SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH TAHU

BAB IV SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH TAHU

4.1. Bahan Limbah Tak Termanfaatkan

Limbah tahu memiliki kandungan zat-zat yang masih berguna apabila digunakan atau diolah kembali. Tapi akan menjadi suatu pencemaran jika dibiarkan begitu saja tanpa adanya suatu penanggulangan. Mulai dari senyawa organik sampai senyawa anorganik pun ada dalam limbah cair ini, persentase terbesar zat organik yang masih ada di limbah cair adalah protein karena bahan utamanya adalah kedelai yang memang merupakan sumber protein.Sedangkan zat anorganik dan senyawa lainnya hanya memiliki persentase kecil, seperti lemak, kalsium, besi, fosfor dan lain sebagainya.

Zat-zat tersebut adalah zat yang masih berguna, tapi apabila dibuang sembarangan di tempat terbuka akan bereaksi dengan udara dan membentuk senyawa amoniak dan metana yang akan menimbulkan bau busuk dan pemandangan tidak sedap. Tidak hanya itu lingkungan pun menjadi kotor dan dapat merusak ekosistem makhluk hidup. Kerusakan ditandai dengan perubahan kadar pH menjadi semakin asam karena metabolisme bakteri pengurai (decomposer), tingginya BOD (Biological Oxygen Demand)atau permintaan oksigen yang tinggi karena senyawa limbah bereaksi dengan oksigen di dalam suatu ekosistem, sehingga makhluk hidup di ekosistem berkompetisi untuk mendapatkan oksigen dengan begitu parameter perimintaan oksigen menjadi tinggi.

Didapat beberapa kandungan senyawa limbah cair tahu. Dengan kandungan terbesar ditempati protein sebesar 5.91 gram dibawa air yang memang masih berfasa cair sebesar 9.00 gram

Tabel 4.1. Komposisi gizi ampas tahu per 100 gram bahan basah

Sumber : Direktorat Gizi Depkes Ri 1993

Dengan pengujian baku mutu limbah cair tahu yang belum diolah dengan 13 parameter uji. Dimana ada penunjukan nilai yang sangat besar pada NTK dengann nilai 297.5 yang bakunya 20, dan pada TSS dengan nilai 2350 dengan baku 400 (mg/L)

Tabel 4.2. Uji karakteristik awal limbah cair tahu

Sumber: Baku Mutu PP No. 82 Tahun 2001 golongan IV

Juga diperoleh se h sejumlah data COD dan BOD (mg/L) dalam lim limbah cair tahu pada beberapa daerah di h di Ibukota Negara Indonesia.

Tabel 4.3.Analis lisis data pencemaran limbah tahu di DKI Jakarta ta

Sumber : Kelair B ir BPPT 2008

4.2 Model Sistem Filtra trasi Berbasis Limbah

Untuk membuat buat suatu alat penyaring limbah tahu diperlukan 2 n 2 bagian alat penyaring, penyaring p primer dan penyaring sekunder. Penyaring g primer yakni pemisahan awal pada da limbah yang murni dari sisa produksi tahu hu yang masih mengandung zat padat d t dan besar (kasar, koloid), yang kemudian dipisa pisahkan menjadi filtrat padat dan filtrat c at cair.Filtrat padat diendapkan dan dialirkan ke kepenampungan padat, sedangkan filtrat rat cair dilanjutkan ke penyaring sekunder.Penyar yaring sekunder inilah yang akan memp mproses pemurnian lanjut limbah cair karena ha a hasil saringan primer berupa filtrat at cair masih mengandung beberapa zat t terlarut yang membahayakan lingkunga kungan.

Gambar 4.1. Bagan pros n proses sederhana pengolahan limbah tahu

Output Output Tahu Murni

Primer

Sekunder

Model yang dibua dibuat dalam penyaring sekunder, memiliki 4 kom komponen utama, yaitu tempat penampu pungan (container), (tempat saringan) (filtrat ltrator), tempat pengecekan (check point point )dan keluaran. Penampungan disini merupakan t an tempat untuk menampung limbah tahu ahu berfasa cair yang sebelumnya telah dilakukan kukan penyaringan primer menjadi filtrat pa padat dan filtrat cair.

Gambar 4.2. Diagram k kompleks pengolahan limbah tahu

Limbah Tahu Murni

Penyaring

FiltratCair Primer

Filtrat Cair

Filtrat Padat

Penyaring

Check Check Check

Air Bersih Air Bersih Sekunder Air Bersih

SUBTITUEN

Point Point Point

Container Container Container

Air sudah kotor Air sudah kotor Air sudah kotor

Penampungan dibuat sesuai dengan kebutuhan, yaitu banyaknya limbah dari produksi tahu.Asumsikan jumlah limbah cair yang dibuang (yang sebelumnya telah melewati penyaringan primer) sebesar 4000-6000 liter tiap produksi bersih tahu, maka diperlukan tempat penampung sebesar 6000 liter.Kemudian filtrator berupa kolam besar ditempatkan setelah tempat penampungan filtrat cair.konsep yang dipakai seperti sebuah ruang-ruang yang berlapis dimana subtituen pengganti arang batok kelapa yang akan diuji nanti.

