T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sepak Bola Sosial: Studi Sosiologi Olahraga tentang Komunitas Sepak Bola Uni Papua Cabang Getasan dalam Pemberdayaan Generasi Muda Lewat Kegiatan Sepak Bola Sosial T1 BAB V

BAB V STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL UNI PAPUA TERHADAP PEMBERDAYAAN GENERASI MUDA LEWAT SEPAK BOLA SOSIAL DI GETASAN

  Pada bagian ini merupakan pembahasan, penulis membahas pemberdayaan yang dilakukan Komunitas Sepak Bola Sosial Uni Papua dalam pemberdayaan generasi muda lewat kegiatan sepak bola sosial di Getasan, Jawa Tengah. Bagian ini akan menggambarkan strategi pemberdayaan yang dilakukan Uni Papua Football Club terhadap pemberdayaan generasi muda lewat sepak bola sosial di Desa Tajuk Kecamatan Getasan, Jawa Tengah, kemudian menjelaskan strategi pemberdayaan Uni Papua Football Club dalam penguatan kelembagaan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Jawa Tengah

5.1. Strategi Pemberdayaan Lewat Latihan Rutin Sepak Bola Sosial dan Bakti Sosial

5.1.1. Strategi Rekruitmen Pelatih dan Peserta Didik

  Proses rekrutmen pelatih dan anak didik dilakukan dengan penyampaian dari mulut ke mulut dan sosialisasi ke sekolah-sekolah di Getasan. Untuk merekrut seorang pelatih, Uni Papua tidak membatasi siapapun yang mau ingin melatih anak-anak dan yang paling terpenting memiliki jiwa sosial dan berkomitmen . Cara yang digunakan untuk merekrut seorang pelatih di Uni Papua dengan penyampaian dari mulut ke mulut kepada kenalan maupun pada masyarakat yang memiliki pengalaman dalam sepak bola. Saat bertemu pengurus mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan visi-misi serta dijelaskan bahwa di Uni Papua, pelatih tidak dibayar, kecuali Uni Papua mendapatkan sponsor. Untuk sistem kontrol para pelatih dengan menggunakan absen, dokumentasi dan setiap bulan ada pertemuan terkait kegiatan yang akan dilakukan dan diakhir tahun akan dilakukan evaluasi kinerja salama satu tahun, serta para pelatih diwajibkan harus membuat laporan kegiatan terkait materi latihan dan kegunaan dari latihan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengawasi dan mengontrol anak, pelatih dan pengurus. Untuk menjaga komitmen, Uni Papua juga memberikan suatu “ruang” kepada pelatih (valounteer), dimana bagi Proses rekrutmen pelatih dan anak didik dilakukan dengan penyampaian dari mulut ke mulut dan sosialisasi ke sekolah-sekolah di Getasan. Untuk merekrut seorang pelatih, Uni Papua tidak membatasi siapapun yang mau ingin melatih anak-anak dan yang paling terpenting memiliki jiwa sosial dan berkomitmen . Cara yang digunakan untuk merekrut seorang pelatih di Uni Papua dengan penyampaian dari mulut ke mulut kepada kenalan maupun pada masyarakat yang memiliki pengalaman dalam sepak bola. Saat bertemu pengurus mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan visi-misi serta dijelaskan bahwa di Uni Papua, pelatih tidak dibayar, kecuali Uni Papua mendapatkan sponsor. Untuk sistem kontrol para pelatih dengan menggunakan absen, dokumentasi dan setiap bulan ada pertemuan terkait kegiatan yang akan dilakukan dan diakhir tahun akan dilakukan evaluasi kinerja salama satu tahun, serta para pelatih diwajibkan harus membuat laporan kegiatan terkait materi latihan dan kegunaan dari latihan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengawasi dan mengontrol anak, pelatih dan pengurus. Untuk menjaga komitmen, Uni Papua juga memberikan suatu “ruang” kepada pelatih (valounteer), dimana bagi

  Dalam proses merekrut anak didik, para pengurus melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan masyarakat. Sosialisasi dilakukan ke sekolah-sekolah yang ada di Getasan dengan mengadakan permainan edukasi yang menginspirasi anak-anak melalui bola. Kegiatan sosialisasi dilakukan langsung oleh pelatih luar negeri dengan dibantu oleh para pengurus Uni Papua. Para pelatih berasal Amerika dan Inggris yang mengajarkan tentang sepak bola sosial kepada anak. Kegiatan pertama tim Uni Papua Getasan dan CAC melakukan kunjungan ke SD Kristen Tekelan dan memberikan bola sebagai simbolik untuk melakukan kegiatan di sekolah tersebut. Selanjutnya tim Uni Papua dan CAC melakukan beberapa games- games outdoor. Minat pelajar disana sangat besar untuk dapat bermain bola. Terbukti Wanita-wanita pun lebih aktif bermain, karena hal ini sangat bermanfaat dan tidak membeda-bedakan mereka untuk bermain bola. Pelatihan CAC dihari pertama diikuti lebih dari 90 peserta dari pelajar, mahasiswa, orang tua, anak-anak. Dihari kedua tim CAC melakukan kunjungan ke SD Negeri Wates Getasan, memberikan bola kepada sekolah sebagai simbolik dan memberikan games-games kecil untuk menghibur dan mengispirasi mereka. Antusis mereka sangat tinggi, terbukti banyaknya siswa yang ikut dalam games- games. Di hari ketiga kunjungan ke SD Negeri Sumogawe 4 memberikan bola sebagai simbolik dan memberikan games – gamesedukasi. Kegiatan di SD Negeri Sumogawe 4 sangat disambut meriah oleh anak-anak murid. Mereka bermain dengan ceria, tertawa bersama sambil mengikuti arahan-arahan dari pelatih Uni Papua dan tim CAC. Lebih dari 80 siswa siswi mengikuti kegiatan dilapangan sekolah mereka. Senyum lebar mereka menjadi semangat buat tim CAC. Hari ke empat tim Uni Papua melakukan kunjungan ke SD Negeri Batur 4 bermain dan belajar bersama tentang hal-hal baik dilingkungan dengan games – Dalam proses merekrut anak didik, para pengurus melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan masyarakat. Sosialisasi dilakukan ke sekolah-sekolah yang ada di Getasan dengan mengadakan permainan edukasi yang menginspirasi anak-anak melalui bola. Kegiatan sosialisasi dilakukan langsung oleh pelatih luar negeri dengan dibantu oleh para pengurus Uni Papua. Para pelatih berasal Amerika dan Inggris yang mengajarkan tentang sepak bola sosial kepada anak. Kegiatan pertama tim Uni Papua Getasan dan CAC melakukan kunjungan ke SD Kristen Tekelan dan memberikan bola sebagai simbolik untuk melakukan kegiatan di sekolah tersebut. Selanjutnya tim Uni Papua dan CAC melakukan beberapa games- games outdoor. Minat pelajar disana sangat besar untuk dapat bermain bola. Terbukti Wanita-wanita pun lebih aktif bermain, karena hal ini sangat bermanfaat dan tidak membeda-bedakan mereka untuk bermain bola. Pelatihan CAC dihari pertama diikuti lebih dari 90 peserta dari pelajar, mahasiswa, orang tua, anak-anak. Dihari kedua tim CAC melakukan kunjungan ke SD Negeri Wates Getasan, memberikan bola kepada sekolah sebagai simbolik dan memberikan games-games kecil untuk menghibur dan mengispirasi mereka. Antusis mereka sangat tinggi, terbukti banyaknya siswa yang ikut dalam games- games. Di hari ketiga kunjungan ke SD Negeri Sumogawe 4 memberikan bola sebagai simbolik dan memberikan games – gamesedukasi. Kegiatan di SD Negeri Sumogawe 4 sangat disambut meriah oleh anak-anak murid. Mereka bermain dengan ceria, tertawa bersama sambil mengikuti arahan-arahan dari pelatih Uni Papua dan tim CAC. Lebih dari 80 siswa siswi mengikuti kegiatan dilapangan sekolah mereka. Senyum lebar mereka menjadi semangat buat tim CAC. Hari ke empat tim Uni Papua melakukan kunjungan ke SD Negeri Batur 4 bermain dan belajar bersama tentang hal-hal baik dilingkungan dengan games –

