Strategi Pemberdayaan Sepak Bola Sosial Dalam Rangka

5.3. Strategi Pemberdayaan Sepak Bola Sosial Dalam Rangka

  Meminimalisir Isu SARA di Getasan

  Permberdayaan pada hakikatnya adalah kemampuan membangun nilai-nilai bersama yang mampu memberikan penguatan bagi setiap orang atau kelompok untuk bertindak menggapai harapan-harapan yang diinginkan. Dalam perspektif inilah, John Friedmann (1992) mengatakan pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah nilai kolektif pemberdayaan individual yang berlangsung dalam suatu proses. Dengan demikian, pemberdayaan dimaknai secara konseptual oleh peneliti sebagai bentuk penyadaran, pengkapsitasan dan pendayaan dilakukan bagi individu dan masyarakat sebab pemberdayaan akan membentuk nilai-nilai kolektif untuk

  “menutup”

  kelemahan-kelemahan

  guna

  mengantisipasi atau

  meminimumkan ancaman-ancamanya. Distilulah dimaknai pemberdayaan sebagai pola pikir.

  Secara konseptual, proses pemberdayaan yang telah dan sedang dilakukan oleh sepak bola sosial Uni Papua Getasan perlu diapresiasi. Apresiasi ini didasarkan pada realitas aktivitas yang dilakukan yaitu : pertama, secara kelembagaan Uni Papua telah berupaya dan bekerja keras untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevalusi program kegiatan yang mereka lakukan; kedua, dalam merekrut tidak ada batasan kriteria di Uni Papua dan tidak memaksa anak maupun pelatih untuk ikut Uni Papua, karena Uni Papua lebih ke pembinaan karakter anak; ketiga, Uni Papua hadir di cabang Getasan sebagai bentuk untuk membina anak-anak agar memiliki moral dan etika yang baik; dan Keempat, pola pembinaan dan pengkapasitasan masyarakat (anak laki-laki, perempuan) lewat kegiatan CAC, latihan rutin sepak bola dan kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat.

  Kegiatan CAC merupakan kegiatan yang dilakukan setiap tahun sekali dengan bekerjasama dengan CAC Amerika dan Inggris untuk melatih sepak bola Kegiatan CAC merupakan kegiatan yang dilakukan setiap tahun sekali dengan bekerjasama dengan CAC Amerika dan Inggris untuk melatih sepak bola

  Latihan rutin merupakan program latihan sepak bola yang dilakukan setiap minggu dua kali agar anak dapat menyalurkan hobi dan bakatnya. Latihan ini dilakukan pada hari Selasa dan Jumat. Latihan rutin dipimpin oleh pelatih yang memiliki licensi maupun tidak. Proses latihan sepak bola diikuti dari dua kategori umur dari usia 6-14 tahun dan juga ada usia dari 15-21 tahun. Saat latihan, biasanya pelatih membagi dua kategori tersebut dan juga terdapat perbedaan cara melatih usia 6-14 tahun dengan usia 15-21 tahun. Untuk usia 6-14 tahun para pelatih selalu mengajarkan agar sebelum mulai latihan pemain diwajibkan Namun, untuk usia 15-21 tahun, materi latihan yang diberikan oleh pelatih lebih berat dan menguras tenaga karena anak dipaksa untuk lebih baik dan mengurangi kesalahan. Materi yang selalu diberikan pelatih biasanya anak diajarkan untuk membiasakan diri melakukan pemanasan lari keliling lapangan yang diberi waktu

  12 menit dengan 8 putaran. Setiap anak diwajibkan untuk tidak melebihi waktu yang sudah ditentukan dan menyelesaikan 8 putaran dengan cepat dan tepat. dalam kegiatan latihan sepak bola. Para pelatih dan anak memiliki perjanjian saat berada di lapangan maupun di luar lapangan. Aturan tersebut berupa pelarangan bagi pengurus, pelatih dan anak-anak didik agar tidak mengeluarkan kata-kata kotor, karena apabila ditemukan yang mengeluarkan kata kotor, seperti mengeluarkan kata „ndas‟ maka akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau lari keliling lapangan 5 kali. Sebaliknya, hal sama juga berlaku bagi para pelatih, tapi hukuman bagi para pelatih lebih berat harus push up 30 kali dan keliling lapangan 15 kali.

  Selain itu, sebelum memulai latihan sepak bola, para pelatih terlebih dahulu hadir di Lapangan untuk mempersiapkan materi-materi yang diajarkan sambil menunggu para anak-anak didik datang. Dan bagi para anak-anak didik yang terlambat datang akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau keliling lapangan 5 kali. Aturan berikutnya adalah bahwa para pelatih di larang merokok selama melatih di lapangan, kecuali merokok ketika sudah berada di rumah. Setelah selesai latihan anak diwajibkan untuk memungut sampah yang berserakan di dalam lapangan dan setiap anak diinstruksikan minimal mengumpulkan 10 sampah dengan berbagai jenis yang ditemukan. Dengan demikian, tujuan dari aturan yang dibuat bersama adalah bentuk pendidikan kepada anak dengan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, tidak mengelurkan kata-kata kotor, menjaga lingkungan dan anak bermain, bersenang-senang dan bergembira.

  Program berikutnya adalah English Day atau setiap hari Jumat belajar bahasa Inggirs. Program ini dilakukan oleh seorang guru perempuan setiap hari Jumat sore di Lapangan sepak bola Dusun Pulihan. Guru tersebut biasanya mengajarkan anak-anak didik belajar alfabet mengunakan bahasa Inggris, belajar menghitung dengan menggunakan bahasa Inggris serta anak diajarkan untuk memperkenalkan nama dan tanggal lahir dengan pengucapan bahasa Inggris. Setiap hari Jumat anak diwajibkan untuk berbicara bahasa Inggris dengan teman- temannya. Sanksi ketika ada anak yang tidak menggunaka bahasa Inggris berupa teguran lisan dan memberi pengarahan kepada anak.

