Di lain pihak, alt er nat if dar i pidana per am pasan k em er dekaan ber upa pidana pengaw asan probat ion m em bant u si pelaku t indak pidana unt uk
m elanj ut k an k ehidupan sosial y ang nor m al, m eningkat k an kem ungkinan unt uk m em ber ik an kom pensasi at as k er ugian- k er ugian si kor ban ak ibat t indak pidanany a.
Dengan dem ikian, dalam pidana pengaw asan t elah t er cak up adanya upay a unt uk m engim plem ent asik an ide at au gagasan per lindungan t er hadap k epent ingan
m asy ar ak at dan k epent ingan indiv idu pelak u. Oleh kar ena it u, dalam hukum pidana di I ndonesia pada m asa y ang ak an
dat ang perlu dipik irk an m engenai kem ungkinan diat urny a pidana pengaw asan sebagai alt ernat if dari j enis pidana per am pasan k em er dek aan penj ar a .
B. Pe r m a sa la h a n
Ber dasar k an pada pem ikir an dan ur aian di at as, m ak a dir um uskan per m asalahan sebagai berik ut :
1. Apakah ide dasar diw uj udk anny a pidana pengaw asan dalam sist em pem idanaan di I ndonesia ?
2. Bagaim anak ah k ebij ak an for m ulasi pengat ur an pidana pengaw asan dalam sist em pem idanaan sebagai suat u upay a pem baharuan huk um pidana di
I ndonesia ?
C. Tu j u a n Pe n e lit ia n
Tuj uan y ang hendak dicapai dalam penelit ian ini adalah sebagai berik ut : 1. Unt uk m enget ahui ide dasar diw uj udk anny a pidana pengaw asan dalam sist em
pem idanaan di I ndonesia. 2. Unt uk m enget ahui k ebij ak an for m ulasi pengat ur an pidana pengaw asan dalam
sist em pem idanaan sebagai suat u upay a pem baharuan huk um pidana di I ndonesia.
D . Ke gu n a a n Pe n e lit ia n
Penelit ian ini m em puny ai k egunaan sebagai berik ut : 1. Secar a Teor et is, ak an m enam bah dan m em per luas penget ahuan dalam hal
pidana pengaw asan, khususnya kebij akan for m ulasi hokum pidana t er hadap pidana pengaw san dalam r angk a m engint egr asikan ide perlindungan m asy ar ak at
pr evensi gener al dan ide per lindungan at au ide pem binaan indiv idu pr ev ensi spesial y ang ak an dij adik an pedom an pem idanaan oleh legislat if.
2. Secar a Pr akt is, sebagai bahan m asuk an dan sum bangan pem ik iran upay a pem bahar uan hukum pidana dalam hal diw uj udk annya pidana pengaw asan
sebagai alt ernat if pidana peam pasan k em erdek aan, k hususny a dalam penyusunan KUHP baru sebagai penggant i dar i KUHP sek ar ang y ang ber asal dar i
WvS, m engenai . 3. Bahan dok um ent asi dalam st udi Sist em Per adilan Pidana, agar dapat lebih
ber m anfaat unt uk dij adik an bahan k aj ian y ang ber guna dalam per k em bangan ilm u hukum pidana.
E. Ke r a n gk a Te or it is
Set iap negar a m em puny ai t ek ad ber usaha m eningk at k an t ar af k ehidupan r ak y at ny a, sehingga dapat t ercapai k ehidupan y ang am an dan sej aht er a. Dengan
adanya kem aj uan ilm u penget ahuan dan t eknologi dew asa ini, m ak a baik negar a- negar a m aj u m aupun negar a ber k em bang m elakuk an pem bangunan di segala
bidang dem i t er capainya k ehidupan yang lebih baik bagi r aky at ny a. Sej alan dengan usaha y ang dem ikian, bagi negar a- negar a y ang bar u
m er dek a dilakuk an usaha pem baharuan di bidang hukum . Masalah pem bahar uan hukum Law Refor m ini m erupak an salah sat u diant ar a bany ak per m asalahan
hukum , y ang t erut am a dihadapi oleh negar a- negar a ber k em bang.
