Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

Data dan hasil analisis dari masing-masing variabel yang di teliti dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali

Tingkat permintaan kentang di Kabupaten Boyolali yang dimaksud adalah jumlah kentang yang diminta untuk dikonsumsi masyarakat di Kabupaten Boyolali, dinyatakan dalam satuan kg/tahun. Besarnya permintaan kentang di Kabupaten Boyolali dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Perkembangan Permintaan Kentang di Kabupaten Boyolali

Tahun 1993 – 2009

Tahun

Konsumsi Kentang

(Kg/Tahun/orang)

Permintaan Kentang

(Kg/Tahun)

Sumber : Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali, 2011

Tabel 15 menyatakan bahwa permintaan kentang di Kabupaten Boyolali dari tahun 1993-2009. Adapun untuk lebih jelas tentang perkembangan permintaan kentang di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009 dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut:

commit to user

Gambar 9. Grafik Perkembangan Permintaan kentang di Kabupaten

Boyolali Tahun 1993-2009

Tabel 15 dan Gambar 9 menyatakan bahwa permintaan kentang di Kabupaten Boyolali dari tahun 1993-2009 rata-rata adalah 688.058,78 kg/tahun. Sedangkan untuk rata-rata perkembangan permintaan kentang pada tahun 1993-2009 di Kabupaten Boyolali sebesar 26.528,21 kg/tahun atau 0,26%. Pada tahun 2005 terjadi peningkatan permintaan kentang yang cukup besar yaitu 0,96% atau sebesar 899.674,70 kg/tahun. Hal ini dikarenakan pada tahun 2005 kondisi perekonomian Indonesia dalam kondisi yang cukup baik. Selain itu perubahan kehidupan yang lebih baik membutuhkan barang-barang konsumsi yang baru, sehingga menyebabkan permintaan akan kentang dalam negeri mengalami peningkatan.

Peningkatan jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan dan gizi mempengaruhi peningkatan permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Hal ini dikarenakan kentang merupakan sumber karbohidrat yang bagus untuk pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat dan olahan kentang sebagai sayur, lauk pauk dan sebagainya, selain itu kentang juga merupakan makanan yang akrab dan harganya juga terjangkau bagi semua kalangan masyarakat.

Permintaan Kentang

Kg

Tahun

commit to user

Harga kentang dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram kentang. Harga kentang yang diteliti dalam penelitian adalah kentang standar. Data mengenai perkembangan harga kentang sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Perkembangan Harga Kentang di Kabupaten Boyolali Tahun

1993-2009

Tahun

Harga Sebelum

Terdeflasi

Indeks Harga

Konsumen

Harga Sesudah

Terdeflasi

Perkembangan

(Rp/Kg)

(2002 = 100)

(Rp/Kg)

Sumber : BPS dan Disperindagsar Kabupaten Boyolali, 2011

Tabel 16 merupakan perkembangan harga kentang di Kabupaten Boyolali dari tahun 1993-2009. Adapun untuk lebih jelas tentang perkembangan harga kentang di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009 dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut:

commit to user

Gambar 10. Grafik Perkembangan Harga Kentang di Kabupaten Boyolali

Tahun 1993-2009

Harga kentang yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah terdeflasi. Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa harga kentang setelah terdeflasi selama tahun 1993-2009 mengalami perkembangan yang meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 63,71% per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 7.757,51 per kg. Permintaan kentang terbesar di Kabupaten Boyolali terjadi pada tahun 1998 sebesar 987.577,76 kg/tahun, hal ini disebabkan harga kentang pada tahun 1998 mengalami penurunan yaitu sebesar Rp. 1400,00 dari tahun sebelumnya sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan kentang di Kabupaten Boyolali. Setelah mengalami peningkatan pada tahun 1998, pada tahun berikutnya permintaan kentang di Kabupaten Boyolali mengalami penurunan sebesar 482.050,64 kg/tahun hal ini disebabkan karena harga kentang mengalami kenaikan, sehingga mempengaruhi jumlah permintaan kentang di Kabupaten Boyolali (Tabel 3). Perkembangan harga kentang mangalami kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu meningkat sebesar 226,11%. Hal ini disebabkan karena harga minyak dunia dan kenaikan harga BBM jenis premium dan solar di dalam negeri yang menyebabkan meningkatnya harga barang dan biaya produksi yang berimbas pada keadaan perekonomian di

Harga sebelum Terdeflasi

Harga sesudah terdeflasi

p /Kg

Tahun

commit to user

lainnya mengalami kenaikan (Disperindagsar, 2011).

