Sistematika Penulisan PENYELESAIAN PERKARA TINDAK PIDANA TERORISME MENURUT SISTEM PERADILAN PIDANA - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

∗ surat-surat dan berkas perkara serta eksepsi penasihat hukum, putusan sela, tuntutan pidana, pembelaan, replik, duplik dan putusan hakim yang merupakan studi dokumenter; ∗ studi kepustakaan Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diperoleh dari bahan-bahan tertulis, seminar, diskusi, buku-buku yang terdiri dari bahan-bahan hukum primair dan sekunder, di samping dokumen pendukung. F.5. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini cara untuk menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang sudah didapat, akan dipergunakan dengan metode analistis normatif-kualitatif. Normatif karena penelitian ini bertolak dari peraturan yang ada sebagai hukum positif, sedangkan kualitatif dimaksudkan analistis data yang bertitik tolak pada usaha-usaha penemuan asas dan informasi-informasi.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini terdiri atas 4 empat Bab. Setelah menguraikan Bab I tersebut di atas, maka penulisan ilmiah ini menjabarkan tentang kerangka konsepsual yang digunakan dalam membahas permasalahan-permalasahan yang ada. Pada Bab II akan dijabarkan pengertian dalam Kitab Undang- undang Hukum Pidana Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 antara lain : Penyidik, Penyidikan, Penyidik Pembantu, Penyelidik, Penyelidikan, Jaksa, Penuntut Umum, Penuntutan, Hakim, Mengadili, Putusan Pengadilan, Upaya Hukum, Penasihat Hukum, Tersangka, Terdakwa, selanjutnya pengertian terorisme secara secara umum, tindak pidana terorisme dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2002 juncto Undang-undang Nomor 5 Tahun 2003. Pada Bab III dikemukakan hasil penelitian surat-surat, berkas perkara dan lain-lain, surat dakwaan, tuntutan pidana, putusan hakim yang pernah ditangani Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah dan Kejaksaan Negeri Semarang, khusus berkas perkara yang menjadi obyek penelitan hanya tertentu saja. Bab IV berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dianalisa untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang diajukan serta saran- saran. B A B II T I N J A U A N P U S T A K A Penanganan perkara tindak pidana pada umumnya dilakukan oleh penyelidik yaitu setelah mengetahui, menerima laporan atau pengaduan dari seseorang. Untuk mengetahuinya penyelidik harus mengetahui pula ketentuan undang-undang yang mengatur menjadi dasar wewenangnya. Undang-undang yang mengatur tersebut antara lain adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, disebut juga Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, yang mengatur tidak hanya penyelidik tapi juga penyidik. Oleh karena itu yang ditinjau pertama kali adalah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 LN 1981 No. 76, TLN No. 3209 dan setelah itu Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisma juncto Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2003 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme Menjadi Undang-Undang.

A. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana