Penelitian yang Relevan

2.7 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan M. Dewi Kartika, W. Santyasa, W. Warpala (2014) yang berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA”. Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan perbedaan keterampilan berpikir

kritis siswa antara kelas PBL dengan kelas konvensional, (2) mendeskripsikan perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas PBL dengan kelas konvensional. Penelitian dilakukan pada sejumlah siswa kelas X SMK Negeri

1 Denpasar dengan 2 kelas sampel. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik Simple Random Sampling. Penelitian menggunakan rancangan Non Equivalent Pretest-Posttest Control Group Design. Pengumpulan data menggunakan 2 jenis tes, yaitu tes pemahaman konsep fisika dan tes keterampilan berpikir kritis. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis

MANCOVA dengan skor pre-tes pemahaman konsep dan skor pre-test keterampilan berpikir kritis sebagai kovariat. Pengujian hipotesis nol dilakukan pada taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat perbedaan pemahaman konsep matematika dan keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas PBL dengan kelas konvensional (2) terdapat perbedaan pemahaman konsep fisika antara siswa kelas PBL dengan kelas konvensional (3) terdapat perbedaan keterampilan berpikir kritis siswa antara kelas PBL dengan kelas konvensional.

Penelitian lain oleh Hanifatur Rosyidah, Agus Suyudi, Mudjihartono yang berjudul “PENGARUH PENDEKATAN BERBASIS INDUKTIF TIPE

PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP OPTIMALISASI KEMAMPUAN BERPIKIR KRIRTIS FISIKA SISWA KELAS X SMAN 8 MALANG PENGARUH PEMBELAJARAN”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pemahaman konsep fisika siswa yang menggunakan pendekatan berbasis induktif tipe PBL lebih baik daripada siswa yang menggunakan model konvensional. Penelitian ini dilakukan di SMAN 8 Malang. Metode penelitian yang digunakan adalah quasy experiment dengan posttest control group design. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling, siswa kelas X MIA 3 sebagai kelas eksperimen menggunakan pendekatan berbasis induktif tipe PBL dan siswa kelas X MIA 5 sebagai kelas kontrol menggunakan model konvensional. Instrumen yang digunakan yaitu tes pemahaman konsep fisika berupa soal uraian. Data instrumen tes dianalisis menggunakan analisis uji-t dan hasil perhitungan t hitung > t tabel yaitu 3,4061>1,9953 pada taraf signifikansi 0,05, sehingga disimpulkan Prmahaman berpikr kritis kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Penelitian lain oleh Dasa Ismaimuza yang berjudul “PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

MATEMATIS DAN SIKAP SISWA SMP”. Kemampuan berpikir kritis matematis, dan sikap positif siswa terhadap matematika merupakan

komponen penting yangharus dimiliki oleh seorang siswa, sehingga dengan

memiliki kemampuan ini akan membantu siswa dalam memecahkan masalah matematika, maupun masalah sehari-hari. Salah satu cara mengembangkan kemampuan ini adalah dengan pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (PBLKK). PBLKK merupakan pembelajaran yang berdasarkan masalah, dimana pada masalah yang dikemukakan terdapat fakta, keadaan, situasi yang mempertentangkan struktur kognisi siswa. Dalam situasi ini terjadi konflik antara pengetahuan yang dimiliki siswa dengan situasi yang sengaja disediakan. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis dan sikap siswaSMP kelas VIII Palu berdasarkan model pembelajaran, PAM siswa, dan level sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP kelas VIII di kota Palu. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tes kemampuan matematika, nilai rapor, tes kemampuan berpikir kritis matematis, skala sikap siswa terhadap matematika. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah: mengkaji dan menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kritis matematis, sikap siswa siswa yang menerima pembelajaran berbasis masalah dengan strategi konflik kognitif (PBLKK) dan pembelajaran konvensional (KV) ditinjau dari: a) keseluruhan, pengetahuan awal siswa (tinggi, sedang, dan rendah), dan level sekolah.

Hasil penelitian yang dilakukan Yosafat S Wongkar, Tommy M Palapa, Yeremia S Mokosuli (2014) yang berjudul “PENGARUH MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBASIS WISATA LOKAL TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP PENCEMARAN

LINGKUNGAN DI SMA NEGERI 7 MANADO”. Penggunaan model pembelajaran yang tidak kreatif, inovatif dan menyenangkan serta kurang

memberdayakan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kelas, menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis wisata lokal terhadap peningkatan berpikir kritis siswa di SMA Negeri 7 Manado. Metode memberdayakan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kelas, menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis wisata lokal terhadap peningkatan berpikir kritis siswa di SMA Negeri 7 Manado. Metode

Penelitian lain oleh Gede Putra Adnyana, S.Pd., dkk (2009) yang berjudul “MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR, KETERAMPILAN

BERPIKIR KRITIS, DAN PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS

MASALAH”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi model pembelajaran berbasis masalah pada mata pelajaran Biologi, dapat meningkatkan: 1) aktivitas belajar siswa, 2) keterampilan berpikir kritis siswa, dan 3) pemahaman konsep Biologi siswa, serta 4) siswa memberikan respon positif terhadap model pembelajaran yang diterapkan. Peningkatan keterampilan berpikir kritis hampir terjadi disemua indikator, seperti merumuskan masalah, memberikan argumentasi, melakukan induksi, dan memberikan penilaian, kecuali keterampilan melakukan deduksi yang cendrung menurun dari siklus I ke siklus II. Peningkatan pemahaman konsep biologi siswa dapat dilihat dari peningkatan rerata nilai pada siklus I sebesar 6,03 menjadi 6,49 pada siklus II