  Bakti sosial merupakan program yang dilakukan Uni Papua Cabang Getasan setiap 6 bulan sekali atau setiap tahunnya. Bakti sosial berupa penanaman pohon, donor darah, buka bersama pada bulan Idul Adha dengan memberikan bantuan. Penanaman pohon sudah dilakukan dua kali di lereng gunung Merbabu dengan bekerjasama dengan Kodim, organisasi pemuda, pemerintah setempat, Polsek Getasan, kelompok tani dan masyarakat Getasan. Uni Papua Cabang Getasan juga memiliki program donor darah dengan bekerjama dengan Palang Merah Indonesia (PMI). Donor darah dilakukan sebagai bentuk peduli kasih terhadap sesama dengan mengajak masyarakat sekitar Desa Tajuk untuk mendonorkah darahnya. Selain itu, Uni Papua juga pada hari raya berbaur dengan masyarakat dalam Bakti sosial merupakan program yang dilakukan Uni Papua Cabang Getasan setiap 6 bulan sekali atau setiap tahunnya. Bakti sosial berupa penanaman pohon, donor darah, buka bersama pada bulan Idul Adha dengan memberikan bantuan. Penanaman pohon sudah dilakukan dua kali di lereng gunung Merbabu dengan bekerjasama dengan Kodim, organisasi pemuda, pemerintah setempat, Polsek Getasan, kelompok tani dan masyarakat Getasan. Uni Papua Cabang Getasan juga memiliki program donor darah dengan bekerjama dengan Palang Merah Indonesia (PMI). Donor darah dilakukan sebagai bentuk peduli kasih terhadap sesama dengan mengajak masyarakat sekitar Desa Tajuk untuk mendonorkah darahnya. Selain itu, Uni Papua juga pada hari raya berbaur dengan masyarakat dalam

  dikemukakan oleh sekretaris Karang Taruna Budi Prayetno 18 di kediamannya Dusun Puyang pada 12 Desember 2016, bahwa “keterlibatan untuk karang taruna

  itu seperti kegiatan-kegiatan penanaman dalam istilah go green dan kegiatan- kegiatan semisal bakti sosial dan bahkan dulu pernah ada kegiatan dari Uni Papua melibatkan karang taruna juga itu untuk buka bersama waktu bulan puasa seperti itu. Dulu juga pernah ada program seperti donor darah”.

  Dengan program pemberdayaan yang sudah dilakukan Uni Papua Cabang Getasan membawa dampak positif untuk meredam atau meminimalisir isu SARA yang terjadi di Uni Papua Getasan. Pada kesempatan ini, sikap warga desa terhadap organisasi Uni Papua yang baru dikenalnya menimbulkan perilaku yang seolah-olah curiga dan ragu-ragu terhadap kehadiran Uni Papua Getasan. Disatu sisi sebagian masyarakat mendukung dan di sisi yang lain ada tidak mendukung. Namun, dengan seiiring perkembangan Uni Papua dengan berbagai program yang ditawarkan ke masyarakat, maka isu SARA saat ini mulai berkurang. Salah satu ukuran berkurangnya adanya peningkatan keikutsertaan anak dalam kegiatan rutin sepak bola Uni Papua. Sebelum isu SARA menjadi isu yang sangat besar, jumlah peserta didik yang mengikuti Uni Papua berjumlah 80-an anak, tetapi karena goncangan isu SARA maka ada penurunan yang cukup drastis mencapai 30 anak, tetapi sekarang dengan berbagai kegiatan-kegiatan bakti sosial yang dilakukan Uni Papua masyarakat tersadarkan dan semakin percayaa dengan bertambahnya peserta didik yang dari 30 anak menjadi 43 anak sampai sekarang ini. Berdasarkan hasil temuan saat wawancara dengan Meshak Riwanto bahwa:

  Kalo saya pernah mengikuti penyuluhan dari Uni Papua khususnya anak saya tentang programnya Uni Papua itu memang sangat membantu sekali untuk anak-anak

  18 Wawancara dengan Bapak Budi Prayetno sebagai Sekretaris Karang Taruna pada 12 Desember 2016 di Dusun Puyang, Desa Tajuk, Getasan.

  remaja ataupun anak-anak kecil untuk mendidik anak- anak itu menjadi mandiri dan menjadi berprestasi itu kalo menurut pendapat saya karena memang itu sangat beruntung sekali Uni Papua ada di Getasan.

  Dengan demikian, secara ideal, pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan pertama-tama lewat character building atau proses penyadaran dan pengkapasitasan, atau dapat dikatakan pembangunan sosial lewat pembangunan kesadaran dan tindakan masyarakat. Hasil dari munculnya kesadaran ini perlu diolah dalam pembentukan kapasitas kelembagaan masyarakat, pengkapasitasan kelembagaan masyarakat inilah yang akan melaksanakan setiap program yang direalisasikan Uni Papua Getasan. Oleh karena itu, peneliti melihat ada nilai-nilai atau pesan yang ingin disampaikan dalam penelitian ini, yaitu bahwa persepsi masyarakat dengan orang Papua sebagai pembuat onar, rusuh, suka mabuk- mabukan, tawuran, tetapi dengan hadirnya Uni Papua diberbagai cabang di Indonesia dan salah satunya adalah Uni Papua Getasan adalah bentuk bahwa orang Papua bisa melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi orang lain.