Pembahasan Hasil Penelitian

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu daerah tertentu dengan tingkat harga tertentu dan dalam periode tertentu. Hukum permintaan mengatakan bahwa untuk barang normal ada hubungan terbalik antara harga dan kuantitas, yaitu apabila harga naik maka kuantitas yang ingin dibeli konsumen akan berkurang. Hukum permintaan hanya berlaku bila kondisi cateris paribus atau diasumsikan faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan.

Permintaan kentang di Kabupaten Boyolali berfluktuatif, walaupun pada tahun 2005 mengalami peningkatan dikarenakan stabilitas perekonomian Indonesia. Hal ini mendorong peneliti untuk mengkaji faktor-faktor apa yang

menyebabkan permintaan kentang yang berfluktuatif di Kabupaten Boyolali. Berdasarkan uji F, faktor-faktor yang digunakan sebagai penduga yang akan mempengaruhi tingkat permintaan kentang di Kabupaten Boyolali untuk analisis permintaan statis meliputi: harga kentang, harga wortel, harga beras, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk secara bersama-sama berpengaruh sangat nyata terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini ditunjukkan oleh nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai α = 0,01.

commit to user

signifikan pada tingkat kepercayaan 99% adalah harga kentang dan harga wortel, untuk tingkat kepercayaan 95% variabel yang berpengaruh signifikan adalah pendapatan perkapita. Berdasarkan hasil penelitian untuk mengetahui penjelasan lebih lanjut dari masing-masing variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan analisis regresi dapat dijelaskan keterangan berikut:

1. Harga Kentang (X 1 )

Pada model analisis harga kentang di peroleh koefisien regresi bertanda negatif. Sehingga bisa di artikan bila harga kentang naik maka jumlah kentang yang diminta akan turun. Permintaan kentang terbesar di Kabupaten Boyolali terjadi pada tahun 1998 sebesar 987.577,76 kg/tahun, hal ini disebabkan harga kentang pada tahun 1998 mengalami penurunan yaitu sebesar Rp. 1400,00 dari tahun sebelumnya sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Setelah mengalami peningkatan pada tahun 1998, pada tahun berikutnya permintaan kentang di Kabupaten Boyolali mengalami penurunan sebesar 482.050,64 kg/tahun hal ini disebabkan karena harga kentang mengalami kenaikan, sehingga mempengaruhi jumlah permintaan kentang di Kabupaten Boyolali (Tabel 3). Hal ini dapat dikaitkan dengan fungsi kentang sebagai bahan makanan tambahan sumber karbohidrat. Apabila harga kentang naik maka permintaan kentang akan menurun dalam rangka sebagai pemenuhan makanan tambahan sebagai sayur mayur untuk konsumsi. Secara statistik berdasarkan uji t, variabel harga kentang memberikan pengaruh signifikan terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Keadaan ini dapat diterima karena permintaan kentang sangat dipengaruhi oleh harga kentang di pasaran. Mengingat produksi kentang yang berfluktuatif dan belum mampu memenuhi kebutuhan kentang di Kabupaten Boyolali memberi dampak pada harga kentang yang cenderung terus mengalami kenaikan, maka dari itu perlu adanya usaha untuk meningkatkan produksi kentang agar pasokan kentang dapat

commit to user

minimal dalam keadaan stabil.

2. Harga Wortel (X 2 )

Suatu barang dikatakan sebagai barang komplementer jika barang tersebut penggunaanya dapat melengkapi barang lain. Berdasarkan hasil penelitian wortel merupakan barang kompelementer bagi kentang. Pada model analisis permintaan diperoleh koefisien regresi bertanda negatif. Sehingga dapat di artikan bila harga wortel meningkat maka jumlah kentang yang diminta akan turun. Hal ini dapat dikaitkan dengan fungsi wortel sebagai bahan makanan tambahan dapat juga digunakan sebagai sayur. Apabila harga wortel naik maka permintaan kentang akan menurun dalam rangka sebagai pemenuhan bahan sayuran. Seperti halnya harga kentang, disini secara statistik berdasarkan uji t, variabel harga wortel memberikan pengaruh signifikan terhadap permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Keadaan ini dapat diterima karena wortel hampir seperti kentang yang digunakan sebagai makanan tambahan dalam sayur, sehingga peningkatan harga wortel akan diikuti dengan permintaan kentang.