Subtituen ini akan melakukan penyerapan langsung pada limbah cair tahu, yang nantinya akan menghasilkan keluaran air bersih baik secara fisik maupun kimiawi. Kemampuan serap yang tinggi inilah yang dimanfaatkan dalam penyaringan.Sehingga dalam jumlah sedikit atau tidak sebanyak arang batok kelapa dalam penyaringan, dapat memiliki tingkat pemurnian yang cukup tinggi terhadap limbah dalam waktu relatif cepat.

Suatu alat tidak mungkin terus bekerja secara optimum dan ada suatu titik dimana olahan limbah cair tahu sudah tidak bersih lagi atau dalam bidang teknik dinamakan error. Solusinya adalah error tersebut dapat diminimalisir dengan adanya checkpoint atau tempat pengecekan dimana ada sensor untuk mendeteksi sampah. Sensor itu bekerja terhadap senyawa tertentu dan memberi tanda apabila masih ada sampah terlarut berupa zat / senyawa tercemar yang terkandung. Sehingga sistem pun akanterus mengulangi proses hingga sampah di limbah hilang menjadi air bersih.

4.3 Terapan Model Sistem Filtrasi di Masyarakat

Model filtrasi yang kami buat dapat diterapkan mulai dari pengusaha tahu sendiri sampai masyarakat yang lingkungannya mulai atau sudah tercemar.Dengan prinsip teknologi sederhana yang memanfaatkansubtituen dari arang batok kelapa.Dari sisi ekonomi, semua lapisan masyarakat juga dapat dengan mudah mengaplikasikan model sistem filtrasi dengan biofilter yang merupakan tumbuhan yang jumlahnya banyak. Dengan begitu masyarakat telah memanfaatkan sesuatu yang Model filtrasi yang kami buat dapat diterapkan mulai dari pengusaha tahu sendiri sampai masyarakat yang lingkungannya mulai atau sudah tercemar.Dengan prinsip teknologi sederhana yang memanfaatkansubtituen dari arang batok kelapa.Dari sisi ekonomi, semua lapisan masyarakat juga dapat dengan mudah mengaplikasikan model sistem filtrasi dengan biofilter yang merupakan tumbuhan yang jumlahnya banyak. Dengan begitu masyarakat telah memanfaatkan sesuatu yang

4.4 Analisis Laporan Data Hasil Uji

Phyto asal kata Yunani/ greek “phyton” yang berarti tumbuhan/tanaman (plant), Remediation asal kata latin remediare (to remedy) yaitu memperbaiki/ menyembuhkan atau membersihkan sesuatu.Fitoremediasi (Phytoremediation) merupakan suatu sistim dimana tanaman tertentu yang bekerjasama dengan mikororganisme dalam media (tanah, koral dan air) dapat mengubah zat kontaminan (pencemar/pollutan) menjadi kurang atau tidak berbahaya bahkan menjadi bahan yang berguna secara ekonomi.

Fitoremediasi merupakan salah satu teknologi yang secara biologi yang memanfaatkan tumbuhan atau mikroorganisme yang dapat berasosiasi untuk mengurangi polutan lingkungan baik pada air, tanah dan udara yang diakibatkan oleh logam atau bahan organik.

Salah satu keuntungan utama dari fitoremediasi adalah biaya yang relatif rendah dibandingkan dengan metode perbaikan lainnya seperti penggalian.Dalam banyak kasus fitoremediasi telah ditemukan kurang dari setengah harga dari metode alternatif. Fitoremediasi juga menawarkan remediasi permanen bukan sekadar pemindahan masalah.

Namun fitoremediasi bukan tanpa kesalahan, itu adalah proses yang bergantung pada kedalaman akar dan toleransi tanaman terhadap kontaminan. Paparan dari hewan ke tanaman yang bertindak sebagai hyperaccumulators juga dapat menjadi perhatian lingkungan sebagai hewan herbivora dapat terakumulasi Namun fitoremediasi bukan tanpa kesalahan, itu adalah proses yang bergantung pada kedalaman akar dan toleransi tanaman terhadap kontaminan. Paparan dari hewan ke tanaman yang bertindak sebagai hyperaccumulators juga dapat menjadi perhatian lingkungan sebagai hewan herbivora dapat terakumulasi

Proses dalam sistem ini berlangsung secara alami dengan enam tahap proses secara serial yang dilakukan tumbuhan terhadap zat kontaminan/ pencemar yang berada disekitarnya