  Gambar 5.1 Sosialisasi Ke Sekolah-Sekolah

  Sumber: Uni Papua Getasan, 2017 Sosialisasi juga dilakukan ke masyarakat dengan bantuan organisasi

  Karang Taruna dan organisasi PKP (Pemuda Kinasih Puyang) dalam mensosialisasikan Uni Papua. Sosialisasi dilakukan dalam rapat-rapat bulanan bahkan rapat setiap minggu. Untuk pengurus sendiri, cara mensosialisasikan Uni Papua dilakukan dari mulut ke mulut. Artinya bertemu dengan para orang tua dimanapun, para pengurus mengajak “ngobrol” dan setelah itu menawarkan Uni Papua dengan program-program yang dimiliki. Jadi, anak didik yang sudah tergabung di Uni Papua awalnya mengetahui Uni Papua dari teman-teman sekolah, pelatih futsal PPA dan dari kegiatan-kegiatan lain. Hal ini yang

  disampaikan oleh keempat anak didik (Roice, Mikra, Edi dan Piter) 1 saat peniliti melakukan wawancara ke mereka pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan

  saat berlatih, “saya itu pertama kali tahu uni papua dari pelatih futsal PPA, dari teman, dari kegiatan CAC dan ada perlombaan dihubungkan ke Pondok Penuai untuk ikut latihan supaya mendapatkan sertifikat,”. Sedangkan untuk merekrut seorang anak didik, Uni Papua tidak memiliki kriteria apapun dalam menyeleksi anak karena Uni Papua bersifat terbuka bagi siapapun yang ingin bergabung bahkan bagi penyandang disabiltas juga dapat bergabung dengan Uni Papua. Hal

  1 Wawancara dengan Roice, Mikra Edisah dan Piter sebagai peserta didik di Uni Papua Getasan pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan, Desa Tajuk, Getasan 1 Wawancara dengan Roice, Mikra Edisah dan Piter sebagai peserta didik di Uni Papua Getasan pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan, Desa Tajuk, Getasan

  Dalam terminologi seperti itu, maka ketika peneliti juga bertemu dengan ketua dan sekretaris Uni Papua di Getasan, yakni Bapak Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto tanggal 15 Desember 2016 di rumah sekretaris Uni Papua di Bumi Ayu

  Getasan, keduanya mengatakan bahwa 3 :

  Terus ada sekretaris, bendahara, ada instruktur pelatih, terus yang ketiga instruktur-instruktur yang lain atau volunteer jadi semuanya sebenarnya dari pengurus sampai ke pelatih itu namanya volunteer semuanya karena sebenarnya tidak ada yang di bayar. Rekrutmennya kita bukan ada seleksi tunggal tetapi sosialisasi kepada orang tua-orang tua bahwa yang kita didik bukan hanya skill sepak bola tetapi pembinaan karakter. Jadi salah satunya kita ngobrol dengan mereka kita tawarkan kita membina ini bukan pembinaan sepak bola tok nah seperti itu. Rekruitmen kita sosialisasi dengan masyarakat dengan warga sekitar setelah itu baru ke sekolah-sekolah dan sekarang antar pemain dan temannya sudah berjalan. Saya rasa gak ada bahkan orang disabilitas pun itu akan menjadi anggota kita kalau dia mau.

  Berdasarkan kutipan wawancara di atas mengatakan bahwa di Uni Papua memiliki pengurus dari ketua, sekretaris, bendahara bahkan sampai ke pelatih semuanya tidak di bayar. Proses rekrutmen dilakukan bukan seleksi tunggal atau cara yang digunakan kebanyalan Sekolah Sepak Bola (SSB), tetapi terbuka bagi yang ingin bergabung dengan Uni Papua tanpa kriteria apapun. Selain itu, rekrutmen dilakukan dengan cara mensosialisasikan ke sekolah-sekolah dan ke masyarakat. Proses rekrutmen dilakukan dengan cara bertemu, ngobrol dan setelah itu menawarkan Uni Papua dengan berbagai program-program yang sudah dilakukan bahkan yang akan baru dilaksanakan. Oleh karena itu, bahwa di Uni Papua anak-anak bebas dalam mengikuti Uni Papua, karena komunitas

  2 Wawancara dengan Mikra Yesaya Putera pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan Desa Tauk, Getasan.

  3 Wawancara dengan Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto, 15 Desember 2016 di rumah Sekretaris Uni Papua Bumi Ayu, Getasan 3 Wawancara dengan Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto, 15 Desember 2016 di rumah Sekretaris Uni Papua Bumi Ayu, Getasan

5.1.2. Karakter Peserta Didik

  Karakter peserta didik di Uni Papua sangat beragam. Awal sebelum Uni Papua hadir di Getasan, anak-anak, remaja dan pemuda dalam bermain tidak terkoordinir dengan baik. Artinya, anak-anak, remaja dan pemuda hanya suka nongkrong, merokok dan anak bermain sesuka hatinya. Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan bahwa tanggapan tokoh masyarakat tentang karakter anak sebelum dan sesudah adanya Uni Papua Cabang Getasan. Hal itu tampak dalam kutipan wawancara tokoh masyarakat (Sarnid) dan tokoh pemuda (Budi Prayetni)

  bahwa 4 :

  Selama ini saya melihat dari anak-anak yang mengikuti Uni Papua memang ada perubahan misalnya yang hanya nongkrong-nongkrong, merokok dan sebagainya, tetapi mengikuti latihan-latihan jadi mereka lebih terkendali seperti itu. Dengan adanya Uni Papua di wilayah kecamatan Getasan ini mengurangi kegiatan yang negativ dari anak-anak, remaja maupun pemuda dan juga menambah pendidikan atau pengetahuan, pengalaman tentang sepak bola yang benar. Juga mengubah karena di dalam Uni Papua diselipkan banyak tentang moral anak jadi bagaimana berbuat yang baik di masyarakat, keluarga, terhadap orang tua, dan mungkin terhadap yang dituakan di masyarakat itu harus bagaimana mereka tahu bersikap sopan.