Wortel bukan merupakan makanan pokok bangsa Indonesia, sehingga para petani menanam wortel pada waktu-waktu tertentu ketika musim sudah tidak sesuai lagi ditanami padi. Hal ini menjadikan wortel sebagai barang komplementer dari kentang. Sehingga pada musim-musim di mana kentang sudah mulai berkurang sebagai alternatif pelengkap konsumsi masyarakat untuk sayur adalah wortel, hal itu mampu direspon oleh pasar dengan meningkatkan harga wortel. Karena sesuai dengan hukum permintaan, semakin tinggi permintaan dan jumlah produk menurun maka harga komoditi akan mengalami peningkatan, artinya meningkatnya harga wortel akibat menurunnya produksi wortel sehingga menyebabkan menurunnya permintaan terhadap wortel.

3. Harga Beras (X 3 )

Berdasarkan hasil analisis uji t diketahui bahwa variabel harga beras tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap permintaan kentang. Nilai elastisitas yang negatif menunjukkan bahwa harga beras berbanding

commit to user

pertanian, seperti harga beras relatif berfluktuasi. Hal ini dapat dipengaruhi oleh musim, dimana saat musim panen produk beras melimpah sehingga harga rendah maka permintaan konsumen terhadap beras meningkat. Sedangkan pada musim paceklik, produk beras menurun sehingga harga melambung tinggi yang mengakibatkan menurunnya permintaan konsumen terhadap komoditi ini. Hal tersebut sesuai dengan hukum permintaan yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi tersebut akan semakin besar dan sebaliknya. Jadi, apabila harga beras itu sendiri naik maka permintaan beras akan menurun. Sehingga konsumen akan mengurangi konsumsi terhadap beras dan begitu juga permintaan terhadap kentang.

4. Pendapatan Perkapita (X 4 )

Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam menentukan variasi permintaan terhadap berbagai jenis barang karena besar kecilnya pendapatan dapat menggambarkan daya beli konsumen. Bila terjadi perubahan dalam pendapatan maka akan menimbulkan perubahan dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang.

Berdasarkan hasil analisis uji t diketahui bahwa variabel pendapatan perkapita berpengaruh signifikan terhadap permintaan kentang. Nilai elastisitas yang positif menunjukkan bahwa pendapatan perkapita berbanding lurus dengan jumlah permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Hal ini dapat diterima karena semakin tinggi pendapatan perkapita di Kabupaten Boyolali, maka permintaan akan kentang sebagai sumber karbohidrat akan semakin mengalami peningkatan.

Selain itu, pada kondisi yang terbatas, sebagian besar penduduk di Kabupaten Boyolali akan mengurangi mengkonsumsi kentang, karena kentang bukan merupakan makanan pokok, maka apabila harga kentang mengalami peningkatan, maka masyarakat akan menunda untuk mengkonsumsi kentang dan cenderung memenuhi kebutuhan primer yaitu beras. Sehingga adanya peningkatan pendapatan perkapita akan berpengaruh terhadap makanan pendamping beras sebagai bahan tambahan

commit to user

buah-buahan.

5. Jumlah Penduduk (X 5 )

Berdasarkan hasil uji t diketahui bahwa variabel jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap permintaan kentang Hal ini berarti jumlah penduduk berbanding lurus dengan jumlah permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Berdasarkan nilai standar koefisien regresi, variabel jumlah penduduk mempunyai nilai koefisien regresi yang paling kecil, sehingga variabel jumlah penduduk merupakan variabel yang paling rendah pengaruhnya terhadap permintaan kentang. Hasil analisis ini dapat dimengerti karena tidak semua masyarakat mengkonsumsi kentang. Gambaran jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Adanya peningkatan jumlah penduduk akan mengakibatkan meningkatnya permintaan kentang.

Peningkatan jumlah penduduk saat ini memang agak sulit untuk dikendalikan. Hal ini disebabkan program Keluarga Berencana di masyarakat sudah kurang digalakkan. Adanya program Keluarga Berencana sedikit banyak akan mengendalikan pertambahan penduduk, sehingga konsumsi atau permintaan terhadap kentang akan dapat ditekan. Sebaliknya dengan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap pentingnya Keluarga Berencana maka akan semakin meningkatkan jumlah penduduk, yang akibatnya akan meningkatkan jumlah konsumsi kentang dalam masyarakat.

commit to user