Pendekatan Asesmen Anak Tunanetra

6. Pendekatan Asesmen Anak Tunanetra

Menurut haryanto (2010/2011) menyatakan pendekatan asesmen tunanetra sebagai berikut:

a. Model konstruk (konsep) atau atribut.

Model ini paling cocok untuk mencari penyebab hambatan dalam belajar yang akan berhubungan langsung dengan bagaimana cara belajar, pribadi seseorang akan menentukan cara belajamya. Karena memang model konstruk ini akan melihat langsung pada atribut seseorang (keadaan seseorang secara psikologis).

Contoh: Deni umur 7 tahun dengan IQ 70, duduk di kelas 1 cawu 3. Guru

mengeluh bahwa Deni belum dapat membaca padahal teman- temannya pada umumnya sudah bisa membaca.

Bagaimana cara kita menolong guru agar Deni dapat membaca? Tahap ke 1 kita telah menemukan bahwa Deni mengalami

kesulitan dalam membaca.

Tahap ke 2 bagilah tahap-tahap belajar membaca dalam

beberapa katagori atau beberapa tingkatan.

Tahap ke 3 buatlah kata atau kalimat sesuai dengan tahap-tahap PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG

KP

belajar membaca kemudian lakukanlah diagnosa, pada tahap mana anak mengalami kesulitan.

Tahap ke 4 kembangkan program bantuan sesuai dengan hasil

diagnosa.

b. Model Fungsional

Model fungsional sangat dipergunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan seseorang, karena sukses atau tidaknya seseorang dalam melakukan tugas tergantung pada tingkat kemampuannya. Maka dalam model fungsional ini akan dipergunakan task analysis (analisa tugas).

Tahap ke 1 kita membuat identifikasi tentang kemampuan- kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan tugas perkembangan anak. Maka akan terlihat pada tahap tugas apa ia mengalami hambatan.

Tahap ke 2 kita dapat mempelajari langkah-langkah apa yang dapat diberikan secara khusus untuk mempelajari langkah/ tahap di mana anak mengalami hambatan.

Tahap ke 3 kita mencoba mengembangkan program bantuan yang telah ditetapkan sesuai dengan hasil diagnose pada tahap sebelumnya. Dalam pembuatan task analysis ini harus cukup cermat karena tiap jenjang yang akan dilakukan sangatlah berarti bagi keberhasilan latihan.

Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan task analysis yaitu:

1) Janganlah membuat jenis latihan yang panjang tapi

hendaknya sepenggal demi sepenggal. contoh: latihan berpakaian, latihan ini harus dibagi menjadi beberapa penggal yaitu:

a) memakai baju

b) mengkancingkan baju

c) membuka kancing baju

d) membuka baju PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG

KP

2) Telah menguasai latihan prasyarat.

Contoh: sebelum anak bisa makan dengan sendok, maka anak harus terlebih dahulu dapat makan menggunakan tangan.

3) Tugas dan jenjang urutan, setiap tugas dari jenjang urutan/langkah haruslah mendapat penilaian agar mengetahui kesalahan-kesalahan dalam menyusun atau melaksanakan task analysis. Karena ada beberapa kesalahan dalam analisa, yaitu: anak selalu membuat kesalahan yang sama dalam semua jenis tugas, karena anak takut melakukan tugas maka setiap langkah yang dikerjakan tidak dengan sepenuh hati, dalam membuat task analysis kurang memperhatikan kondisi anak sehingga ada sesuatu yang terlupakan, kesalahan dalam penyusunan jenjang-jenjang dalam task analysis.

Contoh task analysis: sikat gigi. Penggalan 1: Cara memasang pasta gigi pada sikat gigi.  Tangan kiri memegang kepala sikat gigi.

 Telunjuk dan ibu jari tangan kiri berada di luar/menjepit

bulu-bulu sikat gigi yang sedang dipegang.  Ujung tube gigi diletakkan pada ujung sikat gigi.  Pasta gigi ditekan sambil ditarik ke belakang seperluanya.

Penggalan 2: Cara gosok gigi.  Ambil gayung atau gelas.

 Masukkan gayung atau gelas pada air dalam bak mandi atau

isi dengan air matang.  Pegang gayung atau gelas dengan menggunakan tangan

kiri.  Pegang sikat gigi dengan tangan kanan.  Kumurlah dengan air yang ada dalam gayung atau gelas.  Masukkan sikat gigi dalam mulut.  Gerakkan sikat gigi turun naik, atas bawah, sikatlah semua

gigi dengan cara demikian.  Kumurlah dengan sisa air yang ada dalam gayung atau

PPPPTK TK DAN PLB BANDUNG

KP

gelas.  Bersihkan sikat gigi dengan air.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh anak agar ia dapat melakukan kegiatan ini adalah:

 Telah dapat membuka menutup pasta gigi.  Telah mengetahui cara menuangkan air dalam gelas.  Telah mengetahui cara membersihkan sikat.  Telah mengenal keadaan kamar mandi.

c. Model Ekologi

Model ekologi paling cocok untuk membantu anak dalam mengadakan sosialisasi dengan lingkungannya. Hal-hal yang dibutuhkan sebagai informasi adalah keadaan lingkungan anak, tugas-tugas yang biasanya dilakukan lingkungan, menilai kemampuan anak dalam melaksanakan tiap tugas, hal-hal yang tidak dapat dilakukan anak dalam bersosialisasi. Dalam membuat program sosialisasi ini haruslah memperhatikan hasil dari assessment lingkungan agar program yang direncanakan tidak gagal sehingga anak tidak jengkel dan gurupun senang atau tidak frustasi.

d. Model Membuat Keputusan

Prinsip dalam model ini adalah mencari informasi assesmen sebanyak mungkin sehingga dapat membuat suatu keputusan sementara, dari keputusan ini akan diadakan evaluasi untuk menentukan altematif pemecahan masalahnya. Informasi assesmen dapat diperoleh dari berbagai macam test yang berhubungan dengan keadaan anak.