  Selain itu, karakter anak-anak, remaja dan pemuda pada saat latihan sepak bola. Untuk anak didik yang usia 6-14 tahun memiliki kecenderungan tidak mau mendengarkan siapapun yang penting bermain, ada juga anak yang diinstruksikan pelatih kadang tidak sesuai yang diinstruksikan dan ada anak yang mengeluarkan kata-kata kotor terhadap temannya, serta juga ada anak ketika pelatih memberikan materi anak tersebut tidak ingin melakukannya. Ketika pelatih membagi dua tim untuk melakukan game kecil terdapat anak yang hanya mau bermain kalau ia satu tim dengan teman-taman yang dikenal. Sedangkan

  4 Wawancara dengan Bapak Sarnid sebagai tokoh masyarakat Getasan pada 8 Januari 2017 di Dusun Pulihan dan wawancara juga dilakukan dengan Bapak Budi Prayetno sebagai sekretaris

  Karang Taruna pada 17 Desember 2016 di Dusun Puyang Getasan Karang Taruna pada 17 Desember 2016 di Dusun Puyang Getasan

  bahwa:

  Di Getasan itu kita melatih anak-anak yang berusia 8 tahun sampai 12 tahun dan ke atas 17 memang karakter anak-anak di atas itu kalau kita bicara mereka kadang tidak mau mendengar, terus mereka suka bermain kalau kita lagi macam kasih nasihat, apalagi mereka kadang datang dengan kelompok- kelompok macam ada lima orang dorang (mereka) itu dengan itu ada juga dari yang ini tiga orang disitu.

  Dari kutipan wawancara diatas, pada intinya di Uni Papua Getasan memiliki karakter anak-anak memiliki karakter bawaan, kalau pelatih memberi arahan kadang ada yang tidak mau mendengar, ada anak yang hanya bermain dan kadang ada anak-anak pada saat di lapangan hanya bermain dengan teman- teman yang dikenal atau bermain secara berkelompok-kelompok. Salah satu contoh kasus diungkapkan oleh Yakonias Aiboy tentang seorang anak yang bernama Edi yang memiliki karakter yang susah diatur awalnya, tetapi dengan berjalannya waktu anak tersebut sudah mulai berubah, hal ini yang dituturkan bahwa:

  Pada saat latihan ada yang lain serius dia suka tidak serius lalu buat yang kita bicara dia juga sambung ikut berbicara kita mau marah dia buat lucu ketawa segala macam. Adik

  5 Wawancara dengan Yakonias Aiboy sebagai pelatih di Uni Papua Getasan pada 25 Januari 2017 di Kost Cemara Merah Putih, Salatiga 5 Wawancara dengan Yakonias Aiboy sebagai pelatih di Uni Papua Getasan pada 25 Januari 2017 di Kost Cemara Merah Putih, Salatiga

  karakter 6 . (Pada saat latihan ada yang lain serius dia suka tidak serius lalu ketika palatih berbicara ia pun langsung

  memotong perkataan pelatih dan ia pun menyambungnya dengan perkataannya. Adik satu dari Batak dan memang anaknya nakal karena diasendiri cerita ke saya ternyata dulu waktu sekolah suka bergau dengan anak-anak, berkelahi sana-sini sehingga saya masuk Uni Papua dan Uni Papua ternyata membentuk karakter.

5.1.3. Strategi Penanaman Nilai Dalam Pemberdayaan Sepak Bola dan

  Bakti Sosial Di komunitas sepak bola sosial Uni Papua di Desa Tajuk Kecamatan Getasan memiliki strategi dalam menanamkan nilai kepada anak didik. Strategi penanaman nilai dengan melakukan berbagai kegiatan, dimana di Uni Papua memiliki kegiatan rutin dan kegiatan bakti sosial.

  A. Kegiatan Rutin

  Pemberdayaan adalah perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya (empowering). Dengan penjelasan seperti ini, hadirnya CAC setiap tahunnya di Uni Papua Getasan membawa dampak positif serta memperkuat kapasitas masyarakat agar dapat keluar dari masalah-masalah yang dihadapi, terutama masalah alkohol (mabuk-mabukan), free sex, narkoba dan bentrokan antar kampung.

  CAC merupakan program rutin setiap tahun yang diselenggarakan oleh Uni Papua. CAC ini bertujuan untuk pengembangan organisasi dan olahraga untuk pendidikan sosial yang berfokus pada isu-isu lokal seperti: pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender; pencegahan konflik, termasuk inklusi sosial; kesehatan dan kesejahteraan, perubahan perilaku HIVAIDS; hak-hak anak;

  6 Wawancara dengan Yakonias Aiboy, 25 Januari 2017 di Kost Merah Putih, Salatiga 6 Wawancara dengan Yakonias Aiboy, 25 Januari 2017 di Kost Merah Putih, Salatiga

  pengetahuan dengan menggunakan bola sebagai media. Dalam kegiatan tersebut diikuti oleh anak (laki-laki dan perempuan) dan juga para pelatih. Dalam pelatihan awal, pelatih melakukan perkenalan terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan, lalu kemudian menyiapkan game dengan menggunakan cones dan bola. Tujuan menggunakan cones sebagai pembatas dan setiap cones diisi oleh setiap anak maupun pelatih. Dalam permainan game tersebut diajarkan muatan- muatan sosial agar anak dapat mengenal temannya dan lebih mengenal pelatihnya. Selain itu, anak diajarkan untuk bertanggungjawab, tidak takut dan malu, anak dilatih menjadi pemimpin, serta anak dapat terhindar dari masalah- masalah, seperti narkoba, HIVAIDS dan konflik antar suku. Berdasarkan penjelasan di atas, maka ketika peneliti bertemu dengan ketua dan sekretaris Uni Papua di Getasan, yakni Bapak Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto tanggal 15 Desember 2016 di rumah sekretaris Uni Papua di Bumi Getasan, keduanya

  mengatakan bahwa 8 :