3. Harga Wortel

Harga wortel dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan untuk mendapatkan satu kilogram wortel. Data mengenai perkembangan harga wortel dari tahun 1993-2009 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Perkembangan Harga Wortel di Kabupaten Boyolali Tahun

1993-2009

Tahun

Harga Sebelum

Terdeflasi

Indeks Harga

Konsumen

Harga Sesudah

Terdeflasi

Perkembangan

(Rp/Kg)

(2002 = 100)

(Rp/Kg)

Sumber : BPS dan Disperindagsar Kabupaten Boyolali, 2011

Tabel 17 merupakan perkembangan harga wortel di Kabupaten Boyolali dari tahun 1993-2009. Adapun untuk lebih jelas tentang perkembangan harga wortel di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009 dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut:

commit to user

Gambar 11. Grafik Perkembangan Harga Wortel di Kabupaten Boyolali

Tahun 1993-2009 Harga wortel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah

terdeflasi. Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa harga wortel setelah terdeflasi selama tahun 1993-2009 mengalami perkembangan yang menunjukkan kenaikan dengan rata-rata sebesar 72,03 % per tahun,

sedangkan rata-rata harga Rp 2.178,32 per kg. Perkembangan harga wortel mangalami kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu meningkat sebesar 225,81%. Hal ini disebabkan karena harga minyak dunia dan kenaikan harga BBM jenis premium dan solar di dalam negeri yang menyebabkan meningkatnya harga barang dan biaya produksi yang berimbas pada keadaan perekonomian di Kabupaten Boyolali sehingga menyebabkan harga wortel dan komoditas lainnya mengalami kenaikan (Disperindagsar, 2011).

4. Harga Beras

Harga berasal dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram beras. Data mengenai perkembangan harga beras dari tahun 1993-2009 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Harga sebelum Terdeflasi

Harga sesudah terdeflasi

p /Kg

Tahun

commit to user

1993-2009

Tahun

Harga Sebelum

Terdeflasi

Indeks Harga

Konsumen

Harga Sesudah

Terdeflasi

Perkembangan

(Rp/Kg)

(2002 = 100)

(Rp/Kg)

Sumber : BPS dan Disperindagsar Kabupaten Boyolali, 2011

Tabel 18 merupakan perkembangan harga beras di Kabupaten Boyolali dari tahun 1993-2009. Adapun untuk lebih jelas tentang perkembangan harga beras di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009 dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut:

Gambar 12. Grafik Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Boyolali

Tahun 1993-2009 Harga beras yang dianalisis dalam penelitian ini adalah harga setelah

terdeflasi. Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa harga beras setelah

Harga sebelum Terdeflasi

Harga sesudah terdeflasi

p /Kg

Tahun

commit to user

meningkat dengan peningkatan rata-rata sebesar 74,33% per tahun, sedangkan rata-rata harga Rp 4.852,87 per kg.