a. Phytoacumulation (phytoextraction) Proses tumbuhan menarik zat kontaminan dari media sehingga berakumulasi disekitar akar tumbuhan. Proses ini disebut juga Hyperacumulation.Akar tanaman menyerap limbah logam dari tanah dan mentranslokasinya ke bagian tanaman yang berada di atas tanah.Setiap tanaman memiliki kemampuan yang berbeda untuk menyerap dan bertahan dalam berbagai limbah logam.Terutama di tempat-tempat yang tercemar dengan lebih dari satu jenis logam.Ada spesies tertentu yang disebut hiperakumulator tanaman yang menyerap jumlah jauh lebih tinggi dari polutan dibandingkan spesies lainnya kebanyakan.Spesies ini digunakan pada banyak situs karena kemampuan mereka untuk berkembang di daerah-daerah yang sangat tercemar.Setelah tanaman tumbuh dan menyerap logam mereka dipanen dan dibuang dengan aman. Proses ini diulang beberapa kali untuk mengurangi kontaminasi ke tingkat yang dapat diterima. Dalam beberapa kasus memungkin untuk benar- benar mendaur ulang logam melalui proses yang dikenal sebagai phytomining, meskipun ini biasanya digunakan pada logam mulia. Senyawa logam yang telah berhasil phytoextracted meliputi seng, tembaga, dan nikel.Logam kontaminan dalam tanah: diserap oleh akar (penyerapan), pindah ke tunas (translokasi), dan disimpan (akumulasi).

Tanaman yang mengandung kontaminan limbah cair dapat dipanen atau dibuang, memungkinkan untuk pemulihan.

b. Rhizofiltration

Merupakan proses adsorpsi atau pengedapan zat kontaminan oleh akar untuk menempel pada akar. Rhizofiltration mirip dengan Phytoextraction tapi digunakan untuk membersihkan air tanah terkontaminasi daripada tanah tercemar.Kontaminan yang baik teradsorbsi ke permukaan akar atau diserap oleh akar tanaman.Tanaman yang digunakan untuk rhizoliltration tidak ditanam langsung di situs tetapi harus terbiasa untuk polutan yang pertama. Tanaman hidroponik di tanam pada media air, hingga sistem perakaran tanaman berkembang. Setelah sistem akar yang besar pasokan air diganti untuk pasokan air tercemar untuk menyesuaikan diri tanaman. Setelah tanaman menjadi “acclimatized” kemudian ditanam di daerah tercemar di mana serapan akar air tercemar dan kontaminannya sama. Setelah akar menjadi jenuh kemudian tanaman dipanen dan dibuang. Perlakuan yang sama dilakukan berulangkali pada daerah yang tercemar sehingga dapat mengurangi polusi. Percobaan untuk proses ini dilakukan dengan menanam bunga matahari pada kolam mengandung radio aktif untuk suatu test di Chernobyl, Ukraina.

c. Phytostabilization

Merupakan penempelan zat-zat kontaminan tertentu pada akar yang tidak mungkin terserap kedalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat (stabil ) pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media. Untuk mencegah kontaminasi dari penyebaran dan bergerak di seluruh tanah dan air tanah, zat kontaminan diserap oleh akar dan akumulasi, diabsorbsi akar, terjadi pada rhizosfer (ini adalah daerah di sekitar akar yang bekerja seperti laboratorium kimia kecil dengan mikroba dan bakteri dan organisme mikro yang disekresikan oleh tanaman) ini akan mengurangi atau bahkan mencegah perpindahan ke tanah atau udara, dan juga mengurangi bioavailibility dari kontaminan sehingga mencegah penyebaran melalui rantai Merupakan penempelan zat-zat kontaminan tertentu pada akar yang tidak mungkin terserap kedalam batang tumbuhan. Zat-zat tersebut menempel erat (stabil ) pada akar sehingga tidak akan terbawa oleh aliran air dalam media. Untuk mencegah kontaminasi dari penyebaran dan bergerak di seluruh tanah dan air tanah, zat kontaminan diserap oleh akar dan akumulasi, diabsorbsi akar, terjadi pada rhizosfer (ini adalah daerah di sekitar akar yang bekerja seperti laboratorium kimia kecil dengan mikroba dan bakteri dan organisme mikro yang disekresikan oleh tanaman) ini akan mengurangi atau bahkan mencegah perpindahan ke tanah atau udara, dan juga mengurangi bioavailibility dari kontaminan sehingga mencegah penyebaran melalui rantai

d. Rhyzodegradetion

Rhyzodegradetion disebut juga enhenced rhezosphere biodegradation, or plented-assisted bioremidiation degradation, yaitu penguraian zat-zat kontaminan oleh aktivitas microba yang berada disekitar akar tumbuhan.Misalnya ragi, fungi dan bacteri.

e. Phytodegradation (phyto transformation) Proses yang dilakukan tumbuhan untuk menguraikan zat kontaminan yang mempunyai rantai molekul yang kompleks menjadi bahan yang tidak berbahaya dengan dengan susunan molekul yang lebih sederhana yang dapat berguna bagi pertumbuhan tumbuhan itu sendiri. Proses ini dapat berlangsung pada daun , batang, akar atau diluar sekitar akar dengan bantuan enzym yang dikeluarkan oleh tumbuhan itu sendiri. Beberapa tumbuhan mengeluarkan enzym berupa bahan kimia yang mempercepat proses proses degradasi.

f. Phytovolatization

Proses menarik dan transpirasi zat contaminan oleh tumbuhan dalam bentuk yang telah larutan terurai sebagai bahan yang tidak berbahaya lagi untuk selanjutnya di uapkan ke atmosfir. Beberapa tumbuhan dapat menguapkan air 200 sampai dengan 1000 liter perhari untuk setiap batang.