  CAC sebenarnya untuk pelatihan pelatih. Jadi sebenarnya lebih ke kepelatihan untuk orang-orang yang senang dengan sepak bola. Tidak cuman pelatih tapi untuk siapa saja yang menyukai sepak bola kita adakan CAC dari luar negeri pelatihnya kemudian bekerjasama dengan Uni Papua kita menjangkau orang-orang yang mungkin menyukai sepak bola dan mau mengubah generasi membangun generasi melalui sepak bola kita di situ ada rekan bagaimana caranya untuk mengenalkan isu-isu sosial melalui sepak bola.Sepak bola bukan hanya sekedar olahraga tetapi sepak bola bisa kita manfaatkan untuk hal-hal yang positif untuk hal-hal yang menarik dan diajarkan game-game agar terhindar dari narkoba, terhindar dari Free sex, terhindar dari HIVAIDS. Jadi perubahan sepak bola sosial dari pelatihan CAC tadi. Itu kerjasama dengan CAC dari Amerika jadi mereka bergerak di sepak bola sosial jadi mengajarkan kita tentang

  7 http:coachesacrosscontinents.org, diakses pada tanggal 15 Maret 2017 pukul 12.40 8 Wawancara dengan Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto, 15 Desember 2016 di rumah Sekretaris

  Uni Papua Bumi Ayu, Getasan Uni Papua Bumi Ayu, Getasan

  Berdasarkan kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa CAC adalah pelatihan sepak bola yang dilakukan Uni Papua dengan bekerjasama dengan CAC luar negeri untuk pelatihan sepak bola sosial kepada pelatih dan anak didik agar lebih berdaya dan dapat melindungi serta terhindar dari masalah-masalah sosial. Dalam pelatihan tersebut tidak memengut biaya pendaftaran dan terbuka bagi siapa saja yang ingin mengikuti pelatihan tersebut. Tujuan CAC ini dilakukan agar anak dapat saling mengenal, tidak takut dan malu ketika bertemu teman baru dan terjalinnya keakraban antara satu dengan yang lain. Hal ini juga

  yang dituturkan oleh Edisah Putera Tarigan dan Padakol Piter Afiakani bahwa 9 :

  Mengajarkan saling beradaptasi yang kenal jadi kenal seperti kita gak kenal sama orang kita bisa kenal dengan cara CAC tadi, terhindar dari HIV, melatih teman-teman, membina orang-orang supaya mereka punya semangat untuk bisa bersosial kepada orang-orang dan untuk membangun motivasi kita supaya kita tambah semangat.

  Keakraban dan saling mengenal tersebut dimodifikasi dengan permainan adukasi, dimana anak dituntut untuk berbaur dengan berpindah-pindah dari cones satu ke cones yang lain. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto Coaching Across Continents dalam pelatihan sepak bola sosial di bawah ini:

  Gambar 5.2. Coaching Acroos Continents Tahun 2016

  Sumber: Uni Papua Getasan, 2016 Pelatihan rutin sepak bola dilakukan juga oleh Uni Papua agar anak dapat menyalurkan hobi dan bakatnya. Latihan sepak bola dilakukan setiap minggu 2

  9 Wawancara dengan Edisah Putera Tarigan dan Padakol Piter Afiakani pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan, Desa Tajuk, Getasan 9 Wawancara dengan Edisah Putera Tarigan dan Padakol Piter Afiakani pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan, Desa Tajuk, Getasan

  14 tahun para pelatih selalu mengajarkan agar sebelum mulai latihan pemain diwajibkan untuk lari keliling lapangan sebanyak 3 kali dan setelah itu anak diajarkan untuk membiasakan diri untuk stretching atau dalam istilah sepak bola bentuk dari penguluran atau peregangan pada otot-otot di setiap anggota badan agar dalam setiap melakukan olahraga terdapat kesiapan serta untuk mengurangi dampak cedera yang sangat rentan terjadi. Setelah proses pemanasan selesai, pelatih mengumpulkan anak didik dan diberi arahan untuk latihan selanjutnya serta tujuan dari materi yang akan dilakukan. Sebelum dimulai pelatih memberi contoh terlebih dahulu dengan membuat gerakan lambat agar anak dapat mengerti dan melakukannya dengan baik. Latihan yang biasa dilakukan lebih pada cara passing, dribbling dan kontrol bola. Untuk anak berusia 6-14 tahun hampir semua memiliki passing, dribbling dan kontrol yang baik, maka pelatih mengutamakan latihan pada untuk dasar-dasar dalam sepak bola seperti yang disebutkan. Setelah melakukan latihan dasar-dasar kurang lebih 35 menit, anak diberikan waktu 5-7 menit untuk beristirahat dan minum air mineral yang sudah disediakan oleh pengurus. Setelah istirahat beberapa menit anak didik kembali berkumpul dan pelatih memberikan pengarahan lagi terkait latihan yang sudah dilakukan. Para pelatih selalu memberikan waktu 10 menit untuk fun game agar anak tidak merasa bosan dan merasa capek dan diakhiri dengan cooling down untuk meningkatkan fleksibiltas tubuh dengan mengembalikan kondisi seperti semula melalui gerakan ringan dan bermaksud untuk menurunkan denyut jantung yang berdegup cepat menjadi stabil sebagaimana kondisi awal dan setelah itu anak berdoa untuk kembali ke rumah masing-masing.

  Untuk usia 15-21 tahun latihan dilakukan bersamaan dengan usia 6-14 tahun. Latihan dibagi 2 lapangan. Namun, untuk usia 15-21 tahun, materi latihan yang diberikan oleh pelatih lebih berat dan menguras tenaga karena anak dipaksa untuk lebih baik dan mengurangi kesalahan. Materi yang selalu diberikan pelatih Untuk usia 15-21 tahun latihan dilakukan bersamaan dengan usia 6-14 tahun. Latihan dibagi 2 lapangan. Namun, untuk usia 15-21 tahun, materi latihan yang diberikan oleh pelatih lebih berat dan menguras tenaga karena anak dipaksa untuk lebih baik dan mengurangi kesalahan. Materi yang selalu diberikan pelatih

