentang naik, maka konsumsi terhadap kentang akan mengalami penurunan. Karena kentang merupakan sumber karbohidrat penting sebagai makanan tambahan penduduk Indonesia, maka permintaan terhadap kentang sangat dipengaruhi oleh harga kentang.
2. Harga Wortel
Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, harga wortel berada pada urutan kedua dalam mempengaruhi permintaan kentang. Selain kentang, bahan pokok utama dalam pembuatan sayur sebagai makanan pendamping nasi adalah wortel. Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia kebutuhan akan wortel cukup tinggi seiring dengan peningkatan permintaan kentang, karena umumnya kentang dan wortel merupakan satu kesatuan dalam pembuatan sayur. Oleh karena itu apabila harga wortel meningkat, maka harga kentang juga akan meningkat dan dampaknya akan mempengaruhi permintaan kentang.
commit to user
Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, pendapatan perkapita berada pada urutan ketiga dalam mempengaruhi permintaan kentang. Kentang bukan merupakan makanan pokok penduduk Indonesia. Kentang merupakan makanan pendamping yang digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai bahan sayur. Kebutuhan primer bagi manusia adalah beras sebagai bahan makanan, oleh karena kentang bukan merupakan kebutuhan utama, maka pendapatan penduduk cenderung dialokasikan ke kebutuhan primer yaitu beras. Sehingga pendapatan perkapita berpengaruh terhadap permintaan kentang setelah harga kentang dan harga wortel.