Harga beras yang mangalami kenaikan tertinggi tarjadi pada tahun 1999 yaitu meningkat sebesar 625,77%. Hal ini disebabkan pada tahun sebelumnya terjadi krisis moneter yang melanda negara Indonesia sehingga menyebabkan harga barang maupun jasa mengalami peningkatan. Sedangkan harga terendah dari beras terjadi pada tahun 1993 yaitu sebesar Rp 811,28. Hal ini dikarenakan perekonomian waktu itu cukup baik dan harga-harga barang cukup stabil. Harga beras yang berfluktuatif disebabkan karena perubahan produksi dan pasokan beras dari daerah lain di luar kabupaten Boyolali, serta terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998. Harga beras di Kabupaten Boyolali pada tahun 2009 mengalami peningkatan yang cukup tajam sebesar Rp 24.761,90, hal ini disebabkan karena harga minyak dunia dan kenaikan harga BBM jenis premium dan solar di dalam negeri yang menyebabkan meningkatnya harga barang dan biaya produksi yang berimbas pada keadaan perekonomian di Kabupaten Boyolali sehingga menyebabkan harga beras dan komoditas lainnya mengalami kenaikan (Disperindagsar, 2011).

5. Pendapatan Perkapita Kabupaten Boyolali

Pendapatan penduduk Boyolali yang dimaksud adalah rata-rata pendapatan riil perkapita masyarakat di Kabupaten Boyolali per tahun. Pendapatan riil perkapita didapatkan dengan melakukan pendeflasian terhadap PDRB perkapita tahun yang bersangkutan dengan indeks implisit tahun dasar (2002 = 100). Data mengenai perkembangan pendapatan penduduk sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 19.

commit to user

1993-2009

Tahun

Pendapatan Sebelum

Terdeflasi

Pendapatan Sesudah

Sumber: BPS Kabupaten Boyolali, 2011 Tabel 19 merupakan perkembangan pendapatan perkapita di

Kabupaten Boyolali dari tahun 1993-2009. Adapun untuk lebih jelas tentang pendapatan perkapita di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009 dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut:

Gambar 13. Grafik Perkembangan Pendapatan Perkapita Kabupaten

Boyolali Tahun 1993-2009

Harga sebelum Terdeflasi

Harga sesudah terdeflasi

p /T

Tahun

commit to user

pendapatan perkapita di Kabupaten Boyolali mengalami peningkatan sebesar 14,87% atau Rp 2.436.345,44 per tahun. Peningkatan pendapatan disebabkan oleh semakin meningkatnya pembangunan yang menyebabkan peningkatan laju pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan kesempatan kerja yang berdampak pada peningkatan pendapatan perkapita. Kenaikan pendapatan penduduk yang paling mencolok adalah pada tahun 2001 yaitu sebesar 177,69%. Peningkatan pendapatan perkapita ini disebabkan kegiatan perekonomian di Kabupaten Boyolali menunjukkan adanya peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbaikan maupun penambahan jumlah sarana dan prasarana yang telah dibangun oleh pemerintah untuk memperlancar kegiatan perekonomian misalnya, perbaikan jalan raya, transportasi dan komunikasi, pembangunan pusat pertokoan dan perbelanjaan. Dengan peningkatan sarana dan prasarana tersebut maka akan memperlancar kegiatan-kegiatan perekonomian sehingga dapat mendorong masyarakat untuk membuka usaha maupun pengusaha untuk memperbesar usahanya sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.

6. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah penduduk yang menetap di Kabupaten Boyolali. Data mengenai perkembangan jumlah penduduk dari tahun 1993 sampai dengan tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 20.

commit to user

1993-2009 Tahun

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Laju Pertumbuhan (%)

Sumber : BPS Kabupaten Boyolali, 2011 Tabel 20 merupakan perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten

Boyolali tahun 1993-2009. Adapun untuk lebih jelas tentang perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali tahun 1993-2009 dapat dilihat pada gambar grafik sebagai berikut:

commit to user

Gambar 14. Grafik Perkembangan Jumlah Penduduk di Kabupaten

Boyolali Tahun 1993-2009

Tabel 20 dan Gambar 14 menyatakan bahwa rata-rata perkembangan jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali pada tahun 1993-2009 sebesar 0,46%, sedangkan rata-rata jumlah penduduk Kabupaten Boyolali adalah 923.721,41 jiwa. Jumlah penduduk di Kabupaten Boyolali selalu mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk ini disebabkan oleh berbagai hal seperti adanya kelahiran, peningkatan kesehatan masyarakat sehingga menurunkan angka kematian.