  8 putaran dengan cepat dan tepat. Setelah itu, pelatih memberi pengarahan untuk melakukan stretching terlebih dahulu sebelum melanjutkan latihan ke tahap berikutnya. Setelah melakukan stretching sekitar 5-7 menit, kembali anak berkumpul untuk diberi pengarahan oleh palatih mengenai tujuan materi yang akan dilakukan selanjutnya. Untuk usia ini anak diajarkan agility atau yang disebut dengan latihan kelincahan dengan menggunakan cones. Tujuan latihan kelincahan agar anak dapat mengubah arah dan posisi sesuai dengan situasi yang dikehendaki atau dihadapi dengan secepat mungkin. Latihan kecepatan dikombinasikan dengan latihan fisik. Jadi saat anak dilatih kelincahan secara sadar anak dilatih fisiknya. Untuk melewati cones setiap anak diberikan tanggungan masing-masing sebanyak 3 kali untuk melewati cones secara terus menerus. Waktu yang diberikan pelatih kurang lebih 20 menit dan setelah itu anak diberikan waktu 5-7 menit untuk beristirahat dan minum air mineral yang sudah disediakan. Setelah istirahat selesai, anak dikumpulkan dan diberikan pengarahan untuk latihan tahapan berikutnya. Untuk tahapan berikutnya, yang diajarkan adalah latihan passing, dribbling dan kontrol. Pada usia ini, passing, dribbling dan kontrol sudah cukup baik, tetapi masih terdapat kesalahan-kesalahan kecil sehingga pelatih selalu memberikan dasar-dasar secara terus-menerus agar anak saat menyentuh bola „tidak kaku‟. Dalam latihan ini pelatih memberikan waktu 15 menit untuk passing, dribbling, kontrol serta setelah passing pemain harus tetap bergerak untuk membuka ruang.

  Diakhir permainan, pelatih memberikan latihan shooting atau tembakan ke arah gawang dengan tujuan menendang bola dengan keras dan kuat sehingga menghasilkan laju bola dengan cepat untuk mencetak gol. Dan waktu yang diberikan 20 menit dan setelah itu anak melakukan cooling down sebelum berkumpul untuk berdoa. Cooling down dilakukan dengan tujuan meningkatkan fleksibiltas tubuh dengan mengembalikan kondisi seperti semula melalui gerakan ringan dan bermaksud untuk menurunkan denyut jantung yang berdegup cepat Diakhir permainan, pelatih memberikan latihan shooting atau tembakan ke arah gawang dengan tujuan menendang bola dengan keras dan kuat sehingga menghasilkan laju bola dengan cepat untuk mencetak gol. Dan waktu yang diberikan 20 menit dan setelah itu anak melakukan cooling down sebelum berkumpul untuk berdoa. Cooling down dilakukan dengan tujuan meningkatkan fleksibiltas tubuh dengan mengembalikan kondisi seperti semula melalui gerakan ringan dan bermaksud untuk menurunkan denyut jantung yang berdegup cepat

  Gambar 5.3 Proses Latihan Rutin Sepak Bola Uni Papua Cabang Getasan

  Sumber: Uni Papua Getasan, 2016 Ketiga gambar di atas dapat dijelaskan bahwa yang pojok kiri adalah anak yang berusia 15-21 tahun sedang berhadapan untuk melakukan latihan passing dan kontrol. Pada gambar yang berada di tengah adalah anak yang berusia 6-14 tahun yang sedang melakukan pemanasan dengan membuat lingkarang dan dipimpin oleh salah satu teman. sedangkan pada gambar yang berada di pojok kanan adalah anak usia 6-14 tahun sedang melakukan latihan passing dengan cara bola dipegang oleh beberapa teman dengan membuang bola ke arah kaki dan melakukan passing kembali ke arah teman yang memegang bola secara terus-menerus dan berganti-gantian. Berdasarkan penjelasan di atas, maka ketika peneliti bertemu dengan pelatih-pelatih di Uni Papua di Getasan, yakni Leunar Leonardo Rundi dan Yakonias pada tanggal 25 Januari 2017 di rumah kost

  Merah Putih Salatiga, keduanya mengatakan bahwa 10 :

  Jadi kita pisahkan 6-14 tahun kan porsi latihannya tidak mungkin langsung paksa. Kita kasih keliling lapangan cuma

  10 Wawancara dengan Leunard Leonardo Rundi dan Yakonias Aiboy sebagai pelatih di Uni Papua Getasan, 25 Januari 2017 di Kost Merah Putih 10 Wawancara dengan Leunard Leonardo Rundi dan Yakonias Aiboy sebagai pelatih di Uni Papua Getasan, 25 Januari 2017 di Kost Merah Putih

  Pemberdayaan juga dilakukan Uni Papua Getasan dalam kegiatan latihan sepak bola. Para pelatih dan anak memiliki perjanjian saat berada di lapangan maupun di luar lapangan. Aturan tersebut berupa pelarangan bagi pengurus, pelatih dan anak-anak didik agar tidak mengeluarkan kata-kata kotor, karena apabila ditemukan yang mengeluarkan kata kotor, seperti „ndas‟ maka akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau lari keliling lapangan 5 kali. Sebaliknya, hal sama juga berlaku bagi para pelatih, tapi hukuman bagi para pelatih lebih berat harus push up 30 kali dan keliling lapangan 15 kali ketika mengeluarkan kata-kata kotor. Selain itu, sebelum memulai latihan sepak bola, para pelatih terlebih dahulu hadir di Lapangan untuk mempersiapkan materi- materi yang diajarkan sambil menunggu para anak-anak didik datang. Dan bagi para anak-anak didik yang terlambat datang akan mendapatkan hukuman

  hukuman push up 10 kali atau keliling lapangan 5 kali 11 . Aturan berikutnya adalah bahwa para pelatih di larang merokok selama melatih di lapangan, kecuali

  merokok ketika sudah berada di rumah. Selain itu, setelah selesai latihan anak diwajibkan untuk memungut sampah yang berserakan di dalam lapangan. Setiap anak diinstruksikan minimal mengumpulkan 10 sampah dengan berbagai jenis yang ditemukan. Dengan demikian, tujuan dari aturan yang dibuat bersama adalah bentuk pendidikan kepada anak dengan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, tidak mengelurkan kata-kata kotor, menjaga lingkungan dan anak bermain, bersenang-senang dan bergembira. Dan untuk pelatih diajarkan hal yang sama karena seorang pelatih merupakan “guru” yang mengajarkan anak- anak untuk mengkuti perintahnya. Jadi, makna dari hukuman yang diberikan

  11 Wawancara dengan Yakonias Aiboy sebagai pelatih Uni Papua Getasan, 25 Januari 2017 di Kost Merah Putih, Salatiga 11 Wawancara dengan Yakonias Aiboy sebagai pelatih Uni Papua Getasan, 25 Januari 2017 di Kost Merah Putih, Salatiga

  hasil wawancara dengan Daniel Zebaoth 12 menuturkan bahwa :

  Kalau di lapangan anak-anak wajib tidak boleh berkata kotor. Kalau berkata kotor Push Up minimal sepuluh kali termasuk pelatih. Setelah latihan wajib mengumpulkan sampah gak (tidak) boleh ada sampah di Lapangan, bahkan pelatihpun harus juga ikut mengumpulkan sampah.

  Dalam kutipan wawancara dapat dijelaskan bahwa pemberdayaan dilakukan Uni Papua dengan menanamkan nilai-nilai yang dimulai dari seorang pelatih. Pelatih merupakan kunci utama dalam merubah dan mengarahkan anak. Ketika seorang pelatih menunjukkan sikap kepada anak didik seperti mengeluarkan kata-kata kotor, maka seorang anak akan mengikuti apa yang dikatakan. Jadi di Uni Papua pelatih tidak boleh mengatakan kata-kata kotor saat anak yang dilatih melakukan kesalahan maupun saat bercanda. Selain itu, seorang pelatih juga harus menunjukkan sikap untuk disiplin terhadap waktu. Karena dengan menepati waktu, maka anak yang didik dapat mengikuti apa yang dilakukan pelatihnya. Kecuali pelatih terlambat karena kondisi cuaca yang kurang baik. Untuk itu, pengurus, pelatih dan anak didik sepakat untuk membentuk aturan yang mengikat agar memberi efek jera dan mendidik anak. Aturan yang diberlakukan, saat mengatakan kata-kata kotor akan diberikan hukuman push up atau lari keliling lapangan. Walaupun aturan ini terasa berat, tetapi anak dapat memperoleh makna dari push up dan lari keliling lapangan. Aturan berikutnya, setelah selesai latihan anak diwajibkan untuk mengumpulkan sampah yang berserakan di lapangan. Karena selain Uni Papua, lapangan juga digunakan oleh masyarakat sehingga sampah banyak yang dibuang sembarang. Maka anak didik maupun pelatih diwajibkan untuk mengumpulkan sampah setelah selesai latihan. Tujuan dilakukan agar anak dapat mencintai dan melestarikan lingkungan tanpa membuang sampah sembarang. Oleh karena itu, Uni Papua memiliki aturan agar pengurus, pelatih dan anak didik dapat merubah

  12 Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember 2016 di Bumi Ayu, Getasan 12 Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember 2016 di Bumi Ayu, Getasan

  B. Bakti Sosial Bakti sosial merupakan salah satu kegiatan wujud dari rasa kemanusiaan antara sesama manusia. Bakti Sosial merupakan suatu kegiatan dimana dengan adanya kegiatan ini kita dapat merapatkan kekerabatan kita. Bakti sosial diadakan dengan tujuan – tujuan tertentu. Bakti sosial antar warga yang dilakukan oleh Uni Papua Getasan adalah untuk mewujudkan rasa cinta kasih, rasa saling menolong, rasa saling peduli kepada masyarakat luas yang sedang membutuhkan uluran tangan mereka. Hal ini yang dilakukan Uni Papua dengan berbagai kegiatan-kegiatan sosial, seperti, penanaman pohon (go green), donor darah, bantuan hari raya (buka bersama)dan dulu ada gereja yang rubuh Uni Papua bahu membahu membantu membersihkan puing-puing sisah bagunan. Pada hasil wawancara terhadap anak didik tentang kegiatan yang diikuti, Roice, Mikra, Edisah dan Piter bahwa “kerja bakti, menanam pohon, membersihkan lingkungan, donor darah, memperingati hari HIVAIDS dan dulu ada gereja

  rubuh kita ikut bantu bersih-bersih” 13 .

  Penanaman pohon (go green) merupakan program yang dilakukan Uni Papua setiap tahun dan setiap 6 bulan sekali . Kegiatan penanaman pohon sudah dilakukan sebanyak 2 kali di area lereng Merbabu. Penanaman pohon pertama

  dilakukan pasca gunung Merbabu terbakar 14 . Pada waktu itu, Uni Papua bekerja sama dengan Kodim Salatiga, organisasi PKP (Pumuda Kinasih Puyang),

  organisasi Karang Taruna, Taman Nasional serta Muspika (Musyawarah Pimpinan Kecamatan) untuk penanaman 1.000 pohon Puspa dan 1.000 (seribu) pohon Gayam di area lereng Merbabu. Penanaman yang kedua bersamaan dengan memperingatihari HIVAIDS sedunia pada 1 Desember 2016, sebanyak 3.000 pohon, 1.000 pohon Puspa, 1.000 pohon salam dan 1.000 pohon Gayam dengan bekerjasama taman nasioanal, Karang Taruna, Masyarakat Peduli Api (MPA),

  13 Wawancara dengan Roice, Mikra Edisah dan Piter sebagai peserta didik di Uni Papua Getasan pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan, Desa Tajuk, Getasan

  14 http:www.solopos.com20151004kebakaran-gunung-merbabu-api-kembali-membesar-dan- mulai-bakar-ladang-warga-648726, diakses pada 15 Maret 2017 pukul 19.00 wib

  Polsek Getasan, dan bantu Korem. Waktu itu juga, pada 1 Desember 2016 merupakan hari HIVAIDS sedunia sehingga Uni Papua mengundang PMI (Palang Merah Indonesia) untuk hadir melakukan pendonoran darah bagi masyarakat yang ingin mendonorkan darah. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto penanaman pohon dan donor darah di bawah ini:

  Gambar 5.4 Penanaman Pohon dan Donor Darah

  Sumber: Uni Papua Getasan, 2016 Berdasarkan gambar di atas dapat jelaskan bahwa gambar yang pertama

  atau pojok kiri merupakan penanaman pohon yang kedua pada tahun 2016. Pada waktu dibantu oleh Kodim 0714 Salatiga, dan Polsek Getasan. Untuk gambar yang kedua dari kiri atau tengah adalah keikutsertaan anak, pengurus dan pelatih untuk melakukan penanaman pohon dan pada waktu bersamaan dengan peringatan hari HIVAIDS sedunia. Sedangkan gambar yang ketiga yang berada di pojok kanan adalah masyarakat Desa Tajuk yang ikut berpartisipasi mendonorkan darah. Oleh karena itu, sebelum melakukan penanaman pohon di lereng gunung Merbabu, terlebih dahulu dilakukan donor darah. Donor darah tersebut bukan hanya masyarakat di Desa Tajuk, tapi juga dari Polsesk dan Kodim turut memberikan darah untuk di donor. Dari hasil wawancara bersama Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto ada kesamaan pendapat yang mengatakan

  bahwa 15 :

  15 Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember 2016 di Bumi Ayu, Getasan

  Kita sudah melakukan go green di lereng Merbabu yang pertama 2016 itu seribu pohon Puspa dan seribu pohon Gayam. Jadi untuk go green itu kita melibatkan dari Karang Taruna, dari namanya PKP (Pemuda Kinasi Puyang), dan juga dari taman nasional dari masyarakat juga karena waktu itukan dulunya pernah kebakaran di lereng Merbabu jadi tempat kebakaran tersebut sama masyarakat kita menanam pohon Puspa di lereng Merbabu tersebut dan dibantu sama Kodim 0714 Salatiga. Dan tangal 1 Desember 2016 kami melakukan kembali dengan 3.000 pohon, 1.000 pohon Puspa, 1.000 pohon salam dan 1.000 pohon Gayam itu dipandu lagi dengan taman nasional, karang taruna, juga masyarakat peduli api yang membantu kami untuk penanaman yaitu dengan 3.000 pohon tersebut. Jadi itu salah satunya itu karena juga itu peringatan hari AIDS dan juga kita melibatkan masyarakat untuk donor darah, jadi donor darah kita berikan kepada masyarakat waktu itu yang membantu mendonorkan darahnya untuk PMI.

  Kegiatan berikutnya adalah Jumat Eglish Day (Jumat belajar bahasa Inggris). Setiap hari Jumat anak dibimbing belajar bahasa Inggris. Proses bimbingan dilakukan oleh seorang guru wanita yang juga menjadi guru di salah satu sekolah dasar di Getasan. Namun, pada tahun 2016 guru tersebut berpindah tugas ke Bandung sehingga yang mengambil alih kegiatan tersebut adalah pelatih dan pengurus. Dalam membimbing anak didik, para pelatih hanya mengarahkan anak agar di hari Jumat selalu mengucapkan bahasa Inggris dan pada saat pemanasan juga berhitung menggunakan bahasa Inggris. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto anak diajarkan bahasa Inggris di bawah ini:

  Gambar 5.5 Jumat English Day

  Sumber: Uni Papua Getasan, 2016

  Pada gambar diatas menunjukkan bahwa di Uni Papua memiliki program untuk melatih anak didik agar bisa berbahasa Inggris. Kegiatan tersebut dilakukan setiap hari Jumat di Lapangan Pulihan Desa Tajuk. Tujuan dilakukan di lapangan anak-anak dapat menjangkau tempat tersebut. Dan ketika cuaca yang tidak mendukung biasanya belajar ditunda ke hari-hari berikutnya. Namun, program ini agar terhenti dalam beberapa bulan karena guru yang sering mengajarkan bahasa Inggris berpindah tugas ke kota Bandung. Seiring dengan berjalannya waktu, program tersebut dijalankan oleh pengurus dan pelatih walapun metode yang diajarkan agak berbeda. Metode yang digunakan dengan menggunakan latihan sepak bola, jadi pada saat pemanasan anak diwajibkan berhitung menggunakan bahasa Inggris. Hal ini juga yang dituturkan oleh Bapak

  Daniel Zebaoth 16 bahwa:

  Sebenarnya hari Jumat itu adalah hari english day. Sekarang mereka (guru) sedang pindah ke Bandung jadi sekarang pelatih-pelatih yang mengajarkan anak, mementori supaya di hari jumat atau di hari apa tetap memakai bahasa inggris. Kalau pemanasan semua anak menghitungpun harus bahasa inggris. Jadi kita mengajarkan kepada anak segala sesuatu berawal dari bahasa inggris seperti itu.

  Kegiatan sosial yang terakhir adalah bantuan hari raya. Di Uni Papua Getasan setiap tahun menyelenggarakan buka bersama dengan masyarakat sekitar pada bulan puasa (Idul Adha). Buka bersama diikuti oleh anak didik, pengurus Uni Papua, masyarakat sekitar dan organisasi Karang Taruna. Pada saat itu, Uni Papua memberikan bantuan berupa baju koko, snack, air miniral dan yang terakhir adalah memberikan bantuan berupa hewan kurban. Dana yang digunakan untuk buka bersama di Getasan pada saat itu adalah dana yang didapat dari pusat atau langsung dari CEO Uni Papua yang berada di Jakarta. Tujuan diadakan buka bersama sebagai bentuk terjalinnya hubungan kebersamaan dan saling menghormati antar umat beragama dan juga anak dapat

  16 Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember 2016 di Bumi Ayu, Getasan 16 Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember 2016 di Bumi Ayu, Getasan

  

  Gambar 5.6 Bantuan Hari Raya

  Sumber : Uni Papua Getasan, 2016 Berdasarkan gambar di atas dapat jelaskan bahwa saat merayakan buka

  puasa bersama, Uni Papua memberikan bantuan baju koko yang sudah diberikan logo Uni Papua ke masyarakat. Pada kedua foto di atas yang berada di kiri merupakan Babinsa Sertu Suradi Desa Tajuk. Sedangkan foto yang di kanan adalah Drs. Gustomo Hartanto selaku camat di Getasan. Pembagian baju tersebut sebagai salah satu bentuk agar terjalinnya hubungan yang baik dan tetap menjaga tali persaudaraan antar agama khususnya di wilayah Getasan.

  Upaya pemberdayaan juga diartikan sebagai melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah. Yang dimaksud masyarakat “lemah” disini adalah anak-anak didik di Uni Papua, karena para anak-anak tersebut adalah generasi masa depan bangsa yang masih banyak memerlukan bimbingan dan arahan dari pelatih dan pengurus di Uni Papua. Berdasarkan pengamatan

  peneliti, para anak-anak didik dan diajarkan, seperti menghargai satu sama lain, disiplin, tidak mengeluarkan kata-kata kotor, menghormati orang yang lebih tua, yang tadinya suka mengeluarkan kata-kata kotor, akhirnya sedikit demi sedikit dapat berubah serta anak diajarkan untuk melestarikan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarang. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak di Uni Papua mendapat dukungan masyarakat, pemerintah desa, dan bahkan mendapat dukungan pemerintah kecamtan Getasan. Dalam hal ini pemerintah desa dan kecamatan turut hadir dalam kegiatan-kegiatan sosial, seperti tanam pohon, buka bersama dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya dan memberi izin menggunakan lapangan sebagai tempat latihan sepak bola di Uni Papua. Yang menarik sebagai bahan kajian, protecting didapatkan oleh masing-masing anak didik yang tergabung di Uni Papua Gatasan. Para anak didik tetap eksis dan solid menjaga persatuan di dalamnya dan berusaha mengajak kepada masyarakat khususnya generasi muda di Getasan agar tetap bersatu dan menjunjung sikap kebersamaan, sikap toleransi, kekompakkan, menjauhkan diri dari narkoba, alkohol, free sex serta melestarikan lingkungan dengan menjaga dan tidak membuang sampah sembarang.

