Penangkapan Penahanan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana

Indonesia MABES POLRI diajukan sebagai laporan intelijen Polri yang terpenting laporan intelijen bersifat fakta” 11 .

4. Penangkapan

Seterusnya mengenai penangkapan, menurut Pasal 28 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2002 juncto Undang-Undang 15 Tahun 2003, penyidik dapat melakukan penangkapan terhadap setiap orang yang diduga keras melakukan tindak pidana terorisme berdasarkan bukti permulaan yang cukup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat 2 untuk paling lama 7 X 24 tujuh kali dua puluh empat jam. Bahwa penangkapan 7 x X 24 tujuh kali dua puluh empat jam berlainan dengan Pasal 19 ayat 1 KUHAP, penangkapan hanya dapat dilakukan untuk waktu paling lama 1 satu hari dan tidak ada ketentuan dapat diperpanjang. Menurut Koesno Adi “lamanya masa penangkapan itu karena pelaku terorisme memiliki jaringan yang luas dan tertutup, sehingga pelaku tindak pidana terorisme masih ada jaringan yang lebih luas dibelakangnya. Oleh karena itu untuk memperoleh dan mendapatkan informasi yang jauh dan lebih akurat diperlukan penambahan waktu masa penangkapan” 12 . Lamanya penangkapan itu dibenarkan pula oleh Abdul Wahid, dkk yaitu “jika teroris ditengarai bersembunyi di tempat 11 Abdul Wahid, dkk Obcit, hal. 12, dikutip dari Kompas, 22 Oktober 2002. 12 Koesno Adi. Dikutip dari Abdul Wahid dkk, opcit, hal. 108. yang sulit dijangkau, masih berkaitan dengan penjelasan di atas, tidak tertutup kemungkinan bahwa para teroris bersembunyi di suatu tempat atau daerah pegunungan atau bahkan di tengah laut, tentu saja diperlukan satuan berkualifikasi penyusupan di bawah air serangan di laut lepas. Bahkan bukan tidak mungkin, jika teroris yang diburu atau alat peledak lain yang disebar di laut. Ini tentu memerlukan serangan sergap plus kemampuan demoisi di bawah ait under water demolition” 13 .

5. Penahanan

Menurut Pasal 20 ayat 1 KUHAP untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu atas perintah penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 berwenang melakukan penahanan, sedangkan ayat 2 untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum berwenang melakukan penahanan atau penahanan lanjutan. Ketentuan Pasal 20 ayat 1, ayat 2 KUHAP berlainan dengan penahanan tersangka dalam tindak pidana terorisme yaitu memuat Pasal 25 ayat 2 untuk kepentingan penyidikan dan penuntutan, penyidik diberi wewenang untuk melakukan penahanan tersangka paling lama 6 enam bulan, dalam penjelasan Pasal 25 ayat 2 ditentukan jangka waktu 6 enam bulan yang dimaksud dalam ketentuan ini terdiri dari 4 empat 13 Abdul Wahid, dkk Opcit, hal. 108. bulan untuk kepentingan penyidikan dan 2 dua bulan untuk kepentingan penuntutan. Dari ketentuan tersebut di atas jelas penyidik menahan tersangka dalam perkara tindak pidana terorisme hanya 4 empat bulan, tidak perlu meminta perpanjangan kepada penuntut umum seperti ketentuan Pasal 24 ayat 2 KUHAP. Oleh karena itu penyidik harus menjadikan berkas perkara secara cepat, karena bila lewat waktu 4 empat bulan, maka tersangka dapat dilepas demi hukum; untuk menghindari hal tersebut sebelum masa 4 empat bulan akan berakhir penyidik segera melimpahkan berkas perkara kepada penuntut umum. Berbagai usaha penyidik dalam meningkatkan Sistem Peradilan Pidana Terpadu dengan Penuntut Umum yaitu; beberapa kali mengadakan gelar perkara, penuntut umum mengikuti reka ulang perbuatan tersangka, sehingga tidak melebihi batas waktu penahanan yang diberikan penyidik oleh undang-undang. B A B III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS Penanganan perkara tindak pidana terorisme di Semarang mulai diterimanya laporan dari masyarakat atau dari penyelidik sendiri yang mengetahui terjadinya peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana Pasal 102 ayat 2 KUHAP. Setelah menerima laporan itu penyidik wajib segera melakukan penyidikan antara lain melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan serta memeriksa orang sebagai tersangka atau saksi, kemudian menyampaikan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan SPDP kepada Penuntut Umum Pasal 109 ayat 1 KUHAP. Dalam penelitian hanya 3 tiga berkas perkara terorisme, yaitu : - Berkas Perkara MACHMUDI HARIONO alias YOSEPH ADIRIMA alias YUSUF bin SLAMET; - Berkas Perkara ADHITYO TRI YOGA alias SURYO alias CAHYO BIN ERINDI SOESKIYONO; - Berkas Perkara AGUNG SETYADI, S.Kom alias PAKNE alias SALAFULJIHAD.

A. Penerimaan Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan SPDP