14
Menurut Sudar t o
15
, dasar dar i pem bahar uan di bidang huk um t er sebut dilandask an pada t iga alasan, y ait u :
1. Alasan Polit is, y ait u alasan y ang dilandasi oleh pem ik iran, bahw a suat u negar a m er dek a har us m em puny ai hukum sendir i y ang ber sifat nasional, dem i
k ebanggaan nasional. 2. Alasan Sosiologis, y ait u alasan y ang m enghendaki adany a hukum y ang
m encer m ink an nilai- nilai buday a suat u bangsa. 3. Alasan Pr akt is, yait u alasan yang ant ar a lain ber sum ber pada keny at aan bahw a
biasany a bek as negar a- negar a j aj ahan m ew ar isi hukum negar a y ang m enj aj ahny a dengan bahasa asli yang bany ak dipak ai dan t idak dipaham i oleh
gener asi m uda dari negar a y ang bar u m er dek a t er sebut .
Negar a I ndonesia y ang t er m asuk dalam k at egor i negar a ber k em bang, j uga sedang m em bangun dan ber usaha unt uk m em per bahar ui hukum ny a secar a
m eny elur uh, baik hukum per dat a, huk um adm inist r asi, m aupun huk um pidana. Tunt ut an pem bahar uan ini m enj adi sem ak in k uat pada era r efor m asi, dim ana
r aky at seper t i m endapat kan “ angin k ebebasan” unt uk dapat m eny alur k an aspir asiny a ser t a m enunt ut diw uj udkanny a hukum dan at ur an per undang- undangan
y ang dapat m enam pung r asa k eadilan m asy ar ak at . Dalam m elaksanak an pr ogr am pem bangunan hukum t er sebut , t er dapat
beber apa sendi ut am a y ang dij adik an dalam pem bangunan sist em huk um nasional, ant ar a lain
16
:
14
Abdurrahman, Aneka Masalah Hukum dalam Pembangunan di Indonesia, Alumni, Bandung, 1976, hal. 36.
15
Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Sinar Baru, Bandung, 1993, hal 66-68.
1. Sendi negar a ber dasar kan k onst it usi dan negar a ber dasar k an at as hukum 2. Sendi k er ak y at an dan dem ok r asi
3. Sendi k esej aht er aan sosial
Dalam set iap Gar is Gar is Besar Haluan Negar a GBHN di bidang hukum selalu diam anat k an bahw a dalam r angk a pem bangunan hukum , per lu dit ingkat k an
upay a pem bahar uan huk um secar a t er ar ah dan t erpadu, ant ar a lain dengan kodifikasi dan unifik asi hukum di bidang hukum t er t ent u, ser t a penyusunan
per undang- undangan bar u y ang sangat dibut uhk an unt uk dapat m endukung per ubahan di berbagai bidang sesuai dengan per ubahan, ser t a t ingk at k esadar an
hukum dan dinam ik a y ang ber k em bang dalam m asy ar ak at . Sem ua upay a pem bangunan huk um t er sebut ber t uj uan unt uk m em percepat
dan m eningk at k an kegiat an pem bahar uan dan pem bent uk an sist em hukum nasional dalam segala aspek ny a, m enj am in k elest ar ian dan int egrit as bangsa ser t a
m em beri pat ok an, ar ahan dan dor ongan dalam perubahan sosial k e ar ah t er w uj udny a t at anan m asy ar ak at y ang adil dan m ak m ur ber dasar k an Pancasila dan
UUD 1945.
17
Dar i hal t er sebut di at as, t er k andung t ek ad dar i bangsa I ndonesia unt uk m ew uj udk an suat u pem bahar uan hukum pidana y ang dapat diar t ikan sebagai suat u
upay a unt uk m elak ukan r eorient asi dan r efor m asi huk um pidana y ang sesuai dengan nilai- nilai sent r al sosio- polit ik, sosio- filosofi dan sosio- k ult ur al y ang
m elandasi dan m em ber i sisi t er hadap m uat an nor m at if dan subst ansi huk um pidana y ang dicit a- cit ak an.