5.1.4. Strategi Evaluasi Nilai Pemberdayaan

  Strategi pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Mardikanto, 2015:167). Tentang hal ini, secara konseptual, strategi sering diartikan dengan beragam pendekatan, seperti:

  Pertama, strategi sebagai suatu rencana. Uni Papua Getasan memiliki perencanaan yang baik dan teraarah, namun terdapat juga perencanaan yang tidak berjalan. Perencaan di Uni Papua berupa rencanaa jangka panjang dan rencana yang bersifat jangka pendek. Untuk kegiatan jangka panjang, Uni Papua ingin menjadi komunitas yang membentuk karakter anak yang dikenal semua kalangan di Getasan maupun Indonesia dan menjadikan komunitas Uni Papua sebagai barometer kemajuan dalam pembentukan karakter anak-anak, remaja dan Pertama, strategi sebagai suatu rencana. Uni Papua Getasan memiliki perencanaan yang baik dan teraarah, namun terdapat juga perencanaan yang tidak berjalan. Perencaan di Uni Papua berupa rencanaa jangka panjang dan rencana yang bersifat jangka pendek. Untuk kegiatan jangka panjang, Uni Papua ingin menjadi komunitas yang membentuk karakter anak yang dikenal semua kalangan di Getasan maupun Indonesia dan menjadikan komunitas Uni Papua sebagai barometer kemajuan dalam pembentukan karakter anak-anak, remaja dan

  Kedua, strategi sebagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Uni Papua selama ini berjalan dengan baik dan membawa dampak positif bagi anak sehingga anak dapat merubah kebiasaan lama yang kurang baik berubah menjadi kebiasaan yang menguntungkan. Perubahan yang terlihat saat ini adalah terjalinnya hubungan kebersamaan dan kekompakkan saat latihan walaupun cuaca yang tidak bersahabat. Contohnya, kegiatan penanaman pohon juga anak terlihat kompak walaupun hujan deras dan angin kencang pada waktu itu mereka tetap datang untuk menanam. Berikutnya juga, ketika Uni Papua mendapatkan sponsor anak didik diajak pengurus untuk makan bersama di warung makan disekitaran Getasan. Selain itu, anak memiliki sikap saling percaya dan menghargai satu sama lainnya. Sikap itu terjadi pada saat latihan sepak bola, awalnya ketika tidak saling mengenal anak tidak mudah percaya dengan temannya, dimana anak akan takut passing bola karena belum saling mengenal, tetapi sikap itu sudah berubah dan sekarang anak-anak sudah saling percaya dan tidak takut-takut untuk bermain bersama. Pada saat di lapangan anak didik memiliki sikap menghargai yang pada awalnya tidak mau mendengarkan, namun berjalannya waktu anak-anak di Uni Papua sudah bisa mendengarkan perintah dari pelatih maupun orang yang lebih tua dari mereka. Sikap tanggungjawab adalah salah satu yang sering diberikan kepada ada oleh pelatih. Contohnya, ketika lapangan dipenuhi sampah, anak diajarkan untuk bertanggungjawab mengangkat dan membuang pada tempat dan anak didik dituntut Kedua, strategi sebagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Uni Papua selama ini berjalan dengan baik dan membawa dampak positif bagi anak sehingga anak dapat merubah kebiasaan lama yang kurang baik berubah menjadi kebiasaan yang menguntungkan. Perubahan yang terlihat saat ini adalah terjalinnya hubungan kebersamaan dan kekompakkan saat latihan walaupun cuaca yang tidak bersahabat. Contohnya, kegiatan penanaman pohon juga anak terlihat kompak walaupun hujan deras dan angin kencang pada waktu itu mereka tetap datang untuk menanam. Berikutnya juga, ketika Uni Papua mendapatkan sponsor anak didik diajak pengurus untuk makan bersama di warung makan disekitaran Getasan. Selain itu, anak memiliki sikap saling percaya dan menghargai satu sama lainnya. Sikap itu terjadi pada saat latihan sepak bola, awalnya ketika tidak saling mengenal anak tidak mudah percaya dengan temannya, dimana anak akan takut passing bola karena belum saling mengenal, tetapi sikap itu sudah berubah dan sekarang anak-anak sudah saling percaya dan tidak takut-takut untuk bermain bersama. Pada saat di lapangan anak didik memiliki sikap menghargai yang pada awalnya tidak mau mendengarkan, namun berjalannya waktu anak-anak di Uni Papua sudah bisa mendengarkan perintah dari pelatih maupun orang yang lebih tua dari mereka. Sikap tanggungjawab adalah salah satu yang sering diberikan kepada ada oleh pelatih. Contohnya, ketika lapangan dipenuhi sampah, anak diajarkan untuk bertanggungjawab mengangkat dan membuang pada tempat dan anak didik dituntut

  Ketiga, strategi sebagai suatu instrument. Dalam strategi ini, Uni Papua memiliki tujuan pertama yaitu loyal dengan anak didiknya, loyal dengan visi dan misi serta loyal dengan masyarakat. Loyal dengan anak, artinya para pengurus dan pelatih walaupun tidak dibayar atau mendapatkan imbalan, mereka tetap berkomitmen untuk melatih dan mengikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial yang mendidik. Untuk loyalitas yang berikutnya, para pengurus dan pelatih loyal terhadap visi-misi Uni Papua untuk membangun karater anak walaupun banyak masalah yang dihadapi. Kemudian loyal dengan masyarakat, yaitu dengan mengikutsertakan masyarakat dan selalu berbaur dengan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang ingin dilakukan. Contohnya, sikap loyal yang dilakukan pengurus Uni Papua mendapat tanggapan dari masyarakat dengan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial dengan selalu mengundang masyarakat untuk mengambil bagian dalam kegiatan tersebut.

  Intinya, dari penjalasan Yakonias Aiboy, Leunard Leonardo Rundi dan Yesaya (pelatih Uni Papua), setiap kegiatan sosial maupun latihan sepak bola selama ini, para anak diajarkan muatan-muatan sosial dan anak juga diajarkan agar terhindar dari permasalahan-permasalahan sosial yang menjerat anak-anak saat ini, seperti narkoba, alkohol dan free sex. Menurut para pelatih tersebut Intinya, dari penjalasan Yakonias Aiboy, Leunard Leonardo Rundi dan Yesaya (pelatih Uni Papua), setiap kegiatan sosial maupun latihan sepak bola selama ini, para anak diajarkan muatan-muatan sosial dan anak juga diajarkan agar terhindar dari permasalahan-permasalahan sosial yang menjerat anak-anak saat ini, seperti narkoba, alkohol dan free sex. Menurut para pelatih tersebut

  Yang paling penting yang saya tanamkan untuk anak-anak itu