18
Dalam pem bahar uan hukum pidana di I ndonesia, t erlebih dahulu har uslah dik et ahui per m asalahan pok ok dalam huk um pidana. Hal dem ik ian pent ing, k ar ena huk um
pidana m er upak an cerm in suat u m asy ar ak at y ang m er eflek si nilai- nilai y ang
16
H.A.S. Natabaya, Upaya Pembaharuan Peraturan Perundang-undangan Dalam Rangka Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi, Makalah Disampaikan Pada Forum Dialog Terbuka, Jakarta, 5 Mei 1999.
17
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Pola Pikir dan Kerangka Sistem Hukum Nasional, Departemen Kehakiman RI, 19951996, hal. 115.
18
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Op.Cit., hal 29.
m enj adi dasar m asy ar ak at it u. Bila nilai- nilai it u ber ubah, m ak a huk um pidana j uga ber ubah.
19
Menur ut Bar da Naw aw i Ar ief, dilihat dar i sudut dogm at is nor m at if, per m asalahan pok ok dari hukum pidana adalah :
1. Per buat an apa y ang sepat ut ny a dipidana, at au biasa disingkat dengan m asalah “ t indak pidana” .
2. Sy ar at apa y ang sehar usnya dipenuhi unt uk m enyalahkan m em pert anggungj aw abk an seseor ang y ang m elak uk an per buat an it u, at au
biasa disingk at dengan m asalah “ k esalahan” . 3. Sanksi pidana apa y ang y ang sepat ut ny a dik enak an k epada or ang y ang
disangk a m elakukan per buat an pidana, at au biasa disebut dengan m asalah “ pidana” .
20
Selanj ut ny a dipandang dari sudut oper asionalisasi fungsionalisasi, dalam ar t i bagaim ana per w uj udan dan bek er j any a, huk um pidana dapat dibedak an dalam t iga
fase t ahap, y ait u :
1. Tahap For m ulasi, y ait u t ahap penet apan huk um pidana m engenai m acam per buat an y ang dapat dipidana dan j enis sank si yang dapat dikenak an.
Kekuasaan yang ber w enang dalam m elaksanak an t ahap ini adalah k ekuasaan Legislat if For m ulat if.
2. Tahap Aplik asi, yait u t ahap m ener apkan hukum pidana, at au penj at uhan pidana k epada seseor ang at au k orpor asi oleh hak im at as per buat an y ang dilakuk an oleh
or ang t er sebut . Yang ber w enang dalam t ahap ini adalah Kek uasaan Aplik at if Yudik at if.
3. Tahap Ek sekusi, yait u t ahap pelaksanaan pidana oleh apar at eksekusi pidana at as or ang at au k or por asi y ang t elah dij at uhi pidana t er sebut . Kew enangan
dalam hal ini ada pada Kekuasaan Eksek ut if Adm inist r at if.
21
Dar i k et iga t ahap t er sebut di at as, m ak a t ahap for m ulasi at au t ahap penet apan huk um pidana dalam per undang- undangan m er upakan t ahap y ang
paling st r at egis, k ar ena dalam t ahap inilah dirum usk an gar is- garis k ebij ak an
19
A.Z. Abidin, Bunga Rampai Hukum Pidana, Pradnya Paramita, Jakarta, tanpa tahun, hal iii.
20
Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hal 111.
21
Ibid, hal 99.
legislasi y ang sek aligus m er upak an landasan legalit as bagi t ahap- t ahap berik ut ny a, y ait u t ahap pener apan pidana oleh badan per adilan dan t ahap pelak sanaan pidana
oleh apar at pelaksana pidana.
22
Dengan dem ikian dar i segi pengalok asian kew enangan at au kebij ak an, m aka k ebij akan for m ulasilah y ang m em iliki posisi paling st r at egis dalam pem bahar uan
hukum pidana di I ndonesia. Ber k ait an dengan pidana dan pem idanaan, m ak a m asalah t ent ang
penj at uhan j enis pidana st r afsoor t y ang dik ehendak i, penent uan ber at r inganny a pidana y ang dij at uhk an st r afm aat ser t a bagaim ana pidana it u dilaksanak an
m er upak an bagian dari suat u sist em pem idanaan.
22
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Legislatif dalam Penanggulangan Kejahatan dengan Pidana Penjara, Op.Cit., hal 3.
L.H.C. Hullsm an m engem ukak an bahw a sist em pem idanaan t he sent encing syst em adalah at ur an per undang- undangan y ang ber hubungan dengan sanksi
pidana dan pem idanaan t he st at ut or y r ules r elat ing t o penal sanct ions and punishm ent
23
. Bar da Naw aw i Ar ief m enam bahk an :
“ Apabila penger t ian pem idanaan diart ik an secar a luas sebagai suat u pr oses pem berian at au penj at uhan pidana oleh hakim , m ak a dapat lah dik at ak an bahw a
sist em pem idanaan m encakup keseluruhan ket ent uan per undang- undangan y ang m engat ur bagaim ana hukum pidana it u dit egakk an at au dioper asionalk an secar a
k onkr et sehingga seseor ang dij at uhi sank si hukum pidana .”
24
Hal di at as ber ar t i sem ua at uran perundang- undangan m engenai Hukum Pidana Subst ant if, Huk um Pidana For m al dan Huk um Pelaksanaan Pidana dapat
dilihat sebagai sat u k esat uan sist em pem idanaan. Ber t olak dar i penger t ian di at as, m aka apabila at ur an per undang- undangan
“ t he st at ut ory r ules” dibat asi pada hukum pidana subst ant if y ang t er dapat dalam KUHP, dapat lah dikat ak an bahw a k eselur uhan k et ent uan dalam KUHP, baik ber upa
at ur an um um Buku I m aupun at ur an khusus m engenai t indak pidana Buk u I I dan I I I pada hak ik at ny a m er upak an sat u kesat uan sist em pem idanaan.
25
Apabila pem idanaan dit inj au dar i segi or ient asiny a, dikenal adany a 2 m acam t eor i pem idanaan, y ait u :
1. Teori Absolut pem balasan , y ait u t eori y ang ber or ient asi k e belak ang ber upa pem balasan y ang set im pal at as per buat an yang dilak ukan.
2. Teori Relat if t uj uan , y ait u t eor i y ang ber orient asi k e depan berupa peny em buhan luka, baik luka individual m aupun luk a sosial.
26
Di dalam m asy ar ak at m oder n, t am pakny a ada k ecender ungan unt uk m engar ah pada t eor i gabungan. Hal ini j uga t er j adi di I ndonesia, y ang
23
L.H.C. Hullsman, dalam Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Op. Cit, hal 23.
24
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Op. Cit., hal 117.
25
Ibid, hal.118.
26
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 1998, hal. 60.
per w uj udanny a t am pak pada Ket ent uan Pasal 50 Konsep KUHP Bar u t ahun 2000, y ang m eny ebut k an :
“ Pem idanaan bert uj uan : a m encegah dilakuk annya t indak pidana dengan m enegak k an nor m a hukum dem i
pengay om an m asy ar ak at ; b m em asy ar ak at k an t er pidana dengan m engadak an pem binaan sehingga m enj adi
or ang y ang baik dan berguna; c m enyelesaikan konflik yang dit im bulk an oleh t indak pidana, m em ulihkan
k eseim bangan, dan m endat angk an r asa dam ai dalam m asy ar ak at ; dan d m em bebask an r asa ber salah pada t er pidana.”
Ber k ait an dengan t uj uan pem idanaan dalam Konsep KUHP t er sebut , Sudar t o m engem uk ak an :
“ Dalam t uj uan per t am a t er sim pul pandangan per lindungan m asy ar ak at social defence , sedang dalam t uj uan k edua dik andung m ak sud rehabilit asi dan
r esosialisasi t er pidana. Tuj uan k et iga sesuai dengan pandangan hukum adat m engenai “ adat r eact ie” , sedangk an t uj uan y ang k eem pat ber sifat spir it ual y ang
sesuai dengan sila per t am a Pancasila” .
27
27
Sudarto, Pemidanaan Pidana dan Tindakan, BPHN, Jakarta, 1982, hal. 4.
Selanj ut ny a, Bar da Naw aw i Arief j uga m engem uk ak an : “ Ber t olak dar i pem ik iran, bahw a pidana pada hak ikat ny a hany a m er upak an alat
unt uk m encapai t uj uan, m ak a Konsep pert am a- t am a m erum usk an t ent ang t uj uan pem idanaan. dalam m engident ifik asik an t uj uan pem idanaan, Konsep ber t it ik t olak
dari k eseim bangan 2 dua sasar an pok ok, y ait u “ per lindungan m asy ar ak at ” dan “ per lindungan pem binaan indiv idu pelak u t indak pidana” .
28
Dengan dem ikian, t er dapat dua sisi sasar an aspek pok ok dalam t uj uan pem idanaan sebagai k epent ingan y ang hendak dilindungi secara berim bang y ait u
k epent ingan m asy ar ak at dan k epent ingan indiv idu pelaku. Hal dem ikian ini m encer m ink an per w uj udan dar i asas m onodualist is sek aligus indiv idualisasi pidana
guna m engakom odasi t unt ut an t uj uan pem idanaan y ang sedang ber k em bang dew asa ini.
Oleh k ar ena it u, dapat lah dilihat bahw a per k em bangan t uj uan pidana dan pem idanaan t idak lagi hany a t er fokus pada upay a unt uk m ender it ak an, ak an t et api
sudah m engar ah pada upay a per baikan- per baikan k e ar ah y ang lebih m anusiaw i. Dalam pr ak t ek oper asionalisasi hukum pidana t er hadap per buat an y ang
ber sifat m elaw an huk um selam a ini, salah sat u sanksi pidana y ang paling sering digunak an sebagai sar ana unt uk m enanggulanginya ialah dengan pengenaan
pidana peram pasan k em erdek aan y ang bersifat kust odial. Ak an t et api dalam per k em banganny a bany ak y ang m em persoalk an k em bali m anfaat penggunaan
pidana penj ar a ini sebagai salah sat u sar ana unt uk m enanggulangi m asalah k ej ahat an, y ait u y ang ber k ait an dengan m asalah pr oblem a efek t ivit as dan dam pak
negat if y ang dit im bulk anny a. Hal t ersebut t elah m enj adi fenom ena global bahw a m asalah
penday agunaan dan upay a m encar i alt er nat if pidana per am pasan kem er dek aan t elah m enj adi m asalah y ang bersifat universal. Masalah ini m enj adi sem ak in
28
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Op.Cit., hal. 98.
pent ing ar t inya bila dihubungkan dengan m asalah t uj uan pidana dan pem idanaan y ang hendak dicapai.
Niat unt uk m enelit i sert a m eny em purnakan j enis sank si pidana alt er nat if pidana per am pasan k em er dek aan ini sem ak in m eningk at , sehubungan dengan
r ek om endasi yang diusulk an oleh sub- Com m it t ee I I The Sixt h Unit ed Nat ion Conggr es in t he Pr ev ent ion of Offender s t ahun 1980 di Car acas, y ang
m em bicar ak an t opik “ De- inst it ut ionalizat ion of Corr ect ions” , dim ana ant ar a lain ber buny i sebagai ber ik ut :
“ I n a r esolut ion on alt er nat iv es t o im pr isonm ent , t he Conggr es r ecom m ended t hat Mem ber St at es exam ine t heir legislat ion w it h a view t ow ar ds r em oving legal
obst acles t o ut ilizing alt er nat ives t o im pr isonm ent in appr opr iat es cases in count r ies w her e such obst acles ex it s an encour age w ider com m unit y par t icipat ion in t he
im plem ent at ion of alt er nat iv es t o im prisonm ent and act iv it ies aim ed at t he r ehabilit at ion of offenders” .
29
29
The Sixth United Nation Conggres on the Prevention of Crime and the Treatment of Offenders, 1980, dalam Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Op.Cit., hal. 151.
Bent uk - bent uk alt er nat if pidana per am pasan k em er dekaan sem acam Probat ion at au Pidana Pengaw asan t elah dit er im a dit er apk an di beber apa negar a
dan m enunj uk k an t anda- t anda y ang m enggem bir ak an. Adapun t uj uan j enis pidana pengaw asan pr obat ion adalah “ t o r ehabilit at e
t he offender , pr ot ect t he public and pr ev ent t he offender com m it t ing fur t her offences” . Jadi t uj uan pengenaan probat ion pidana pengaw asan ini adalah unt uk
m er ehabilit asi pelak u, m elindungi m asy ar ak at dan m encegah pelaku m elakuk an t indak pidana lebih lanj ut . Dengan dem ik ian, t er dapat k eseim bangan k epent ingan
y ang ingin dilindungi dengan dit er apk anny a j enis pidana pengaw asan seper t i probat ion ini, y ait u perlindungan indiv idu pelak u dan perlindungan m asy arak at .
Dikait k an dengan pandangan t ent ang pent ingny a pidana pengaw asan probat ion sebagai salah sat u m at a r ant ai sist em peny elenggar aan huk um pidana,
m ak a y ang har us dihapusk an dalam hal ini adalah adany a k esan, bahw a pener apan pidana pengaw asan m er upakan sikap k em ur ahan hat i, pem ber ian am pun, at au
pem bebasan, sebab di dalam k er angk a sebab m usabab k ej ahat an dar i pelak u t indak pidana sert a usaha- usaha unt uk m enet r alisasik an sebab m usabab t er sebut ,
m ak a per anan pengaw asan di dalam pem binaan di luar lem baga ini m enj adi suat u k eadaan dinam is unt uk m em ecahk an m asalah.
Sehubungan dengan hal t er sebut , Muladi m engat ak an : “ Unt uk m engenak an pidana pengaw asan probat ion biasanya diadakan pem bat asan
y ang dilakuk an oleh per at ur an per undang- undangan. Tindak- t indak pidana y ang pelakuny a dikecualik an dar i pengenaan pidana pengaw asan pr obat ion adalah
t indak - t indak pidana y ang secar a t r adisional t idak disuk ai m enj ij ik k an oleh m asy ar ak at , y ait u :
1 Kej ahat an- k ej ahat an k ek er asan 2 Kej ahat an- k ej ahat an t erhadap m or al.
3 Kej ahat an- k ej ahat an y ang m elibat k an penggunaan senj at a- senj at a y ang
m em at ik an. 4 Kej ahat an- k ej ahat an y ang dilak uk an seseor ang kar ena diupah oleh or ang lain.
5 Kej ahat an- k ej ahat an t erhadap pem erint ah. 6 Kej ahat an- k ej ahat an y ang diancam pidana t ert ent u.
30 30
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat, Op.Cit., 157.
Pada t ahun 1962 t elah dipublik asik an Report of t he I nt erdepart em ent al Com m it t ee on t he Probat ion serv ice, yang ant ar a lain m eny at ak an, bahw a
m enem pat k an seseor ang di baw ah probat ion har us dipenuhi syar at - sy ar at sebagai ber ikut :
1 At as dasar sifat k ej ahat an dan cat at an si pelak u t indak pidana, dem i k epent ingan m asy ar ak at t idak diper t im bangk an unt uk m ener apk an car a y ang
k er as unt uk m em binany a, 2 Risik o bagi m asy ar ak at m elalui pener apan pem bebasan si pelak u t indak pidana
diperbesar berdasar k an alasan- alasan m oral, sosial dan ek onom i, 3 Pelak u t indak pidana m em er luk an perhat ian t erus m ener us,
4 Pelak u t indak pidana m am pu unt uk m enanggapi per hat ian t er sebut dalam k eadaan bebas.
31
Dari ur aian di at as j elas kir any a, bahw a alt er nat if pidana per am pasan k em er dek aan ber upa j enis pidana pengaw asan pr obat ion t idak hany a dem i
k epent ingan si pelak u t indak pidana, nam un j uga dem i k epent ingan m asy ar ak at .
F. M e t ode Pe n e lit ia n